Kerajaan Sorga

oleh David Treybig

http://lifehopeandtruth.com/prophecy/kingdom-of-god/the-kingdom-of-heaven/ 

Bagaimana istilah ini berhubungan dengan Kerajaan Allah? Apakah sorga tempat ke mana orang baik pergi? Mengapa Matius menggunakan istilah Kerajaan Sorga?

Matius, yang sebelumnya berprofesi sebagai pemungut cukai dan yang kemudian menjadi murid Yesus dari Nazaret itu, banyak menulis tentang Kerajaan Sorga. Dari awal penulisan Injil Matius tentang kehidupan Kristus, dia menyatakan: “Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan, ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’” (Matius 3:1-2)

Ketika Matius memulai menceritakan awal dari pelayanan Kristus, dia menuliskan: “Sejak waktu itulah Yesus memberitakan, ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat’” (Matius 4:17). Matius menggunakan ucapan, “kerajaan sorga,” sebanyak 33 kali di dalam Injil yang ia tuliskan (di dalam Alkitab yang diterjemahkan dalam versi New King James).

Meskipun nabi Daniel telah menubuatkan bahwa “Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya” (Daniel 2:44), Matius adalah satu-satunya penulis Alkitab yang menggunakan ucapan “kerajaan sorga.” Dengan memperhatikan perbedaan ini, beberapa orang penasaran apa hubungan ucapan ini dengan “kerajaan Allah.” Apakah kedua istilah ini merujuk pada kerajaan yang sama?

Kerajaan yang sama; nama berbeda 

Apabila kita meneliti lebih dekat terhadap injil Matius, ia juga menggunakan istilah “kerajaan Allah.” Di dalam Matius 6:33, dia menuliskan ucapan Kristus yang menasihatkan orang banyak, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Juga di dalam bacaan ini, Matius menggunakan istilah “kerajaan Allah” empat kali lagi di dalam injil Matius ini (Matius 12:28; 19:24; 21:31, 43). Konteks dari bacaan ini menunjukkan bahwa Matius menggunakan ucapan ini untuk merujuk pada kerajaan yang sama.

Di dalam kitab Efesus, Paulus merujuk itu kepada “kerajaan Kristus dan Allah” (Efesus 5:5). Ucapan-ucapan ini – Kerajaan Sorga, Kerajaan Allah, dan Kerajaan Kristus dan Allah – semuanya merujuk pada kerajaan yang sama. Kerajaan ini adalah milik Allah, yakni Dia adalah “Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah” (Ulangan 4:39).

Apakah orang-orang baik naik ke sorga?

Karena Matius mendeskripsikan Kerajaan Allah itu sebagai “kerajaan sorga” dan karena Allah kita percayai sebagai “Allah semesta langit” (2 Tawarikh 36:23; Ezra 1:2), banyak orang telah salah mengerti  dan menganggap bahwa orang-orang baik naik ke sorga dan diam bersama Allah pada saat mereka mati. Apa yang mereka ini sebenarnya tidak pahami ialah bahwa Matius ketika merujuk pada Kerajaan Allah sebagai Kerajaan Sorga, dia tidak mencoba menjelaskan apa yang terjadi kepada orang-orang baik dan setia pada saat mereka mati.  

Apa yang diajarkan Alkitab tentang mereka yang telah mati di dalam iman ialah bahwa mereka berada di dalam kubur menunggu Yesus Kristus kembali, yakni pada saat mereka dibangkitkan kembali – dihidupkan kembali dalam keadaan yang tidak binasa. Alkitab mengajarkan bahwa “orang mati tak tahu apa-apa” (Pengkhotbah 9:5) dan bahwa ketika seseorang mati, “lenyaplah maksud-maksudnya” (Mazmur 146:4).

Pada saat kedatangan Tuhan, yakni ketika Dia “turun dari sorga”, diiringi dengan bunyi sangkakala Allah, semua “yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit” (1 Tesalonika 4:15-16). Dalam menyamakan tidur dalam kubur, Paulus menggambarkan orang-orang yang setia yang telah mati itu sebagai “meninggal dalam Yesus” (ayat 14). Untuk bahan pelajaran lebih lanjut, bacalah juga artikel kami yang berjudul “What Is Heaven?”

Mengapa Matius menggunakan “kerajaan sorga”?

Karena ungkapan “kerajaan Allah adalah nama yang dominan yang digunakan oleh penulis-penulis Alkitab (ungkapan ini terdapat 70 kali di dalam Alkitab versi King James), beberapa orang bertanya mengapa Matius menggunakan “kerajaan sorga.” Sementara Alkitab tidak secara spesifik menjawab pertanyaan ini, memahami persepsi umum dari orang-orang Yahudi selama abad pertama itu memberikan pemahaman bagi kita mengapa itu digunakan. Kelihatannya penulis memilih istilah ini untuk menentang persepsi orang-orang Yahudi yang mempercayai bahwa kedatangan Mesias itu termasuk menggulingkan pemerintahan sipil pada saat itu.

Apa yang tidak dipahami oleh orang-orang Yahudi pada waktu itu ialah bahwa nubuat Kristus di dalam Perjanjian Lama itu akan digenapi dalam dua periode waktu yang berbeda. Kristus akan datang dua kali – tidak hanya sekali. Mengomentari persepsi ini, Albert Barnes menyatakan: “Orang-orang Yahudi mengharapkan penyelamatan agung secara nasional. Mereka mengira bahwa ketika Mesias tampil, semua orang-orang mati akan dibangkitkan; dan bahwa penghakiman akan terjadi; dan bahwa musuh-musuh orang Yahudi akan dilenyapkan, dan bahwa mereka sendiri akan dianugerahkan martabat dan kehormatan besar secara nasional.

“Bahasa yang sebaiknya mereka gunakan untuk mendeskripsikan kejadian ini terpelihara oleh Juruselamat kita dan rasul-rasulNya. Namun mereka mencoba mengubah pola pikir mereka tentang kuasa dan pemerintahanNya. Inilah desain mereka sewaktu Yohanes tampil memberitakan pertobatan itu. Akan tetapi daripada memanggil mereka untuk mengadakan latihan militer, dan mengumpulkan atau membentuk satu kumpulan militer, yang merupakan ekspektasi seluruh bangsa itu, dia [Yohanes] justru memerintahkan mereka untuk bertobat dari pola pikir dan jalan hidup mereka; yakni ke dalam ajaran pertobatan yang benar – suatu keadaan yang jauh lebih sesuai dengan pendekatan terhadap kerajaan yang suci” (catatan dari Matius 3:2).

Apa yang tidak dipahami oleh sebagian besar orang-orang Yahudi ialah bahwa nubuat Kristus di dalam Perjanjian Lama itu akan digenapi dalam dua periode waktu yang berbeda. Kristus akan datang dua kali – tidak hanya sekali. Penulis kitab Ibrani menjelaskan poin ini, ia mengatakan: “Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan” (Ibrani 9:28).  

Alasan lain bahwa Matius telah menggunakan istilah “kerajaan sorga” dan bukan “kerajaan Allah” ialah karena kesadaran atau sensivitas bangsa Yahudi untuk tidak menyebut nama Allah berulang-ulang. Matius mungkin telah menggunakan perkataan sorga sebagai suatu  ungkapan eufemisme [pelembutan] bahasa bahwa Kerajaan itu merupakan milik Allah.

Langkah-langkah dan penentuan sikap

Sementara anda memahami terminologi Alkitab, yang dijelaskan di dalam artikel ini, pengetahuan rohani kita tidak berarti apa-apa kecuali jika kita berbuat sesuatu yang sesuai dengan itu. Setelah mempelajari hal-hal tentang Kerajaan Allah yang akan datang, kita juga harus mengambil sikap agar menjadi bagian dari kerajaan itu. Fokus yang jelas untuk menjadi bagian dari Kerajaan Allah harus menjadi hasrat dan gairah hidup kita – yang menjadi tenaga pembimbing bagi pikiran dan perbuatan kita.  

Sebagaimana Kristus berkata, “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya” (Matius 6:33).

Untuk menolong anda memahaminya dengan baik bagaimana mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya, pastikan anda membaca artikel kami yang berkaitan dengan penjelasan ini pada website kami Lifehopeandtruth. Kami menganjurkan agar anda membaca “Apa itu Kerajaan Allah?”  dan kemudian bacalah artikel selanjutnya. Masa depan anda yang abadi menjadi taruhannya, dan anda memerlukan informasi vital ini. Kami selalu senang hati untuk memberikan jawaban yang bersifat pribadi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mungkin anda hendak tanyakan. Silakan menggunakan contact form pada website utama kami di Lifehopeandtruth.

Apakah anda mempunyai pertanyaan?

Ajukanlah kepada kami

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry