Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu

oleh Ken McIntosh

https://lifehopeandtruth.com/change/faith/be-strong-and-of-good-courage/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kita semua menghadapi situasi ketika kita butuh kekuatan dan keteguhan hati. Apa yang diajarkan oleh contoh keberanian di dalam Alkitab tentang bagaimana kita kuat dan teguh?

Ketika anda memperhatikan contoh keberanian, anda mungkin berpikiran akan pahlawan perang atau agen rahasia yang bekerja dengan penyamaran. Tetapi ada juga contoh keberanian yang jauh lebih serius daripada itu.

Orang pemadam kebakaran yang memasuki sebuah bangunan yang sedang kebakaran, itu memang keberanian. Demikian juga wanita yang tiba-tiba menjadi seorang single-parent dan harus mengurus dan menafkahi anak-anaknya sendiri. Dan begitu juga orang Kristen yang kehilangan pekerjaannya daripada bekerja sekalipun beberapa jam pada hari Sabat.

Contoh keberanian di dalam Alkitab

Ada banyak contoh alkitabiah dari orang-orang pilihan Elohim yang berani. Yosua harus berani untuk memimpin orang Israel ke Tanah Perjanjian dan harus menghadapi orang-orang Kanaan. Baik Musa maupun Elohim berkata kepada Yosua untuk jangan takut (Ulangan 31:7; Yosua 1:6-7). Dengan ucapan itu, barangkali Yosua tidak selalu terlihat bersikap berani.

Yosua juga berkata kepada para pasukannya untuk berani: “Lalu berkatalah Yosua kepada mereka: ‘Janganlah takut dan janganlah tawar hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab secara itulah akan dilakukan TUHAN kepada semua musuhmu, yang kamu perangi’” (Yosua 10:25).

Orang-orang bawahan Raja Daud yang berangkat ke Bethlehem sangat berani — ketika kota itu dikuasai oleh orang-orang Filistin — untuk mengambil air dari sumur bagi Daud (2 Samuel 23:14-16). Anda mungkin menganggap ini bodoh sekali, tetapi itu adalah berani.

Keberanian dan iman Daniel

Di dalam tawanan, nabi Daniel sangat berani ketika musuh-musuhnya bersekongkol terhadap dia. Raja Darius orang Persia senang dengan sikap Daniel, dan hal ini tentu membuat kecemburuan pada orang-orang lain di istana. Orang lain yang dekat dengan raja itu membujuk dia untuk menerbitkan hukum yang berbunyi bahwa siapa yang berdoa kepada allah lain, dan bukan kepada Raja Darius, akan dilemparkan ke kandang singa. Mereka melakukan ini karena mereka tahu bahwa Daniel berdoa kepada Elohim setiap hari. Dengan demikian dia melanggar hukum baru itu.

Ketika Daniel mempelajari apa yang telah terjadi, dia bertindak dengan berani, “Ketika Daniel mengetahui bahwa surat perintah itu telah ditandatangani, pergilah ia ke rumahnya. Dan jendela-jendela kamar atasnya terbuka ke arah Yerusalem. Lalu dia bersujud tiga kali sehari, berdoa dan mengucap syukur di hadapan Elohimnya, sebagaimana yang biasa dia lakukan” (Daniel 6:10).

Daniel mengerti akan bahaya itu, tetapi dia tetap berdoa kepada Elohim dengan berani dengan jendela terbuka. Dia tahu bahwa dia akan terlihat dan sebagai akibatnya dia akan ditahan. Musuh-musuhnya telah merencanakan kematiannya, tetapi Daniel mengandalkan Elohim.

Mereka memasukkan dia ke kandang singa, tetapi Elohim mencegah singa-singa itu sehingga tidak menyerang dia. Dia terlepas dari kematian. Setelah itu, musuh-musuh Daniel yang justru dimasukkan ke kandang singa itu dan mereka diterkam dan mati.

Contoh keberanian dan iman dalam Perjanjian Baru

Setelah Yesus disalibkan, kita melihat contoh keberanian.

“Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menantikan Kerajaan Elohim memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus” (Markus 15:43). Saat itu, tindakan itu berbahaya jika ketahuan sebagai seorang sahabat atau pengikut Yesus, tetapi Yusuf tidak takut.

Setelah Jemaat Perjanjian Baru berdiri, Petrus dan pengikut-pengikut lainnya memiliki iman dan menunjukkan keberanian ketika mereka mengabarkan kabar baik itu di Yerusalem sesaat setelah dipukuli karena memberitakan injil. Petrus dengan terang-terangan berbicara kepada Sanhedrin [Mahkamah Agama], “Kita harus lebih taat kepada Elohim daripada taat kepada manusia” (Kisah Para Rasul 5:29).

Setelah dari Sanhedrin “memanggil para rasul itu dan memukulinya, serta melarang mereka berbicara dalam nama Yesus, kemudian membebaskannya.  Para rasul meninggalkan Sanhedrin itu dengan sukacita, sebab mereka telah dianggap layak untuk mendapat hinaan karena NamaNya. Dan setiap hari mereka tidak berhenti mengajar di Bait Suci dan memberitakan kabar baik , yaitu Yesus yang adalah Kristus, dari rumah ke rumah” (ayat 40-42).

Betapa itu suatu iman dan keberanian yang sungguh besar!

Satu lagi orang yang kuat dalam iman ialah Paulus. Misalnya, dia menunjukkan keberaniannya ketika dia kembali ke Listra setelah dia dilempari batu oleh orang-orang Yahudi yang berasal dari sana.

“Kemudian datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium; mereka menghasut orang banyak untuk memihak mereka, lalu mereka melempari Paulus dengan batu, dan menyeretnya ke luar kota karena mengira ia telah mati. Namun, ketika para murid mengelilinginya, ia bangkit, lalu masuk ke dalam kota. Dan keesokan harinya, ia pergi bersama Barnabas ke Derbe“ (Kisah Para Rasul 14:19-20).

Elohim memerangi musuh kita

Pasukan Israel sering menghadapi dilema ketika harus menggunakan keberanian. Sering kali pasukan musuh mereka jauh lebih besar dan lebih berpengalaman dalam peperangan. Kematian bakal terjadi begitu banyak, tetapi Elohim menjaga orang-orangNya dan bangsaNya.

Sesaat setelah tiba di Tanah Kanaan, lima raja-raja musuh dan tentara-tentaranya datang berkumpul untuk menghancurkan Israel. Mereka memiliki lebih banyak serdadu daripada Israel, dan jenderal-jenderal mereka sangat berpengalaman.

Perjuangan ini terjadi di Gibeon dan daerah sekitarnya. Itu merupakan kemenangan besar bagi Israel. Tetapi ini tidak terjadi karena hikmat Yosua atau kebengisan serdadunya. Itu terjadi karena Elohim mengirim hujan batu dan menimpa tentara musuh.

Juga, untuk memungkinkan kemenangan mutlak, Elohim menahan matahari untuk bersinar lebih lama pada hari itu. Dia membuat matahari itu lambat bergerak menuju malam (Yosua 10:10-14). Tidak diragukan bahwa banyak tentara bangsa Israel yang gagah berani, tetapi bukan mereka yang memenangkan peperangan itu, tetapi Elohim membuat mereka menang. Elohim melakukan perbuatan yang ajaib untuk orang pillihanNya.

Elohim juga mengirim hanya 300 pasukan kepada hakim Gideon untuk berperang terhadap ribuan pasukan Midian, Amalek dan yang lain. Pasukan Gideon tentu orang-orang berani, tetapi bukan mereka yang berperang. Elohim membuat musuh mereka ketakutan dan melarikan diri. Jadi Elohim menyelamatkan orang pilihanNya.   

Bukan keberanian pasukan yang memenangkan peperangan itu. Tetapi ketika “ketiga ratus orang itu meniup sangkakala, maka di perkemahan itu TUHAN membuat pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu” (Hakim-hakim 7:22). 

Apa yang perlu kita lakukan untuk menjadi kuat dan berteguh hati

Tentu saja bahwa ketika kita menghadapi masalah atau situasi berbahaya, kita perlu berbuat sesuatu yang kita bisa lakukan untuk keluar dari situasi itu.

Ketika seseorang sangat marah dengan kita, kita perlu penuh pertimbangan dalam kehati-hatian bagaimana berbicara dengan dia. Ketika kita krisis uang, kita perlu berhati-hati dalam menggunakan uang itu. Ketika kita menganggur, kita harus terus berusaha mencari pekerjaan. Tetapi kita tahu bahwa Elohim itu kuat dan berkuasa dan Dia ingin menolong kita.

Pendekatan dan sikap yang kita sebaiknya miliki ketika kita berhadapan dengan situasi yang buruk dan berbahaya dapat disimpulkan dalam perkataan Yesaya 41:10: “Janganlah takut, karena Aku bersamamu, janganlah bimbang, karena Akulah Elohimmu, Aku akan menguatkanmu, ya, Aku akan menolongmu; Aku akan menopangmu dengan tangan kanan kebenaranKu.”

Elohim memahami bahwa, secara manusia, kita mungkin masih takut, tetapi Dia mendorong kita untuk memiliki iman dan percaya di dalam Dia sehingga kita dapat berbuat dengan berani meskipun ketakutan itu ada. Dia akan menguatkan kita dan menolong kita.

Tetapi apa yang dapat kita perbuat ketika situasi buruk atau suatu bahaya datang kepada kita dan kita tidak berani sama sekali? Bagaimana kita dapat berani ketika cobaan  memerlukan keberanian, tetapi kita merasa lemah? Kita dapat memohon Elohim untuk menguatkan kita dalam iman — untuk memberikan kita keberanian yang kita butuhkan.

Raja Daud berkata bahwa Elohim adalah tempat perlindungan pada waktu kesesakan (Mazmur 9:10; 31:2). Dan Paulus berkata bahwa dia dapat menanggung segala perkara melalui Kristus yang memberi kekuatan kepadanya (Filipi 4:13). Ketika situasi buruk menerpa kita, kita sebaiknya datang kepada Elohim untuk pertolongan.  

Ya, keberanian manusia itu baik dan kita menginginkan, tetapi jauh lebih baik memiliki iman dan percaya kepada Elohim. Dia berkehendak untuk memberikan kita yang terbaik. Dia tahu akan masalah kita dan ingin mendengarkan itu dari kita. Mintalah pertolongan untuk bertumbuh di dalam iman dan untuk tetap kuat dan teguh hati!

Pelajarilah artikel kami, pada situs ini, tentang pertumbuhan iman, yang berjudul “Bagaimana Bertumbuh Dalam Iman.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

https://lifehopeandtruth.com/ask-a-question

Tracker Pixel for Entry