Mengapa Seks Tidak Akan Pernah Sekedar Pemuas Nafsu

Di dunia pada zaman ini banyak orang   menginginkan pengalaman seks hanya untuk memuaskan nafsu terhadap satu sama lain, dan bukan untuk hubungan yang berkomitmen. Tetapi apakah seharusnya seks itu diperlakukan begitu murahnya?

oleh Debbie Pierce

https://lifehopeandtruth.com/relationships/marriage/why-sex-is-never-casual/

Emma (bukan nama sebenarnya), seorang mahasiswa perguruan tinggi, percaya bahwa seks itu bukan sekedar pemuas nafsu. Di dalam sebuah kultur di mana hubungan seks atau seks tanpa ikatan, telah merupakan hal biasa. Tetapi masih ada orang, yang mirip dengan Emma, yang membuat pilihan hidup yang berbeda. Baru-baru ini saya mewawancarai dia tentang pilihan yang dibuatnya, dan saya bertanya mengapa dia membuat pilihan hidup seperti itu.   

Wawancara dengan Emma

Pertanyaan: Apa pendapatmu tentang seks dan pernikahan?

EMMA: Yang pasti, seks itu diciptakan untuk pernikahan.

Pertanyaan: Mengapa begitu penting bagi anda untuk menunggunya hingga pernikahan?

EMMA: Menunggu hingga pernikahan adalah kehormatan bagi diri sendiri dan menunjukkan cinta kasih kepada calon suami saya. Saya bisa saja menyerah, tetapi bagaimana jika laki-laki itu meninggalkan saya? Bagaimana kalau saya terinfeksi penyakit STD atau hamil? Di samping itu, saya percaya seks di luar nikah adalah dosa, jadi saya akan mengecewakan keluarga saya bila saya melakukannya – dan yang paling penting, saya akan mengecewakan Allah. Saya akan menghancurkan diri saya sendiri.

Pertanyaan: Siapa panutan anda dalam hal kepercayaan anda tentang seks?

EMMA: Yang pasti, orangtua saya. Mereka sungguh tidak pernah duduk dan memberi kami percakapan tentang apa yang berkaitan dengan hubungan seks, akan tetapi sikap dan perbuatan mereka adalah sebuah teladan bagi saya.

Pertanyaan: Bagaimana kedua orangtua anda menunjukkan sikap terhadap satu sama lain?

EMMA: Kami tahu persis bahwa Ibu dan Ayah selalu mengasihi satu sama lain karena memang mereka bersikap demikian. Saya kira orangtua kadang-kadang gagal menunjukkan kasih sayang penuh di depan akan-anaknya, dan penting bagi anak-anaknya melihat itu.

Pertanyaan: Seberapa pentingkah hubungan anda dengan Ayah anda tentang pilihan-pilihan anda?

EMMA: Sudah barang tentu, saya ini adalah anak gadisnya Ayah. Saya ingat satu kejadian ketika ada laki-laki memperhatikan saya, dia melihati dari rambut hingga kaki saya, lalu Ayah saya segera berdiri di antara kami dan memelototi dia hingga dia pergi. Tindakan Ayah membuat saya merasa terlindung. Hubungan kami telah memberikan saya rasa percaya diri. Hal itu membuat saya bahwa saya berharga. Hal itu juga memberikan saya sebuah perasaan dan pengertian seperti apa Bapa Sorgawi. 

Pertanyaan: Berapa usia anda ketika anda membuat keputusan untuk menjaga kesucian anda hingga pernikahan?

EMMA: Saya mendapat sebuah cincin kesucian ketika saya berusia 12 tahun. Saudara sepupu saya juga mendapat itu; dan ketika saya tahu apa maknanya, saya juga menginginkannya. Pada saat saya duduk di bangku SMA, saya sadar, “Inilah saatnya. Saya dihadapkan dua pilihan. Saya bisa hidup berantakan, membuat kesalahan dan mengambil jalan yang salah dengan teman-teman sebaya saya, atau saya mengikuti Allah dan hidup baik.”

Pertanyaan: Pada usia berapa anda mulai merasa bahwa anda berada pada tekanan teman-teman sebaya untuk aktif dalam seks?

EMMA: Saya pertama kali menyadari itu pada saat awal masuk SMA. Teman-teman sengaja menggunakan bahasa yang tidak senonoh untuk memancing saya bereaksi. Seperti di kelas saya, mereka mengatakan kata-kata kotor. Saya masih mengingat betapa saya merasa syok pertama kali ketika itu terjadi sehingga saya keluar dari ruang kelas. Dan yang menyedihkan lagi ialah bahwa guru membiarkan itu terjadi.

Pertanyaan: Apakah tekanan itu meningkat seiring waktu di mana anda semakin dewasa?

EMMA: Setiap tahun hal itu semakin buruk. Sekarang saya berusia 21 tahun dan masih perawan. Ini sangat jarang, paling tidak di lingkungan teman-teman saya. Gadis-gadis lain merasa syok ketika mereka tahu bahwa saya masih perawan. Beberapa dari mereka menganggap itu keren, sementara yang lain berkata, “Wow, saya tidak akan pernah bisa bertahan seperti itu.” Ketika teman-teman lelaki mengetahui itu, mereka merasa perlu membuat saya tidak nyaman dengan bergurau menggunakan kata-kata yang berbau seks. Mereka mengganggu saya, tetapi ada juga yang menghargai saya atas hal itu.

Pertanyaan: Seperti apa tren di antara teman-teman sebaya anda?

EMMA: Perguruan tinggi sungguh membuat saya syok. Tekanan justru jauh lebih buruk, dan saya tidak bisa lagi “bersembunyi” di belakang aturan orangtua saya. Di tahun pertama saya, saya tinggal di dormitori yang “hura-hura”, jadi mahasiswa-mahasiswi pada mabuk dan terus bermain seks.

Pertanyaan: Bagaimana anda menghadapi tekanan teman-teman sebaya?  

Saya tidak peduli apa anggapan mereka terhadap saya. Bagi saya menyenangkan hati Allah lebih penting dari pada menyenankan hati orang.   

Saya tidak peduli apa anggapan mereka terhadap saya. Bagi saya menyenangkan hati Allah lebih penting dari pada menyenankan hati orang.   

EMMA: Ketika teman lelaki bergurau dengan lelucon yang tak pantas atau membuat ucapan bernada yang tak pantas, saya langsung hentikan. Beberapa di antara mereka merasa terancam dengan komitmen saya, dan mereka membalas dengan tekanan kepada saya. Saya melihat banyak gadis-gadis lemah dan menyerah. Saya bukan seperti mereka, dan saya tidak peduli apa anggapan mereka terhadap saya. Bagi saya menyenangkan hati Allah lebih penting dari pada menyenangkan hati orang. 

Pertanyaan: Bagaimana anda membicarakan keyakinan anda kepada teman-teman sebaya anda

EMMA: Sangat sulit untuk menjelaskan kepada seseorang yang tidak mempunyai hubungan dengan Allah bahwa nilai hidup mereka datang dari Dia, bukan dari melakukan seks dengan pasangannya. Suatu perjalanan dengan Allah sungguh merupakan kunci untuk memahami jenis komitmen ini.

Pertanyaan: Nasihat apa yang anda ingin berikan kepada seseorang yang tertekan untuk melakukan seks?

EMMA: Seks itu sendiri lebih daripada sekedar melakukan hubungan seks. Seks merupakan ekspresi kasih sayang antara suami dan istri, dan kita akan manjadikan itu murahan jika kita memperlakukannya dengan mudah begitu saja. Ingat bahwa anda memiliki nilai, jadi jangan biarkan orang lain menghina anda. Bertanyalah pada diri sendiri, “Apakah saya ingin menjadi gadis (atau pria) yang siapapun bisa memiliki saya, atau hanya seorang yang spesial yang akan komit kepada saya dalam pernikahan?”

Dijaga hingga pernikahan

Emma benar. Allah berbicara dengan sangat jelas di dalam Alkitab tentang seks yang semestinya dijaga hingga pernikahan. Bacalah dan pahamilah Ibrani 13:4, yang menjelaskan, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah

Allah tidak sekedar melarang seks di luar ranjang pernikahan sehingga Dia menghukum kita, tetapi lebih daripada itu agar melindungi dan menjaga apa yang khusus dan kudus bagi Dia.

akan dihakimi Allah.” 

Allah tidak sekedar melarang seks di luar ranjang pernikahan sehingga Dia menghukum kita, tetapi lebih daripada itu agar melindungi dan menjaga apa yang khusus dan kudus bagi Dia.

Pernikahan adalah suatu penyatuan yang kudus, dan Allah menghendaki laki-laki dan perempuan menjadi satu (Kejadian 2:24). Allah tidak sekedar melarang seks di luar ranjang pernikahan sehingga Dia menghukum kita, tetapi lebih daripada itu agar kita melindungi dan menjaga apa yang khusus dan kudus bagi Dia.

Akan tetapi itu tidak mudah.

Pergeseran standar

Kita hidup di dalam masyarakat yang kacau, meskipun ucapan ini tidak selalu benar. Mari kita pertimbangkan secara singkat dua faktor yang telah berkontribusi terhadap standar pemahaman seks: gerakan wanita dan revolusi seks. Walaupun gerakan wanita yang awalnya berfokus pada hak-hak kepemilikan dan politik,  gelombang ke-dua dari feminisme [tentang kewanitaan] bangkit pada tahun 1960an dimana peran gender [jenis kelamin] diserang dan struktur keluarga tradisi dianggap merendahkan harkat wanita. Gerakan wanita ini juga menentang ide-ide tradisional tentang seksualitas. Beberapa pejuang hak-hak wanita mendesak wanita untuk menginisiasi seks dan membuat percobaan dengan seksualitas.  

Pada saat yang sama, revolusi seks mulai mengalami perubahan di tahun ‘60an and ‘70an, yang menganjurkan penolakan terhadap apa yang dianggap sebagian orang sebagai nilai-nilai moral orang Kristen. Perubahan ini membawa suatu pergeseran sikap yang sangat besar terhadap kebebasan terhadap semua bentuk ekspresi seks.

Industri porno yang menghancurkan

Sekarang seks telah menjadi suatu komoditas, dan oleh karena itu, industri porno telah menjadi multi-miliaran dollar dan ini terjadi sebagai akibat perubahan dalam pandangan, sikap dan perilaku terhadap seks. Namun, konsekuensi pornografi itu sendiri telah banyak merusak sendi-sendi kehidupan. Ia telah merusak pernikahan, keluarga dan masyarakat. Menurut Pat Fagan, direktur Institut Penelitian Pernikahan dan Agama, pornografi:

  • Membuat orang kecanduan.
  • Menyebabkan kebosanan terhadap hubungan pernikahan.
  • Adalah suatu jalur lintasan menuju kepada perselingkuhan dan perceraian.
  • Menigkatkan keterbukaan yang lebih luas untuk hubungan seks yang tidak normal, termasuk pemerkosaan, pelecehan seks dan pergaulan bebas.
  • Menggambarkan perempuan sebagai komoditas atau alat pemuas seks
  • Mendorong kebebasan seks, yang mengarah kepada besarnya risiko kelahiran anak di luar nikah dan juga penyakit STD.

Media massa membuat kita rentan terhadap kejahatan

Ideologi atau pandangan kewanitaan dan revolusi seks telah terjadi sekarang akibat pengaruh besar media massa. Apa yang kita tonton, dengar dan baca telah menimbulkan akibat pada kita seiring waktu. Mari kita flash back sedikit, kita melihat ke zaman-zaman sebelumnya, bahwa pada awalnya jika apa yang terjadi sekarang ini, dulu merupakan keterkejutan bagi kita sebagai masyarakat, tetapi sekarang itu sepertinya sudah seperti hal biasa. Industri hiburan memahami perilaku manusia dan menggunakan pemahaman itu untuk melemahkan nurani penolakan –  di dalam pikiran kita dan perilaku kita – bahwa dulu kita menganggap apa yang terjadi sekarang ini sebagai penyimpangan atau sesuatu yang salah.

Dan yang lebih penting, nilai-nilai kehidupan kita telah dibentuk oleh pembauran berbagai budaya selama berpuluh-puluh tahun, sehingga perilaku-perilaku yang tidak normal dan yang berdosa telah menjadi norma dan standar baru dalam kehidupan. Allah tidak hanya memprediksi ini, Dia bahkan mengingatkan hal ini melalui nabiNya, Yesaya: “Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat” (Yesaya 5:20).

Kuno atau sangat dibutuhkan?

Akan tetapi apakah ide kesucian atau keperawanan itu merupakan sebuah gagasan kuno? Wendy Shalit, penulis buku yang berjudul A Return to Modesty, berpendapat bahwa pada kenyataannya beperilaku suci dan sopan itu melindungi kerentanan alami perempuan dan meninggikan standar harkat bagi laki-laki.

Sebagaimana Wendy katakan, kita tidak bisa mengharapkan laki-laki menjadi orang yang pantas dihormati ketika kita berkata bahwa mereka memang tidak. Dan dia (Wendy) menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan menyesalkan terlalu banyak pengalaman seks, dan bukan sebaliknya (hal. 90, 105). Pada kenyataannya, riset menunjukkan bahwa “sebagian besar perempuan lebih suka dengan satu laki-laki yang tetap setia kepada mereka, baik suka maupun duka, daripada sejumlah laki-laki tetapi meninggalkan mereka” (hal. 95).

Apabila kita meneliti Kitab Suci dengan seksama jelas bahwa Allah bukanlah Allah yang mudah marah karena pelanggaran seks. Dia menciptakan seks untuk tujuan reproduksi dan sebagai ekspresi cinta kasih antara suami dan istri. Petunjuk-petunjukNya pada kesopanan dan kesucian tidak pernah pudar; semuanya itu melindungi kita dari akibat penyalahgunaan seks.   

Allah melihat kita semua sebagai suatu harta spesial, dan Dia menghendaki kita untuk merawat tubuh kita dan diri kita dengan rasa hormat. Apapun yang terjadi, tidak pernah ada kata terlambat untuk berkomitmen menjaga kesucian kita mulai dari sekarang.

Bacalah juga artikel-artikel kami yang lain tentang maksud tujuan Allah menciptakan seks dan pernikahan di Life, Hope and Truth. Silakan mengklik tautan ini dan untuk menelusurinya, ketik “Pernikahan” pada kolom Search.

http://philippines.cogwa.org/education/articles/

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry