Jadilah KehendakMu

oleh David Treybig

http://lifehopeandtruth.com/prophecy/kingdom-of-god/thy-will-be-done/

Apa asal-usul ucapan populer ini? Adakah koneksi ucapan ini dengan Kerajaan Allah? Apa arti firman yang berbunyi “Jadilah kehendakMu” bagi kita hari ini?  

Ucapan “Jadilah kehendakMu” terdapat tiga kali di Alkitab versi King James. Tempat pertama terdapat di ayat-ayat yang biasa disebut Doa Bapa Kami. Sebenarnya, ini adalah sebuah model doa yang Yesus gunakan untuk mengajar murid-muridNya bagaimana berdoa. 

Di dalam Doa Bapa Kami

Yesus mengajarkan suatu teladan bagaimana berdoa, Dia berkata, “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah namaMu. Datanglah kerajaanMu. Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga” (Matius 6:9-10).

Lukas juga mencatat ajaran Yesus ini di dalam Injilnya: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah namaMu. Datanglah kerajaanMu. Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga” (Lukas 11:2, versi King James).

Di dalam skema pendek ini, kita melihat bahwa subyek pertama yang Yesus tekankan –setelah menunjukkan hormat kepada Allah Bapa –  ialah Kerajaan Allah. Dia perintahkan agar kita berdoa untuk kerajaanNya datang ke bumi ini dan kemudian Dia menginstruksikan kita untuk berdoa agar kehendak Allah terjadi di bumi ini seperti yang Ia kerjakan di sorga.

Mengapa kita berdoa memohon agar kehendak Allah terjadi?

Karena Allah adalah yang maha kuasa dan “Ia melakukan apa yang dikehendakiNya” (Mazmur 115:3), mengapa kita perlu berdoa agar kehendakNya terjadi padahal  kehendakNya akan sungguh terjadi? Pernahkan anda berpikir bahwa Kristus telah mengikutsertakan bagian ini di dalam model doa tersebut dengan tujuan untuk menolong kita agar kita perlu menyelaraskan pikiran dan perbuatan kita menurut kehendak Allah dalam maksud dan tujuanNya yang Ia rencanakan bagi kita?

Pelajarilah lebih dalam lagi tentang rencana Allah bagi semua umat manusia bersama buklet kami yang berjudul The Mystery of the Kingdom.

Apabila kita berdoa “Jadilah kehendakMu” sebelum kita meminta “berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Matius 6:11), kita mengakui bahwa apa yang Allah sedang kerjakan lebih penting dari pada kegiatan-kegiatan kita. Poin ini sifatnya subtil [tidak mudah kita sadari] tetapi sangat penting untuk mengingatkan kita dalam hal prioritas rohani kita. Rencana agung dan maksud tujuan Allah bagi kehidupan kita – kehendakNya – harus datang terlebih dahulu di dalam kehidupan kita.

Apa itu kehendak Allah?

Maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia ialah bahwa manusia pada akhirnya akan menjadi anggota-anggota di dalam keluargaNya dan hidup bersama Dia selamanya di dalam Kerajaan kekalNya. Proses ini dimulai dari penciptaan manusia jasmani, yakni dalam keadaan yang dapat binasa. Mereka harus mendengar dan merespon kepada instruksi Allah sebagaimana disampaikann oleh nabi-nabiNya dan anakNya, Yesus Kristus.

Menjelaskan latar belakang Kristus dan alasan mengapa Ia datang ke bumi dalam wujud manusia, Yohanes menuliskan: “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya. Ia datang kepada milik kepunyaanNya tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya. Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya: orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Yohanes 1:10-13).

Di dalam bacaan ini, kita memperhatikan bahwa itu adalah kehendak Allah bagi manusia untuk merespon kepadaNya dan menjadi anak-anakNya.

Allah Bapa adalah Dia yang memanggil atau menarik orang datang kepadaNya (Yohanes 6:44). Setelah menerima panggilan ini, kita harus bertobat dari dosa-dosa kita, dibaptiskan dan menerima penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus. Melalui Roh Allah yang tinggal di dalam kita, kita akan diubahkan dalam pikiran dan jalan hidup kita.

Menjelaskan proses ini, Paulus menuliskan: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2).

Apa yang Allah kehendaki ialah bahwa kita harus berubah lambat laun dari sifat alami manusia, perbuatan alami manusia dan cara pikir manusia, yang tidak harmonis dengan hukum-hukum Allah, menjadi orang yang berpikir dan bertindak seperti Allah. Menjelaskan proses yang sama ini kepada jemaat di Korintus, Paulus menulis: “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambarNya, dalam kemuliaan yang semakin besar” (2 Korintus 3:18).

Kerajaan Allah dan kehendak Allah

Meskipun Allah adalah Allah yang mahakuat, Dia mengizinkan – untuk sementara waktu – roh jahat yang disebut Setan, si iblis itu untuk mempengaruhi umat manusia. Setan itu disebut di dalam Alkitab sebagai “ilah zaman ini,” yang telah membutakan pikiran orang-orang yang tidak percaya (2 Korintus 4:4). Melalui tipu daya dan dustanya, dia “menyesatkan seluruh dunia” (Wahyu 12:9).

Pada saat ini, Kerajaan Allah tidak mengatur seluruh dunia ini sebagaimana Ia mengatur di sorga, di mana Allah berada. Namun Kerajaan Allah itu ditakdirkan akan mengambil alih kerajaan seluruh dunia ini. Dahulu kala, Allah memberikan suatu visi kepada nabi Daniel tentang rencana agung ini.

“Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia, datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah” (Daniel 7:13-14).

Meterai ke-7 kitab Wahyu itu menggambarkan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya ke bumi ini untuk mendirikan Kerajaan Allah. Melukiskan penglihatan ini, yakni penglihatan yang akan terjadi di masa depan, Yohanes menuliskan: “Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya, ‘Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya!’” (Wahyu 11:15).

Untuk proses ini seluruh pemerintah manusia yang digantikan oleh Kerajaan Allah, inilah poin yang dijelaskan Yesus di dalam model doa yang Dia ajarkan kepada kita, yakni: “Datanglah kerajaanMu. Jadilah kehendakMu di bumi, seperti di sorga” (Matius 6:10).

Di dalam komunikasi kita dengan Allah, kita harus berdoa untuk perubahan penting yang berarti bahwa pengaruh jahat Setan dan pemerintahan yang salah yang dijalankan manusia di dunia ini akan berakhir, dan pendirian Kerajaan Allah di bumi segera terjadi untuk mendatangkan damai, kesejahteraan dan stabilitas bagi semua bangsa.

Sikap kita pada ucapan “Jadilah kehendakMu”

Sebelum penyalibanNya, Yesus berdoa kepada BapaNya tentang cobaan besar yang akan Ia hadapi. Menyadari penderitaan yang akan segera dialamiNya, “Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya, Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu” (Matius 26:42, versi King James). Ini yang ketiga kalinya kita membaca ucapanNya “Jadilah kehendakMu” di Alkitab versi King James.

Dalam hal ini, meskipun Yesus lebih memilih untuk tidak menderita, sekiranya itu mungkin, Dia tunduk kepada kehendak Allah. Doa ini mengangkat satu pertanyaan: Apakah Yesus tidak tahu apa kehendak BapaNya tentang penyaliban itu? Beberapa ayat Alkitab memberi penjelasan.

Wahyu 13:8 berbicara tentang Yesus sebagai “Anak Domba yang telah disembelih” sejak dunia dijadikan. Ini berarti bahwa rencana Allah terhadap anakNya untuk memberikan hidupNya bagi dosa dunia ini telah ada dari sejak mulanya. Di samping itu, Yesus mengajarkan murid-muridNya bahwa pelayananNya akan termasuk penyerahan hidupNya. “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan” (Yohanes 3:14). Kemudian Dia juga mengajar, “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu” (Yohanes 12:32). 

Jadi mengapa Yesus berdoa bahwa jika mungkin penyaliban itu berlalu dari Dia, dan pada saat yang sama Dia juga tunduk pada kehendak BapaNya? Mungkinkah hal itu bahwa, sebagaimana Dia telah lakukan di dalam baptisan (lihat Matius 3:14-15), Dia memberi teladan perilaku kepada kita bahwa kita juga mengikuti teladan itu? Meskipun Yesus tidak berharap pada semua penderitaan yang akan ditanggungNya, Dia sungguh taat untuk memenuhi kehendak BapaNya. Sebagaimana Yesus jelaskan, “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku, dan menyelesaikan pekerjaanNya” (Yohanes 4:34).

Aplikasinya

Sebagaimana kita menjalani hidup kita, kita perlu memiliki sikap yang sama “Jadilah kehendakMu.” Hidup menurut kehendak Allah harus menjadi prioritas utama kita. Mencari Kerajaan Allah juga harus menjadi fokus utama di dalam hidup kita (Matius 6:33).

Jika kita melakukan apa yang Allah perintahkan, kita dapat berharap untuk mendengarkan firmanNya yang indah yang berkata: “Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” (Matius 25:34).

Untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang kehendak Allah terhadap anda, pastikan anda membaca artikel kami yang berjudul “Kerajaan Allah.” Setelah itu kami juga menganjurkan anda untuk mempelajari artikel lain yang berjudul “Christian Conversion.”

Apakah anda punya pertanyaan?

Ajukanlah kepada kami.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry