Pesan Mesias: Injil Kerajaan Sorga
Posted on August 21, 2017
Apa pesan Yesus Kristus, dan apa tema utama yang Dia sampaikan? Artikel ini merupakan seri pertama dari lima artikel untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
oleh David Treybig
https://lifehopeandtruth.com/prophecy/kingdom-of-god/messiahs-message-gospel-of-the-kingdom/
[Messiah's Message: The Gospel of the Kingdom] Sebagaimana Perjanjian Baru mulai terbentuk sekitar 2,000 tahun yang lalu, orang-orang Yahudi mencari hadirnya sang Mesias yang dinubuatkan – suatu perkataan Ibrani yang berarti “Yang diurapi” (Matius 11:3; Lukas 3:15). Karena ajaran Musa bahwa nabi seperti dia akan datang (Ulangan 18:15), beberapa di antara mereka mencari seorang pemimpin agama untuk hadir dan memimpin bangsa itu dalam kebangkitan rohani yang agung (Lukas 1:68-69; 2:25,30, 38).
Sementara yang lain mengantisipasi Mesias datang sebagai “Anak Daud” yang akan membebaskan bangsa Yahudi dari penindasan Romawi, mengangkat harkat bangsa Yahudi di mata dunia, dan mendirikan takhtaNya di Yerusalem (Matius 21:9; 22-42). Mempercayai bahwa Yesus adalah orang yang dimaksud, beberapa orang berusaha datang untuk “membawa Dia dengan paksa untuk mengangkat Dia menjadi raja” (Yohanes 6:15).
Akan tetapi ketika Kristus – yang artinya di dalam bahasa Yunani “yang diurapi” – datang ke bumi ini dalam keadaanNya sebagai manusia dengan nama Yesus, sebagian besar dari pemimpin-pemimpin agama Yahudi tidak menerima Dia sebagai Mesias yang dijanjikan itu. Bagi mereka, Yesus hanyalah seorang yang baru terkenal, tetapi yang sangat kritis terhadap persepsi kekuasaan dan yang tidak menunjukkan tanda-tanda untuk membebaskan orang-orang Yahudi – dari penindasan bangsa Romawi – atau mendirikan sebuah takhta kerajaan pada saat itu.
Inti pesan Yesus
Yesus mulai “memberitakan injil kerajaan Allah [kabar baik],” akan tetapi bukan itu yang sedang diharapkan oleh para nasionalis Yahudi (Markus 1:14). Daripada menyusun suatu pergerakan politik dan memulihkan kebesaran bangsa Israel, inti utama pesan yang disampaikan Yesus ialah: “Waktunya telah genap, kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah, dan percayalah kepada injil” (ayat 15).
Tentu saja bahwa ada beberapa orang yang percaya apa yang dikatakan Yesus. Yohanes Pembaptis yang berseru agar orang-orang bertobat (mengubah perilaku mereka), agar mempersiapkan jalan bagi pemberitaan Kristus, telah didengar banyak orang. Perjanjian Baru dan sejarah dunia setuju bahwa pemberitaanNya merupakan suatu dasar permulaan. Gereja Allah didirikan dan berjuang untuk melaksanakan tugas pemberitaan injil kerajaanNya (Matius 28:19-20).
Permulaan Injil Yesus Kristus
Untuk memahami tulisan Markus tentang pemberitaan Yesus secara lebih baik “injil kerajaan Allah” (Markus 1:14), kita memerlukan pemahaman yang mendalam untuk mengerti kata pembukaan konsep penulis di Markus 1:1. Di sini kita membaca: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.”
Injil Markus secara umum dipahami sebagai injil yang pertama dari keempat injil yang telah ditulis di dalam Perjanjian Baru (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Penulisan permulaan Markus mirip dengan cara penulisan permulaan Perjanjian Lama. Di dalam Kejadian 1:1 kita membaca, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”
Markus menulis “permulaan” yang lain – yakni, Anak Allah, sekarang sebagai seorang manusia dalam wujud darah dan daging, akan menyampaikan pesan injil, yang artinya kabar baik. Bercermin dari Kejadian 1:1, Markus mengimplikasikan bahwa permulaan pemberitaan Yesus Kristus adalah suatu peristiwa yang membuka zaman yang di dalamnya Allah sekali lagi ikut serta. Mengenali makna mendalam dari kejadian ini, Markus mencatat apa yang terjadi.
Sejarah menunjukkan bahwa Kekristenan merupakan suatu kekuatan yang bertahan menghadapi penganiayaan yang kejam dan ancaman pedang. Namun selama berabad-abad setelah penyaliban Yesus, guru-guru palsu yang mengklaim diri mereka sebagai orang Kristen mulai mengesampingkan apa yang telah diajarkan dan dikerjakan Yesus, yakni pengajaran yang Dia sampaikan dan tanamkan kepada murid-muridNya.
Sekarang ini di dalam kehidupan Kekristenan tradisi aspek penting dari pesan Mesias telah dikesampingkan. Namun, pengesampingan itu tidak selalu segera dirasakan, karena perubahan-perubahan yang mereka buat disajikan dengan alasan untuk “menjadi Kekristenan yang dewasa” sebagai kebalikan dari Kekristenan yang “primitif.”
Sungguh menyedihkan bahwa itu suatu hal yang tidak masuk akal dan bahkan itu suatu kesombongan bahwa manusia perlu memperbaiki pesan yang diberitakan Yesus atau bahwa perubahan perlu dibuat agar Jemaat Kristus bertumbuh subur! Pemikiran semacam itu dimentahkan oleh saudara Yesus sendiri, yakni Yudas, yang mendengar dan menerima ajaran Yesus.
Iman yang telah disampaikan
Melihat bahwa beberapa orang berusaha megubah apa yang telah diajarkan Yesus, Yudas merasa perlu untuk harus memperingatkan mereka yang menjadi orang Kristen pada abad pertama itu dan kepada kita hari ini untuk menolak ide yang menyesatkan itu.
“Saudara-saudaraku yang kekasih sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus. Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus” (Yudas 1:3-4).
Ajaran Yudas memberikan catatan sejarah tentang usaha orang-orang lalim untuk mengubah pesan Kristus di penghujung abad pertama. Hal itu juga menjelaskan bahwa kita menyangkal “satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus” ketika kita menyangkal injil yang benar yang diberikan Allah Bapa melalui AnakNya (Yudas 1:4; Yohanes 17:8).
Meskipun rasul Paulus diutus untuk menyampaikan ajaran Kristen kepada orang-orang bukan Yahudi, dia mengajarkan injil Yesus Kristus yang asli – yang otentik – yang rasul-rasul lain juga ajarkan. Dia mengajar jemaat-jemaat bukan orang Yahudi itu “menjadi penurut jemaat-jemaat Allah di Yudea” (1 Tesalonika 2:14. Sama seperti Yudas, Paulus juga mengenali usaha-usaha orang durhaka yang menyesatkan untuk “memutarbalikkan injil Kristus” (Galatia 1:7).
Untuk membuat terang-benderang apa yang Yesus sungguh-sungguh ajarkan dan bagaimana Dia mengharapkan orang-orang merespons kepada pesanNya, seri pertama artikel ini mulai menyinggung konsep ini secara krusial.
Mari kita sekarang fokuskan pada injil Kerajaan yang karenanya Yesus datang ke bumi ini.
Injil Kristus vs. injil Kerajaan
Jika kita membaca tentang Yesus “memberitakan injil Kerajaan Allah” (Markus 1:14), kita perlu mencatat bahwa ada sesuatu yang baru dan sesuatu yang lama tentang ikhtiar ini. Ajaran Kristus tentang Kerajaan yang akan datang, yakni kerajaan yang akan diperintah oleh Allah bukanlah ajaran baru – para nabi di dalam Perjanjian Lama di bawah inspirasi Allah telah menubuatkan ini (2 Petrus 1:21; Yesaya 9:7; Daniel 2:44; 7:18, 27). Apa yang baru ialah bahwa Yesus Kristus secara pribadi memberitakan pesan injil ini semasa Dia hidup sebagai manusia di bumi ini.
Sayangnya, satu di antara cara yang paling berpengaruh bagaimana pesan Mesias itu diputarbalikkan ialah dengan cara mereka mendefinisikan injil itu. Beberapa orang memperdebatkan entah itu merupakan “injil Kristus” (Markus 1:1), atau “injil Kerajaan Allah” (ayat 14). Fakta sederhana ialah bahwa Kristus adalah “Messenger of the covenant” [Pembawa berita perjanjian] (Maleakhi 3:1) yang berbicara tentang firman Allah Bapa (Yohanes 3:34; 14:10; 17:18). Yesus adalah Orang yang menyerahkan hidupNya sebagai penebusan dosa (Efesus 1:7) mereka yang benar-benar bertobat sehingga mereka menerima karunia Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:38) dan menjadi anak-anak Allah di dalam KerajaanNya yang kekal (Yohanes 1:12; Lukas 12:32).
Selain mengenal bahwa Kristus adalah Tuhan, kita juga harus melakukan kehendak Bapa sorgawi.
Sebagai Juruselamat kita dan sebagai Raja dalam Kerajaan Allah yang akan datang (Wahyu 11:15; 19:16), Yesus merupakan sentral dari pemberitaan itu, akan tetapi injil yang diberitakan Yesus itu tidak hanya tentang diriNya sendiri. Hanya mengenal siapa Yesus dan apa yang Dia telah kerjakan tidak akan membawa keselamatan bagi siapapun. Jika kita “menerima Yesus di dalam hati kita” (sebagaimana banyak orang katakan) tetapi mereka terus hidup bertentangan dengan hukum-hukum Allah, kita tidak bisa berharap untuk menerima manfaat yang indah – termasuk kehidupan kekal – yang Dia tawarkan. Lagi pula, mengenal Kristus sebagai Tuhan, kita harus melakukan kehendak Bapa sorgawi (Matius 7:21).
Injil yang asli itu termasuk Yesus Kristus, apa yang telah Dia lakukan dan apa yang Dia harapkan dari kita – termasuk apa yang akan terjadi ketika Dia kembali datang untuk mendirikan Kerajaan Allah di bumi ini. Injil Kerajaan dan injil Kristus adalah sama, dan itu memberitakan berita yang sama. Keduanya tidak saling bertentangan!
Injil Kristus adalah injil Kerajaan.
Bagaimana pesan injil kerajaan yang sesungguhnya itu menghilang
Dalam komunitas Kristen tradisional, berfokus pada individu Mesias dan apa yang Dia kerjakan sudah menjadi kebiasaan umum mereka, dan sementara itu mereka mengesampingkan penjelasan tentang Kerajaan Allah dan apa yang harus kita lakukan untuk menjadi bagian dari itu.
Bagaimana kisah ajaran Kristus tentang kerajaanNya yang akan didirikan di bumi ini untuk memerintah atas dunia ini menghilang dari ajaran Kristen tradisional? Ahli sejarah yang berkebangsaan Inggris, Edward Gibbon, di dalam bukunya yang populer itu The History of the Decline and the Fall of the Roman Empire, menjawab.
Gibbon mencatat bahwa sebagai bagian dari “doktrin lama dan terkenal tentang Milenium,” Orang Kristen pada abad pertama percaya bahwa mereka akan dibangkitkan dalam tubuh roh untuk memerintah di bumi ini bersama Kristus – setelah Dia kembali – selama 1,000 tahun (Bab XV: Progress of the Christian Religion Part IV). Penulis ini berkata bahwa ajaran ini, yakni ajaran yang telah banyak membantu “kemajuan iman orang Kristen,” telah lambat-laun dikesampingkan.
“Doktrin Kristus yang mengajarkan bahwa orang Kristen akan memerintah di bumi ini mereka anggap merupakan suatu kiasan penting, dianggap sebagai opini yang mengandung keraguan dan yang tak berguna, dan sering ditolak sebagai kepalsuan dan ciptaan aneh dari orang-orang fanatik.”
Artikel berikutnya dalam seri ini akan membahas kunci utama pesan Mesias – “Waktunya telah genap” (Markus 1:15). Untuk bahan pelajaran lebih lanjut tentang topik ini, kami mengundang anda untuk mengunduh buklet gratis kami yang berjudul The Mystery of the Kingdom. Kami juga menganjurkan anda untuk membaca artikel kami yang berjudul the Millennium dan satu lagi yang berjudul “Kerajaan Allah.”
This article was translated from http://lifehopeandtruth.com