Bagaimana Anda Menghormati Orangtua Anda Sebagai Seorang Dewasa

oleh Becky Sweat

https://lifehopeandtruth.com/relationships/family/how-to-honor-your-parents-as-an-adult/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Ketika kita sudah dewasa, hidup mandiri dan meninggalkan rumah orangtua, itu bukan berarti kita juga meninggalkan Perintah Kelima. Tetapi apa arti menghormati orangtua ketika kita sudah dewasa?

 

 

 

 

 

 

Ketika ayah saya, yakni yang sudah duda, pertama kali pindah dan tinggal bersama kami, saya tidak begitu yakin bahwa hal itu akan berjalan baik. Dan sepertinya saya dibayang-bayangi perasaan bahwa hal itu tidak akan menjadi sebuah pengalaman positif – baik bagi dia maupun bagi keluarga saya.

Hubungan saya dengan ayah saya tidak dekat. Ketika saya bertumbuh ke arah kehidupan dewasa, saya bertanya-tanya dan ingin tahu mengapa saya bisa mempunyai seorang ayah yang pribadinya, perspektifnya, perhatiannya dan pendekatannya terhadap kehidupan benar-benar berbeda dengan saya.

Saya sayang sama ayah saya, tetapi kami dua pribadi yang berbeda. Kesukaannya  dulu menonton TV, khususnya dunia Barat zaman dulu, atau pergi jalan-jalan ke tempat yang lengang atau pergi mancing … tanpa teman. Dia tidak suka pada keramaian, dia berusaha mengindar dari kumpulan sosial dan kegiatan-kegiatan kelompok.

Saya jarang nonton TV, dan gaya hidup saya sama sekali bukan kesendirian. Saya suka sekali berkumpul di rumah – terutama dalam pesta-pesta besar. Jika saya melakukan sesuatu di luar rumah, misalnya, belanja, saya ngobrol dengan siapa saja yang bertemu dengan saya – kasir, teman belanja yang lagi antri, siapa saja. Sebaliknya, Ayah saya, menghindari pergi ke toko dan restoran dimana pelayan-pelayannya “sangat ramah.” Dia tidak suka ikut serta dalam bercakap-cakap dengan orang yang dia tidak kenal.

Dan bukan saja ayahku dan saya bertolak belakang, kami juga pada dasarnya boleh dikatakan seperti “orang asing” terhadap satu sama lain. Ketika saya memasuki bangku kuliah, saya pindah ke kota lain, sejauh kira-kira 100 mil dari kampung saya. Setelah lulus kuliah, saya pindah ke negara lain dan selama beberapa puluh tahun berikutnya, saya tinggal 2,000 mil jauhnya dari ayah saya. Selama tahun-tahun itu, kami jarang bertemu. Tetapi biasanya bicara di telepon sekali atau dua kali seminggu. Tetapi percakapan itu hanya ngobrol biasa – bukan  sesuatu percakapan yang “berarti.”

Jadi seperti apa rasanya jika ayah saya tinggal bersama kami? Apakah itu akan berjalan baik?

Faktanya, meskipun rumah kami tidak ideal atau cocok untuk ayah saya, suami saya dan saya percaya bahwa membawa dia ke rumah kami adalah keputusan yang benar untuk kami lakukan. Ayah saya telah mengalami penurunan kesehatan dan masalah keuangan. Jika dia tidak tinggal bersama kami, opsi lain akan menjadi sesuatu yang sangat merugikan dia.

Menerapkan Perintah Kelima

Perintah Kelima, yang terdapat di kitab Keluaran 20:12, memerintahkan kita sbb, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Elohimmu, kepadamu.” Kami merasa bahwa jika kami tidak menolong ayah saya pada saat dia memerlukan pertolongan, ketika kami bisa, berarti mengabaikan perintah ini.

Jelasnya, perintah ini tidak berarti hanya anak-anak yang sedang bertumbuh perlu mematuhi orangtua mereka, tetapi kita perlu harus menghormati mereka. Tanpa mempersoalkan umur kita, kita perlu menunjukkan rasa hormat kepada mereka, menghargai dan menghormati. Jika orangtua kita butuh pertolongan, kita harus berusaha dan memastikan mereka mendapat perhatian dan pertolongan dengan baik.

Jika anda telah selalu memiliki hubungan yang sehat dengan orangtua anda, mungkin penghormatan semacam ini secara alami berjalan sangat baik. Tetapi jika anda menghubungkannya dengan situasi yang saya alami dan belum pernah berkomunikasi dengan baik dengan ibu atau ayah anda, mungkin hal ini agak sulit. Dan bahkan bisa lebih sulit jika orangtua anda tidak pantas mendapat penghormatan, atau jika anda melihat lebih banyak kelemahan daripada sisi positifnya.

Namun demikian, Perintah Kelima itu tidak berkata kita hanya menghormati orangtua kita kalau mereka pantas dihormati, atau ketika mereka baik kepada kita atau mereka pantas mendapat hormat. Kita perlu menghormati mereka meskipun mereka sulit untuk akur dengan kita.

Apabila kita menghormati orangtua kita, itu berarti kita menghormati dan melakukan yang berkenan kepada Elohim (Kolose 3:20).

Bacalah juga artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa itu 10 Perintah?”

Beberapa saran praktis

Sebagai seorang dewasa, banyak cara untuk mengekspresikan kasih kesalehan dan hormat terhadap orangtua kita, tanpa mempersoalkan hubungan seperti apa antara kita dengan orangtua kita. Berikut ini adalah beberapa saran praktis:  

1. Pergunakanlah waktu bersama mereka

Kunjungi dan telepon orangtua anda dari waktu ke waktu. Jika anda tinggal di dalam kota yang sama dengan orangtua anda, ini bisa berarti anda membawa mereka makan siang, menemui mereka untuk sekedar minum teh atau kopi atau mengajak mereka ke rumah anda untuk makam malam. Tanyakan bagaimana kabar mereka dan ceritakan apa yang sedang anda kerjakan dalam kehidupan anda. Jika anda tinggal jauh dari mereka, tetap menghubungi mereka melalui telepon atau gunakan video call untuk bercakap-cakap.

Ketika kita menghormati orangtua kita, maka secara otomatis kita menghormati Elohim. Saya punya seorang teman di Illinois yang menelepon orangtuanya di Eropa setiap Sabtu pagi. Mereka mempunyai kamera web terpasang.  Mereka saling mengisi akhir pekan mereka sementara teman saya itu dengan suaminya makan pagi dan, karena perbedaan waktu, orangtuanya makan malam. “Situasi itu terasa seperti situasi makan bersama satu meja sungguhan,” kata teman saya. “Ibu dan ayah merasa tetap berhubungan dengan kami dalam suasana cakap-cakap sehari-hari.”

Sekalipun percakapan anda hanya tentang masalah rutin, masalah duniawi, jangan anda remehkan pentingnya percakapan anda dengan orangtua anda. Itulah sebuah kesalahan yang saya buat dengan ayah saya. Tetapi setelah dia tinggal bersama kami, dia berkata kapada saya betapa berartinya percakapan telepon itu bagi dia – meskipun hal itu hanya percakapan ringan tentang bagaimana kabar dan keadaan cuaca.

2. Jadilah pendengar yang baik

Jika orangtua anda ingin mengenang hari-hari menyenangkan di masa lalunya, biarkan mereka melakukan hal itu. Ayahku tentu punya cerita-carita masa lalu. Dulu pernah dimana lebahnya mengerumuni papan loncat kolam renang tetangga. Dan bagaimana dia memenangkan pameran dan bagaimana dia bertemu dengan ibu saya – dan seterusnya. Saya senang mendengarkan semua kisah-kisah masa lalunya dan saya tahu sebagian besar dari semua itu secara rinci. Dan sekarang juga saya masih penting mendengarkannya.

Tentu saja orangtua anda juga mungkin ingin membicarakan apa yang sedang terjadi di dalam kehidupan mereka – tentang pekerjaan mereka atau hobi mereka, pengalaman menarik mereka, kesulitan yang sedang mereka alami, dll. Apapun itu, beri mereka perhatian penuh. Dengan mendengarkan mereka, anda mengatakan kepada mereka bahwa pengalaman mereka  - dan kehidupan mereka – sangatlah penting bagi anda.

3. Mintalah nasihat mereka

Tunjukkan kepada orangtua anda betapa berartinya hikmat dan pengalaman mereka bagi anda dengan meminta nasihat mereka tentang masalah kehidupan seperti pendidikan, pilihan karir, pilihan pasangan hidup, membesarkan anak atau menghadapi cobaan hidup. Katakan kepada mereka bahwa anda memintanya karena anda menghargai pandangan mereka.

Saya mempunyai seorang anak laki-laki yang sudah kuliah. Dia sedang mengejar kesarjanaannya yang serupa dengan kesarjanaanku. Kadang-kadang dia meminta nasihat saya tentang bidang atau mata kuliah apa yang dia sebaiknya ambil, sebaik apa dia harus menyelesaikan proyek tertentu atau bagaimana menulis rangkuman dengan baik. Saya merasa dihormati ketika dia meminta pendapat saya tentang hal itu.

Pada akhirnya, barangkali anda bisa atau tidak bisa menerima anjuran orangtua anda, tetapi sebagaimana Amsal 1:8-9 mencatat, nasihat mereka selalu berguna untuk kita dengarkan.

4. Tunjukkan apresiasi

Daripada mencari kekurangan/kelemahan orangtua anda, carilah cara-cara yang positif yang mereka ajarkan terhadap kehidupan anda dan secara tulus berterimakasih kepada mereka atas segala yang telah mereka lakukan bagi anda.

Fokuskan pada apa saja yang positif: yang mereka berikan kepada anda, yang mereka ajarkan tentang kehidupan, nasihat-nasihat yang baik dan berguna, kesabaran mereka, aktivitas yang telah mereka adakan yang anda kenang, peluang-peluang unik yang telah mereka berikan dan lain sebagainya.  

Berilah pujian kepada mereka atas apa yang mereka lakukan setiap hari, entah itu sesuatu yang menyangkut pekerjaan, sebuah proyek baru yang mereka selesaikan di rumah atau keberhasilan dalam suatu usaha. Orangtua ingin merasa dihargai atas apa yang mereka telah kerjakan pada masa lampau, dan apa yang sedang mereka kerjakan,

5. Berikan nafkah kepada mereka

Jika orangtua anda sudah tua dan tinggal di dekat rumah anda, anda mungkin bisa menawarkan bantuan kepada mereka untuk kebutuhan hari-hari mereka, misalnya pergi ke warung atau pasar, memperbaiki alat-alat rumah, mengerjakan kerjaan rumah atau bersihkan halaman rumah, menyiapkan makan, merawat komputer, dan lain sebagainya. Pada tahap ini, anda juga mungkin perlu menolong keuangan mereka dan merawat mereka secara fisik.

Ketika ayah saya tinggal bersama kami, di samping membawa dia ke dokter dan membantu dia dalam pembukuan keuangannya, saya berusaha untuk memperlakukan  dia dalam cara lain – seperti memindahkan tempat acara-acara sosial ke halaman belakang supaya di dalam rumah tenang, atau kadang-kadang menyewa film-film masa lalu buat dia untuk ditonton. Hal-hal seperti ini nampaknya masalah kecil, tetapi itu semua sangat penting.

Di dalam Markus 7:9-13 Yesus menegur orang-orang Farisi karena tidak merawat orangtua yang sudah tua. Di dalam 1 Timotius 5:4 Paulus mengajarkan bahwa anak-anak yang sudah dewasa memiliki kewajiban untuk mensuport orangtua mereka yang sudah tua atau pada saat mereka memerlukan bantuan, dalam arti membalas budi sedikit atas pengorbanan-pengorbanan mereka.

6. Berdoalah bagi mereka

Menjadi orangtua tidak selalu mudah. Tergantung pada usia orangtua anda, barangkali mereka sedang menghadapi masalah seperti empty nest syndrome [kondisi dimana orangtua mengalami depresi karena semua anak-anaknya sudah pada mandiri dan meninggalkan rumah], kesepian, retirement blues [depresi setelah pensiun], kesehatan yang semakin menurun, masalah keuangan, penyesalan dalam hidup atau kehilangan pasangan, semuanya ini bisa menjadi hal yang sungguh menyebabkan kehilangan semangat hidup. Sangatlah penting bagi anda, sebagai anak, untuk berdoa dan memohon berkat Tuhan untuk mereka – dan beritahu mereka bahwa anda berdoa bagi mereka dalam hal ini. Apabila mereka tahu bahwa anda berdoa bagi mereka, itu bisa jadi pendorong semangat hidup mereka yang mereka butuhkan.

7. Sabarlah dan ampunilah

Kasihi dan terimalah orangtua anda, tanpa mempersoalkan keanehan, cacat dan kesalahan mereka.

Dalam prakteknya, ini berarti anda menerima orangtua anda dengan segala kekurangannya, tidak terlalu mempersoalkan hal-hal sekecil apapun dan mengingat-ingat suatu hal yang mereka lakukan yang pernah membuat anda jengkel.  

Bagaimana jika mereka telah melakukan sesuatu yang lebih daripada sekedar menyakiti anda? Berlapang dadalah untuk mengampuni mereka. Ingat, tidak ada orangtua yang sempurna. Semua orang kadang kala mengalami kegagalan – termasuk orangtua anda dan termasuk juga anda sendiri. Ampuni orangtua anda, sebagaimana Elohim telah mengampuni anda (Efesus 4:32).

Jika anda sedang bergumul dengan hal ini, berdoalah dan minta pertolongan Elohim. Bergantunglah padaNya untuk mendapat kekuatan, dan nyatakan keinginan untuk tidak saja mengampuni orangtua anda, tetapi untuk menggenapi Perintah Kelima setiap hari anda bisa.

Saya tahu persis sebab saya mengalami sendiri bahwa hal ini bisa menjadi suatu pergumulan. Ayah saya tinggal bersama saya, suami saya dan kedua anak saya disaat-saat akhir hidupnya. Memang hal itu tidak berjalan mulus. Tetapi itu juga tidak terlalu buruk. Selama tahun itu, ayah dan saya sering duduk bersama di meja dapur  dan kami bercakap-cakap, bahkan kami bercakap-cakap serius dari hati ke hati. Saya melihat kualitas yang hebat di dalam diri ayah saya yang tidak pernah saya tahu sebelumnya, dan saya semakin paham dan semakin menghargainya dengan cara yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Anda sebaiknya jangan lupa akan upah yang nyata yang dijanjikan Elohim karena menghormati orantua anda. Dan itu termasuk berkat panjang umur – dan barangkali berkat-berkat yang tidak terduga sementara kita menjalankan perintah menghormati orangtua.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry