Mungkinkah Kasih Anda Menjadi Dingin?

oleh Mike Bennett

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

https://lifehopeandtruth.com/life/christian-living/could-your-love-grow-cold/

Khotbah di Bukit Zaitun berisi peringatan serius tentang hati yang menjadi dingin. Tetapi Yesus juga memberi penghiburan untuk menolong kita melawan ancaman spiritual yang mematikan itu.

 

 

 

 

 

 

 

Peringatan Yesus yang menakutkan itu masih berlaku sekarang pada dunia keji dan brutal ini.

“Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin” (Matius 24:12) .

Murid-murid Yesus bertanya, “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia?” (ayat 3). Setelah Dia berkata kepada mereka bahwa akan ada kehancuran yang begitu dahsyat, mereka ingin tahu kapan itu akan terjadi dan kapan itu akan berakhir.    

Kapan Yesus akan mengambil alih sebagai Raja dalam Kerajaan Sorga?

Nubuat Khotbah di Bukit Zaitun

Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan serangkaian nubuat dan peribahasa yang sering dikenal sebagai Nubuat Khotbah di Bukit Zaitun karena hal itu disampaikan di Bukit Zaitun yang letaknya menghadap kota Yerusalem.

Yesus memprediksi kondisinya sehingga kemudian Ia menginspirasikan rasul Yohanes untuk menuliskan tentang hal itu di dalam nubuat akhir zaman, yakni nubuat empat penunggang kuda di kitab Wahyu (bandingkan dengan Matius 24:5-7 dengan Wahyu 6:2-4, 5-6, 7-8). Ini termasuk penyesatan agama palsu, peperangan, kelaparan dan penyakit sampar. (Bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul “Apa Makna Keempat Penunggang Kuda  Apokalips itu?”).

Hal ini akan sangat mengerikan, “Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan” – seperti ditimpa sakit bersalin (Matius 24:8). Dunia ini akan menderita begitu mengerikan sebelum lahirnya sebuah dunia baru yang damai yang akan di pimpin oleh Yesus Kristus.

Dalam konteks ini, Yesus berterus terang mengatakan pencobaan dan persekusi yang akan dialami oleh orang Kristen setia yang tak berdosa – baik dari pemimpin agama palsu dan dari orang-orang penghianat dari kalangan sendiri (ayat 9-11).

Mengapa dunia ini akan semakin lama semakin jahat? Mengapa sebagian orang Kristen bahkan akan berhati dingin dan mengkhianati orang lain? Alkitab mengajarkan hubungan sebab-akibat antara pelanggaran hukum-hukum mulia Elohim dengan akibatnya, yakni penderitaan dan kehancuran.

Akibat dari pelanggaran hukum

Pelanggaran hukum yang sudah meluas di akhir zaman ini akan memberikan dampak berbahaya bahkan terhadap orang-orang pengikut Kristus! Bagaimana pelanggaran hukum itu mengikis kasih orang Kristen?

  • Karena sudah dikelilingi kejahatan, kebencian dan ketidakadilan maka orang Kristen akan dapat merasa jemu, berkecil hati dan kecewa. Itu juga dapat membelokkan perspektif kita dari normal menjadi tidak normal, dari yang benar menjadi tidak benar.
  • Godaan yang memikat dapat membutakan kita terhadap konsekuensi dosa.
  • Pelanggaran hukum dipicu oleh sikap pementingan diri sendiri – dan pementingan diri sendiri adalah kebalikan dari kasih. (Bandingkan dengan ke 19 elemen yang menghancurkan akibat pementingan diri sendiri yang terjadi pada akhir zaman ini yang di jelaskan di 2 Timotius 3:1-2, 3-5 dengan karakteristik yang berlawanan dengan cinta kasih yang diuraikan di dalam 1 Korintus 13.)
  • Melanggar hukum Elohim menyebabkan penderitaan dan merusak hubungan
  • Dosa adalah jerat – dan dosa itu mudah sekali menjadi kebiasaan, dan perasaan bersalah kita bisa merusak hubungan kita dengan Elohim, juga membuat kita defensif dan sulit untuk kita jalani dalam hidup. Dari pada bertobat, kita dapat tergoda untuk membawa penderitaan atas kesalahan kita itu dan menimpa orang-orang yang dekat kepada kita. 

Semua akibat ini dan akibat negatif lainnya terhadap kelalaian akan hukum-hukum Elohim dapat mengaburkan kasih dan komitmen Kristen. Itu semua bisa membuat kasih kita menjadi dingin.

Menghindari kedingingan

Khotbah di Bukit Zaitun yang di sampaikan Yesus memberi banyak hal dan bukan saja sekedar peringatan. Dia mengajar dan mendorong para pengikutNya untuk tidak membiarkan kasih dan komitmen mereka menjadi lemah sebab dua hal ini merupakan karakter hakiki dari orang Kristen (Yohanes 13:35; Wahyu 3:19).

Sesaat setelah peringatan itu terhadap kasih menjadi dingin, Yesus memberikan dua pencegah:

  • Bertahan: “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Matius 24:13)
  • Misi pengabaran kabar baikNya: “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (ayat 14).

Bacaan selanjutnya dari Matius 24 dan 25 juga berisi kunci-kunci lain untuk bertahan dalam kasih dan mengasihi dan semangat akan kerohanian di tengah kegelapan dunia ini pada saat-saat mendekati berdirinya Kerajaan agung Elohim.

Sepanjang nubuat, Yesus memberi penanda nubuat untuk menolong kita menghindari penyesatan agama yang menghancurkan semangat hidup Kristen dan kasih.

Dia menyakinkan kita bahwa pada akhir zaman Dia akan kembali – janjinya pasti (Matius 24:30, 34-35). Tetapi kita tidak tahu hari dan jam Dia datang. Sebaliknya, kita harus bertahan dan waspada dan siap sedia – tidak menyerah kepada godaan dan berkata, “Tuanku menunda untuk datang” (ayat 44, 48).

Yesus mendorong kita untuk menjadi hamba yang “setia dan bijaksana”, mengurus rumah tangga dengan “memberikan mereka makanan pada waktunya” (ayat 45). “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang” (ayat 46).

Kebijakan dan kesetiaan dan motivasi untuk memperhatikan orang lain merupakan kunci untuk mencegah hati dan kasih menjadi dingin. Yesus menjelaskan hal ini pada bab selajutnya.  

Tiga perumpamaan

Matius 25 berisi tiga perumpamaan yang membedakan antara yang salah dan yang benar untuk tetap mempertahankan kasih Kristiani tetap hangat.

Perumpamaan 10 gadis menunjukkan pentingnya hikmat dan persiapan rohani. Lima gadis yang bijaksana tidak hanya memiliki minyak untuk pelita mereka, tetapi juga menyiapkan dan membawa  minyak  untuk persediaan. Minyak sering kali digunakan untuk menggambarkan Roh Kudus Elohim, yang Dia beri kepada mereka yang bertobat dan dibaptis (Kisah Para Rasul 2:8).

Jadi kita bisa mengambil perumpamaan ini sebagai pendorong semangat kita untuk tidak melalaikan atau memadamkan Roh (1 Tesalonika 5:19) dan untuk tetap terhubung dengan Elohim melalui doa, belajar Alkitab, merenungkan firman dan sekali-sekali berpuasa.

Perumpamaan talenta yang menunjukkan pentingnya kerajinan dan kesetiaan. Hamba-hamba yang menggunakan apa yang mereka terima untuk bertumbuh dan memperoleh lebih banyak pujian, tetapi yang malas itu yang dengan takut menguburkan apa yang dia terima dilemparkan ke dalam kegelapan. Elohim menghendaki kita untuk belajar setia dalam hal kecil yang kita terima sekarang supaya Dia akan mengetahui bahwa kita akan setia dalam perkara besar yang Dia ingin berikan kepada kita!

Perumpamaan domba dan kambing berfokus pada motivasi hati yang dapat menolong kita untuk selalu menampilkan kasih Elohim. Perhatikan pujian bagi “domba”:

“Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (ayat 34-36).

Respons “domba-domba” setia itu berkata bahwa mereka tidak melakukan apa-apa tentang hal itu sehingga orang lain melihat. Motivasi mereka datang dari hati yang tulus dan kasih sayang. “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?” (ayat 37).

Jawaban di ayat 40 mengilustrasikan kasih Elohim bagi semua orang dan apresiasi bagi mereka yang memiliki perspektifNya dan kasihNya: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Kita harus melihat lebih jauh daripada tindakan dan sikap orang pada zaman dunia jahat ini. Bahkan orang yang dianggap orang terkecil pun – bahkan orang yang menganiaya kita pun – memiliki potensi besar di mata Elohim.

Yesus berkata kepada kita “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga” (Matius 5:44-45).

Elohim “menghendaki supaya semua orang diselamatkan” (1 Timotius 2:4), dan Dia menghendaki kita untuk melihat potensi itu. Dia menghendaki kita untuk belajar mengasihi orang lain sebagaimana Dia mengasihi mereka.

Contoh nyata

Menarik bahwa segera setelah Khotbah di Bukit Zaitun itu Kitab Injil mencatat dua contoh yang bertentangan.

Pertama, contoh yang baik: “mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya” (Yohanes 12:3). Yesus memahami bahwa pemberian besar ini dan komitmen yang sangat giat ini merupakan suatu tanda kasihnya dan apresiasinya akan pengorbanan Yesus yang akan segera digenapi. Dia tidak membiarkan dukanya membuat kasihnya dingin, tetapi mendekat kepada Elohim dan berusaha untuk menyenangkan Dia – melakukan apa yang berkenan kepada Dia. Dia (Maria) tidak tunduk begitu saja terhadap pementingan diri sendiri, tetapi dia terdorong dengan kasih yang tulus.

Sebaliknya, Yudas Iskariot, “yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: ‘Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?’ Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya” (ayat 4-6).

Tentu saja Yudas awalnya mengasihi Yesus dan percaya kepada Dia. Namun seiring waktu, keadaan tidak berjalan dengan baik seperti yang diharapkan. Dan barangkali Yudas mulai mengambil sedikit uang dari dalam kas, dan dia membenarkannya dalam hatinya. Tetapi semaking dia berdosa, dia merasa semakin bersalah dan perangkap dosa menjauhkan dia dari Elohim.

Pada saat-saat akhir, Yudas Iskariot membiarkan kasihnya menjadi dingin. Dengan hati yang dingin, dia bahkan menjual Masternya [Yesus Kristus] ke tangan musuhNya [orang-orang berdosa] (Matius 26:14-16).

Kita harus mengindahkan peringatan Yesus dengan serius karena hanya dengan kedekatan kita kepada Elohim, keseimbangan karakter kita dan kehidupan kekal kita bergantung.

Jangan biarkan kasihmu menjadi dingin!

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry