Apa itu Lautan Api?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/lake-of-fire/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Banyak pendapat-pendapat bermunculan tentang apa yang dimaksud dengan lautan api, sebuah frasa yang jarang digunakan. Apa kata Alkitab? Dan bagaimana kita bisa menghindari lautan api ini?

 

 

 

 

 

 

 

Ucapan lautan api hanya empat kali ditemukan di dalam Alkitab, dan masing-masing kejadian terdapat di dalam kitab Wahyu. Bacaan pertama menceritakan kepada kita bahwa ketika raja-raja dunia ini berkumpul untuk memerangi Kristus saat kedatanganNya yang kedua kali, binatang dan nabi palsu itu akan “dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (Wahyu 19:20).

Ketiga kejadian lainnya dari ucapan ini terdapat pada bab berikutnya. Di sini kita temukan bahwa Iblis itu akan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:10) dan bahwa pada akhirnya “Maut dan kerajaan Maut” akan dilemparkan ke dalam lautan ini (ayat 14). Dan akhirnya, kita membaca, “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (ayat 15).

Bacaan di Perjanjian Lama seperti Kejadian 19:24; Mazmur 11:6; dan Yehezkiel 38:22 berbicara tentang hujan belerang dan api yang diturunkan Elohim kepada orang-orang fasik. Rujukan yang menghubungkan api dan belerang dengan lautan api (Wahyu 19:20; 20:10) mengindikasikan bahwa itu adalah suatu bentuk hukuman.

Bacaan di kitab Wahyu juga membuat jelas bahwa makhluk yang dilemparkan ke dalam lautan api itu ialah sebuah hukuman atau penghakiman dari Elohim. Konsep ini umumnya bisa diterima. Apa yang tidak bisa diterima tentang hal ini ialah sifat dari hukuman ini bagi manusia? 

Penjelasan tradisional

Penjelasan lautan api yang paling umum, tetapi salah, telah diartikan sebagai sebuah tempat siksaan kekal bagi orang-orang fasik yang melakukan kejahatan. Dan yang sering dikutip sebagai bukti untuk kepercayaan ini terdapat di kitab Wahyu 20:10: “Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.” 

Bacaan ini, sebagaimana diterjemahkan di versi King James, nampaknya berkata bahwa iblis, binatang dan nabi palsu itu akan disiksa selama-lamanya di lautan api itu. Jadi bagaimana menjelaskan hal ini dari sisi lain? Kita akan kembali ke ayat ini setelah memperhatikan penjelasan alternatif yang tentu lebih baik dan sesuai dengan ajaran Alkitab.

Penjelasan yang lebih baik

Konsep populer tentang neraka, yang dipercayai dengan pemahaman yang salah oleh banyak orang dimana mereka mengatakan bahwa lautan api itu merupakan tempat siksaan kekal bagi orang-orang berdosa sama sekali tidak diajarkan di dalam Alkitab. Alkitab juga tidak mengajarkan ide palsu yang mempercayai immortal soul [jiwa kekal].

Di seluruh lembaran Alkitab, “hell” [neraka] (Bahasa Inggris yang dipilih sebagai terjemahan dari beberapa kata di Bahasa Yunani) dalam berbagai situasi merujuk pada arti kuburan, sebuah lembah di dekat Yerusalem atau suatu kondisi tahanan untuk Setan dan demon. Kata ini tidak pernah digunakan untuk menggambarkan tempat siksaan kekal untuk orang-orang fasik.

Tentang konsep bahwa manusia yang memiliki jiwa kekal, ini adalah ajaran palsu yang bersumber dari Setan (Kejadian 3:4) dan ini sudah merupakan ajaran umum di dalam agama paganisme. Alkitab mengajarkan bahwa jiwa itu hanyalah mortal [bersifat fana], atau makhluk hidup.

Bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul, “Jiwa Kekal: Apa itu Jiwa?” (Silakan menggunakan kolom search di sebelah kanan atas)

Ajaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Perjanjian Lama jelas mengajarkan bahwa hukuman orang-orang fasik adalah kematian – yakni akhir dari kehidupan. “Tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa” (Pengkhotbah 9:5). Jadi tidak ada eksistensi kehidupan setelah kematian. Elohim, melalui nabi Yehezkiel, dua kali menyebutkan ini, “Semua jiwa [makhluk hidup mortal] Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18:4, 20).

Penghakiman Elohim terhadap orang-orang fasik digambarkan oleh nabi Maleakhi. Atas ilham yang diberikan Elohim, dia menuliskan: “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka. Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu, firman TUHAN semesta alam” (Maleakhi 4:1, 3).

Abu merupakan sisa pembakaran, dan inilah yang akan terjadi kepada orang-orang fasik dan mereka yang tidak mungkin lagi diperbaiki. Mereka akan menjadi debu ketika mereka dilemparkan ke dalam lautan api. Inilah apa yang diajarkan Perjanjian Lama tentang hukuman orang-orang fasik, dan ajaran ini juga dikuatkan oleh Yesus Kristus di dalam Perjanjian Baru.

Perhatikan perkataan Kristus: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Matius 10:28). Perhatikan baik-baik bahwa Yesus di sini tidak berbicara tentang siksaan kekal bagi mereka yang tidak taat – tetapi, Dia berkata tentang jiwa (kehidupan) dan tubuh seseorang yang dibinasakan.

Selama bertahun-tahun, banyak telah mencatat ketidaksesuaian antara apa yang digambarkan Elohim – yang begitu mengasihi dunia ini sehingga AnakNya mati untuk menebus dosa kita – dengan satu makhluk yang mengatakan bahwa orang-orang berdosa disiksa selamanya. Beberapa orang telah mencoba memberi alasan di seputar ketidak-konsistenan ini dengan mengatakan bahwa kebesaran Elohim menuntut hukuman semacam itu karena dosa. Tetapi alasan ini cacat karena kontradiksi dengan ayat-ayat Suci Alkitab.

“Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Di sini, kebalikan dari menerima kehidupan kekal adalah “binasa.” Elohim tidak “berkenan kepada kematian orang fasik” – tidak berkenan dengan hukuman kekal (Yehezkiel 33:11). Dia “menghendaki supaya jangan ada yang binasa” (2 Petrus 3:9)

Menyadari bahwa Alkitab mengajarkan bahwa orang-orang fasik akan dibinasakan, beberapa gereja sekarang merujuk pada ajaran ini sebagai pembinasaan. Ini adalah penjelasan yang lebih baik tentang hukuman kepada orang-orang fasik.

Sekarang mari kita kembali bahas ayat di atas tadi yang nampaknya mengimplikasikan “eternal” [kekal], yakni hukuman kekal bagi orang-orang fasik.

Memahami Wahyu 20:10

Wahyu 20:10 menyatakan: “Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”

Wahyu 20:10: “…. where the beast and the false prophet are.” Perkataan “are” di dalam versi New King James dan King James dituliskan dalam cetak italic [huruf miring]. Ini berarti kata tersebut diselipkan oleh penerjemah – yang kebetulan percaya dalam siksaan kekal sebagai hukuman orang-orang fasik – untuk memfasilitasi bacaan dan arti dari ayat ini sebagaimana mereka percayai. Mereka semestinya bisa dengan mudah menyelipkan kata were cast [dilemparkan] – yang merupakan terjemahan yang lebih baik.

Pesan yang disampaikan Wahyu 20:10 ini ialah bahwa Setan atau Iblis akan dilemparkan ke dalam lautan api yang sama di mana binatang dan nabi palsu itu telah dilemparkan (Wahyu 19:20). Good News Translation untuk Wahyu 20:10 menyampaikan seperti ini: “Then the Devil, who deceived them, was thrown into the lake of fire and sulfur, where the beast and the false prophet had already been thrown.” [Dan Iblis yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu telah dilemparkan.”

Binatang dan nabi palsu, yang adalah manusia berwujud fisik atau mortal [fana] akan seketika mati begitu mereka dilemparkan ke dalam lautan api setelah Kristus kembali. Jadi, siapa yang akan “disiksa siang malam sampai selama-lamanya,” sebagaimana dinyatakan teks ini?

Perhatikan bahwa versi King James tidak menyertakan kata ganti they dalam menjelaskan ayat ini: “Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang … dan disiksa siang malam sampai selama-lamanya.” Setan atau Iblis, yang adalah makhluk roh, akan menerima hukuman ini. Tentu, kita hendaknya juga memahami bahwa lautan api itu – juga disebut “api yang kekal” – akan tersedia “untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Matius 25:41).

Manusia-manusia fasik yang dilemparkan ke dalam lautan api akan binasa seketika. Mereka tidak hidup selamanya di dalam siksaan, sakit dan penderitaan. Akan tetapi, Setan dan malaikatnya (yang telah menjadi demon) adalah dalam wujud roh atau makhluk roh dan dengan demikian mereka tidak akan binasa dalam api. Mereka inilah yang akan “disiksa siang malam selamanya.” Sebab wujud mereka ini adalah roh dan tidak akan dapat dimusnahkan oleh api, sebagaimana api menghanguskan benda fisik. Jadi siksaan mereka akan merupakan siksaan mental. Yudas mengindikasikan bahwa hukuman terakhir mereka ialah bahwa mereka akan dilemparkan ke dalam kegelapan untuk selama-lamanya (Yudas 1:5-6, 12-13).   

Untuk bahan pelajaran lebih lanjut tentang bagaimana Elohim akan menghakimi orang, bacalah artikel kami yang berjudul “Judgment of God: The Real Story.” [Penghakiman Elohim: Kisah Nyata].

Tujuan lautan api

Sebagaimana kita telah lihat, satu dari tujuan lautan api itu ialah untuk membinasakan manusia fasik yang akan mengikuti binatang dan nabi palsu itu.

Tentu saja bahwa bukan hanya binatang dan nabi palsu itu yang dibinasakan di lautan api itu. Maleakhi 4:1 berkata bahwa “semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam.”

Setelah 1,000 tahun itu telah selesai, Setan akan akan dilepas dari penjaranya, dan dia akan menyesatkan bangsa-bangsa dan memimpin mereka ke tempat pertempuran untuk memerangi Yerusalem (Wahyu 20:7-8). Elohim akan membinasakan orang-orang fasik ini dengan menurunkan hujan api dari sorga, mereka ini dan semua yang memberontak akan dilemparkan ke lautan api bersama-sama dengan Setan atau Iblis dan demonnya (ayat 9-10; Yudas 1:6-7). Jadi lautan api juga akan menjadi instrumen untuk menyiksa Setan atau Iblis dan demonnya selama periode itu.  

Setelah Milenium dan setelah Setan serta demonnya dilemparkan ke dalam lautan api, Alkitab berbicara satu lagi periode penghakiman untuk manusia yang disebut “a great white throne” [Penghakiman Takhta Putih] (Wahyu 20:11-12). Mereka yang dulu tidak mempunyai kesempatan untuk menerima keselamatan selama kehidupan pertama akan dibangkitkan dalam tubuh jasmani untuk mendapat kesempatan itu.

Orang yang memilih untuk tidak menaati Kristus dan mereka yang sudah memiliki pengetahuan tentang keselamatan tetapi dengan sadar menolak Dia semasa penghakiman pada kehidupan pertama mereka akan dibinasakan di lautan api (ayat 13-15). Perhatikan bahwa pembinasaan mereka di sini disebut “kematian kedua” kalinya – yakni kematian yang tidak akan dibangkitkan lagi. Sebab rencana penyelamatan Elohim untuk umat manusia pada saat itu sudah selesai, “Maut dan neraka [kuburan]” juga “dilemparkan ke dalam lautan api.”

Akhirnya, Alkitab berkata bahwa bumi yang sekarang akan dihanguskan dalam nyala api untuk persiapan penyambutan “langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama akan berlalu” (Wahyu 21:1). Berbicara tentang hal ini, Petrus menuliskan, “Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap” (2 Petrus 3:10).

Bagaimana menghindari lautan api

Sebagaimana kita telah pahami, Elohim menghendaki supaya jangan ada yang binasa (2 Petrus 3:9). Tetapi Dia mau, supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4).

Bagi kita, jalan keselamatan secara terang dijelaskan. Selama pelayananNya di bumi ini Yesus berulangkali mendesak orang-orang yang mendengarkan perkataanNya, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2; 4:17); juga Markus 1:15). Dan kadang-kadang, saat tragedi terjadi, Dia memperingatkan, “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Lukas 13:3, 5). 

Setelah Kebangkitan Kristus, Dia menampakkan diri kepada murid-muridNya dan berkata kepada mereka bahwa “pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa” (Lukas 24:47). Beberapa hari kemudian, setelah Petrus menerima Roh Kudus pada Hari Pentakosta, dia mengikuti perintah Yesus ini, dengan mendesak orang untuk bertobat dari dosa-dosa mereka (Kisah Para Rasul 2:38). 

Dan mengapa kita harus bertobat? Sebagaimana Petrus menjelaskan, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus” (Kisah Para Rasul 3:19-20).

Pengampunan dosa kita – yaitu dosa kita dihapuskan bersih – merupakan karunia yang sangat indah dari Elohim. Sebagaimana Paulus katakan, “Berbahagialah mereka yang pelanggaran-pelanggarannya dihapuskan, dan yang dosa-dosanya ditutupi” (Roma 4:7).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry