Menghadapi Kebimbangan

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/change/faith/dealing-with-doubt/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kebimbangan dalam kerohanian itu biasa terjadi, bahkan di antara mereka yang ingin percaya. Tetapi Alkitab menunjukkan kita bagaimana mengatasi kebimbangan-kebimbangan sehingga dapat bertumbuh dalam iman.

 

 

 

 

 

 

 

Artikel ini akan membahas enam tip alkitabiah untuk mengatasi kebimbangan:

  • Ujilah ciptaan Elohim.
  • Ujilah segala sesuatu.
  • Buktikan dengan perbuatan.
  • Mintalah iman kepada Elohim.
  • Pelajarilah apa yang telah dilakukan Elohim di masa lalu.
  • Berlatihlah dalam iman.

Penjelasan lebih rinci tentang hal ini menyusul segera.

Kebimbangan Modern dan Milenial

Dunia modern kita nampaknya didesain untuk memelihara kebimbangan akan Elohim dan Alkitab. Teori evolusi telah melalaikan adanya dan perlunya Pencipta. Para sarjana mempertanyakan keakuratan Alkitab. Opini publik mendefinisikan ulang standar alkitabiah antara benar dan salah. Pemimpin agama juga sering menunjukkan kemunafikan yang mengerikan. Kejahatan meningkat, tetapi Elohim nampaknya masih menyembunyikan diri.

Dan orang-orang yang religius bergumul dengan kebimbangan.

Misalnya, sebuah penelitian Barna menunjukkan:

“Lebih dari seperempat (26%) [orang dewasa Amerika yang mengaku dirinya orang Kristen] mengatakan mereka masih mengalami kebimbangan rohani, sementara empat di antara 10 (40%) mengatakan bahwa mereka telah mengalami kebimbangan pada waktu yang lalu tetapi sudah mengatasinya. Hanya sekitar sepertiga (35%) mengaku tidak pernah mengalami kebimbangan samasekali. …

“Setelah beranjak dewasa dalam kultur yang lebih sekuler dan pluralis, generasi milenial (38%) saat ini mengalami dua kali lipat kebimbangan dibandingkan dengan kelompok generasi lainnya (23% Gen-X (kira-kira usia 41-56) 19% Boomers (57-75), 20% lanjut usia). Orang dewasa laki-laki sepertinya lebih cenderung mengalami kebimbangan dibandingkan dengan orang dewasa perempuan (berbanding 32% dengan 20%). Mereka yang telah melalui pendidikan perguruan tinggi dan telah menghadapi sederetan ide, filsafat dan worldviews [pandangan dunia] sepertinya mengalami kebimbangan dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang hanya mengecap pendidikan di SLTA atau dibawahnya (37% vs. 19%).”

Namun meskipun hal itu telah berkembang pada abad modern, kebimbangan bukanlah masalah baru.

Orang-orang yang bimbang akan Alkitab

Ketika kita memiliki kebimbangan, kita menganggap diri kita orang yang bimbang. Yesus berkata kepada Petrus, "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"  (Matius 14:31). Tentu saja Petrus memiliki iman untuk melangkah keluar dari perahu itu dan berjalan di atas air! Tetapi sebagaimana angin mulai kencang dan menerpa, dia mulai bimbang dan takut.

Akan tetapi, beberapa tahun kemudian Petrus belajar untuk tidak bimbang dan dia mengajar orang lain untuk “jangan takut,” sebagaimana dia menuliskan hal itu di 1 Petrus 3:14

Kemudian ada di antara muridNya, yang segera menjadi rasul, yang namanya telah diasosiasikan dengan kebimbangan. Setelah kebangkitan Yesus, Tomas yang bimbang berkata, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yohanes 20:25).  

Tetapi, ketika Yesus yang dibangkitkan tampil dan berbicara kepada dia, Tomas menjawab dalam ayat 28: “Ya Tuhanku dan Elohimku!”

Kemudian Yesus mengucapkan berkat pada kita hari ini yang sedang menghadapi kebimbangan bahkan banyak persoalan hidup. Yesus berkata, “Tomas, karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29).

Tetapi bagaimana kita menagih berkat itu? Bagaimana kita dapat menghadapi kebimbangan dan menguatkan iman kita?

Bagaimana menghadapi kebimbangan

Elohim adalah Sang Pencipta, dan Alkitab adalah pesanNya kepada kita hari ini. Dia peduli dengan kita dan sedang mengerjakan perencanaan yang menyediakan kesempatan bagi setiap manusia yang hidup sekarang atau yang pernah hidup. Tetapi bagaimana kita bisa membuktikan semua ini dan membangun iman untuk menghadapi tantangan dan badai kehidupan yang bisa menyebabkan kebimbangan? Bagaimana iman yang dipertanyakan bisa bertumbuh?

Berikut ini adalah prinsip alkitabiah untuk menghadapi kebimbangan.

  • Ujilah ciptaan Elohim

David, seorang gembala yang menjadi raja, adalah seorang pengamat alam yang bersemangat. Renungannya mendorong dia untuk menuliskan, “Langit menceritakan kemuliaan Elohim” (Mazmur 19:2). Sementara Dia mengamati sejagat raya yang luas, bulan dan bintang, dia dalam kekaguman, “Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya?” (Mazmur 8:5).

Dengan memperhatikan keajaiban tubuh manusia, dia menyimpulkan, “Sebab Engkau telah membentuk buah pinggangku; Engkau merajut aku dalam kandungan ibuku. Aku akan menyanjung Engkau sebab aku diciptakan dengan dahsyat dan ajaib; dahsyatlah segala perbuatanMu, dan jiwaku sungguh-sungguh menyadarinya” (Mazmur 139:13-14).

Rasul Paulus juga merujuk kepada alam semesta di sekitar kita sebagai bukti kuat akan kuasa Sang Pencipta. “Karena apa yang tidak kelihatan sejak penciptaan dunia, yaitu kuasaNya yang kekal dan kedudukanNya sebagai Elohim, sekarang tampak jelas dan dapat dimengerti dari hasil karyaNya, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Roma 1:20).

  • Ujilah segala sesuatu

Elohim tidak mengharapkan kita untuk begitu saja menerima segala sesuatu yang ada di dalam Alkitab, kemudian menutup hati dan pikiran kita dan membiarkan perasaan kita begitu saja. Dia telah menciptakan alam semesta untuk mengikuti hukum-hukum rasional dan Dia menginginkan kita untuk menggunakan pikiran kita untuk membuktikan apa yang benar.

Sebagaimana rasul Paulus menuliskan, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5:21). Alkitab memuji orang-orang yang memeriksa segala sesuatu. Di Berea Paulus menemukan orang-orang yang berpikiran baik yang “menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian” (Kisah Para Rasul 17:11). Karena mereka menemukan pemberitaan Paulus itu benar, “banyak di antara mereka yang menjadi percaya” (ayat 12).

Bimbingan belajar kita dengan bertanya, apakah Alkitab itu benar? dapat menolong dalam penelitian anda untuk membuktikannya.

  • Buktikan dengan perbuatan

Salah satu yang paling penting yang dikehendaki Elohim untuk membuktikan ialah bahwa jalan hidupNya benar – bahwa jalanNya bekerja dan menghasilkan hal-hal baik dalam jangka panjang. Yesus berkata, “Jika seseorang rindu melakukan kehendak Elohim, ia akan mengetahui apakah ajaran itu berasal dari padaNya atau Aku berbicara hanya dari diriKu sendiri” (Yohanes 7:17).

Elohim bahkan memberi kita janji-janji spesifik yang bisa kita uji:

“‘Hormatilah ayahmu dan ibumu,’ ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: ‘supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi’” (Efesus 6:2-3). Elohim mengundang kita untuk mencobanya dan melihat entah belajar menghormati penguasa itu menolong kita dalam setiap bidang kehidupan, termasuk, menurut kehendak Elohim, yang memberikan kita kehidupan.

Maleakhi mencatat satu lagi perintah spesifik dan berkat: “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Maleakhi 3:10; bacalah artikel — pada situs ini — “Persepuluhan: Apa itu?”)

Prinsip dasar ialah bahwa Elohim telah mendefinisikan apa yang benar dan apa yang salah. Akhirnya, melakukan apa yang benar akan membawa hasil yang baik, dan melakukan apa yang salah menghasilkan yang buruk (Galatia 6:7-9; Ulangan 28:1-2, 3-6, 7-8, 9-11, 12-14; 30:15-16; bacalah juga artikel kami — pada situs ini — yang berjudul “Mengapa Dunia Modern Kita Ini Berada di Bawah Kutuk Zaman Dulu?”

  • Mintalah iman kepada Elohim

“Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: ‘Tambahkanlah iman kami!’” (Lukas 17:5). Kita dapat meminta iman yang sama di saat kita mengalami kebimbangan — atau kapan saja tentang hal itu.

Alkitab mencatat sebuah contoh pedih dari seorang yang mencari kesembuhan anaknya. Murid-murid Yesus belum mampu menyembuhkan dia, jadi ketika Yesus datang, ayah anak itu menjelaskan situasi itu kepada Yesus. “Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami” (Markus 9:22).

Yesus menjawab, “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (ayat 23).

Setelah sekian tahun melihat anaknya menderita, dan setelah melihat murid-murid Yesus gagal, ayah anak itu merasa bimbang. Dia memohon dengan air mata, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (ayat 24).

Kita dapat meminta kepada Elohim iman yang hidup, iman yang menyelamatkan — iman Kristus (Efesus 2:8-10; Galatia 2:20).

  • Pelajarilah apa yang telah dilakukan Elohim di masa lalu

Paulus menuliskan, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17).

Banyak kisah-kisah pengalaman di dalam Alkitab menyangkut kesetiaan Elohim terhadap janji-janjiNya. Bacalah kisah-kisah itu dan renungkan, sebagai penulis Mazmur itu: “Ya Elohim, kami telah mendengar dengan telinga kami, leluhur kami telah menceritakan kepada kami, perbuatan yang telah Engkau lakukan pada hari-hari mereka, pada zaman dahulu” (Mazmur 44:2).

Coba bayangkan contoh bapa setia, Abraham, yang tahu melalui pengalamannya bahwa Elohim adalah setia. Paulus menuliskan, “Terhadap janji Elohim ia tidak goyah oleh ketidakpercayaan, bahkan ia diteguhkan oleh iman dan memberikan kemuliaan kepada Elohim serta yakin sepenuhnya, bahwa apa yang telah Elohim janjikan, Dia pasti sanggup menggenapinya” (Roma 4:20-21).

Dengan melihat apa yang telah dilakukan Elohim di masa lalu orang-orang percaya pada saat ini juga dapat bertanya mengapa mereka percaya. Orang telah mengatakan kepada saya tentang kejadian-kejadian ajaib dan kesembuhan yang mereka alami, dan kisah-kisah seperti itu dari sumber yang dapat dipercaya juga dapat memperkuat iman anda.

  • Berlatihlah dalam iman

Bertumbuh dalam iman sangatlah penting untuk menjadi manusia yang dikehendaki Elohim. Hal ini berarti kita harus menghadapi pencobaan dan tes untuk melatih kekuatan iman yang Dia sedang kembangkan di dalam kita. Jika tidak pernah menghadapi kesulitan, jika Dia selalu menjawab setiap doa kita pada saat kita minta, dan jika Dia terlihat hadir di hadapan kita setiap saat, kita tidak akan pernah bertumbuh dalam iman.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dapat menolong kita untuk mengatasi kebimbangan. Tetapi jangan berhenti di situ saja. Lanjutkan ke langkah berikutnya dengan mempelajari bagaimana bertumbuh dalam iman. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry