Peran Perempuan

oleh Tom Clark dan Mary Clark

http://lifehopeandtruth.com/relationships/family/role-of-women/

Apa yang membuat seorang istri dan ibu berhasil? Di mana anda bisa temukan deskripsi tugas pekerjaan dan prinsip praktis untuk membangun peran perempuan yang penuh tantangan ini? 

Sejarah manusia memberikan suatu gambaran yang sangat membingungkan akan pemahaman peran yang benar yang dimiliki oleh perempuan di dalam keluarga dan di kalangan masyarakat. Dalam beberapa kasus wanita adalah figur yang dominan, sementara di lain kultur dan di sepanjang sejarah, wanita telah dipandang sebagai manusia kelas dua terbaik, dan sedikit lebih rendah daripada harta atau ekstrim sebaliknya sebagai budak.

Apa yang sebenarnya diinginkan Allah ketika Dia menciptakan Hawa?

Pada mulanya …

Alkitab memberikan banyak kisah teladan perempuan, termasuk perempuan saleh dan perempuan jahat, perempuan kuat dan perempuan lemah. Melalui kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran tentang peran perempuan yang dikehendaki Allah, yakni perempuan yang Ia ciptakan dengan penuh kasih.     

Jika kita kembali melihat apa yang terjadi pada mulanya, di dalam kitab Kejadian 2:18, kita membaca bahwa Hawa diciptakan setelah Adam, sebagai seorang “penolong baginya” atau “yang sepadan dengan” Adam. Apa artinya ini? Apakah Hawa diciptakan hanya atas pikiran susulan yang tidak direncanakan terlebih dahulu?

Setelah Allah selesai menciptakan Adam, Dia menugaskannya untuk menamai segala hewan. Pemahaman kita pada ayat 20 nampaknya jelas bahwa penugasan itu bertujuan untuk menunjukkan Adam bahwa tidak satupun di antara hewan-hewan itu yang “sepadan” dengan dia atau yang pantas untuk dia. Untuk menunjukkan kepada dia betapa istimewanya perempuan itu, Allah menciptakan dia dari bagian tubuh Adam – tulang rusuknya, dengan demikian hal itu mengindikasikan bahwa suami dan istri sungguh-sungguh satu daging di mata Allah.

Kemudian kita membaca, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kejadian 2:24). Kebersamaan hidup mereka menjadi satu dan sempurna.

Seorang “penolong”

Ucapan “sebagai penolong” kadang-kadang diartikan dalam arti negatif. Akan tetapi Allah tidak menghendaki perempuan itu menjadi seorang yang lemah atau orang rendahan. Perkataan “penolong” yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani digunakan 21 kali di dalam Perjanjian Lama, dan sebagiannya dipakai dalam konteks yang diucapkan Allah sendiri. Pertolongan Allah tidak mungkin lemah atau rendahan!

Peran perempuan yang dirancang Allah untuk Hawa ialah untuk menguatkan keluarga. Adam tidak lengkap hanya dengan dirinya sendiri, dan Hawa diberikan kemampuan untuk menolong dia membangun kelengkapan dan kesempurnaan itu. Peran perempuan bukanlah hal sepele dan rendahan, tetapi berbeda dari peran laki-laki. Dan Allah tidak membiarkan dia tanpa pengajaran lebih lanjut di dalam Alkitab tentang peran yang sesungguhnya.

Memahami perkataan “tunduk”

Bagi banyak orang sekarang ini, perkataan submit [tunduk] merupakan suatu istilah yang sangat menghina. Beberapa orang memahaminya begitu jauh menyimpang seakan ingin menghilangkannya dari janji pernikahan, meskipun itu ajaran Allah. Melalui rasul Paulus, Allah menasihatkan istri-istri untuk “tunduk kepada suami, seperti kepada Tuhan” (Efesus 5:22). Apa artinya itu?

Kamus Merriam-Webster’s Collegiate mendefinisikan submit sebagai “to yield [tunduk] kepada kewibawaan atau kewenangan … mengalahkan diri terhadap kewenangan atau kehendak orang lain … tunduk kepada atau setuju untuk menuruti pendapat atau kewenangan orang lain.” Kepatuhan adalah pengabdian, setuju mengabdi kepada kewenangan orang lain, dalam hal ini ialah suaminya. Kepatuhan sebagaimana Allah kehendaki ialah sesuatu yang harus diberikan, bukan sesuatu yang sebaiknya dituntut atau dipaksakan. Di dalam pernikahan, itu adalah perbuatan kasih dan rasa hormat!

Allah secara jelas memberi laki-laki peran pemimpin di dalam keluarga (Efesus 5:23; 1 Korintus 11:3). Penting bagi kita untuk mencatat bahwa suami-suami diperintahkan untuk tunduk kepada perintah Kristus. (Allah memberikan instruksi kepada suami untuk memainkan perannya di dalam keluarga, yang akan kita diskusikan berikutnya di dalam artikel tentang peran laki-laki.)

Seorang istri tidak dikehendaki untuk tunduk kepada suami yang memiliki perilaku kasar atau  tidak sopan, dan seorang suami tidak boleh menuntut istri untuk tunduk menuruti keserakahannya yang memperlakukannya dengan kasar dan yang tidak berdasarkan kasih. Tetapi apabila peran kepatuhan itu dijalankan dengan benar, maka damai dan keserasian akan ada di dalam pernikahan.

Mengikuti teladan

Di dalam Amsal 31 peran perempuan diangkat sebagai teladan utama bagi kaum perempuan, istri dan ibu. Apa yang dapat kita pelajari dari bagian ayat Kitab Suci ini tentang peran perempuan? 

Di dalam ayat 11 dan 12 kita membaca bahwa dia mendapat kepercayaan penuh dari suaminya, karena dia mengetahui bahwa istrinya tidak akan melakukan apapun yang dapat menghancurkan keluarga mereka. Kepercayaan dan pengertian semacam ini tidak akan terjadi tanpa garis komunikasi yang terbuka di antara mereka. Di dalam ketundukannya kepada suami, dia sebagai istri bekerja sama dengan suaminya untuk memenuhi kebutuhan demi mencapai tujuan keluarga.

Jadi kita melihat bahwa dia sepenuhnya dapat dipercaya.

Ucapan “suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama para tua-tua negeri” di ayat 23 mengartikan bahwa suaminya adalah seorang anggota yang dihormati di kalangan masyarakat. Hal ini berisi pengajaran karena dia tidak mengerjakan hal-hal yang dapat mendatangkan kehinaan terhadap suaminya melalui perkataan atau perbuatan.  

Dia patut dihormati.

Pujian dari suaminya (ayat 28) menyingkapkan arti keakraban hubungan mereka dan apresiasi suaminya atas pekerjaannya. Dia tulus dan memiliki hati untuk melayani. Dia adalah seorang penjaga dan penyelamat rumah tangganya – keluarga mereka (27).

Kasihnya dan kepeduliannya terhadap anak-anaknya juga nyata. Dia memperhatikan  kebutuhan-kebutuhan mereka (ayat 15 dan 21) dan memastikan anak-anaknya makan makanan yang baik dan berpakaian yang pantas. Faktanya bahwa anak-anaknya memuji dia (ayat 28) memperlihatkan bahwa mereka telah diajarkan untuk menghormati dan mengapresiasi usaha orang lain.

Dia adalah ibu yang penuh kasih.

Perempuan kuat dalam teladan ini akan memberi dampak yang baik jauh di luar keluarganya sendiri. Dia bersifat adil kepada mereka yang bekerja untuk dia (ayat 15), menolong mereka yang kurang beruntung (ayat 20) dan selalu bijak dalam tutur bahasanya, tidak pernah terjebak ke dalam gosip atau percakapan bodoh (ayat 26).  

Dia perempuan saleh

Perempuan dalam contoh ini juga memiliki suatu pemikiran cerdas untuk menjalankan usaha. Kita membaca bahwa dia membeli sebuah ladang, memperoleh hasil dari situ dan kemudian menginvestasikannya dengan kebun anggur (ayat 16). Dia bahkan memiliki usaha sendiri (ayat 24) dan dia seorang yang kompeten dalam berbagai aspek industri dan pemasaran. Dia seorang yang sibuk dan rajin, dan kita dapat melihat mengapa suaminya mempercayai dia begitu rupa!

Dia seorang yang bijak dan memiliki daya pikir yang hebat.

Apa yang kita temui di sini ialah sebuah potret perempuan yang kuat, percaya diri dan saleh. Dia mengenali talentanya dan menggunakannya dengan baik. Sementara dia sibuk di berbagai kegiatan di luar dan di dalam rumah, yang merupakan pusat dari semua itu – yakni keluarganya yang merupakan sentral di mana segala sesuatunya berpusar.

Penerapannya di dalam Perjanjian Baru

Kita melihat beberapa hal dari karakteristik yang sama di dalam instruksi Paulus kepada perempuan di Titus 2. Dia menyemangati perempuan-perempuan yang lebih tua untuk “mendidik perempuan-perempuan muda untuk mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya” (ayat 4-5).

Bagaimana tentang konsep sebagai seorang “ibu rumah tangga”? Apakah pengajaran Paulus untuk seorang perempuan menjadi seorang “ibu rumah tangga” berarti dia tidak pernah bekerja di luar rumah atau berpartisipasi di kegiatan lain di luar rumah? Apakah ayat-ayat di kitab Amsal 31 bertentangan dengan pengajaran Paulus di suratnya kepada Titus?

Jamieson-Fausset-Brown Commentary mengatakan bahwa perkataan Yunani di kitab Titus itu lebih jelas dimengerti sebagai “penanggung jawab rumah.” Menjadi penanggung jawab merupakan pekerjaan penting. Artinya menjadi penanggung jawab ialah seorang yang dipercayai untuk melindungi dan menyelamatkan sesuatu atau seseorang.

“Sesuatu” itu ialah keluarganya! Partisipasi dalam kegiatan apapun yang diikuti seorang perempuan – misalnya bekerja di luar rumah atau melakukan kegiatan sukarela atau membina hobi – fokus utamanya ialah untuk melindungi, memperkuat dan membangun keluarganya.

Apakah dia memiliki batasan-batasan?

Adakah hal-hal yang tidak boleh dilakukan perempuan karena alasan gender [perbedaan jenis kelamin]? Allah memberikan beberapa instruksi.

Di dalam 1 Korintus 14:34 perempuan diinstruksikan untuk “berdiam diri” pada saat layanan kebaktian. Apa yang dimaksudkan Paulus di sini? Apakah seorang perempuan harus menutup mulut dari saat melangkah memasuki pintu gereja dan tidak berkata apapun hingga selesai kebaktian dan keluar dari gereja? Atau apakah ini, sebagaimana banyak orang katakan, hanya suatu instruksi untuk memuaskan norma-norma kultur pada waktu itu?

Expositor’s Bible Commentary menyatakan, “Sekarang Paulus menjelaskan peran perempuan pada saat kebaktian publik, implikasiya ialah bahwa laki-lakilah yang harus memimpin kebaktian.” – yakni khotbah formal yang disampaikan pada saat  kebaktian.

Expositor’s Bible Commentary menambahkan, “Perintah itu nampaknya bersifat mutlak: Perempuan-perempuan tidak boleh menyampaikan pembicaraan formal di depan umum di kalangan jemaat, misalnya berkhotbah. Larangan ini tidak bisa ditafsirkan sebagai suatu yang menurunkan harkat perempuan.” Di manapun di dalam Perjanjian Baru yang menjelaskan tentang penyampaian firman Tuhan, itu dilakukan oleh seorang pelayan jemaat yang ditahbiskan – dan itu selalu laki-laki (1 Timotius 3:1). Itu bukanlah peran yang diberikan Allah kepada perempuan.  

Perhatikan juga 1 Timotius 2:11-12. Paulus tidak melarang perempuan untuk mengajar, sebab ada banyak contoh ayat Alkitab di mana perempuan mengajar, antara lain kita baca di 2 Timotius 1:5; Titus 2:3-4. Jadi di sini pasti berbicara atau mengajar pada situasi-situasi tertentu.

Perkataan “authority” [kekuasaan] di dalam bahasa Yunani ialah authento, yang artinya mendominir atau menguasai. Paulus bicara bahwa dia tidak menempatkan perempuan-perempuan untuk memainkan peran yang sebaiknya dilalukan oleh laki-laki. Satu dari peran tersebut yang didefinisikan di dalam Alkitab ialah tugas yang diemban oleh pastor/pendeta, pelayan jemaat atau  pengajar Firman Allah di masyarakat. Peran ini ialah peran yang diperuntukkan Allah kepada laki-laki.

Akan tetapi, hal ini tidak menghalangi perempuan untuk melakukan banyak peran lainnya. 

  • Miryam (saudara kandung Musa) mengarang nyanyian dan menyanyikan pujian (Keluaran 15:20-21) dan dia mendapat sebutan nabiah.
  • Debora melayani sebagai seorang hakim atas orang Israel (Hakim-hakim 4 dan 5). Kita membaca di kitab Hakim-hakim 4:4-5 bahwa orang-orang keturunan Israel (bukan hanya perempuan) datang menghadap dia untuk berhakim kepadanya.
  • Priskila bekerja sama dengan suaminya, Akwila, dalam beberapa konteks, termasuk mengajar ayat-ayat Suci kepada orang per orang (Kisah Para Rasul 18:26).
  • Pada hari Pentakosta, Petrus mengutip ayat Alkitab dari Yoel 2:28 untuk menunjukkan kehendak Allah bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama-sama menerima karunia Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:17-18). Galatia 3:28 juga menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak menjadi masalah untuk menjadi anak-anak Allah. 

Penjelasan ini, dan banyak contoh ayat Alkitab lainnya, menunjukkan bahwa perempuan saleh yang kuat dan kompeten juga memainkan berbagai peran penting.

Penerapannya bagi perempuan yang belum bersuami dan janda

Tetapi bagaimana dengan seorang perempuan yang belum bersuami dan janda? Bagaimana prinsip-prinsip ini diterapkan bagi wanita yang tidak bersuami?

Mari kita lihat kembali Efesus 5:22, di mana kita diberitahukan bahwa seorang perempuan harus tunduk kepada suaminya “sendiri.” Paulus tidak berkata bahwa seorang perempuan harus tunduk kepada setiap laki-laki. Jika seorang perempuan tidak memiliki suami, dia dengan sendirinya menjadi kepala rumah tangganya. (Terkecuali jika dia masih tinggal bersama keluarga ayah ibunya. Dalam hal ini dia harus tunduk kepada kedua orang tuanya sebagai kepala di rumah – begitu juga seorang anak muda  jika ia masih tinggal bersama orangtuanya di rumah.) Namun dia [perempuan] harus selalu tunduk kepada perintah Kristus sebagai kepala dari tiap-tiap unit keluarga.  

Pada kenyataannya ialah bahwa seorang perempuan yang tidak memiliki suami tidak mengubah instruksi yang diberikan kepada dia tentang perannya di dalam kebaktian gereja. Struktur “rumah tangga rohani” jemaat tidak berubah karena perempuan yang belum bersuami. Apabila dia mempunyai pertanyaan yang dia tidak temukan jawabannya, dia hendaknya menemui salah satu dari mereka yang ditetapkan sebagai pemimpin di dalam jemaat. Hal ini akan mengikuti prinsip seorang perempuan nikah yang bertanya kepada suaminya sebagai pemimpin di dalam keluarganya.

Perempuan saleh

Sejarah menunjukkan bahwa peran perempuan yang benar telah disalah artikan secara luas. Namun maksud Allah jelas dari mulanya, pada saat penciptaan Hawa. Allah merancang dia untuk memiliki suatu peran yang sangat penting di dalam keluarganya sendiri dan di dalam keluarga rohani Allah, sekarang dan selamanya.

Penciptaannya, seperti penciptaan Adam, adalah unik. Dia dibawa kepada suaminya sebagai seorang untuk melengkapi dia. Harkatnya tidak lebih rendah dari Adam, tetapi memiliki suatu peran khusus untuk melakukan tugas-tugas yang melindungi keluarga. Kuat, memiliki banyak bakat, ulet, bijaksana, penuh kasih, lemah lembut dan memelihara rumah tangga adalah perkataan yang cocok untuk mendeskripsikan perempuan, yang Allah rancang untuk pendamping sempurna bagi laki-laki. Dan potensi rohaninya, sama seperti yang dimiliki laki-laki, ialah untuk menjadi anak Allah (Galatia 3:28) di dalam KerajaanNya selama-lamanya!

Bacalah lebih lanjut tentang artikel ini yang berjudul “Children of God.”

Apakah anda mempunyai pertanyaan?

Ajukanlah kepada kami.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry