Hari-hari Perayaan Orang Kristen

oleh Andy Burnett

https://lifehopeandtruth.com/life/plan-of-salvation/biblical-festivals/christian-festivals/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Banyak orang percaya bahwa ajaran Alkitab Perjanjian Baru telah meniadakan hari-hari raya orang Kristen. Tetapi Yesus merayakannya. Hari-hari raya yang mana yang dirayakan oleh Gereja awal?

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
                                      Hari-hari yang mana yang dirayakan Gereja Perjanjian Baru?

Hari-hari kudus apa yang dirayakan Gereja Perjanjian Baru? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita refleksikan terlebih dahulu kepada kejadian-kejadian yang terjadi sekitar awal berdirinya Gereja Perjanjian Baru sebagaimana dicatat pada bagian akhir keempat Injil dan pada abad memasuki Kisah Para Rasul.

Kristus mati pada hari Paskah

Keempat kitab Injil itu menceritakan kepada kita bahwa Yesus Kristus mati martir pada hari Paskah, yakni hari raya Elohim (Imamat 23:4-5), akan tetapi melalui mujizat Dia dibangkitkan dari kematianNya tiga hari tiga malam kemudian, persis seperti yang Dia telah nubuatkan (Matius 12:39-40).

Selama 40 hari setelah kebangkitanNya itu, Yesus berulang-ulang menampakkan DiriNya kepada 11 murid-muridNya bersama dengan para pengikutNya dan Dia  “berbicara tentang Kerajaan Elohim” (Kisah Para Rasul 1:3). Inilah persiapan sebelum Dia mendirikan GerejaNya.  

Gereja didirikan dan Roh Kudus dikaruniakan pada hari Pentakosta

Sebelum kenaikan Yesus ke sorga (Kisah Para Rasul 1:9-11), Dia berkata kepada murid-muridNya bahwa mereka akan segera menerima kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:4-8). Sepuluh hari kemudian — genap 50 hari — peristiwa turunnya Roh Kudus digenapi. Inilah sesungguhnya awal berdirinya Gereja Perjanjian Baru, yakni hari turunnya Roh Kudus kepada rasul-rasul itu, sebagaimana dijelaskan pada bab 2 Kisah Para Rasul. Setelah hari itu, 3,000 orang dibaptis dan juga menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:38-41).

Menarik untuk kita ketahui bahwa Elohim memilih hari Pentakosta (arti literalnya “hitung 50”; dalam bacaan lain itu disebut “Feast of Weeks” [Perayaan Tujuh Minggu] — Imamat 23:15-21) sebagai saat dimana murid-muridNya mendapat karunia Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:1-4) dan dengan demikian terbentuklah Gereja Perjanjian Baru.

Beberapa orang mungkin akan berkata Dia memilih waktu itu karena begitu banyak orang berkumpul di Yerusalem dari daerah yang jauh saat merayakan Hari Raya Pentakosta. Tetapi ketika orang mempelajari ajaran alkitabiah bahwa Elohim memberi pengajaran kepada Israel bagaimana merayakan Pentakosta, dia akan menyadari bahwa alasan Elohim lebih dari sekedar memilih hari ketika sekelompok besar orang akan hadir. 

Paulus dan Pentakosta

Beberapa tahun kemudian, rasul Paulus “buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari Pentakosta” (Kisah Para Rasul 20:16). Menuliskan surat kepada orang Korintus (sekitar tahun 55-57 A.D. kira-kira 25 tahun setelah berdirinya Gereja Perjanjian Baru), Paulus menyatakan bahwa dia akan tetap di Efesus hingga hari Pentakosta (1 Korintus 16:8).  

Jemaat di Korintus dan di Efesus pada dasarnya terdiri dari bangsa-bangsa bukan Yahudi (Gentiles). Mengapa Paulus mengatakan dia buru-buru untuk pergi ke Yerusalem sebelum Hari Raya Pentakosta di satu sisi, sementara di sisi lain dia menetap di Efesus hingga Hari Raya Pentakosta, jika memang Pentakosta, yang adalah Hari Raya Tuhan, telah ditiadakan?

Hari Raya Roti Tidak Beragi

Kemudian, perhatikan penjelasan ini bagaimana Paulus menginstruksikan jemaat Korintus untuk merayakan Hari Raya Roti Tidak Beragi (yang terdapat di Imamat 23:6-7): “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1 Korintus 5:7-8).

Perhatikan perkataan Paulus, “Mari kita berpesta” [Let’s keep the feast]. Dia memberi ajaran kepada mereka mengapa dan bagaimana merayakan perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi itu selama tujuh hari!

Mengapa Paulus harus menyatakan hal ini 25 tahun setelah Kristus memakukan apa saja yang harus dipakukan pada kayu salib, jika memang Gereja tidak masih merayakan hari-hari kudus ini sebagai hari raya orang Kristen? Kemudian, di dalam surat yang sama Paulus memberikan kepada mereka petunjuk lain tentang bagaimana merayakan Paskah dengan benar (1 Korintus 11:17-34), dengan mengingatkan mereka bagaimana Yesus telah mengajarkan para Rasul untuk merayakan perayaan tersebut sebagai sebuah peringatan dari penderitaan dan kematianNya (Lukas 22:8-20).

Jadi kita melihat bahwa ada banyak bacaan di dalam Perjanjian Baru tentang perayaan hari-hari raya Elohim. Sekarang bagaimana dengan sejarah di luar Alkitab?

Perjuangan Polycrates untuk melestarikan Paskah Perjanjian Baru

Sejarawan Katolik awal yang bernama Eusebius melakukan verifikasi terhadap perayaan Katolik akan perayaan-perayaan ini. Eusebius hidup pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus pada tahun 300an menulis bukunya yang berjudul Ecclesiastical History tentang Quartodeciman Controversy, sebuah kontroversi dikalangan orang-orang yang menamakan diri Kristen tentang kelanjutan perayaan the Lord’s Passover [Paskah Tuhan] pada hari ke-14 menurut penanggalan Ibrani pada bulan pertama (“quartodeciman”). Kontroversi ini telah dicatat pada tahun 150an dan telah sampai kepada Paus Victor pada tahun 190an.

Eusebius memberi komentar berikut tentang seorang pemimpin gereja di Asia (Polycrates) yang mempertahankan perayaan Paskah alkitabiah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi:

“Sebuah pertanyaan yang penting muncul pada saat itu. Bagi para paroki di seluruh Asia, seperti dari tradisi yang lebih tua, merayakan hari ke-14 itu, pada hari mana orang-orang Yahudi diperintahkan untuk mengorbankan domba, sebaiknya dirayakan sebagai perayaan Paskah Juruselamat. …

Sinode dan majelis uskup diadakan untuk membahas masalah ini, dan semua, sepakat, melalui persetujuan bersama untuk menerbitkan satu ketetapan gerejawi, bahwa rahasia kebangkitan Tuhan sebaiknya dirayakan bukan pada hari lain tetapi pada hari Tuhan, dan bahwa kita sebaiknya merayakan penutupan puasa paskah cukup pada hari ini saja. …

“Tetapi uskup-uskup Asia, yang dipimpin oleh Polycrates, memutuskan untuk berpegang pada kebiasaan atau praktek lama yang diajarkan kepada mereka. Dia sendiri, melalui sebuah surat yang dialamatkan kepada Victor [Paus, tahun 189-198 A.D.] dan kepada gereja di Roma, menyatakan perkataan berikut ini yakni tradisi yang telah diteruskan kepada dia: ‘Kami merayakan hari yang tepat; dengan tidak menambah dan tidak mengurangi. Sebab di Asia juga sinar besar telah padam [mati], yang akan terbit dan bersinar lagi pada kedatangan hari Tuhan, ketika Dia datang dengan kemuliaan dari sorga, dan akan mencari semua orang-orang kudusNya.”

Polycrates kemudian mencatat orang-orang penting dari Gereja awal, termasuk rasul Filipus, rasul Yohanes, Polycarp yang dididik oleh rasul Yohanes dan banyak lagi yang lain yang berpegang pada perayaan Paskah menurut Alkitab.

“Perayaan Paskah pada tanggal empat belas, yang adalah menurut Injil, tidak menyimpang sama sekali, tetapi itu menurut aturan iman. Dan saya juga, Polycrates, yang paling kecil dari anda semua, melakukan sesuai dengan tradisi keluargaku, yang beberapa di antaranya saya telah ikuti dengan cermat. Karena tujuh dari sanak saudara saya adalah uskup; dan saya yang kedelapan. Dan sanak saudara saya selalu merayakan hari ketika orang membuang ragi [ini merujuk pada Hari Raya Roti Tidak Beragi]. Oleh karena itu, saya, saudara-saudara, yang telah hidup enam puluh lima tahun di dalam Tuhan, dan telah bertemu dengan saudara seiman di seluruh dunia, dan telah memeriksa seluruh Kitab Suci, saya tidak takut dengan kata-kata yang menakutkan. Bagi mereka yang lebih mulia daripada yang saya katakan, ‘Kita harus lebih takut kepada Elohim daripada manusia’” (Historia Ecclesiastica, 3.23-25).  

Coba perhatikan pentingnya perkataan Polycrates — perkataan yang ditulis kira-kira 160 tahun setelah Gereja Perjanjian Baru mulai. Dia berjuang untuk mengikuti pengajarnya, Polycarp, yang telah diajar oleh rasul Yohanes, yang meninggal pada hampir akhir abad pertama. Dan Yohanes, yang telah menyandarkan kepalanya di dada Yesus Kristus, adalah orang “yang Yesus kasihi” (Yohanes 13:23; 20:2; 21:20-25).

Perayaan-perayaan lain orang Kristen yang dirayakan oleh Gereja awal

Hari-hari raya Elohim itu disebutkan di dalam Perjanjian Baru. Lukas, dalam tulisannya tentang perjalanan Paulus pada bagian akhir kitab Kisah Para Rasul, merujuk pada Hari Pendamaian (“hari Berpuasa”) yang sudah lewat, mencatat bahwa pada waktu (musim gugur), untuk perjalanan berlayar tidak aman di Laut Mediteranian (Kisah Para Rasul 27:9; Imamat 23:26-32).

Di samping itu, Paulus menyatakan berikut ini, yang merujuk pada perayaan Hari Raya Pondok Daun (Imamat 23:33-43; Yohanes 7:1-2, 8, 10, 14): “Aku harus menghadiri perayaan yang akan datang di Yerusalem, dan aku akan kembali lagi kepadamu jika TUHAN menghendakinya” (Kisah Para Rasul 18:21).

Apakah anda ingin mengetahui gereja yang mensponsori, Life, Hope & Truth? Silakan gunakan link di bawah ini:

 Life, Hope & Truth? See our “Who We Are” page.

Hari Sabat mingguan

Terakhir, tetapi tidak kalah penting, adalah hari Sabat mingguan, yang adalah hari yang juga dicatat oleh Elohim di antara hari-hari perayaanNya (Imamat 23:1-3) dan juga merupakan satu dari 10 Perintah Elohim (Keluaran 20:8-11). Kita melihat begitu banyak referensi di Kisah Para Rasul tentang ibadah Gereja pada hari Sabat mingguan.

Kisah Para Rasul 13:14 menggambarkan bagaimana Paulus memasuki rumah ibadat di Antiokia pada hari Sabat. Kemudian pada bab itu, Lukas menceritakan hasil pemberitaan Paulus dan Barnabas pada hari Sabat itu: “Ketika mereka pergi dari sinagoga orang Yahudi, bangsa itu meminta agar perkataan itu dibicarakan lagi pada hari Sabat berikutnya. Setelah ibadah selesai, banyak orang Yahudi dan bangsa lain penganut agama Yahudi yang saleh mengikuti Paulus dan Barnabas. Kedua rasul itu mengajar dan meyakinkan mereka agar tinggal dalam anugerah Elohim. Ketika hari Sabat tiba, hampir seluruh penduduk kota itu berkumpul untuk mendengarkan firman TUHAN” (Kisah Para Rasul 13:42-44).

Bacaan lain yang merujuk pada hari Sabat mingguan termasuk Kisah Para Rasul 16:13; 17:2 dan 18:4. Hari Sabat menggambarkan satu hari (sebagaimana hari itu dari awalnya dikuduskan, hingga hari ini hari Sabat itu tetap dikuduskan) dimana jemaat datang dan berkumpul berdoa, memuji dengan nyanyian pujian dan bersekutu dan diajar dalam Firman Tuhan.

Masih dirayakan hari ini

Hari-hari raya Elohim dirayakan oleh Gereja Perjanjian Baru! The Church of God, a Worldwide Association, mengikuti teladannya dan perintah alkitabiah dengan merayakan hari-hari raya orang Kristen ini. Perayaan yang diperintahkan ini memiliki makna rohani pribadi yang mendalam, sementara itu juga menyingkapkan rencana Elohim bagi umat manusia. Kami mendorong anda untuk membaca kebenaran ini di dalam Alkitab anda. Bagaimanapun juga, apabila Elohim telah menguduskan hari-hari kudusNya dan untuk berkomunikasi dengan mereka yang mengasihiNya, bukankah anda juga ingin mengetahuinya dan memahaminya? 

Anda juga mungkin ingin melihat seri video kami “Feasts of the Lord.” Kesepuluh seri video pendek ini menelusuri rencana Elohim dan maksud semua itu bagi anda.

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry