Perintah Kesembilan: Jangan Mengucapkan Saksi Dusta

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/lying-ninth-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Perintah Kesembilan itu terdapat di kitab Keluaran 20:16: “Jangan mengucapkan saksi dusta terhadap sesamamu.” Prinsip ini mencakup semua bentuk-bentuk dusta.

 

 

 

 

 

Perintah Kesembilan ini berakar pada integritas dan kejujuran. Sungguh-sungguh mematuhi perintah ini untuk tidak berdusta memerlukan pengubahan pola pikir kita.

Mengapa Elohim membenci dusta?

Yesus menandai Setan, si iblis itu sebagai “bapa segala dusta.” Ketidakjujuran adalah kebalikan dari karakter dan identitas Elohim karena hal itu memelintir dan memutarbalikkan kebenaran, menghancurkan hubungan dan menciptakan ketidakpastian.

Perintah Kesembilan itu secara eksplisit melarang membuat pernyataan palsu terhadap sesama. Apa maksudnya ini, dan apa lagi yang tercakup pada perintah ini? 

Siapa sesama anda?

Yesus membentangkan arti pada ucapan “Siapakah sesamaku manusia?” Di dalam perumpamaan “the Good Samaritan” [orang Samaria yang murah hati] di dalam injil Lukas 10:25-37. Dia menunjukkan bahwa kita harus menjadi orang baik/murah hati bagi sesama kita.

Jelasnya bahwa orang yang murah hati yang dimaksudkan Yesus Kristus tidak akan berdusta kepada sesama.

Mencegah sumpah palsu, fitnah dan pemutarbalikan fakta peradilan

Hukum-hukum modern tentang sumpah palsu didasari pada konsep penguatan terhadap  pentingnya kebenaran.

Perintah Kesembilan didesain untuk mencegah fitnah dan pemutarbalikan fakta peradilan.

Sebagaimana Elohim berkata kepada Musa dan orang Israel: "Engkau tidak boleh menyebarkan kabar bohong dan bersaksi yang tidak benar untuk membantu orang yang bersalah. Engkau tidak boleh turut kebanyakan orang melakukan kejahatan dan dalam memberikan kesaksian engkau tidak boleh turut kebanyakan orang dengan membelokkan hukum. …

“Janganlah engkau berlaku tidak adil terhadap hak saudara-saudaramu yang miskin. Engkau harus menjauhkan diri dari perkara dusta dan janganlah membunuh orang yang tidak bersalah dan orang yang jujur, karena Aku tidak akan membenarkan orang yang jahat. Dan engkau tidak boleh menerima suap, sebab suap dapat membutakan orang bijak dan dapat memutarbalikkan perkataan orang yang benar” (Keluaran 23:1-2, 6-8).

Dusta dan ketidakjujuran sungguh menyesatkan dan merusak hati dan menjadi kekejian bagi Elohim.

Apakah berdusta itu dosa?

Semua dusta melanggar hukum Elohim, dan itu dosa.

Berdusta itu secara jelas dinyatakan sebagai dosa di kitab Imamat 6:2: "Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah setia terhadap TUHAN, dan memungkiri [berdusta] terhadap sesamanya …”

Hal ini diperkuat di dalam ayat Alkitab bahwa Elohim membenci dusta dan bahwa orang-orang pendusta tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Elohim:

  • “Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatiNya: … seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan” (Amsal 6:16, 19).
  • “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenanNya” (Amsal 12:22).
  • “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua” (Wahyu 21:8).
  • “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu [Yerusalem baru]. Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar” (Wahyu 22:14-15).

Syukurlah, sejak semua orang telah berdosa, Elohim membuka jalan bagi kita untuk bertobat dan mendapat pengampunan. Dosa sangatlah serius – dosa menuntut maut/kematian Sang Juruselamat kita untuk membayar penalti dosa kita! Jadi kita tidak boleh menganggap dusta itu sepele.

Maksud utama Elohim dari Perintah Kesembilan ini lebih dalam dari sekedar berdusta. Ini menekankan pentingnya kebenaran, dan mengajarkan pentingnya bertumbuh secara rohani ke arah kesempurnaan karakter Elohim Sang Pencipta yang membenci kepalsuan dan mencintai kebenaran.

Elohim kebenaran

Elohim itu adalah Elohim kebenaran. Dia menghendaki kita untuk belajar membenci dusta dan ketidakjujuran dan mencintai kebenaran. Perhatikan ayat-ayat Suci Alkitab ini tentang betapa pentingnya kebenaran itu bagi Elohim:

  • “Dialah Gunung Batu, perbuatanNya sempurna. Sebab semua jalanNya adalah keadilan, Elohim yang setia, tiada kecurangan, adil dan benar Dia” (Ulangan 32:4).
  • “Sebab TUHAN itu baik, kasih setiaNya untuk selama-lamanya, dan kesetiaanNya tetap turun-temurun” (Mazmur 100:5).
  • “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).
  • “FirmanMu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17).
  • "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu” (Yohanes 18:37).

Elohim tidak berdusta

Adakah hal yang tidak mungkin bagi Elohim? Ya!

Bilangan 23:19 berkata, “Elohim bukanlah manusia sehingga Dia berdusta.” Alkitab bahkan berkata, “Elohim tidak mungkin berdusta” (Ibrani 6:18) dan bahwa Dia “ tidak dapat berdusta” (Titus 1:2). Dia tidak akan berkata dusta.

Bapa segala dusta

Sebaliknya, Setan adalah bapa segala dusta. Yesus Kristus menjelaskan kepada mereka yang membenarkan diri dan mengejek Dia: “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yohanes 8:44).

Dusta pertama yang dicatat di dalam Alkitab ialah ketika Setan, yang datang berupa ular, berkata kepada Hawa bahwa Elohim berdusta: “Namun ular itu berkata kepada wanita itu, ‘Kamu sekali-kali tidak akan mati, karena Elohim mengetahui bahwa pada saat kamu makan buah itu, matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi seperti Elohim, yaitu mengetahui yang baik dan yang jahat’” (Kejadian 3:4-5).

Betapa itu tipuan yang kejam – dia (Setan) berdusta dengan mengatakan Elohim kebenaran itu sebagai pendusta!

Kita merindukan saat bilamana Setan itu tidak mendustai bangsa-bangsa lagi (Wahyu 20:3).

Tidak perlu bersumpah

Roh Perintah Kesembilan itu memiliki makna lebih dalam dari sekedar bersumpah palsu. Setiap perkataan kita sebaiknya bisa dipercaya – tidak perlu harus bersumpah.

Sebagaimana Yesus mengajarkannya di dalam KhotbahNya di Bukit Zaitun: "Kamu juga sudah mendengar, bahwa kepada mereka pada zaman dahulu telah dikatakan: ‘Jangan bersumpah palsu, tetapi penuhilah janjimu di hadapan TUHAN.’ Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi surga, karena itu adalah takhta Elohim; ataupun demi bumi, karena itu adalah tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena itu adalah kota Raja yang besar. Janganlah pula bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa untuk membuat sehelai rambut pun menjadi putih atau hitam. Akan tetapi biarlah perkataanmu: ‘Ya, jika ya,’ dan: ‘Tidak, jika tidak.’ Apa yang lebih daripada itu, berasal dari si jahat" ((Matius 5:33-37).

Elohim menghendaki kita untuk menggantikan dusta dengan kejujuran di dalam kata-kata kita dan hati kita serta pikiran kita.

Apakah white lies [dusta putih] itu OK? [dusta putih = dusta demi ‘kebaikan’]

Elohim menghendaki “kebenaran dalam batin” (Mazmur 51:8), dan dusta putih – tanpa mempermasalahkan maksud baik kita – tidak dalam standar kebenaran Elohim.

Bagaimana dengan “dusta putih”?

Beberapa orang penasaran apakah mungkin untuk selalu berkata benar dan menyarankan bahwa “white lies” perlu untuk menghindari dari menyinggung/menyakiti orang lain. Akan tetapi Alkitab berkata bahwa kita harus “berpegang kepada kebenaran di dalam kasih” (Efesus 4:15). “White lies” tidak perlu; tetapi kebijaksanaan atau budi bahasa, kebaikan dan kesopanan harus selalu dipraktekkan.

Rasul Paulus juga menasihati orang-orang Kristen di Efesus dan ia berkata, “Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota” (Efesus 4:25).

Perintah Kesembilan tetap berlaku dan sangat penting hari ini. Pelajarilah lebih jauh tentang apa yang dikatakan Alkitab tentang berdusta, ketidakjujuran dan pentingnya berkata benar. Bacalah artikel kami yang berjudul “Berdusta vs. Berkata Benar”. (Silakan menggunakan kolom search pada situs ini). 

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang perintah-perintah lainnya, bacalah artikel kami yang berjudul “Apa itu 10 Perintah?” (Silakan menggunakan kolom search pada situs ini).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry