Kesabaran Adalah suatu Kebajikan Yang Dapat Membangun Hubungan

oleh Tom Clark

http://lifehopeandtruth.com/relationships/friendship/patience-is-a-virtue/

Hampir setiap orang menyadari betapa perlunya untuk lebih bersabar pada saat-saat tertentu. Itu adalah buah Roh Kudus Allah dan merupakan kunci utama untuk hubungan yang lebih baik dengan Allah dan sesama manusia. 

Barangkali anda telah mendengar doa orang yang tidak sabar. Doanya seperti ini: “Tuhan, saya memerlukan kesabaran, dan saya perlukan itu SEKARANG JUGA!”

Di dalam sebuah dunia yang penuh dengan pengendara-pengendara sembrono, nasabah yang egois dan yang tidak peduli, konflik pribadi, dan anak-anak atau keluarga yang terus menuntut, kita sering membutuhkan kesabaran untuk mempertahankan hubungan dan kebersamaan!  

Ada satu peribahasa lama orang Belanda yang berkata demikian, “A handful of patience is worth more than a bushel of brains.” [Segenggam kesabaran lebih berharga daripada segantang kepandaian.” Pengalaman sering menunjukkan bahwa seorang yang sabar akan membuat keputusan yang lebih baik dan melihat hasilnya yang lebih menguntungkan di dalam kehidupan daripada seorang yang sangat cerdas tetapi yang tidak memiliki kesabaran untuk menunggu peluang yang tepat.

Leonardo da Vinci dihormati dengan sebuah peribahasa, “Kesabaran berfungsi sebagai pelindung terhadap kesalahan sama seperti pakaian terhadap cuaca dingin. Sebab jika anda mengenakan lebih banyak pakaian karena cuacanya semakin dingin, maka kedinginan itu tidak akan menyakiti anda. Jadi dengan cara yang sama anda harus bertumbuh dalam kesabaran ketika anda bertemu dengan banyak kesalahan, semua itu akan tidak berdaya untuk menyusahkan pikiran anda.”

Di dalam Galatia 5:22, rasul Paulus mencatat urutan karakteristik yang menjadi buah Roh Allah. Buah ke-4 dalam urutan itu adalah “longsuffering,” yang diartikan sebagai kesabaran. Itu merupakan atribut Allah Pencipta, dan sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki seorang Kristen.

Kesabaran dapat melindungi pikiran dan emosi kita, tetapi itu juga dapat membimbing kita untuk berpikir dan melihat perjuangan hidup dengan cara yang benar. Mari kita lihat dua cara utama bahwa kesabaran berlaku pada kita.

1. Kesabaran terhadap Allah

Apa reaksi anda ketika Allah tidak menjawab doa-doa anda sesuai dengan jawaban atau waktu yang anda harapkan?

Kita tahu bahwa Allah itu maha kuasa, dan tidak ada rintangan atau cobaan yang kita hadapi yang Dia tidak mampu singkirkan atau menolong kita untuk mengatasinya. Jadi mengapa Dia tidak selalu melakukannya ketika kita memintanya?

Rasul Yakobus memberi kita suatu pandangan terhadap pertanyaan ini: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan” (Yakobus 1:2-3).

Allah telah berjanji untuk tidak pernah meninggalkan atau mengabaikan kita (Ibrani 13:5), akan tetapi Dia tidak pernah berjanji untuk menjawab semua doa kita seketika itu juga, atau menjawabnya sesuai dengan yang kita inginkan.

Sebagai orangtua, kita dapat menjawab permintaan anak-anak kita dengan jawaban “Ya,” “Tidak” atau “Tunggu,” tergantung pada apa yang terbaik bagi mereka menurut kita.

Bapa sorgawi juga demikian ketika Dia menjawab doa kita. Memang sulit menerima jawaban “Tidak,” oleh karena itu iman kita sebaiknya menuntun kita agar kita mempercayai Dia untuk mengetahui apa yang terbaik bagi kita menurut Dia. Dan bagaimana kita dapat membedakan antara jawaban “Tidak” dan “Tunggu”? Kita harus menunggu, dan itu memerlukan kesabaran!

Kehilangan kesabaran dengan Allah?

Berapa kali kita melihat orang yang kehilangan kesabaran dengan Allah? Mereka merasa bahwa pencobaan yang mereka alami itu tidak adil, dan barangkali mereka benar. Mereka  merasa bahwa cobaan yang mereka hadapi itu bukan karena kesalahan mereka atau tidak patut mereka derita; dan, barangkali mereka tidak melakukan apa-apa yang mengakibatkan masalah itu terjadi. Jadi ketika Allah tidak menjawab doa mereka seketika itu untuk menyelesaikan masalah itu atau memberikan mereka kelegaan, mereka memutuskan dan berkata bahwa Allah itu tidak peduli atau bahkan mereka beranggapan bahwa Dia tidak ada samasekali.  

Akibatnya, mereka kehilangan kesabaran dengan Allah dan memutuskan untuk tidak lagi menunggu Dia. Dengan keputusan itu, mereka menjauh dari Allah dan dari jalan hidup yang benar. Beberapa orang bahkan telah jauh meninggalkan dan beranggapan bahwa Allah tidak mempedulikan lagi, mereka akan melakukan apa saja yang mereka mau – kebanyakan dari akibat perbuatan mereka menuai malapetaka. Bayangkan Abraham yang memutuskan untuk mendapat seorang anak dari gundiknya Sarah (Kejadian 16), daripada bersabar menunggu Allah untuk memberikan seorang anak yang Dia janjikan kepadanya, dia menuruti desakan Sarah (Kejadian 15:4).

Pahamilah sudut pandang Allah

Kadang-kadang kita melupakan sudut pandang sempurna Allah. Dia senantiasa ada; tidak pernah ada waktu bahwa Dia absen (Yesaya 57:15). Dia melihat segala sesuatu, dan dalam segala situasi Dia memahami kebutuhan kita jauh lebih baik daripada apa yang bisa kita pahami. Dia mengetahui apa yang kita inginkan dan apa yang sungguh-sungguh terbaik bagi kita!

Paulus menjelaskan hal ini di dalam Roma 8:28 di mana kita diberitahukan bahwa segala sesuatu terjadi untuk kebaikan kita, jika kita terus mematuhi dan melayani Dia sebagaimana mestinya. Hal itu memerlukan iman bahwa Allah mengetahui apa yang terbaik, hal itu juga memerlukan kesabaran untuk menantikan Dia pada waktu yang Ia tentukan.

Yeremia menyadari kesusahan apa yang terjadi sementara Yehuda diangkut menjadi tawanan. Saat itu kota-kota sedang ditunggang balikkan, dan ribuan dari bangsa Israel itu dibunuh atau dijadikan budak. Di tengah terjadinya cobaan yang buruk semacam itu, Yeremia menyampaikan firman demikian: “TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepadaNya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN” (Ratapan 3:25-26).  

Allah Pengasih dan yang Agung itu mengetahui apa yang kita masing-masing butuhkan, dan di dalam kebajikanNya yang sempurna Dia akan menyediakan itu. Kita tentu tidak ingin mendengarkan pencobaan, tetapi kadang-kadang kita memerlukan itu untuk mengajar kita suatu pelajaran berharga atau untuk mengoreksi perilaku kita, yakni perilaku yang perlu kita ubah pada diri kita. Kesabaran terhadap Allah membiarkan kita untuk menunggu hingga Dia menjawab doa-doa kita. Dia tahu bahwa kita membutuhkan jawaban itu dan Dia memberi jawabannya pada saat yang tepat.  

2. Kesabaran terhadap orang lain

Seringkali bahwa tantangan yang paling berat yang kita hadapi ialah mencoba untuk melatih kesabaran kita dalam berhubungan dengan orang lain. (Dan barangkali juga bahwa orang lain  tidak bersabar dengan kita, mereka kadang-kadang harus melatih kesabaran dengan kita.)

Sikap bersabar terhadap orang lain itu timbul dari rasa kasih dan rasa hormat terhadap mereka. Di dalam 1 Korintus 13:4, firman Tuhan menjelaskan bahwa kasih itu “panjang sabar.” Bacaan ini dilanjutkan untuk mendeskripsikan bagaimana kasih itu tidak mementingkan diri sendiri, tidak sombong atau berlaku kasar, karena kasih itu sesungguhnya mempedulikan kesejahteraan orang lain. Kasih adalah dasar dan kesabaran adalah bagian dari prosesnya. Izinkanlah saya berbagi dengan anda suatu kutipan dari buku yang berjudul The Love Dare yang ditulis oleh Stephen dan Alex Kendrick:  

“Dapatkah pasangan anda berharap kepada anda sebagai seorang istri atau suami yang sabar dalam hal apa pun? Tahukah dia bahwa anda akan tetap sabar, kalem dan pengertian jika  anda melihat kunci mobil tertinggal di stir karena dia lupa? Dan bukan sebaliknya anda merepet dan merendahkan dirinya sehingga anda terlihat kekanak-kanakan? Dapatkah dia (suami) berharap bahwa bila dia sedang menonton pertandingan bola di TV, tidak mengundang suara teriakan anda (istri) akan pakaian-pakaian kotor yang mau anda cucikan tetapi membiarkan dia menikmati pertandingan itu?” (2013, hal. 3). Para ahli hubungan menegaskan apa yang kita semua telah alami: Akan sulit untuk hidup bersama orang yang tidak sabar.    

Kesabaran terhadap orang lain timbul dari kasih dan rasa hormat bagi orang lain. Di dalam 1 Korintus 13:4 kita diberitahu bahwa kasih itu “panjang sabar.” Bacaan ini mendeskripsikan bagaimana kasih itu tidak mementingkan diri sendiri, tidak sombong atau berlaku kasar, karena kasih itu memikirkan kesejahteraan bagi orang lain. Kasih adalah dasar, dan kesabaran adalah bagian dari prosesnya.

Di bagian lain rasul Paulus mendeskripsikan hubungan yang kita perlu miliki satu sama lain, tidak hanya kelemahlembutan dan kebaikan, tetapi “ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain” (Kolose 3:12-13).

Memilih untuk bertahan memikul hinaan atau suatu provokasi, yakni dengan membiarkan hal itu terjadi pada kita, memerlukan banyak kesabaran! Kita dapat memiliki kesabaran semacam ini karena kita sungguh-sungguh menghargai keluarga dan teman-teman kita tanpa mempedulikan kekurangan-kekurangan mereka.

Kesabaran bukan berarti lemah

Sementara itu, kita perlu memahami bahwa orang sabar bukan berarti orang yang lemah. Menjadi orang sabar bukan berarti kita harus “terima begitu saja” jika orang mempermainkan kita atau membuat masalah terhadap kita. Kadang-kadang kita perlu menyatakan kepada orang lain bahwa aksi atau perlakuan mereka sangat menyakitkan dan tidak sopan terhadap kita. Hal ini seharusnya selalu kita lakukan berdasarkan kasih dan motif yang tulus, dan kita mungkin masih perlu bersabar untuk melihat perubahan yang positif atau seperti apa hasilnya.

Dengan bersabar, itu juga bukan berarti kita duduk tenang tanpa melakukan sesuatu, hanya berpangku tangan menantikan Allah atau seseorang untuk menyelesaikan semua masalah kita. Sebaliknya, kita harus rela bekerja sekeras apapun bila diperlukan untuk memecahkan masalah sepanjang hal itu dalam rangka memperbaiki hubungan.

Dalam hal ini, iman yang teguh di dalam Allah sangat diperlukan. Akan jauh lebih mudah bagi kita untuk bersabar apabila kita memahami bahwa Sang Pencipta alam semesta melihat itu semua dan Dia campur tangan dan akan membuat segala sesuatunya menjadi sesuatu yang lebih baik bagi kita pada akhirnya! Bersabar bukan berarti kita menyerah atau hanya berdiam diri sebaliknya kita akan menyelesaikan masalah-masalah dengan sabar dan percaya bahwa Allah kita akan menunjukkan jalan dan memberi kita pengertian bahwa jalan umat manusia tidak akan pernah menyelesaikan masalah.

Pelajarilah teladan orang-orang yang sabar

Banyak di antara kita sadar bahwa kita tidak sabar sebagaimana mestinya. Kita perlu bersabar dengan Allah, memahami bahwa Dia memiliki sudut pandang yang sempurna dan selalu tahu apa yang terbaik bagi kita.

Kita juga perlu sabar dengan orang lain, mengasihi dan menghargai mereka tanpa melihat kesalahan mereka dan segala sesuatunya – sama seperti kita berharap bahwa mereka juga akan berbuat hal yang sama. Kita mujur bahwa Alkitab memuat banyak teladan yang indah yang ditunjukkan oleh orang-orang beriman. Apa yang telah mereka lakukan persis seperti apa yang kita bicarakan tentang kesabaran.

“Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan” (Yakobus 5:10-11).

Inilah contoh kesabaran yang harus kita teladani – dengan berjuang untuk menjadi orang (laki-laki dan perempuan) yang penuh kesabaran.

Bacalah juga tentang buah kebaikan dari kesabaran di dalam artikel kami yang berjudul “Fruit of the Spirit: Longsuffering.”

Apakah anda mempunyai pertanyaan?

Ajukanlah kepada kami. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry