Kuasa KebangkitanNya

oleh David Johnson

https://lifehopeandtruth.com/god/who-is-jesus/power-of-his-resurrection/

Sebagian besar orang Kristen percaya akan kebenaran kebangkitan Yesus. Tetapi apakah kita memahami sepenuhnya akan kuasa kebangkitanNya dan apa dampaknya bagi kehidupan Kristen?

Kebangkitan Yesus Kristus telah menjadi salah satu peristiwa yang sangat luar biasa di sepanjang sejarah. Dengan bangkitnya dari kematianNya dan kembali kepada kuasa kemuliaan di sebelah kanan Allah, Yesus menggenapi satu bagian penting dari rencana penyelamatan Allah yang memiliki makna maha penting terhadap kehidupan dan masa depan seluruh umat manusia.

Mari kita selami lebih dalam tentang subjek ini untuk memahami lebih jelas apa makna kebenaran kebangkitan Kristus bagi kita.

Kita akan mulai dengan melihat perkataan Yesus dan kejadian yang mengarah kepada kebangkitanNya. Kemudian kita akan melihat dampak yang terjadi atas kebangkitanNya terhadap Jemaat pada abad pertama itu. Akhirnya, kita akan menyimpulkannya dengan tujuh bukti kepercayaan yang amat penting yang menjadi fondasi pada kebangkitan Yesus.

Referensi pertama terhadap kebangkitan Yesus

Jadi di mana ayat Alkitab yang pertama kali merujuk pada kebangkitan Yesus? Rencana Allah, yang mencakup baik kematian Yesus maupun kebangkitanNya, sebenarnya sudah terjadi sebelum penciptaan manusia (Wahyu 13:8). Dan, hal itu sangat jelas dari sejarah alkitabiah bahwa manusia memiliki pemahaman yang terbatas terhadap rencana itu.

Dalam sebuah pemahaman, kita dapat melihat nubuat pertama tentang kebangkitan Yesus di dalam kitab Kejadian 3:15. Nubuat ini menunjukkan bahwa akan ada suatu peristiwa, yakni ketika ular, Setan, kelihatannya berhasil mencobai Yesus (“engkau akan meremukkan tumitNya”). Akan tetapi, Yesus (yang adalah “Keturunan” yang dijanjikan itu) akan akhirnya meremukkan dan mengalahkan setan itu dan kuasanya secara menyeluruh (“Dia akan meremukkan kepalamu”).

Memang ada beberapa nubuat yang terdapat di Perjanjian Lama yang merujuk pada kebangkitan Yesus, tetapi nubuat itu tidak jelas dipahami ketika Yesus memulai misi pelayananNya di abad pertama itu. Itu hanya disadari kemudian oleh rasul-rasul tentang apa nubuat itu.

“Rubuhkan bait Allah”

Pada awal pelayanan Yesus, Dia pergi ke Yerusalem, dan kita menemukan saat pertama Dia berbicara merujuk pada kebangkitanNya. Dia mengusir orang-orang yang berjual beli di sana dan penukar-penukar uang di bait Allah, dan para pemimpin agama merasa kecewa dan jengkel dan meminta jawaban Yesus dengan kuasa apa Dia melakukan ini.

Jadi “orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya, ‘Tanda apakah [yang] dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?’ Jawab Yesus kepada mereka, ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ Lalu kata orang Yahudi kepadaNya, ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’” (Yohanes 2:18-20).

Pemimpin agama itu tidak mengerti lambang perkataan Yesus. Mereka hanya berfokus pada bangunan fisik bait itu, yang mana Raja Herodes mulai membangun ulang pada tahun 19 S.M. Ketika bagian utama dari bangunan Herodes itu diselesaikan sebelum kematiannya pada tahun ke-4 S.M, pengerjaan bangunan itu terus berlangsung selama lebih 60 tahun setelah itu. Jadi mereka berkata bahwa itu telah dalam pembangunan selama 46 tahun pada saat Yesus mengunjunginya.

“Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri. Kemudian sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus” (ayat 21-22).

Murid-muridNya tidak memahaminya

Yesus melanjutkan pengajaranNya kepada murid-muridNya tentang kebangkitan yang akan dialamiNya, tetapi pada saat itu mereka gagal memahami. Hal ini memang dapat kita maklumi  bahwa mereka belum menerima Roh Kudus pada saat itu. Bagaimana dengan kita? Berapa kali kita membaca ayat-ayat Alkitab dan gagal memahami apa maksud ayat itu?

“Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat [gabungan dari ketiga grup inilah yang merupakan badan pengadilan pemerintah – Mahkamah Pengadilan Agama], lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakanNya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-muridNya Ia memarahi Petrus, kataNya, ‘Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia’” (Markus 8:31-33).

Yesus memarahi Petrus dengan keras, yang telah mencoba menegur JuruselamatNya – Petrus berpikiran bahwa Yesus itu salah untuk membicarakan kematianNya yang akan segera Dia alami pada saat itu. Namun, kelihatannya, murid-murid itu tidak begitu konfrontasi dan lebih berduka ketika mendengar Yesus berbicara demikian. Dan Yesus memahami mereka karena tidak sepenuhnya memahami itu (baca juga Markus 9:31-32; 10:33-34; Yohanes 11:21-27).

Pada akhir misi pelayananNya, Yesus memberitahukan murid-muridNya, “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka menyesah dan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit. Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan” (Lukas 18:31-34).

Meteraikan dan menjaga kuburanNya

Beberapa hari kemudian, segala sesuatu yang telah diprediksikan Yesus terjadi persis demikian. Dia ditangkap, diserahkan kepada penguasa bangsa lain, dianiaya dan disalibkan. Dalam banyak kejadian hal itu sudah merupakan akhir dari sebuah gerakan seorang pemimpin – para pengikutnya akan segera kehilangan harapan dan putus asa dan segera berpencar dan segera kembali ke rumah masing-masing, dan hidup kembali seperti semula seperti tidak ada yang telah terjadi.  

Tetapi para pemimpin agama memahami bahwa ada satu hal lagi yang mereka harus hadapi sebelum semua itu berakhir. Mereka melihat dan mengerti bahwa ajaran Yesus tentang sebuah kebangkitan pribadi dari kematianNya menjadi sesuatu yang bahaya bagi mereka, yakni yang lebih besar daripada segala sesuatu yang telah Dia ajarkan. Jika murid-muridNya dapat meyakinkan orang bahwa Yesus telah benar-benar bangkit dari kematianNya, maka tidak ada lagi yang bisa menghentikan pemberitaan mereka.

“Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeteraikan kubur itu dan menjaganya” (Matius 27:66).

Ini merupakan sebuah contoh dari hikmat dan kuasa Allah yang menakjubkan. Keinginan pemimpin-pemimpin agama ini ialah untuk meyakinkan bahwa tidak bakal ada yang mecuri mayat Yesus dan mengklaim Dia telah bangkit, tetapi Allah menggunakan usaha mereka ini untuk menyatakan suatu bukti kebangkitanNya!

Meskipun Yesus menyampaikan ajaranNya, meskipun Dia memberikan kepastian bahwa Dia akan bangkit setelah tiga hari dan tiga malam, murid-muridNya tidak mengerti dan bersiap akan apa yang akan terjadi. Lagi pula, mari kita coba bayangkan bahwa jika penguasa Romawi itu telah melakukan penjagaan ketat atau pengawalan terhadap kubur itu, orang pasti akan heran tentang apa yang telah terjadi. Selain daripada itu, orang-orang Romawi itu terkenal rakus terhadap uang sogok, dan beberapa di antara mereka akan mengklaim dengan suatu alibi bahwa murid-muridNya telah menyogok pengawal Romawi itu dan membiarkan mereka mengambil tubuh Yesus dari dalam kubur itu.  

Akan tetapi, karena pemimpin agama sendiri memeteraikan kubur itu dan menempatkan penjaga-penjaga di situ, ketika Yesus telah bangkit dari kuburanNya dan bahwa Dia tidak ada di kubur itu lagi, tidak seorangpun yang sah mengklaim bahwa murid-muridNya telah mecuri tubuh Yesus. Allah menggunakan usaha pemimpin-pemimpin agama itu untuk membuktikan bahwa mereka ingin menyangkal kebangkitan Yesus.

Tidak siap untuk hal yang tak mungkin

Mari kita lihat catatan Lukas tentang kebangkitan:

“Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus.

“Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakanNya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.’”

“Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu” (Lukas 24:1-8)

Kami mendorong anda untuk membaca seluruh bacaan yang terjadi pada hari itu dan hari berikutnya – penampakan diriNya kepada dua murid pada saat berjalan menuju Emaus, penampakan diriNya di tengah-tengah murid-muridNya ketika semua pintu tertutup, penampakan diriNya kepada murid ketika Thomas tidak berada di sana, dan lain-lain. Keempat Injil dan Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa Yesus membuktikan kebangkitanNya kepada mereka dengan sangat meyakinkan.

Dampak kebangkitan Yesus terhadap Jemaat

Dampak apa yang terjadi pada hari kebangkitan Yesus terhadap Jemaat Allah terdahulu?

Kitab Kisah Para Rasul menunjukkan bagaimana murid-murid itu menyaksikan kebangkitan Yesus dan bagaimana mereka memberitakannya dengan penuh kuasa kepada dunia.

“Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah” (Kisah Para Rasul 4:33; baca juga pasal 1:21-22; 2:29-32; 4:1-2).

Kebangkitan Yesus itu juga merupakan inti dari ajaran yang disampaikan Paulus. Mari kita lihat contoh dari kehidupan Paulus ketika dia berbicara di Atena tentang kebangkitan.

“Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata, ‘Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?’ Tetapi yang lain berkata, ‘Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing,’ sebab ia memberitakan injil tentang Yesus dan tentang kebangkitanNya” (Kisah Para Rasul 17:18).

Kemudian Paulus berkata kepada mereka, “‘Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat, karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’ Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek dan yang lain berkata, ‘Lain kali saja kami mendengar engkau berbiara tentang hal itu’” (ayat 30-32).

Dan satu di antara ayat-ayat bacaan yang paling terkenal di dalam Kitab Suci yang menubuatkan kebangkitan orang-orang benar – 1 Korintus 15 – mulai dengan pernyataan tegas tentang kebangkitan Yesus Kristus.

“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus Telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas muridNya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus, kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya” (1 Korintus 15:3-8).

Apa pentingnya dari kebangkitan Yesus bagi kita?

Dengan membayangkan semua ini, mari kita tarik kesimpulan dengan melihat tujuh kepercayaan alkitabiah yang fundamental yang memiliki fondasi dalam kebangkitan Yesus.

1. Kebangkitan itu membuktikan bahwa Yesus adalah benar-benar siapa Dia dan apa yang Dia lakukan persis seperti yang Dia katakan.

Murid-murid Yesus melihat fakta bahwa Allah telah membangkitkan Yesus dari kematianNya kepada kehidupan yang kekal sebagai kebenaran yang telah dimeteraikan Allah  – Allah membenarkan segala sesuatu yang dikatakan Yesus. Lagi pula, kebangkitanNya menggenapi nubuat tentang kebangkitanNya.

2. Kebangkitan itu membuktikan keunggulan ajaran Kristus.

Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang dibangkitkan Allah dengan cara seperti ini. Oleh karena itu, apa yang Dia katakan adalah benar dan merupakan fondasi dari segala sesuatu yang kita percayai (Efesus 2:20). Segala sesuatunya harus ditentukan oleh standar perkataan Yesus.

3. Kebangkitan itu membuktikan bahwa penalti dosa-dosa kita telah dibayar penuh

Faktanya bahwa Allah membangkitkan Yesus dari kematianNya menunjukkan bahwa Allah menerima pengorbananNya dan bahwa hal itu sungguh-sungguh memadai untuk membayar penalti dosa bagi seluruh umat manusia.

4. Kebangkitan itu menjamin bahwa Allah dapat membangkitkan kita dari kematian kepada kehidupan kekal

Di dalam Perjanjian Baru Yesus seringkali dinyatakan sebagai “yang dibangkitkan dari kematian.” Kebanyakan di antaranya, kalimat aktual di dalam bahasa Yunani adalah “yang dibangkitkan dari antara orang mati.” Apa bedanya? Faktanya ialah bahwa Dia dibangkitkan dari antara orang mati berarti Dia dibangkitkan kepada kehidupan, dan bahwa orang-orang mati tetap mati di dalam kuburannya. Beberapa komentar telah mengenali ini bahwa karena Ayat Suci Alkitab menjanjikan orang-orang mati akan dibangkitkan kepada kehidupan, kebangkitan Yesus ini, yakni kebangkitan dari antara orang-orang mati, membuktikan bahwa ada lagi kebangkitan .

5. Kebangkitan itu menjadikan Yesus sebagai kepala yang aktif dan hidup bagi Gereja [Jemaat]

Yesus Kristus itu hidup, aktif, dari hari ke hari membuat keputusan bagi GerejaNya. Ini juga adalah kebenaran di masa lalu; kebenaran pada hari ini; dan akan tetap menjadi kebenaran di masa depan dan selamanya.

6. Kebangkitan itu menjamin kedatangan Yesus kembali

Setiap janji untuk masa yang akan datang diprediksikan akan terjadi pada saat kembalinya Yesus, tetapi jika seandainya Dia tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka semua janji-janji yang menjadikan Dia seorang Raja di dalam KerajaanNya akan tidak punya arti apa-apa. Dia berjanji bahwa Dia akan kembali, bahwa Dia akan menghendaki pengikutNya akan bersama Dia, bahwa Dia akan memberi upah kepada pengikutNya pada saat Dia kembali. Semua ini tidak bakal terjadi seandainya Dia tidak benar-benar dibangkitkan.

7. Kebangkitan itu merupakan jaminan dari keadilan terakhir Allah.

Jika Yesus tidak dibangkitkan dari kematian setelah hidup dengan hidup yang sempurna, hidup yang tanpa dosa, maka kesimpulan satu-satunya yang bisa kita ambil ialah bahwa pada akhirnya, kejahatan akan menang secara permanen dan kebaikan dihancurkan. Tetapi yang benar adalah, penyaliban dan kebangkitan menunjukkan kuasa Allah, belas kasihanNya dan kebenaran keadilanNya.  

Mari kita selalu ingat pentingnya kebangkitan Yesus Kristus. Itu merupakan sauh dari setiap harapan yang kita miliki dan sauh akhir dari harapan seluruh umat manusia (Ibrani 6:17-20).

Bacalah juga artikel kami yang berjudul, “Resurrection of Jesus: Can We Prove It?” dan “Jesus’ Resurrection: Eyewitness Accounts.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry