5 Hal Yang Sebaiknya Orang Kristen Lakukan Selama Pandemi Virus Corona

oleh Jeremy Lallier – Maret 23, 2020

https://lifehopeandtruth.com/life/blog/5-things-christians-should-be-doing-during-the-coronavirus-pandemic/

Sementara virus corona menyebar – yang memang sudah dinyatakan sebagai pandemi global – banyak perubahan sedang terjadi di seluruh dunia. Bagaimana sebaiknya orang Kristen merespons terhadap semua perubahan ini?

 

 

 

 

 

 

 

 

Dunia ini telah begitu banyak berubah hanya dalam hitungan beberapa minggu.

Kebanyakan di antara kita, berita virus corona ini merupakan berita internasional – sesuatu yang tragis dan merupakan hal yang sudah pernah terjadi di mana-mana, kepada banyak orang.

Tetapi ternyata itu belum pernah.

Virus corona ini mulai menyebar – melalui kota-kota, tembus perbatasan, hingga ke ujung benua dan terus ke semua negara.

Sekarang penularannya ada di mana-mana. Tidak ada daerah yang berpenduduk di atas bumi ini yang tidak terinfeksi virus corona – entah penduduk sedang berjuang melawan sakit infeksi virus ini atau mereka dalam ketakutan terinfeksi. Apapun pendapat pribadi anda tentang virus ini – apakah anda terlalu khawatir dan menganggap dunia ini akan segera berakhir – COVID-19 sudah di sekitar kita, dan menjadi bagian hidup kita.   

Virus corona telah berimbas terhadap seluruh sendi kehidupan. Ia telah berimbas pada  sejumlah orang yang semestinya bersama anda, ia berimbas terhadap usia orang dan seberapa jauh anda sebaiknya berada antara orang-orang dengan diri anda sendiri. Ia berimbas terhadap pengelolaan usaha dan entah usaha itu masih tetap jalan atau tidak. Ia berimbas, dalam sebuah keresahan, terhadap apa yang masih tersedia pada rak-rak toko bahan pangan sehari-hari.

Pertandingan-pertandingan olah raga dan kongres-kongres semua pada dibatalkan. Sekolah diliburkan hingga waktu yang tidak ditentukan. Dan tidak seorangpun yang tahu kapan virus corona ini akan terus mengganas.

Kekristenan tidak semestinya vakum begitu saja

Saat ini tidak mungkin bagi kita untuk mengetahui banyak hal. Berapa lama keadaan sekarang akan berlangsung dan kembali normal? Kita tidak tahu. Berapa banyak orang akan terinfeksi penyakit ini? Kita tidak tahu. Berapa orang yang akan mati dari virus ini? Kita tidak tahu. Dampak apa yang akan diakibatkan penyakit ini terhadap perekonomian dunia? Kita tidak tahu – tetapi sepertinya akan buruk. 

Tetapi ini yang sebenarnya kita tahu:

Kehidupan kita hari demi hari barangkali berubah secara drastis, tetapi orang Kristen jangan berhenti menjalani kehidupan Kristiani hanya karena mereka hidup pada masa-masa stres begini. Pada kenyataannya inti dari keaslian iman orang Kristen akan terefleksi pada saat mereka hidup dalam situasi yang penuh kesulitan dan membuat mereka stres. 

Berikut ini lima hal yang orang Kristen seharusnya lakukan selama wabah pandemi virus corona:

1. Kita sebaiknya menggunakan waktu ekstra untuk belajar Alkitab, berdoa dan melakukan renungan

Sementara instruksi dan rekomendasi karantina terus diperketat, banyak di antara kita hanya berada dan punya banyak waktu di rumah – bahkan secara eksklusif ada di rumah. Sulit untuk tidak merasa kesal ketika anda terjebak di rumah dan hanya melihat tembok rumah anda sendiri selama 24 jam, terutama ketika anda sudah mulai kehabisan persediaan pangan.  

Bagaimana hubungan anda dengan Allah belakangan ini?

“Waktu” biasanya alasan mengapa kita tidak berdoa dan belajar sebagaimana mestinya. Nampaknya kita tidak pernah cukup waktu untuk itu.

Tetapi bagaimana sekarang, ketika banyak di antara kita tidak punya apa-apa selain waktu? Apakah kita menyisihkan sedikit waktu untuk berbicara dengan Allah dan membaca FirmanNya? Apakah kita sekarang berhenti mengikuti berita dan update untuk sungguh-sungguh merenungkan firman Tuhan yang kita sedang baca?    

Jika kita sedang melakukan hal itu, maka akan menghasilkan sebuah hubungan yang lebih baik dengan Allah. Hubungan yang lebih kuat dengan Allah membawa rasa damai yang lebih besar, memberi perspektif yang lebih jelas dan menuntun ke sebuah tujuan yang jelas – yang merupakan sesuatu kita semua bisa lakukan, terutama di saat-saat sekarang. Dengan menghentikan semua hal-hal yang bersifat duniawi, kita punya sedikit alasan untuk tidak menginvestasikan waktu buat Sang Pencipta kita.

Virus corona mungkin telah mengisolasi kita dari banyak hal, namun sebaliknya itu merupakan kesempatan baik untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dari pada hari-hari sebelumnya. Apakah kita akan menggunakan waktu seperti ini dengan bijak?  

Paulus berbicara kepada jemaat Allah di Efesus, “Karena itu, perhatikanlah dengan seksama [hati-hati], bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:15-17).

Hari-hari ini tidak kurang jahat daripada ketika Paulus pertama kali menuliskan kata-kata itu – dan tidak ada hari yang lebih baik untuk menggunakan waktu ini  mendekatkan diri kepada TUHAN melalui pelajaran Alkitab, doa dan renungan.

2. Kita sebaiknya menggunakan media sosial untuk berkoneksi, daripada berargumentasi atau menyebarkan ketakutan

Apabila anda menggunakan media sosial, maka anda akan tahu bahwa pandemi virus corona merupakan topik pembicaraan orang-orang. Berita itu sudah di mana-mana – dan karena mudah untuk menambah-nambah fakta dan data yang salah, maka tidak heran bahwa begitu banyak informasi yang berseliweran di sana-sini dan banyak perdebatan tentang apa yang sebenarnya terjadi dan mengusulkan apa-apa yang sebaiknya dilakukan untuk itu.

Anda bisa saja terlibat dalam perdebatan semacam itu jika anda menyukainya, tetapi saya tidak yakin hal itu akan membuahkan sesuatu yang baik. Seperti kebanyakan kita sudah lihat di media sosial, ada banyak orang yang sungguh semangat di setiap tempat, tetapi sebagian besar dari pesan itu tidak menyakinkan mereka kecuali orang-orang yang telah setuju akan hal itu.

Ini sebuah alternatif:

Ketika Paulus dan Silas dimasukkan ke penjara pada saat mereka memberitakan injil, mereka melakukan sesuatu yang sungguh membuat orang penasaran. “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka” (Kisah Para Rasul 16:25).

Anda dapat memilih untuk memposting hal-hal yang positif, yang memberi semangat dan yang menghibur – sehingga sahabat-sahabat anda mungkin akan berhenti dan mendengar. Bernyanyi dan berdoa. Sebenarnya mereka bisa melakukan banyak hal lain lagi. Mengeluh. Khawatir. Tertegun dan merenung diam. Tidur. Memberitakan injil pada orang-orang yang berada di dalam tahanan. Tetapi, mereka menawarkan doa dan nyanyian rohani kepada Allah, dan teman sepenjara mereka mendengarkan mereka.

Bagi banyak orang, karantina itu terasa seperti di penjara. Melalui media sosial, anda dapat “berkhotbah” secara langsung kepada teman-teman anda yang terisolasi (paling tidak hingga mereka “berhenti” mendengar anda), akan tetapi hal itu tidak membawa sesuatu yang lebih baik. Jadi daripada melakukan hal seperti itu, lebih baik anda melakukan apa yang dilakukan Paulus dan Silas: bernyanyi dan berdoa.

Tetapi itu bukan berarti kita hanya melihat dari sisi yang menyenagkan saja atau menganggap situasi virus ini sepele. Virus corona itu nyata dan, setidaknya bagi beberapa orang yang menganggap itu sebagai hukuman mati.

Juga bukan berarti menyebar video anda sedang berdoa dan bernyanyi. Tetapi pada situasi yang penuh dengan berita kepanikan pandemi virus seperti ini, anda dapat memilih yang terbaik. Anda dapat memposting hal-hal yang positif yang memberi semangat dan yang menghibur – dan teman-teman sepenjaraan anda mungkin akan berhenti dan mendengarkan anda.

(Catatan: kita tidak sedang berbicara yang bersifat mengingatkan secara agresif dan yang negatif bahwa dunia ini telah berakhir atau kita tidak mencaci orang lain karena khawatir, tetapi memposting firman Tuhan yang mendorong semangat, hal-hal yang fun yang anda sedang lakukan dengan keluarga anda, hal-hal yang berfaedah yang anda telah baca, proyek yang sedang anda kerjakan, pelajaran yang sedang anda pelajari – hal-hal semacam itu.)

Jadilah suara bernyanyi [menghibur], bukan suara teriak. 

(Sudah pernah belum melihat galeri kami yang inspiratif yang menyajikan kutipan-kutipan firman Tuhan? Silakan mengklik tautan ini illustrated gallery of inspiring scriptures).

3. Kita sebaiknya berlatih bersabar menghadapi sebuah kehidupan normal yang baru

Keadaan dunia sekarang ini berbeda dari keadaan sebulan yang lalu – dan terlihat jelas bahwa ini akan tetap berbeda selama beberapa waktu ke depan. Berbeda berarti berubah, dan berubah berarti stres.

Hidup di tengah-tengah sebuah pandemi global sudah barang tentu kita akan menghadapi stres – meskipun ini bentuk stres yang disebabkan ketidaknyamanan.

Kesabaran datang dari kesadaran bahwa segala sesuatunya berada di tangan Allah dan bahwa Dia memperhatikan dan memperdulikan kita dalam segala situasi. Anda akan memperoleh banyak kesempatan untuk berlatih sabar pada hari-hari dan dalam minggu-minggu yang akan datang. Kita tidak akan bisa berharap situasi ini akan berjalan sesuai keinginan kita – setidaknya untuk beberapa lama. Orang-orang akan berkata dan melakukan hal-hal bodoh dan yang egoistik.  Peraturan-peraturan dan larangan-larangan baru akan membuat hidup kita sedikit tidak nyaman dan sedikit lebih keras untuk kita jalani.

Dalam saat-saat begini, iman anda akan dilihat banyak orang – dengan jelas terlihat. Apa sebenarnya yang mereka lihat? Bagaimana reaksi anda?

Yakobus mendorong kita dengan berkata, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun” (Yakobus 1:2-4).

Dalam situasi yang penuh dengan kekalutan, ketika iman kita diuji, tetapi kita merespons dengan sabar maka itu akan membawa kita selangkah lebih dekat ke posisi kita sebagai orang Kristen. Ketidaksabaran dan marah tidak menghasilkan apa-apa. Ketakutan juga tidak menghasilkan apa-apa. Tidak juga dengan cara memperdaya orang lain atau menuduh mereka.

Hanya dengan kesabaran dapat menghadapi itu – sebab kesabaran memberikan kesadaran bahwa segala sesuatu berada di tangan Allah dan bahwa Dia memperhatikan kita, dalam segala situasi apapun.

Itulah nilai Kristen yang perlu kita miliki – dan nilai Kristen yang dilihat orang lain di diri kita.

(Apakah anda tahu bahwa kesabaran adalah salah satu buah Roh Kudus? Itu merupakan sesuatu yang diinginkan Allah agar kita bertumbuh di dalamnya).

4. Kita perlu menjangkau orang-orang yang kesepian dan yang terpencil

Allah memiliki suatu tempat khusus di dalam hatiNya untuk mereka yang kurang dukungan sosial yang sebagian besar di antara kita ada. “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia” (Yakobus 1:27).

Dengan dampak virus corona yang begitu besar terhadap dunia ini, banyak orang di ujung sana yang menantikan bantuan dan dukungan. Adakah orang yang kesepian dan yang belum terkoneksi dengan diri anda sekarang? Apa yang anda bisa lakukan dengan mereka?

Panggilan telepon atau video bisa sangat berarti bagi seseorang yang merasa terpencil dari dunia di sekitar mereka. Adakah seseorang yang anda kenal yang membutuhkan bahan pangan tetapi mereka tidak bisa (atau dilarang) pergi ke luar rumah untuk membelinya?

(Catatan: teman introvert anda itu mungkin lebih senang menyendiri, jadi perlu anda cek dulu sebelum anda mencoba berbicara lebih jauh dengan dia pada saat dia menikmati suasana kesendirian!)

Meskipun kunjungan tatap muka tidak memungkinkan, ada banyak cara dimana kita bisa memberi dukungan mental dan emosional bagi mereka yang memerlukannya – terutama apabila kita mau berbuat dengan cara yang lebih kreatif. 

5. Kita sebaiknya bermurah hati kepada mereka yang merasa panik

Di atas saya menyebutkan bahwa beberapa orang akan mengatakan hal-hal bodoh dan yang egoistik – dan, secara jujur, orang semacam itu patut mendapat poinnya sendiri.

Jadi sangat memerlukan kesabaran untuk tahu bagaimana cara berinteraksi dengan orang-orang yang panik seperti mereka.

Hal itu memerlukan nilai rohani yang hampir seperti kasih karunia.

Kasih karunia merupakan pemberian. Keselamatan – pintu masuk kita ke dalam Kerajaan Allah dan pelunasan harga yang mahal yang dilakukan Allah bagi kita atas dosa-dosa kita – diberikan kepada kita melalui “kasih karunia Allah” (Titus 2:11). Kita tidak dapat mencarinya melalui pekerjaan kita, dan kita tidak pantas menerimanya. Itu dapat diakses oleh kita hanya oleh karena Allah rela memberikannya kepada kita.   

Petrus bertanya kepada Yesus berapa kali dia harus memaafkan seseorang yang berdosa terhadap dia. “Sampai tujuh kali?” (Matius 18:21).

“Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (ayat 22). Kemudian Dia melanjutkan dengan sebuah perumpamaan yang intinya seperti ini: Ampunilah seperti Allah mengampunimu. Bahkan ketika orang yang bersalah tidak meminta maaf kepada kita, orang Kristen harus memiliki mind-set [pola pikir] yang memaafkan. Ini adalah satu bagian kecil cara kita untuk mendapat karakter seperti yang dimiliki Allah – dalam kata lain, godliness [kesalehan].

Banyak orang di sana sini yang ketakutan. Banyak di antara mereka yang belum tahu rencana penyelamatan Allah – mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, dan mereka tidak tahu apa yang harus terjadi sekarang dan dikemudian hari. Pandemi virus corona adalah pengalaman yang tidak menyenangkan dan membuat mereka ketakutan.

Masalahnya ialah bahwa orang yang ketakutan bisa melakukan hal-hal yang menakutkan – mementingkan diri sendiri, tidak terprediksi, bertindak bodoh, serampangan, menyakitkan, dan melakukan hal-hal yang berbahaya.  

Apa yang akan anda lakukan apabila anda mengetahui diri anda dipengaruhi oleh ketakutan dan kepanikan orang lain?

Mungkin saja akan mudah untuk merasa marah, bukan? – memarahi orang lain karena pikiran pendek mereka, dan tindakan pementingan diri mereka – dan mereka pantas mendapat kemarahan yang demikian.

Akan tetapi hal yang lain menjadi seorang Kristen adalah mengetahui bahwa anda tidak mungkin bisa mendapatkan hidup kekal dengan usaha anda sendiri – sebab Allah sendirilah yang menunjukkan kasih karunia kepada Anda.  Ketika kita dihadapkan dengan buah ketakutan, orang Kristen berkesempatan untuk memberi lebih banyak kemurahan. Tetapi itu tidak membenarkan tindakan mereka yang menyebabkan ketakutan, tetapi itu sungguh mengatakan, “Saya tidak akan menentang anda atau menjawab anda dalam kemarahan akan hal ini. Allah telah banyak mengampuni saya dari hal-hal semacam itu.”

Terlebih lagi, kita tahu sesuatu yang penting. Kita tahu bahwa Allah “menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Petrus 3:9). Dan itu termasuk siapa saja yang kebetulan membuat hidup kita sulit saat ini. Orang-orang yang ketakutan ini semuanya berpotensi menjadi anak-anak Allah, sama seperti kita. Meskipun mereka belum menyadari potensi mereka, meskipun bukan begitu cara mereka bertindak, maka kita harus memperlakukan mereka dalam kasih.

 (Kasih karunia adalah sebuah topik yang sangat luas, dan anda dapat membaca lebih dalam tentang itu dalam artikel kami yang berjudul  “Who Really Receives God’s Grace?”).

Virus corona akan menyoroti iman orang Kristen

Banyak hal dalam ketidakpastian di dunia sekarang ini. Kehidupan berubah-ubah dengan cara yang aneh dan yang tidak nyaman. Dengan semua tanda tanya yang harus kita hadapi, maka waktu sekarang adalah lebih penting daripada sebelumnya bahwa kita sebagai orang Kristen harus menunjukkan diri kita untuk tetap konsisten dan memastikan untuk “tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4)

Bagaimana kita merespons terhadap krisis virus corona akan memperlihatkan iman kita – atau memperlihatkan kelemahan kita di situ. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita tidak khawatir tentang bagaimana keadaan itu terjadi. Itu bukan berarti kita tidak seharusnya berjaga-jaga untuk diri kita sendiri untuk tetap sehat dan aman. Tetapi hari-hari dan minggu-minggu ke depan akan banyak dipenuhi dengan peluang besar untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai yang kita perbincangkan merupakan nilai yang kita miliki dalam hidup kita. 

Tetap aman. Tetap sehat. Dan yang paling penting, tetap Kristen!

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry