Nasihat untuk Membesarkan Anak

oleh Mark Winner

http://lifehopeandtruth.com/relationships/parenting/parenting-advice/

Pekerjaan membesarkan anak bisa menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan hati tetapi juga bisa mengecewakan. Tetapi dengan mencari nasihat, kita akan menentukan  perbedaan antara sukses dan gagal dalam hal membesarkan anak.

Menjadi orangtua, kita menghadapi banyak tantangan, berat atau ringan. Oleh karenanya, bukankah itu suatu hal yang baik jika kita memiliki sumber nasihat yang sempurna dalam mengasuh anak? Terutama dalam menghadapi tantangan berat, bukankah itu sesuatu yang menenteramkan hati jika kita memiliki akses kepada nasihat terbaik di antara yang terbaik? 

Coba bayangkan skenario ini

Anda begitu gembira! Bayi laki-laki anda tiba di rumah, mungil dan sehat. Anda memperhatikan dia bertumbuh di depan mata anda sendiri. Dia penuh energi, senyumnya indah di sebelah lesung pipinya, dan tawanya begitu menawan.  

Sudah barang tentu bahwa dia sama sekali tidak belajar sendiri untuk berjalan dan berbicara. Ini pekerjaan alot bagi anda (Ayah dan Ibu) untuk mengikuti perkembangannya. Energinya tentu lebih kuat daripada yang anda bayangkan!

Sementara putra anda terus bertumbuh, anda mendaftarkan dia pada klub “T-ball” [baseball kelompok anak-anak], dan olah raga lain maupun aktivitas rekreasi lainnya. Selanjutnya, dia juga akan mengambil kursus musik dan kemudian bersekolah. 

Seiring waktu berlalu, dia maju melangkah dari sekolah dasar ke sekolah menengah. Banyak waktu anda tercurah untuk mengurus dia – menjemput dan mengantar dia ke dan dari sekolah dan kegiatan les lainnya, menolong dia dengan proyek sekolah  dan memastikan dia dan dua adiknya juga mendapat apa yang mereka butuhkan. Anda begitu bangga atas mereka bertiga! Sampai saat ini mereka giat ikut serta dalam berbagai aktivitas, bermain dengan teman-teman mereka di sekolah dan di gereja.

Masalah perilaku akan timbul

Kemudian suatu hari, di luar dugaan,  anda mendapat telepon dari kepala sekolah. Dia memberitahukan bahwa anak anda tertangkap basah menyontek pada saat ujian. Dengan kecewa berat, anda mencoba membicarakan masalah itu dengan anak anda di rumah. Dia mulai menjauhkan diri dari anda dan sedikit cemberut. Dia tidak mau bicara tentang hal itu, dan sepertinya dia hanya ingin berada di mana saja yang dia mau tapi tanpa anda. 

Beberapa bulan kemudian anda syok ketika anak anda tertangkap basah merokok di sekolah. Mengapa dia lakukan ini? Anda telah rajin mengajar dan mendidik dia selama ini untuk menjauhi hal-hal buruk dan obat-obat terlarang.

Anda juga telah mendidik dia untuk hormat kepada ibu dan ayahnya, namun terkadang dia cuek dan tidak menghormati anda dan pasangan anda. Mengapa dia berpikiran dan berperilaku seperti ini? Apakah dia tidak ingat siapa yang merawat dia dan memberi nafkah dan segalanya kepada dia ketika mulai dan selama dia bertumbuh?

Anda mencoba keras mendekati dia agar anda bisa menjadi “seorang teman,” bagi dia, tetapi  hasilnya campur aduk. Dalam waktu tertentu dia terlihat lebih baik, dalam waktu lain dia  tidak. Evaluasi jujur anda ialah bahwa anak anda yang hebat itu telah terus bertumbuh tetapi  semakin egoistis. Segala yang dia lakukan terfokus pada apa yang dia dapatkan dari orang lain atau apa saja yang bisa mengangkat keakuan dirinya. Dan apabila sesuatu itu tidak ‘fun’, dia akan abaikan saja.

Dari mana sikap itu datang?

Apa yang telah terjadi? Dari mana dia belajar perilakunya itu? Apakah ini sesuatu yang harus kita, sebagai orangtua, harapkan? Anda telah mencoba keras memberi dia banyak kesempatan yang baik, dan sekarang anda tidak habis pikir mengapa ini terjadi.

Apakah setiap orangtua mengalami hal ini? Apakah memang harus begini? Bagaimana kita dapat hentikan dia untuk tidak berlaku egoistis? Setahu anda dia tidak biasanya seperti ini.

Nasihat tentang kesalahan yang umum terjadi dalam membesarkan anak

Faktanya ialah bahwa semua orangtua menghadapi berbagai tantangan dalam membesarkan anak. Tidak ada orangtua yang sempurna atau anak yang sempurna. Tetapi ada kesalahan umum di sini yang dibuat oleh banyak orangtua yang sangat mencintai anak-anaknya. Itu suatu kesalahan orangtua yang berniat baik – tetapi niat baik ini mungkin justru menjadikan perbedaan hasil di dalam membesarkan anak-anak kita, entah mereka bertumbuh dengan sehat secara emosional, seimbang atau tidak. 

Perbedaannya terletak pada fondasi asuhan orangtua. Kita semua melakukan kesalahan di dalam keluarga kita yang berdasar pada sistem kepercayaan utama yang kita anut. Sistem kepercayaan kita menentukan bagaimana kita membesarkan anak-anak kita – yang kelihatannya benar menurut kita. 

Nasihat untuk membesarkan anak yang paling baik ialah dengan membuat keluarga berorientasi pada ajaran Allah, bukan pada pemusatan perhatian pada anak.

Apa perbedaan keluarga yang berpusat pada anak dan keluarga yang berpusat pada Allah? Banyak orangtua mengira bahwa suatu keluarga yang berorientasi pada anak adalah keluarga yang berorientasi pada Allah. Bagaimanapun juga, apa salahnya menempatkan keinginan anak terlebih dahulu? Apakah itu akan merusak mereka? Bagaimana hal itu merusak mereka?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita artikan berorientasi pada anak dan berorientasi pada Allah.

Keluarga yang berorientasi pada anak

Keluarga yang berorientasi pada anak adalah keluarga yang mengutamakan kepentingan anak, yakni segala sesuatu yang  dipikirkan, diajarkan dan dilakukan di rumah berfokus pada anak-anak dan pada apa yang mereka inginkan dan butuhkan.

Bagaimanapun juga, Alkitab mengajarkan bahwa kita harus mengasihi orang lain sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri. Jadi, jika kita mencoba untuk mencurahkan kasih dan perhatian pada anak-anak kita, apakah itu salah? Bukankah itu tak hanya yang baik, tapi juga yang bersifat kesalehan?

Keluarga yang berorientasi kepada Allah

Ya, memang benar bahwa Allah mengajarkan kita untuk mengasihi orang lain sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri, tetapi Dia juga mengajarkan kita bahwa dalam perintah itu ada penjelasan lebih lanjut. “Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu.’ Itulah hukum yang terutama dan yang pertama” (Matius 22:37-38).

Jika kita merenungkan hal itu dengan seksama, kita akan mulai melihat suatu masalah dengan keluarga yang berorientasi pada anak. Allah memerintahkan supaya kita mencari Dia terlebih dahulu dalam segala sesuatu yang kita lakukan – termasuk keluarga kita. Daripada  berorientasi pada anak, di mana pusat perhatian tercurah pada anak, keluarga kita sebaiknya berorientasi pada Allah. Itu berarti segala sesuatu yang kita pikirkan, ajarkan dan lakukan di dalam keluarga kita harus berfondasi dengan kasih kita terhadap Allah dan mengikuti ajaranNya.

Ujian pada keluarga yang berorientasi pada Allah 

Mari kita gunakan satu contoh. Misalnya anak anda datang kepada anda dan ia ingin   berpartisipasi dalam sepak bola junior. Anda tidak keberatan dalam hal ini dan anda bahkan rela untuk mengantar dan menjemput dia dari latihan atau dari pertandingan. Anda ingin menjadi seorang orangtua yang baik dan memberi dia suatu aktivitas yang sehat dan menyenangkan. Dia terpilih dan masuk dalam suatu tim, dan latihan akan dimulai hari Senin mendatang.

Semuanya berjalan baik hingga jadwal latihan tiba dan anda melihat bahwa beberapa jadwal pertandingan itu jatuh pada hari Sabat, yakni hari perhentian Allah. Keluarga anda telah mengajarkan pentingnya beribadah dan mematuhi Allah dan pergi ke gereja – tetapi anak anda benar-benar ingin bermain sepak bola! Jadi anda sekarang harus membuat pilihan – apakah anda mengizinkan dia bermain sepak bola pada hari Sabat Allah (Keluaran 20:8-11), atau apakah anda berpegang pada kepercayaan keluarga anda dan menempatkan Allah di atas segalanya?

Anda harus memilih di antara dua: apakah mengikuti kehendak Allah atau mengalah terhadap keinginan anak anda. Apakah anda memiliki keluarga yang berorientasi pada anak atau yang berorientasi pada Allah, itu akan menentukan keputusan yang anda akan ambil. Yang mana yang akan anda pilih untuk anda lakukan? Nilai-nilai apa dan kekuatan karakter apa yang akan anda tunjukkan kepada anak anda?

Kunci Pemahaman

Kunci pemahamannya ialah bahwa keluarga yang berorientasi pada anak akan melakukan kompromi dengan apa yang Allah ajarkan sebab mereka menempatkan nilai yang lebih besar bagi kegiatan dan kepentingan anak-anak mereka daripada kepentingan bagi perintah Allah. (Catatan: Untuk menjadi orangtua yang berorientasi pada Allah, kita harus pastikan bahwa kita berhati-hati mempelajari dan memahami seksama apa yang sesungguhnya Allah  perintahkan bagi pengikutNya untuk mereka lakukan.)

Apabila kita sungguh-sungguh mengasihi anak-anak kita, kita semestinya perlu lebih termotivasi oleh apa yang Allah ajarkan daripada pengaruh apapun – dan ini termasuk apakah kita sedang membuat anak-anak kita “berbahagia.” Ketika kita menempatkan Allah di atas segalanya, anak-anak kita akan melihat dan mempelajari apa yang benar dan apa yang salah. Mereka belajar apa yang sesungguhnya membuat mereka bahagia dan membawa kepuasan, dan ini bertolak belakang terhadap apa yang mereka percayai akan membuat mereka bahagia dan akan membawa mereka suatu kepuasan.

Jika kita tidak menerapkan ajaran ini, maka cepat atau lambat kita akan mengalami frustasi, luka dan konsekuensi buruk lainnya. Hasrat keluarga yang berorientasi pada Allah harus selalu mengalahkan hasrat keluarga yang berorientasi pada anak – inilah nasihat bijak untuk orangtua. 

Bagaimana kita mengevaluasi keluarga kita sendiri?

Bagaimana kita dapat memastikan entah keluarga kita berorientasi pada Allah atau anak?

Pertama-tama, kita harus memahami apa yang Allah ajarkan melalui Alkitab. Kolose 3:1-2 menyatakan, “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”

Apabila ini yang menjadi motivasi kita, maka keputusan-keputusan yang kita buat dalam membesarkan anak akan berbeda dari keputusan yang kita buat atas motivasi yang berorientasi pada anak.

Sebagaimana Amsal 14:12 mengajar kita, “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Dengan kata lain, apa yang bisa terlihat baik untuk kita lakukan bagi anak-anak kita mungkin saja itu tidak baik sama sekali. Fondasi satu-satunya yang pasti untuk keluarga kita ialah mengikuti nasihat Allah di dalam Alkitab dalam hal membesarkan anak. Dan hanya dengan cara demikianlah kita dapat menjadi keluarga yang berorientasi pada Allah.

Sumber yang paling handal untuk nasihat membesarkan anak.

Alkitab adalah buku yang memberikan jawaban terbaik yang pernah ditulis. Itu adalah satu-satunya buku yang masing-masing penulisnya diilhami oleh Allah untuk menyalurkan  pikiranNya dalam bentuk tulisan. Itu adalah Firman Allah. Jika anda dapat mempercayainya, maka anda akan juga mengakui bahwa itu adalah manual nasihat handal yang pernah ditulis untuk membesarkan anak. 

Akan tetapi, nilai yang sesungguhnya dari suatu pengetahuan ialah apabila kita  menerapkannya. Kadang-kadang orangtua harus mempraktekkan “cinta kasih yang tegar.” Pada kenyataanya, “cinta kasih yang tegar” bisa lebih keras terhadap kita sebagai orangtua daripada terhadap anak-anak kita!

Tak ada orang yang menyukai perkataan “tidak”, namun sering kali dalam kehidupan kita bahwa ternyata itu adalah perkataan yang paling asih bagi anak kita:

•  “Tidak” karena itu akan membahayakan mereka.

• “Tidak” karena kita tidak punya uang.

• “Tidak” karena hal itu tidak bijaksana berdasarkan apa yang kita baca di dalam Alkitab.

Yang mana yang akan anda pilih?

Jika kita ingin menjamin keberhasilan anak kita di dalam hidup mereka dan menghindari berbagai masalah yang dihadapi oleh orangtua, kita perlu belajar dan mengikuti apa yang Allah ajarkan di dalam Alkitab. Alkitab adalah sumber utama untuk nasihat membesarkan anak. Matius 4:4 mengingatkan kita bahwa kita harus hidup dari setiap “firman yang keluar dari mulut Allah.”

Segala sesuatu yang Allah firmankan mempunyai maksud dan tujuan. Bahkan hal-hal kecil pun yang barangkali banyak orang menganggapnya masalah kecil sebaiknya jangan diremehkan atau diabaikan. Apabila kita menghargai Alkitab, kita akan menggunakan itu sebagai fondasi dalam hal membesarkan anak.

Akan tetapi hati nurani kita sebagai manusia seringkali membawa kita kepada pemahaman bahwa kita harus mengutamakan anak-anak kita dan menjadikan kebutuhan-kebutuhan mereka serta keinginan mereka sebagai pusat perhatian kita di rumah. Ini mengajarkan bahwa kita harus menunjukkan sikap kepada anak-anak kita bahwa semua curahan perhatian kepada mereka itulah yang terpenting di dalam hidup kita. Akan tetapi, meskipun kedengarannya baik, akibatnya pasti tidak baik. Hasilnya tidak baik karena kita mengutamakan anak-anak kita dan itu melanggar prinsip yang diajarkan Bapa sorgawi kita. Dia adalah Bapa yang agung di segala zaman.

Yang mana yang anda pilih? Kami mendorong semangat anda untuk membuat keluarga anda menjadi keluarga yang berorientasi pada Allah. Itu dijamin akan mendatangkan hasil terbaik karena berdasarkan Firman Allah yang agung dan sempurna. Dalam jangka panjang anda tidak akan kecewa!

Apakah anda punya pertanyaan?
Ajukanlah kepada kami.

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com" target="_blank">http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry