E P I D E M I
Posted on June 13, 2016
H I D U P K E S E P I A N
oleh Becky Sweat
http://lifehopeandtruth.com/relationships/friendship/loneliness-epidemic/
Tren hidup di dalam dunia kita sekarang ini ialah bahwa semakin lama semakin banyak orang hidup terisolasi dalam kesepian. Apa yang dapat kita lakukan untuk menetralkan epidemi ini?
Pada tahun 1624, John Donne, seorang pujangga yang berkebangsaan Inggris menulis perkataan ini: “No man is an island, entire of itself; every man is a piece of the continent, a part of the main.” [Tiada orang yang hidup bagaikan sebuah pulau, terpisah dan hanya sendirian; setiap orang adalah sebuah benua, bagian dari yang terutama]. Pandangan Donne di sini ialah bahwa tidak ada orang yang akan bertumbuh dan berkembang di dalam kesendiriannya, terpisah dari orang lain. Manusia adalah makhluk sosial. Kita perlu merasa terhubung dengan orang lain.
Inilah kebenaran yang dikumandangkan di dalam Alkitab. Pada mulanya Allah berfirman, “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja” (Kejadian 2:18). Pengkhotbah 4:9-12 menjelaskan kepada kita bahwa apabila kita bekerja sama dengan orang lain, kita akan mampu menyelesaikan lebih banyak masalah daripada jika kita mencoba menyelesaikannya sendiri, dan sahabat itu dapat memberikan kita kenyamanan dan dukungan ketika kita dalam perasaan kecewa. Allah merancang kita untuk ingin mendapatkan pertemanan, Dia menginginkan kita untuk tidak terkucil dan terisolasi; Dia menginginkan kita untuk mendapatkan keakraban dan bukan kesendirian.
Terpencil dan hanyut
Akan tetapi sepanjang kita memerlukan hubungan akrab dengan orang lain, para ahli yang peduli telah menyuarakan bahwa tren hidup kesepian telah mencapai tingkat yang epidemis di masyarakat Barat modern. Seorang di antara mereka adalah Jacqueline Olds, M.D., rekan professor di bidang kejiwaan di Harvard Medical School dan seorang rekan penulis buku yang berjudul The Lonely American: Drifting Apart in the Twenty-First Century (2010).
“Sekarang ini hidup orang Amerika semakin terisolasi dan lebih kesepian daripada sebelumnya, meskipun memiliki cara yang tak terbatas untuk tetap berhubungan satu sama lain melalui teknologi dan media sosial,” kata Olds. “Sebagian besar kita tidak kenal tetangga kita. Kita sering ganti-ganti pekerjaan dan sering berpindah-pindah, sering meninggalkan keluarga besar kita dan teman-teman kita. Kita sering merasa bersalah karena kita bicara di telepon dengan teman, ketika seharusnya kita bekerja. Kita sering menjadi pemondok sementara, budaya kita yang bergerak cepat, sehingga sangat mudah untuk terputus kehidupan sosial kita.”
Berbagai kelompok pengamat telah menyelenggarakan penelitian pada tahun-tahun belakangan ini dan hasilnya menunjukkan peningkatan yang merata terhadap orang-orang yang hidup dalam kesepian. Ahli ilmu jiwa Universitas Chicago, John Cacioppo, melaporkan bahwa orang dewasa yang hidup dalam kesepian di tahun 2013 meningkat 40% dari 20% di tahun ‘80an.
Dan pada tahun 2010, hasil yang sama ditemukan pada sebuah survei yang diselenggarakan oleh American Association of Retired Persons [Asosiasi America bagi Orang-orang Pensiunan]: 35% orang dewasa di atas usia 45 tahun hidup dalam kesepian yang sudah kronis, dibandingkan dengan data 20% dalam satu dekade sebelumnya. Berbagai penelitian juga telah diselenggarakan di Kanada, Australia dan Eropa, dengan hasil yang sebanding.
Kesepian vs hidup sendiri
Memang, hidup sendiri tidak selalu berarti kesepian, dan tidak selalu berarti yang negatif. Beberapa orang, terutama mereka yang introvert, sesungguhnya bisa menikmati dan merasa nyaman hidup sendiri. Sebaliknya orang yang extrovert justru kadang-kadang menginginkan saat-saat sendiri setiap hari untuk merenung dan merefresh.
Tetapi hidup dalam kesepian itu berbeda. Apabila kita kesepian, kita hidup sendirian bukan karena pilihan kita, dan kita merasa sedih atau kosong karena kesendirian itu. Kita mungkin merasa terpencil, dan terasingkan atau putus hubungan dengan orang lain, dan tidak memiliki siapapun untuk bisa bercakap-cakap bersama. Meskipun kita hidup di sekeliling orang lain, kita masih dapat kesepian jika kita tidak memiliki suatu koneksi dengan mereka.
Setiap orang terkadang merasakan kesepian, dan apabila itu terjadi, hal itu biasanya karena situasi dan kondisi (atau terjadi untuk sementara saja). Ini terjadi secara kebetulan di dalam kehidupan pribadi kita; yang menimpa hubungan akrab kita, seperti kematian seorang yang kita cintai, pemutusan hubungan, atau saat kita harus berpindah ke kota lain atau karena sahabat akrab kita berpindah ke kota lain.
Sementara keadaan ini terasa tidak menyenangkan, bentuk kesepian ini hanya akan berlangsung sementara.
Jika hubungan baru tidak bertahan lama, maka kesepian karena kondisi bisa berubah menjadi kesepian yang kronis (atau kesepian yang berkepanjangan). Memiliki sistem pendorong semangat yang lemah atau tidak pandai bermasyarakat dapat juga membuat orang cenderung mengalami kesepian yang kronis. Kesepian kronis bisa terjadi selama bertahun-tahun. Itu bisa menambah sejumlah masalah kesehatan fisik dan mental, termasuk kekhawatiran, depresi, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, kurang tidur dan penurunan kemampuan daya pikir.
Mengapa kita semakin merasa kesepian?
Selain dari perubahan hidup yang umum terjadi yang berhubungan dengan kesepian situasi, masyarakat kita sedang mengalami beberapa perubahan besar, yang sifatnya jangka panjang. Karena perubahan cara hidup kita di zaman modern inilah yang dianggap menjadi akar penyebab dari epidemi kesepian.
Lihat saja cara kebanyakan kita berkomunikasi: “Kita jarang bicara pada percapakan di telepon,” kata Everett Painter, seorang penasihat di Waters State Community College di Morristown, Tennessee. “Sebaliknya, kita menggunakan media sosial, yang memang tidak terpungkiri lagi, bahwa media sosial itu mampu menjadi cara hebat untuk melakukan koneksi dengan orang lain. Masalahnya di sini ialah bahwa banyak orang menggunakan media sosial itu hanya untuk berhubungan, bukan untuk bercakap-cakap.”
Dia berkata bahwa ketika kita mengandalkan komunikasi online lebih daripada komunikasi tatap muka atau percakapan di telepon, “hubungan kita menjadi semakin tidak tulus, yang selanjutnya akan membuat kita semakin terisolasi.”
Bentuk komunikasi yang paling dalam ialah koneksi tatap muka atau berhadapan langsung. “Apabila anda berkomunikasi online, anda tidak mampu membaca bahasa tubuh orang itu atau mendengar nada suaranya, dan anda hanya melihat apa yang dia tuliskan. Jadi anda tidak melihat orang itu “seutuhnya”, dan anda tidak bisa menebak atau menangkap ekspresi emosinya,” kata Nadine Kaslow, Ph.D., seorang profesor ahli penyakit jiwa dan ilmu perilaku di Emory University School of Medicine di Atlanta, Gerogia.
Tren sosial kedua yang berpengaruh besar adalah karena semakin meningkatnya beban kerja. Ahli ilmu sosial memperkirakan bahwa, pada tingkat rata-rata, para orangtua Amerika pada umumnya bekerja 15 jam sehari dalam kombinasinya dengan pekerjaan yang menghasilkan gaji dan juga perkerjaan yang berhubungan dengan tanggung jawab di dalam keluarga. Beban kerja ini telah dua kali lipat dibandingkan dengan generasi sebelumnya, ketika para ibu dan ayah hanya mendapat satu “pekerjaan” full-time bagi masing-masing mereka.
Akan tetapi bukan saja orangtua yang lebih sibuk. “Setiap orang juga bekerja lebih lama,” kata Olds. “Kita membawa pekerjaan pulang ke rumah setiap hari; kita bekerja pada akhir pekan dan secara praktis setiap orang mengeluh karena betapa sibuknya mereka.”
Dengan banyaknya perkerjaan yang harus kita selesaikan, “banyak orang memutuskan untuk tidak punya waktu lagi untuk persahabatan, yang tentunya akan menambah rasa diri terpisah dari orang lain,” kata Olds. “Meskipun anda sedang santai, anda mungkin enggan untuk menelepon teman anda sekiranya mereka ingin mampir ke rumah anda atau mengadakan janji temu, sebab anda menganggap mereka juga sedang sibuk.”
Hiruk-pikuk cara hidup kita telah memperbesar perubahan ketiga dalam masyarakat: Kita kehilangan rasa kebersamaan dalam komunitas kita. Menghilang sudah masa-masa di mana orang menikmati percakapan ringan ketika orang yang bertetangga sebelahan bercakap-cakap atau masa-masa di mana orang saling singgah ke rumah tetangga untuk sekedar kunjungan ramah-tamah. Banyak orang tidak lagi memiliki interaksi dengan tetangganya.
Akan tetapi, itu bukanlah karena orang tidak punya waktu, kata Kaslow. “Ke dalam pikiran kita telah menyelusup perlahan-lahan suatu paham bahwa kita tidak mempercayai orang lain lagi. Kita telah dipaksa menjadi orang yang bersikap picik dan terisolasi dari orang lain di kalangan komunitas kita, dikarenakan ketakutan dan kecemasan untuk merasa aman.”
Bukan saja kita memiliki sedikit koneksi dengan orang lain di dalam komunitas kita, banyak di antara kita hidup jauh dari orangtua, kakek dan nenek, saudara kandung dan dulur lain – dan semua ini menambah perasaan sepi, lanjut Kaslow.
Akhirnya, tren ke-4 ialah meningkatnya status yang hanya hidup single atau tidak menikah atau akibat bercerai. Angka Biro Sensus menunjukkan bahwa 27% keluarga U.S. sekarang ini berstatus single yang hidup sendirian. Sebaliknya, hanya 10% keluarga Amerika yang hanya single pada tahun 1950an. Jumlah orang yang hidup sendirian terus meningkat di daerah-daerah perkotaan dan ini disebabkan oleh meningkatnya angka perceraian, tetapi juga karena semakin banyak orang memilih untuk hidup sendiri.
“Seratus tahun yang lalu, orang merasa tidak nyaman untuk hidup sendirian karena sebagian besar orang tidak mampu membeli rumah sendiri. Sekarang ini, dengan meningkatnya industri properti, semakin banyak pula orang yang mampu membeli rumah sendiri, jadi mereka memilih hidup sendiri,” kata Olds. Dia percaya hal ini mencerminkan budaya Amerika, yang cenderung mendahulukan individualisme dan kebebasan hidup.
“Nampaknya bahwa semakin makmur kita rasakan, semakin ingin pula kita untuk hidup sendiri, meskipun itu tidak bagi kita,” kata Olds. Penelitian telah secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang hidup sendiri sepertinya akan semakin kronis merasa kesepian daripada orang-orang yang hidup berdampingan dengan orang lain.
Memerangi kesepian
Sementara orang yang hidup kesepian sudah menjadi tren yang semakin meningkat di masyarakat kita, kita tidak harus menjadi salah satu dari korban-korban itu. Menurut Kaslow satu di antara obat terbaik untuk kesepian ialah mengejar interaksi bermutu dengan orang lain. “Buatlah jadwal di dalam kalender anda untuk berkumpul dengan anggota keluara dan teman-teman anda, sama seperti anda pada waktu menjadwal pertemuan lain,” Kaslow menganjurkan. “Sekali anda sudah jadwalkan itu di kalender anda, itu akan besar kemungkinan terjadi.”
Kebersamaan dengan orang lain akan bisa berarti makan malam, menemui seorang teman untuk minum kopi, mengajak orang singgah ke rumah anda, merencanakan suatu acara jalan-jalan atau bicara dalam telepon untuk bercakap-cakap dengan mereka yang tinggal di tempat jauh.
“Barangkali anda perlu menyusun ulang prioritas komitmen waktu anda, yakni dengan waktu selang-seling bagi teman anda; dan ingatkan diri anda bahwa itu merupakan sesuatu yang sebaiknya anda lakukan,” kata Painter. Anda sedang membangun hubungan. Dan koneksi inilah yang mencegah rasa kesepian, yang memberi dukungan dan memperkaya hidup kita dalam banyak hal.
Apabila anda menggunakan media sosial, hal ini tentu akan bisa membantu anda untuk mendapat koneksi pada level yang sama, tetapi jangan bergantung pada itu untuk membina hubungan anda. Sekedar meng-click “Like” pada posting seorang teman dan meng-update status hampir tidak bisa kita andalkan untuk interaksi sosial. Painter berkata bahwa komunikasi digital adalah “paling baik digunakan sebagai suatu suplemen bagi komunikasi tatap muka, bukan sebagai pengganti. Jika anda menemukan sebagian besar dari “interaksi” anda melalui media sosial, atau jika anda secara konsisten menggunakan Facebook atau menggunakan SMS untuk berkomunikasi dengan seseorang pada hal anda bisa bertatap muka, maka saatnya untuk melepaskan semua itu.
Satu lagi penawar racun kesepian adalah memberi dorongan pada orang lain. Alkitab menunjukkan bahwa kita sebaiknya memberi bantuan untuk kebutuhan orang lain di samping kebutuhan kita sendiri (Filipi 2:4). Jika anda mengenal seseorang yang bergumul dalam situasi yang sulit, barangkali merasa kesepian, kirimkanlah kartu pemberi semangat atau telepon orang itu sekedar memberi sapaan “halo.” Mintalah pastor anda untuk nama-nama mereka yang terisolasi atau mereka yang lemah dan anda boleh kunjungi mereka dan memberi dorongan hidup (Yakobus 1:27). Atau secara sukarela membangun tempat berlindung bagi mereka yang tuna wisma, membantu kekurangan suatu keluarga atau memberi tumpangan bagi mereka yang sedang dalam perjalanan jauh.
Tempatkan diri anda pada situasi di mana anda dapat bertemu dengan orang-orang baru. Daftarkan diri anda pada suatu kelas belajar di komunitas di tempat anda tinggal. Secara sukarela, ambillah peluang menjadi seorang pemandu wisata di suatu gedung kesenian di kota anda atau di museum. Bergabunglah dengan liga bowling, pada kelompok senam atau klub pertanian. Ikuti diskusi olah buku di perpustakaan. “Apabila anda ikut serta dalam suatu kelompok yang memiliki minat yang sama dan anda bisa bertemu dengan mereka setiap hari, maka dengan seiring waktu anda akan memiliki banyak sahabat,” kata Olds.
Sekedar bersendagurau juga bisa membuat perbedaan. Senyum dan memberi sapaan “halo” kepada seorang tetangga saat berpapasan di jalan menuju tempat kerja atau teman sekolah yang belum pernah anda sapa ketika anda melihat dia di perpustakaan. Alkitab terjemahan versi King James di kitab Amsal 18:24 berkata, “Orang yang memiliki sahabat dia sendiri harus bersikap ramah.” Sementara Alkitab versi terjemahan lain menyatakan arti yang agak berbeda, versi ini membuat suatu pemahaman yang penting dan yang fundamental tentang persahabatan. Sebuah senyum adalah pemecah kebekuan dan pembuat sahabat yang sungguh indah.
Orang yang hidup kesepian merajalela di dunia kita sekarang ini. Banyak orang merasa putus hubungan dan merasa dijauhkan dari orang-orang lain. Tetapi Allah tidak menghendaki kita untuk hidup dalam kesepian. Dia menghendaki kita untuk hidup dalam kepenuhan dan dalam hubungan-hubungan yang berarti.
Jika anda hidup dalam kesepian, mintalah Allah menolong anda untuk menjangkau orang lain dan menyediakan waktu bagi orang lain. Mintalah Dia kesempatan untuk menemui dan melayani orang lain. Jika anda mengikuti arahanNya, anda akan mengembangkan persahabatan, yang tidak hanya menolong anda untuk merasakan koneksi yang lebih berarti, tetapi juga akan memampukan anda untuk memberi dukungan bagi sahabat-sahabat anda – sahabat lama dan sahabat baru.
Apakah anda mempunyai pertanyaan?
Ajukanlah kepada kami.
This article was translated from http://lifehopeandtruth.com