Pertanyaan-pertanyaan Tentang Seks Dijawab oleh Alkitab

oleh Cecil Maranville

https://lifehopeandtruth.com/change/sin/questions-about-sex/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Banyak orang bertanya entah perbuatan seks yang beragam itu adalah dosa, yakni, seperti masturbasi, kumpul kebo, dan homoseksual. Ajaran Alkitab tentang ciptaan seks itu menolong kita untuk menemukan jawabannya.

 

 

 

 

 

 

Kami menerima banyak pertanyaan tentang seks, antara lain:

  • Apakah melakukan seks di luar nikah itu dosa?
  • Apakah hubungan homoseksual itu dosa?
  • Apakah pernikahan sesama jenis itu dosa?
  • Apakah kumpul kebo itu dosa?
  • Apakah masturbasi itu dosa?
  • Apakah “sexting” [membagikan gambar porno lewat HP] itu dosa?
  • Apakah “Internet sex” [aktivitas virtual seks] itu dosa?

Bukan politik

Semua ini bukanlah pertanyaan-pertanyaan politik yang diinginkan dalam legislasi. Ini bukan masalah sosial yang sedang menunggu arah angin yang tak pasti dari opini publik. Pertanyaan-pertanyaan ini bukan poin hukum serampangan yang memerlukan pengujian yudisial. Ini bukan gagasan agama yang tak jelas, yang tunduk pada interpretasi kependetaan. Tetapi hanya satu penguasa yang berhak untuk menegakkan batasan-batasan perilaku moral: Elohim Sang Pencipta.

Alkitab menjelaskan banyak dosa-dosa seksual (seperti perzinahan, percabulan dan homoseksual), tetapi tidak secara spesifik menyebutkan semua pertanyaan-pertanyaan di atas. Kesederhanaan kebenaran itu ialah bahwa ia tidak harus menjabarkan satu per satu secara rinci. Orang-orang yang ingin memahami batas-batas hukum yang diajarkan Elohim sebaiknya membaca dua bab pertama Alkitab. Tetapi ini bukan berarti Alkitab senyap setelah itu, sebab apa yang dikatakan Alkitab kemudian adalah berdasarkan apa yang dicatat di dalam Kejadian 1 dan 2.

Mari kita lihat dari mulanya: “Maka Elohim menciptakan manusia dalam citraNya, dalam citra Elohim mereka telah diciptakan laki-laki dan perempuan” (Kejadian 1:27).

Manusia berbeda dari binatang

Setelah menciptakan segala jenis yang bernyawa, Elohim menciptakan satu jenis lagi – yakni, umat manusia. Bisa saja Dia membuat manusia dengan berbagai cara, tetapi Elohim memilih untuk membuat dua makhluk berbeda jenis kelamin. Yang pertama diciptakan sebagai laki-laki, yang Dia ciptakan dari tanah liat, dan dia dinamakan “Adam,” sebuah kata dalam bahasa Ibrani untuk tanah liat.

Tetapi mengapa Elohim menciptakan manusia “laki-laki dan perempuan”? Inilah pertanyaan utama.

Satu jawaban yang pasti ialah supaya mereka – sebagai laki-laki dan perempuan – dapat mereproduksi. Keturunan mereka akan menjadi umat manusia. Tetapi jika itu saja tujuan Elohim, maka Dia sudah barang tentu berhenti di situ. Spesies manusia akan berkembang banyak. Seperti hewan, jantan dan betina akan secara alami berkembang biak. 

Tetapi bacaan pada penciptaan ke-2 itu menyingkapkan bahwa Elohim mempunyai sebuah maksud dan tujuan yang lebih mendalam dengan seksualitas itu; jadi bukan sekedar alat reproduksi.

Bacalah kedua bacaan tentang ciptaannya

Hanya sedikit yang menyadari bahwa ada dua bacaan tentang penciptaan. Kitab Kejadian, bab 1:1 hingga bab 2:3 merupakan bacaan pertama. Bacaan ke-2 dimulai dari Kejadian 2:4 hingga disimpulkan pada ayat 25, yang menceritakan penciptaan itu lagi dari mulanya dan mengisi detil yang tidak disebutkan pada penciptaan pertama.

Kedua bacaan itu memberikan informasi yang unik, yang ketika kita baca bersamaan, keduanya memberikan pemahaman yang lebih baik dalam banyak hal. Untuk fokus pembahasan artikel ini, bacaan tersebut memberikan kita pemahaman yang lebih baik tentang maksud dan tujuan seksualitas. Pada kenyataannya bacaan ke-2 memusatkan perhatian kita pada jenis kelamin ke-2. Dan itu bahkan menyangkut sentuhan romantik.  

Versi penciptaan ini sesungguhnya menyatakan bahwa Elohim memberikan kepada “manusia” itu tanggung jawab, tanpa menyebutkan ciptaanNya: “Kemudian YAHWEH Elohim, mengambil manusia itu dan menempatkannya di Taman Eden untuk mengerjakan dan memeliharanya” (Kejadian 2:15). Perintah yang serius dan sangat signifikan diberikan tentang pohon yang unik di dalam Taman itu.

Elohim membentuk seorang manusia perempuan sebagai pasangan laki-laki

Tentang seksualitas, Elohim berkata, “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan seorang penolong baginya sebagai pasangannya" (Kejadian 2:18). “Penolong” yang diterjemahkan dari bahasa Inggris “helper” tidak memberikan arti yang pas dari bahasa aslinya (Ibrani). Perkataan “penolong” ini mengartikan suatu bayangan dari laki-laki itu, pelengkapnya yang sempurna, seorang pasangan yang membuat laki-laki itu komplit (lengkap). “Itu megandung sebuah pemahaman khusus untuk mengidentifikasikan rupa atau gambar Hawa kepada Adam [yang memang berbeda dari Adam]” (Spiros, Zodhiates, complete Word Study Dictionaries 2003, notes on neged).

Untuk memberikan penekanan keunikan jenis perempuan yang Dia akan ciptakan itu – betapa spesialnya dia, betapa Adam memerlukan dia – Elohim menugaskan Adam dengan sebuah tugas yang sangat penting untuk menamai setiap binatang yang Dia ciptakan. Jadi setiap spesies disuruh Adam berderet/antre untuk penamaan itu, dan itu berlangsung pada hari ke-enam. Kita tidak diberitahu apa saja nama-namanya. Tetapi penekanannya ialah ini: “Tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:20). Elohim jelas mengetahui itu, sehingga Dia mengutamakan kebutuhan itu bagi Adam.

Elohim menggunakan metode luarbiasa ini untuk menunjukkan kepada Adam bahwa dia, juga, memerlukan seorang pasangan, tetapi dia tidak akan menemukannya di antara hewan-hewan itu! Setelah membuat itu dengan sangat jelas, Elohim bisa saja menciptakan Hawa itu secara instan muncul dan diserahkan kepada Adam! Atau Dia bisa saja membentuk perempuan itu dari tanah liat, sebagaimana Dia telah membentuk Adam.

Tetapi dengan memperindah peristiwa itu, Elohim membuat Adam tertidur pulas, mengambil sebuah rusuk dari tubuhnya dan kemudian secara ajaib Dia menciptakan “perempuan” itu, yakni yang disebut di Kejadian 1:27, dari satu di antara tulang Adam!

Perempuan = “berasal dari laki-laki”

Matthew Henry memahami dalamnya makna dari pernyataan yang sering dikutip ini: “Perempuan dijadikan dari rusuk Adam; bukan dari kepala sehingga akan memerintah dia, bukan juga dari kakinya sehingga tidak untuk dipijak-pijak, tetapi dari rusuk sehingga setara dengan dia, di bawah lengannya untuk dilindungi, dan dekat hatinya sehingga dikasihi” (Matthew Henry Commentary on the Whole Bible, 1706, catatan atas Kejadian 2:21-25).

Kemudian Elohim membawa Hawa kepada Adam! Di dalam puisi pertama alkitabiah pertama, Adam berkata setelah melihat hadiah dari Elohim:

Lalu Adam berkata,

"Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.

Karena itu ia akan disebut wanita, sebab ia telah diambil dari pria” (Kejadian 2:23).

Barangkali perkataan dari laki-laki akan lebih baik untuk merefleksikan perkataan Ibrani yang diterjemahkan bagi laki-laki dan perempuan. Pertama, Elohim menciptakan laki-laki; kemudian perempuan sebagai pasangannya, yang berasal dari laki-laki itu sendiri. Perkataan ini mengilustrasikan bahwa Adam melihat betapa sempurnanya mereka dipersatukan untuk melengkapi satu sama lain. Kita kemudian belajar dari Kejadian 3:20 bahwa Adam menamakan istrinya Hawa, yang artinya adalah “kehidupan” atau “hidup.”

Jika ini kedengarannya sebuah kisah cinta, itu memang kisah cinta! Elohim membuat dua jenis kelamin makhluk – satu laki-laki atau pria dan yang lain perempuan atau wanita – keduanya menurut rupa dan gambarNya.

Elohim menunjukkan bahwa pernikahan itu perlu

Bahkan pada tahapan ini, Elohim bisa saja membiarkan laki-laki dan perempuan itu untuk belajar sendiri untuk apa seksualitas itu: yakni untuk reproduksi. Dan, sebagaimana anda akan mendengar komentar orang yang memilih untuk hidup kumpul kebo berkata, “Anda tidak memerlukan selembar kertas [dokumen pernikahan] untuk membuktikan bahwa anda berkomitmen kepada satu sama lain!” Mereka ini belum membaca, belum mengerti, belum percaya atau mereka mengabaikan apa yang dikatakan Alkitab berikut ini.

Bacaan penciptaan ke-2 diakhiri dengan: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya” (Kejadian 2:24). Bacaan Alkitab yang terjadi di hari ke-6 masa penciptaan itu diakhiri dengan perempuan yang disebut istri dari laki-laki itu bukan sekedar pasangannya. Oleh karena itu, inti dari peristiwa penciptaan makhluk manusia itu adalah penetapan perkawinan.

Ahli sejarah dan ahli antropologi yang tidak mengakui Alkitab sebagai kitab yang otoritatif terhalang dalam menjelaskan terjadinya perkawinan dalam kehidupan manusia. Laki-laki dan perempuan bisa saja berhubungan badan seumur hidup sama seperti hewan. Akan tetapi Alkitab menunjukkan bahwa laki-laki pertama dan perempuan pertama disatukan dalam perkawinan. (Bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa itu Pernikahan?”)

Batas-batas moral yang tak bisa dilanggar

Mengapa Alkitab berkata “seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya,” padahal Adam tidak memiliki ayah dan ibu untuk ditinggalkan? Jawaban yang jelas ialah untuk menyingkapkan parameter moral yang ditetapkan Elohim bagi umat manusia. Keturunan laki-laki dan perempuan Adam dan Hawa sebaiknya meninggalkan keluarganya untuk bersatu dengan pasangannya di dalam perkawinan dan memulai keluarga baru.

Elohim menghendaki keintiman seksual menjadi ekspresi cinta kasih yang agung antara suami dan istri, sebagaimana yang diimplikasikan ayat Perjanjian Baru ini: 1 Korintus 7:3-4 dan Ibrani 13:4. Dan bukan itu saja! Ayat berikut ini menyimpulkan, “sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24), inilah sebuah acuan yang jelas tentang keintiman seksual, yang terjadi setelah laki-laki dan perempuan menikah, bukan sebelum menikah.

Dua maksud tujuan seksualitas manusia

Jadi kedua maksud dan tujuan penciptaan seksualitas manusia itu adalah untuk menyatakan cinta kasih dan untuk memproduksi keturunan. Kedua tujuan seks ini untuk terpenuhi hanya di dalam konteks perkawinan.

Acuan-acuan seksual di seluruh lembaran Alkitab itu konsisten dengan maksud dan tujuan yang dijelaskan Alkitab tentang penciptaan. Dan ini termasuk 10 Perintah (yang berlaku dari mulanya); juga hukum perdata yang diberikan Elohim kepada Israel dalam ketetapan-ketetapan terdapat di kitab Bilangan dan Ulangan; dan semua acuan terhadap dosa seksual; dan doktrin dan praktek Gereja Perjanjian Baru.

Jawabannya

Memahami maksud dan tujuan Elohim menciptakan seks akan mengahiri perdebatan tentang apa yang tadinya dianggap sebagai pertanyaan-pertanyaan hot-button [hangat dan menggairahkan] di awal artikel ini, yakni:

  • Apakah melakukan seks di luar nikah itu dosa?
  • Apakah hubungan homoseksual itu dosa?
  • Apakah pernikahan sesama jenis itu dosa?
  • Apakah kumpul kebo itu dosa?
  • Apakah masturbasi itu dosa?
  • Apakah “sexting” [membagikan gambar porno lewat HP] itu dosa?
  • Apakah “Internet sex” [virtual aktivitas seks] itu dosa?

Jawaban untuk semua pertanyaan ini (termasuk pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak disebutkan di sini tetapi yang intinya sama): Ya, semuanya ini adalah dosa, karena semuanya itu menyangkut seks di luar pernikahan, dan bahwa itu semua bukan antara seorang suami dan istrinya. 

Ini secara jelas didukung oleh ayat-ayat Alkitab di dalam Perjanjian Baru. Paulus menyatakan bahwa “amoralitas seksual” sebagai suatu contoh dosa. Amoralitas seksual berarti menyalahgunakan seksualitas itu – menggunakannya secara tak bermoral. 

Contoh keempat pertama dari sifat alami manusia yang masing-masing kita harus kendalikan (yang terdapat di Galatia 5:19-21) menyangkut amoralitas seksual: “adultery [perzinahan],  fornication, [percabulan], uncleanness, [kecemaran], lewdness [hawa nafsu].” Perkataan kedua terakhir menunjukkan bahwa penyalahgunaan pikiran juga merupakan faktor di dalam perilaku amoral, yang berarti orang benar harus menghindarkan diri dari pornografi dan hiburan yang bersifat penggairahan seks.

Prinsip utama ialah bahwa jika melakukan keintiman seks, selain maksud dan tujuan serta alasan mengapa Elohim menciptakan seksualitas, adalah dosa. Itulah sebabnya mengapa seks sebelum nikah, seks di luar pernikahan, homoseksual, masturbasi dan pornografi adalah dosa.   

Anda dapat menghentikan siklus dosa seksual

Jika anda terperangkap dalam kebiasaan dosa seksual, anda dapat berhenti secara total! Tetapi anda memerlukan pertolongan Elohim.

Turutilah perintahNya yang mengatakan “Jauhkanlah dirimu dari percabulan” (1 Korintus 6:18), yang berarti kita harus menghindari diri kita dari situasi yang menggoda. Kita juga harus menghindari tampilan yang meggoda dari program TV, video, film-film, buku-buku, situs, game, dll. – terlalu banyak godaan ini yang menyajikan dosa seksual.

Ujilah gaya hidup anda untuk melihat apa yang perlu anda ubah. Jika anda seorang yang pasif, dunia lingkungan akan meredam pikiran anda setiap hari dengan gambar dan bayangan yang melanggar penggunaan seksualitas yang dikehendaki Elohim. Bahkan iklan sederhana untuk barang konsumen pun sering menyertakan gambar yang menggairahkan seks dengan pernyataan, “Produk ini akan menyenangkan anda.” Inti pesan yang disampaikan ialah suatu daya tarik untuk menyenangkan diri anda.  

Apa yang salah dengan itu? Elohim jelas menciptakan seks itu untuk kenikmatan – tetapi kenikmatan sendiri (egoistis) bukanlah maksud dan alasan utama mengapa Elohim merancang seks untuk umat manusia.

Seks bukan untuk kepentingan diri sendiri

Pada semua konteks dari 1 Korintus 6:18, dari ayat 15 hingga ayat 20, menunjukkan bahwa seksualitas tidak diciptakan untuk gratifikasi yang mementingkan diri sendiri – di dalam atau di luar pernihakan. Segala sesuatu yang menyangkut keintiman seksual harus menghormati Elohim melalui ekspresi cinta kasih kepada pasangan anda.

Pernyataan Alkitab tegas bahwa adalah dosa jika kita terlibat dalam perbuatan seks dengan maksud apapun selain dari maksud dan tujuan yang ditetapkan Elohim untuk manusia. Itulah sebabnya kita mengatakan di atas bahwa prinsip alkitabiah mengajarkan bahwa masturbasi dan aksi seksual lain yang mencari kepuasan diri sendiri adalah dosa.

Bertanding di dalam pikiran

Menang atau kalah dalam pertandingan ini terjadi di dalam pikiran. “Karena senjata perjuangan kami bukanlah bersifat jasmani, [bukan senjata berbentuk fisik] melainkan kemampuan dari Elohim [RohNya di dalam pikiran kita] yang sanggup menghancurkan benteng-benteng. Kami mematahkan tipu daya dan meruntuhkan setiap dalih keangkuhan yang melawan pengenalan akan Elohim. Kami menawan semua pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus. Kami siap untuk menyatakan keadilan atas setiap ketidaktaatan, ketika ketaatanmu telah disempurnakan” (2 Korintus 10:4-6).

Cara lain untuk memahami itu ialah bahwa kita berjuang melawan dosa di dalam pikiran kita, dengan mengurungnya di dalam “tawanan,” dengan menggunakan analogi alkitabiah, sebelum hal itu berkembang ke dalam khayalan atau perbuatan. Roh Elohim memberikan kita kekuatan untuk melakukan ini. (Jika anda adalah seorang yang percaya tetapi sadar bahwa anda tidak memiliki kuasa spiritual untuk melakukan sesuatu yang anda sebaiknya lakukan, kami sarankan anda membaca artikel kami yang berjudul “How Do You Know You Have the Holy Spirit?”[Bagaimana Anda Tahu Bahwa Anda Mempunyai Roh Kudus?]) – (artikel ini akan dimuat pada situs ini).

Inilah caranya

Kami mempunyai beberapa artikel yang dapat menolong anda untuk mengalahkan dosa dan hidup dengan gaya hidup yang menghormati Elohim. Lihatlah seri artikel kami yang membahas bagaimana mematahkan rantai dosa. Artikel utama berjudul “Deadly Sins: Are There Any?” [Dosa-dosa yang Mematikan: Apakah Ada?” – artikel ini akan dimuat pada situs ini.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry