Apa Itu Tujuh Meterai Kitab Wahyu?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/seven-seals/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kitab Wahyu berbicara tentang tujuh meterai dalam nubuat gulungan kitab yang dibuka sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Apa arti ketujuh meterai Wahyu itu?

 

 

 

 

 

 

 

Kitab Wahyu menggambarkan sebuah gulungan kitab dengan tujuh meterai yang akan dibuka sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali ke bumi ini.

Bab 5 kitab Wahyu menunjukkan sebuah gulungan kitab yang diserahkan kepada Yesus Kristus di sorga. Gulungan kitab yang tertutup dengan tujuh meterai ini dibuka satu per satu untuk menyatakan kejadian-kejadian yang akan terjadi sebelum dan selama kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Tujuh meterai kitab Wahyu dibuka oleh Yesus Kristus

Bagian ayat Suci Alkitab ini menggambarkan Yesus Kristus yang dihormati sebagai Penguasa yang layak untuk membuka ketujuh meterai kitab Wahyu ini. Sementara peristiwa ini berlangsung dengan jelas terlihat sebelum pembukaan meterai-meterai itu, kejadian-kejadian lain dalam bab 5 kitab Wahyu ini nampaknya memberikan gambaran umum dari kejadian-kejadian termasuk hal-hal yang akan terjadi kemudian.

Misalnya, Wahyu 5:9-10 berbicara tentang manusia-manusia yang telah ditebus, yang akan menjadi raja dan imam di bumi ini; dan ayat 13 berbunyi “Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya” memuji Elohim Bapa dan Anak Domba (yang adalah Yesus Kristus).

Ayat ini bukan rapture yakni pengangkatan orang-orang kudus ke sorga sebelum pembukaan meterai-meterai itu, ayat ini menunjukkan apa yang akan terjadi setelah meterai-meterai itu dibuka dan rencana Elohim akan digenapi.

Setelah memberikan gambaran umum ini, Wahyu 6 dan bab-bab selanjutnya menjelaskan dengan detil bagaimana hal itu akan terjadi – bagaimana kejadiannya bahwa hanya orang-orang benar yang tersisa, yakni mereka yang akan memuji Elohim. 

Berkaca pada akhir kejadian dari rencana penyelamatan Elohim, kita memahami bahwa ketika “langit yang baru” dan “bumi yang baru” ditunjukkan (Wahyu 21:1), hanya orang-orang yang menang atas dosa yang akan hidup. 

“Siapa yang menang, ia akan mewarisi segala sesuatu, dan Aku akan menjadi Elohimnya, dan ia akan menjadi anakKu. Namun orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, para pembunuh, pezina, penyihir, penyembah berhala, dan semua pendusta, mereka mendapat bagian dalam lautan yang menyala oleh api dan belerang. Itulah kematian kedua" (Wahyu 21:7-8).

Menyusul kejadian setelah tahap ini adalah saat ketika “seluruh makhluk,” sebagaimana dikatakan di Wahyu 5;13, akan memuji Elohim Bapa dan Yesus.

Khotbah di Bukit Zaitun (Nubuat): kunci untuk memahami ketujuh meterai kitab Wahyu

Seringkali pemahaman kita menjadi lebih jelas terhadap bacaan Kitab Suci ketika kita memperhatikan bacaan tambahan dari kejadian-kejadian atau penjelasan pada bagian lain Alkitab. Ini sama halnya dengan pemahaman ketujuh meterai pada kitab Wahyu ini.

Karena kitab Wahyu berfokus pada kejadian-kejadian akhir zaman, kita dapat memperoleh kejelasannya dari kejadian-kejadian ini dengan memperhatikan apa yang dikatakan Kristus tentang kejadian-kejadian yang sama kepada murid-muridNya ketika Dia di bumi ini. Penjelasan Yesus yang paling komprehensif tentang apa saja yang akan terjadi pada akhir zaman terdapat pada KhotbahNya di Bukit Zaitun yang dicatat di dalam injil Matius 24, Markus 13 dan Lukas 21.  

Latar belakang pengajaran Yesus kepada murid-muridNya terdapat di Matius 24:3: “Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-muridNya kepadaNya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: ‘Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia?’”

Dengan membandingkan apa yang dikatakan Yesus di dalam Khotbah Bukit Zaitun dengan kitab Wahyu, kita menemukan urutan dan pemahaman yang lebih luas tentang tujuh meterai kitab Wahyu.

Meterai empat pertama adalah empat penunggang kuda kitab Wahyu

Karena meterai empat pertama kitab Wahyu ini dan maknanya dijelaskan dengan bahasa metaforis sebagai pembawa berita yang mengendarai kuda dengan warna yang berbeda, maka mereka ini umumnya dirujuk sebagai empat penunggang kuda Apokalips. Perkataan apokalips berasal dari bahasa Yunani apkalypsis, yang artinya “penyingkapan” atau “wahyu.” Jadi ucapan “empat penunggang kuda Apokalips” berarti empat penunggang kuda kitab Wahyu.

Karena makna dari meterai keempat pertama itu adalah dasar dari artikel “Apa Makna Keempat Penunggang Kuda  Apokalips itu?” maka artikel ini hanya secara singkat membahas hal itu sebelum kita memfokuskan secara lebih luas tentang nubuat meterai berikutnya. (Silakan anda membaca artikel tentang empat penunggang kuda ini).

Meterai pertama: seekor kuda putih

Sementara meterai pertama dibuka, rasul Yohanes menuliskan sbb: “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan” (Wahyu 6:2).

Membandingkan meterai-meterai itu dengan kejadian-kejadian yang dinubuatkan Yesus Kristus pada KhotbahNya di Bukit Zaitun itu – yakni mengenai apa yang akan terjadi – meterai ini merepresentasikan penyesatan agama (Matius 24:5).

Perhatikan bahwa pemahaman kita terhadap meterai ini akan lebih jelas apabila kita  membandingkannya dengan ajaran pertama Yesus. Tanpa perbandingan ini, orang mungkin akan salah asumsi dan mengatakan bahwa penunggang kuda ini adalah Kristus, karena Dia juga digambarkan di dalam Wahyu 19:11 sebagai penunggang “kuda putih.”

Penyesatan agama sudah lama terjadi di dunia ini dan masih berlangsung hingga sekarang. Itu awalnya terjadi pada abad pertama (Galatia 1:6; Yudas 1:3-4) dan ini akan semakin intens hingga pada saat-saat sebelum Kristus kembali ke bumi ini, dan ini akan terjadi melalui usaha seorang yang ditandai di dalam Alkitab sebagai “manusia durhaka,” “antikristus’ dan “seekor binatang” (2 Tesalonika 2:3; 1 Yohanes 2:18; Wahyu 13:11).

Meterai kedua: seekor kuda merah

Ketika meterai kedua dibuka, Yohanes menuliskan sbb: “Maka keluarlah kuda lain yang berwarna merah api. Kepada dia yang menunggang di atasnya telah dikaruniakan untuk mengambil damai dari bumi agar mereka saling membunuh; kepadanya juga diberikan pedang yang besar” (Wahyu 6:4).

Hal ini mensejajarkan penjelasan Kristus bahwa orang akan “mendengar peperangan dan berita-berita tentang perang” dan bahwa “bangsa akan bangkit melawan bangsa” (Matius 24:6-7).

Meterai ketiga: seekor kuda hitam

Untuk meterai ketiga ini Yohanes berkata, “Ketika Dia membuka meterai yang ketiga, aku mendengar makhluk hidup ketiga berkata, ‘Marilah dan lihatlah!’ Lalu aku melihat seekor kuda hitam dan ia yang menunggang di atasnya memegang timbangan di tangannya. Dan aku mendengar suara di tengah-tengah keempat makhluk hidup itu yang berkata: ‘Setakar gandum sedinar dan tiga takar jelai sedinar, tetapi janganlah engkau merusak minyak zaitun dan air anggur itu!’” (Wahyu 6:5-6)

Meterai keempat: seekor kuda hijau pucat

Menggambarkan kuda yang keempat, Yohanes menuliskan sbb: “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi” (Wahyu 6:8).

Deskripsi ini menggambarkan “penyakit sampar” atau penyakit epidemi yang dinubuatkan Yesus akan menimpa penduduk dunia ini sebelum kedatanganNya yang kedua kali (Matius 24:7).

Kejadian-kejadian yang digambarkan oleh meterai keempat pertama – penyesatan agama, perang, kelaparan dan penyakit sampar (pandemi) – sejauh ini telah terjadi. Dicatat sebagai tanda-tanda kedatangan Kristus yang kedua kalinya dan “permulaan penderitaan” (Matius 24:8), kejadian-kejadian yang mengerikan ini akan semakin intens pada akhir zaman.

Meterai keenam: Siksaan dahsyat

“Ketika Dia membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah ada jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh karena firman Elohim dan karena kesaksian yang mereka miliki. Mereka berseru dengan suara yang nyaring sambil berkata: ‘Sampai kapan ya Tuhan Yang Kudus dan Yang Benar, Engkau tidak menghakimi dan membalaskan darah kami terhadap mereka yang tinggal di bumi?’ Kepada mereka masing-masing diberikan jubah putih yang panjang, dan diberitahukan agar mereka dapat beristirahat sedikit waktu lagi sampai genap jumlah sesama hamba dan saudara mereka, yang akan segera dibunuh seperti mereka juga” (Wahyu 6:9-11).

  • Konteks meterai ke-5

Sebelum memfokuskan pada pembahasan makna meterai ini, mari kita perhatikan konteks penglihatan ini.

Karena Yohanes melihat – dalam penglihatannya - orang-orang martir yang terbunuh yang bertanya kepada Elohim hingga kapan Dia hendak membalaskan dendam kepada mereka yang telah begitu kejam membunuh mereka, beberapa orang telah salah asumsi bahwa ini diartikan orang-orang suci itu masih hidup di sorga menunggu Elohim menghakimi orang-orang pembunuh mereka itu. Kita harus ingat bahwa ini adalah sebuah penglihatan – bukan realita – untuk mengilustrasikan apa yang akan terjadi.

Kadang-kadang Alkitab menggunakan bahasa metaforis untuk menggambarkan kejadian-kejadian di masa lalu, di masa sekarang atau di masa yang akan datang. Ungkapan metaforis ini jangan diartikan secara literal. Sebuah penggunaan metafor yang familiar terdapat di kitab Kejadian dimana setelah Kain membunuh adiknya, Habel, Elohim berkata kepada Kain, “Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah” (Kejadian 4:10). Darah secara figuratif menangis.

Penglihatan yang digambarkan meterai yang kelima itu –  dimana para martir setia yang dibunuh sepanjang abad itu menantikan Elohim untuk mengadili dunia ini – melambangkan maksud tujuan Elohim bagi bumi yang sekarang dan umat manusia, yakni untuk “membawa banyak orang kepada kemuliaan” (Ibrani 2:10).

Paulus secara metaforis menggambarkan proses ini dengan berkata, “Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin” (Roma 8:22). Kita perlu mengingat bahwa tujuan dari kitab Wahyu dan meterai-meterainya ialah untuk menunjukkan apa yang akan terjadi di masa depan dan bahwa rencana penyelamatan Elohim akan digenapi.  

  • Makna dari meterai ke-5

Dalam penglihatannya, Yohanes melihat bahwa yang dinyatakan meterai ke-5 itu ialah siksaan dahsyat yang akan menimpa suku keturunan Yakub dan orang-orang pilihan Elohim yang setia sebelum Yesus Kristus kembali.

Menggambarkan masa yang akan terjadi ini, Yesus berkata, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci” (Matius 24:9-10).

Sembari melanjutkan gambaran kesengsaraan yang belum pernah terjadi ini, Yesus berkata, “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat” (ayat 21-22).

Meterai yang kelima merepresentasikan kemarahan Setan, yang akan diarahkan kepada manusia terutama kepada orang-orang setia pengikut Elohim.

Memperingatkan orang terhadap apa yang akan dilakukan oleh Setan di akhir zaman, Wahyu 12:12 berkata, “Celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.”

Meterai keenam: kekacauan kosmik

Menggambarkan apa yang dia saksikan ketika meterai keenam dibuka, Yohanes menuliskan sbb: “Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang. Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya” (Wahyu 6:12-14).

Kejadian-kejadian supernatural ini telah dinubuatkan jauh sebelumnya sebagai tanda-tanda dari hari Tuhan, yakni saat Kristus kembali ke bumi ini kedua kalinya.

Nabi Yoel telah menubuatkan ini sebagai “suatu hari gelap gulita dan kelam kabut, suatu hari berawan dan kelam pekat” dan sebagai suatu saat ketika, “matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya … dan langit dan bumi bergoncang” (Yoel 2:2; 3:15-16).

Sementara kejadian-kejadian luar biasa ini berlangsung, umat manusia akan menyadari bahwa Elohim akan segera mendatangkan hukuman atas penduduk bumi ini karena ketidaktaatan mereka terhadap hukum-hukumNya.

“Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu. Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?’” (Wahyu 6:15-17).

Meterai ketujuh: kemurkaan dan belas kasih Elohim

Meterai ke-7, yang berisi tujuh sangkakala, dimulai di Wahyu 8. Meterai ini, yang juga disebut Hari Tuhan, adalah tema utama di dalam kitab Wahyu.

Itu menyatakan “murka Anak Domba” (Wahyu 6:16), yang akan menimpa umat manusia karena ketidakpatuhan mereka terhadap hukum-hukum Elohim, dan belas kasih Elohim, yang akan akhirnya dinyatakan setelah kedatangan Yesus Kristus kembali ke bumi ini untuk mendirikan Kerajaan Elohim.

Saat-saat yang mengawali meterai ke-7, Elohim akan memeteraikan 144,000 orang (dari 12 suku Israel) dan suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung banyaknya (Wahyu 7:3-4, 9).

Umat keturunan dari 12 suku Israel akan termasuk di dalam jumlah 144,000 – bukan saja suku Yahudi, yang umumnya berasal dari suku Yehuda. Juga penting untuk kita perhatikan bahwa satu lagi kumpulan besar orang – “suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya” – dari berbagai suku bangsa akan juga dimeteraikan untuk diselamatkan (ayat 9). 

Bahasa Yunani sphragizo, yang diterjemahkan “dimeteraikan,” memiliki arti menyegel atau menandai untuk maksud keselamatan. Perkataan yang sama digunakan oleh Paulus di Efesus 1:30 untuk menjelaskan orang-orang Kristen yang “dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan” dan di Efesus 4:30 untuk menggambarkan orang-orang Kristen “yang dimeteraikan hingga datangnya Hari Penebusan.”  

Dengan demikian orang-orang setia Elohim akan dilindungi dari hukuman yang segera akan datang atas umat manusia, yakni orang-orang yang memberontak terhadap Elohim.

Sebagaimana meterai ke-7 mulai, tujuh sangkakala, yang menyatakan serangkaian hukuman, bersiap untuk ditiup (Wahyu 8:6). Hingga pada sangkakala yang ke-5, hukuman akan begitu berat sehingga “orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak akan menemukannya, dan mereka akan ingin mati, tetapi maut lari [sementara] dari mereka” (Wahyu 9:6). Selama sangkakala yang ke-6 berlangsung, sepertiga dari umat manusia akan mati terbunuh (ayat 18).

Untuk penjelasan lebih rinci mengapa Elohim marah dengan umat manusia, bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Kemurkaan Elohim” (Silakan menggunakan kolom search)

Belas kasihan Elohim segera menyusul pada saat sangkakala yang ke-7 berbunyi mengumumkan bahwa “pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya,” yakni Yesus Kristus (Wahyu 11:15).

Meskipun masih ada “Tujuh Tulah Terakhir” (bacalah artikel ini, yang telah dimuat pada situs ini) yang juga disebut “anggur murka Elohim,” “dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Elohim” (Wahyu 15:1 dan 7), maka kejadian-kejadian di atas bumi ini ditakdirkan akan menjadi baik. Ketika Kristus kembali sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan, Kerajaan Sorga akan didirikan dan 1,000 tahun kedamaian dan kesejahteraan akan dimulai. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry