Bagaimana Menjadi Seorang Istri Yang Baik
Posted on September 19, 2025
Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.
Belajar bagaimana menjadi seorang “istri yang baik” memerlukan latihan, pemahaman dan usaha yang serius. Ini berarti harus siap mengambil langkah dimana
moralitas harus menjadi panduan (meskipun kita terkadang merasa berat hati!).

Pertama-tama, kita perlu bicarakan tentang “elephant in the room” [masalah besar yang disembunyikan dan tidak dibicarakan.]
Hal itu mungkin terpikir di benak anda, “Siapa sih kamu kok sok mengajari saya menjadi istri yang baik?”
Saya tahu itulah yang akan saya katakan dalam hati jika saya membaca artikel seperti ini! Faktanya ialah bahwa apa yang saya akan bagikan bukanlah sesuatu
yang saya kuasai sepenuhnya. Bukan juga hal itu sesuatu yang saya sekedar buat-buat untuk kedengarannya lebih baik dari pada orang lain. Pada kenyataannya —
seperti anda — saya juga ingin belajar bagaimana menjadi seorang istri yang lebih baik.
Saya adalah salah satu dari “perempuan-perempuan tua” yang disebutkan Paulus di dalam suratnya kepada Titus. Oleh karena itu, saya telah diminta untuk mengajari
istri-istri muda untuk mengasihi suami mereka (Titus 2:4). Sebagai seorang istri, saya telah mempunyai saat-saat “aha!” selama tiga dekade. Hasrat saya ialah
bahwa membagikan hal itu barangkali bisa menolong orang lain terhindar dari perangkap dan dengan demikian mengalami sukacita dalam pernikahan yang baik.
Jadi mari sekarang kita bicarakan!
Ayat-ayat Alkitab tentang bagaimana menjadi seorang istri yang baik.
Sifat-sifat dari seorang “istri yang baik” yang kita akan diskusikan dalam artikel ini merupakan prinsip yang bersumber dari Alkitab. Keempat bacaan utama berikut ini merupakan dasar dimana kita perlu sebuah penataran.
Amsal 31 menggambarkan kualitas seorang istri yang baik
- Dia memperhatikan suaminya dan anak-anaknya, rumahnya dan orang-orang
- miskin (ayat 11, 20-21).
- Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang hidupnya
- (ayat 12).
- Suaminya memuji dia (ayat 28).
Titus 2 menggambarkan seorang istri yang baik
- Dia mencintai suaminya (ayat 4).
- Dia taat kepada suaminya, agar Firman Tuhan jangan dihujat orang (ayat 5).
1 Timotius 3 kualitas seorang istri
- Dia seorang yang penuh hormat, tenang dan serius dalam perilakunya (ayat
- 11).
- Dia tidak seorang pemfitnah (ayat 11)
- Dia seorang yang berpikiran jernih dan rendah hati (ayat 11)
- Dia seorang yang setia dan dapat dipercaya dalam segala hal (ayat 11)
Efesus 5 kualitas seorang istri
- Dia tunduk pada suaminya, sebagaimana suaminya tunduk pada Tuhan (ayat 22)
Enam kualitas istri yang baik
Mari kita gunakan prinsip ini menjadi sebuah langkah selanjutnya dan menguji enam ciri khas dari seorang istri yang baik.
1. Seorang istri yang baik adalah pembawa damai
Kebalikan perang adalah damai, iya kan? Jadi, bukankah masuk akal bahwa kita harus berjuang untuk mendapatkan damai jika kita menginginkan pernikahan kita
hanya mengalami sedikit pergumulan dan sedikit konflik dan penderitaan? Cara terbaik untuk berjuang mencari damai ialah menjadi seorang “peacemaker”
[pembawa damai]. Cara terbaik untuk mendapatkan damai ialah berdoa untuk itu.
Berdoa memohon damai ialah meminta Elohim akan belas kasihanNya untuk memberi kita pernikahan yang tenang dan damai. Hal ini memerlukan doa yang kita
ucapkan berulang kali di hadapanNya.
Berjuang menjadi pembawa damai merupakan sesuatu yang memerlukan pikiran sadar atau hal itu menjadi kebiasaan. Benar, hal itu tidak selalu mudah. Terutama
ketika kita sendiri yang berjuang untuk menjadi pembawa damai dalam situasi yang berbeda!
Menyenangkan bahwa kita dapat memohon kasih Elohim untuk menolong kita menjadi orang pembawa damai di dalam pernikahan kita. Rasul Paulus menuliskan
kepada jemaat di Roma. “Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun” (Roma 14:19). Raja Daud memahami nilai penting menjadi pembawa damai. Di dalam Mazmur34:15 dia berkata, “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!”
Tip praktis: Jika anda merasa berkeras hati untuk mempertahankan pendapat, tahan dulu dan tanya dalam hati:
Apakah yang akan saya katakan ini menolong saya untuk menjadi pembawa damai?
2. Seorang istri yang baik merelakan suaminya memimpin
Dalam pencarian Google untuk kata lead [memimpin] menjelaskan bahwa lead
adalah kata kerja! Dan itu bisa diartikan berikut ini:
- Mengambil tanggung jawab.
- Mengambil komando.
- Mengambil tempat paling depan dalam kompetisi.
- Menjadi lebih superior.
- Memimpin orang lain menjadi lebih bermanfaat.
Astaga! Dengan defenisi yang agresif seperti itu, tidak heran bahwa kita cenderung menolak atau berkeras kepala!
Syukurlah bahwa ada definisi lain yang merefleksikan lead [memimpin]. Memimpin ialah membimbing, memegang tangan orang lain sembari jalan. Atas bimbingan suami maka hal ini menggambarkan suatu hubungan dimana istri menaruh percaya dan mengikuti dia, dan idealnya, sebagaimana dia mengikuti ajaran Elohim dan membimbing istrinya maju dengan kelemahlembutan dan kepedulian.
Tunduk pada suami bisa menjadi suatu yang paling sulit untuk kita lakukan karena tidak ada orang yang pernah menikah dengan orang sempurna!
Di dalam suratnya kepada orang Kristen di Efesus, Paulus mengajarkan bahwa istri-istri tunduk kepada suami-suami sebagaimana mereka tunduk kepada Tuhan (Efesus 5:22). Kemudian Paulus juga menginstruksikan suami-suami mengasihi istri mereka. Pada kenyataannya, baik suami maupun istri harus tunduk kepada Kristus,sebagai Kepala Jemaat (ayat 23-25).
Jika anda menghadapi kesulitan dalam mengartikan kata “tunduk” yang diterjemahkan dari Bahasa Inggris “submit”, coba hubungkan itu dengan kata “yield”. Ini bisa menggambarkan artinya ketika kita mengendarai mobil, kita bisa saja menerobos ke depan dan kita mungkin mendahului pengendara lain. Akan tetapi, adakah saat-saat kita mengalah kepada pengendara lain demi keamanan di jalan?
Itulah kira-kira arti “tunduk”
Tip praktis: Lain kali jika anda terdorong untuk mempertahankan pendapat, apapun resikonya, tahan dulu dan tanyakan dalam hati:
- Apakah hal ini sesuatu yang saya harus pertahankan demi harga diri?
- Apakah hal ini masalah di mana saya mengalah dan menjadi hal kebaikan?
3. Istri yang baik menghormati suaminya
Mari kita bicara tentang hormat yang berhubungan dengan tunduk kepada suami dengan mengikuti pimpinannya. Rasul Paulus berbicara kepada jemaat di Efesus. “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya” (Efesus 5:33).
Ingat, dia tidak sempurna. Anda tidak sempurna. Kita semua tidak sempurna! Kadang-kadang keputusan buruk terjadi. Kadang-kadang saran baik kita diabaikan. Dan kadang-kadang kita harus menghadapi konsekuensi. Ya, hal ini bisa sangat menjengkelkan (dan kadang-kadang sakit hati) bagi kita sebagai manusia.
Akan tetapi, jika istri menghormati suami berarti dia menghargai suaminya. Itu berarti dia menghargai perasaannya dan keinginannya. Itu berarti si istri berbicara tentang hal-hal baik tentang suaminya kepada orang lain. Itu berarti membuang perasaan sakit hati sebelum “bernanah” hingga menjadi kebencian dan kepahitan. Menghormati suami berarti membangun kepercayaan.
Suami yang dibicarakan di Amsal 31 itu mempercayai dia (istri) di dalam hatinya karena dia melakukan hal-hal baik kepada suaminya, bukan hal-hal jahat, di sepanjang hari kehidupannya (Amsal 31:11-12).
Tip praktis: Apabila anda nanti merasa tersinggung, menjelek-jelekkan suamimu, atau mendiamkan dia, tahan dulu dan tanyakan dalam hati:
- Apakah perilaku ini akan baik bagi dia atau justru akan menyakiti dia?
- Apakah hal itu akan baik bagi saya atau justru jelek?
- Apakah dengan berbuat begitu akan membangun pernikahan atau justru merusak dan meruntuhkan?
4. Istri yang baik mendorong semangat suaminya
Arti penting dari kata “encourage” ialah mendorong semangat sehingga membuat seseorang menjadi lebih teguh, penuh harapan atau percaya diri. Arti dari “discourage” ialah mengecilkan hati seseorang dan menyebabkan dia pesimistik.
Saya lebih suka mendapat dorongan semangat oleh seseorang dari pada dilemahkan. Dan saya yakin anda juga. Dan sejak suami-suami kita adalah manusia, mereka senang didorong dan disemangati.
Akan lebih baik bagi kita untuk berpaling kepada Yesus Kristus sebagai pendorong semangat yang sesungguhnya dan kita mengikuti teladanNya. Di dalam Matius 11:28 Dia berkata kepada murid-muridNya, “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Menjadi teman baik berarti anda saling menghargai pertemanan. Menjadi teman terbaik dia berarti anda jujur dan baik hati sekaligus.
Istri mendorong semangat suaminya ketika dia mendengarkan dan berbicara dengannya ketika suaminya merasa kelelahan dan mendapat beban. Istri sebaiknya berada pada sebuah tempat yang aman dimana suaminya dapat menjadi lebih teguh, penuh harapan dan percaya diri. Dan istrinya melakukan ini dengan mempergunakan quality time dengan suaminya, yang memberikan lebih banyak kesempatan untuk saling berbagi.
Rasul Petrus menekankan pentingnya untuk terus menunjukkan kasih yang dalam terhadap satu sama lain. Kasih yang sungguh-sungguh menutupi banyak dosa (1 Petrus 4:8). Kita menunjukkan kasih yang sungguh-sungguh kepada pasangan kita masing-masing dengan mendorong semangat mereka kapan saja mereka perlu membicarakan sesuatu. Dan kita menunjukkan hal itu dengan sungguh-sungguh mendengarkan mereka (meskipun mereka memiliki kesalahan).
Tip praktis: Apabila anda merasa frustrasi dan terus mengambil kesimpulan sebelum suami anda punya kesempatan untuk membicarakannya, berhenti dulu dan tanyakan dalam hati:
- Apakah respons ini akan menghilangkan semangatnya atau kepercayaan dirinya?
- Apa yang dapat saya lakukan untuk membuat dia lebih berani, dan lebih percaya diri?
5. Istri yang baik menyenangi suaminya
Ada bacaan di Perjanjian Baru yang saya tempelkan di papan maklumat dekat komputer saya.
“Buanglah segala kepahitan, amarah, murka, keributan, umpatan, dan segala kejahatan dari antara kamu. Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, lembut hati, dan saling mengampuni, sebagaimana Elohim dalam Kristus juga telah mengampuni kamu” (Efesus 4:31-32).
Maksud menyenangi suami ialah bahwa istri merasa nyaman dan menikmati saat bersama suaminya! Kita tidak akan pernah menyenangi satu sama lain jika kita cekcok. Menjadi teman baik berarti anda menikmati pertemanan satu sama lain. Menjadi teman akrab artinya anda jujur dan baik hati pada saat yang sama.
Teman akrab selalu mau mengampuni. Jika kita tidak mengampuni, itu bisa menjadi kepahitan, kemarahan, dan segala bentuk kebencian. Ya, memaafkan memang bisa seperti menelan pil pahit. Tetapi ketika percaya kepada Elohim and FirmanNya dan sementara kita berfokus pada ayat 32, kita mampu mempraktekkan kebaikan dan keramahan dan penuh kasih.
Istri juga harus bersenang hati terhadap suaminya secara fisik. Dia memuji suaminya dan mengapresiasi terhadap apa yang dia kerjakan untuk tetap mencukupkan kebutuhan keluarga. Sangat banyak yang harus dikerjakan untuk keberlangsungan rumah tangga, dan bahkan hal-hal kecil pun harus mendapat pujian.
Dan akhirnya, bersenang hati dengan suami secara fisik berarti harus romantis. Rasul Paulus memperingatkan suami dan istri untuk tidak saling menjauhi dalam pembaringan perkawinan (1 Korintus 7:2-6). Adalah salah untuk tidak memberi kasih fisik sebagai sebuah bentuk dendam atau ganjaran. Berfokus pada Efesus 4:31-32 adalah sebuah tabiat yang perlu dipraktekkan.
Tip praktis: Jika anda merasa mulai kecewa dan kesal, berhenti dulu dan tanyakan dalam hati:
- Apakah yang akan saya kerjakan ini baik dan ramah penuh kasih?
- Apakah saya sedang membenarkan diri saat saya keras hati dan tidak mengampuni?
- Apakah saya bisa menghentikan rasa kesal dan memperlakukan dia sebagai teman terbaikku?
Bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Karunia Seks.”
6. Istri yang baik berusaha menjadikan dirinya sebaik mungkin
Pada akhirnya, sebuah pernikahan memiliki dua makhluk manusia yang tidak sempurna. Sikap salah, suasana hati dan tindakan ada pada di kedua belah pihak. Kadang-kadang kenyataannya ialah bahwa yang satu barangkali menikah kepada seseorang yang nampaknya tidak peduli dengan perbaikan dan kemajuan hubungan. Sering kali, hasrat menciptakan perbaikan hanya berada pada satu pihak.
Ada ayat Alkitab yang memberi dorongan semangat jika anda ingin menggambarkan situasi ini dalam situasi anda sekarang. Rasul Petrus berbicara langsung kepada istri-istri di 1 Petrus 3:1, “Demikian juga kamu para istri, hendaklah kamu tunduk kepada suamimu sendiri, supaya apabila ada di antara mereka yang tidak taat firman, mereka dapat dimenangkan tanpa perkataan oleh perilaku istrinya.”
Sementara kita tidak bisa memaksa seseorang untuk membuat perbaikan hidup, kita bisa melakukan perbaikan bagi kehidupan kita sendiri untuk mendapatkan keseimbangan, damai sejahtera dan sukacita dalam kehidupan. Menentukan gol kehidupan dan mengambangkan kebiasaan gaya hidup yang baik yang memperbaiki kita sendiri dan mindset bisa berjalan bersamaan. Siapa tahu? Barangkali beberapa dari kebiasaan ini dapat meluas dan berdampak positif pada suami kita.
Sementara istri bekerja menjadi seorang pembawa damai, membiarkan suaminya memimpin, dan mendorong dia dan menyenangi dia, maka seorang istri akan lebih tahu bagaimana menggerakkan dia. Si istri mungkin akan mengetahui cita-cita dan keinginan suaminya. Yakni, cita-cita yang dia miliki. Cita-cita yang tersembunyi karena tanggung jawab kehidupan.
Menyesuaikan prioritas kita dengan suami kita merupakan cara yang baik untuk diam-diam membangun dan memperbaiki pernikahan.
Jelasnya, prioritas kita harus selaras dengan prioritas Elohim di Matius 6:33: “Tetapi carilah terlebih dahulu Kerajaan Elohim dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Tip praktis: Jika anda merasa kehilangan harapan bahwa pernikahan anda tidak akan membaik, renungkan sejenak dan tanyakan:
- Bisakah saya berkata secara jujur bahwa saya tidak memiliki satu atau dua daerah di dalam kehidupan saya yang saya perlu perbaiki?
- Akan seperti apa hari ini, atau besok dan lusa jika saya memulai langkah perbaikan?
- Apakah saya sedang mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang penyesalan dalam kehidupan?
Sementara tidak ada orang di antara kita yang dilahirkan dengan gen “kehidupan baik”, kita dapat secara terus-menerus melenturkan dan mengembangkan otot. Bagian terbaik dari prinsip yang dibahas di dalam artikel ini ialah bahwa sebagian besar sifat ini juga akan menolong orang menjadi suami yang baik dan kita semua menjadi anak-anak Elohim yang baik.
Jadi berusahalah melakukan yang terbaik untuk menjadi istri yang baik dengan menerapkan prinsip-prinsip ini di dalam pernikahan anda hari ini!
Bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul, “Bagaimana Memiliki Kebahagiaan dalam Pernikahan”