Tujuh Kunci Untuk Hubungan yang Lebih Baik
Posted on February 16, 2016
oleh David Treybig
http://lifehopeandtruth.com/relationships/friendship/seven-keys-to-better-relationships/
Mengapa banyak hubungan berlangsung suram dan berakhir? Prinsip-prinsip apa yang dapat kita himpun dari Alkitab untuk memelihara atau mengobati hubungan kita dengan keluarga dan teman-teman kita?
[Dari majalah Discern edisi Januari/Februari 2014.]
Kondisi hubungan manusia di berbagai bidang sekarang ini, pada umumnya boleh dikatakan memudar. Di berbagai lapisan sosial – dari level kepala negara yang satu dengan kepala negara yang lain, bangsa dengan bangsa bahkan orang per orang – kita melihat ada banyak contoh hubungan yang ternoda dan putus.
Hubungan antara orang per orang
Di Amerika, sudah menjadi hal biasa mendengar karyawan menembak atasannya dan koleganya dan ini sangat menyedihkan. Juga, telah banyak terjadi penembakan membabibuta di sekolah, di pusat-pusat perbelanjaan dan di bioskop, yang diorganisir oleh orang-orang yang marah dan yang terganggu jiwanya.
Di skala international, penganiayaan, kuntit, penculikan dan kekerasan jalanan, semua ini merupakan gejala dunia kita yang sudah rusak.
Di rumah, tentang keharmonisan hubungan pribadi dalam pernikahan, banyak suami dan istri harus bergumul untuk saling akur. Sebagian besar di negara Barat sekitar 50% pernikahan berakhir dengan perceraian, dan jutaan pasangan lain (banyak di antaranya memiliki anak) berpisah tanpa pernah memiliki komitmen pernikahan.
Membedah masalah perceraian
Karena sebagai manusia, kita telah banyak mencatat pengalaman tentang hubungan buruk, maka memang sangatlah mudah bagi kita untuk mendokumentasikan dan bahkan memprediksi suatu hubungan yang pada umumnya cenderung akan memburuk. Pada tahap paling awal konflik terjadi, sedikit silang pendapat dibiarkan atau diabaikan. Akhirnya terjadilah sesuatu yang menyulut kemarahan dan frustrasi, yang mana akan membawa hubungan itu kepada tahap konflik.
Sementara konflik itu berkembang, kedua belah pihak mengalami rasa permusuhan dengan komunikasi negatif dari satu sama lain. Pada tahap ini, banyak di antara mereka menyebarkan percekcokan itu kepada orang lain di luar sana dan mencari penghiburan dari mereka. Hubungan itu akhirnya putus setelah satu pihak atau keduanya menyadari bahwa duka dan ketidakpuasan yang mereka alami itu sudah terlalu jauh dan hubungan mereka tidak mungkin bisa lagi dipertahankan.
Untuk penjelasan yang lebih rinci bagaimana hubungan suatu pernikahan gagal, silakan melihat di sidebar [artikel rujukan] “The Process of Conflict.” Meskipun sidebar ini menjelaskan apa yang terjadi ketika pernikahan gagal, prosesnya sama dalam hal kemerosotan hubungan di berbagai bidang.
Langkah-langkah pemulihan yang akan menyelamatkan hubungan
Meskipun ada kejadian yang amat menyedihkan ketika hubungan harus berakhir, banyak di antaranya dapat dipulihkan dan diselamatkan dengan cara mengikuti prinsip-prinsip yang disingkapkan kepada kita di dalam Alkitab. Berikut ini adalah tujuh kunci pedoman untuk hubunngan yang lebih baik:
Kunci No. 1: Jangan mengangkat suara keras. Alkitab berkata bahwa “jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman” (Amsal 15:1). Ketika diskusi berubah menjadi teriakan suara, pendapat orang pun tidak berubah. Sebaliknya, mereka dikeraskan dan orang merasa benar dalam posisi mereka sendiri karena perilaku orang lain.
Kunci No. 2: Selalu berkata benar. Meskipun sudah merupakan kebiasaan bagi orang untuk berkata dusta, apabila teman anda menyadari bahwa anda tidak selalu berkata benar, dia tidak akan selalu percaya terhadap apa yang anda katakan. Sebaliknya, hubungan baik akan bertumbuh atas dasar kepercayaan; dan ketika seorang di antaranya berkata dusta, maka kepercayaan akan sendirinya rusak. Memperhatikan hal ini, Paulus menasihatkan Jemaat Allah di Efesus untuk “membuang dusta dan berkata benar seorang kepada yang lain” (Efesus 4:25).
Kunci No. 3: Selalu tunjukkan rasa hormat. Ketika kita tidak menghargai atau setuju dengan pendapat atau tindakan seseorang, kita perlu menghormati pendapat orang itu. Barangkali kita tidak memahami semua hal yang menjadi diskusi atau perdebatan itu, atau orang itu barangkali telah melakukan kesalahan. Sebagaimana Paulus menuliskan, “Janganlah …memfitnah” (Titus 3:2).
Kunci No. 4: Berusahalah menjadi seorang yang lemah lembut dan pendamai. Sementara beberapa orang memiliki pemahaman yang keliru dan mengatakan bahwa atribut lemah lembut dan pendamai itu merupakan tanda kelemahan, perilaku ini sesungguhnya kunci untuk hubungan yang lebih baik dan refleksi kesalehan. Paulus memperingatkan kita: “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang” (Roma 12:18). Yakobus menambahkan: “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (Yakobus 3:17).
Kunci No. 5: Pikirkanlah sebelum bicara. Sementara tergoda untuk lekas merespon terhadap tuduhan palsu, kita akan berbuat baik dan hati-hati apabila kita memikirkan kata-kata kita sebelum bicara. Apakah perkataan yang akan kita ucapkan itu akan menolong menyelesaikan masalah itu atau hanya akan memperdalam luka dan memperburuk keadaan? Sekali kita mengucapkannya, kata-kata yang kita ucapkan itu tidak akan mungkin kita tarik kembali. Meskipun kita meminta maaf, orang lawan bicara kita itu akan tetap mengingat apa yang telah kita ucapkan itu. Sebagaimana Yakobus menuliskan: “Hendaklah cepat mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (Yakobus 1:19).
Kunci No. 6: Segeralah meminta maaf dan terimalah permintaan maaf orang lain. Setiap orang pasti mempunyai kesalahan, jadi segeralah meminta maaf ketika anda menyadari bahwa anda telah menyakiti atau menyinggung perasaan seseorang atau melakukan kesalahan terhadap dia.
Kita juga perlu – dengan rela hati – segera menerima permintaan maaf orang lain ketika mereka mengakui bahwa mereka telah berbuat kesalahan dan meminta maaf kepada kita. Untuk menjelaskan masalah ini, Kristus berkata, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6:14-15).
Kunci No. 7: Gunakanlah Roh Kudus Allah. Bukti Roh Allah yang bekerja di dalam hidup kita adalah “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23). Roh Kudus itu juga menolong kita untuk tertib dan dewasa secara rohani (2 Timotius 1:7). Jika kita sungguh-sungguh “hidup oleh Roh” (Galatia 5:16), ciri bawaan ini akan terlihat dari tutur dan perbuatan kita. Ciri bawaan ini juga akan membuat kita disayangi oleh sahabat-sahabat kita.
Banyak ayat Alkitab memberikan petunjuk praktis bahwa jikalau kita menggunakan Roh Kudus akan menolong kita untuk membina hubungan. Cobalah bayangkan betapa indahnya memiliki seorang sahabat yang hidup sepenuhnya dengan buah kasih sebagaimana yang dijelaskan oleh rasul Paulus sebagai berikut:
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap” (1 Korintus 13:4-8).
Bertumbuh di dalam kasih seperti itu membawa kita ke arah hubungan yang sehat dan indah yang Allah inginkan untuk kita miliki! Bacaan lain yang dapat menolong kita untuk mengembangkan hubungan saleh terdapat juga di Filipi 2:1-5 dan Roma 12:9-21. Pelajarilah ayat-ayat ini dan mintalah pertolongan Allah untuk melakukan itu di dalam hidup anda.
Pergunakanlah kunci-kunci ini untuk bekerja di dalam hubungan anda dan perhatikan hasil positif yang berlipat ganda. Prinsip abadi Allah selalu membuahkan buah yang baik.
Anda akan mendapatkan lebih banyak lagi bahan-bahan bacaan tentang memperbaiki hubungan pernikahan dan hubungan lainnya pada bagian “Relationships” di Website kami LifeHopeandTruth.com
Sidebar: Insiden Internasional: Masalah Hubungan di Panggung Dunia
Hubungan kita dengan keluarga dan sahabat-sahabat kita merupakan suatu dunia kecil dari hubungan di level lokal, nasional dan internasional. Prinsip yang mengatur hubungan pribadi ini juga berdampak pada hubungan-hubungan internasional yang dapat mengarah kepada konflik dan bahkan peperangan.
Misalnya, tidak rahasia lagi bahwa hubungan antara Presiden Obama Amerika dan Presiden Putin Rusia sepertinya telah menjadi kusut. Pada musim panas lalu ketegangan hubungan mereka kembali menjadi sorotan publik sementara mereka dalam konflik kepentingan atas pembocoran informasi rahasia seputar program-program National Security Agency [Badan Keamanan Nasional] yang dibocorkan oleh Edward Snowden dan ketegangan lain di antara mereka ialah bagaimana merespon terhadap penggunaan senjata kimia di Suriah.
Presiden Amerika menuduh Putin memperburuk keadaan dengan menaruh kecurigaan dalam era Perang Dingin dengan demikian mempertegang hubungan antara kedua negara. Dia juga mengutuk posisi Rusia di Suriah dan hak asasi manusia. Menanggapi hal ini, Presiden Putin menyatakan bahwa Amerika bertindak munafik, tidak menghargai Rusia dan seolah-olah bertindak sebagai bully [orang yang menzalimi] di panggung dunia.
Bangsa terhadap bangsa
Tentang hubungan antar bangsa, Amerika dan Rusia masih jauh lebih baik dibandingkan dengan ketegangan yang dialami negara-negara lain. Di Timur Tengah, beberapa bangsa Arab berkata bahwa tujuan mereka adalah untuk menghancurkan Israel, sementara bangsa itu mati-matian untuk dikenal sebagai pemerintahan yang sah dan dihargai untuk hidup damai. Warga Israel sekarang ini hidup dalam ketakutan bahwa Iran akan memakai senjata nuklir dan akan menggunakannya untuk memerangi Israel.
Koalisi bangsa-bangsa di PBB telah dihalangi Iran secara sistematis selama bertahun-tahun sementara bangsa itu terus mengembangkan teknologi nuklirnya yang patut diduga akan digunakan untuk kekuatan militer, meskipun telah berulangkali diminta dan diupayakan agar ambisi itu dibatalkan. Meskipun ada indikasi temporer untuk resolusi damai, yakni yang diluncurkan oleh presiden baru Iran, banyak kekhawatiran bahwa kebuntuan ini tidak akan berakhir dengan damai.
Kelompok terhadap kelompok
Sekarang kita beralih ke kancah politik, diperpolitikan masalah ini tidak juga lebih baik. Perang sipil di Suriah sekarang telah menelan korban lebih dari 110,000 jiwa, dan pemerintahan Assad dituduh telah menggunakan senjata kimia terhadap warganya sendiri.
Di Mesir, emosi masyarakat sangat memanas antara yang pro dan kontra atas tergulingnya Presiden Mohamed Morsi. Meski para pendukungnya – terutama dari kalangan Muslim Brotherhood – menginginkan dia kembali berkuasa, tetapi militer Mesir menurunkan dia dari kekuasaan secara paksa dan pengadilan Mesir menerbitkan perintah untuk membubarkan Muslim Brotherhood dan menyita seluruh asetnya.
Di Amerika Serikat, masyarakat telah frustrasi ketika Kongres dan presiden tidak bekerjasama untuk mendanai pemerintahan dan mengelola utang pinjaman negara secara bertanggung jawab. Daripada duduk bersama untuk bernegosiasi guna mencari solusi terhadap perbedaan-perbedaan pendapat, kedua belah pihak justru lebih suka bicara kepada para awak media dan menjelek-jelekkan lawan politiknya. Masyarakat menilai dan hingga pada saat ini, tidak presiden Amerika Serikat, tidak juga Kongres mendapat rating [penilaian] di atas 50%.
Untuk mencari solusi bagi konflik semacam ini dan bagi hubungan yang sudah rusak pada level internasional, pertama-tama kita harus menyelesaikannya terlebih dahulu masalah hubungan pada level pribadi. Ketika orang di dunia ini belajar dan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab yang dimuat di dalam artikel ini, maka hal itu akan memperbaiki hubungan pada semua level.
Sidebar: Proses terjadinya konflik
1. Tahap Laten: Perasaan-perasaan negatif tidak disuarakan dan didiskusikan secara terbuka, dan frustrasi dan ketidakpuasan makin meningkat.
2. Tahap Pemicu: Terpicunya suatu konflik sering terjadi karena hal kecil dan tidak terlalu berkaitan dengan kegeraman hati dan frustrasi yang muncul.
3. Tahap cekcok: Frustrasi yang terpendam dan kejengkelan akhirnya meledak. Hal ini sering menjadi kejutan kepada satu pihak yang tidak menyadari dalamnya perasaan. Percekcokan ini dapat membawa kedua belah pihak kepada resolusi, penjauhan diri atau terus dalam suasana konflik.
4. Tahap konflik yang semakin memanas: Konflik itu mulai meluas ke segi kehidupan lain. Kritik bermusuhan dan ucapan yang meremehkan menyebabkan kemarahan dan kepahitan semakin berkembang. Setiap orang merasa dienyahkan dan terancam. Kerelaan hati untuk menerima tuduhan lebih kecil daripada niat untuk mempersalahkan orang lain. Dalam beberapa kasus, yang satu akan mencoba membuat dirinya tampil lebih pantas untuk meruntuhkan pihak lawanya.
5. Tahap mencari teman pendukung: Masing-masing partner mencoba untuk mencari teman yang akan mendukung dia dan setuju bahwa si lawan adalah penyebab masalah. Beberapa pasangan menggunakan anak-anaknya sebagai para pendukungnya untuk menyakiti satu sama lain. Masalah pribadi dibicarakan dengan teman-teman dan saudara sepupu dalam usaha mereka mencari pendukung. Keduanya menjadi semakin bermusuhan kepada satu sama lain dan semakin tidak ingin untuk berdamai.
6. Tahap mencari kepuasan di luar: Apabila konflik berlanjut, rasa kebencian dan permusuhan pun akan semakin besar dan kepuasan akan semakin kecil sehingga satu pihak atau keduanya barangkali akan mencari kepuasan emosional di luar hubungan. Beberapa orang akan mencari pemenuhan hati melalui anak-anaknya, pekerjaan, hobi, pelayanan komunitas, dan lain-lain. Pasangan menikah mungkin akan mencari pasangan selingkuh. Investasi emosional di dalam hubungan menurun drastis.
7. Tahap pemutusan hubungan: Tahap akhir dari suatu konflik yang tidak tuntas adalah pemutusan hubungan. Satu atau kedua belah pihak mencapai puncak di mana mereka tidak mau lagi toleransi dengan situasi itu.
Kemerosotan suatu hubungan seyogianya dapat dihentikan pada salah satu tahap di atas, tetapi hal itu memerlukan kesadaran dan tindakan, sebagaimana diuraikan oleh Nick Stinnett, James Walters dan Evelyn Kaye, di dalam artikel mereka yang berjudul Relationships in Marriage and the Family, edisi ke-2, 1984, hal. 191-192.
Sidebar: Kapan Mengakhiri Persahabatan
Beberapa orang memiliki pemahaman yang salah tentang hubungan mereka dengan teman-teman mereka. Mereka berpendapat bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain selain harus mempertahankan seluruh hubungan – apapun atau bagaimanapun itu. Tetapi ini sangat berlawanan dengan Alkitab yang menyatakan bahwa “orang benar memilih sahabatnya dengan hati-hati” (Amsal 12:26, versi NIV).
Sementara kita berusaha untuk tidak pernah mengakhiri suatu hubungan tanpa dipikirkan dengan seksama (kita tidak ingin merangkul mentalitas yang kotor yang bisa meracuni hubungan), atau tanpa terlebih dahulu melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalahnya (Roma 12:18), ada saatnya yang tepat bagi kita untuk mengakhiri suatu hubungan. Berikut ini ada lima situasi di mana kita harus mengambil keputusan itu demi kebaikan.
Orang itu menolak untuk menerima tanggung jawab atas masalah dan menolak bekerja sama dengan anda untuk menyelesaikan konflik (Matius 18:15-17).
Orang itu bersikeras untuk bertindak dengan cara-cara yang tidak alkitabiah, yang ilegal atau yang tidak etis (Amsal 12:26).
Orang itu mengancam anda, terlibat dalam bentuk-bentuk penyalahgunaan atau tindakan yang membuat anda harus memisahkan diri dari dia (Mazmur 120:7; Amsal 22:24).
Untuk informasi lebih lanjut dalam memperbaiki berbagai hubungan, silakan periksa artikel kami pada bagian “Relationships”
Apakah anda mempunyai pertanyaan?
Ajukanlah kepada kami
This article was translated from http://lifehopeandtruth.com