Perumpamaan-perumpamaan Yesus

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/kingdom-of-god/parables-of-jesus/

Yesus Kristus sering menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan hal-hal tentang Kerajaan Allah. Apa saja perumpamaan-perumpamaan Kerajaan itu, dan mengapa Yesus menggunakan berbagai perumpamaan  di dalam pengajaranNya?    

Sebuah definisi sederhana ialah bahwa perumpamaan adalah suatu perbandingan antara yang satu dengan yang lain. Akan tetapi buku yang berjudul International Standard Bible Encyclopedia mendefinisikannya secara lebih lengkap: perumpamaan “secara umum mengartikan suatu cerita kiasan dan maksud cerita kiasan itu sendiri; perumpamaan yang diartikan secara detil dapat terjadi yang menggambarkan dan menanamkan kebenaran rohani yang mendalam” (“Parable”).

Menarik untuk kita simak bahwa sesungguhnya perumpamaan-perumpamaan telah digunakan dahulu di dalam Alkitab Perjanjian Lama (2 Samuel 12:1-4; Yesaya 5:1-6; 28:24-28). Perumpamaan-perumpamaan ini juga digunakan di literatur Yahudi pada abad pertama.

Tetapi “orang dan yang satu-satunya guru pengajar perumpamaan di dalam Alkitab Perjanjian Baru itu adalah Kristus sendiri. Epistel atau surat kepada jemaat-jemaat yang ditulis oleh rasul-rasul lain, meskipun sering menggunakan ibarat atau kiasan yang retoris, secara absolut itu tidak mengandung perumpamaan sebagaimana yang terdapat pada ketiga injil, yakni injil Matius, Markus, dan Lukas yang sering disebut Injil Sinoptik – yakni penulisan kisah yang sama tentang Yesus Kristus namun dengan penjelasan dari sudut pandang yang berbeda.  

Menyangkut jumlah perumpamaan yang disampaikan Kristus, ada kira-kira 38 perumpamaan. Sumber yang berbeda memiliki jumlah yang berbeda sebab bukan setiap perumpamaan sama persis dan karena perumpamaan itu agak bersifat subjektif untuk menentukan entah beberapa perumpamaan benar-benar berbeda atau entah itu hanya variasi dari perumpamaan yang telah disampaikan terlebih dahulu.

Untuk distribusi perumpamaan-perumpamaan di dalam Injil sinoptik, Matius dan Lukas memiliki paling banyak; dan Markus paling sedikit. Akan tetapi, masing-masing dari penulis ini, paling tidak memiliki satu perumpamaan yang unik di dalam injil yang ia tulis.

Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan?

Banyak orang beranggapan bahwa Yesus berbicara dalam perumpamaan untuk menyederhanakan pengajaranNya – untuk membuat maksudnya mudah dimengerti oleh semua orang. Namun Kristus berkata sebaliknya.

Setelah ditanya oleh murid-muridNya mengapa Dia menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kejadian sehari-hari untuk pemahaman rohani, Dia berkata, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak” (Matius 13:11).

Yesus menambahkan, “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka, karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti” (ayat 13).

Yesus melanjutkan perkataanNya bahwa metode pengajaranNya merupakan kegenapan sebuah nubuat yang disampaikan oleh nabi Yesaya, yang menyatakan bahwa meskipun orang mendengar kebenaran Allah, mereka tidak akan memahami maknanya (ayat 14-15, bandingkan dengan Yesaya 6:9-10). 

Dengan kata lain, Yesus berbicara dalam perumpamaan agar orang tidak memahami maksudnya.

Disertai ketidakpercayaan terhadap fakta bahwa Yesus sengaja menyembunyikan  pemahaman dari perkataanNya tentang kehidupan kekal – yang adalah maksud dan tujuan kedatanganNya ke bumi ini  (Yohanes 3:16; 6:40; 10:10) – beberapa orang telah berasumsi bahwa tujuan Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan ialah untuk mengundang rasa  keingintahuan pendengarNya.  Mereka berpendapat dan percaya bahwa karena Allah mengasihi dunia ini dan menginginkan agar semua orang diselamatkan (1 Timotius 2:4), maka Yesus terus menggunakan suatu teknik yang akan membawa orang kepada pemahaman inti pengajaranNya. Akan tetapi alasan yang demikian adalah keliru. Alasan ini merupakan suatu kegenapan apa yang dikatakan Yesus bahwa sebagian besar orang tidak akan mengerti   maksudnya (Matius 13:13).

Hal yang bertolak belakang terhadap pendapat kebanyakan orang yang tidak memahami makna perumpamaan-perumpamaan itu, Yesus berbicara kepada murid-muridNya, “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar” (ayat 16). Bagi mereka yang dipanggil Allah Bapa (Yohanes 6:44, 65), perumpamaan-perumpamaan menyingkapkan kebenaran rohani yang agung. Dalam hal itu, perumpamaan-perumpamaan Yesus menyembunyikan dan menyingkapkan.

Apa yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang hari ini ialah bahwa rencana Allah untuk mengizinkan manusia memahami kebenaranNya dan menerima keselamatanNya akan terjadi pada abad atau periode waktu yang berbeda. Sederhananya, saat ini bukanlah satu-satunya hari penyelamatan. Allah Bapa menentukan suatu abad di mana setiap individu akan diberikan kesempatan untuk memahami dan merespon panggilan Allah. Untuk mempelajari lebih dalam tentang kebenaran yang menakjubkan ini, telusurilah artikel kami yang berjudul “Plan of Salvation.”

Tema utama dari perumpamaan

Sebuah contoh singkat bagaimana Yesus memulai perumpamaanNya dan bagaimana Dia mengucapkannya kepada murid-muridNya menyingkapkan tema utamanya. Di dalam injil Matius, ucapan “kerajaan sorga itu ibarat” adalah suatu ucapan permulaan (Matius 13:24, 31, 33).

Di dalam injil Markus, penulis menjelaskan bahwa Yesus “mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka” (Markus 4:2). Ketika Dia seorang diri dengan murid-muridNya, Yesus berkata, “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan” (ayat 11). Kemudian, Dia berkata, “Dengan apa hendaknya kita membandingkan Kerajaan Allah itu? Atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya?” (ayat 30).

Dari bacaan ini kita melihat bahwa tema utama dari perumpamaan Kristus adalah Kerajaan Allah. Dalam perumpamaan ini kita belajar apa yang harus kita lakukan untuk memasuki Kerajaan itu dan seperti apa kerajaan itu. Tema ini konsisten dengan pesan yang Dia sampaikan: “Yesus datang ke Galilea memberitakan Injil kerajaan Allah” (Markus 1:14) dan Dia menyerukan kepada pengikutNya: “Carilah terlebih dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya” (Matius 6:33).

Di samping perumpamaan-perumpamaan yang memfokuskan pada konsep-konsep yang berhubungan dengan Kerajaan Allah, perumpamaan lain juga menjelaskan pada prinsip kehidupan orang Kristen, misalnya belas kasihan dan siapa sesama kita. Tentu, kita sebaiknya juga mencatat bahwa Allah mengharapkan kita untuk mengembangkan prinsip-prinsip kehidupan Kristen ini di dalam persiapan hidup kita di dalam KerajaanNya.

Interpretasi perumpamaan

Karena tema utama perumpamaan itu adalah Kerajaan Allah, kita perlu mengingat bahwa perbedaan yang digagas adalah untuk mengilustrasikan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kerajaan yang akan datang. Mengenai isi detil dari suatu perumpamaan yang menyangkut makna rohani, kita harus membiarkan Kristus memberi interpretasinya atau membiarkan ayat lain dari kitab Suci itu yang membimbing pemahaman kita.

Hal itu akan menjadi suatu kekeliruan interpretasi bagi kita jika kita menganggap bahwa perumpamaan-perumpamaan itu mengajarkan doktrin baru yang tidak kita temukan di manapun di dalam Alkitab atau bahwa perumpamaan itu bisa mengarah kepada perilaku yang tidak etis (misalnya di dalam perumpamaan seorang bendahara yang tidak jujur, Lukas 16:1-8). Prinsip ini, yakni yang tidak menegakkan doktrin baru melalui sebuah perumpamaan sangatlah penting di dalam interpretasi perumpamaan tentang Lazarus dan orang kaya itu (Lukas 16:19-31). Untuk penjelasan perumpamaan ini, yakni yang konsisten dengan bacaan-bacaan alkitabiah yang lain, bacalah artikel kami yang berjudul “Lazarus and the Rich Man.”

Sebuah perumpamaan penting bagi kita.

Sementara semua perumpamaan yang disampaikan Kristus mengandung kebenaran penting, satu dari pengajaranNya memberikan suatu konsep menyeluruh yang merujuk pada suatu kesimpulan kepada artikel ini. Perumpamaan ini adalah tentang mutiara yang sangat berharga.

Dengan menyebutkan beberapa perumpamaan yang memfokuskan pada Kerajaan Allah, Yesus berkata, “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah, setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu” (Matius 13:45-46).

Sama seperti saudagar yang membayar harga mahal untuk mendapatkan mutiara yang indah itu, kita juga perlu mencari dan menghargai dengan mahal untuk menjadi bagian dari Kerajaan Allah yang akan datang. Mencari Allah dan kebenaranNya kita perlu menjadikan hal itu menjadi yang paling penting di dalam hidup kita. 

Untuk menolong anda dalam pemahaman yang lebih dalam tentang Kerajaan Allah dan bagaimana anda dapat menjadi bagian dari itu, bacalah artikel kami yang berjudul “Kingdom of God” dan “Change” di website kami lifehopeandtruth.com

Tabel dari perumpamaan-perumpamaan

Sementara kita memahami bahwa tidak setiap perumpamaan di dalam Perjanjian Baru itu adalah perumpamaan yang disampaikan Kristus dan bahwa pemahaman satu sama lain serta ciri khas dari epistel tersebut adalah subjektif, tabel berikut ini memberikan 38 perumpamaan yang telah akrab kita kenal sebagai Injil Sinoptik Kristus. Ketiganya selaras satu sama lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

https://lifehopeandtruth.com/ask-a-question/

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry