Akankah Krisis di Ukraina Membangkitkan Kemiliteran Eropa?

oleh Kontributor Life, Hope & Truth Contributor - March 9, 2022

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/will-the-crisis-in-ukraine-lead-to-a-european-military/

Invasi Rusia terhadap Ukraina telah menimbulkan efek riak di seluruh dunia. Mungkinkah agresi Rusia ini akan membangkitkan motivasi pembentukan sebuah kemiliteran Eropa bersatu?

 

 

 

 

 

 

 

 

Penduduk sipil Ukraina menyingkir ke kota Irpin, kota pinggiran Kyiv, pada tanggal 8 Maret 2022

Dunia telah bereaksi dan merasa syok/kaget dan cemas terhadap keputusan Vladimir Putin yang menyerbu Ukraina dan memulai perang terbesar di Eropa sejak akhir Perang Dunia II. Banyak kepala negara dan pemimpin politik telah menggunakan bahasa dramatis untuk mengutuk serangan itu, tetapi Presiden Perancis, Emmanuel Macron lah yang mengumpulkan perhatian khusus untuk menyatakan invasi ini sebagai sebuah “puncak dalam sejarah Eropa.”

Tragedy yang langsung terjadi dari perang ini jelas. Nampaknya bahwa seakan-akan setiap hari kita menyaksikan video dan gambar yang menyayat hati akan penderitaan manusia dan melihat kota-kota yang hancur lebur. Dan komentar Mr. Macron menunjuk pada konsekuensi politik yang lebih besar untuk wilayah yang lebih luas.

Ke arah mana krisis ini berkembang sehingga Eropa akan menanggapinya?

Dampak serangan Rusia terhadap Eropa

Aksi Rusia telah menambah perasaan tidak aman di Eropa ke tingkat yang tidak pernah kita lihat sejak 1980an, ketika ketakutan akan Uni Soviet mendominasi benua itu. Akan tetapi, sejak dekade itu, banyak hal telah berubah.  

Satu perbedaan penting adalah munculnya Uni Eropa yang sangat terintegrasi dan kuat secara ekonomi. Dengan 27 negara anggota, yang terbentang dari Polandia ke Irlandia, UE telah menjadi salah satu perwujudan dunia terbesar secara ekonomi dan politik.  

 

 

 

 

 

Seorang bocah Ukraina dan ibunya di sebuah pos pemeriksaan                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        di perbatasan Ukraina-Slovakia, pada tanggal 27 Februari 2022 (Ukrinform).  

Akan tetapi UE memiliki satu kekurangan utama yang harus dimiliki suatu kekuatan besar: yakni, kekuatan militer bersatu untuk menandingi pengaruh ekonominya.   

Mendiang presiden Perancis, Charles de Gaulle, pernah berkata: “Tidak akan ada negarawan eropa yang akan menyatukan Eropa: Eropa akan disatukan oleh orang-orang China.” Maksudnya sederhana: Eropa akan dipaksa bersatu karena kekuatan di luar perbatasannya.

Meskipun krisis ini terpusat di Rusia dan Ukraina (bukan di China), hal itu menunjukkan bagaimana kekuatan luar bisa mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk membentuk persatuan yang lebih besar.

Sebuah momen penting

Sikap yang terjadi pada tanggal 27 Februari ini menjadi fokus utama ketika UE bersatu dan setuju untuk mengambil langkah, yakni memberikan persenjataan senilai 500 juta euro ke wilayah Kyiv. Gerakan ini menunjukkan suatu keikutsertaan yang belum pernah terjadi di UE dalam aksi bersama dalam hal pertahanan.   

Hal itu diuraikan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebagai suatu “momen penting” dalam sejarah Eropa. Komentarnya menggarisbawahi makna dari aksi ini dalam memecahkan ketabuan dalam keterlibatan UE dalam persoalan militer.  

Meskipun pergeseran kebijakan ini merupakan perubahan dramatis, gagasan tentara UE bersatu telah dibicarakan oleh para pemimpin UE selama beberapa dekade.

Selama bertahun-tahun, Presiden Perancis Macron dan para politisi terkemuka di Eropa telah menganjurkan bagi UE untuk mengembangkan sebuah tataran “autonomi strategis.” Ini merupakan visi ke depan akan suatu kebijakan pertahanan dan kekuatan militer bersatu.

 

 

 

 

Perang Rusia-Ukraina telah menghidupkan kembali diskusi tentang kemungkinan sebuah kekuatan militer.

Pada tahun 2018 mantan kanselir Jerman Angela Merkel, dalam sebuah pidatonya kepada parlemen Eropa, meminjamkan bobot politiknya terhadap gagasan itu, ketika dia berkata, “Saat-saat ketika mengandalkan orang sudah berakhir … Kita sebaiknya bekerja pada suatu visi untuk masa depan, yakni pembentukan sebuah kemiliteran Eropa yang riil.”  

Argumen Nyonya Merkel, yang kontroversial pada saat itu, memang dijawab oleh agresi Rusia tepat di luar perbatasan timur UE.

Krisis ini telah membawa perubahan-perubahan yang sangat cepat terhadap kebijakan luar negeri Jerman.

Dorongan untuk sebuah pertahanan bersatu ini juga terjadi segera setelah peristiwa lain yang – sebelum krisis – mempengaruhi perpolitikan Eropa, yakni, Brexit. Dulu, ketika ada gagasan pembentukan kebijakan pertahanan militer Eropa bersama, Inggris selalu bisa membentuk oposisi untuk membekukan gagasan itu.

Akan tetapi, sejak Inggris keluar dari UE, sekarang ada jalan terbuka untuk mendorong pembentukan satu tentara Eropa. 

Apakah tren ini selaras dengan nubuat Alkitab?

Bagaimana semua ini terjadi di panggung geopolitik sungguh perlu kita amati dan ikuti. Tetapi kita harus mencatat bagaimana kejadian-kejadian ini selaras dengan nubuat-nubuat Alkitab tentang Eropa.

Di dalam Wahyu 17 kita membaca tentang 10 pemimpin Eropa yang menyerahkan otoritas nasional mereka kepada seorang pemimpin militer dan politik yang disebut “binatang” (ayat 13).

Integrasi politik dan militer penuh telah lama diimpikan oleh para pemikir Eropa. Hal ini menggambarkan sebuah skenario yang unik dalam sejarah manusia, karena tidak ada preseden bagi kelompok bangsa-bangsa semacam itu yang secara sukarela menyerahkan kekuatan berdaulat mereka kepada satu entitas. Menurut sejarah, kekaisaran yang kuat terbentuk dengan cara kekuatan dan penaklukan yang brutal. Tetapi kekaisaran Eropa terakhir ini – yakni, bangkitnya kembali Kekaisaran Romawi Kuno – akan terbentuk dengan sukarela dibawah satu pemimpin.

Untuk informasi lebih detil, bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Siapa Binatang Itu?”

Eropa telah lambat laun bersatu selama bertahun-tahun sebagaimana UE telah bertumbuh dan berkembang. Akan tetapi, kesatuannya pada dasarnya hanya dalam hal ekonomi. Namun sebenarnya, integrasi penuh yang menyangkut politik dan militer telah lama diidam-idamkan oleh para pemikir Eropa.

Sampai saat ini, banyak yang bertanya-tanya bagaimana impian ini menjadi kenyataan. Apa yang mendorong Eropa ke level selanjutnya dimana kekuatan kedaulatan dan militer nasional mereka ditransfer dan menjadikannya di bawah kendali satu superstate [satu negara bagian]?

Karena keberadaan Rusia sebagai ancaman nyata terhadap keamanan Eropa, terhadap kemerosotan Amerika Serikat yang terus berkelanjutan, terhadap pertumbuhan kekuatan China, dan momok terorisme yang terus mengancam dunia dari Timur Tengah – maka jawaban untuk pertanyaan itu akan menjadi lebih jelas.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry