Apakah OK Memakai Tanda Salib? Mengapa? atau Mengapa Tidak?

oleh Erik Jones

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/idolatry-second-commandment/is-it-okay-to-wear-a-cross/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Mengapa kita tidak menggunakan salib – yang melambangkan penyaliban Kristus – sebagai lambang iman kita? Seharusnyakah salib itu menjadi lambang iman anda?

 

 

 

 

 

Lambang salib digunakan di seluruh dunia ini untuk merepresentasikan Kristus dan Kekristenan. Akan tetapi, apabila anda berkunjung kepada kongregasi atau jemaat Church of God, a Worldwide Association, (yang mensponsori situs ini), dan menemui anggotanya, anda akan mengetahui bahwa mereka tidak memakai atau memperlihatkan tanda salib untuk menunjukkan iman mereka. Anda juga mungkin akan memperhatikan bahwa salib tidak diperlihatkan pada situs ini atau di publikasi-publikasi lainnya – meskipun kami adalah orang Kristen. Kami percaya dalam keilahian Yesus Kristus dan menyatakan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kami dan Kepala Jemaat kami (Kolose 1:18).

Jadi mengapa kita tidak menggunakan tanda salib – sebagai sesuatu yang khas melambangkan penyaliban Yesus Kristus – sebagai lambang iman kita? Sebaiknyakah anda menggunakan salib itu sebagai tanda iman anda?

Alkitab anda dan sejarah memberikan jawaban-jawaban untuk pertanyaan ini.

Salib itu mendahului zaman Kekristenan

Penelitian tentang sejarah kuno menyingkapkan bahwa salib digunakan sebagai lambang keagamaan jauh sebelum abad pertama Masehi – ketika Yesus Kristus hidup di dunia ini, disalibkan dan bangkit kembali. Alkitab tidak mencatat penggunaan salib sebagai suatu lambang fisik keagamaan baik di dalam Perjanjian Lama ataupun di Perjanjian Baru. Tetapi catatan sejarah menunjukkan bahwa dari peradaban sungguh memberikan catatan bahwa salib itu merupakan sebuah lambang keagamaan.

Ensiklopedi Britannica, edisi ke-11, mencatat: “Dari bentuk kesederhanaannya, salib itu telah digunakan baik sebagai lambang keagamaan maupun sebagai sebuah ornamen, dari awal peradaban manusia. Berbagai objek, mulai dari periode sebelum era Kekristenan, salib itu telah ada dalam bermacam-macam model dan bentuk, di hampir setiap belahan dunia ini” (Vol.7, hal. 506).  

George Willard Benson, dalam bukunya yang berjudul The Cross: Its History and Symbolism, menuliskan: “Beberapa abad sebelum era Kristen salib-salib kuno digunakan sebagai  lambang penganut paganisme [penyembah berhala]. Salib-salib ini ditemukan terukir pada batu jauh sebelum era  Kekristenan” (hal. 16). Itu adalah fakta sejarah bahwa salib telah digunakan sebagai lambang agama penyembah berhala pada zaman kuno. Penelitian lebih lanjut menyingkapkan bahwa salib dapat ditemukan di dalam agama kuno Babelonia, India, Syria, Mesir, Roma dan budaya-budaya paganisme kuno lainnya. 

Alkitab jelas menyatakan bahwa Elohim melarang praktek-praktek sinkretisme – yakni mencampur adukkan ibadah kepada Elohim sejati dengan elemen-elemen paganisme atau kepercayaan penyembah berhala. Ulangan 12:29-32 secara tegas menyatakan bahwa penyembah-penyembah Elohim sejati harus berhati-hati untuk tidak mencoba beribadah kepadaNya dengan cara yang dilakukan oleh agama penyembah berhala itu. Itu sangat jelas, berdasarkan sejarah, bahwa banyak adat istiadat atau agama-agama yang menggunakan salib dalam beribadah kepada allah palsu mereka. 

Salib diadopsi setelah Alkitab

Salib sebagai simbol fisik juga tidak ada disebut di dalam Perjanjian Baru. Alkitab tidak mengatakan sesuatu apapun tentang rasul-rasul atau orang Kristen pada permulaan abad yang merepresentasikan iman mereka dengan memperlihatkan salib-salib. Sejarah mencatat bahwa salib tidak diadopsi sebagai lambang pengajaran di dalam Kekristenan hingga kira-kira 300 tahun setelah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Ensiklopedi Britannica mencatat: “Itu tidak terjadi hingga zaman Constantine bahwa salib itu digunakan secara publik sebagai simbol agama Kristen.  … Di bawah pemerintahan Constantine hal itu menjadi simbol Kekristenan yang diakui” (11th edition, Vol 7, p. 506). Constantine the Great memerintah dalam pemerintahan Kekaisaran Romawi lebih dari 250 tahun setelah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Tidak perlu dengan sebuah salib

Banyak orang merasa heran dalam mempelajari bahwa Alkitab sebenarnya tidak menjelaskan secara spesifik bahwa Yesus disalibkan pada kayu salib. Meskipun perkataan “salib” banyak digunakan disebagian besar terjemahan Alkitab Perjanjian Baru, penting kita ingat bahwa Perjanjian Baru itu asalnya ditulis dalam bahasa Yunani.

Kata yang umumnya diterjemahkan “cross” dalam Bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani stauros. Menurut buku Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Word, perkataan stauros ini berarti “an upright pale or stake” [sebuah tiang yang berdiri tegak]. Rujukan kuno pada perkataan alkitabiah ini juga menyatakan: “Baik kata benda maupun kata kerja stauroo, yakni mengikatkan atau memancangkan pada sebuah tiang, asal penggunaanya ialah untuk membedakannya dari bentuk kedua balok salib itu” (hal. 248). Teolog E.W. Bullinger juga mencatat perpedaan ini pada halaman lampiran 162 dari buku The Companion Bible: “Bahasa Inggris ‘cross’ adalah terjemahan dari bahasa Latin crux (kruks); tetapi bahasa Yunani stauros tidak lagi berarti sebuah crux tetapi cenderung berarti “stick’ yang artinya ‘crutch [penopang].’”

Meskipun mungkin bahwa Kristus disalibkan pada sebuah tiang balok yang tidak bersilang, kita tidak secara absolut yakin seperti apa bentuk alat itu. Orang Romawi menggunakan penyaliban dalam segala bentuk – kadang-kadang dalam bentuk tonggak berdiri, kadang-kadang pada sebuah salib bersilang dan kadang-kadang hanya menyalibkan kriminal pada pohon. Bentuk stauros [tonggak kayu] tidak penting. Apa yang penting ialah makna dan pesan dari kematian Kristus untuk membayar penalti dosa seluruh umat manusia (1 Petrus 2:24).

Menyembah Elohim dalam roh dan kebenaran

Alkitab melarang kita untuk menggunakan ikon-ikon fisik sebagai sesuatu yang merepresentasikanNya dan beribadah kepada Dia yang adalah Elohim sejati. Perintah Kedua secara jelas menyatakan: “Jangan membuat bagimu patung berhala” (Keluaran 20:4). Elohim tidak menghendaki orang-orang pilihanNya untuk menggunakan ikon-ikon, gambar atau sesuatu apapun untuk merepresentasikan Dia. Yesus Kristus mengajarkan kita bahwa, “Elohim itu Roh, dan mereka yang menyembah Dia harus menyembah dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:24).

Berdasarkan alasan-alasan di atas, anggota jemaat Church of God, a Worldwide Association, tidak menggunakan salib sebagai objek atau sebagai simbol keimanan untuk beribadah kepada Tuhan. Kami percaya bahwa kami harus menyembah Elohim “dalam roh dan kebenaran” – berfokus pada kebenaran rohani FirmanNya dan tidak mencoba merepresentasikan Dia melalui penggunaan objek fisik apapun. Kami berfokus pada kebesaran atau kemuliaan kebenaranNya yang luarbiasa akan penyaliban Yesus Kristus – bahwa karena penderitaan dan kematian Kristus kita dapat beroleh pengampunan dosa dan diperdamaikan dengan Elohim (Roma 5:8-11).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry