Apa itu Hari Raya Tujuh Minggu?

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/life/plan-of-salvation/pentecost/feast-of-weeks/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Hari Raya Tujuh Minggu dikenal dengan beberapa nama yang berkaitan dengan menghitung hari untuk penuaian hasil. Apa arti penghitungan terhadap tuaian rohani ini bagi kita hari ini?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tujuh perayaan yang disebutkan di dalam Alkitab itu adalah penetapan untuk menghadap Elohim dan beribadah kepada Dia (Imamat 23:2). Jadi Dia memberitahukan kita di kitab Imamat 23 kapan “saat-saat yang ditetapkan” ini (ayat 4).

Enam dari perayaan itu selalu jatuh pada tanggal yang sama setiap tahunnya menurut kalender Ibrani, tetapi menurut Alkitab, Perayaan Tujuh Minggu (Pentakosta) itu dihitung. (Pelajarilah lebih lanjut tentang hal ini dalam artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa Arti Pentakosta?”)

Menghitung Hari Raya Tujuh Minggu

Itu disebut Hari Raya Tujuh Minggu karena tujuh minggu dihitung untuk menentukan tanggalnya.

Penghitungannya harus dimulai pada saat Perayaan Roti Tidak Beragi, mulai dengan “hari sesudah Sabat” (ayat 15). Inilah hari upacara ketika imam mengunjukkan berkas pertama tahun itu kepada Elohim. Setelah seberkas hasil pertama itu diunjukkan, maka tuaian selanjutnya bisa dimulai (ayat 10-11, 14). 

Upacara itu ialah dalam rangka antisipasi, yakni ketika Yesus Kristus yang telah disalibkan dan telah bangkit itu naik ke sorga kembali kepada BapaNya, pada hari setelah hari Sabat semasih Perayaan Roti Tidak Beragi.

Alkitab memberi detil tentang penghitungan itu:

“Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap tujuh minggu; sampai pada hari sesudah Sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN” (ayat 15-16).

Berdasarkan fakta ini, “hari sesudah Sabat ke-7” dalam hitungan tersebut selalu hari Minggu, tetapi tanggal pada bulan itu tidak selalu sama dengan Pentekosta tahun-tahun sebelumnya.

Seperti inilah orang “Saduki dan orang Yahudi Karait literalistik” menghitung, tetapi pemimpin orang Yahudi lain menginterpretasikan Sabat itu jatuh pada hari pertama Hari Raya Roti Tidak Beragi (The interpreter’s Dictionary of the Bible, 1962, “Weeks, Feast of”). Hal ini memimpin mereka untuk menetapkan hari keeman bulan ketiga sebagai perayaan Shavuot (“weeks” dalam bahasa Ibarani).

Tanggalan tetap ini tidak memerlukan penghitungan hari ke-50 dan biasanya tidak jatuh pada “hari sesudah Sabat ke-7.” Jadi kita menganggap itu tidak akurat secara alkitabiah.

Apa yang penting dalam menghitung dan memahami tanggal yang benar? Karena kita tidak ingin melewatkan hari beribadah kepada Elohim itu. Kita ingin menuruti contoh para pengikut Kristus yang menghitung 50 hari setelah kenaikanNya kepada Bapa di sorga:  

“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat” (Kisah Para Rasul 2:1).

Pada hari itu, Elohim mencurahkan karunia Roh Kudus kepada 3,000 orang yang dibaptis, dan saat itulah berdirinya Church of God [Jemaat Elohim]. Melalui Jemaat itu, Elohim memulai tuaian baru rohani, yakni orang-orang kudus yang disebut sebagai firstfruits [buah sulung] (Lukas 10:2; Yakobus 1:18).

Hari Raya Tujuh Minggu, juga disebut Hari Raya Menuai

Hari Raya Tujuh Minggu itu juga disebut “Hari Raya Menuai” di dalam Keluaran 23:16: “Juga hari raya Penuaian, yaitu hasil pertama dari hasil kerjamu yang engkau taburkan di ladang.”

Itu disebut “Hari Raya Menuai atau Hari Raya Penuaian” sebab hal itu dihubungkan dengan penuaian hasil, yakni hasil pertama di Tanah Suci.

Dalam konteks Perjanjian Baru, hal ini merujuk pada penuaian rohani pertama. Pekerja-pekerja yang dipanggil ke penuaian ini juga mempersiapkan diri untuk menolong pekerjaan pada penuaian berikutnya, yakni yang lebih besar. Bacalah artikel kami tentang analogi penuaian – pada situs ini – yang berjudul “Hari-hari Raya Alkitabiah: Apakah Allah Menghendaki Kita untuk Merayakannya? Mengapa?” (Silakan menggunakan kolom search di pojok kanan atas).

Hari Raya Tujuh Minggu dan buah sulung

Orang-orang yang dipanggil ke dalam Gereja Elohim adalah buah sulung (Yakobus 1:18), dan buah sulung adalah intrinsik atau terkandung dalam Hari Raya Tujuh Minggu.

Akan tetapi, beberapa sumber dari Alkitab modern merancukan hal ini dengan memberi label yang salah terhadap wave-sheaf offering [berkas persembahan unjukan] sebagai “Hari Raya Tujuh Minggu” (meskipun itu tidaklah demikian yang dimaksudkan) di dalam Imamat 23:10-11). Itu adalah sebuah upacara pada perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi.

Alkitab itu sendiri menggunakan istilah hulu hasil atau buah sulung untuk merujuk pada Hari Raya Tujuh Minggu.

Sebagaimana Bilangan 28:26 berkata, “Pada hari hulu hasil, pada waktu kamu mempersembahkan korban sajian baru kepada TUHAN, pada hari raya lepas tujuh minggu, haruslah kamu mengadakan pertemuan kudus, maka tidak boleh kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.” Baca juga Keluaran 23:16; 34:22; dan Imamat 23:15-21.

Hari Raya Tujuh Minggu dan Pentakosta

Di dalam Perjanjian Baru, Hari Raya Tujuh Minggu disebut Pentakosta, yang artinya “hari ke-50” (Thayer’s Greek Definitions). Ini memusatkan pada hitungan hari ke-50 yang juga sama dengan hitungan tujuh minggu. 

Di samping Pentakosta yang menunjuk pada permulaan berdirinya Gereja, Alkitab juga menyebutkan Hari Raya Pentakosta beberapa kali dalam hubungannya dengan pemberitaan Paulus, yakni rasul untuk bangsa-bangsa lain (gentiles).

  • “Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta” (Kisah Para Rasul 20:16).
  • “Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta” (1 Korintus 16:8).

Dengan jelas bahwa ketetapan untuk beribadah kepada Elohim ini terus berlanjut menjadi perayaan penting bagi Gereja Perjanjian Baru.

Hari Raya Tujuh Minggu, sebuah perayaan pilgrimage [berziarah]

Hari Raya Tujuh Minggu itu juga dikategorikan sebagai perayaan berziarah, satu dari tiga musim perayaan dalam setahun ketika orang-orang pilihan Elohim harus pergi menghadiri perayaan itu, yakni “menghadap hadirat Tuhan Elohimmu ke tempat yang akan dipilihNya” (Ulangan 16:16).

Musim perayaan ini adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi (yang termasuk juga Paskah), Hari Raya Tujuh Minggu dan Hari Raya Pondok Daun (yang termasuk juga perayaan lainnya pada musim gugur).

Akhirnya, Yerusalem menjadi lokasi sentral untuk perayaan-perayaan berziarah ini selama bait suci masih berdiri di sana.

“Catatan sejarah dan bukti arkeologi mengindikasikan bahwa zaman kuno akhir, selama era Helenistik dan Romawi, perayaan-perayaan berziarah merupakan ajaran agama dan sosial yang sangat signifikan, yang membawa orang Yahudi dari seluruh dunia kuno Mediterania ke Yerusalem. Beribu-ribu orang Yahudi melakukan perjalanan untuk perayaan berziarah ini. …

“Sementara jumlah orang yang berziarah ke Yerusalem itu umumnya variabel, hingga pada akhir abad pertama B.C.E., Raja Herodes Agung, yakni orang Roma yang diangkat menjadi bawahan kerajaan di Yudea, tampaknya merespons terhadap keperluan peziarah di kota itu dan membangun sebuah halaman atau lapangan terbuka yang luas, di sekeliling Bait Suci. Hal ini memungkinkan berkumpulnya ribuan orang peziarah itu untuk menghadiri upacara perayaan di halaman Bait suci itu. (“What are Pilgrimage Festivals?” MyJewishLearning.Com).

Ini direfleksikan dengan berbagai suku bangsa dan bahasa yakni pengunjung ke Yerusalem pada Perayaan Hari Raya Tujuh Minggu yang terdapat di Kisah Para Rasul 2:5-11.

Bagaimana merayakan Hari Raya Tujuh Minggu ini hari ini

The Church of God,  a Worldwide Association, terus merayakan semua Hari-hari Raya Tuhan ini – semuanya tujuh perayaan, termasuk apa yang biasanya disebut Hari Raya Pentakosta hari ini.

Supaya menjadi seperti murid-murid pertama seperti yang disebut di Kisah Para Rasul 2:1 – “all with one accord” [semua sehati sepikir] “ketika hari Pentakosta tiba” – Jemaat itu menghitung “sampai pada hari sesudah Sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari” (Imamat 23:16). Hari ke-50 itu adalah hari dimana Pentakosta dirayakan. Inilah cara Jemaat menentukan perayaan hari Pentakosta.

Hari Raya Tujuh Minggu adalah sebuah perayaan dan hari kudus. Elohim memerintahkan, “Janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat” (Imamat 23:21). Itu juga adalah hari “pertemuan kudus” – sebuah kebaktian kudus. Sebagaimana diadakan pada hari-hari Sabat dan hari raya kudus, anggota Jemaat berkumpul bersama untuk beribadah kepada Elohim dan belajar tentang arti hari-hari kudus itu.

Acara kebaktian kudus ini dimulai dengan pujian mazmur, doa pembuka, sermonette [khotbah rohani yang pendek], diikuti dengan pujian, pengumuman dan, setiap hari raya kudus tahunan, pengumpulan persembahan (Ulangan 16:16). Khotbah yang lebih panjang, diikuti dengan pujian akhir dari mazmur dan doa penutup.

Pada hari-hari kudus seperti Pentakosta biasanya ada 2 kali ibadah, tetapi persembahan ucapan syukur dikumpulkan pada ibadah pertama.

Pesan-pesan khotbah memusatkan pada arti Pentakosta. Berikut ini adalah ringkasan singkat dari artikel yang menjelaskan perayaan ini: 

“Pentakosta, yang adalah hari ke-50 yang dihitung mulai dari hari pertama minggu itu (Minggu) pada perayaan Roti Tidak Beragi, menggambarkan hari di mana Gereja/Jemaat Perjanjian Baru – yang adalah ‘buah sulung’ (Yakobus 1:18; Wahyu 14:4) – mulai dengan pencurahan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2). Setelah memahami bahwa Yesus mati disalibkan karena dosa-dosa kita, kita harus bertobat untuk menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 5:32). Perayaan ini juga mengingatkan kita bahwa sekali dibaptis, kita harus membiarkan Roh Kudus itu memimpin kita (Roma 8:8-9).”

Anggota Jemaat menikmati hidangan rohani, pada perayaan ini, tetapi juga hidangan fisik yang lezat. Hari-hari kudus juga memberikan banyak waktu untuk persekutuan di antara saudara seiman (fellowship) yang menolong mempererat hubungan sesama anggota.

Jika anda ingin tahu lebih jauh tentang Gereja yang mensponsori situs ini dan merayakan hari Sabat, hari ke-7 itu dan hari-hari raya tahunan, kunjungilah situs utama kami pada laman “Who We Are.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry