Bagaimana Kerja Keluarga-keluarga Bahagia

Allah menghendaki pernikahan menjadi suatu anugerah yang indah atas kasih. Mengapa begitu sulit untuk memiliki sebuah pernikahan yang bahagia dan  menyenangkan sekarang ini? Apa sebenarnya yang dimiliki pasangan-pasangan bahagia?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/relationships/marriage/how-great-marriages-work/     

Pada tahun ke-4 pernikahan mereka, anak ke-2 mereka lahir cacat Down syndrome!

Pada tahun ke-15 mutasi pekerjaan membuat mereka berpindah-pindah tempat tinggal di tiga kota dalam empat bulan.

Pada tahun ke-28 dia (suami), yang telah bekerja di posisi atas, kehilangan pekerjaan dan atas kejadian itu telah merusak reputasi keluarga mereka.

Pada tahun ke-46 dia (istri) menderita suatu penyakit yang membuat dia tak berdaya  dalam waktu lama.

Sekarang, pada tahun ke-51 pernikahan mereka, ketika Larry dan Judy mengenang kembali masa-masa sulit kehidupan mereka, mereka langsung memuji hubungan kuat mereka sebagai salah satu kunci yang telah mengiring langkah mereka melalui masa-masa sulit itu sehingga tetap bertahan hingga sekarang.

Semua pernikahan tentu memiliki saat-saat “suka dan duka” namun Larry, sambil melihat Judy, berkata, “Judy selalu menjadi anggota tim yang penuh komitmen. Kami sama-sama tahu itu, dan dengan pertolongan Allah, kami dapat melalui segalanya.”

Dengan bersambut senyuman, Judy menambahkan, “Dan kami selalu bersahabat baik dan selalu membicarakan bersama tentang segala hal. Dari hari-hari awal, kami berbagi nilai-nilai kehidupan dan iman.”

Komitmen. Persahabatan. Komunikasi. Berbagi nilai-nilai kehidupan dan iman. Ini semua adalah kualitas terpenting yang membuat pernikahan manjadi subur dalam masa-masa senang dan bertahan pada masa-masa sulit.

Hukum-hukum yang berperan  

 “Pernikahan adalah suatu penyatuan alami tetapi sebuah institusi yang ilahi yang ditahbiskan oleh Allah. Hal itu ditetapkan oleh Allah Pencipta pada saat penciptaan dan menjadi sesuatu yang abadi dan yang tak bisa berubah.” Saya telah memimpin banyak seremoni pernikahan dan menyebut kata-kata ini, dengan berharap untuk dapat membentuk keteguhan di dalam pikiran pasangan itu yang berdiri di hadapan saya untuk menyampaikan betapa serius perjanjian atau ikrar yang mereka buat dengan Allah.

Tetapi saya selalu percaya bahwa mereka itu bijak untuk memahami hukum-hukum Allah yang selain mengikat pernikahan mereka, mereka juga memahami bahwa mereka harus hidup dengan hukum-hukum Allah yang mengikat seluruh hubungan. Ketika anda melihat pernikahan yang bahagia, anda akan melihat hukum-hukum yang mengatur mereka.

Ada berapa banyak pernikahan bahagia yang anda tahu hari ini? Meskipun semakin jarang, beberapa masih ada; dan apabila anda menemukannya, sangatlah baik untuk melihat apa yang membuat mereka begitu bahagia. Larry dan Judy merupakan salah satu dari beberapa pasangan yang bahagia yang kami wawancarai untuk mencari tahu kunci atau rahasia yang telah menolong mereka selalu berhasil.

Pasangan-pasangan ini telah menghadapi tantangan yang juga dihadapi banyak pernikahan sekarang ini – antara lain, pasangan yang mencari waktu dalam menjalin hubungan yang sehat, yang menghadapi kesulitan keuangan, yang menghadapi kultur yang mengabaikan komitmen, dan pasangan yang berobsesi mengejar kesenangan pribadi, dan lain-lain. Ditambah lagi bahwa mereka telah menghadapi serangan kultural dan tantangan tradisi pada pernikahan yang tanpa henti-henti merusak faktor atau kunci rahasia yang bisa menolong hubungan pernikahan untuk keberhasilan mereka.

Namun demikian, pasangan-pasangan ini memahami bahwa keberlangsungan hukum pernikahan itu sendiri tidak gagal – manusianya yang gagal! Tetapi hanya karena terlalu banyak di antara kita telah gagal untuk hidup sesuai dengan pernikahan menurut standar Allah, dan hanya karena pernikahan berada di bawah tekanan, itu bukan berarti tidak mungkin bagi kita untuk membangun sebuah pernikahan yang damai, yang penuh kasih dan yang penuh inspirasi.

Meskipun masing-masing pasangan menandai elemen-elemen hubungan yang berlainan, tetapi kesemuanya itu memiliki basis kepercayaan positif: pernikahan adalah karunia Allah kepada kita. Sebagaimana Raja Salomo yang bijak berkata kepada anaknya, “Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN” (Amsal 18:22).

Aset pernikahan adalah kasih, lingkungan yang stabil, yakni yang memberi keamanan, hubungan emosional yang konstan dan membesarkan anak-anak untuk meneruskan generasi berikutnya dengan generasi yang positif untuk berkontribusi bagi masyarakat.

Berikut ini adalah wawasan dari pasangan yang kita temui, yakni wawasan yang sangat menolong mereka mendapatkan aset tersebut.

Kunci #1: Pergunakanlah waktu untuk mengenal seseorang yang berpotensi menjadi pasangan anda

Ketika ditanya apa nasihat yang akan mereka beri kepada pasangan yang sedang merencanakan pernikahan, maka mereka menganjurkan konseling yang kompeten dan konsisten: Pergunakanlah waktu untuk benar-benar mengenal dan memahami orang yang anda ingin nikahi. Diperlukan waktu untuk mengenali kelemahan dan kekuatan anda sendiri dan kelemahan dan kekuatan calon pasangan anda.

Bagi David dan De Lynn, masalah kecocokan amatlah penting untuk sebuah pernikahan yang sukses. Sebagai bagian dari konsel pernikahan, mereka melakukan survei yang mengkonfirmasikan bahwa mereka adalah pasangan yang cocok. Setelah beberapa waktu menikah, mereka menyadari betapa mereka cocok – dalam beberapa bidang seperti kultur keluarga yang mirip, keduanya adalah anak urutan tengah, dan memiliki kesukaan yang sama dan kepercayaan agama yang sama – merupakan kunci komponen dari keberhasilan pernikahan dan keluarga. Seperti yang mereka katakan: “Adalah penting untuk menggunakan waktu untuk mengenal bukan saja orang yang anda ingin nikahi, tetapi juga keluarganya dan nilai-nilai yang mereka miliki.”   

Misalnya, kita berasal dari kultur yang berbeda dan dibesarkan dalam berbagai keyakinan dalam tanggung jawab dan peran suami/istri. Sebagian besar perbedaan bukan satu-satunya yang bisa menyebabkan perpecahan, tetapi itu juga dapat menyebabkan ketegangan dan konflik, dan itu dapat menjadi faktor utama untuk menentukan pernikahan semacam apa nantinya itu dikemudian hari. Namun apabila dua insan mengenali perbedaan-perbedaan mereka sebelum menikah dan menemukan jalan yang timbal-balik, yakni yang saling menguntungkan untuk menyelesaikan masalah yang mungkin timbul, mereka dapat menyelesaikan itu dengan sukses dan menghindari konflik pernikahan.

Oleh sebab itu, kami sungguh menasihati agar melakukan konseling terlebih dahulu sebelum menikah, yakni sebelum pasangan mengatakan, “Ya, saya bersedia.”  Waktu yang dipergunakan dalam persiapan pernikahan dapat merupakan jaminan dan pertolongan untuk meletakkan fondasi untuk hubungan pernikahan yang langgeng.

Kunci #2: Pahami bahwa pernikahan memerlukan kerja dan tindakan

Pasangan itu juga berbicara tentang ekspektasi kita yang realistis. David dan Kim berkata bahwa memutuskan untuk menikah dengan seorang yang sempurna dalam segala hal untuk memenuhi semua keinginan dan hasrat merupakan resep gagal. Sebagaimana yang dijelaskan David, “Tidak ada yang sempurna. Kita tidak sempurna, dan kita tidak akan menemukan orang yang sempurna untuk menjadi pasangan kita.”

David juga mencatat, “Berpacaran dan menikah pada umumnya terjadi karena banyak kesenangan tetapi kemudian menjadi kenyataan bahwa pernikahan sesungguhnya memerlukan kerja. Ketika orang merasa bahwa kesenangan itu mulai layu dan hubungan mereka sepertinya akan memerlukan lebih banyak waktu dan upaya daripada yang mereka duga, maka mengakhiri pernikahan dan mencari orang lain lagi adalah pendapat yang salah. Apa yang tidak disadari banyak orang ialah bahwa sementara mereka berpacaran, kesadaran bahwa semua pernikahan akan memerlukan kerja keras dan sebuah komitmen untuk terus memperkuat dan menghidupkan kehangatan hubungan.”

Dan inti daripada apa yang dimaksud pernikahan memerlukan kerja ialah bahwa kita harus bergumul dengan pengaruh kepentingan diri sendiri. Kita bukan pusat dari alam semesta. Dunia ini dan seluruh manusia yang di dalamnya tidak diciptakan untuk hanya membuat kita bahagia. Untuk sungguh-sungguh mencintai seseorang berarti kita ingin melayani orang lain dan menolong dia dan membuat dia bahagia. Kasih yang ilahi tidak mementingkan diri sendiri tetapi kasih yang memperhatikan kepentingan orang lain.

Sebagaimana Kim melihat, “Hanya berfokus pada apa yang kita inginkan dan angan-angankan di dalam penikahan tidaklah sehat. Sebaliknya, kita akan lebih baik jika kita tidak muluk-muluk tetapi menunjukkan cinta kasih kita kepada pasangan kita.”

Sementara kita menyambut kehadiran anak dalam keluarga, hubungan antara suami dan istri akan menghadapi lebih banyak tuntutan. Ketika anak-anak memerlukan kebutuhan mereka – yang mereka butuhkan sementara mereka bertumbuh makin besar dan hingga mereka bekerja sendiri – maka suami dan istri cenderung untuk tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan hubungan mereka. Sedihnya, beberapa pasangan mengabaikan hubungan pernikahan sementara mereka membesarkan anak-anak mereka sehingga ketika anak-anak mereka meninggalkan keluarga untuk mandiri, mereka tidak lagi peduli satu sama lain. Perceraian bisa terjadi pada tahap kehidupan seperti ini.

Untuk menghadapi persoalan ini, Judd dan Quely berkata bahwa mereka sedang mencoba mengingat bahwa hubungan mereka merupakan fondasi bagi kebahagiaan keluarga mereka. “Kami mempelajari prinsip ini dari sebuah kursus membesarkan anak yang kami ikuti dulu yang berjudul ‘Growing Kids God’s Way,’” [Membesarkan Anak Menurut Kebenaran Allah] kata Judd. “Sekarang bahwa kami sudah mempunyai seorang anak, kami tetap menikmati malam kencan dan saling memberi perhatian spesial terhadap satu sama lain.”

Mengenai berapa banyak waktu yang perlu diberikan kepada pasangan dan anak-anak mereka, Nick dan Sarah menemukan cara membuat keseimbangan yang pas buat mereka. Sementara mereka memberi kebebasan bagi satu-sama lain untuk melakukan hobi atau kegemaran pribadi – Nick adalah seorang pemain dan pelatih bola voli yang kompeten, sementara Sarah memiliki kegemaran masak-masak di luar rumah – mereka juga percaya bahwa sangat penting untuk menemukan kesamaan hobi yang mereka berdua tekuni dan nikmati bersama. Mereka dan kedua anak perempuan mereka baru-baru ini telah sama-sama lari dan menempuh 5 km, meskipun Nick tidak begitu suka olah raga lari. 

Dia menyimpulkan kepercayaan mereka seperti berikut ini: “Suami-suami dan istri-istri sebaiknya memiliki kebebasan untuk mengejar cita-citanya, dan mereka juga sebaiknya menemukan hal-hal yang menjadi sebuah aspirasi yang mereka bisa bagikan.” Sarah menambahkan, “Menikmati hari-hari bersama menolong keluarga kita bertahan hidup dan subur.”

Salomo berkata demikian: “Nikmatilah hidup bersama istri yang engkau kasihi di sepanjang hari-harimu yang sia-sia, yang telah Dia berikan kepadamu di bawah matahari. Itulah bagianmu di dalam hidup ini dan dalam jerih lelahmu di bawah matahari.” (Pengkhotbah 9:9, Indonesian MB).

Kunci #3 Kembangkan Kecakapan Berkomunikasi yang Baik

Bagaimana cara seorang suami dan istri untuk menghadapi konflik merupakan sebuah indikator seberapa kokoh pernikahan mereka. Karena setiap orang adalah unik, perbedaan-perbedaan pendapat akan tidak terelakkan. Keluarga-keluarga bahagia umumnya adalah keluarga dimana suami dan istri telah belajar bagaimana berkomunikasi dengan menunjukkan respek atas perbedaan-perbedaan mereka dan mencari solusi yang saling mendukung bagi kebaikan bersama.

Sementara mungkin tergoda untuk menghindari diskusi yang mungkin menyangkut sikap emosional, pasangan yang menghargai hubungan mereka akan tetap melakukan diskusi itu bagaimanapun. Sebagaimana David dan Kim berkata, “Jangan pergi tidur dengan perasaan marah. Bicarakan hal itu dulu.”

Sejak mereka menikah, mereka menggunakan ajaran Alkitab yang terdapat dalam  Efesus 4:26 (“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu”) sebagai satu prinsip hubungan – jangan biarkan kemarahan terpendam hingga bernanah. Kontrol pribadi terhadap emosi merupakan sebuah kunci untuk percakapan yang produktif.

Pasangan yang sukses mengatasi permasalahan mereka biasanya tunduk pada beberapa pedoman sederhana yang sepertinya membuat komunikasi mereka membuahkan hasil yang mereka inginkan. Pasangan itu memberikan saran-saran berikut ini:

  • Gunakan lebih banyak waktu untuk memahami sudut pandang pasangan anda daripada menjelaskan sudut pandang anda sendiri.
  • Perluas wawasan anda, dengan menyadari bahwa barangkali ada banyak jalan untuk meninjau dan memecahkan masalah, bukan seperti menurut pandangan anda sendiri.
  • Selalu siap sedia untuk rela hati terhadap apa saja yang menjadi solusi terbaik bagi hubungan pernikahan anda dan bagi keluarga anda. Dengan demikian anda  menyampaikan sebuah pesan yang kuat bahwa anda sungguh mencintai pasangan anda dan sungguh peduli dengan hubungan anda dengan dia.
  • Gunakan candaan yang humoris, dan jangan terlalu serius. Beberapa pasangan merasakan bahwa momen-momen lucu yang penuh dengan keriangan hati dalam menghadapi masalah yang serius dapat mengendorkan ketegangan. Kadang-kadang dengan sedikit candaan ringan dan lucu dalam mendeskripsikan sesuatu yang serius atau yang menjengkelkan bisa menolong anda menempatkan masalah itu dalam perspektif – memecahkannya secara bijak dan adil.

Ketika seorang pasangan mengalami patah semangat atau mengalami suatu hari yang kurang menyenangkan, maka pasangannya yang penuh kasih memberikan semangat dan sudut pandang yang berbeda dapat menjadi pendukung yang membahagiakan bagi dia. 

Suami dan istri yang saling berkomunikasi dengan saling memperhatikan satu sama lain akan menciptakan suatu lingkungan yang positif yang dari dalamnya anak-anak mereka dapat belajar dan akan mengambil teladan dengan mengikuti perilaku yang sama. Beberapa orang menyebutkan bahwa makan malam spesial bersama-sama keluarga merupakan saat yang menyenangkan bagi mereka dengan bebas mendiskusikan apa saja yang ada dalam pikiran mereka.

Ibrani 10:24 menasihatkan kita untuk “saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam perkerjaan baik.” Kecakapan berkomunikasi yang baik akan menolong kita untuk memenuhi ajaran ini dari Allah.

Bangunlah hubungan pernikahan anda

Kita dapat dengan mudah menambahkan kunci-kunci lainnya untuk pernikahan yang bahagia – seperti misalnya menetapkan dan menyelesaikan gol keluarga dan untuk selalu menyiapkan waktu untuk kebutuhan kencan – namun tiga prinsip di atas ini adalah kunci-kunci di permulaan. Dengan mengimplementasikan konsep ini anda dan pasangan anda akan terbantu untuk mengembangkan dan memelihara sebuah pernikahan yang riang gembira dan bahagia.

Selagi anda menjalani hidup, ingatlah observasi cerdik Raja Salomo: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mazmur 127:1). Berharap kepada Allah untuk hikmat dan bimbinganNya – membuat Dia menjadi pembangun dalam pernikahan dan keluarga kita – menjamin kita dapat mengimplementasikan kunci-kunci di atas. Masing-masing pasangan dan setiap pernikahan dan keluarga adalah unik, tetapi Allah dapat memberi kita bimbinganNya dan arahanNya yang akan bekerja bagi setiap orang.  

Untuk mempelajari lebih bannyak tentang prinsip-prinsip alkitabiah yang membawa kebahagiaan bagi hubungan pernikahan dan keluarga, bacalah artikel kami pada situs ini. Silakan klik dan jelajahi tautan ini: http://philippines.cogwa.org/articles/entry/tiga-perkataan-tidak-sebelum-anda-mengatakan-ya

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry