Pengorbanan Yesus
Posted on March 24, 2020
oleh Jim Servidio
Paskah dan korban-korban lainnya memberi bayangan akan pengorbanan Yesus Kristus. Dia rela datang untuk mati demi dosa-dosa manusia. Tetapi mengapa Dia harus mati?
https://lifehopeandtruth.com/god/who-is-jesus/sacrifice-of-jesus/
Ketika Yohanes Pembaptis sedang membaptis di Sungai Jordan, dia melihat Yesus datang kepada dia dan berseru, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia!” (Yohanes 1:29).
Doktrin keimanan orang Kristen yang sangat mendasar ialah bahwa pengorbanan Yesus Kristus membayar penalti dosa umat manusia – bahwa tanpa perbuatan cinta kasih oleh Anak Allah ini, seluruh umat manusia tidak akan ada harapan hidup kekal setelah kematian.
Akan tetapi mengapa pengorbanan Yesus Kristus itu diperlukan?
Anak domba sebagai korban
Sebutan “Anak domba Allah” merefleksikan balik ke waktu ketika Israel dibebaskan dari perbudakan Mesir dulu di bawah pimpinan nabi Musa. Sebelum tulah yang ke-10 itu – yakni kematian seluruh anak sulung di Mesir – keluarga orang-orang Israel diperintahkan untuk menyembelih seekor anak domba dan menyapukan sedikit darah domba itu pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas tempat kediaman mereka. Domba yang disembelih itu disebut domba Paskah, dan perayaan seremoni ini dikenal sebagai Paskah.
Selama perayaan Paskah pertama di Mesir itu, Allah rela menerima darah domba Paskah itu, yakni yang tersapu di ambang pintu-pintu rumah kediaman orang Israel itu, sebagai pengganti darah setiap anak pertama mereka. Anak pertama orang Israel yang menolak darah anak domba itu tidak akan diselamatkan dari kematian. Dengan demikian, darah domba ini memungkinkan Israel untuk luput dari penalti yang menimpa seluruh tanah mesir (Keluaran 12:21-24).
Paskah harus menjadi satu perayaan tahunan di Israel agar mereka dapat mengingat bagaimana Allah melepaskan mereka dari kematian. Tentu saja, bahwa pengalaman orang Israel kuno ini akan menjadi satu pengharapan dan menjadi pelajaran rohani yang bahkan lebih penting bagi orang Kristen saat ini (1 Korintus 10:11). Yesus Kristus menjadi Domba Paskah bagi Jemaat Kristen. Rasul Paulus mengajarkan ini di 1 Korintus 5:7, “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.”
Yesus Kristus adalah korban penebus atau pendamai atas dosa-dosa kita (1 Yohanes 2:2). Tanpa pengorbanan Yesus Kristus, kita tidak akan pernah mendapat pengampunan dosa.
Akan tetapi mengapa seorang Manusia harus mengorbankan hidupNya agar kita diampuni? Untuk menemukan jawabannya kita harus kembali melihatnya di kitab Kejadian.
Dosa pertama
Kejadian 3 memberikan catatan tentang dosa pertama manusia, secara spesifik Adam dan Hawa memakan buah terlarang dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu. Padahal Allah telah memperingatkan mereka bahwa kematian akan menjadi konsekuensinya apabila mereka tidak mematuhinya (Kejadian 2:17).
Sesuatu yang sangat signifikan langsung terjadi begitu mereka tunduk pada tipuan halus ular itu, yakni Setan. Bukan saja mereka harus mati sebagai takdir mereka, tetapi juga mereka dihalau dari Taman Eden, dan malaikat Tuhan ditempatkan di jalan masuk taman itu supaya mereka jangan kembali (Kejadian 3:24). Dengan demikian akses jalan ke pohon kehidupan itu tertutup. Hubungan mereka dengan Allah terputus seketika itu. Dosa telah memasuki alam manusia dan telah membuat pemisahan mereka dengan Allah.
Dosa merupakan antitesis atau pertentangan terhadap karakter Allah yang sempurna dan benar. Itu menjijikkan bagi Dia, itu suatu noda yang menjijikkan bagi ciptaanNya yang indah yang telah Dia jadikan. Dosa merupakan penyebab kesakitan, penderitaan dan kejahatan di dunia ini. Seorang Allah yang mahabenar tidak dapat menerima itu atau hidup bersentuhan dengan dosa.
Pemisahan dari keberadaan Allah ini diperlihatkan jelas melalui seremoni ritual yang dilakukan oleh imam di dalam kemah pertemuan atau yang disebut tabernakel, yakni tempat utama orang Israel zaman dulu beribadat. Tidak ada seorangpun yang boleh masuk ke tempat kudus dimana Allah berada, yang dilambangkan oleh tempat yang paling kudus di dalam tabernakel itu, kecuali imam besar sekali setahun.
Allah menyingkapkan makna rohani ini bagi orang Kristen di Ibrani 9:8: “Dengan ini Roh Kudus menjelaskan bahwa selama Tabernakel bagian pertama [dulu] masih berdiri, jalan masuk ke ruang Mahakudus belum terbuka.” Jalan masuk dimana Allah berada belum terbuka sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa.
Bagaimana pemutusan antara Allah dan umat manusia ini dapat dipulihkan? Bagaimana kita manusia kembali mendapat hubungan dengan Allah yang kudus dan dapat datang langsung ke hadiratNya? Bagaimana kita bisa menjadi anak-anak rohani bagiNya dan kita memanggil Dia Bapa kita?
Allah tidak akan pernah tinggal dengan dosa yang tidak diampuni (Yesaya 59:2). Allah kita yang mahabenar dan adil sama sekali tidak bisa membiarkan dosa yang mematikan itu begitu saja; Dia harus menghapusnya dan menyucikan kita dari efek-efek jahat dosa itu sendiri. Inilah mengapa pengorbanan Yesus Kristus itu diperlukan – Dia membayar penaltinya bagi dosa-dosa kita dan sekaligus Dia menjadi Juruselamat kita.
Diperdamaikan dengan Allah
Kitab injil memuat informasi tentang bagaimana umat manusia dapat diampuni, sehingga kembali bergaul dengan Allah setiap harinya, dan menerima janji kehidupan kekal setelah kematian.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa salah satu fondasi pesan Kristen ialah rekonsiliasi atau pendamaian. Dia menyatakan ini di 2 Korintus 5:18-19, “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.”
Allah mengizinkan pemutusan hubungan itu untuk dipulihkan melalui pengorbanan Yesus Kristus. Hal itu dimungkinkan atas kemurahan dan kasih Allah semata bagi kita yang membuat Dia menawarkan AnakNya sendiri bagi umat manusia (Yohanes 3:16). Seluruh arah pemberitaan Kristus bagi Jemaat Kristen dan pelayanan adalah tentang rekonsiliasi ini. Tetapi bagaimana hal ini dapat dikerjakan dan mengapa Yesus harus mati dengan kematian yang begitu mengerikan?
Rencana penyelamatan umat manusia adalah wewenang Allah. Metode atau cara yang Dia pilih untuk penghapusan – pengampunan – dosa-dosa kita ialah bahwa seorang anggota dari keluarga Allah – yakni Firman yang menjadi daging itu (Yohanes 1:1-2, 14) – datang ke bumi ini sebagai Yesus Kristus dalam wujud manusia dan mati bagi dosa-dosa kita. Paulus menyatakan perbuatan cinta-kasih yang ajaib ini di Filipi 2:5-8:
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Kasih dan keadilan Allah
Melalui kematian Kristus, Allah menunjukkan betapa dalamnya kasihNya bagi kita dan bahwa dosa itu sangatlah mengerikan. Seandainya penanganan dosa manusia berlangsung dengan cara yang santai dan sederhana maka hal itu akan melahirkan sebuah pengampunan murahan dan akan memberi pesan kepada umat manusia bahwa pendurhakaan dan penolakan hukum-hukum Allah bukanlah sesuatu yang serius. Sebaliknya, dengan mengirimkan AnakNya untuk dianiaya, disiksa dan disalibkan, maka harga pengampunan dosa kita menjadi sangat mahal bagi Allah, yang ditunjukkanNya kepada kita bahwa dosa dan akibatnya merupakan masalah yang sangat serius.
Sebagaimana dinyatakan di Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes lebih jauh menuliskan di 1 Yohanes 4:9-10, “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya. “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”
Yesus Kristus semata-mata komit berkorban untuk menunjukkan kasihNya bagi kita. Sebagaimana Dia mengajarkannya pada malam Paskah yang Dia rayakan bersama murid-muridNya sebelum menyerahkan DiriNya sebagai domba Paskah yang sempurna – yakni korban sempurna terhadap dosa: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13). Yohanes juga menuliskan tentang pengorbanan Yesus Kristus di dalam 1 Yohanes 3:16, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita.”
Penderitaan Kristus juga merupakan pengingat bagi kita akan kesengsaraan hebat yang ditanggungnya sebagai akibat dosa-dosa kita. Allah kita yang mahabenar tidak akan pernah menyepelekan atau mengentengkan arti betapa jahatnya dosa itu.
Yang banyak dibahas di kitab Roma ialah bahwa Allah itu adil. Jika seandainya Allah hanya rela mengampuni sebagian orang dan tidak yang lain, maka Dia tidak adil. Dosa meminta penalti untuk dibayar. Allah dengan belas kasihNya merelakan pengorbanan Yesus untuk membayar penalti itu bagi kita, namun itu bukan berarti Dia langsung mengabaikan dosa kita begitu saja.
Bagian dari apa yang sebaiknya membuat kita sadar ialah bahwa Allah tidak menghapuskan dosa kita begitu saja; Seseorang telah membayar penalti mahal atas dosa dan pelanggaran kita. Allah tidak dapat mengabaikan dosa itu dan kemudian Dia dianggap adil. Mengapa? Karena Dia sendirilah yang menyerukan bahwa upah dosa adalah kematian (Roma 6:23). Dengan kata lain, jika tidak ada kematian, upah/penalti dosa belum terbayarkan.
Mengapa begitu penting bagi kita memahami keadilan Allah? Karena iman kita harus berdasarkan karakter Allah. Apabila Allah secara serampangan tanpa rencana dalam penyelamatanNya, tidak akan mungkin bagi kita untuk beriman kepada Dia. Kita tidak akan pernah tahu kapan Dia akan menuntut keadilan dan kapan Dia mengabaikan ketidakbenaran. Kita sangat bersyukur bahwa karakter Allah benar dan adil.
Telah ditetapkan di dalam rencana Allah
Rincian peristiwa pengorbanan Kristus telah dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama. Yesaya 52:14 menyingkapkan, “Seperti banyak orang akan tertegun melihat Dia begitu buruk rupaNya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.”
Yesus dicambuk dan dipukuli sebelum Dia disalibkan. Yesaya menubuatkan bahwa wajahNya hampir tidak dapat dikenali lagi dan bahwa penyiksaan itu adalah salah satu yang paling kejam yang pernah terjadi.
Bab berikutnya menunjukkan bahwa Anak Allah ditindas dan disiksa karena pelanggaran dan dosa-dosa kita dan bahwa Dia mencurahkan darahNya sebagai suatu pengorbanan yang sesungguhnya bagi hidup kita – yakni mendamaikan kita kepada Allah Bapa dengan menyerahkan hidupNya bagi dosa-dosa kita. Dan ini semua terjadi sesuai dengan kehendak Allah dan rencana penyelamatannya untuk memungkinkan umat manusia diampuni dan pada akhirnya menerima hidup yang kekal (Yesaya 53:4-5, 10).
Jesus begitu rela untuk menyerahkan DiriNya sepenuhnya saat Dia terpaku di kayu salib, bahwa Dia menolak untuk minum anggur asam untuk mengurangi rasa sakit dari penyaliban itu (Matius 27:34). Dalam kasihNya kepada kita, Dia menyerahkan seluruh hidupNya semata-mata untuk pengampunan dosa-dosa kita. Dia rela menderita dan mati bagi kita supaya tidak ada lagi kompromi dengan kekejaman dosa. Dengan demikian Allah Bapa mengiyakan pengorbanan besar dan mulia yang dikerjakan AnakNya yang tunggal dan yang tidak pernah berdosa itu.
Allah sekarang akan membolehkan kita datang ke hadiratNya jika kita mengakui dan menerima apa yang diperbuat oleh AnakNya bagi kita. Jika kita mengakui dosa-dosa kita (1 Yohanes 1:9), sungguh-sungguh bertobat (Kisah Para Rasul 26:20), dan bersedia serta rela mengampuni orang lain (Matius 6:14), maka Allah berjanji bahwa Dia akan mengampuni kita dan memberikan karunia Roh Kudus melalui baptisan dan penumpangan tangan. Jika kita menunjukkan sikap ini dan melakukannya, maka Dia akan memilih untuk tidak mengingat dosa-dosa kita lagi (Ibrani 8:12).
Pengampunan dosa ini tidak dianugerahkan karena perbuatan baik yang kita kerjakan. Allah mengaruniakannya melalui iman dan oleh rahmat dan kemurahanNya. Paulus menyatakan ini di Roma 3:24 bahwa kita “dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” oleh kasih karunia Allah.
Bagaimana dengan anda? Apakah anda sudah didamaikan kepada Sang Pencipta anda? Apakah anda sekarang ini sedang memikirkan pertobatan dan baptisan? Pastikan anda membaca banyak artikel kami di situs ini yang berhubungan dengan perubahan hidup dan berita injil Kerajaan Allah. Kemudian ambil langkah dan tindakan apa yang anda pelajari dari Alkitab. Apresiasi terhadap pengorbanan Yesus Kristus menuntut keseriusan!
This article was translated from http://lifehopeandtruth.com