Perintah Kesepuluh: Jangan Mengingini
Posted on June 20, 2021
oleh Mike Bennett
https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/covet-10th-commandment/
Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.
“Jangan mengingini rumah sesamamu … istri sesamamu … ataupun segala sesuatu yang menjadi milik sesamamu” (Keluaran 20:17). Perintah Kesepuluh ini melihat motivasi kita.
Perintah Kesepuluh ini merupakan perintah pertama yang secara eksplisit berfokus pada apa yang terjadi di dalam hati kita. Itu juga mengarahkan perhatian kita untuk meninjau kembali betapa pentingnya perintah pertama itu.
Apa yang dimaksud dengan mengingini?
Keserakahan ialah hasrat atau keinginan yang berlebihan terhadap sesuatu yang bukan milik kita.
Perintah Kesepuluh
Elohim mencatat Perintah Kesepuluh itu bagi kita di kitab Keluaran 20:17:
“Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."
Ketika 10 Perintah itu di catat lagi di kitab Ulangan 5, urutan perintah tentang apa yang tidak boleh kita ingini sedikit berbeda (istri ditulis sebelum rumah), dengan urutan perintah yang dipercayai oleh Katolik; mereka membaginya menjadi dua urutan perintah.
Ulangan 5:21 berkata: “Jangan mengingini istri sesamamu; jangan menginginkan rumah sesamamu, atau ladangnya, atau budaknya, atau hambanya wanita, lembunya, atau keledai jantannya, ataupun segala sesuatu yang menjadi milik sesamamu."
Dalam istilah modern, mengingini sering menyangkut hal seperti mengingini mobil tetangga kita, alat-alat elektronik, uang, prestise, dll.
Apa arti mengingini?
Mengingini artinya “merasakan hasrat atau keinginan [yang berlebihan] untuk memiliki apa yang dipunyai/dimiliki orang lain” (Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary).
Itu adalah perasaan “saya harus memilikinya!” ketika kita tidak punya hak untuk memilikinya.
Inti masalah dan rohnya hukum
Yesus Kristus mengajarkan itu dengan jelas pada KhotbahNya di Bukit Zaitun dan juga di seluruh ajaranNya bahwa hukum Elohim menyangkut hal yang lebih dalam daripada sekedar perbuatan kita. Ini berarti bahwa dengan sungguh-sungguh mematuhi 10 PerintahNya, itu menyangkut pikiran, sikap dan cara pendekatan kita.
Bahkan sebelum Kristus menjelaskan hukum-hukum itu secara detil, Perintah Kesepuluh ini menambah ketajaman/kedalaman makna dari semua perintah-perintah itu dengan melibatkan perhatian kepada hati dan motif kita. Dosa mengingini, dan semua dosa lainnya, bermula dari hati kita.
“Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang" (Matius 15:18-20).
Mengapa Elohim peduli dengan mengingini?
Keinginan yang berlebihan sesungguhnya mendatangkan duka. Bermula dari hati dan merambat ke mana-mana, ketamakan merupakan tempat dimana dosa sering berawal.
“Ketamakan/keserakahan adalah berhala”
Elohim bahkan menghubungkan Perintah Kesepuluh ini, yakni tentang mengingini, dengan Perintah Kedua terhadap berhala. Ketika kita menempatkan ketamakan dan pementingan diri sendiri di atas kepentingan Elohim, itu bisa menjadi penyembahan berhala.
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose: “Matikanlah dalam dirimu keinginan duniawi, yaitu: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, keinginan jahat, dan keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Hal-hal ini mendatangkan murka Elohim kepada mereka yang tidak percaya” (Kolose 3:5-6).
Paulus juga membuat kesamaan ini dalam suratnya kepada jemaat di Efesus: “Sebab, kamu tahu bahwa setiap orang cabul atau yang cemar atau orang serakah, yaitu penyembah berhala, tidak memiliki warisan dalam Kerajaan Kristus dan Elohim” (Efesus 5:5).
Yesus Kristus menjelaskan “Tidak seorang pun sanggup mengabdi kepada dua tuan, karena ia akan membenci yang satu dan mengasihi yang lain, atau ia akan mematuhi yang satu dan mengabaikan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Elohim dan kepada Mamon" (Matius 6:24). Memuja kekayaan memisahkan kita dari Elohim yang benar.
Itu sebabnya Yesus Kristus berkata kepada kita, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Matius 6:19-21).
Keserakahan di dalam Alkitab
Manusia pertama kali mengingini di Taman Eden. Setan, yang tidak puas dengan dirinya sendiri, berusaha menanamkan bibit mengingini dan keserakahan terhadap satu pohon yang dilarang oleh Elohim itu untuk jangan dimakan buahnya.
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, [satu-satunya pohon yang Elohim firmankan untuk tidak boleh dimakan dari buahnya!] lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya” (Kejadian 3:6).
Dan sejak itu manusia telah ingin menikmati harta benda sesamanya.
Keserakahan Akhan menyebabkan penderitaan bagi seluruh bangsanya (Yosua 7:11-12, 20-21). Ketamakan Yudas berujung pada pengkhianatan Juruselamat kita (Yohanes 12:4-6; Matius 26:14-16).
Salomo memperingatkan, “Barangsiapa yang tamak akan keuntungan mengacaukan rumahnya sendiri” (Amsal 15:27). Dia juga menuliskan, “Barangsiapa yang mencintai uang tidak akan dipuaskan oleh uang, demikian pula orang yang mencintai kekayaan tidak akan dipuaskan oleh penghasilan. Semuanya adalah kesia-siaan” (Pengkhotbah 5:10).
Apabila kita menyerah kepada ketamakan, kita tidak akan pernah puas. Akan selalu ada lagi keinginan untuk memperoleh lebih banyak.
Rasul Paulus menjelaskan, “Namun, mereka yang ingin menjadi kaya, mereka jatuh ke dalam pencobaan dan jerat dan berbagai keinginan yang bodoh dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam kehancuran dan kematian. Sebab akar segala kejahatan adalah cinta uang; beberapa orang yang mengejarnya, mereka telah disesatkan dari iman dan telah menyiksa diri sendiri dengan berbagai penderitaan” (1 Timotius 6:9-10).
Baca juga pernyataan Yakobus kepada mereka yang mendapatkan kekayaan melalui ketamakan dan ketidakadilan (Yakobus 5:1-6).
Akan tetapi Alkitab tidak mengutuk kekayaan yang didapat secara jujur dan dibarengi dengan kebijakan dan kebenaran (Amsal 3:13-16; 8:18).
Contoh buruk lainnya tentang mengingini
Alkitab memberikan banyak contoh-contoh buruk dari mengingini, misalnya ketika Daud mengingini Batsyeba, yakni istri sesamanya (2 Samuel 11:1-4) dan Ahab mengingini kebun anggur tetangganya bernama Nabot (1 Raja-raja 21:1-6).
Dalam kedua kejadian ini, dosa mental ini berkembang ke dosa-dosa lainnya, termasuk dosa pembunuhan.
Bagaimana saya menghindari dosa mengingini?
Cara terbaik untuk melawan dosa ketamakan di dalam hati kita ialah dengan cara mengambil langkah untuk menggagalkan keinginan itu – belajar merasa cukup, melatih sikap kemurahan hati dan mengembangkan/bertumbuh di dalam iman.
Penangkal keserakahan
Apabila kita mengingini, kita menyerah kepada pola pikir yang egois dan beracun yang membawa kita kepada dosa dan kematian. Syukurlah, Alkitab menyajikan obat penangkalnya dan mengenali penyakitnya. Obat penangkal ketamakan ini adalah:
- Kepuasan/Merasa cukup. Paulus “telah belajar untuk menjadi cukup dalam segala keadaan” (Filipi 4:11). Dia menuliskan, “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (ayat 12-13).
- Kemurahan hati. Jika kita belajar untuk “menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi,” kita akan mengumpulkan suatu harta “di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya” (1 Timotius 6:18-19).
- Iman. Kita dapat percaya di dalam “Elohim yang hidup, yang memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati” (1 Timotius 6:17). Kita dapat mengetahui bahwa Elohim memiliki warisan yang mulia bagi mereka yang mempunyai iman di dalam Dia. “Tanpa iman, mustahil orang berkenan kepada Elohim. Sebab siapa yang datang kepada Elohim, ia harus percaya bahwa Dia ada dan Dia adalah pemberi upah kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6).
Ketika kita menyadari bahwa kita telah berdosa dan melanggar 10 Perintah Elohim itu, kita sebaiknya berbalik kepada Elohim di dalam pertobatan. Dan untuk lebih detil tentang topik yang sangat penting ini, bacalah artikel kami yang berjudul “Pertobatan.” (Akan segera dimuat pada situs ini).
This article was translated from http://lifehopeandtruth.com