Siapa yang Mengubah Hari Beribadah Dari Hari Sabtu ke Hari Minggu? Dan Mengapa?

Oleh Eddie Foster

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/sabbath/saturday-sunday/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Sebagian besar Kristen mainstream [yang mengimani ajaran Tritunggal] pergi ke gereja pada hari Minggu. Padahal Alkitab mengajarkan untuk beribadah pada hari ke-7, yakni hari Sabtu. Siapa yang mengubah hari Sabat itu ke hari Minggu? Dan mengapa?

 

 

 

 

 

 

Kristen mainstream pergi ke gereja pada hari Minggu (banyak di antara mereka pergi secara rutin, tetapi ada juga yang pergi sekali-sekali). Sementara itu banyak yang merasa sok mendengar tentang beberapa orang Kristen yang pergi ke gereja pada hari Sabtu. Tetapi Alkitab mengajarkan untuk pengudusan hari Sabat, yakni hari ke-7 itu. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sejarah memberikan fakta yang mengejutkan.

Alkitab menjelaskan bahwa Yesus Kristus menguduskan hari Sabat, yakni hari Sabtu, dan setelah kematianNya, para rasul-rasulNya pun merayakan hari Sabat.

Banyak pembela Kekristenan mainstream mencoba menghubungkan asal mula perayaan hari Minggu itu dengan para rasul. Tetapi meskipun demikian, banyak juga di antara mereka yang merayakan hari Minggu itu harus mengakui bahwa tidak ada dasar alkitabiah yang mengubah ke hari Minggu, dan juga tidak ada perintah dari rasul-rasul itu untuk tidak menguduskan hari Sabat, yakni hari Sabtu.

Siapa yang menggantikan hari Sabat itu?

Karena kebenaran hari Sabat itu tidak berubah di dalam Alkitab, siapa yang mengubah hari beribadah ini dari hari Sabtu ke hari Minggu? Kapan perubahan itu terjadi?

Setelah kematian rasul-rasul Kristus, ide-ide baru mulai bermunculan yang diperkenalkan kepada Kekristenan. Selama abad ke-2, Ignatius, Justin Martyr, Irenaeus dan Clement dari Alexandria menyerang pengudusan hari Sabat dan Tertullian meneruskan serangan itu pada abad ke-3.

Pada Konsili Nikea pada tahun 325 setelah Masehi, Constantine [Konstantinus], Kaisar Romawi dan Gereja Katolik menetapkan hari Minggu sebagai hari istirahat. Dan Konsili Laodikia sekitar tahun 365, Gereja Katolik menyatakan ilegal untuk mengikuti cara ibadah orang Yahudi, yang beristirahat pada hari Sabat, yakni hari ke-7.

Perubahan ini diterima oleh apa yang telah menjadi mayoritas Kekristenan, tetapi pada saat yang sama orang Kristen yang terpencar-pencar dan yang teraniaya itu terus menguduskan hari Sabat, hari ke-7 itu, dan mengikuti ajaran Gereja Perjanjian Baru di abad permulaan itu.

Bagaimana suatu perubahan besar seperti itu bisa terjadi? Apa yang mendasari alasan pengubahan hari Sabtu ke hari Minggu?

Mengapa hari Sabat diganti ke hari Minggu?

Jadi apa yang membuat gereja Kristen mainstream mengubah hari istirahat dan hari beribadah itu, yakni dari hari Sabtu ke hari Minggu?

Penyebab utamanya ialah karena kombinasi antara otoritas gereja yang mengesampingkan prinsip-prinsip alkitabiah dan pengaruh agama paganisme, yakni penyembah dewa matahari dan anti-Semitism [anti Yahudi].

Gereja Katolik mengklaim otoritas untuk mengubah prinsip-prinsip alkitabiah

Sekitar tahun 400 setelah Masehi, Agustinus, seorang teolog Katolik yang dihormati, mengumumkan: “para pemimpin kudus Gereja Katolik telah memutuskan bahwa segala kemuliaan hari Sabat orang Yahudi dialihkan kepada hari Minggu. Oleh karena itu, mari kita merayakan Hari Tuhan sebagaimana orang-orang pendahulu diperintahkan untuk merayakan Sabat” (dikutip oleh Robert Cox tentang Sabbath Laws and Sabbath Duties [Hukum Sabat dan Kewajiban Sabat], 1853, p. 284).

The Catholic Encyclopedia [Ensiklopedi Katolik] pada topik  “hari Minggu” menyebutkan St. Caesarius dari Arles juga memperteguh ajaran ini pada abad ke-6. Mereka ini mempercayakan perubahan hari Sabat itu di tangan para pemimpin gereja (pejabat-pejabat gereja pasca apostolik).

Pada bagian “Ten Commandments,” [Sepuluh Perintah] di dalam buku Catholic Encyclopedia itu menyatakan: “Akan tetapi, Gereja – setelah menggantikan hari Sabat, yakni hari istirahat orang Yahudi, hari ke-7 itu – mereka menjadikan Perintah Ketiga itu, [yakni, yang kita hitung sebagai Perintah Keempat] merujuk pada hari Minggu sebagai hari yang harus dirayakan kudus sebagai Hari Tuhan.”

Ini satu lagi contoh di mana ibadah hari Minggu dilaksanakan berdasarkan otoritas yang diklaim Gereja Katolik untuk mengubah sebuah prinsip alkitabiah. Lagi-lagi, para pemimpin gereja Kristen mainstream menganggap bahwa seperti itulah yang diinginkan para rasul-rasul.

Penulis lain dari Katolik menjelaskan bahwa kebaktian dan ibadah hari Minggu itu merupakan hal yang tidak di-endorse [disahkah/didukung] oleh ajaran Alkitab, tetapi hanya dengan otoritas gereja mereka sendiri.  

Buletin Katolik yang berjudul The Catholic Universe Bulletin 1942 menyatakan: “Gereja mengubah pengudusan hari Sabat itu ke hari Minggu dengan mengambil hak otoritas ilahi yang sempurna yang diberikan kepada Gereja oleh Pendirinya, yakni Yesus Kristus. Gereja protestan, yang mengklaim bahwa Alkitab merupakan satu-satunya panduan iman, tidak mempunyai jaminan untuk menguduskan hari Minggu. Dalam hal ini Gereja Advent yang menguduskan hari ke-7 itu merupakan satu-satunya gereja protestan yang konsisten.” 

The Catholic Virginian berkata pada tahun 1947: “Kita semua percaya dalam banyak hal tentang agama yang kita tidak temui di dalam Alkitab. Misalnya, tidak ada di dalam Alkitab  kita temui yang menyatakan bahwa Kristus atau para rasul-rasulNya memerintahkan hari Sabtu itu diubah ke hari Minggu. Tetapi kita mendapati perintah Elohim yang diberikan kepada Musa untuk menguduskan hari Sabat, hari ke-7, yakni hari Sabtu. Sekarang ini sebagian besar orang Kristen merayakan hari Minggu karena hal itu telah disingkapkan oleh Gereja di luar Alkitab.”

Thomas Aquinas, seorang teolog yang sangat berpengaruh, menuliskan sebagai berikut: “Di dalam Hukum Baru saat perayaan hari Tuhan itu mengambil tempat pada perayaan hari Sabat, itu bukan dari kebajikan aturan alkitabiah tetapi dari ajaran Gereja dan adat istiadat orang Kristen.”

Contoh-contoh ini membuat jelas bahwa hari Sabat itu tidak diubah oleh Yesus Kristus atau para rasul-rasulNya, tetapi oleh mereka yang merasa punya otoritas mengubah prinsip-prinsip alkitabiah. Karena Ibrani 13:8 berkata, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya,” maka sulit dipahami mengapa perubahan itu dibuat oleh mereka sedangkan Kristus tidak pernah memberi mereka otorisasi untuk itu.

Asal-usul ibadah hari Minggu: pemujaan matahari.

Konstantinus adalah orang yang pertama kali dikenal sebagai orang “Kristen” kaisar Romawi. Meskipun dia sungguh menghentikan penganiayaan orang-orang Kristen secara keseluruhan, nampaknya dia justru lebih banyak memperkenalkan ibadah pemujaan dewa matahari ke dalam Kekristenan daripada siapapun sebelum dia.

Ahli sejarah, Paul Johnson, merinci beberapa dari pengaruh ini: “Konstantinus menjadi pengikut Mithras [agama misteri yang dipraktekkan di Kekaisaran Romawi], dan gapura kemenangannya, yang dibangun setelah “pertobatannya”, memberi kesaksian terhadap dewa-Matahari, atau “matahari yang tak terkalahkan.” …. Konstantinus tidak pernah meninggalkan pemujaan dewa-matahari dan membuat gambar matahari pada lempengan koin-koin. Dia membuat Sunday [hari Minggu] menjadi hari istirahat, dengan menutup kantor-kantor pengadilan hukum pada hari Minggu dan melarang setiap pekerjaan kecuali pertanian” (A History of Christianity, 1976, pp. 67-68)

Jadi sebuah keputusan kerajaan untuk beristirahat dan beribadah pada hari Minggu, dan bukan hari Sabtu, dibuat oleh Kaisar Romawi, yakni seorang pemuja dewa matahari. Orang-orang pada saat itu bersyukur kepada Konstantinus bahwa Kristen merayakan hari yang sama dengan Mithraik yang memuja matahari. Ini suatu contoh pengaruh paganisme yang sangat mencolok di dalam praktek orang Kristen mainstream.

Menurut Johnson, orang Kristen yang mengadakan ibadah pada hari matahari, menjadi begitu bingung dalam ibadah mereka –  bahwa selama pemerintahan Kaisar Julian – “Uskup Troy menceritakan kepada Julian bahwa dia selalu berdoa secara sembunyi-sembunyi kepada matahari” (halaman. 67). Dengan demikian Kekristenan mengikuti ibadah utama agama paganisme yang menyembah matahari, yang masih terjadi hingga sekarang dan itu adalah pengaruh Konstantinus: beribadah pada hari Minggu. 

Anti-Smitism [anti-Yahudi] dan penolakan hari Sabat.

Melonjaknya anti-Yahudi pasca zaman kerasulan merupakan masa yang memainkan peran besar pada masa beralihnya ke hari Minggu. Konsili Laodikia pada tahun 365 setelah Masehi memutuskan: “Orang Kristen tidak boleh menjadi “orang Yahudi” dengan cara beristirahat pada hari Sabat, tetapi harus bekerja pada hari itu, tetapi harus menghormati Hari Tuhan, dan, jika mereka bisa, beristirahat pada hari itu sebagai orang Kristen. Tetapi jika terdapat orang menjadi orang pengikut Yahudi, hendaklah mereka terkutuk dari Kristus” (Canon XXIX).

Jadi, menguduskan hari Sabat pada hari Sabtu dianggap “menjahudikan,” sehingga hal itu dianggap sebuah kejahatan besar.

Ditulis oleh ahli sejarawan, Eusebius bahwa Konstantinus, pada Konsili Nikea pada tahun 325 setelah Masehi, mengatakan, “Nampaknya hal yang tidak guna bagi kita untuk mengikuti perayaan Paskah yang paling kudus ini, menurut praktek orang Yahudi … Dengan demikian marilah kita bertindak untuk tidak memiliki kesamaan dengan orang-orang Yahudi yang paling menjijikkan itu.”  

Dengan demikian, karena orang-orang Kristen ingin untuk tidak berurusan dengan hal-hal yang berbau Yahudi, maka mereka beristirahat dan beribadah pada hari lain, yakni hari Minggu.

Apakah anda mencari gereja yang mensponsori Life, Hope & Truth? Periksalah itu di halaman tautan “Who We Are

Apakah tradisi manusia membatalkan Firman Tuhan?

Hari Sabat itu tidak pernah diubah dari hari Sabtu ke hari Minggu oleh Yesus Kristus atau oleh rasul-rasulNya. Hari Minggu menjadi hari perhentian dan hari beribadah bagi Kristen mainstream itu diubah melalui Gereja Katolik yang mengklaim otoritas untuk menolak dan mengesampingkan ayat Suci Alkitab, di bawah pengaruh pganisme dan anti-Semitism [anti-Yahudi].

Mereka yang mencoba membangun dasar Kekristenannya pada ajaran Kristus dan para rasulNya hendaknya mengetahui sejarah tentang apa yang terjadi terhadap hari Sabtu dan kemudian menanyakan satu pertanyaan berdasarkan Injil Markus 7:8. Apakah saya sedang mengikuti Kristus atau adat istiadat manusia?

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry