Menjinakkan Lidah: Apa Yang Alkitab Katakan Tentang Gosip

http://lifehopeandtruth.comoleh Morgen Kriedemann

http://lifehopeandtruth.com/relationships/communication/taming-the-tongue/

Gosip bukan rahasia lagi – orang suka “cemilan” yakni,   “informasi atau berita menarik” tentang orang lain. Tetapi apakah menggosip itu salah? Apa yang Alkitab katakan tentang menjinakkan lidah? 

Apa yang Alkitab katakan tentang gosip dan menjinakkan lidah? Bukan saja gosip itu sudah menjadi “cemilan” orang pada zaman ini, sekarang ini bahkan ada orang yang mengatakan bahwa gosip  itu positif! Robin Westen menulis sebuah berita di dalam Psychology Today tentang  ilmuwan sosial yang telah melakukan riset gosip: “Dalam sebagian besar kasus-kasus yang dia riset itu, muncul pendapat bahwa gosip itu bermanfaat. Gosip itu memberi fungsi sosial dan fungsi kejiwaan penting; itu adalah suatu gaya pemersatu yang mengomunikasikan kode moral suatu kelompok. Itu adalah perekat sosial yang menyatukan kita semua” (“the Real Slant on Gossip, July 1, 1996). 

Benarkah demikian? Benarkah gosip itu merupakan suatu gaya penarik dan pemersatu orang di kalangan pelaku gosip – pada umumnya? Atau bukankah mereka ini, yang terus-menerus terlibat dalam percakapan gosip dan yang menghancurkan hidup orang lain, telah  membentuk “opini” ini untuk membenarkan perbuatan mereka yang terus melumpuhkan orang lain?

Orang-orang pecandu gosip

Beberapa orang saling tukar-menukar banyak informasi sehingga identitas mereka layaknya telah menjadi penggosip benaran. Mereka kecanduan mendengarkan seluk-beluk hidup orang lain dan meneruskannya kepada orang lain lagi. Apabila anda melihat orang semacam ini datang mendekat kepada anda atau apabila anda mendengar suaranya, anda tahu bahwa gosip sedang menjalar kemana-mana!

Orang-orang yang sudah kecanduan gosip seringkali mengisyaratkan gosip itu, secara tak langsung, melalui nada dan corak kata yang mereka gunakan bahwa gosip mereka tidak begitu penting, hanya bersifat remeh atau hanya sekedar obrolan. Orang terjebak dalam perangkap gosip seperti ini, dengan sadar atau setengah sadar mereka menggagahkan diri sebagai orang yang bisa dipercaya, yang paham tentang semua hal yang sedang terjadi. Nampaknya mereka selalu terdorong untuk mencari-cari obrolan dan membicarakan kekurangan dan kegagalan orang lain.

Definisi gosip

Barangkali anda merasa perlu untuk mendefinisikan gosip itu, namun sehubungan dengan artikel semacam di atas, mendefinisikan gosip bukan saja sekedar perlu tetapi amatlah perlu sekarang ini! Menurut kamus Merriam-Webster’s Collegiate, edisi ke-11, gosip diartikan sebagai: “Orang yang kebiasaanya menyingkapkan fakta pribadi atau sensasi orang lain” dan “rumor atau laporan yang sifatnya intim atau pribadi.”

Etimologi gosip, yaitu ilmu yang menyelidiki asal-usul kata gosip cukup jelas menyingkapkan kata ini. Bahasa Inggris kuno godsibb – ‘sponsor, wali orangtua anak,’ yang berasal dari God + sib ‘relative [sanak]’ (lihat kata sibling [saudara kandung]). Berkembang dalam Bahasa Inggris tingkat menengah menjadi ‘any familiar acquaintance [kenalan akrab]’ (pertengahan abad ke-14), terutama bagi teman wanita yang diundang untuk menghadiri pesta kelahiran anak bayi, kata ini kemudian berkembang menjadi ‘anyone engaging familiar or idle talk [siapa saja yang terlibat dalam obrolan biasa] (tahun 1560an). Arti kata ini berkembang pada tahun 1811 menjadi “trifling talk [gunjingan], groundless rumor [rumor yang tak berdasar]).’” (Online Etymoloty Dictionary).

Jadi, perkataan gosip dalam bahasa Inggris modern berasal dan berkembang dari perkataan-perkataan kuno yang mendeskripsikan orang-orang yang duduk untuk mengetahui fakta pribadi orang lain dan perkataan ini telah menjadi sebuah arti bukan saja untuk mengetahui fakta-fakta pribadi orang lain itu, tetapi juga untuk mejalarkannya ke mana-mana.

Filsafat Perancis, Blaise Pascal, di abad ke-17, tidak setuju dengan pandangan ilmuwan sosial itu tentang gosip. Beliau menuliskan: “Saya tegaskan bahwa apabila setiap orang tahu apa yang orang lain bicarakan tentang dia, maka tidak ada lagi persahabatan di dunia ini dan semua hubungan akan putus.”

Apa yang Allah firmankan tentang gosip dan menjinakkan lidah?

Allah menyapa kita tentang gosip

“Jangan engkau pergi kian kemari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu,” Allah memerintahkan jemaat keturunan Israel di Imamat 19:16. Dengan jelas di sini Allah tidak merujuk pada interaksi sosial yang sehat. “Talebearer” yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia “fitnah” berasal dari bahasa Ibrani râkìyl, yang “merujuk pada penyebaran rumor atau berita-berita palsu tentang seseorang. Ini selalu digunakan dalam pengertian yang negatif” (Spiros Zodhiates, Complete Word Study Dictionaries, 2003). The Enhanced Strong’s Dictionary mendefinisikan kata ini sebagai “seorang penjual skandal (yang pergi kian kemari);  – memfitnah, membawa gunjingan, penyebar gosip” (2011)

Orang-orang penggosip senang sekali membocorkan rahasia koleganya secara diam-diam bahkan berita aib sahabatnya yang memalukan. Lagipula, hasrat mereka untuk berbagi rahasia orang sangatlah kuat, layaknya “seperti api yang menyala” di bibir mereka – mereka rasa bahwa mereka harus menyebarkan kabar semacam itu! Allah berbicara terus terang tentang penggosip. “Orang yang tidak berguna menggali lobang kejahatan, dan pada bibirnya seolah-olah ada api yang menghanguskan” (Amsal 16:27). 

Gosip menghacurkan kehidupan orang 

Kita tidak perlu menggunakan survei mahal untuk memahami entah gosip itu menghancurkan kehidupan orang atau tidak. Setiap orang yang reputasinya atau hubungannya telah hancur karena pemberitaan tidak perlu bersusah-payah untuk mencari sebabnya, sudah pasti itu gosip, sebab gosip memang jahat. Firman Allah berbicara secara gamblang tentang gosip. Itu melukai orang lain: “Perkataan pemfitnah [penggosip] seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati” (Amsal 18:8, Versi King James)

Yakobus, yang adalah seorang rasul yang sebapak dengan Kristus, menjelaskan mengapa gosip itu terjadi: “Tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah. Ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yakobus 3:8). Tetapi amatlah disayangkan, bahwa nampaknya setiap orang akhirnya menemukan dirinya sebagai pendengar gosip dan mereka selanjutnya tergoda untuk menggosip orang lain. Kecenderungan untuk menggosip merupakan bagian dari tabiat manusia, dan menjinakkan lidah memerlukan pertolongan Allah.

Alkitab versi NIV (New International Version) menyebutnya di Imamat 19:16 sebagai berikut: “Do not go about spreading slander among your people.” (Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara sebangsamu). Di dalam Perjanjian Baru, kita membaca: “Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya” (Yakobus 1:26). Ini sungguh suatu pernyataan tegas! Dan  menurut ayat ini, mereka yang melakukan fitnah, agama mereka akan menjadi sia-sia!

Mereka yang menggosip akan memberi pertanggungjawaban

Bukankah hal ini sesuatu yang menyusahkan pikiran kita bahwa anda atau saya akan dituntut untuk mempertanggungjawabkan setiap gosip yang kita lakukan? Gosip adalah sesuatu yang begitu serius sehingga – jika kita tidak bertobat dan mencari pertolongan Allah untuk menjinakkan lidah kita – kita harus mempertanggungjawabkannya. “Tetapi Aku berkata kepadamu setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Matius 12:36-37).

Perkataan yang kita dengar, juga yang kita ucapkan melalui mulut kita, mengindikasikan watak batiniah kita. Yesus berkata, “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati” (Matius 12:34). Bagaimana kita berkomunikasi sungguh merupakan sesuatu yang serius bagi Sang Khalik kita. Itu juga jelas bahwa gosip sangat menyulut kemarahan Bapa Sorgawi kita, sama seperti ayah kita akan menjadi marah jika anak-anaknya berantam dan melukai satu sama lain!

Cukup membuat Allah marah

Apakah gosip itu dosa? Kita belum juga usai membaca semua ayat suci Alkitab yang membahas soal ini, namun apa yang telah kita lihat tadi tidak meragukan kita akan jawabannya bahwa gosip itu adalah dosa. Dan semua dosa mendatangkan hukuman mati (Roma 6:23). Sementara ada orang yang berdalih dan berkata bahwa gosip itu tergolong sebagai dosa kecil, dosa yang ringan, kita harus ingat bahwa semua dosa di dalam kehidupan rohani fatal kecuali jika anda berhenti melakukannya – bertobat!

Adalah serius bagi kita untuk menyadari bahwa gosip itu adalah bentuk tindakan atau sikap yang menyulut kemarahan Allah. Dia menginspirasikan Paulus untuk menuliskan ayat berikut: “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka…

“Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas; penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah…” (Roma 1:18-19, 28-30). Versi NIV menunjukkannya dalam empat kata terakhir; “mereka adalah pengumpat, pemfitnah.” Sungguh mengejutkan hati, tetapi juga membuat kita sadar bahwa gosip itu tergolong dan termasuk dalam daftar ini.

Perkataan dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan “pembisik” ialah psithurites, yang artinya ialah “seorang pengumpat rahasia” (Sprios Zodhiates, Complete Word Study Dictionaries). Strong’s Greek Distionary menggunakan ejaan lama, “calumniator” – seorang yang secara terang-terangan membuat pernyataan palsu atau jahat tentang seseorang – seorang pendakwa palsu.

Menurut anda, ada berapa banyakkah orang yang menganggap gosip itu sejalan dengan kelaliman, ketidaksusilaan terhadap seks, kejahatan, pikiran kotor dan pembunuhan? Sudah barang tentu Allah berfirman demikian! Karena gosip itu termasuk di antara kejahatan-kejahatan mutlak ini, maka sesungguhnya pertanyaan entah gosip itu dosa atau tidak di sini jelas terjawab. Dan itu menunjukkan kepada kita betapa pentingnya menjinakkan lidah. 

Karakter orang yang akan berada di dalam Kerajaan Allah

Mazmur 15 membicarakan bagaimana bentuk karakter yang diwajibkan untuk boleh tinggal bersama Allah. Mazmur ini telah disebut suatu “liturgi pintu masuk” (The expositor’s Bible Commentary), bagi orang-orang yang akan menyembah Allah, yakni bagi mereka yang meminta persyaratan untuk beroleh hubungan dengan Allah: “TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus?” (Mazmur 15:1).

Orang-orang percaya pada zaman ini dapat memahami kedua pertanyaan Mazmur 15:1 di atas sebagai berikut: Siapa sebenarnya yang berada di dalam Gereja Allah dan siapa yang boleh diam selama-lamanya di dalam KerajaanNya?

David menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan cara menyuruh kita untuk menambah tiga karakteristik kebenaran terhadap hidup kita (ayat 2) dan membuang tiga karakteristik kejahatan dari kehidupan kita (ayat 3). Karakteristik yang kita harus buang ini berkenaan dengan atau dapat berhubungan dengan gosip: “Yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya, dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya” (Mazmur 15:3).

Bahasa Ibrani yang diterjemahkan “backbite” yakni orang “yang menyebarkan fitnah dengan lidahnya” adalah “talebearer”, yakni orang yang menyebarkan gosip atau “slanderer” yang disebut “pemfitnah” yang melakukan kejahatan kepada sesamanya dan mencela (“mengaibkan” atau “mencemoohkan”) teman-temannya (Enhanced Strong’s Dictionary dan Spiros Sodhiates’ (Compete Word Study Dictionaries).

Albert Barnes’ Notes on the Bible menambahkan: “Perkataan ‘backbite’ berarti mengecam; menfitnah; mencela; berkata jahat terhadap [seseorang]. Perkataan Ibrani ‘‘râgal – sebuah kata kerja yang dibentuk dari kata “foot,” yakni kaki yang arti sebenarnya ‘berjalan kaki’ dan kemudian ‘pergi kian kemari.’ Dengan demikian perkataan ini berarti pergi kian kemari  sebagai pemfitnah atau pengumpat; untuk menyebarkan berita-berita yang tidak menyenangkan bagi orang lain” (komentar pada Mazmur 15:3).

Jadi, apakah gosip itu dosa?

Mazmur Daud menjawab pertanyaan ini sekali lagi: Ya, gosip itu dosa. Dan Yakobus meringkaskannya sebagai berikut: Lidah [yang tak terkekang] pun adalah api, ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka” (Yakobus 3:6)

Secara tegas rasul Paulus mengajarkan kita bagaimana memperggunakan kata-kata kita untuk membangun orang lain. Dia menyemangati kita sebagai berikut: “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun di mana perlu supaya mereka mendengarnya beroleh kasih karunia …Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Efesus 4:29, 31-32).

Apakah anda kaget bahwa Allah bicara begitu banyak tentang menjinakkan lidah? Pada bagian ini, yakni yang menyangkut hal “Komunikasi,” anda akan mendapatkan lebih banyak lagi artikel-artikel yang membahas topik penting ini!

Anda punya pertanyaan?
Silahkan bertanya pada kami

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com/

Tracker Pixel for Entry