Negeri Yang Dijanjikan

oleh Tim Groves

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/kingdom-of-god/promised-lands/   

Banyak orang memahami apa itu Promised Land [Negeri Yang Dijanjikan] di zaman Musa. Akan tetapi Alkitab juga berbicara tentang kegenapan janji-janji Allah di masa datang – baik fisik maupun rohani.

Cobalah sebutkan perkataan the Promised Land [Negeri yang dijanjikan] maka otomatis banyak orang mengaitkannya dengan kisah Musa dan bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir untuk memasuki negeri baru yang dijanjikan Allah itu kepada mereka.

Telah banyak film dan nyanyian yang menggambarkan tentang perjalanan bangsa Israel menuju Promised Land ini. Akan tetapi kapan dan ada apa dengan negeri yang dijanjikan ini, dan apa gerangan hubungannya dengan kita-kita yang hidup di abad ke-21 ini? Promised Land ini sangatlah penting karena ia memiliki implikasi pada akhir zaman dan ia merupakan bayangan dari suatu “negeri” di masa depan yang bahkan lebih besar.

Kapan ini terjadi dan ada apa dengan negeri yang dijanjikan ini?

Allah mengangkat Musa untuk memimpin umatNya [bangsa Israel] keluar dari tanah Mesir. Dan, sebagaimana akan kita lihat, bahwa hubungan antara orang-orang pilihan Allah dengan negeri yang dijanjikan itu sangatlah signifikan.  

Perhatikanlah apa yang diperintahkan Allah kepada Musa: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan AllahYakub … Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umatKu di tanah Mesir … Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya” (Keluaran 3:6-8).

Akan tetapi ini bukanlah janji Promised Land pertama. Janji yang pertama diberikan lebih dari 400 tahun sebelumnya. Musa dan bangsa Israel adalah keturunan darah daging dari orang-orang yang kepada mereka Allah telah memberikan janji itu.

Negeri itu pertama-tama dijanjikan kepada Abram, dan kemudian namanya diganti Allah menjadi Abraham. “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu’” (Kejadian 12:1).

Di sinilah sebutan pertama negeri yang Allah janjikan itu. Tetapi di manakah negeri itu?

“Mereka berangkat ke tanah Kanaan. …Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman, ‘Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu’” (ayat 5 dan 7)

Dan ke tanah Kanaanlah Allah membawa bangsa Israel itu (Imamat 25:38)

Tetapi mengapa kepada mereka dijanjikan negeri ini? Allah membuat janji ini sebagai bagian dari rencanaNya untuk seluruh umat manusia.

Alkitab menunjukkan bahwa Allah memilih orang-orang dan bangsa tertentu untuk memenuhi rencana dan maksud tujuanNya. Dalam bacaan di mana bangsa Israel meninggalkan Mesir, Firaun digunakan oleh Allah untuk menunjukkan bahwa adalah sia-sia untuk menolakNya (Roma 9:17; Keluaran 9:16). Allah memanggil Abraham dan keturunannya untuk menunjukkan berkatNya kepada mereka atas kepatuhan mereka mengikut Dia (Kejadian 12:1-3; Ulangan 4:5-6, 7-8).

Adalah karena iman dan kepatuhan Abraham bahwa Allah mengadakan beberapa perjanjian kepada dia dan keturunannya. Negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya adalah satu dari janji itu. Karena komitmen Abraham, Allah menjanjikan bahwa Dia akan menggunakan keturunan Abraham untuk menjadi sebuah bangsa terpilih yang melaluinya Dia ingin menggunakan sebagai bangsa percontohan bagi dunia ini. Keturunan Abraham menjadi umat Allah.

Milik kepunyaan Abraham akan Promised Land tidak lengkap

Allah menjanjikan tanah Kanaan kepada Abraham, kepada Ishak, dan kemundian kepada anak Ishak, yakni Yakub. Dan meskipun Abraham, Ishak dan Yakub tinggal di Kanaan, mereka itu tidak sepenuhnya mewarisi tanah itu semasa hidup mereka. Meskipun mereka tinggal di tanah Kanaan, mereka hidup di sana sebagai pendatang, mereka tinggal di tenda-tenda (Keluaran 6:3-4).

Abraham, Ishak dan Yakub memahami bahwa mereka tidak akan menerima warisan mereka sepenuhnya semasa hidup mereka sebagai manusia.

Daripada hanya mengarahkan perhatian terhadap warisan Negeri yang bersifat lahiriah, Abraham, Ishak dan Yakub dengan sabar menantikan milik pusaka Negeri yang abadi! “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan dierimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu; sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Ibrani 11:8-10).

Israel mewarisi Promised Land pertama

Allah menggantikan nama Yakub menjadi Israel dan berkata bahwa keturunannya akan mewarisi Negeri yang dijanjikan itu (Kejadian 35:9-12). Yakub dan seluruh keluarganya akhirnya pindah ke Mesir pada masa kekeringan (Kejadian 46:2-4, 26-27). Dan dari  70 orang, keturunan Yakub berkembang menjadi suatu penduduk yang jumlahnya kira-kira 2 sampai 4 juta orang.

Akan tetapi pada masa pertumbuhan penduduk Israel itu pulalah bahwa seorang pemimpin baru berkuasa di  Mesir. Firaun yang baru ini melihat bangsa Israel terus berkembang dan semakin banyak dan menganggap itu sebagai ancaman bagi Mesir sehingga ia menjadikan umat Allah ini sebagai budak (ayat 8-14), yang sebenarnya merupakan bagian dari rencana Alllah (Kejadaian 46:2-4, 26-27). Akhirnya, setelah bertahun-tahun menjadi budak, Allah menggenapi janjiNya yang diadakanNya kepada Abraham.

Keturunan Yakub mewarisi Promised Land – negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunnya.

Kehilangan negeri, dan janji pemulihan

Akan tetapi mereka tidak memeliharanya. Setelah beratus-ratus tahun mereka terus berdosa dan memberontak terhadap Tuhan, Allah membiarkan umatNya dihalau kepembuangan dan kehilangan negerinya. Namun para nabi meramalkan suatu waktu yang akan datang ketika Mesias akan kembali. Kemudian, dengan keluaran yang bahkan jauh lebih besar, Dia akan membawa bangsa Israel kembali ke Negeri yang dijanjikan (Bacalah artikel kami yang berjudul “A Second Exodus?”)

Yesus Kristus akan kembali dan turun di Bukit Zaitun dan akan memerintah dari Yerusalem, dan kedamaian serta kesejahteraan yang akan menyertai warisan lahiriah dari Negeri yang dijanjikan itu akan lebih besar daripada negeri yang dijanjikan di zaman Israel dulu. (Tentang hal ini, bacalah juga artikel kami yang berjudul “1,000 Years—the Millennium.”)

Promised Land yang lain

Abraham, Ishak, Yakub dan bahkan Musa tidak mewarisi Promised Land yang pertama. Akan tetapi, mereka melihat kepada Promised Land yang lain – Kerajaan Allah.

“Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka” (Ibrani 11:13-16).

Kerajaan Allah adalah suatu “Negeri” rohani yang dijanjikan bagi mereka yang mengikuti Allah dan menuruti perintahNya. Negeri yang dijanjikan ini tidak hanya menawarkan suatu kehidupan yang baik; negeri ini juga menawarkan kehidupan yang kekal! Dan secara menakjubkan, kisah perjalanan dan keluaran bangsa Israel dari tanah Mesir dan perjalanannya menuju Negeri yang dijanjikan itu banyak mempunyai kesamaan dengan penebusan orang Kristen dari dosa dan perjalanannya menuju Negeri yang dijanjikan – Kerajaan Allah.

Bayangan yang akan datang

Alkitab mengajarkan bahwa perjalanan bangsa Israel ke Negeri yang dijanjikan merupakan suatu contoh bagi orang Kristen pada hari ini (Kejadian 15:13). Peristiwa dan kesukaran yang dialami bangsa Israel itu selama perjalanannya memiliki kesamaan dengan perjalanan hidup orang Kristen pada hari ini, yakni mereka yang berjuang untuk memasuki Kerajaan Allah:

1. Allah itu setia. Allah menjanjikan kepada Abraham bahwa apabila dia menuruti perintah-perintahNya, keturunannya akan mewarisi Negeri yang dijanjikan. Allah akan mengabulkan janji itu. Allah telah berjanji kepada kita akan hidup yang kekal di dalam KerajaanNya jika kita mematuhi Dia, dan Dia akan menggenapi janjiNya itu (1 Korintus 10:6; Matius 19:17).

2. Kita adalah budak dosa. Sama seperti bangsa Israel adalah budak di tanah Mesir, kita juga adalah budak terhadap dosa (Roma 6:6, 16-22). Mesir adalah gambaran dosa, dan Allah menyelamatkan kita dari dosa, sama seperti Dia menyelamatkan orang Israel dari tanah Mesir.

3. Setan mengejar dan ingin menghalangi kita untuk tidak mencapai Negeri yang dijanjikan. Firaun adalah lambang dari Setan yang menghalangi bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Sekarang Setan mencoba untuk menghalangi umat Allah untuk lepas dari kejahatan dunia sekarang dan untuk memasuki Kerajaan Allah. 

4. Hanya dengan pertolongan Allah kita dapat memasuki Negeri yang dijanjikan itu. Ketika bangsa Israel terjebak di Laut Merah, Allah menunjukkan keajaibanNya untuk menyelamatkan mereka dari tentara Firaun. Banyak rintangan rohani tidak mungkin dikalahkan secara manusia tanpa pertolongan ilahi.

5. Kita memerlukan kehadiran Allah di dalam kehidupan kita. Selama perjalanan bangsa Israel yang seluruhnya 40 tahun itu, Allah hadir dan terlihat melalui tiang api dan awan. Sekarang kehadiran Allah bagi umatNya ialah melalui Roh KudusNya yang diam di dalam mereka. 

6. Kita hidup di suatu padang gurun rohani. Bangsa Israel berjalan melalui padang gurun yang tidak bersahabat selama perjalanan mereka menuju Negeri yang dijanjikan itu. Kecurangan dan amoralitas yang terjadi di dunia sekarang ini adalah padang gurun rohani yang harus dihadapi dengan tabah oleh umat Allah selama perjalanan mereka menuju Kerajaan Allah.

7. Kita harus percaya kepada Allah sepenuhnya dengan iman. Meskipun semua perbuatan ajaib yang dibuat oleh Allah terhadap orang Israel, mereka secara terus menerus “berjalan dengan penglihatan,” dengan melihat masalah di depan mereka, dengan melupakan Allah yang telah melindungi mereka sejak mereka keluar dari tanah Mesir. Umat Allah sekarang hidup dalam iman, bukan dengan penglihatan. Sebab tanpa iman, kita tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Ibrani 3:8-19).

8. Kita semua akan diuji. Mengembara selama 40 tahun di padang gurun merupakan masa ujian dan penghakiman (Ulangan 8:1-2). Barangkali tragedi yang paling besar orang Israel ialah kegagalan generasi pertama mereka untuk memasuki Negeri yang dijanjikan. Mereka yang berumur 20 tahun ke atas kehilangan kesempatan untuk masuk ke Negeri yang dijanjikan itu karena hati mereka tidak benar tanpa RohNya (Bilangan 14:22-29); Ulangan 5:29). Sekarang Allah juga sedang menguji dan menghakimi mereka yang menuruti Dia. Apabila kita tekun dalam panggilan Tuhan, kita akan dikaruniaiNya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah (1 Petrus 4:17; 2 Petrus 1:10-11).  

Siapa umat Allah hari ini?

Sejumlah besar orang yang memasuki Promised Land yang pertama itu adalah keturunan lahiriah Abraham – keturunan Israel. Sebagai keturunan asli, mereka merupakan ahli waris dari janji Allah yang diberikan kepada Abraham. 

Mereka yang merespons panggilan Allah – entah mereka orang Israel atau tidak – menjadi umat Allah dan menjadi ahli waris terhadap janji yang diberikan kepada Abraham. Tetapi sekarang umat Allah tidak hanya kepada keturunan Abraham, tetapi diperuntukkan juga kepada mereka yang dipanggil Allah (Yohanes 6:44). Mereka yang merespons kepada panggilann itu – entah orang Israel atau tidak – menjadi umat Allah dari ahli waris rohani terhadap janji-janji yang diadakan terhadap Abraham (Galatia 3:28-29).

Dan itu termasuk janji terhadap Promised Land yang akan datang!

Suatu warisan yang lebih baik

Keturunan Israel dijanjikan keunggulan nasional dan berkat jasmani yang amat besar jika mereka menuruti dan mengikuti Allah sepenuhnya (Ulangan 28:1-14). Allah menjanjikan kepada mereka suatu kehidupan yang baik.

Akan tetapi mereka tidak pernah ditawarkan kehidupan yang kekal. Namun, Allah sedang menawarkan itu kepada umatNya pada zaman ini. Itulah sebabnya mengapa Promised Land yang akan datang jauh lebih baik.

Pada waktuNya, Allah akan menawarkan hidup yang kekal kepada setiap orang yang pernah hidup. Tetapi menurut rencanaNya, Allah telah memilih sejumlah kecil sekarang ini untuk menjadi contoh bagi orang-orang lainnya di dunia ini.

Pada masa itu Allah akan menggunakan pemimpin-pemimpin ini selama Millennium untuk menolong orang-orang lain untuk mendapat jalan masuk ke dalam “negeri” rohani yang kaya dengan susu dan madunya. Manfaat dari hidup menurut jalan Allah akan sangat berkuasa sehingga orang lain akan mencari Allah dan mereka akan diberkati juga (Zakharia 8:20-23).

Kisah peristiwa dari keluaran pertama bangsa Israel dan Promised Land menunjukkan bagaimana Allah menyelamatkan orang dari perbudakan fisik dan membawa mereka ke suatu negeri yang berlimpah susu dan madunya.

Dan Alkitab menjanjikan masih banyak lagi yang terdapat di masa depan pada janji-janji itu – bagaimana Allah akan menyelamatkan umat manusia dari perbudakan rohani dan membawa mereka ke dalam bukan saja kehidupan rohani yang melimpah, tetapi kehidupan yang kekal.

Itulah Promised Land [Negeri yang dijanjikan] yang sesungguhnya yang dicari oleh Abraham, Ishak dan Yakub. Dan itulah warisan yang harus kita cari. 

Pelajarilah lebih lanjut tentang Kerajaan Allah yang dijanjikan itu di dalam buklet kami yang berjudul The Mystery of the Kingdom.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry