Kerja Keras

oleh Greg Swartz

http://lifehopeandtruth.com/relationships/finances/hard-work/

Apakah bekerja itu merupakan suatu beban atau suatu sumber kepuasan dan sukses? Itu tergantung dari sudut pandang mana anda melihatnya. Apa yang dikatakan Alkitab tentang hasil kerja keras?

“Jangan bekerja terlalu keras!” 

Kita telah mendengar ucapan ini berkali-kali. Entah kita serius mengiyakan ucapan ini atau tidak, kita senantiasa menghadapi berbagai keputusan di setiap hari-kerja di dalam hidup kita.

Sebagaimana kita akan lihat, keputusan-keputusan yang kita buat dan tindakan yang kita lakukan memiliki dampak besar terhadap hidup dan masa depan kita.

Banyak bentuk-bentuk kerja keras

Akan tetapi, sebelum kita melihatnya lebih jauh, apa yang kita maksudkan dengan kerja keras?

Apabila orang berpikir tentang kerja keras, mereka memiliki gambaran yang berbeda di dalam pikiran mereka. Seorang mungkin mengaitkan kerja keras itu dengan kerja manual, dengan cucuran keringat di keningnya, kulit yang menebal di telapak tangannya dan otot yang mengencang. Orang lain mungkin berpikiran bahwa kerja keras itu adalah duduk di belakang komputer berjam-jam. Dan masih banyak orang yang berpikiran bahwa kerja keras itu dikaitkan dengan kerja berdiri sepanjang hari, melayani orang lain dalam tugas sesuai tuntutan pekerjaan mereka. Dan orang lain mengira kerja keras itu banyak bepergian menemui pelanggan mereka dan menghadiri banyak rapat kerja. 

Semua gambaran ini tentu bisa menjadi contoh untuk mengartikan kerja keras. Tetapi kerja keras bukanlah sekedar berapa banyak kalori yang kita keluarkan atau bahkan berapa jam kita investasikan, tetapi seberapa rajinkah kita menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang kita harus kerjakan. Hal ini tentu akan menyangkut cucuran keringat dan bekerja berjam-jam, tetapi itu juga bisa memberi peluang bagi kita untuk belajar dan bekerja secara lebih arif untuk mengerjakan pekerjaan itu lebih efisien.

Apa yang difirmankan Allah tentang bekerja?

Di dalam Perintah Allah yang ke-4, Allah berfirman, “Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu” (Ulangan 5:13)

Alkitab menunjukkan bahwa Allah menghendaki kita bekerja untuk memperoleh pemenuhan dan kepuasan dari pekerjaan itu. Bekerja harus menjadi suatu bagian penting dari hidup kita. Itu merupakan salah satu faktor di dalam sebuah kehidupan yang bahagia dan berkecukupan. Itu merupakan suatu kunci pemenuhan pribadi dan juga keamanan atau jaminan keuangan.

Keseimbangan tentu harus ada antara kerja, keluarga, ibadah dan kesenangan. Akan tetapi tanpa kerja keras, kehidupan kita akan menjadi dangkal dan tidak memiliki keseimbangan.

Di dalam Alkitab, Allah begitu banyak memberi nasihat tentang pekerjaan, sikap kita terhadap pekerjaan dan hasil pekerjaan itu sendiri di dalam hidup kita. Ini semua adalah prinsip abadi yang berlaku sepanjang zaman.

Semut vs. kemalasan

Perhatikanlah analogi yang mengagumkan yang ditulis oleh Raja Salomo: “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring – maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata” (Amsal 6:6-11).

Di sini ada pelajaran untuk kita pada saat kita sudah mulai merasakan kemalasan! Orang-orang pekerja keras itu dikenal oleh orang-orang di sekitar mereka. Mereka memiliki reputasi yang baik. Dapatkah kita melatih diri kita untuk rajin dan bekerja keras secara konsisten? Dengan kata lain, dapatkah kita, sebagai orangtua, mengajar anak-anak kita pentingnya kerja keras? 

Perhatikanlah apa yang ditulis Salomo di dalam Amsal 24:30-32. “Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran.”

Jika anda merupakan seorang majikan yang mencari seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan penting, calon pekerja yang mana yang akan anda pilih untuk mengerjakan itu? Orang yang senantiasa merawat milik kepunyaannya dengan baik, atau seseorang yang hartanya semakin merosot? Pengalaman menceritakan kepada kita bahwa jawabannya ialah orang yang dengan rajin mengurus seluruh milik kepunyaannya.

Amsal 10:26 berkata kepada kita, “Seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata, demikian si pemalas bagi yang menyuruhnya.” Para majikan menginginkan pekerja mereka yang rajin bekerja meskipun mereka (seperti semut) tidak diawasi.  

Kerajinan mendapat upah

“Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa” (Amsal 12:24). Kedudukan para pengawas dan pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai lebih banyak tanggung jawab (dan pekerjaan-pekerjaan yang mendapat upah lebih banyak) akan diberikan kepada mereka yang telah membuktikan diri mereka sebagai pekerja keras dan konsisten.

Ayat lain yang mendukung ayat ini ialah, “Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan” (Amsal 13:4). Kesejahteraan keuangan sering dapat segera kita ketahui bahwa itu adalah berkat hasil kerja keras dan kerajinan yang konstan dan setia. Fakta ini terbukti pada zaman hidup Raja Salomo, dan masih tetap berlaku hingga sekarang.

Mungkin saja kita menemukan banyak alasan untuk menahan diri dan cenderung bersantai. Ada kesulitan yang menghalangi kita. Beberapa di antaranya terlihat seperti alasan-alasan yang baik! Tetapi coba dengarkan apa yang dikatakan Amsal 26:13: “Berkatalah si pemalas: ‘Ada singa di jalan! Ada singa ganas di lorong!’”

Salomo menjawabnya di ayat berikutnya, “Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.” Kadang-kadang kita harus menghadapi tantangan keberanian diri kita dan tekad bulat, dan tidak berkecut hati terhadap tantangan kemalasan itu.

Beberapa orang mungkin akan berkata, “Pekerjaan saya tidak berkualitas. Itu tidak penting.” Banyak orang menganggap bahwa pekerjaan mereka membosankan dan sama sekali tidak punya tantangan.Tetapi bagaimana sebaiknya sikap kita terhadap situasi seperti ini? Kita tidak tahu akan masa depan kita. Kita tidak tahu peluang apa yang mungkin akan muncul.

Yesus Kristus menunjukkan suatu prinsip tentang bagaimana Dia mempersiapkan kita untuk tanggung jawab yang lebih besar. Dia berkata, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar” (Lukas 16:10). Akan siapkah anda ketika peluang yang lebih baik terbuka? Akankah anda membuktikan bahwa diri anda seorang calon yang baik bagi peluang yang lebih besar? Salomo menuliskan di dalam kitab Pengkhotbah 9:10, “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenagamu.”

Kita dapat mengaplikasikan kebiasaan-kebiasaan baik di setiap aspek kehidupan kita. Barangkali anda seorang karyawan. Jika demikian, bekerjalah dengan keras dalam pekerjaan anda. Rawatlah dan jagalah apapun yang menjadi milik anda. Jika anda seorang ibu rumah tangga, anda sudah mengetahui bahwa anda mempunyai banyak tugas yang harus anda selesaikan. Kerjakanlah itu dengan baik. Giatlah dan rajinlah mengerjakannya. Ajarilah anak-anak anda di dalam prinsip ini juga. Imbalannya akan nyata bagi mereka di kemudian hari.

Berkat dari bekerja

Yesus berkata, “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga” (Yohanes 5:17). Kita memiliki seorang Allah yang bekerja dan seorang Juruselamat yang bekerja. Mereka memberi teladan bagi kita. Mereka menunjukkan kepada kita bagaimana  mendapatkan hidup yang bahagia, yang memiliki kepenuhan. 

Sebagian besar dari hidup kita akan kita gunakan untuk bekerja. Demikianlah Allah merancang kita. Kita sebaiknya tidak melihat bekerja itu sebagai suatu beban. Itu merupakan sesuatu yang sebaiknya kita nikmati sebagai berkat Allah. 

Salomo melukiskan gambaran itu bagi kita di dalam kitab Pengkhotbah 5:18-20. “Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagianya. Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagianya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya – juga itupun karunia Allah. Tidak sering ia mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk kesenangan hatinya.”

Menaburkan sukses: kerja keras jawabannya

Kita menuai apa yang kita tabur! Ungkapan ini juga terdapat di dalam Alkitab (Galatia 6:7). Kita semua punya pilihan untuk kita buat dan jalani. Bagaimana kita akan menghabiskan masa hidup kita? Kerja keras, kemauan dan tekad bulat sangat kita perlukan untuk berhasil dalam segala usaha yang kita lakukan. Dan Allah telah menciptakan kita supaya kita bisa mendapat kesenangan, kepenuhan hidup dan kebahagiaan dari hasil kerja keras kita.  

Sifat manusiawi kita mungkin cenderung membuat kita untuk bermalas-malasan, lelet atau mengambil jalan pintas. Tetapi sifat ini bisa diatasi! Kita bisa merubah sikap. Kita bisa mencari pertolongan Allah untuk hidup menurut jalanNya. Dan apabila kita bertekun, kita akan memperoleh kebaikan dan kenikmatan hidup di dalam hidup kita. Hal itu akan berdampak positif terhadap keluarga kita, sahabat-sahabat kita, tetangga kita dan, tentu, bangsa kita – semua akan diuntungkan.

Kerja keras akhirnya akan mendatangkan hasil – dalam berbagai cara!

Untuk artikel terkait tentang penggunaan bijak akan sumber penghasilan kita, silakan anda baca artikel kami pada topik “Finances”

Apakah anda punya pertanyaan?

Ajukanlah kepada kami.

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry