Apa Arti Pentakosta?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/life/plan-of-salvation/pentecost/what-does-pentecost-mean/

Pentakosta mempunyai arti khusus bagi semua orang dari semua suku bangsa tanpa membedakan latarbelakang mereka. Pentakosta menandai awal berdirinya Gereja, karunia Roh Kudus dan lain-lain.

 

 

 

 

 

Pentakosta adalah sebuah perayaan yang dirayakan oleh Katolik, Protestan, Yahudi dan Jemaat Allah. Banyak orang tidak tahu latar belakang hari kudus ini atau mengapa kelompok agama ini sering merayakan hari raya ini pada tanggal yang berbeda-beda.

Di dalam Kekristenan mainstream (Katolik dan Protestan serta Denominasi lainnya), banyak pengikut kebaktian atau jemaat mengenali ajaran alkitabiah bahwa Pentakosta adalah hari turunnya Roh Kudus yang pertama kalinya diberikan kepada orang Kristen. Mereka menganggap itu sebagai lahirnya Gereja Perjanjian Baru.

Akan tetapi, beberapa jemaat tidak terlalu peduli dengan perayaan ini. Alasan mengapa beberapa dari orang Kristen mainstream memilih untuk tidak merayakan Pentakosta berbeda satu sama lain.

Beberapa orang berpendapat bahwa ada banyak peristiwa di dalam sejarah gereja dan pada kalender gereja sehingga sulit untuk diketahui yang mana saja yang harus dirayakan. Sementara yang lain tidak merayakan Pentakosta karena perasaan gelisah tentang apa saja yang dikaitkan dengan karismatik, yang percaya begitu saja bahwa sekarang ini perlu menciptakan ulang kejadian supernatural yang terjadi pada hari Pentakosta dulu.

Dalam artikel ini, mari kita perhatikan apa yang diajarkan Alkitab kepada kita tentang hari Pentakosta ini dan menjawab beberapa pertanyaan yang menyangkut itu.

Apa arti Pentakosta itu di dalam Perjanjian Lama?

Pentakosta adalah salah satu hari kudus tahunan yang Allah singkapkan kepada orang Israel dulu.

Ketujuh hari-hari raya Tuhan itu terdapat di Imamat 23. Yaitu: Paskah, hari raya Roti Tidak Beragi, hari Raya Tujuh Minggu (yang disebut Pentakosta di Perjanjian Baru), hari Raya Sangkakala, Hari Pendamaian, hari Raya Pondok Daun dan the Eighth Day (hari Penghakiman).

Beberapa orang mengatakan bahwa hari-hari perayaan ini adalah sebagai hari raya orang Yahudi. Tetapi, sementara Allah memang benar memberikannya kepada orang Israel, termasuk orang Yahudi, penting bagi kita untuk memahami bahwa Allah berkata, “semua adalah perayaanKu” (Imamat 23:2), dan bahwa Musa merujuknya sebagai “hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN” (ayat 44).

Apa yang dapat kita tarik dari bacaan ini ialah bahwa Pentakosta adalah hari raya Allah. Semua perayaan ini tidak semata-mata diperuntukkan kepada orang Yahudi. Semua itu adalah hari-hari raya Allah dan harus dirayakan oleh orang-orang pilihanNya, tanpa mempersoalkan latar belakang kebangsaan atau suku – dari bangsa atau suku manapun.

Apa arti Pentakosta dalam bahasa Yunani?

Pentakosta memiliki sebuah perbedaan yang menarik dengan hari-hari raya lainnya yang diperintahkan Allah. Dari semua perayaan tahunan yang diberikan Allah kepada orang Israel dulu, Pentakosta adalah satu-satunya yang telah secara umum dikenal di kalangan orang Kristen sejak abad pertama yang namanya dalam bahasa Yunani – Pentecost [Pentakosta] – yang artinya “hari ke-50” (menurut definisi Thayer’s Greek).

“Hari ke-50” ini dihubungkan dengan nama perayaan di Perjanjian Baru –  hari Raya Tujuh Minggu (Keluaran 34:22; Bilangan 28:26; Ulangan 16:10) – dan metode penghitungan hari/tanggal perayaannya ditentukan. Allah memerintahkan untuk harus menghitung lima puluh hari “sampai pada hari sesudah Sabat yang ketujuh” dan pada hari itu “harus mengadakan pertemuan kudus” (Imamat 23:16, 21).  

Hari Raya Tujuh Minggu ini juga disebut “hari Raya Menuai” di dalam Keluaran 23:16, karena hal itu diartikan dengan kaitannya dengan hasil atau tuaian pertama – tuaian awal dan panen hulu hasil dalam setahun di tanah Kanaan.

Sebagaimana Bilangan 28:26 katakan, “Pada hari hulu hasil, pada waktu kamu mempersembahkan korban sajian baru kepada TUHAN, pada hari raya lepas tujuh minggu, haruslah kamu mengadakan pertemuan kudus, maka tidak boleh kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.”

Pentakosta: apa yang terjadi?

Perhatikan peristiwa-peristiwa yang menuntun hingga pada hari Pentakosta di Kisah Para Rasul 2

Tiga hari tiga malam setelah penyalibanNya, Yesus bangkit dari kubur, dan selama 40 hari berikutnya Dia berkali-kali menampakkan diri kepada murid-muridNya (Kisah Para Rasul 1:3).

Di samping berbicara tentang Kerajaan Sorga kepada mereka, Yesus Kristus juga menyuruh mereka menantikan janji Bapa di Yerusalem karena “kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 1:4-5).

Hanya berselang beberapa hari kemudian, sementara murid-muridNya berkumpul di Yerusalem untuk merayakan hari Pentakosta, janji Yesus bahwa mereka akan menerima kuasa dari “tempat tinggi” itu terjadi (Lukas 24:49). Sementara Roh Kudus itu turun dan menghinggapi pengikut-pengikut setiaNya, maka terjadilah bahwa Roh Kudus itu terlihat seperti lidah-lidah nyala api, dan murid-muridNya mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain secara ajaib (Kisah Para Rasul 2:3-4).

Peristiwa yang menakjubkan pada Hari Pentakosta ini, yakni tahun 31 setelah Masehi maka di saat itulah berdirinya Gereja Perjanjian Baru. Pada hari yang sama 3,000 jemaat bertambah dimana mereka merespons kepada khotbah yang mengharukan dari rasul Petrus. Mereka ini bertobat dari dosa-dosanya, dibaptis dan kemudian menerima Roh Kudus.

Dari awal yang menakjubkan ini, Gereja (Jemaat) Allah mulai berkembang ke seluruh wilayah Kerajaan Romawi.

Apa arti Pentakosta pada hari ini

Pentakosta adalah perayaan tahunan yang memperingati berdirinya Gereja (Jemaat) Allah Perjanjian Baru. Bahkan arti yang lebih penting ialah bahwa Pentakosta itu merupakan peringatan bagi kita bahwa Roh Kudus Allah sekarang ada bagi mereka yang bertobat dari dosa-dosa mereka, dibaptis dan terus mengikuti atau mentaati Allah (Kisah Para Rasul 5:32).

Sebagaimana Petrus menjelaskan kira-kira 2,000 tahun yang lalu, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 2:38).

Masih ada makna lain tentang Pentakosta yang diabaikan oleh banyak orang karena mereka tidak memahami bahwa rencana penyelamatan Allah bagi umat manusia berjalan dengan beberapa tahap.

Konsep firstfruits – pemetikan hulu hasil atau hasil tuaian pertama – merupakan bagian integral dari perayaannya di Perjanjian Lama, dan itu berlanjut dengan maknanya bagi kita hingga hari ini. Allah harus mula-mula memanggil orang sebelum mereka bertobat dari dosa-dosanya dan menerima Roh Kudus, yang mengindetifikasikan mereka sebagai Kristen yang akan menerima kehidupan kekal.

Yesus memberi penekanan pada poin ini dengan mengatakan, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku” (Yohanes 6:44).

Mereka yang dipanggil oleh Allah pada masa ini dan yang merespons panggilan Allah adalah “firstfruit” [buah sulung] dari rencana penyelamatanNya bagi umat manusia. Mereka ini mempunyai peran dalam mempersiapkan tuaian selanjutnya yang jauh lebih besar setelah tuaian “firstfruits”.

Allah kita yang maha pengasih, yang menginginkan supaya semua orang diselamatkan, telah merencanakan untuk lebih dari satu kali atau satu fase bagi umat manusia untuk dipanggil dan diberi kesempatan kepada mereka keselamatan. Allah menentukan kapan masing-masing orang diberi kesempatan untuk keselamatan.

Bagaimana hari Pentakosta itu dihitung?

Meskipun banyak agama merayakan Pentakosta, walau dengan nama dan makna yang berbeda, mereka merayakannya pada tanggal yang berbeda. 

  • Agama Yahudi merayakan Shavuot pada bulan Sivan 6 menurut kalender Ibrani
  • Kekristenan mainstream merayakan Pentakosta pada hari ke -50 setelah Easter, dan merayakan dua-duanya.
  • Jemaat Allah [The Church of God] merayakan hari kudus ini pada hari ke-50 yang dihitung mulai dari hari Minggu pada saat perayaan hari Raya Roti Tidak Beragi.

Mengapa begitu banyak variasi atau cara yang berbeda-beda dalam menghitung hari perayaan ini?

Bagaimana gereja-gereja pada umumnya menghitung hari untuk perayaan Pentakosta

Alasan untuk penghitungan hari/tanggalan Pentakosta di kalangan Kristen pada umumnya sangatlah jelas bagi murid-murid sejarah. Yakni bahwa hal itu dikaitkan dengan perubahan dari Passover [Paskah] ke Easter.

Versi Kekristenan yang salah arah dan yang menyimpang ini, yang memisahkan diri dari Kekristenan yang asli yang didirikan Yesus dan rasul-rasulNya, mengubah Paskah menjadi  Easter (yakni, nama dewa agama penyembah berhala di masa musim semi dan masa kesuburan). Pada saat yang sama, mereka juga mengubah tanggalnya dan artinya.

Meskipun tidak ada arahan alkitabiah untuk merayakan Easter, pemimpin-pemimpin gereja pada umumnya memutuskan untuk merayakannya untuk menghormati kebangkitan Yesus – mereka bukan merayakan Paskah untuk memperingati kematianNya. 

Versi Kekristenan semacam ini menentukan cara penghitungan tanggalan Easter sehingga itu tidak jatuh pada tanggal Paskah yang benar.

Meskipun mereka ini mungkin tidak memiliki niat secara langsung dalam penghitungannya, tetapi ketentuan lain dari Gereja Katolik jelas menunjukkan bahwa anti-Semitism [sikap permusuhan terhadap kaum Yahudi] merupakan alasan yang disengaja untuk melarang beribadah pada hari Sabat dan tradisinya, perayaan tahunan Paskah pada taggal 14 bulan pertama menurut kalender Ibrani (Imamat 23:5). Pendiri mereka menghina orang-orang Yahudi dan tidak menginginkan agama mereka kelihatan sama dengan agama Yahudi.

Mengapa sebagian besar orang Yahudi menghitung Pentakosta (Shavuot)

Pada abad pertama, ketika para pengikut Yesus merayakan Pentakosta dan menerima Roh Kudus, Alkitab tidak menunjukkan adanya perbedaan pendapat mengenai hari atau tanggalan Pentakosta. Namun, ada banyak sekte Yahudi – termasuk orang-orang Saduki dan Farisi – yang memiliki kepercayaan dan praktek agama yang berbeda.

Orang-orang Saduki, yang anggotanya merupakan sekte keimaman, bertanggung jawab atas Bait Allah dan ibadah yang terjadi di dalamnya. Tetapi, sebagaimana Encyclopedia Britannica menjelaskan, orang-orang Saduki dan Farisi terus dalam konflik satu sama lain, tidak hanya tentang tatacara ritual dan hukum Taurat tetapi yang terpenting juga tentang konten dan pemahaman firman Allah kepada orang Yahudi” (“Sadducee”). 

Masalah lain tentang ketidaksetujuan mereka tentang entah ada kebangkitan, malaikat dan roh (Kisah Para Rasul 23:8), kedua sekte yang bersaing ini bersilang pendapat tentang bagaimana mereka memahami ajaran untuk menghitung tanggalan Pentakosta yang terdapat di Imamat 23.

The Encyclopaedia Judaica berkata, “Orang-orang Saduki (dan kemudian sekte Karaites) memahami istilah ‘Sabat’ dalam ayat-ayat ini [Imamat 23:11, 15, 16] secara literal, dan karenanya, bagi mereka Shavuot selalu jatuh pada hari Minggu” (1971, Vol. 14, p. 1319, “Shavuot”).

Tetapi setelah keruntuhan Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 setelah Masehi, kepercayaan orang-orang Farisi menjadi ajaran yang paling dominan di Yerusalem. Metode penghitungan Shavuot bagi orang Yahudi ialah harus menghitung 50 hari dari hari Sabat tahunan di waktu perayaan Paskah (sebagaimana orang Yahudi sebut itu sebagai hari pertama Roti Tidak Beragi). Hal ini menjadikan tanggalan tetap pada tanggal 6 Sivan setiap tahunnya. 

Bagaimana Jemaat Allah menghitung Pentakosta

Jemaat Allah dengan hati-hati mengikuti instruksi alkitabiah yang terdapat di Imamat 23:16 untuk “menghitung lima puluh hari” sampai pada hari sesudah Sabat yang ke-7” (Imamat 23:16).

Karena perkataan Sabat dalam ayat ini jelas merujuk pada hari Sabat mingguan dan bukan Sabat tahunan, kita memahami bahwa hari Sabat adalah hari sebelum hitungan ke-50 itu pasti hari Sabat mingguan – dan bukan hari Sabat tahunan.

Gereja juga mencatat bahwa apabila Allah memang menginginkan hari Raya Tujuh Minggu, atau Pentakosta itu, sebagaimana itu dikenal hari ini, untuk dirayakan pada tanggal yang tetap (Sivan 6), Dia bisa saja menetapkan itu di Kitab Suci. Semua hari-hari raya lainnya mengikuti tanggalan yang tetap setiap tahunnya, dan Pentakosta bisa saja sama seperti yang lain – seandainya itu yang dikehendaki Allah.

Akan tetapi, bacaan ayat suci ini menekankan bahwa Pentakosta harus dihitung setiap tahunnya. Alasannya ialah bahwa hari dalam satu minggu itu ketika Hari Raya Roti Tidak Beragi tidak jatuh pada hari yang tetap dari tahun ke tahun. Jadi dengan menghitung 50 hari mulai hari Minggu dalam perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi (sebagaimana ditetapkan oleh Kitab Suci), maka hitungan itu selalu jatuh pada hari Minggu – hari Pentakosta selalu jatuh pada hari Minggu.

Apa arti Pentakosta bagi anda?

Mereka yang merayakan seluruh atau ketujuh hari raya Tuhan itu dan mengulang-ulang penjelasan makna perayaan itu setiap tahun secara terus menerus mendapat pemahaman makna yang lebih dalam tentang masing-masing perayaan itu. Anda bisa menemukan tanggalan Pentakosta dan hari-hari raya menurut Alkitab. Silakan klik tautan ini:  “Festival Calendar.”

Apa arti Pentakosta itu bagi orang Yahudi?

Dalam agama Yahudi perayaan ini disebut dalam sebutan Ibrani, Shavuot. Ini berarti mingguan atau tujuh, yang menyinggung ajaran penghitungan 50 hari. Hari raya ini terjadi selama tuaian pertama dari hasil tanah mereka, dan tradisi orang Yahudi membenarkan bahwa hari raya ini memperingati hari pada saat Allah memberi 10 Perintah Allah di Gunung Sinai kepada orang Israel dulu.

Orang Yahudi sering membaca kitab Rut pada masa seperti ini setiap tahun. Alasan mereka melakukan itu “adalah bahwa kitab ini terjadi pada saat penuaian, bahwa anggapan Rut dari agamanya Naomi merefleksikan penerimaan orang Israel akan Taurat di gunung Sinai, dan bahwa Raja Daud, yang diduga mati pada masa itu menurut tradisi rabi, disebutkan di kitab Rut” (“Shavuot 101,” myjewishlearning.com).

Apa arti Minggu Pentakosta?

Minggu Pentakosta ialah hari Minggu yang dirayakan oleh jemaat Katolik dan Protestan sebagai mulanya Gereja Perjanjian Baru dan sebagai hari turunnya Roh Kudus. Sayangnya, mereka selalu tidak melakukan ini pada hari/tanggalan yang ditetapkan oleh Alkitab. 

Sebagaimana kita lihat sebelumnya dalam artikel ini bahwa Hari Raya Tujuh Minggu, atau Pentakosta, harus ditentukan dengan cara menghitung – dimulai dari hari setelah hari Sabat – “kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu … sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari” (Imamat 23:15-16).

Karena hari Sabat alkitabiah adalah hari Sabtu, maka hari ke-50 itu, setelah menghitung tujuh Sabat, selalu jatuh pada hari Minggu.

Meskipun Kekristenan mainstream merayakan Minggu Pentakosta pada hari yang benar, yakni hari Minggu, itu tidak berarti mereka mengikuti yang sesuai dengan ajaran alkitabiah dari hitungan ke-50 yang jatuh pada hari Minggu saat merayakan Hari Raya Roti Tidak beragi. Akan tetapi, mereka memulai hitungan itu dari Easter atau Jumat Agung. Memang kadang-kadang dalam tahun tertentu (seperti 2020) bersamaan, tetapi pada umumnya tidak bersamaan. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry