Bagaimana Orang Kristen Dapat Menavigasi Nubuat Badai Yang Akan Datang

oleh Isaac Khalil - June 7, 2023

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/how-christians-can-navigate-the-coming-prophetic-storm/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Bagaimana sebaiknya orang Kristen mereaksi ketika badai dunia terjadi. Firman Elohim menunjukkan kepada kita bagaimana untuk tetap teguh pada saat badai yang dinubuatkan itu tiba.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Badai yang hebat akan datang yang akan mengguncang seluruh dunia.

Tidak perlu seorang ahli penulis berita untuk melihat bahwa dunia ini sudah berada pada situasi yang buruk. Banyak komentator geopolitik berkata bahwa dunia ini sudah berada pada titik kritis. Mereka melihat perubahan radikal yang sedang terjadi, yaitu kegoyahan Amerika Serikat sebagai satu-satunya kekuatan dunia, yang akan berakhir dalam  keretakan dunia menjadi sebuah dunia yang multipolar [berkutub ganda].

Amerika Serikat masih menjadi superpower baik dalam kemiliteran maupun dalam ekonomi. Tetapi kita sekarang melihat suatu keretakan yang parah di dalam tatanan dunia. Sejak Perang Dunia II, Amerika Serikat telah menjadi sebuah negara pemimpin global, yang memelihara kemakmuran dan perdamaian selama 75 tahun terakhir.

Sekarang kita melihat perang yang berkepanjangan di Ukraina, dengan Rusia yang senantiasa mengancam penggunaan senjata nuklir. Invasi Rusia telah memetak-metak dunia ini dan menjadikan bangsa-bangsa merevitalisasi blok kekuasaan terhadap Amerika Serikat.

Persatuan BRICS (Brazil-Rusia-India-China-South Africa) adalah satu contoh, dan ini menjelaskan hampir setengah jumlah penduduk dunia dan seperempat dari produk domestik bruto. Bangsa-bangsa ini berusaha memperluas aliansi anti-Amerika yang mengikutsertakan Kazakhstan, Uzbekistan, Argentina, Mesir, Thailand, Indonesia, Nigeria, Senegal, Saudi Arabia, Iran dan Turki. Salah satu dari tujuan mereka ialah untuk membatalkan dollar Amerika sebagai mata uang simpanan dunia.

Perang Ukraina juga telah memicu krisis pangan yang telah menerpa Horn of Africa. Sudan, Etiopia, Kenya dan Somali berjuang untuk bertahan hidup di tengah menghadapi sumber air yang semakin langka dan saat ini sedang menghadapi kegagalan musim penghujan yang telah enam kali gagal. Di samping itu, di seluruh dunia, termasuk negara asal saya, Selandia Baru, kami melihat pola cuaca yang tak wajar yang mengacaukan produksi makanan agrikultur.

Dunia ini sudah berada dalam krisis moneter, dengan banyak kejadian-kejadian yang terjadi secara bersamaan. Beberapa negara menghadapi angka pengangguran yang sangat buruk, inflasi yang tinggi, tingkat utang yang tak menentu, korupsi, tata kelola yang buruk dan devaluasi mata uang yang nampaknya membawa mereka ke arah kegagalan. Negara-negara ini termasuk Argentina, Ukraina, Tunisia, Ghana, Mesir, Kenya, Etiopia, El Salvador, Pakistan, Belarus, Ekuador dan Nigeria. Bangsa-bangsa ini nampaknya semakin merosot sama seperti kejadian di Sri Lanka, yang bangkrut tahun lalu.  

Tetapi beberapa berita yang paling meresahkan ialah kemerosotan yang terjadi secara tiba-tiba di Amerika. Dunia ini bisa melihat bahwa kohesi [kepaduan] politik dan sosial bangsa-bangsa sedang berantakan, dan banyak bertanya, “apakah kita sedang menyaksikan kejatuhan Amerika?”

Kita percaya kejadian-kejadian ini menunjukkan bahwa kita sedang menuju ke arah nubuat akhir zaman seperti yang dinubuatkan di dalam Alkitab. Tetapi bagaimana orang Kristen menghadapi kejadian-kejadian yang meresahkan ini.

Perahu di dalam badai

Markus 4:35-41 menceritakan tentang kejadian ketika Yesus dan murid-muridNya berada di dalam perahu, dan setelah seharian memberitakan injil dan sangat lelah, Yesus tertidur. Sementara mereka di atas perahu di tengah laut, “taufan yang sangat dahsyat” menerpa. Di injil Matius dikatakan perahu itu ditimbus gelombang (Matius 8:24). Angin badai ini membuat murid-murid Yesus ketakutan, di injil Lukas dikatakan mereka “dalam bahaya” (Lukas 8:23).

Ini bukan angin badai biasa.

Yesus berada di buritan perahu di mana gelombang semestinya memukul Dia, tetapi Dia tertidur lelap.

Yesus tenang karena Dia tahu Elohim senantiasa bersama Dia apapun yang terjadi di sekitar Dia. Tetapi, murid-murid itu dalam ketakutan.

Ketakutan sering memakzulkan kemampuan kita untuk berpikir dan bertindak dengan secara logis. Ketakutan adalah musuh iman. Ketika murid-murid itu membangunkan Yesus, Dia menghardik mereka atas ketidakpercayaan mereka – atas kelemahan iman mereka. Yesus penuh dengan iman dalam hal ini – dan Dia mengharapkan mereka untuk memiliki iman yang sama.

Badai itu harus datang

Ketika malapetaka menerpa, apa reaksi alami terhadap itu?

  • Di mana Elohim atas semua ini?
  • Mengapa Elohim menghendaki semua ini terjadi?
  • Bagaimana mungkin seorang Elohim pengasih membiarkan hal ini terjadi?

Beberapa orang mungkin masih ingat gempa dahsyat di bawah laut yang terjadi di lepas pantai Indonesia pada tanggal 26 Desember 2004. Gempa tersebut berkekuatan lebih 9 skala Richter dan merupakan gempa terbesar ke-3 yang pernah terjadi yang berlangsung selama 10 menit. Gempa tersebut menyebabkan pergeseran dasar laut dan mengakibatkan ombak laut yang dahsyat yang menyebar di Samudra Hindia. Ombak yang mencapai pinggir pantai mencapai ketinggian 30 meter dan menewaskan lebih dari 200,000 di 14 negara.

Pernyataan yang mengejutkan bahwa pada hari-hari terakhir tsunami itu, uskup agung Canterbury, Dr. Rowan Williams, menuliskan sebuah artikel pada Sunday Telegraph yang berjudul “Of Course This Makes Us Doubt God’s Existence” [Tentu Saja Hal Ini Membuat Kita Ragu Akan Adanya Tuhan]. Dalam artikel itu dia menyatakan, “How can you believe in a God who permits suffering on this scale?” [Bagaimana anda percaya dalam Tuhan yang membiarkan penderitaan sebesar ini?”].

Tetapi ini merupakan kebalikan pesan yang disampaikan Kristus kepada pengikut-pengikutNya ketika Dia berkata, pada intinya, “Apabila hal ini terjadi, janganlah kamu gelisah” (baca Matius 24:6).

Apakah zaman semakin lebih baik? Sepuluh tahun yang lalu, satu lagi uskup agung dari Canterbury, Justin Welby, berkata bahwa dia kadang-kadang meragukan adanya Tuhan, bahwa orang Kristen tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi penderitaan di dunia ini.

Tidak heran bahwa bangsa kita telah kehilangan kerohanian ketika mereka dipimpin oleh pemimpin agama seperti ini.

Mengapa badai ini akan terjadi?

Jadi mengapa badai kehidupan itu terjadi? Dalam KhotbahNya di Bukit Zaitun, Yesus berkata, “semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya” (Matius 24:6). 

Dia menyuruh kita untuk tidak takut, tidak gelisah, sebab semuanya ini “harus” terjadi. Semua ini merupakan akibat dari penyebab – manusia yang telah menolak Elohim dan menganut kehidupan berdosa.

Ketika Elohim menciptakan Adam dan Hawa, Dia menempatkan mereka di Taman Eden tanpa kematian dan penderitaan. Tetapi karena ketidakpatuhan mereka, karena penolakan mereka terhadap Elohim dan mengikuti Setan, mereka diusir dari taman itu, dan sekarang kematian dan penderitaan menguasai umat manusia.

Kita sedang menyaksikan kebusukan kerohanian pada zaman kita sekarang ini. Kadang-kadang berita-berita menunjukkan bahwa nubuat Alkitab sedang digenapi. Pada bulan Maret lalu tahun ini sebuah survei Wall Street Journal-NORC menunjukkan suatu kemerosotan drastis pada nilai-nilai di Amerika selama 25 tahun terakhir. 

  • Nilai patriotisme merosot dari 70 persen ke 38 persen.
  • Pentingnya orang beragama merosot dari 62 persen ke 39 persen.
  • Pentingnya mempunyai anak merosot dari 59 persen ke 30 persen.
  • Nilai keikutsertaan dalam komunitas merosot dari 47 persen ke 27 persen.

Ukuran satu-satunya yang meningkat ialah uang, yang tingkat kepentingannya meningkat tajam dari 31 ke 41 persen.

Sebuah artikel Axios menyimpulkan hasil lembaga survei tersebut: “Survei ini mengukur kesenjangan antara generasi dan politik yang menunjukkan sebuah kebusukan di dalam jiwa bangsa kita.”

Tetapi situasinya sebenarnya jauh lebih buruk karena lembaga-lembaga survei itu tidak menyertakan faktor dosa-dosa bangsa. Sebagaimana dosa-dosa kita meningkat, maka kutuk-kutuk juga meningkat, yang menyebabkan banyak masalah di dalam bangsa kita. Meskipun kejadian-kejadian hebat yang Yesus dan para nabi telah nubuatkan akan terjadi pada akhir zaman, Yesus memberitahukan kita untuk tidak takut.

Tetapi bagaimana sesungguhnya kita tidak perlu takut?

“Namun jangan kamu gelisah”

Di dalam Matius 24:6, Yesus berkata, “Namun jangan kamu gelisah.” Bacaan ini di Lukas kita baca, “janganlah kamu terkejut” (Lukas 21:9). Kejadian-kejadian akhir zaman sangat mengerikan, tetapi kita diberitahu untuk tetap tenang meskipun di tengah badai ini.

Ini sungguh pernyataan serius dari Yesus Kristus! Meskipun di tengah kejadian-kejadian hebat yang akan terjadi di depan mata kita, kita diminta untuk tidak takut atau gelisah. Kita telah diperingatkan terlebih dulu dan sebaiknya mempersiapkan diri untuk itu.

Ketika murid-murid itu diterpa angin taufan, mereka berkata kepada Yesus, “muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38). Kadang-kadang, di tengah cobaan, kita juga cenderung berpikiran demikian, merasa bahwa Elohim telah melupakan kita. Tetapi Dia tidak. FirmanNya menjamin bahwa Dia sungguh peduli dengan para pengikutNya.

Jadi, sebagai orang Kristen, kemana sebaiknya kita arahkan pikiran kita sementara badai akhir zaman sudah semakin dekat? Rasul Paulus memberitahukan kita untuk sebaiknya “menantikan penggenapan pengharapan yang penuh berkat dan penyataan kemuliaan Elohim Yang Mahabesar dan Yesus Kristus, Juruselamat kita” (Titus 2:13).  

Harapan orang Kristen bukanlah di dunia ini, tetapi di dunia yang akan datang – menantikan kedatangan Yesus Kristus kembali dan untuk mendirikan KerajaanNya di bumi ini. Kerajaan itu akan menenangkan badai itu dan akan membangun dunia baru kita.

Harapan ini sebaiknya menjadi sebuah sauh. Sama seperti sauh yang menahan perahu sehingga tidak terbawa arus akibat badai itu, jadi harapan bisa menjadi sauh rohani untuk menjaga kita dari kehanyutan ketika badai kehidupan dahsyat terjadi. 

Yesus mungkin saja bisa tidur pada saat badai itu sebab Dia adalah dalam damai dan tahu  rencana Elohim dan masa depan bagi Dia. Kita juga dapat menyongsong dunia kita dengan damai yang sama sebab kita tahu bahwa Elohim setia dan akan menenangkan amukan badai yang akan datang (Mazmur 89:8-9).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry