Apa itu Pernikahan?

oleh Graemme Marshall

https://lifehopeandtruth.com/relationships/marriage/what-is-marriage/

Allah Sang Pencipta langit dan bumi menciptakan manusia laki-laki dan perempuan, dan Dia memberi pengajaran tentang pernikahan. Dia menjelaskan kepada kita mengapa Dia menciptakannya dan apa sebenarnya pernikahan itu?

Hanya ada satu sumber orisinal di atas bumi ini dimana kita dapat menemukan bagaimana, kapan, mengapa dan di mana pernikahan dimulai. Buku ini – Holy Bible – yakni Alkitab, telah banyak diterbitkan dan lebih banyak daripada buku-buku lainnya, akan tetapi hanya sedikit orang yang memahaminya. Tetapi apabila anda mulai menggunakannya, anda akan bisa menemukan suatu pemahaman apa arti pernikahan.

Alkitab menjelaskan bagaimana pernikahan itu mulai.

Awalnya, Dia menciptakan satu manusia

Untuk meneliti awal sejarah pernikahan, kita mulai dari kitab Kejadian, yakni kitab permulaan, “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kejadian 2:7).

Allah menciptakan manusia pertama, Adam, dari debu tanah. Awalnya, Adam, hidup sendirian. Segera sesudah ia diciptakan, Allah memberi dia tanggung jawab, mengajar dia tentang bagaimana merawat lingkungannya, memeliharanya dan menjaganya (ayat 15).

Tetapi manusia itu hidup sendirian …

Dunia ini, di saat mana Adam hidup, segalanya indah dan sempurna – dengan satu kekecualian yang sangat terlihat. Adam hidup sendirian.

Dunia ini penuh dengan hewan dari semua jenis, dan Allah menyuruh Adam memberi nama mereka masing-masing (ayat 19). Melalui proses ini Adam belajar betapa berbedanya dia dari kerajaan hewan tersebut. Dia diciptakan menurut “gambar dan rupa Allah,” yang memiliki intelek dan kapasitas untuk berpikir dan menciptakan. Setelah dia selesai menamai seluruh hewan-hewan itu, sepertinya Adam sadar betapa sepinya hidup sendirian. Dan nampaknya Allah ingin berbicara tentang hal ini dan menjelaskannya kepada Adam.

“TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia’” (ayat 18). Jadi Allah mengambil tulang rusuk Adam dan menjadikan seorang penolong yang sepadan dengan Adam – seorang perempuan.  

Dia adalah seorang pasangan yang ideal – seorang yang kepadanya Adam dapat berbagi pikiran dan hati yang paling dalam serta hasratnya. Dia (Hawa) adalah seorang yang kepadanya dia (Adam) membangun dan membesarkan sebuah keluarga.

Pernikahan pertama

Setelah Allah menunjukkan ciptaan barunya kepada Adam, Alkitab berkata kepada kita, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (ayat 24). Pernikahan pertama diawali dari Adam dan Hawa dimana Adam menjadi laki-laki dan Hawa menjadi istrinya.

Pernikahan harus menjadi perpaduan yang tidak terpisahkan. Faktanya bahwa Allah menjadikan Hawa dari salah satu tulang rusuk Adam semestinya merefleksikan koneksi yang intim dan permanen yang selalu ada di tengah-tengah kehidupan mereka. Mereka berbagi dalam satu daging dan oleh karena itu mereka harus berbagi hidup bersama. Mereka membentuk satu unit keluarga yang di dalamnya mereka menikmati percakapan yang dalam, atau menikmati suasana yang hening, dalam kesulitan dan dalam tekanan, termasuk hubungan fisik yang intim yang Allah kehendaki hanya boleh dialami oleh suami dan istri. 

Allah menghendaki pernikahan monogami sepanjang hidup

Narasi alkitabiah menunjukkan bahwa Adam dan Hawa menjalani hidup mereka dengan satu sama lain dan mempunyai anak. Untuk beberapa generasi nampaknya anak-anak mereka mengikuti teladan yang diajarkan – yakni menikah, membesarkan anak-anak dan memperhatikan mereka bertumbuh hingga menikah dan memulai keluarga mereka.

Ketika 10 Hukum Taurat itu dikodifikasi dan diberikan kepada Musa di Gunung Sinai, Hukum yang ke-7 itu jelas mengatakan, “Jangan berzinah” (Keluaran 20:14). Allah tidak menginginkan apapun atau siapapun mengganggu hubungan khusus antara suami dan istri.

Namun pada saatnya kita menemukan ada penyimpangan dari pola yang ditetapkan oleh Allah ini. Lamekh adalah orang pertama di dalam Alkitab yang mempunyai dua istri (Kejadian 4:19). Dan sebagaimana Alkitab mencatatnya, kita membaca sejarah yang menyedihkan tentang gundik atau istri gelap (perempuan yang statusnya bukan sebagai istri sah dari seorang suami), poligami dan hubungan gelap yang terjadi di luar ketetapan Allah.

Masalah-masalah yang terjadi terhadap keluarga seperti ini sungguh parah. Ini bukanlah apa yang dikehendaki Allah!

Allah menghendaki keturunan

“Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka, ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi’” (Kejadian 1:28).

Allah tidak mendesain sebagian besar dunia satwa untuk menjadi unit keluarga yang monogami. Tetapi, sekali lagi, kita melihat perbedaan yang jelas antara manusia dan hewan. Dari mulanya pernikahan didesain antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan keduanya memproduksi dan membesarkan anak-anak mereka sebagaimana Allah kehendaki.

Melalui perkataan Yesus Kristus dan para rasulNya, kita dapat melihat bahwa perspektif Allah terhadap pernikahan adalah sebuah hubungan yang penuh kasih dan monogamis antara satu laki-laki dan satu perempuan dan perspektifNya tidak berubah. Penulis Mazmur menuliskan, “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah” (Mazmur 127:3)

Allah kembali menegaskan rencanaNya terhadap pernikahan di dalam Perjanjian Baru

Melalui Yesus dan rasul-rasul, Allah menegaskan ulang dan menjelaskan seperti apa pernikahan itu. Yesus berkata, “Jawab Yesus: ‘Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka “laki-laki dan perempuan” dan firman-Nya: “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia’” (Matius 19:4-6).

Dalam mendeskripsikan kualifikasi seorang pemimpin di dalam Jemaat, Paulus menuliskan bahwa dia harus merupakan seorang “suami dari seorang istri” (1 Timotius 3:2), yang menegaskan ulang bagaimana Allah merancang pernikahan yang berawal dari sejak penciptaan Adam dan Hawa.

Kemudian di Galatia 5:19 Paulus mengingatkan orang Kristen bahwa mereka diperintahkan Allah untuk menghindari perzinahan dan percabulan – sebuah pengingat bahwa hubungan seks adalah sesuatu yang semestinya dilakukan secara eksklusif dalam hubungan pernikahan. 

Perceraian

Sekarang ini kedengarannya seperti di zaman dulu, akan tetapi upacara pernikahan dulu disertai dengan ucapan “hingga kematian memisahkan kita.” Itu artinya bahwa yang bisa memisahkan hubungan suami istri ialah kematian dari salah satu pasangan.

Sekarang ini perceraian sudah menjadi hal biasa. Semakin lama semakin banyak orang mengalami patah hati dalam pernikahan dan perceraian bahkan terjadi berkali-kali. Secara tegas, ini bukanlah kehendak Allah! Ketika ditanya tentang perceraian, Yesus menjawab: “Kata Yesus kepada mereka: ‘Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian’” (Matius 19:8).

Untuk informasi lebih lanjut apa yang dikatakan Alkitab tentang pernikahan atau perceraian, bacalah artikel kami yang berjudul “Bercerai dan Menikah Lagi Menurut Alkitab.”

Silakah mengklik tautan ini: http://philippines.cogwa.org/articles/entry/bercerai-dan-menikah-lagi-menurut-alkitab

Berikut adalah ringkasan yang diajarkan Alkitab tentang pernikahan

  1. Allah mendesain pernikahan sebagai sebuah hubungan sepanjang hidup dan yang setia antara seorang laki-laki dan seorang perempuan.
  2. Adam diciptakan pertama kali dan awalnya dia menjadi manusia yang hidup dalam kesendirian. Dari satu tulang rusuknya Allah yang penuh kasih membentuk seorang perempuan dan dibawa kepada Adam. Mereka menjadi “satu daging,” dan dia merupakan seorang perempuan yang sepadan bagi Adam. Mereka akan membentuk keluarga dan membesarkan anak-anak mereka bersama-sama.
  3. Karena dosa mulai masuk, terjadilah poligami dan perceraian. Kristus berkata bahwa perceraian diperbolehkan bagi orang Israel dulu hanya karena kedegilan hati mereka. Sementara itu Allah sungguh memberikan ketetapan-ketetapan untuk pernikahan untuk menyelesaikan masalah perceraian pada situasi tertentu, perceraian sungguh merupakan pengalaman yang menyakitkan. Allah tidak menghendaki anak-anakNya menyakiti satu sama lain dalam situasi seperti itu.
  4. Melalui perkataan Yesus Kristus dan para rasulNya, kita dapat melihat bahwa perspektif Allah terhadap pernikahan sebagai hubungan yang penuh kasih, yang monogamis antara seorang laki-laki dan seorang perempuan tidak berubah. Di dalam Perjanjian Baru Allah kembali menegaskan itu dan Dia menunjukkan betapa pentingnya kesetiaan dalam pernikahan.

Laki-laki dan perempuan secara desain berbeda namun mereka diciptakan untuk saling melengkapi. Dan hanya melalui hubungan pernikahan itu sendiri Allah menghendaki anak-anak untuk dibesarkan di dunia ini – dibesarkan dan diajar dalam kasih, dirawat sepenuh hati oleh ibu dan ayah mereka.

Apabila anda ingin mempelajari lebih jauh tentang bagaimana memiliki sebuah pernikahan yang bahagia, bacalah artikel kami yang berkaitan dengan pernikahan pada situs ini, antara lain artikel yang berjudul, “Bagaimana Memiliki Kebahagiaan dalam Pernikahan.” Silakan mengklik tautan ini: http://philippines.cogwa.org/articles/entry/bagaimana-memiliki-kebahagiaan-dalam-pernikahan Anda akan merasakan manfaat yang membuat anda senang setelah membacanya!

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry