Jangan Mengingini

oleh Todd Carey

http://lifehopeandtruth.com/relationships/finances/thou-shalt-not-covet/    

Mengingini – yakni ambisi untuk memiliki sesuatu yang semestinya tidak  – adalah suatu jerat berbahaya, baik bagi orang miskin maupun orang kaya. Itu sebabnya Allah berfirman, “Jangan mengingini.”  

Allah memberi kita 10 Perintah untuk kebaikan kita, termasuk hukum yang ke-10: “Jangan mengingini” (Keluaran 20:17).

Untuk memahami hukum Allah terhadap dosa mengingini, akan lebih jelas apabila kita memperhatikan sebuah contoh fatal akibat dosa  mengingini.

Coba bayangkan kisah Ahab

Kisahnya jelas dan sederhana. Dia mengingini sesuatu, dan dia menginginkan itu sekarang! Hari demi hari, dia merapah kian kemari di ruang balai kerajaan dengan memusatkan pikirannya terhadap sebuah hadiah yang sebenarnya dia tidak berhak untuk memenangkannya. Hal itu menjadi suatu perasaan yang demikian mendalam baginya sehingga dia hampir jatuh sakit akibat keinginan itu.

Lebih menyedihkan lagi, orang ini sebenarnya tidak butuh sesuatu apapun – sebab dia seorang raja! Dengan seluruh harta yang ada di istananya, apalagi yang ia butuhkan?

Apabila nama anda adalah Ahab, raja Israel, selalu ada lagi yang anda ingini. Dalam hal ini, kisahnya terjadi atas sebuah ladang anggur yang terletak di sebelah istananya. Apa yang mulanya ia kejar, yakni harta benda, dengan cepat berubah menjadi sikap berdosa yang  menjijikkan.

Ketika rundingan itu tidak berjalan seperti yang dia inginkan, Raja Ahab menyuruh istrinya yang bengis itu menemui tetangga yang tak berdaya itu. Ratu Jezebel tidak peduli terhadap apapun pada saat dia merampas apa yang bukan miliknya, dengan mengorbankan hidup tetangga mereka. Dan semua itu terjadi karena Raja Ahab melayani dosa mengingini.

“Saya ingin memiliki milik anda!” berarti “mengingini”

Meskipun perintah “jangan mengingini” itu ditulis pada urutan terakhir di dalam 10 Perintah Allah, potensi tragedi dan petakanya melekat  seumur hidup. Mudah untuk membenarkan diri di dalam pikiran kita bahwa sikap mengingini tidak seburuk membunuh, mencuri atau berzinah, tetapi jangan salah – mengingini yang adalah dosa, dapat membawa seluruh dosa ini dan dosa-dosa lain!

Mengingini berarti menghendaki sesuatu dengan cara yang salah atau dengan nafsu yang tak terkendalikan tanpa memperdulikan hak atau milik orang lain. Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati kita termasuk keinginan kita (1 Tawarikh 28:9). Jadi ketika Allah memberikan 10 PerintahNya kepada orang Israel, Dia menjelaskan beberapa butir di antaranya yang tidak boleh diingini.

“Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu” (Keluaran 20:17).

Allah mengetahui bahwa hati yang mulai mengingini adalah hati yang tidak lagi berfokus pada Dia, tetapi pada diri sendiri. Mengingini mulai timbul ketika pikiran melabuhkan keinginan tersembunyi untuk mendapatkan sesuatu yang dilarang dengan cara yang salah, tanpa rasa peduli terhadap hak dan martabat orang lain. Sikap mengingini menempatkan pikiran dan hasrat anda di atas kepentingan orang lain.

Sayangnya, telah banyak contoh mengerikan yang terjadi di dunia saat ini. Aksi  mengingini ini bahkan telah muncul sebagai gaya hidup yang dipropagandakan oleh industri perfilman, di mana kadang-kadang itu bahkan dibuat glamor. Jika apa yang mereka sebut pahlawan lelaki atau pahlawan wanita yang membara mengejar pasangan orang lain, “membebaskan” dia dari ikatan pernikahannya yang suam-suam kuku, itu digambarkan sebagai sesuatu yang bisa diterima, bahkan sesuatu yang pantas dilakukan!

Memberi diri sendiri suatu peluang untuk alasan mengingini

Bibit mengingini ini kadang-kadang mulai dari suatu observasi ikhlas tanpa ada maksud melakukan dosa.

Dalam kisah King Arthur and the knights of the round table [Raja Arthur dan kesatria meja bundar], misalnya, kesatria Lancelot, yang baru saja menjadi sahabat Raja Arthur, memberi komentar bersahaja, tapi yang tidak pantas bagi tunangan raja, Guinevere. Lancelot berkata kepada calon permaisuri itu bahwa selama dia hidup, dia tidak akan mencintai orang lain. Lancelot terpikat oleh kecantikan calon ratu itu dan dia mulai tertarik kepada dia. Akan tetapi, daripada menjunjung kehormatan dari kesucian pernikahan, Lancelot dan Guinevere mulai mengingini hal yang bukan milik mereka – satu sama lain! Dalam kisah itu, sikap mengingini mereka membawa mereka kepada perselingkuhan dan itu mencederai martabat kerajaan itu.  

Sedihnya, insiden-insiden seperti ini seringkali dimainkan dalam drama pada zaman sekarang ini. Dengan menggunakan alasan-alasan dan motivasi serakah, orang memutuskan untuk memperoleh suatu harta (atau pasangan orang lain) demi keuntungan pribadi sendiri. Keinginan untuk memiliki apa yang bukan milik sendiri berkembang begitu cepat dan berpengaruh kuat sehingga bahkan orang yang pantas mendapat hormat pun dan mereka yang taat terhadap hukum pun akan membelat-belit hukum dan aturan untuk mencapai tujuan mereka.  

Itu merupakan cuplikan cerita yang bisa mewakilli jutaan insiden pencurian, penggelapan uang, penculikan, perzinahan dan bahkan pembunuhan. Akibat dari mengingini sangat dahsyat dan membinasakan. 

Keinginan adalah suatu jerat

Mengingini adalah jerat di mana Raja Ahab menemukan dirinya terperangkap, sebagaimana bacaan yang dicatat di dalam kitab 1 Raja-Raja 21 itu singkapkan. Kebun anggur yang diingini Raja Ahab itu merupakan milik seorang yang bernama Naboth. Itu adalah milik pusakanya, dan Naboth mengatakan kepada raja bahwa itu merupakan warisan yang tak ternilai harganya bagi dia dan keluarganya.

Akan tetapi daripada memahami ini sebagai sesuatu yang seharusnya ia jauhi, atau barangkali sebagai suatu usaha gagal, Ahab memilih untuk merajuk dan memusatkan pikirannya pada sikap mengingini. Dia marah terhadap Naboth, dan dia masih terus mengingini kebun itu. Di dalam pikirannya yang swaserap atau tidak dewasa itu, dia menunjukkan suatu perilaku yang sering kita lihat pada anak-anak dan kadang-kadang pada orang dewasa juga – dia mulai mencibir dan berkubang dalam mengasihani diri sendiri.  

Merajuk, mencibir dan mengasihani diri sendiri terhadap sesuatu yang kita tidak bisa dapatkan bisa membawa kita kepada kepahitan. Kepahitan selanjutnya akan bisa mengarah pada alasan berbelat-belit yang membawa kepada perbuatan dosa dalam usaha untuk mendapatkan apa yang diingini. Ayat Alkitab menyingkapkan bahwa perilaku Ahab yang mengingini menyebabkan kematian Naboth. Pada awalnya nampaknya Ahab menghindar dari dosanya ini, tetapi Allah akhirnya mengintervensi dan membawa kematian Ahab.

Membuang berhala

Di dalam Alkitab, mengingini digambarkan sebagai bentuk pemujaan berhala. Perspektif Allah pada sikap mengingini dapat jelas dilihat melalui ajaran Paulus kepada jemaat Allah di Kolose. “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kolose 3:5).

Mengapa Allah mengatakan bahwa mengingini itu penyembahan berhala? Karena mengingini dapat menjadi penyita segalanya. Orang atau barang yang diingini menjadi yang paling utama di dalam pikiran si pelaku dan, sementara proses berjalan, menjadikan itu berhala. Semua aturan, perintah dan hukum menjadi sesuatu yang sepele dalam perbandingannya, membuat itu semakin lama semakin mudah untuk membenarkan perilaku yang tak sopan dan/atau illegal.

Apa saja menjadi berhala di dalam pikiran kita mengambil tempat yang paling tinggi atas segala sesuatu dan setiap orang – termasuk Allah. Dosa mengingini merupakan salah satu alasan Allah menghukum penduduk bumi ini. Sebagaimana Paulus menuliskannya pada bacaan yang sama: “Semua itu mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya” (ayat 6-7).

Bagaimana kita mengalahkan dosa mengingini?

Apa yang dapat kita lakukan untuk melepaskan diri dari jerat dosa ini? Untuk bebas dari bentuk berhala ini, kita harus rela hati untuk mengambil langkah penting untuk membuang perilaku mengingini. Langkah pertama ialah dengan cara mengendalikan dan menata ulang arah hati dan pikiran kita.

Raja Daud (yang juga memahami seperti apa rasanya bergumul terhadap keinginan) meminta Allah untuk perlindungan ketika jerat itu hadir dalam pikirannya. Dia menuliskan, “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku; jangan condongkan hatiku kepada yang jahat, untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang fasik bersama-sama dengan orang-orang yang melakukan kejahatan” (Mazmur 141:3-4).

Dalam bab lain Daud menuliskan bahwa dia tidak menaruh perkara dursila yang jahat pada dirinya (Mazmur 101:3).

Sikap mengingini amat menipu sebab dosa mengingini jarang terlihat jahat. Tetapi faktanya ialah semakin cepat kita memahami itu, semakin cepat pula kita akan bertobat dari dosa itu.

Dalam proses penataan ulang pola pikir kita, kita harus bergerak ke arah balik dari spektrum. Kebalikan mengingini ialah melihat ke arah luar – tidak membandingkan diri kita dengan orang lain, tetapi melihat suatu kesempatan untuk memberi diri kita di dalam suatu pelayanan bagi orang lain, yakni mereka yang sungguh kurang beruntung.

Berterimakasih kepada Allah

Kemudian, ketika kita sungguh sudah menemukan sesuatu atau seseorang yang kita hormati, kita dapat menjaganya di dalam alam rasa hormat yang pantas dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah atas berkat-berkatNya yang Dia limpahkan kepada kita.

Kita dapat menggunakan seluruh milik pribadi kita yang telah diberikan Allah kepada  kita dan hidup di dalamnya. Jika ada sesuatu hal lain yang kita sukai atau ingin miliki, tidak salah jika kita menaikkan permohohan dengan hati yang bersih sambil mengucapkan syukur. Entah itu sebuah mobil baru atau suatu hubungan yang penuh arti, Allah tahu apa yang kita butuhkan. Jadi apabila suatu permohonan kita naikkan, kita dapat memintanya dalam keyakinan dan iman, percaya bahwa Allah memiliki kemauan kita dalam hati.

Sebagai penulis kitab Ibrani yang begitu fasih, rasul Paulus menulis: “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman, ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5).

Allah adalah pemberi semua yang baik dan Dia berjanji akan hal itu. Dia selalu siap mendengar doa-doa yang tulus dari orang yang sungguh mencari Dia. Sikap mengingini tidak mempunyai tempat di dalam hati orang – laki-laki dan perempuan – yang sungguh-sungguh ingin mencari Dia. Itulah sebabnya Allah berfirman: “Jangan mengingini.”

Untuk informasi lebih lanjut, periksalah artikel kami yang berjudul “Tenth Commandment: You Shall Not Covet.”

Apakah anda punya pertanyaan?

Ajukanlah kepada kami.

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry