5 Sifat atau Ciri Yang Perlu Wanita Perhatikan pada Pria Saleh

oleh Tom Clark

https://lifehopeandtruth.com/relationships/marriage/5-traits-women-should-look-for-in-a-godly-man/

Sebuah pernikahan yang saleh memerlukan pria dan  wanita yang saleh. Apa sifat atau ciri yang sebaiknya anda – sebagai wanita – perlu perhatikan pada seorang pria apabila anda mempertimbangkan kencan atau menikah dengan pria itu?   

Sekarang ini sebagian besar toko menggunakan CCTV. Kita sudah terbiasa melihat kamera pengintai di sudut ruangan atau yang terpasang dengan sedikit kelihatan di langit-langit bangunan. Entah atau tidak kamera itu sedang aktif merekam, itu dirancang agar orang-orang harus lebih berhati-hati – bahwa seseorang sedang mengamat-amati mereka. Akan tetapi, kamera pengaman itu masih saja sering merekam orang melakukan macam-macam perlakuan yang ilegal.

Kamera-kamera ini menyingkapkan sesuatu yang kita sudah tahu: Karakter orang akan disingkapkan melalui apa yang mereka lakukan ketika mereka mengira apa yang mereka  sedang lakukan itu tidak dilihat orang lain. Ini bukanlah merupakan konsep baru. Thomas Macaulay (1800-1859) pernah menulis, “Ukuran karakter seseorang yang sesungguhnya terlihat dari apa yang ia lakukan jika dia kira hal itu tidak bakal terbongkar.”

Apabila anda seorang wanita singel dan sedang mencari seorang pria yang saleh untuk berkencan dan menikah dengannya, apa yang semestinya anda cari? Bagaimana anda mengukur karakter seorang pria yang saleh?

Apabila anda seorang pria yang menginginkan untuk mengikuti Allah dengan setia, aspek-aspek apa yang ada pada diri anda yang perlu anda perbaiki?

Mari kita lihat lima karakter dasar dari sorang pria saleh.

1. Siapa yang dia teladani

Pertimbangan penting ialah dengan melihat siapa yang telah mempengaruhi kehidupan pria itu. Apakah Yesus Kristus yang merupakan pengaruh utama di dalam hidupnya? Seorang pria saleh akan membuat prioritas utamanya untuk mengikuti teladan Kristus (Yohanes 10:27; 1 Korintus 11:1). Entah dia melakukan demikian akan terlihat jelas apabila anda memperhatikan perilaku kesehariannya. Tanpa mempersoalkan latar belakang kulturnya, pendidikannya atau pengalamannya – jika ia mengutamakan teladan Kristus, anda akan memahaminya.

Bagaimana dengan orang-orang yang mempengaruhi dia? Di antaranya termasuk ayahnya atau kakeknya, seorang mentor di sekolahnya atau di tempat kerjanya atau bahkan di lingkungan pergaulannya. Pengaruh dari orang-orang ini bisa menjadi sesuatu yang positif atau negatif. Tetapi sekali anda memahami pengaruh siapa yang dia miliki, anda perlu mengevaluasi karakter orang-orang ini dan bagaimana mereka telah memberi pengaruh terhadap dia. Rasul Paulus menuliskan, “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Korintus 15:33).  

2. Apakah dia rendah hati?

Kadang-kadang arti kerendahan hati disalahpahami sebagai suatu kelemahan pola pikir dan ketidakberanian. Tetapi pandangan ini salah dan tidak alkitabiah. Pandangan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak sehat. Kerendahan hati yang sesungguhnya merupakan kekuatan, bukan kelemahan (Filipi 2:3-4).

Kerendahan hati yang benar merupakan elemen penting di dalam hati seorang pria yang akan membangun dan membina hubungan yang positif dan kuat

Jadi seperti yang anda lihat, pria yang rendah hati akan menjadi seorang suami yang baik karena dia akan mudah memaafkan, akan lebih sabar and akan berusaha untuk menjadi pembawa damai.

3. Karakter apa yang terlihat dari cara dia berkomunikasi?

Apakah dia berhati-hati dalam bahasa yang dia gunakan dalam bicaranya? Ucapan pencemaran dan mengunakan nama Allah dengan sia-sia sudah tak asing lagi pada zaman ini. Daripada membiarkan bahasa kotor mencemarkan bicaranya, seorang pria yang saleh akan berhati-hati dengan perkataannya dan akan menuruti nasihat Alkitab untuk tidak membiarkan “perkataan kotor keluar dari mulutmu” (Efesus 4:29).

Ukuran perkataan seorang pria, entah baik atau tidak, ialah dengan memperhatikan cara bicaranya kepada ibunya, atau sebaliknya atau bahkan kepada seseorang yang belum dia kenal (seperti kepada seorang pelayan di restoran). Raja Salomo mencatat bahwa “jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman” (Amsal 25:11). Apakah sang pria itu menunjukkan apresiasi, atau apakah ia seorang yang egois yang menganggap orang lain itu hanya pelayan bagi dirinya? 

Atau apakah dia sama sekali tidak menyapa dan mengabaikan mereka? Walt Bettinger, CEO dari Charles Schwab, menarik satu pengalaman yang paling menyedihkan dalam hidupnya. Dia adalah mahasiswa yang cerdas yang selalu mempertahankan IP 4.0 di perguruan tingginya dan ingin wisuda dangan IP sempurna. Dalam ujian akhirnya untuk mata kuliah “business strategy” dia hanya menerima sebuah kertas kosong. Profesornya berkata bahwa dia telah mengajarkan segala sesuatunya kepada dia, jadi dia hanya mendapat satu pertanyaan lain: Siapa nama perempuan yang setiap hari membersihkan ruang kuliah itu?

Bettinger berkata bahwa itulah satu-satunya ujian yang pernah ia gagal. Dia telah selalu melihat perempuan itu bekerja, tetapi tidak pernah menyapa dan bicara kepadanya untuk sekedar tahu siapa dia. Dari situ dia belajar untuk selalu menyapa orang yang kelihatannya kurang beruntung.  

4. Apakah dia murah hati?

Kemurahan hati tidak selalu berkaitan dengan kekayaan. Beberapa orang yang paling bermurah hati yang pernah saya kenal adalah mereka yang memiliki hidup sederhana, tetapi rela berbagi dengan orang lain apa yang mereka punyai. Sekali saya pernah mengenal seorang janda yang tidak memiliki banyak harta, tetapi dia selalu menawarkan kepada tamu-tamunya apakah mereka membutuhkan sesuatu yang dia bisa  lakukan bagi mereka. Tawaran jasanya tulus tanpa pamrih!

Akan tetapi kemurahan hati yang sesungguhnya jauh daripada sekedar uang dan harta. Seorang pria saleh perlu bermurah hati dengan waktunya dan juga ucapannya yang memberi pujian dan dorongan semangat. Apakah dia siap sedia mengorbankan waktunya dan berusaha menolong siapa yang memerlukan pertolongan?

5. Apakah dia mudah dan sering marah?

Hal lain yang patut kita perhatikan pada seorang pria saleh ialah bagaimana dia menghadapi  masa-masa yang sulit dan pada masa frustrasi. Apakah dia cepat marah? Sulit untuk menilai efek buruk ketika kita melepaskan kemarahan. Hati sakit, hubungan retak, barang-barang hancur – kesemuanya itu terjadi karena kemarahan yang tidak terkendali. Salomo memperingatkan, “Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah” (Amsal 22:24).

Orang saleh mengendalikan emosinya dan menggunakan hikmat yang ditulis oleh Yakobus: “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (Yakobus 1:19).

Tentu saja bahwa seorang wanita yang ingin menikah dengan seorang pria saleh juga harus mengembangkan karakter saleh – menjadi seorang wanita yang digambarkan dalam artikel kami Proverbs 31 woman

Dan apabila seorang pria ingin menikah dengan wanita semacam itu, dia perlu menjadi pria yang digambarkan dalam Amsal 31. Kelima aspek karakter saleh ini merupakan permulaan baik dan merupakan elemen penting dari seorang Kristen.

Untuk mempelajari lebih jauh tentang karakteristik seorang pria yang saleh bacalah, “3 Characteristics That Define a Real Man” and “Jesus Christ: The True Model for Manhood.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry