Pernikahan dan Faktor Fondasi: Waspada terhadap celah-celah keretakan – Part 3

oleh Karen Meeker 

https://lifehopeandtruth.com/relationships/blog/guarding-against-fissures-marriage-foundation-3/

 Sebuah fondasi pernikahan memerlukan trust [kepercayaan] kejujuran, fleksibilitas dan kesalehan sebagai pilar penguat.

 Kita tidak sadar bahwa mungkin telah membangun rumah kita pada fondasi yang cacat, jadi kita juga sebaiknya memperhatikan fondasi pernikahan kita.

 Tidak ada tukang bangunan sengaja memulai mendirikan bangunan pada fondasi cacat – terutama pada tembok ruang bawah tanah yang bisa saja akan  retak atau hancur di atas seluruh fisik bahan bangunan   yang sungguh berat.

 

Mempertahankan kepercayaan

Pemilik bangunan harus memiliki kepercayaan dan keyakinan bahwa kontraktor ruang bawah tanah dan perusahaan semen melakukan pekerjaan mereka secara benar dan bahwa itulah permulaan yang aman untuk bangunan itu. Sebuah pengalaman yang buruk mengakibatkan kerugian yang membuat hilangnya kepercayaan konsumen bagi kontraktor bangunan dan kehilangan reputasi para kontraktor itu sendiri.

Kepercayaan harus di hargai dan dilindungi, sebab sekali itu hilang, kerusakan akan sangat sulit untuk bisa diperbaiki lagi.

Kepercayaan dalam pernikahan 

Hal itu juga berlaku untuk pernikahan. “Bicara soal ini terus terang, sebuah komitmen pernikahan tidak akan bertahan apabila resep yang disebut trust tidak lagi ada,” demikian ditulis oleh Alanson Houghton (Partners in Love, 1988). Dan trust sangat bergantung pada kejujuran – sebuah komoditas yang sudah terancam di zaman sekarang ini.

Kepercayaan merupakan bagian penting dari fondasi pernikahan. Ketika dua orang berjanji dalam pernikahan, penyatuan terbentuk pada dasar kepercayaan bahwa satu sama lain akan saling setia. Tidak ada ruang untuk dusta. Apabila kedua pasangan berlaku bijak, mereka akan melangkah ke setiap ekstrim untuk mempertahankan dan memelihara iklim kepercayaan. Pilar penopang semacam itu akan mampu membawa mereka melewati situasi-situasi yang penuh tekanan.

Fleksibel dalam menghadapi perubahan

Setiap pekerja bangunan harus memperhitungkan realitas pergerakan di dalam atau sekitar struktur bangunan dan sudah memperhitungkan itu sejak awal. Pergerakan semacam ini bisa disebabkan oleh hal-hal semacam kekusutan atau interaksi dan kompatibilitas dari material bangunan itu sendiri.

Pergeseran juga adalah suatu realita di dalam pernikahan. Salah satu  tantangan terbesar yang dihadapi pasangan sekarang ini adalah menghadapi arus perubahan yang terus-menerus mengancam kehidupan pernikahan mereka – arus perubahan yang segera muncul setelah ikrar pernikahan itu diucapkan.

Dengan tiba-tiba dua orang harus menyesuaikan untuk hidup bersama, dengan saling mengakui dan saling bertoleransi – sesering mungkin – pada kesukaan masing-masing pasangan. Mereka harus saling menyesuaikan di semua level perbedaan. Bagi banyak orang, tahun pertama pernikahan biasanya bisa penuh dengan rasa frustrasi, salah paham dan perasaan sakit hati. Tetapi bagi orang lain, nampaknya mereka berjalan dengan normal menjalani transisi. 

Setelah penyesuaian awal, berikutnya adalah suksesi perubahan yang tak berkesudahan: kelahiran anak, tantangan pekerjaan, relokasi, kekhawatiran keuangan, faktor kesehatan, masalah pensiunan dan, ya, bahkan perubahan kepribadian. Hal ini menjadi jelas di awalnya bahwa fleksibilitas dan penyesuaian merupakan kunci penting.

Proteksi yang diperkuat 

Bahkan untuk beton penyokong bangunan sekalipun masih mungkin rusak dan hancur. Ini terjadi ketika besi tulang penguat tembok itu mulai berkarat, disebabkan kualitas dan tingkat ketebalan beton itu – media yang menutupinya.

Sebuah pernikahan bisa teguh seteguh lingkungan yang mengelilinginya. Jika seorang suami dan seorang istri bertekad untuk menjaga pernikahan mereka bebas dari polusi lingkungan – aman dari masalah-masalah yang bisa mengikis pernikahan, yakni, perselingkuhan, kiritik yang tak berkesudahan, kemarahan, kesombongan, sikap keras kepala, tekanan teman-teman sebaya, ambisi yang tak terkendali dan kepentingan diri sendiri – dan jika, sebaliknya, mereka menggunakan pilar penguat yang terdapat di Bab Kasih, 1 Korintus 13 itu, mereka akan menikmati keamanan dan kesenangan yang terus meningkat dari pernikahan yang dibangun dan bertahan selama hidup mereka.

Bagaimana membangun fondasi yang abadi

  • Bangunlah di atas batu (Lukas 6:47-49) – yakni fondasi bangunan yang terjamin. Ini berarti mendengarkan apa yang Yesus Kristus ajarkan kepada kita dan lakukanlah itu.
  • Jangan lupa ikrar pernikahanmu atau jangan biarkan komitmenmu melemah.
  • Mintalah bimbingan Allah dan berkatnya hingga “kematian memisahkan anda dengan pasangan anda.”

Ini adalah artikel ke-3 dari tiga seri yang membahas Pernikahan dan Faktor Fondasi. Silakan baca seri pertama dan ke-2 pada situs ini apabila anda belum membacanya.

Pelajarilah lebih dalam tentang prinsip-prinsip alkitabiah untuk mendapatkan hubungan pernikahan yang bahagia pada bagian pernikahan di situs ini.

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry