Tulisan pada Dinding

oleh Andre van Belkum

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/understanding-the-book-of-daniel/writing-on-the-wall/

Seorang raja di zaman kerajaan Babel dulu sangat ketakutan sewaktu menyaksikan sebuah tangan yang tiba-tiba muncul, dan menuliskan sebuah peringatan pada dinding istana. Apa artinya ini kepada kita hari ini?

 

Bab ke-5 dari kitab Daniel mencatat sebuah adegan yang patut kita perhatikan di mana raja Belsyazar mengadakan pesta mewah untuk menunjukkan kesombongan. Dan ini terjadi pada tahun 539 sebelum Masehi. Tempat itu adalah Babel, yakni ibukota Kekaisaran Kasdim.

Raja Babel itu, mengadakan pesta untuk seribu tamu-tamu mulia dan tamu lainnya. Dalam tindakan asusila dan penghinaannya terhadap Allah, dia dan tamu-tamunya bersulang bagi dewa-dewa berhala mereka dengan menggunakan bejana-bejana kudus yang telah dirampas Raja Nebukadnezar dari Bait Suci di Yerusalem. “Mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-dewa emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu” mereka (Daniel 5:4).

Pada puncak kegirangan mereka di pesta itu, raja terkejut ketika tiba-tiba sepotong tangan terlihat dan mulai menuliskan sebuah pesan pada dinding istana. “Pada waktu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu. Lalu raja menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan” (ayat 5-6).

Daniel dipanggil

Raja itu memanggil semua orang-orang bijaknya di istana, tetapi mereka tidak mampu menjelaskan makna dari kata-kata yang tertulis pada dinding itu. Dan ratu istana menganjurkan agar Daniel dipanggil untuk menginterpretasikan apa yang telah dituliskan tangan itu.

Dan mengapa Daniel dipanggil? Karena dia memiliki reputasi sebagai orang “yang penuh dengan roh dari Allah yang Kudus,” dan “akal budi dan hikmat …kecerahan, akal budi dan pengetahuan, pemahaman untuk menjelaskan arti mimpi,” dan untuk  “menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan menguraikan kekusutan” (ayat 11-12). Untuk informasi lebih lanjut tentang orang ini yang Allah pakai untuk menginterpretasikan mimpi dan penglihatan, bacalah artikel kami yang berjudul “Interpretasi Mimpi.”

Daniel mengurai arti perkataan

Kemudian Daniel menyampaikan sebuah pesan akan bencana dan malapetaka yang akan menimpa raja dan Kekaisaran Babel. Daniel menjelaskan bahwa sepotong tangan dikirim oleh Allah, yakni pesan yang datang dari Sorga: “Sebab itu Ia menyuruh punggung tangan itu dan dituliskanlah tulisan itu” (ayat 24).

Tulisan itu terdiri dari empat kata dalam bahasa Aram: “MENE, MENE, TEKEL, UPHARSIN [bentuk jamak kata itu adalah peres]” (ayat 25). Masing-masing dari perkataan ini memiliki dua arti, yang satunya kata kerja dan yang lainnya sebagai kata benda yang berarti suatu nilai yang berhubungan dengan keuangan (moneter) (dan satu dari dua tersebut terjadi dua kali). Dengan demikian, itu terjadi bahwa Allah sedang memberi sebuah pesan yang artinya ganda kepada raja itu – sebuah pesan tentang kejatuhan Babel dan pesan bagi raja itu sendiri akan akhir dari kekuasaannya yang sudah di ambang pintu. 

Berikutnya Daniel memberitahukan kepada raja apa arti tulisan itu:

  •  “MENE: Allah telah menghitung umur kerajaanmu, dan mengakhirinya;
  • “TEKEL: Anda telah ditimbang pada timbangan, dan keputusan akan segera diambil;
  • “PERES: Kerajaanmu telah terbagi, dan diberikan kepada Medo dan Persia (ayat 26-28).

Raja Belsyazar dibunuh

Para jenderal Medo dan Persia menyadari bahwa serangan langsung yang frontal pada tembok Babel akan sangat hebat dan akan mengakibatkan kehilangan banyak nyawa. Oleh karena itu, mereka mengalihkan aliran Sungai Efrat, yang mengalir melalui kota itu, dan pada malam itu mereka memasuki kota yang sangat dibentengi itu melalui dasar sungai yang kering itu. Penduduk kota itu diangkut secara tiba-tiba, dan kota itu segera diserbu.  

Peristiwa ini terjadi dalam satu malam, dan raja Babel yang pernah berjaya itu tewas. Ironisnya, kejadian yang dramatis ini terjadi sementara raja Kasdim dan permaisurinya sedang mengadakan sebuah pesta yang menghormati dewa-dewa mereka dan, pada saat yang sama, raja itu menghina Allah yang Mahakuasa! “Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu. Darius, orang Media, menerima pemerintahan ketika ia berumur enam puluh dua tahun” (ayat 30-31).

Pelajaran bagi kita

Adakah sesuatu yang dapat kita pelajari dari insiden zaman dulu ini?

Berabad-abad kemudian Paulus menuliskan ayat Suci Alkitab yang menjelaskan pentingnya untuk merujuk pada kejadian-kejadian yang terdapat pada kitab Keluaran dan juga seluruh peristiwa yang dicatat di Perjanjian Lama: “Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu di mana zaman akhir telah tiba” (1 Korintus 10:11).

Ini terserah kepada kita masing-masing untuk mengindahkan semua kejadian ini dan merenungkannya dalam hati, untuk belajar dari pelajaran-pelajaran yang Allah telah catat bagi pelajaran dan, yang paling penting, untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Paulus menekankan: “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci” (Roma 15:4).

Apakah kita dapat melihat tulisan pada dinding itu hari ini?

Situs ini menerbitkan peringatan tentang kerusakan besar yang berakibat pada masyarakat oleh mereka yang mempromosikan ajaran-ajaran duniawi dan standar yang bertentangan dengan nilai-nilai alkitabiah. Alkitab dan prinsipnya tidak lagi berada pada dasar fondasi yang kuat yang menopang hidup kita.

Lagi-lagi kita lihat sekarang ini bahwa Allah dan AlkitabNya dihujat, dicaci dan dibuat najis – dan ini terjadi pada bangsa-bangsa Kristen! Mengapa begitu banyak orang yang tidak memiliki visi? Mengapa orang menolak untuk belajar pelajaran-pelajaran yang benar di masa lalu? Jika tren zaman modern ini, yakni yang bertentangan dengan Firman Allah tidak diputar haluan, seluruh bangsa-bangsa akan menghadapi bencana dahsyat yang menyebabkan hancurnya Kekaisaran Babel itu.

Pelajaran 1: Menghujat Allah berujung pada konsekuensi serius

Belsyazar membuat kesalahan fatal. Dia menghina Allah yang Mahakuasa, dia menggunakan bejana-bejana kudus yang dirampas dari Bait Suci di Yerusalem untuk bersulang bagi dewa-dewa berhala mereka. Melalui perbuatannya, raja mendatangkan konsekuensi yang mengerikan terhadap dirinya sendiri dan terhadap rakyatnya.

Perhatikanlah peringatan dari Firman Allah yang diarahkan kepada bangsa Israel dulu dan kepada seluruh bangsa di bumi ini hari ini.

Nabi Yesaya menyerukan: “Air muka mereka menyatakan kejahatan mereka, dan seperti orang Sodom, mereka dengan terang-terangan menyebut-nyebut dosanya, tidak lagi disembunyikannya. Celakalah orang-orang itu! Sebab mereka mendatangkan malapetaka kepada dirinya sendiri” (Yesaya 3:9).

Yeremia menuliskan: “Dengarlah, hai bumi! Sungguh, ke atas bangsa ini Aku akan mendatangkan malapetaka akibat dari rancangan-rancangan mereka, sebab mereka tidak memperhatikan perkataan-perkataanKu dan menolak pengajaranKu” (Yeremia 6:19)

Nabi ini juga menyaksikan sesuatu “yang mengerikan” pada mereka yang seharusnya mengajarkan jalan hidup Allah: “Mereka menguatkan hati orang-orang yang berbuat jahat sehingga tidak ada seorangpun yang bertobat dari kejahatannya” (Yeremia 23:14).

Salah satu dari cara-cara yang dilakukan oleh begitu banyak orang ialah bahwa mereka menghina kekudusan Allah dengan menyebutkan namaNya dengan cara yang tak pantas dan sembarangan. Ini merupakan pelanggaran Perintah Allah ke-3, yang menyatakan: “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan” (Keluaran 20:7).

Bila kita menghidupkan TV atau radio, dalam hitungan menit kita cenderung mendengarkan orang mengeluarkan kata-kata yang mencemarkan kekudusan nama Allah dengan menyebutkan namaNya sembarangan. Allah berkata bahwa Dia akan memandang orang semacam itu “bersalah”, yang artinya, akan mendapat hukuman.

Perhatikan komentar dari The Expositor’s Bible Commentary (edisi revisi) tentang Perintah Allah yang ke-3: “Nama Allah (Heb. Sem) harus diperlakukan dengan rasa hormat yang paling tinggi. “Mengucapkan” nama Tuhan di bibir kita dengan ‘sia-sia’ berarti ‘menyalahgunakan’ itu. Kepalsuan dan penggunaan sia-sia terhadap nama Allah di bibir orang-orang pilihanNya mencakup: (1) menyatakan kejutan ringan dalam perkataan sumpah yang benar, (2) mengisi kesenjangan di dalam kata-kata atau doa dengan menggunakan nama Tuhan tanpa fungsi nyata di dalam kalimat, dan (3) umengkonfirmasikan sesuatu melalui sebuah sumpah atas sesuatu yang salah” (481).

Pelajaran 2: Jangan abaikan tanda-tanda zaman ini

Sulit untuk kita percayai bahwa Belsyazar bisa mengadakan sebuah pesta mewah ketika pasukan perang Media dan Persia telah berkemah di luar tembok kota itu! Pada saat orang-orang Babel merasa yakin akan keamanan mereka – karena tembok Babel itu mereka percayai tidak tertembus.

Berapa banyak orang hari ini yang menyadari bahwa tembok-tembok bangsa Barat kita tidak tertembus? Berapa banyak orang dapat melihat tulisan pada dinding tembok kita yang mengartikan suatu hukuman akan datang jika masyarakat kita terus mengabaikan perintah-perintah Allah?

Yesus Kristus berkata: “Jagalah dirimu … supaya hari Tuhan [kedatanganNya yang kedua kalinya] jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti jerat [seperti yang terjadi pada penduduk Babel itu]. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (Lukas 21:34-36).  

Pelajaran 3: Kesombongan dapat membutakan kita sehingga tidak melihat kesalahan dan kelemahan kita

Di dalam kitab Amsal kepada kita diajarkan suatu prinsip yang berharga: “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan” (Amsal 16:18). Pribadi Belsyazar begitu diisi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga dia tidak tahu sama sekali kehancuran dan kejatuhannya yang sudah di ambang pintu. 

Di dalam banyak lingkaran, nilai-nilai moral Barat sudah semakin merosot, dan ideologi duniawi mereka telah menggantikan kepercayaan mereka kepada Allah dan Alkitab. Etika dan standar Kristen telah semakin menjadi kurang penting karena “setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hakim-hakim 21:25).   

Warisan orang Kristen dari bangsa-bangsa Barat, yang berarti begitu banyak bagi pemerintahan mereka dan orang-orang pada masa lalu, sekarang rusak karena ide-ide duniawi yang didistorsi dan memberi ruang untuk dosa dengan menggunakan alasan pembenaran politik. Alkitab berkata bahwa filosofi ini adalah penyesatan yang licik!

Sebagaimana demokrasi Barat kita terus menolak Allah dan FirmanNya, kita dapat mengantisipasi berbagai masalah dan kesulitan untuk memperburuk bangsa kita. Seperti hukuman yang Allah datangkan kepada bangsa Israel dulu karena ketidakpatuhan mereka terhadap hukum-hukumNya (Imamat 26; Ulangan 28), yang merupakan contoh yang Allah kehendaki bagi kita semua, kita dapat mengantisipasi hal-hal berikut ini: 

  • Masalah bangsa-bangsa yang semakin banyak.
  • Kuasa dan penyelesaian masalah yang semakin melemah.
  • Perubahan cuaca yang semakin destruktif.
  • Meningkatnya ancaman dan aktivitas teroris
  • Keuangan yang semakin merosot.
  • Masalah kesehatan yang terus bertambah (baik fisik maupun mental)
  • Kekerasan dan kejahatan sosial yang semakin meningkat.
  • Masalah pernikahan dan keluarga yang semakin bertambah.

Nabi Hosea menuliskan bahwa Allah menjadi geram karena “mereka telah melangkahi perjanjianKu dan telah mendurhaka terhadap pengajaranKu … Dari emas dan peraknya mereka membuat berhala-berhala bagi dirinya sendiri …maka mereka akan menuai puting beliung … Sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajaranKu, itu akan dianggap mereka sebagai sesuatu yang asing” (Hosea 8:1, 4, 7, 12).

Satu-satunya jalan untuk selamat – mari kita menguatkan hubungan kita dengan Allah

Pada saat Raja Belsyazar menyaksikan tulisan tangan pada dinding itu, waktunya sudah terlalu terlambat untuk berbalik. Apakah anda melihat dan mengenali prinsip alkitabiah yang abadi itu yang ada pada pesan zaman dulu ini dan bagaimana untuk merespons?

Apabila kita membuat perubahan di dalam hidup kita sesuai dengan kehendak Allah, maka Dia akan memberikan apa yang perlu bagi kita dan melindungi kita. Yesaya 26:3 menyatakan: “Yang hatinya teguh Engkau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMulah ia percaya” (Yesaya 26:3).

Untuk tetap mengikuti berita dunia yang berkaitan dengan Firman Allah dan belajar apa yang Allah kehendaki atas hidup anda, periksalah “Insights Into News & Prophecy” dan kunjungilah “Learning Center” pada situs kami Lifehopeandtruth di mana anda akan menemukan berbagai bahan pelajaran dan pelayanan.

Untuk pelajaran lebih lanjut, silakan anda membaca artikel serupa pada tautan  http://philippines.cogwa.org/articles/entry/kitab-daniel yang membahas beberapa peristiwa pada zaman Daniel. 

 

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry