Raja Negeri Utara

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/understanding-the-book-of-daniel/the-king-of-the-north/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Daniel menuliskan bahwa “raja negeri Utara” akan ikut berperan dalam konflik Timur Tengah sebelum Kristus datang kembali. Siapa orang ini? Apa yang akan dia lakukan?

 

 

 

 

 

 

Di dalam Daniel 11:40 kita membaca bahwa “raja negeri Selatan” menyerang “raja negeri Utara” pada “akhir zaman.” Sementara latar belakang nubuat ini sangat jelas (pada akhir zaman), memahami siapa raja-raja yang dimaksud di sini lebih rumit.

Untuk memahami siapa raja-raja ini kita perlu memperhatikan keseluruhan konteks nubuat yang di Daniel 11 ini. 

Konteks Daniel 11

Latar belakang Daniel 11 – yakni bab yang berisi nubuat yang paling rinci di dalam Alkitab – terdapat dalam bab sebelumnya. Di sini kita diberitahu bahwa Daniel diberi pesan “pada tahun ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia” (Daniel 10:1). The Expositor’s Bible Commentary yang diedit oleh Frank Gabelein mengindikasikan tahun ketiga pemerintahan Koresh, yakni tahun 535/534 sebelum Masehi, yang artinya nubuat ini diberikan kepada Daniel lebih dari 500 tahun sebelum Kristus datang pertama kalinya ke bumi ini sebagai manusia.

Kejadian-kejadian yang dinubuatkan itu mulai terjadi segera setelah Daniel menerima penglihatan itu dan akan terus berlanjut hingga akhir zaman sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Juga perhatikan perkataan malaikat yang datang menolong Daniel untuk memahami penglihatan itu. Malaikat pembawa berita ini yang datang dari Elohim berkata kepada Daniel, “Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu” (Daniel 10:14).

Tidak hanya nubuat ini yang akan terjadi sewaktu-waktu di masa yang akan datang dari saat Daniel menerimanya, tetapi nubuat ini juga memfokuskan pada apa yang akan terjadi terhadap orang Yahudi – yakni kaum sebangsa Daniel.

Daniel 11: Raja negeri Utara dan raja negeri Selatan

Ayat keempat pertama dari Daniel 11 membicarakan kejadian-kejadian kekaisaran bangsa Persia dan Yunani. Bacaan ini mengandung detil sejarah yang sungguh mengagumkan yang mengukuhkan validitas Alkitab. Ayat 4 merupakan sebuah nubuat tentang pembagian kerajaan Alexander Agung menjadi empat wilayah setelah dia mati. Di dalam ayat 5-6, kita membaca pertama kali di dalam Daniel 11 “raja negeri Selatan” dan “raja negeri Utara.”

Karena fokus nubuat ini di dalam Daniel 11 merupakan apa yang akan terjadi terhadap orang Yahudi (Daniel 10:14), maka arah ke selatan dan utara pada bab ini harus dipahami dalam hubungannya dengan Yerusalem. Sementara detil yang disebutkan di dalam Daniel 11 sulit untuk di ikuti, sebuah komparasi yang cermat dari nubuat ini melalui sejarah menjadikan semuanya jelas. Komentar Alkitab seperti The Expositor’s Bible Commentary bisa sangat berguna untuk menolong kita dalam pemahaman sejarah yang akan menjelaskan prediksi itu.

Kekaisaran Seleukia (raja negeri Utara) dan Kekaisaran Ptolemaik (raja negeri Selatan)

Dua kekuasaan besar yang ada di sebelah selatan dan utara Yerusalem setelah kematian Alexander Agung ialah Mesir di sebelah selatan (dengan rajanya yang bernama Ptolemy) dan Syria ke arah utara (dengan rajanya yang bernama Seleucus atau Antiochus).

Nubuat di dalam Daniel 11:5-31 kemudian mendokumentasikan interaksi historis antara raja negeri Selatan dan raja negeri Utara.

Berikutnya, nubuat ini nampaknya mencakup kisah kaum , sebuah keluarga Yahudi yang memimpin penolakan terhadap Antiochus dan pemimpin penerusnya karena usaha mereka untuk memaksa orang Yahudi menerima praktek agama pagan Yunani (ayat 32-39).

Kegenapan pertama dari nubuat pembinasa keji

“Pada tahun 167 sebelum Masehi Antiochus Epiphanes memerintahkan bahwa perayaan orang Yahudi dan hukumnya dihentikan dan upacara kultus Helenistik dirayakan. …

“Mezbah Zeus Olympios didirikan di atas mezbah pengorbanan di Yerusalem; korban dipersembahkan di tempat itu setiap tanggal 25 setiap bulan, yang dimulai dari tanggal 25 bulan Chislev (Desember), 167 sebelum Masehi (I Macc. 154, 59; II Macc. 6:1, 7). Karena tanggal 25 bulan itu dirayakan hari kelahiran Epiphanes, korban-korban ini sesungguhnya dipersembahkan kepada dia. Literatur apokaliptik menyebut ini sebagai mezbah ‘kekejian Zeus yang membuat kejijikan’ (Daniel 11:31; 12:11)” (Bo Reicke, The New Testament Era, hal. 55-56)

Bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul “Apa itu Pembinasa Keji,” yang menggambarkan kegenapan berulang dari nubuat pembinasa keji.

Referensi ucapan “sampai pada akhir zaman” di dalam ayat 35 diasumsikan oleh beberapa orang sebagai referensi saat-saat sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Meskipun hal ini mungkin benar, kita sebaiknya juga memahami bahwa hal itu mungkin sekedar suatu referensi kepada masa pencobaan bagi kaum . Atau, barangkali, itu tentu bahwa hal itu merupakan kejadian berulang – dengan merujuk pada zaman  dan zaman setelah itu.

Ayat 35-39 nampaknya menggambarkan beberapa aksi yang dilakukan oleh Antiochus selama masa penganiayaan kaum Makabe, dan semua itu juga merupakan aksi lanjutan yang akan diambil alih oleh kekuatan binatang itu yang akan muncul sebelum Yesus Kristus kembali ke bumi ini.

Celah dalam sejarah raja negeri Utara dan raja negeri Selatan?

Pada tahun 65 sebelum Masehi Kekaisaran Romawi mengalahkan Seleukia Syria dan pada tahun 30 sebelum Masehi “raja negeri Utara” dan “raja negeri Selatan” berada di bawah kekuasaan Romawi. Juga menarik untuk kita perhatikan bahwa rincian bagian awal dari nubuat itu nampaknya berakhir sebelum abad pertama dan tidak berulang hingga “akhir zaman” yang dirujuk di dalam Daniel 11:40.

Mengapa ada sebuah celah kira-kira 2,000 tahun antara ayat-ayat ini? Barangkali hal itu karena tidak ada bangsa Yahudi di Timur Tengah selama masa itu.

Dengan berdirinya negara Israel pada tahun 1948, “raja negeri Utara” dan “raja negeri Selatan” sekali lagi memiliki arti terhadap nasib bangsa Yahudi yang tinggal di Tanah Suci itu.

Sangatlah penting untuk kita pahami bahwa bangsa Israel sekarang sebagian besar adalah orang-orang Yahudi. Yehuda – patriark, yakni bapak leluhur orang Yahudi – merupakan satu dari 12 suku Israel yang keturunannya secara kolektif disebut “ancient Israelites” [keturunan Israel]. Ada nubuat lain yang ditujukan kepada keturunan saudara lainnya. Bangsa Israel modern pada intinya didiami oleh orang Yahudi – bukan keturunan saudara-saudaranya yang lain.

Dengan latar belakang ini, kita sekarang bersiap untuk memeriksa Daniel 11:40 dan ayat-ayat berikutnya.

Raja negeri Utara pada akhir zaman

“Pada akhir zaman, raja selatan akan berperang dengannya, dan raja utara itu akan datang melawannya seperti angin badai, dengan kereta perang, pasukan berkuda dan dengan banyak kapal. Ia akan memasuki negeri-negeri, lalu memenuhi dan melintasinya. Ia juga akan masuk ke dalam Negeri Yang Mulia [Tanah Permai] dan banyak negeri-negeri akan terjatuh. Tetapi mereka ini akan terluput dari tangannya, Edom, dan Moab, dan kepala dari kaum Amon” (Daniel 11:40-41).

Bacaan ini menceritakan kepada kita bahwa “raja negeri Utara,” yang sepertinya akan bangkit, yakni Roman Empire [Kekaisaran Romawi] yang di bicarakan di Daniel 2 dan 7 dan juga di Wahyu 17 raja ini akan menyerang “raja negeri Selatan.”

Ayat 41-43 mengindikasikan bahwa, dalam prosesnya, dia akan memasuki “Tanah Permai” (Tanah Suci) dan bahwa “Ia akan menguasai harta benda emas dan perak dan segala barang berharga negeri Mesir.”

Untuk identitas “raja negeri Selatan,” kerajaan Ptolemaik dari Mesir zaman dulu berakhir. Namun muncul lagi bahwa negara Mesir akan bangkit lagi entah itu menjadi “raja negeri Selatan” atau akan bersekutu dengan bangsa-bangsa lain yang menjadi satu kekuatan yang akan eksis pada saat-saat sebelum Kristus datang kembali (ayat 43).

Konflik Timur Tengah terpusat pada Yerusalem

Mengapa “raja negeri Selatan” akan menyerang “raja negeri Utara” untuk memulai konflik akhir zaman ini? Barangkali hal itu karena permasalahan atau pertentangan ekonomi. Barangkali hal itu karena perlakuan orang terhadap umat Muslim di Eropa. Barangkali hal itu konflik antar agama karena “raja negeri Utara” menjelajah Timur Tengah.

Tanpa mempersoalkan alasan-alasan mengapa “raja negeri Selatan” dan “raja negeri Utara” berperang, nubuat-nubuat dalam kitab Zakharia menjelaskan bahwa Yerusalem akan menjadi titik fokus dari konflik itu sebelum Yesus kembali ke bumi ini.

“Aku akan menjadikan Yerusalem sebagai cawan yang menggetarkan”

Alkitab versi King James yang mencatat peringatan Elohim sebagai berikut, “Behold, I will make Jerusalem a cup of trembling unto all the people round about” [“Lihatlah, Aku akan menjadikan Yerusalem sebagai cawan yang menggetarkan bagi semua bangsa di sekelilingnya”] (Zakharia 12:2).

Alkitab versi New King James menterjemahkan itu seperti ini: “Behold, I will make Jerusalem a cup of drunkenness to all the surrounding peoples, when they lay siege against Judah and Jerusalem. And it shall happen in that day that I will make Jerusalem a very heavy stone for all peoples; all who would heave it away will surely be cut in pieces, though all nations of the earth are gathered against it” ["Sesungguhnya Aku membuat Yerusalem menjadi sebuah cawan kemabukan terhadap bangsa-bangsa di sekelilingnya ketika mereka mengepung Yehuda dan Yerusalem. Dan itu akan terjadi pada hari itu bahwa Aku akan membuat Yerusalem menjadi batu untuk diangkat bagi segala bangsa. Siapa yang mengangkatnya pastilah mendapat luka parah. Segala bangsa di bumi akan berkumpul melawannya”] (Zakharia 12:2-3). 

Ucapan “cawan kemabukan” nampaknya merujuk pada kekacauan – barangkali karena emosi kemarahan atau karena kerumitan masalah itu – bahwa bangsa-bangsa yang campur tangan akan berada dalam kesulitan bagaimana memecahkan konflik itu. Sebagaimana Yerusalem yang merupakan “sebuah batu yang sangat berat bagi bangsa-bangsa,” kota bersejarah ini ditakdirkan menjadi titik kekacauan yang berdampak pada negara-negara yang jauh dari perbatasannya.

Mereka yang mencoba “menggulingkan” batu itu – usaha menyelesaikan masalah – akan membayar harga yang sangat mahal sebagai akibatnya.

Armagedon dan pertempuran terakhir di Yerusalem

Sementara pertikaian atas Yerusalem mungkin atau bukan merupakan katalis/pemicu konflik awal antara “raja negeri Selatan” dan “raja negeri Utara” pada zaman akhir, Elohim menunjukkan melalui nabi Zakharia bahwa pada akhirnya semua bangsa-bangsa akan diseret ke dalam konflik yang berpusat di Yerusalem.

Setelah tentara bangsa-bangsa berada di Armagedon (Wahyu 16:16), mereka akan mengarahkan pandangannya pada Yerusalem. Elohim berkata, “Sesungguhnya, akan datang hari yang ditetapkan TUHAN, maka jarahan yang dirampas dari padamu akan dibagi-bagi di tengah-tengahmu. … Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem” (Zakharia 14:1-2).

Lebih lanjut nubuat itu berkata, “Kemudian TUHAN akan maju berperang melawan bangsa-bangsa” (ayat 3). Setelah Yesus Kristus menang mutlak dalam pertempuran itu dan melenyapkan semua musuh-musuhNya, Dia akan mendirikan Kerajaan Elohim di bumi ini. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry