Apakah Masalah Bahwa Natal Itu Pagan?

oleh Erik Jones - December 20, 2022

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Informasi tentang paganisme relatif mudah untuk kita temukan. Tetapi apa yang salah dengan Natal yang asalnya dari paganisme? Apakah itu masalah bagi Elohim?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jika anda membaca tentang “Natal” di dalam ensiklopedia, anda akan mempelajari fakta-fakta yang sangat menarik tentang sejarah perayaan apa yang barangkali paling populer di dunia.

Inilah sejarah singkat tentang Natal:

Natal bermula dari perayaan-perayaan paganisme [agama penyembah berhala] sebelum ada agama Kristen dan ini dikaitkan dengan solstice [titik balik matahari] pada musim dingin (yang terjadi pada akhir bulan Desember). Misalnya, agama Mithraisme, sebuah agama orang Persia, yang dirayakan untuk merayakan hari lahir dewa Mithra, pada tanggal 25 Desember. Orang-orang Romawi merayakan dua perayaan besar solstice pada musim dingin akhir bulan Desember: Brumalia dan Saturnalia.   

Natal, sebagaimana kita tahu, diformulasikan selama 300 tahun lebih setelah kelahiran Kristus dengan cara mengadopsi sedikit demi sedikit bagian dari perayaan paganisme ini dan menyatukannya dengan perayaan hari lahir Yesus. Pada tanggal ini setiap tahunnya ditetapkan oleh Roma untuk memberikan daya tarik bagi orang-orang yang baru masuk Kristen meskipun tidak ada bukti bahwa Yesus lahir pada akhir bulan Desember. 

Tetapi mengapa hal itu menjadi masalah bagi anda? Apakah paganisme memang seburuk itu? Apakah masalah jika Hari Natal itu berasal dari agama paganisme?

Apa yang dimaksud dengan pagan?

Paganisme adalah sebuah perkataan yang muncul pada era sejarah Kristen, yakni pada abad permulaan untuk mendeskripsikan mereka yang mengikuti praktek agama politeisme yang berbeda dengan Kristiani atau Judaisme. 

Artinya, menurut Kamus Online Etimologi, adalah “orang yang bukan beriman non-Kristen atau non-Yahudi.

Sepertinya perkataan ini berasal dari bahasa Latin paganus, yang menurut New World Encyclopedia itu diartikan “orang penghuni pedesaan.” Itu mirip dengan perkataan heathen [penyembah berhala], yang adalah Bahasa Inggris kuno yang pada dasarnya menggambarkan kategori yang sama dengan orang pribadi.

Perkataan pagan telah diyakini menjadi perkataan umum dan digunakan selama tahun 1400an ketika dunia Barat didominasi oleh agama Katolik Romawi dan gereja-gereja Orthodox Timur.

Jika anda melakukan penelitian ayat-ayat Alkitab, anda akan menemukan kata-kata pagan dan heathen yang digunakan di beberapa versi terjemahan untuk menggambarkan orang-orang di luar bangsa atau komunitas Israel, dimana pagan dan heathen itu menyembah dewa-dewa berhala.

Bahasa Ibrani asli untuk pagan atau heathen ini mengartikannya sebagai seorang asing, atau siapa saja di luar komunitas agama Israel.

Apa arti  paganisme di dalam Alkitab?

Alkitab banyak menyebut paganisme karena senantiasa menjadi tantangan dan kelemahan bangsa pilihan Elohim, yakni Israel, pada era Perjanjian Lama. Hampir setiap bangsa dan kultur pada era tersebut menyembah banyak dewa-dewa berhala.

Tuhan palsu di dunia zaman kuno sering memiliki tiga karakteristik umum:

  1. Sifat. Semuanya dihubungkan dengan dunia alami (seperti hewan, lokasi, planet, atau kekuatan alam seperti gemuruh).
  2. Patung. Patung-patung atau gambar disembah dan ini disebut penyembahan/pemujaan berhala.
  3. Kemiripan Budaya. Ini sering terlihat dalam kemiripan dengan budaya yang ada di tempat-tempat lain. Seringkali bahwa konsep suatu pendewaan di satu budaya diadopsi dan dimodifikasi oleh budaya lain.

Pada awalnya paganisme itu secara langsung disebutkan di dalam Alkitab di Kejadian 31:19, dimana kita membaca tentang Rahel yang dituduh ayahnya, Laban, mencuri “berhala keluarga” itu.

Tetapi paganisme tidak secara langsung disinggung di Kejadian 10, yang menceritakan munculnya Nimrod – pendiri kota “Babel, Erekh, Akad, dan Kalne, di tanah Sinear” (ayat 10) – yang menurut sejarawan itu disebut Mesopotamia atau Babelonia.

Kita membaca bahwa Nimrod adalah seorang “yang gagah perkasa di hadapan TUHAN” (ayat 9). Menarik jika kita simak bahwa banyak dewa-dewa berhala yang berasal dari Babilonia juga digambarkan sebagai prajurit perkasa (seperti dewa Baal).

Nimrod artinya memberontak. Kita melihat dampak dari pengaruhnya di Kejadian 11, ketika orang-orang di tanah kediamannya memberontak terhadap perintah Elohim untuk menyebar memenuhi seluruh bumi. Daripada mematuhi Elohim, mereka bersatu di Babel dan mencoba membangun sebuah “menara yang puncaknya sampai ke langit” (ayat 4). Sepertinya mereka membangun ziggurat [monumen] pertama dalam sejarah (sebuah bangunan piramida yang bertingkat-tingkat).

Hampir setiap kota Babilonia dibangun disekeliling sebuah ziggurat. Perhatikan bagaimana sebuah buku sejarah menggambarkan bangunan-bangunan ini: “Each temple was associated with one or more gods or goddesses, whose cult-statues it housed” [ Setiap kuil diasosiasikan dengan satu atau beberapa dewa atau dewi, dimana terdapat patung kultusnya” (Robin Winks and Susan Mattern-Parkes, The Ancient Mediterranean World, p. 19).

Sementara orang-orang berserak ke seluruh bumi mulai dari Babilonia, mereka membawa ide agama mereka sendiri. Ide-ide ini termasuk bangunan menara (yang mirip dengan ziggurate) dan berhala-berhala.

Pernahkah anda memperhatikan bahwa hampir seluruh agama di dunia ini menggunakan struktur bangunan bermenara? Misalnya, piramida Mesir, pagoda Tionghoa, kuil Hindu, lengkungan puncak Mesjid Islam dan menara gereja Kristen. Banyak dari agama-agama ini, kecuali Islam, sangat mempercayai patung/gambar atau image untuk merepresentasikan tuhan mereka.

Semua karakteristik agama seperti ini berasal dari Babel.

Hampir setiap budaya yang kontak dengan Israel berasal dari praktek agama penyembah berhala, tetapi Elohim melarang Israel menggunakan patung ukiran di dalam ibadah mereka (Keluaran 20:3-4). Peringatan terhadap penyembahan berhala itu bahkan terdapat di Perjanjian Baru (1 Korintus 10:14; Galatia 5:20).

Untuk mempelajarinya lebih lanjut tentang dosa penyembahan berhala, bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul “Perintah Kedua.”

Mengapa agama paganisme begitu menjijikkan di hadapan Elohim?

Di seluruh lembaran Alkitab, Elohim memberikan banyak alasan mengapa paganisme begitu menjijikkan dan tercela di hadapanNya. Berikut ini adalah beberapa alasan:

1. Paganisme  menyimpangkan ibadah dan menjauhkan perhatian dari Elohim

Di dalam hukum tauratNya, Elohim membuat hal ini dengan sangat jelas: “Janganlah kamu berpaling kepada berhala-berhala, janganlah kamu membuat bagimu ilah-ilah tuangan; Akulah YAHWEH, Elohimmu” (Imamat 19:4). Sangatlah berbahaya untuk membuat dewa-dewa berhala dan mitos dan mengatributkannya dengan apa yang dilakukan Elohim oleh KuasaNya menjadi makhluk khayalan yang tidak ada. Elohim menghendaki kita untuk menolak apa saja yang mengalihkan perhatian dan ibadah kita dari Dia.

2. Paganisme melakukan ibadah yang tak berguna

Hampir semua tuhan palsu dipuja dengan menggunakan benda-benda berhala. Pengukir membuat image/benda yang disebut dewa dan orang tunduk memuja benda tersebut sebagai representasi tuhannya. Tentu saja, kenyataannya ialah bahwa dewa yang direpresentasikan merupakan buatan tangan manusia yang tidak memiliki dasar dalam realita.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pohon yang dihias. Pemujaan pohon telah lama di dalam sejarah, dan banyak sumber sejarah menghubungkannya dengan pohon Natal dengan tradisi paganisme ini. 

Jadi pemujaan benda-benda berhala itu adalah sia-sia. Nabi Yesaya mencatat perkataan Elohim sebagai berikut: “Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah. Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu. Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah?” (Yesaya 44:9-10).

Satu lagi ayat Alkitab yang terkenal yang menyatakan kesiasiaan ibadah palsu ini terdapat di kitab Yeremia 10:2-5:

“Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan [tak berfaedah]; bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang.

“Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baikpun tidak dapat."

Menarik untuk disimak betapa miripnya penjelasan Yeremia ini dengan tradisi modern yang memotong kayu dan menghiasi pohon Natal. Ibadah yang berhubungan dengan pohon telah lama dalam sejarah, dan banyak sumber sejarah sekuler menghubungkannya dengan pohon Natal dengan banyak hal tentang tradisi ini.

3. Paganisme membuat manusia menganut ide-ide konyol

Dalam banyak tempat di dalam Alkitab, Elohim dan hamba-hambaNya mencemoohkan kekonyolan penyembahan berhala. Berikut ini salah satunya:

“Berhala bangsa-bangsa adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, juga nafas tidak ada dalam mulut mereka. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, semua orang yang percaya kepadanya” (Mazmur 135:15-18).

Ayat-ayat ini menyoroti kekonyolan doa mereka kepada tuhan palsu yang direpresentasikan oleh patung atau gambar. Semuanya mungkin diukir untuk memiliki semua bagian tubuh yang kita gunakan untuk menjalankan indra kita – tetapi semuanya tidak bisa menggerakkan satu pun di antara indra kita. Ini menekankan betapa kekonyolan manusia mempercayai benda-benda tak bernyawa dan mereka berharap mendapat berkat dan perlindungan!

4. Paganisme membawa manusia kepada pelanggaran susila

Sepanjang sejarah, ibadah paganisme telah membawa orang-orang kepada banyak bentuk perilaku amoral yang terlihat terang-terangan. Salah satu contoh yang paling ekstrim – pengorbanan anak. Tetapi banyak praktek-praktek lain telah dihubungkan dengan paganisme sepanjang sejarah, termasuk temple prostitution [prostitusi candi], debauchery [kemabukan pesta pora dan kebejatan/prostitusi] dan bentuk-bentuk lainnya dari pengorbanan manusia.

Ini semua merupakan alasan yang menjelaskan mengapa Elohim begitu serius memperingatkan umatnya terhadap paganisme. Jadi apa sangkut-pautnya dengan Natal?  

Apakah Elohim menentang Natal?

Sebagaimana disebutkan pada bagian awal artikel ini, itu adalah fakta sejarah bahwa Natal berawal dari macam-macam tradisi paganisme yang diintegrasikan ke dalam sebuah perayaan yang diklaim sebagai perayaan hari lahir Yesus.

Tanggal yang berasal dari perayaan paganisme berhubungan dengan winter solstice [titik balik matahari pada musim dingin]; aksi penghiasan pohon-pohon berasal dari macam-macam adat-istiadat pagan termasuk pemujaan pohon-pohon (yang dilarang di kitab Yeremia 10); aksi pesta-pesta saling tukar-menukar hadiah datang dari perayaan Brumalia dan Saturnalia Romawi; tradisi Santa Claus nampaknya datang dari mitologi Jerman dan Norse (menurut National Geographic); dan di atas semua itu, tidak ada satu pun dari perayaan-perayaan itu diperintahkan di dalam Alkitab.

Oleh sebab itu sekarang kita dihadapkan dengan pertanyaan serius: Apakah Elohim mengizinkan orang Kristen untuk memformulasikan tradisi agama mereka sendiri? Apakah Elohim menyetujui ibadah penyembahan alam dengan menggunakan tradisi dari orang zaman dulu dan mengemasnya sebagai sebuah perayaan “Kristen”? Apakah peringatan-peringatan keras Elohim akan ibadah paganisme itu tidak berlaku bagi adat-istiadat pagan yang dikaitkan dengan Natal? 

Apakah Elohim sekarang masih menganggap tradisi paganisme ini sebagai ibadah yang menjijikan sama seperti Dia menganggapnya pada saat Dia memberikan peringatan kepada umatNya di zaman dahulu? Atau apakah mungkin Dia telah berubah pikiran dan sekarang agak melunak terhadap paganisme?

Kita semua harus melihat sendiri bukti dan mengambil keputusan. Berikut ini adalah tiga ayat Alkitab yang dapat menjadi pertolongan untuk anda jika anda sedang menganalisa Natal dan tradisinya:

  • Ulangan 12:29-32: “Ketika YAHWEH, Elohimmu, membinasakan dari hadapanmu, bangsa-bangsa yang daerahnya engkau datangi untuk menguasainya, dan apabila engkau telah menguasai mereka dan tinggal di negeri mereka; hati-hatilah supaya engkau jangan terperangkap dengan mengikuti mereka setelah mereka dibinasakan dari hadapanmu, dan supaya engkau jangan menanyakan ilah-ilah mereka dengan berkata, ‘bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada ilah-ilah mereka? Dan aku pun, akan melakukan demikian.’ Jangan engkau berbuat demikian kepada YAHWEH, Elohimmu, karena mereka melakukan segala kekejian bagi YAHWEH, yakni apa yang dibenciNya, itulah yang dilakukan mereka bagi ilah-ilah mereka. Sebab, mereka membakar anak-anak lelakinya dan anak-anak perempuannya bagi ilah-ilah mereka. Segala yang aku perintahkan kepadamu, haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya atau menguranginya."

           1 Korintus 10:21: “Kamu tidak boleh minum dari cawan Tuhan lalu minum juga dari cawan roh-roh jahat; kamu tidak boleh mengambil bagian dari meja Tuhan lalu mengambil bagian juga dari meja roh-roh jahat.”

  • Efesus 5:11: “Janganlah turut ambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya nyatakanlah bahwa hal itu salah.”

Standar Elohim adalah ibadah dan kepercayaan yang murni yang berdasar pada apa yang Dia singkapkan di dalam Alkitab – yang tidak tercemar oleh adukan paham atau adat-istiadat agama paganisme.

Jadi, apakah masalah bahwa Natal itu pagan?

Menurut ayat-ayat Alkitab di atas, secara mutlak ya.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry