Datanglah KerajaanMu

oleh Richard Pinelli

http://lifehopeandtruth.com/prophecy/kingdom-of-god/thy-kingdom-come/

Apa sebenarnya yang terpenting tentang Kerajaan Allah yang akan datang? Mengapa Yesus mengajar kita berdoa “Datanglah kerajaanMu” di dalam ayat Alkitab, yakni yang sering disebut Doa Bapa Kami?

Pada awal pelayanan Yesus Kristus, murid-muridNya bertanya dan meminta Dia mengajar mereka bagaimana berdoa. Kemudian Dia mengajarkan apa yang disebut Doa Bapa kami, yang merupakan garis besar dari prinsip spesifik dalam doa; itu bukan merupakan satu set kata-kata yang kita ulang-ulang setiap kali kita berdoa.  

Setelah Dia menyampaikan bagaimana berdoa kepada Allah Bapa, Dia mengatakan, “Datanglah kerajaanMu. Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga” (Lukas 11:2). Mengapa kita diajarkan berdoa “Datanglah kerajaanMu”?

Selama pelayananNya di bumi ini, Yesus memberitakan Kerajaan Sorga. Di dalam kitab injil Matius 24:14 Dia mengatakan kepada kita bahwa “injil [kabar baik] kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Lebih lanjut Dia berkata kepada kita “carilah terlebih dahulu kerajaan sorga” (Matius 6:33). Mengapa?  

Yesus melanjutkan perkataanNya bahwa akan ada “siksaan yang dahsyat, seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat” (Matius 24:21-22). Apa arti semua ini bagi kita? Mengapa umat manusia hidup menuju pembinasaan?

Manusia tidak sanggup menyelesaikan masalah hidup yang paling sulit

Enam ribu tahun sejarah umat mausia telah menunjukkan bahwa manusia tidak mampu menyelesaikan masalahnya dengan manusia lain, mereka cenderung mengadakan perang. “Meskipun perang telah terus-menerus ada di alam pikiran manusia (diestimasikan bahwa lebih dari 3,500 tahun belakangan ini hanya terdapat 230 tahun-tahun damai diseluruh dunia beradab), yakni 100 tahun silam yang sungguh akan diingat sebagai abad militer. Dari seluruh korban peperangan selama kurang lebih 500 tahun silam, dua per tiga di antaranya terjadi pada abad ke-20 – termasuk kira-kira 26 juta korban kematian di dalam Perang Dunia I dan 53 juta pada Perang Dunia II” (Michael C. Kearl, Encyclopedia of Death and Dying).

Mengenali kecenderungan tabiat manusia ini yang cenderung mengadakan perang, beberapa orang mengatakan bahwa peperangan adalah normal dan bahkan diperlukan untuk membawa damai selama beberapa tahun seperti telah dialami umat manusia. Akibat akhir dari filosofi ini ialah bahwa manusia memiliki tabiat untuk saling berperang dengan sesamanya. Apabila kita percaya bahwa kita harus berperang, maka kita akan mengalami perang.  

Kelemahan pemikiran manusia

Nabi Yeremia menjelaskan masalah yang ada dalam pemikiran manusia yang memang terpisah dari Allah: “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya” (Yeremia 10:23).

Di sini, Yeremia jelas mengatakan bahwa manusia tidak tahu bagaimana mengatur dirinya secara konsisten dan bagaimana membuat keputusan-keputusan. Sementara psikologi populer sering menyarankan kita untuk melihat pada diri kita sendiri untuk menjawab masalah-masalah kehidupan, kebenarannya ialah bahwa kita tidak selalu memiliki jawabannya. Kitab Amsal berkata: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12).

Apa yang tidak disadari oleh banyak orang ialah bahwa masalah manusia yang paling serius ialah bersifat rohani. Sayangnya, cara berpikir kita dan cara bertindak kita secara alami bertentangan dengan jalan Allah.

Membicarakan kelemahan manusia ini, Paulus menuliskan, “Karena keinginan daging [pikiran alami manusia] adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya” (Roma 8:6-7).

Dahulu, melalui nabi Yesaya, Allah mengatakan kepada orang Israel, “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, …. Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu  mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan. Tidak ada yang mengajukan pengaduan dengan alasan benar, dan tidak ada yang menghakimi dengan alasan teguh. Orang mengandalkan kesia-siaan dan mengucapkan dusta, orang mengandung bencana dan melahirkan kelaliman” (Yesaya 59:2-4).

Menggambarkan gerak maju yang terjadi ketika orang menolak Allah, nabi Yesaya melanjutkan: “Kami telah memberontak dan mungkir terhadap TUHAN, dan berbalik dari mengikuti Allah kami, kami merancangkan pemerasan dan penyelewengan, mengandung dusta dalam hati dan melahirkannya dalam kata-kata. Hukum telah terdesak ke belakang, dan keadilan berdiri jauh-jauh, sebab kebenaran tersandung di tempat umum dan ketulusan ditolak orang. Dengan demikian kebenaran telah hilang, dan siapa yang menjauhi kejahatan, ia menjadi korban rampasan. Tetapi TUHAN melihatnya, dan adalah jahat di mataNya bahwa tidak ada hukum” (ayat 13-15).

“Dusta”

Sementara kita sudah berada di pengujung zaman ini di saat kita menantikan kedatangan Kristus kembali ke bumi ini, keengganan umat manusia untuk mematuhi perintah Allah dan kebodohan pikiran mereka yang secara otomatis timbul sebagai akibat dari pilihan ini, yakni yang digambarkan nabi Yeremia dan nabi Yesaya di atas, akan menyebabkan banyak orang untuk percaya pada pemimpin agama yang palsu. 

Di dalam 2 Tesalonika 2 kita membaca bahwa pada akhir zaman banyak orang akan diperdayakan oleh seorang yang akan duduk di bait Allah, dia akan menyombongkan diri dan mengatakan bahwa dia adalah Allah. Menurut ayat 11, Allah akan “mendatangkan kesesatan bagi mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta.”

Maksud dari ayat ini adalah bahwa Allah akan membiarkan manusia untuk hidup  menurut jalannya sendiri, untuk membuat pilihan mereka sendiri, dan ini termasuk penolakan  Allah dan perintahNya, Allah akan sengaja menyesatkan mereka. Ketika umat manusia memilih jalannya sendiri dan bukan jalan Allah, mereka akan kehilangan kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang sehat. Praktek modern bangsa-bangsa untuk mengesampingkan Allah dan Alkitab dari pandangan umum jelas mengilustrasikan poin ini. Sebagaimana Allah dan jalan-jalanNya dilupakan, manusia kehilangan bimbingan rohani yang sebenarnya mereka sungguh butuhkan.

Akibat penolakan terhadap Allah

Catatan kejadian tentang Adam dan Hawa di dalam Taman Eden menjelaskan bagaimana dan mengapa manusia telah kehilangan kemampuan untuk membuat pertimbangan-pertimbangan yang sehat. Pada mulanya kita membaca di kitab Kejadian 2:15-17 bahwa Allah berkuasa dan memegang kendali. Allah menyingkapkan Dirinya sebagai Pencipta dan Penguasa. Dia memiliki kekuasaan, dan Dia memberi perintah-perintah tentang bagaimana orang menjalankan hidupnya. Sayangnya, Adam dan Hawa menolak wahyu Allah dan kekuasaanNya di dalam kehidupan mereka.

Di dalam kitab Kejadian 3:1-7 dan 9-11 kita melihat Adam dan Hawa memutuskan untuk percaya kepada dusta Setan yang mengatakan bahwa manusia sepenuhnya mampu membuat semua keputusan mereka terlepas campur tangan Allah. Inilah “dusta itu” yang menipu manusia pertama itu. Setan memulai dustanya bahwa kita mampu membuat keputusan-keputusan bagi diri kita sendiri, di luar campur tangan Allah – tentang apa yang benar dan apa yang salah.

Mencerminkan cara berpikir ini, banyak orang pada zaman ini percaya bahwa kebenaran itu adalah relatif – mereka berpendapat bahwa ajaran Alkitab itu hanyalah suatu opini. Akan tetapi, Yesus berkata bahwa “firman Allah adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Menolak bimbingan Allah, dan menuruti cara berpikir sesat manusia telah berakibat pada banyak dosa dan kekerasan (baca Roma 1 dan Yesaya 59). Pada bab permulaan kitab Kejadian juga mengilustrasikan penolakan terhadap Allah ini dan pemburukan akhlak manusia ke arah kekerasan. Inilah buah dari pilihan yang salah itu. 

Mengapa Kerajaan Allah harus datang

Jadi apa jawaban terhadap cara pikir manusia yang sudah disesatkan, yakni yang telah mendatangkan peperangan, kekerasan, kesusahan dan penderitaan? Solusinya terdapat dalam ucapan, “Datanglah kerajaanMu.” Kerajaan Allah, yang di bawah arahan Yesus Kristus, harus datang untuk menyelamatkan manusia.

Yesus memberitakan suatu kerajaan dan suatu dunia yang baru di mana “Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendakiNya” (Daniel 4:17). Di dalam Kerajaan ini sifat dan tabiat manusia akan diubah apabila dia dengan rela hati mengikuti perintah sang Penciptanya.

Manusia tidak mampu menguasai dirinya sendiri karena dia telah menolak wahyu dan kuasa Allah. Daripada mengikuti perintah-perintah Allah, yang sesungguhnya akan mendatangkan damai, dia [manusia] telah memutuskan bagi dirinya sendiri yang berujung pada kerusakan, dia telah memutuskan apa yang baik dan apa yang jahat. Ketika Dia mengajar kita berdoa “Datanglah kerajaanMu,” Yesus mengetahui bahwa manusia dan sifat alaminya akan membawa dia ke tempat yang “sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka segala yang hidup tidak akan ada yang selamat.”

Aplikasinya bagi kita

Keputusan yang paling penting yang kita masing-masing akan buat adalah keputusan  tentang siapa Tuhan yang akan berkuasa atas hidup kita. Jika kita tunduk dan berserah kepada kekuasaan Allah dan mengikuti instruksiNya, kita akan menemukan jalan damai dan kehidupan kekal.

Sebagaimana kita berdoa setiap hari untuk kedatangan Kerajaan Allah, kita mengingatkan diri kita sendiri akan tanggung jawab kita terhadap sang Pencipta kita dan kita memelihara visi Allah yang maha indah – Kerajaan sorga – bagi orang-orang yang merespon positif kepada Dia. Itu adalah masa depan yang menakjubkan yang anda tidak ingin lewatkan. Ingatlah untuk senantiasa berdoa dan hiduplah untuk “Datanglah kerajaanMu!”

Untuk mempelajari lebih jauh tentang Kerajaan Allah, pastikan anda membaca artikel kami yang berjudul “Kerajaan Allah.”

Apakah anda punya pertanyaan?

Ajukanlah kepada kami.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry