Pentingnya Hikmat dan Bagaimana Menjadi Lebih Bijak

oleh André van Belkum

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Alkitab menyajikan ratusan ayat-ayat tentang hikmat. Demi keberhasilan dan kebahagiaan – sekarang dan selamanya – kita harus menggali hikmat.

 

 

 

 

 

 

 

Alkitab menekankan bahwa salah satu kualitas terbaik yang kita dapat miliki adalah hikmat. Kitab Amsal dan Pengkhotbah berisi penuh dengan nasihat tanpa batas waktu [abadi], terutama tentang pentingnya hikmat: “Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian” (Amsal 4:7).

Raja Salomo, dengan segala harta dan kekayaannya yang melimpah, memahami nilai hikmat: “Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya” (Amsal 8:11). Dia juga menegaskan, “Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas!” (Amsal 16:16). Tetapi sulit bagi kita untuk meyakinkan masyarakat kita yang menganut jalan-jalan materialistis agar mereka sebaiknya percaya kepada Raja Salomo!

Karena hikmat menolong kita untuk memahami perbedaan antara apa yang benar dan salah di mata Elohim, mendapatkan dan melatih hikmat akan memimpin kita kepada kebahagiaan dan kehidupan dengan umur panjang (Amsal 3:13-16). Itu merupakan kualitas kerohanian yang sangat penting yang dikehendaki Elohim di dalam diri kita.

Pengetahuan saja tidak cukup

Penulis buku Haddon W. Robinson dalam kata pengantarnya kepada buku Peribahasa Robert L. Alden’s: A commentary on an Ancient Book of Timeless Advice menyatakan: “Laki-laki dan perempuan yang dididik untuk mencari nafkah sering tidak tahu apa-apa tentang menangani kehidupannya sendiri. Alumni dari perguruan tinggi ternama telah menguasai informasi tentang seluk-beluk kehidupan tetapi tidak mampu memahami secara mendalam ketika hal itu menyangkut kehidupan yang sukses dengan keluarga dan sahabat. Mari kita hadapi masalah ini. Pengetahuan saja tidak cukup untuk memahami masalah-masalah kehidupan. Kita memerlukan hikmat, yakni kemampuan untuk menangani kehidupan dengan kecakapan” (hal. 7).

Perhatikan juga kata-kata bijak ini:

  • “Hikmat tidak pernah datang kepada mereka yang merasa bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi untuk dipelajari” (Charles de Lint).  
  • “Kerugian menjadi bijak ialah bahwa anda menyadari betapa bodohnya anda selama ini” (Evan Esar).
  • “Filsafat orang tidak diekspresikan dalam kata-kata; tetapi itu diekspresikan di dalam pilihan yang kita buat … dan pilihan-pilihan yang kita buat itu akhirnnya menjadi tanggung jawab kita” (Eleanor Roosevelt).

Hikmat menolong kita membuat pilihan yang bijak (Amsal 4:11-12). Hasil guna yang sehat dan manjur dari pilihan dan keputusan sangat ditentukan oleh hikmat.

Apa itu hikmat

Secara singkat, hikmat memiliki tiga komponen – pengetahuan, pengertian dan penerapan.

1.  Mencari dan memperoleh pengetahuan yang alkitabiah. Amsal 1:7 berkata, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan,” sementara Mazmur 111:10 menyuarakan bahwa “permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik.” Takut yang dimaksud di sini ialah hormat sejati kepada Elohim dan itu merupakan elemen hikmat yang sangat vital.

2.  Memperoleh pengertian yang berdasar pada pengetahuan Alkitab sebanyak-banyaknya. Kita harus mengakui kelemahan dan kesalahan kita dengan menerima koreksi melalui Firman Elohim. Dan hanya melalui belajar ayat Suci Alkitab kita dapat memperoleh pemahaman dan hikmat yang lebih baik (2 Timotius 3:15-17).

3.  Menerapkan pemahaman itu di dalam kehidupan kita sehari-hari: Berusaha sepenuh hati untuk melakukan apa yang berkenan kepada Elohim melalui pikiran dan perbuatan kita. Sebagaimana kita berusaha untuk menyenangkan hati Elohim, harus ada ketulusan hati untuk berpaling kepada teguran hikmat. Jika kita merespons positif terhadap koreksi dan teguran, maka janji ini akan menjadi upahnya: “Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu” (Amsal 1:23).

Ayat-ayat yang menjelaskan hikmat

Ayat-ayat bacaan ini menggambarkan pentingnya hikmat:

  • Pengkhotbah 7:12: “Karena perlindungan hikmat adalah seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya.”
  • Pengkhotbah 7:19: “Hikmat memperkuat orang bijak, melebihi sepuluh penguasa yang ada di dalam kota.”
  • Pengkhotbah 9:18: “Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.”
  • Pengkhotbah 8:1: “Hikmat manusia menjadikan wajahnya bercahaya dan berubahlah kekerasan wajahnya.”
  • Amsal 3:13, 17-18: “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat. … Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.”
  • Amsal 4:7: “Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kau peroleh perolehlah pengertian.”

Sebaliknya, Yesaya bernubuat terhadap pemimpin-pemimpin yang tidak bijak sepanjang zaman. Bagaimana mereka digambarkan? Yesaya 30:1 berkata bahwa mereka “anak-anak pemberontak … yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari padaKu, [dan] yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan RohKu.”

Akibat dari pemberontakan mereka akan mendatangkan konsekuensi yang serius terhadap orang-orang yang mereka pimpin: “Maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi” (Yesaya 29:14).

Perkataan hikmat dan peringatan

Seorang penulis buku yang bernama David Kupelian berkata dalam bukunya yang berjudul The Marketing of Evil: “Sejak tahun 1960an, Amerika – dari pemerintahannya hingga ke bidang pendidikan/sekolahnya bahkan hingga bidang keagamaan/gereja-gerejanya – telah terus merosot dalam nilai-nilai Judeo-Christian [Kristen dari agama Yahudi] yang sebelumnya menerangi dan memberi kehidupan dan kekuatan kepada institusi-institusi bangsa itu. Hal ini berarti dengan mematikan lampu-lampu negara. Dan apabila anda mematikan lampu negara itu, segala sesuatu terlihat sama dalam kegelapan – multikulturalisme.

“Lagipula, tidak lagi berpegang pada standar universal tentang apa yang benar dan apa yang salah, orang Amerika tidak mempunyai apa-apa lagi yang lebih bisa diandalkan daripada perasaannya sendiri untuk menuntun mereka dalam dunia moral. Dan sebagaimana modern marketing [pemasaran modern] memberi pemahaman yang jelas, bahwa ketika orang sedang beroperasi pada dasar perasaan dan emosi, mereka terbuka lebar untuk setiap manipulasi” (hal. 99).

“Semakin jauh kita menyimpang dari batu prinsip rohani yang teguh, maka semakin mudah kita terbawa arus oleh tipu daya tarik perasaan kita – termasuk dalam keseharian terlihat kepada orang lain bahwa kita toleran. Dan toleransi yang dimaksud di sini ialah toleransi terhadap korupsi atau, dalam banyak hal, pada saat yang bersamaan terjadi bermacam kejahatan” (hal. 102).

Apakah the United States dan masyarakat Barat lainnya telah menggantikan hukum-hukum Elohim – hikmatNya – dengan ide-ide dan paham-paham buatan kita sendiri?

Yesaya memperingatkan: “Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Elohim Israel, dan berpaling membelakangi Dia” (Yesaya 1:4).

Ayat ini menggemakan ajaran Raja Salomo: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri; Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan” (Amsal 3:5-7).

Kita tidak dapat lepas dari konsekuensi tindakan kita, dan jika kita tidak berubah dalam hati dan pikiran, kita akan menempatkan diri kita bertolak belakang dengan belas kasih dan kasih sayang Elohim.

Bertumbuh dalam hikmat

Kebanyakan kita merasa kurang dalam hikmat. Kita ingin lebih bertumbuh di dalam pengertian yang alkitabiah dan menolong kita untuk terhindar dari jalan kejahatan sehingga akan mendorong kita hidup dalam kehidupan kebenaran dan kejujuran.

Bagaimana kita dapat bertumbuh dalam hikmat? Alkitab memberikan pedoman yang logis dan sehat:

  • Rasul Yakobus memberikan nasihat ini: “Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, biarlah ia memintanya dari Elohim – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tanpa mencelanya – maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5). Perkataan memintanya [ask] berasal dari bahasa Yunani aiteo yang artinya berbicara dengan hasrat atau keinginan batin, sungguh-sungguh mendambakannya. Bapa sorgawi kita sangat murah hati memberikannya – dan hikmat adalah salah satu karakteristik yang terpenting yang Dia berikan. 
  • Tetapi kita juga harus melakukan peran kita. Sebagaimana kita terus belajar ayat-ayat Suci Alkitab, kita perlu memeriksa bagian-bagian dalam hidup kita dimana kita gagal dalam mematuhi perintah Elohim sesuai standarNya.
  • Silakan anda baca kitab Amsal, terutama bab 1-4 Robert L. Alden di dalam komentarnya pada kitab Amsal ini mengatakan: “Kita barangkali berkata bahwa Kitab Amsal ini diperuntukkan untuk orang-orang yang bijak untuk mendengarkan. Sungguh jelas bahwa orang bijak akan mendengar dan memperhatikan instruksi sementara orang-orang bodoh tidak” (hal. 11). Dia menambahkan: “Sebagian besar amsal itu bersifat domestik, yang membicarakan tentang pilihan-pilihan atau keputusan yang harus kita ambil setiap hari … semua berbicara tentang hubungan keluarga, etika bisnis, pilihan moral, dan motivasi batin” (hal. 15).
  • Sementara kita menyadari kekurangan kita, kita harus mengikuti teladan Raja Daud di kitab Mazmur 51. Daud tidak membenarkan dirinya, tetapi mengakui dirinya sebagai orang bersalah dan berdosa (ayat 4). Dia memahami prinsip yang disebut di ayat 8 itu: “Lihatlah, Engkau menyukai kebenaran di dalam batin; dan di dalam bagian yang tersembunyi Engkau menyatakan hikmat kepadaku.” Tulus, kebenaran di dalam hati merupakan tanda hikmat!

Upah kekal dari hikmat

Dalam kitab Daniel bab 12, kita menerawang sekilas ke masa depan tentang mereka yang akan terdapat “namanya tertulis dalam kitab itu” ketika “banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal.” Hal ini merujuk kepada kebangkitan orang-orang kudus.

Perhatikan bahwa “orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan … seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya” (Daniel 12:1-3).

Ini menggambarkan suatu saat di masa datang ketika orang-orang kudus yang telah berbuat dengan bijak di dalam kehidupan mereka akan tampil di hadapan Yesus Kristus saat Dia kembali. Semoga kita berjuang setiap hari untuk mengembangkan hikmat Tuhan, agar kita bercahaya sebagaimana yang dikehendaki Elohim bagi kita – selama-lamanya.

“Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan” (Amsal 1:5).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry