Apa itu Tujuh Tulah Terakhir Kitab Wahyu?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/seven-last-plagues/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Wahyu berbicara tentang tujuh tulah terakhir yang akan menimpa bumi ini pada akhir zaman. Apa saja tulah-tulah ini, dan mengapa Elohim mengirimkannya?

 

 

 

 

 

 

“Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh; dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu” (Wahyu 16:18).

Skema kejadian-kejadian nubuat yang akan terjadi pada akhir zaman, sebelum kedatangan Kristus kembali ke bumi ini, yakni yang digambarkan di dalam kitab Wahyu dirinci sbb:

  • Tujuh meterai
  • Tujuh tulah sangkakala
  • Tujuh tulah terakhir

Meterai keempat pertama itu menggambarkan tren dan malapetaka yang sekarang terus terjadi dan yang semakin intensif hingga hari ini.

Semua kejadian yang akan terjadi dari meterai ke-5 dan terus berlanjut hingga ke tujuh tulah terakhir akan terjadi dalam 3½ tahun sebelum Kristus kembali.

Setelah semua tulah ini terjadi, yakni yang disebut di kitab Wahyu, Yesus Kristus akan kembali untuk menyelamatkan umat manusia dari kemusnahan. Akhirnya, hukuman-hukuman yang dialami manusia akan menghasilkan pertobatan, dan orang-orang akan berbalik kepada Juruselamat dan Raja kita. Yesus Kristus akan membawa damai, berkat dan sebuah pemerintahan yang sempurna. 

Bagaimana tujuh meterai dihubungkan dengan tujuh tulah terakhir yang digambarkan di kitab Wahyu itu

Meterai kelima pertama menggambarkan konsekuensi bagi perilaku dosa umat manusia dan kegeraman Setan terhadap orang-orang pilihan Elohim dan terhadap manusia pada umumnya. Meterai ke-6 mengumumkan murka atau kegeraman Elohim yang akan segera menyusul. 

Meterai ke-7 mencakup murka Elohim, yang akan dilepaskan melalui tujuh tulah sangkakala dan kemudian tujuh tulah terakhir.

Tujuh tulah terakhir: mengakhiri kegeraman Elohim

Tujuh tulah terakhir ini akan mengakhiri kegeraman Elohim.

Sebagaimana Yohanes tuliskan: “Dan aku melihat di langit suatu tanda lain yang besar dan ajaib: Tujuh malaikat yang memegang tujuh bencana [malapetaka] yang terakhir, karena dengan itu murka Elohim digenapi” (Wahyu 15:1).

Ketujuh tulah terakhir yang di Wahyu itu adalah:

Tulah pertama: Isi cawan pertama akan menyebabkan bisul-bisul yang menyakitkan “pada semua orang yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya” (Wahyu 16:2). Nampaknya bisul-bisul yang menyakitkan dan luka terbuka ini akan disebabkan oleh jenis penyakit atau infeksi kulit. 

Tulah kedua: Ketika cawan ini ditumpahkan, maka laut akan menjadi darah dan akan menyebabkan semua kehidupan di dalamnya mati (ayat 3). Kematian hidup di laut air asin akan memusnahkan sebagian besar sumber pangan bagi jutaan orang. 

Tulah ketiga: Setelah malaikat ketiga menumpahkan cawannya, maka sungai-sungai dan air tawar akan menjadi darah (ayat 4). Tulah ini akan memusnahkan ikan tawar – dan bahkan akan berdampak pada persediaan makanan bagi jutaan orang. 

Tulah keempat: Cawan keempat akan menyebabkan matahari menjadi sangat panas sehingga “menghanguskan manusia dengan api” (ayat 8). .

Tulah kelima: Hukuman ini akan mendatangkan kegelapan, kesakitan dan bisul-bisul (ayat 10-11).

Tulah keenam: Cawan yang berisi tulah ini akan ditumpahkan ke Sungai Efrat, yang menyebabkan airnya surut dan menjadikan jalan darat sehingga memudahkan tentara-tentara dan raja-raja “di seluruh dunia, [untuk bersatu dimana Setan akan mengumpulkan mereka] guna peperangan pada hari besar” di Harmagedon (daerah Megido, yang jaraknya kira-kira 18 mil atau 30 kilometer ke sebelah tenggara kota modern Haifa). Dari lokasi ini, tentara-tentara yang berhimpun itu akan maju ke arah Yerusalem untuk mengadakan peperangan terakhir terhadap Yesus Kristus (ayat 12-16).

Tulah ketujuh: Tulah terakhir ini akan berisi deruan “bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi” (ayat 18). Babel, sebuah agama palsu yang kuat dan berkuasa, akan tumbang (ayat 19, bandingkan dengan Wahyu 18:2) dan akan ada hujan es besar yang dahsyat – dan menimpa manusia – yang beratnya hingga 100 pon (ayat 21).  

Tulah-tulah terakhir Wahyu juga disebut cawan murka

Wahyu 15:7 menggambarkan ketujuh tulah terakhir ini sebagai “tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Elohim” yang akan ditumpahkan ke atas bumi ini. Beberapa terjemahan Alkitab, di antaranya, KJV dan Young’s Literal Translation, menggunakan kata vial sebagai pengganti bowl dalam ayat bacaan ini dan di Wahyu 16:1

Albert Barnes dalam catatannya, Notes on the Bible menyatakan: “Kata yang digunakan di sini – φιάλη phialē – yang arti sesungguhnya, ‘cawan atau gelas minum berkaki, yang memiliki lebih besar luasnya daripada dalamnya’ (Robinson, Lexicon). Perkataan vial [botol kecil], walau berasal dari sini, berarti botol gelas tipis yang panjang, yang khususnya digunakan oleh apotek dan apoteker. Perkataan itu lebih tepat diterjemahkan dengan ‘bowl’ atau ‘goblet’ [cawan dan gelas minum berkaki], dan barangkali yang direpresentasikan di sini ialah cawan semacam itu digunakan dalam pelayanan rumah ibadat. … Kiasan ini nampaknya adalah mangkok minuman atau gelas minum berkaki yang diisi dengan racun, dan diberikan kepada orang-orang untuk diminum – sebuah kiasan yang diambil dari satu di antara jenis hukuman pada zaman dulu” (Catatan pada Wahyu 15:7).

Jadi cawan-cawan ini adalah gambaran yang digunakan Elohim untuk merepresentasikan tujuh hukuman terakhir yang akan Dia tumpahkan pada manusia berdosa.

Mengapa Elohim pengasih mengizinkan tulah-tulah ini pada manusia?

Perhatikan respons manusia terhadap tujuh meterai dan tujuh tulah sangkakala itu yakni yang mendahului hukuman cawan terakhir ini. Meskipun begitu hebat kesakitannya dan penderitaan yang akan menyiksa penduduk dunia ini melalui hukuman meterai-meterai dan sangkakala, namun umat manusia masih menolak untuk bertobat dari dosa-dosanya (Wahyu 9:20-21).

Dengan meneliti kembali apa yang sudah akan terjadi selama penghukuman meterai dan sangkakala itu, kita memahami bahwa, selain penderitaan yang hebat itu, banyak orang akan binasa pada masa meterai empat pertama itu, dimana masa ini juga disebut penunggang kuda apokalips [kiamat] (Wahyu 6:8). Dan banyak lagi akan mati pada masa tulah sangkakala ke-3 (Wahyu 8:11), dan sepertiga dari sisa penduduk dunia akan binasa dalam tulah sangkakala ke-6 (Wahyu 9:15, 18).  

Meskipun kejadian apokaliptik ini sungguh sangat mengerikan, manusia akan terus menolak Elohim. Mereka akan menolak beribadah atau menaati Tuhan Yang Mahakuasa Elohim Kekal.   

Dengan penyesatan yang dilakukan oleh Setan atau Iblis itu, kekuatan politik akhir zaman dan penguasa pagan yang disebut “binatang,” itu, umat manusia akan terus menentang dan menghujat Elohim meskipun tujuh tulah itu ditumpahkan.

Sebagaimana tulah pertama dari ketujuh tulah itu ditumpahkan dan menimpa “semua orang yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya” (Wahyu 16:2). Perhatikan juga bahwa pada tulah ke-5 akan diulangi ditumpahkan “ke atas takhta binatang itu dan kerajaannya” (ayat 10).  

Apabila anda menjadi bagian dari sistem politik dan agama akhir zaman yang disebut binatang itu akan mengalami konsekuensi serius! Untuk informasi lebih lanjut, bacalah artikel kami – pada situs ini –  yang berjudul “Tanda Dari Binatang” “Siapa Binatang Itu?”

Bagaimana ketujuh tulah terakhir itu paralel dengan tulah-tulah lain di dalam Alkitab?

Ada dua paralel sejarah yang menarik untuk ketujuh tulah terakhir.

  • Yang pertama, tujuh tulah terakhir ini adalah bentuk serupa dari hukuman-hukuman Elohim yang terjadi di tanah mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Dalam 10 tulah yang digambarkan di kitab Keluaran, air menjadi darah (Keluaran 7:17), orang-orang mengalami “bisul” (Keluaran 9:9), dan orang-orang Mesir itu mengalami kegelapan selama tiga hari (Keluaran 10:21-23).

           Jelas ada kemiripan terhadap hukuman-hukuman ini di dalam tujuh tulah terakhir (perhatikan tulah yang pertama, kedua, ketiga dan kelima yang diuraikan di atas).  Dan sebagaimana Firaun mengeraskan hatinya terhadap                 Elohim dan rencanaNya, maka demikian juga orang-orang yang mengalami tujuh tulah terakhir itu juga akan mengeraskan hati terhadap Elohim.

Juga menarik untuk diperhatikan bahwa di dalam Wahyu 15, yang memperkenalkan tujuh tulah terakhir itu, kita menemukan orang-orang setia pengikut Elohim yang menyanyikan “nyanyian Musa” (ayat 3), sebuah nyanyian yang dikarang oleh Musa setelah Elohim mendatangkan 10 tulah kepada orang-orang Mesir dan menyelamatkan Israel (Keluaran 15:1-19).

  • Kedua, tujuh tulah terakhir Wahyu 15 dan 16 memiliki kemiripan dengan tujuh tulah sangkakala, tetapi dengan intensitas yang semakin meningkat. Perhatikan bahwa empat sangkakala pertama menyebabkan sepertiga pohon terbakar, sepertiga laut menjadi darah, sepertiga makhluk di dalam laut mati, sepertiga sungai air tawar menjadi beracun dan sepertiga cahaya matahari, bulan dan bintang-bintang menjadi redup (Wahyu 8:7-12). Tujuh tulah terakhir itu akan menyebabkan semua air (baik air laut dan air tawar) menjadi darah, semua makhluk hidup di laut mati dan terjadi kegelapan (Wahyu 16:3, 4, 10). 

Elohim mengirimkan tulah-tulah itu supaya manusia berbalik kepadaNya

Beberapa orang salah mengerti dan mengatakan bahwa Elohim itu kejam dan bengis – Dia senang membuat orang menderita. Tetapi ini jelas ide yang salah dan bukan itu alasan Elohim mendatangkan tujuh tulah terakhir itu terhadap manusia.

Sebagai Bapa pengasih kita, Elohim selalu memberikan hukuman untuk mendorong kita berbalik dari perilaku dosa kepada ketaatan terhadap hukum-hukumNya yang rohani dan kudus supaya kita dapat diberkati.

Dengan disampaikannya prinsip ini kepada orang Israel zaman dulu, Elohim berfirman kepada nabi Yehezkiel: “Katakanlah kepada mereka: ‘Demi Aku yang hidup,’ beginilah firman Tuhan YAHWEH, ‘Aku tidak berkenan atas kematian orang jahat, kecuali orang jahat itu berbalik dari jalannya supaya ia hidup. Berbaliklah! Berbaliklah dari kelakuanmu yang jahat! Ya, mengapa kamu harus mati, hai keluarga Israel?’” (Yehezkiel 33:11).

Prinsip ini, yakni yang dijelaskan Elohim kepada orang Israel zaman dulu, juga berlaku untuk semua orang – bukan hanya orang Israel. Elohim mengasihi semua orang (Yohanes 3:16) dan menghendaki “agar semua orang diselamatkan dan masuk dalam pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4).

Nubuat-nubuat kitab Wahyu tentang tujuh tulah terakhir itu sungguh mengerikan dan menyatakan bahwa akan ada penderitaan, penindasan dan kehancuran di seluruh dunia ini pada akhir zaman. Saat itu perlu bagi Elohim untuk menunjukkan kuasaNya kepada dunia berdosa dan pembangkang. Tetapi kabar baik ialah bahwa peristiwa itu hanya sementara waktu. Setelah itu, Yesus Kristus akan kembali untuk menghentikan penderitaan akhir zaman ini, dan untuk melakukan tindakan terhadap dosa manusia secara langsung dan segera sesudah itu Dia akan memulai pemerintahannya di dunia ini dengan kebenaran.

Dan ini akan memasuki 1,000 tahun kerajaan damai yang penuh kesejahteraan. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry