Mengapa Allah Membiarkan Penderitaan Terjadi?
Posted on January 21, 2015
oleh Ken Giese
http://lifehopeandtruth.com/life/evil-and-suffering/why-does-god-allow-suffering/
Mengapa seorang Allah yang mahakasih membiarkan begitu banyak tragedi, duka dan kesengsaraan, begitu banyak penyakit mematikan dan kecelakaan maut? Mengapa Allah membiarkan penderitaan ini terus terjadi dan tak berkesudahan?
Apabila kita mencermati bacaan tentang penciptaan yang terdapat pada kitab Kejadian 1-3, kita akan memperoleh beberapa petunjuk untuk memahami dari mana asal-usul penderitaan.
Dari permulaan, tampaknya jelas bahwa Allah dengan hati-hati merencanakan ciptaan alam yang indah, nyaman dan aman untuk umat manusia. Dari laut hingga daratan, dari tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan buah-buahan dari segala jenis, dari setiap ternak di ladang dan segala jenis binatang liar di padang, burung-burung di udara dan makhluk hidup yang berkeriapan di dalam air, Sang Pencipta menjadikan semuanya itu untuk menopang kehidupan umat manusia di bumi ini.
Pada hari ke-6, Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya (Kejadian 2:7). Dari tulang rusuk Adam, Allah menciptakan seorang pendamping yang sempurna dan mempersatukan Adam dan Hawa sebagai suami-istri.
Kemudian Allah menempatkan mereka berdua di sebuah taman yang indah – Taman Eden. Dikelilingi oleh tumbuh-tumbuhan hijau yang rindang dan air yang jernih serta makanan yang melimpah, Allah menganjurkan mereka untuk memakan buah dari setiap pohon di dalam taman itu terkecuali satu – pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Dia memperingatkan mereka bahwa jika mereka memakannya, mereka pasti mati.
Ada sesuatu yang jahat….
Namun, ke dalam taman yang indah, yang nyaman dan yang aman itu menyelusuplah si ular cerdik itu, Setan, yakni, iblis. Dia mendekati Hawa dan memulai percakapan. “Apakah Allah sungguh berkata bahwa engkau tidak boleh memakan semua jenis buah di taman ini?” dia bertanya kepada Hawa. Setan ini mulai menyuntikkan suatu keraguan ke dalam pikiran Hawa tentang apa yang Allah peringatkan padanya. Dia berkata seolah-olah Allah menyembunyikan sesuatu dari padanya dan suaminya, Adam.
Setan selanjutnya menuduh Allah sebagai pendusta! Dia meyakinkan Hawa bahwa dia tidak bakal mati jika ia memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu. Tetapi jika ia memakan dari buah itu, matanya akan terbuka dan dia akan menjadi seperti Allah – tahu tentang yang baik dan yang jahat. Hawa mengambil dan memakan “buah terlarang” itu dan sebagian diberikannya kepada suaminya, dan segera sesudah itu terjadilah serangkaian peristiwa dan kemudian berkembang.
Akibat ketidak-patuhan
Allah berbicara kepada ular itu, kepada Hawa dan Adam. Lalu, Dia mengutuk ular itu; dan Dia menguraikan penderitaan dan duka cita yang Hawa dan semua kaum ibu di bumi ini akan alami sewaktu mengandung dan melahirkan serta membesarkan anak; kemudian Allah mengutuk tanah dan memperingatkan Adam akan jerih payah dan kesukaran hebat yang akan dialaminya bersama keluarganya sebagai akibat dari ketidak-patuhannya.
Selanjutnya pula, Allah berkata kepada mereka untuk kedua kalinya bahwa mereka pasti akan mati dan kembali lagi menjadi debu dari mana mereka diambil. Kemudian Dia mengusir mereka dari Taman Eden itu dan menempatkan malaikatNya pada gerbangnya untuk menjaga pohon kehidupan itu agar Adam dan Hawa jangan sampai masuk lagi ke dalam taman itu. Setelah kejadian itu, kehidupan bagi keluarga pertama ini mulai menjadi sangat sulit.
Anak pertama mereka, Kain, membunuh adiknya, Habel. Lagi-lagi kesedihan, penderitaan dan kejahatan yang terjadi hingga kebiadaban umat manusia menjadi begitu hebat sehingga Allah membinasakan segala kehidupan yang Dia ciptakan itu melalui air bah namun Dia menyelamatkan Nuh dan keluarganya.
Mengapa Allah mengizinkan penderitaan? Sebab Dia memang membiarkan kita untuk menentukan pilihan kita sediri, dan akibat ketidak-patuhan kita terhadap hukum-hukumNya yang sempurna itu adalah penderitaan, yang secara otomatis terjadi terhadap seluruh umat manusia tanpa pandang bulu.
Mengapa Yesus Kristus harus menderita?
Pada dasarnya, Yesus Kristus menderita dan mati adalah karena dosa – bukan dosaNya sendiri, tetapi dosa umat manusia.
Perhatikan ayat Alkitab yang ditulis oleh nabi Yesaya tentang penderitaan Kristus: “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk Ia tumbuh di hadapanNya dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandangNya, dan rupapun tidak sehingga kita menginginkanNya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan. Ia sangat dihina sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia. Dan bagi kitapun Dia tidak masuk hitungan.
”Tetapi sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya; pada hal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dan diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba; masing-masing kita mengambil jalannya sendiri; tetapi TUHAN telah menimpakan kepadaNya kejahatan kita sekalian.
“Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutNya; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Dia tidak membuka mulutNya” (Yesaya 53:1-7).
Penderitaan terjadi oleh karena dosa.
Mengapa Allah mengizinkan penderitaan? Secara jelas bahwa panderitaan terjadi di dunia ini ialah sebagai akibat dosa. Namun hal ini bukan berarti bahwa orang yang menderita selalu disebabkan oleh dosa mereka sendiri; acap kali bahwa penderitaan yang kita alami disebabkan oleh dosa orang lain. Dan meskipun penderitaan itu perih menyakitkan dan kita mau melakukan apa saja dengan sekuat tenaga kita untuk menghindarinya, Allah bahkan mampu menggunakan penderitaan itu untuk suatu kebaikan. Sebagaimana kita baca di dalam kitab Ibrani, Yesus Kristus beroleh kemuliaan melalui penderitaan.
“Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah – yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan –, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, melalui penderitaan” (Ibrani 2:9-10)
Penderitaan itu juga bisa menjadi kebaikan bagi kita seperti yang dialami Yesus Kristus – itu bisa menolong kita menjadi sama seperi Dia dalam karakter dan perilaku kita dalam hidup yang kita jalani. Seperti yang baru kita baca, Allah masih bekerja di dalam proses membawa banyak orang kepada kemuliaan; dan Kristus, sebagai Anak sulung, telah sampai di sana sebagai yang pertama. Kristus telah dicobai Satan, yakni, iblis tapi tidak pernah tunduk padanya. Dia dicobai dan diuji, dicambuk dan disalibkan, namun Dia tidak berdosa!
Kita juga diperintahkanNya untuk tetap bertahan terhadap apapun corak hidup yang kita jalani sebagaimana kita mengikuti langkah Yesus Kristus. Seperti yang dikatakan rasul Petrus bahwa musuh kita senantiasa mengintai kita untuk menelan kita sebagaimana dia telah mencobai Kristus: “Sadarlah dan berjaga-jagalah; lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya” (1 Petrus 5:8-10)
Apa masa depan hidup kita?
Bukankah sangat menyenangkan jika kita semua dapat kembali ke dunia yang Allah ciptakan bagi Adam dan Hawa dulu – suatu dunia yang aman, penuh dengan harapan, yang berkelimpahan tanpa si ular pencoba itu; yakni, suatu dunia di mana tak ada penderitaan, tanpa sakit dan kesengsaraan yang kesemuanya ini telah menimpa kita semua karena dosa (pelanggaran hukum Allah)? Puji syukur kepada Tuhan karena itulah yang dikehendakiNya! Pada saat Dia datang kembali, prioritas pertama yang akan dilakukan Kristus ialah menyingkirkan Setan dengan merantainya dan segera sesudah itu Dia akan mendirikan Kerajaan Allah di bumi ini.
Bacalah apa yang Allah rencanakan dan siapkan untuk semua umat manusia: “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku, Yohanes, melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
“Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata, ‘Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umatNya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala airmata dari mata mereka dan maut tidak akan ada lagi. Tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Wahyu 21:1-4)
Sebutan “segala sesuatu yang lama” ini maksudnya ialah bahwa dunia yang dulu itu telah menjadi tulah bagi umat manusia sejak Taman Eden. Allah telah membiarkan penderitaan terjadi. Tetapi itu bukanlah keinginanNya untuk mempropagandakan penderitaan – musuh kita yang menyebabkan segala kejahatan dan kesengsaraan itu di Taman Eden. Adam dan Hawa memilihnya; mereka tidak mematuhi perintah Allah, dan penderitaan serta kematian adalah konsekuensinya.
Sementara kita menyerahkan hidup kita kepada Allah dan bertekun untuk menjalani hidup dengan tunduk dan patuh terhadap Dia, peka dan rendah hati, meskipun mengalami penderitaan dan duka, kita dapat menantikan hidup kekal di dalam suatu alam yang bebas dari semua penderitaan itu! Kiranya Allah mempercepat hari itu!
Anda punya pertanyaan?
Silahkan bertanya pada kami
This article was translated from http://lifehopeandtruth.com/http://lifehopeandtruth.com