Raja Negeri Selatan

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/understanding-the-book-of-daniel/the-king-of-the-south/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Daniel menuliskan tentang seorang “raja negeri Selatan” yang telah memainkan peran yang sangat penting sepanjang sejarah dan akan muncul lagi pada saat-saat sebelum Kristus kembali ke bumi ini. Siapa raja negeri Selatan ini?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Istilah perkataan “raja negeri Selatan” terdapat hanya pada satu lokasi di dalam Alkitab — yakni, Daniel 11, yang juga adalah bab yang memuat rincian nubuat Alkitab. Raja ini disebut pertama kali di ayat 5, dimana kita membaca “Raja negeri selatan akan menjadi kuat dan ia akan memerintah dengan kekuasaan yang lebih besar lagi.” 

Siapa raja ini? Siapa dia ini yang akan muncul “pada akhir zaman” yang disebut di ayat 40? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu informasi yang melatarbelakanginya.

Satu di antara pertimbangan pertama ialah latar belakang nubuat ini. Daniel menerima wahyu ini pada “tahun ketiga pemerintahan Koresh raja Persia,” yakni pada tahun 537 atau 536 Sebelum Masehi menurut The Expositor’s Bible Commentary (Daniel 10:1). Nubuat Daniel 11 diawali dari ayat 2-4, yang menjelaskan apa yang akan terjadi di dalam Kerajaan Persia dan Yunani setelah Daniel mendapat penglihatan ini, dan terus berlanjut ke “akhir zaman” (Dan 11:40).

Penunjukan arah

Untuk memahami identitas “raja negeri Selatan,” kita harus memahami penunjukan arah — “Selatan” — yang diberikan kepada raja ini. Pertanyaannya ialah, sebelah Selatan apa? Ini jadi semakin jelas ketika kita menyadari mengapa nubuat ini diberikan kepada Daniel. Malaikat yang datang kepada dia berkata, “Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu" (Daniel 10:14).

Maksud dan tujuan dari nubuat ini ialah agar Daniel memahami dan untuk kita hari ini untuk memahami apa yang akan terjadi kepada orang-orang Yahudi — yakni orang-orang seperti Daniel — setelah kematiannya. Mengingat bahwa nubuat ini ditulis dari perspektif orang Yahudi, maka penunjukan arah ke Selatan atau ke utara itu dilihat dari Yerusalem, ibu kota Yehuda. Jadi “raja negeri Selatan” berlokasi di sebelah selatan Yerusalem. (Perhatikan bahwa “raja negeri Utara” juga dibicarakan di Daniel 11:6. Untuk hal ini bacalah artikel kami yang berjudul, “Raja Negeri Utara.”)

Sementara beberapa ayat dari Daniel 11 agak sulit untuk dipahami, dengan menggunakan Bible commentary yang bagus seperti The Expositor’s Bible Commentary, dapat menolong kita untuk melihat bagaimana sejarah telah terjadi persis seperti prediksi nubuat ini.

Sekarang mari kita perhatikan siapa “raja negeri Selatan” yang disebut di Daniel 11:5

Kegenapan sejarah 

Sebagaimana kita telah perhatikan, ayat 2-4 memprediksi peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi di Kekaisaran Persia dan Yunani. Secara spesifik, ayat 4 menggambarkan bagian Kerajaan Yunani menjadi empat pusat kekuasaan setelah kematian Alexander Agung pada tahun 323 sebelum Masehi.  

Satu dari empat bagian Kerajaan Alexander berada di Mesir, yang merupakan bagian Selatan dari Yerusalem. Pemimpin Kerajaan ini ialah “raja negeri Selatan” yang dibicarakan di ayat 5. Dalam sejarah, raja-raja di kerajaan ini yang berada di Mesir ini disebut Ptolemies [Ptolemaios].

Bagian Kerajaan Alexander yang berada ke arah utara Yerusalem adalah Syria, yang Raja-rajanya disebut Seleucids [Seleukia]. Pemimpin Seleukia disebut “raja negeri Utara” di ayat 6.

Dan mengapa peristiwa-peristiwa yang merujuk kepada Ptolemaios dan Seleukia menjadi penting? Jelasnya, karena orang-orang Yahudi yang bermukim di Yerusalem akan mendapat dampak atas aksi-aksi dari kedua penguasa besar ini — yang satu Selatan dan yang lain Utara. Yerusalem akan diserbu berkali-kali ketika Kerajaan-kerajaan ini bentrokan dan terkena dampak dari aksi kedua kerajaan ini. Daniel 11:5-31 mencatat interaksi antara Ptolemaios (“raja negeri Selatan”) dan Seleukia (“raja negeri Utara”).

Kemudian ayat 32-39 menggambarkan aksi dari keluarga Yahudi yang disebut Makabi untuk melawan “raja negeri Utara,” yang menjadi Kekaisaran Romawi yang terjadi setelah kemenangan Roma atas Suriah Seleukia pada tahun 65 sebelum Masehi. Pada saat yang sama, kita juga memperhatikan bahwa dengan kekalahan Roma atas Mesir pada tahun 30 sebelum Masehi kerajaan ini merupakan kekuatan besar politik yang menguasai wilayah-wilayah baik ke sebelah utara dan selatan Yerusalem. Untuk penjelasan yang lebih detil akan hal ini, bacalah artikel kami yang berjudul “Raja Negeri Utara.”

Kemudian nubuat Daniel 11 lengang selama kurang lebih 2,000 tahun antara zaman Makabi dan munculnya lagi “raja negeri Selatan” pada “akhir zaman” (ayat 40). Selama kelengangan nubuat ini, bangsa Yahudi tidak eksis lagi di Timur Tengah.

“Raja negeri Selatan” yang akan datang

Dengan terbentuknya bangsa Yahudi (yang dikenal sebagai Israel) di Timur Tengah pada tahun 1948, interaksi antara “raja negeri Selatan” dan “raja negeri Utara” telah menjadi relevan untuk bangsa Yahudi. Namun bangsa apa atau kelompok bangsa-bangsa mana yang akan menjadi “raja negeri Selatan” pada akhir zaman? Sejarah Timur Tengah memberikan isyarat siapa raja ini, dan sejarahnya dimulai dari patriark Abraham.

Ismail, yang adalah anak Abraham dari pelayan istrinya Sarah, yakni Hagar, adalah bapa dari orang-orang Arab. Meskipun berkat kesulungan jatuh ke Ishak sebagai anak dari Abraham dan Sara, Ismail juga akan mendapat “dua belas raja” dan akan menjadi “sebuah bangsa yang besar” (Kejadian 17:20).

Sebagaimana keturunan Ismail mulai berkembang, Esau, yang adalah saudaranya Yakub (yang dinamakan sebagai Israel dalam Kejadian 32:28 dan, dengan demikian, adalah bapa dari bangsa-bangsa dari Israel), mensejajarkan dirinya dan keturunannya dengan Ismail karena menikahi satu dari anak Ismail (Kejadian 28:9).

Oleh pilihan Elohim (Maleakhi 1:2; Roma 9:13), sebagian besar kepemilikan keluarga yang berasal dari Abraham telah diturunkan kepada Yakub dan kepada 12 anak-anaknya, yang adalah kepala dari 12 suku Israel.

Sayangnya, ada perselisihan antara orang keturunan Israel dan orang-orang keturunan Ismail dan Esau — interaksi antara Israel dan Edom sebagai contohnya (Kejadian 36:1; Bilangan 20:14; Amos 1:11). Yehezkiel 35:5 menguraikan perselisihan ini sebagai “permusuhan turun-temurun” yang terpendam dihati Edom terhadap Israel.

Sejarah Arab

Selama kurang lebih 2,000 tahun vakum dalam nubuat Daniel 11, dari sejak abad Makabe hingga ke pendirian bangsa Israel, masyarakat Arab mengadopsi satu agama baru. Seorang yang bernama Muhamad dikabarkan menerima penglihatan-penglihatan dari Allah. Wahyu ini dicatat di dalam sebuah buku yang disebut Al-Quran. Pada waktu itu, Muhamad dikenal sebagai nabi, dan agama yang didirikannya disebut Islam. Orang-orang Muslim, yakni mereka yang menganut ajaran Allah ini, beribadah pada hari Jumat dan mengikuti kalender mereka sendiri, yang kira-kira 11 hari lebih pendek dari pada yang digunakan di dalam dunia Barat.

Dengan menganut satu agama yang sama, itu merupakan basis dalam persatuan bagi orang-orang Arab. Hari ini Organisasi Kerjasama Islam telah mencakup 57 negara dan berjumlah kira-kira 1.6 miliar orang, yang berlokasi mulai dari Afrika terus ke Indonesia, dan juga Timur Tengah. Meskipun Ummah —  Masyarakat Muslim — memiliki agama yang sama yang bermakna kesatuan di antara persaudaraan/pembelaan sesama Muslim, ada beberapa sekolah atau, cabang-cabang sekolah dalam keyakinan yang sama. 

Sementara sebagian besar orang Muslim hidup damai dan berusaha hidup damai, unsur-unsur radikal ada dengan tujuan untuk mendominasi dunia ini, terutama di Timur Tengah, dan dengan memaksakan Islam sebagai agama universal. Orang Muslim radikal mendukung terorisme sebagai sebuah alat untuk mencapai tujuan mereka.

Persatuan Arab

Sebagaimana kita akan sampai pada “akhir zaman” yang disebutkan Daniel 11:40, sesuatu akan menjadikan dunia Arab bersatu sebagai sebuah “konfederasi’ terhadap Israel (Mazmur 83:4-5) atau menjadikan sebuah kekuatan bangsa Arab bangkit untuk menggenapi nubuat bahwa “raja negeri Selatan” akan berperang melawan “raja negeri Utara.” Barangkali bentrokan antara kedua kekuatan ini akan terjadi karena perlakuan terhadap orang Muslim. Dan barangkali juga itu terjadi karena masalah minyak bumi atau perselisihan ekonomi.

Sementara Alkitab tidak memberi kita alasan tentang peperangan itu atau tidak memberikan kita identitas spesifik tentang “raja negeri Selatan,” bangsa-bangsa Edom, Moab dan Mesir itu disebut di dalam nubuat itu (Daniel 11:41). Edom dan Moab akan lolos dari pembalasan “raja negeri Utara,” tetapi Mesir tidak. Dan dengan demikian nampaknya bahwa seorang pemimpin dari Mesir mungkin menjadi “raja negeri Selatan” atau Mesir akan menjadi bagian dari kelompok bangsa-bangsa yang tergabung dalam kekuatan ini.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Berita Dunia dan Nubuat Akhir Zaman: Orang

oleh Isaac Khalil 

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/world-news-and-end-time-prophecy-the-people/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/where-should-a-christian-focus-during-confusing-times/

Banyak orang penasaran apa yang akan terjadi pada hari-hari terakhir. Untuk memahami ini, kita harus mengenali kelompok-kelompok orang yang di catat dalam nubuat-nubuat Alkitab.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Orang mudah keliru dalam memahami berita-berita buruk [doomscrolling], membaca berita yang tidak putus-putusnya tentang berita apokaliptik. Nampaknya kita terpesona dengan laporan-laporan yang merujuk pada akhir dunia.

Cobalah pertimbangkan berita-berita utama di media:

  • “Earth on Verge of Five Catastrophic Climate Tipping Points, Scientists Warn” (Dec. 6, 2023).
  • [“Bumi Berada di Ambang Lima Titik Kritis Iklim Yang Membawa Bencana, Para Ilmuwan Memperingatkan”] (Dec 6, 2023).
  • “‘People Are Worried’: The ‘Prepper’ Shops Serving Britons Who Fear Doomsday Is Coming” (Nov. 11, 2023).
  • [“‘Orang-orang Khawatir’: Toko-toko ‘Prepper’ Yang Melayani Warga Inggris Yang Takut Hari Kiamat Akan Datang”] (Nov. 11, 2023).
  • “Sun to Reach Solar Maximum in 2 Years, May Lead to ‘Internet Apocalypse’” (July 12, 2023).
  • [“Matahari Untuk Mencapai Solar Maximum dalam 2 Tahun, Dapat Menyebabkan ‘Kiamat Internet’”]  (Jul. 12, 2023).
  • “How Will the World End? The 10 Most Likely Triggers of the APOCALYPSE Including Asteroids, Supervolcanoes, Killer Robots and Even ALIENS” (May 14, 2023).
  • [“Bagaimana Dunia Akan Berakhir? 10 Pemicu Kiamat Yang Paling Mungkin, Termasuk: Asteroid, Gunung Berapi Super, Robot Pembunuh, dan Bahkan Alien”] (May 14, 2023).

Sebagai manusia, kita benci kepada ketidakpastian. Banyak orang senantiasa mengikuti dan memperhatikan berita-berita tentang apa yang sedang terjadi di dunia ini. Ada rasa tidak nyaman sementara bangsa-bangsa berperang atau siap untuk perang, dan menghadapi kondisi ekonomi dan sosial yang terus memburuk dan yang tidak menentu.

Artikel ini adalah seri pertama dari empat seri blog post yang dirancang untuk menolong anda untuk memahami berita pada konteks nubuat yang benar.

Untuk memahami peristiwa-peristiwa hari ini melalui kacamata nubuat Alkitab, pertama-tama haruslah perlu mengidentifikasi subjeknya — yakni yang dibicarakan dalam nubuat-nubuat itu. Beberapa nubuat berfokus pada suatu kelompok atau bangsa tertentu.

Kita perlu memahami tentang siapa nubuat-nubuat itu ditulis sehingga kita dapat menghindari kesalahpahaman.

Nubuat-nubuat Alkitab dapat dibagi menjadi dua dunia utama: dunia sekuler dan dunia agama.

Dunia sekuler

Beberapa nubuat menggambarkan kondisi umum yang berpengaruh kepada setiap orang. Sebagai contoh ialah Wahyu tentang Empat Penunggang Kuda, yang mengidentifikasi tren penyesataan agama, perang, kelaparan dan kematian  akibat penyakit sampar dan bencana alam.

Tren ini telah berlangsung selama berabad-abad tetapi ini akan semakin serius dan hebat seiring waktu yang semakin dekat dengan kesudahannya (Wahyu 6:8). (Untuk mempelajari hal ini lebih lanjut, bacalah artikel kami yang berjudul “Apa Makna Keempat Penunggang Kuda  Apokalips itu?

Nubuat-nubuat lain ditujukan kepada bangsa-bangsa atau daerah tertentu di dunia  ini. Yesus menggambarkan akhir zaman ini sebagai “zaman bangsa-bangsa bukan Yahudi” ketika “Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa bukan Yahudi” (Lukas 21:24).

Kerajaan bangsa-bangsa bukan Yahudi banyak mendominasi dunia sepanjang sejarah, sebagaimana Elohim menunjukkan Nebukadnezar di dalam kitab Daniel 2. Tetapi sejak tahun 1800 dunia ini telah didominasi oleh bangsa-bangsa keturunan Israel.

Apabila anda berpikir tentang Israel, anda barangkali mengira bahwa mereka hanya yang ada di timur tengah. Tetapi sebenarnya, Israel lebih dari satu bangsa. Elohim menjanjikan kepada Abraham bahwa dia (Abraham) akan menjadi “bapa sejumlah besar bangsa” (Kejadian 17:4-5). Keturunan Yakub akan menjadi “satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa” (Kejadian 35:11).

Akan tetapi bangsa-bangsa keturunan Israel ini, dimana termasuk Inggris dan Amerika Serikat, dengan lambat laun melemah dan kehilangan pengaruh global disebabkan dosa-dosa mereka.

Amerika Serikat sedang terurai dikarenakan perpecahan internal, kebobrokan moral dan hutang yang masif, bahkan bangsa-bangsa bukan Yahudi terus meningkat, yang akan menggerakkan dunia kita ke arah multipolaritas.

Alkitab menjelaskan seperti apa nantinya negara-negara ini pada akhir zaman. 

Kekuatan bangsa-bangsa bukan Yahudi akan bangkit dan berperang satu sama lain, sebagaimana diuraikan di sebuah nubuat yang diucapkan dengan istilah “pada akhir zaman” (Daniel 11:40). Daniel menggambarkan sebuah peperangan antara “raja negeri Selatan” dan “raja negeri Utara,” dan raja negeri Utaralah akan menjadi pemenang yang luar biasa.

Ini akan memicu kekuatan blok lain “dari timur dan dari sebelah utara” (Daniel 11:44), yang dirujuk kitab Wahyu sebagai “raja-raja yang datang dari sebelah timur” (Wahyu 16:12) yang akan datang menentang kekuatan Eropa (“raja negeri Utara”).

(Untuk mempelajari lebih lanjut, bacalah artikel kami yang berjudul, “Raja Negeri Utara.”)

Sebagian besar dari nubuat Alkitab tentang akhir zaman adalah tentang bangsa-bangsa yang dapat dikelompokkan ke dalam empat geopolitik:

  • Bangsa-bangsa keturunan Israel. Semula, bangsa-bangsa ini merujuk kepada orang Israel (Kaum Yehuda), Inggris dan Amerika (Efraim dan Manasye, kaum Yusuf), Elohim menubuatkan bahwa kedua kaum ini akan akhirnya bersatu kembali dimana raja Daud akan memerintah kembali atas mereka. Ini akan terjadi pada saat Yesus Kristus kembali ke bumi ini (Yehezkiel 37:16-28).
  • Raja Negeri Utara. Kekuatan negara blok ini akan dibentuk dari sebelah utara Israel di Eropa sebagai kebangkitan ke-10 Kekaisaran Romawi, juga dikenal sebagai “Binatang.” Itu akan terdiri dari 10 bangsa (atau 10 kelompok bangsa-bangsa). Blok ini akan melawan Kristus pada saat Dia kembali (Wahyu 17:12-14).
  • Raja Negeri Selatan. Ini adalah kekuatan negara blok yang akan berbasis di sebelah Selatan Yerusalem dan akan mengklaim diri mereka sebagai Mahdi yang ditunggu-tunggu sejak lama. Blok ini akan menyerang Eropa, “raja negeri Utara,” yang akan memicu suatu respons yang hebat (Daniel 11:40). Katolik Eropa dan pasukan jihat Islam yang keduanya telah menjadi sejarah panjang bentrokan, dan ini akan terulang pada akhir zaman.
  • Raja-raja dari timur. Satu lagi kekuatan blok dari timur dan utara, ini sepertinya akan dipimpin Rusia dan China, dan akan membalas dendam terhadap “raja negeri Utara.”  Blok ini akan mengerahkan kekuatan besar-besaran, yakni 200 juta tentara (Wahyu 9:16).

Dunia agama

Satu di antara peringatan pertama Yesus tentang akhir zaman ialah penyesatan agama (Matius 24:4-5). Penyesatan ini akan datang dari seorang pemimpin besar kharismatik, dari nabi-nabi palsu dan bahkan dari diri sendiri. 

Alkitab menguraikan banyak tentang Kekristenan yang palsu.

Alkitab menubuatkan empat  kekaisaran yang berkuasa: Babilon, Persia, Yunani dan Roma, yang semuanya digambarkan sebagai empat binatang yang bengis (Daniel 7). Tetapi Roma “berbeda dengan segala binatang yang lain” (ayat 7, 19). Ia akan bangkit dan jatuh 10 kali, dan dari kesepuluh itu akan muncul sebuah “tanduk kecil” — suatu kekuatan agama yang akan datang untuk “berperang melawan orang-orang kudus dan mengalahkan mereka” (ayat 21).  

Kekuatan agama ini ialah Roman Catholic Church [Gereja Katolik Romawi], yang mengajarkan Kekristenan palsu yang telah menyatukannya dengan praktek-praktek agama pagan melalui sinkretisme dan menurut sejarah telah melakukan persekusi.  

Gereja ini akan memimpin dunia ini ke dalam penyesatan terakhir dan akan memberi pengaruh besar terhadap kebangkitan terakhir Roman Empire [Kekaisaran Romawi] Alkitab memberi banyak nama kepada penyesatan ini dan pemimpinnya: kuda putih (Wahyu 6), manusia durhaka, nabi palsu, domba bertanduk dua dan wanita pelacur.  

Sejak kekuasaannya pada abad keempat, Gereja Katolik Romawi telah pecah: yakni gereja-gereja Ortodoks dan gereja-gereja Protestan. Inilah sebabnya Wahyu 17:5 itu disebut sebagai “THE MOTHER OF HARLOTS” [ibu dari wanita-wanita pelacur]. Sebagian besar ajaran dari semua gereja-gereja ini sama seperti ibu rohani mereka, termasuk Tuhan tritunggal, beribadah pada hari Minggu, dan bukan hari Sabtu, merayakan hari-hari libur pengaruh agama pagan, sorga sebagai upah orang-orang yang diselamatkan, dan api neraka sebagai hukuman siksaan kekal.

Alkitab menyebut gereja ini sebagai pelacur rohani karena ketidaksetiaannya kepada Elohim dan FirmanNya.

Di dalam Alkitab, kita menemukan nubuat-nubuat tentang Jemaat Elohim yang setia (sering digambarkan sebagai seorang yang suci dan perawan suci), sedangkan yang palsu ialah jemaat palsu.  

Bagaimana selanjutnya?

Sekarang kita telah mengidentifikasi kelompok orang-orang utama dalam nubuat-nubuat akhir zaman, kita akan bisa melihat kejadian-kejadian spesifik mengenai kelompok-kelompok ini. Dengan memahami siapa kelompok ini dan apa yang mereka akan lakukan, maka kita akan bisa lebih baik memahami tren nubuat dalam berita dunia.  

Silakan ikuti terus ke Part 2: “Berita Dunia dan Nubuat Akhir Zaman: Nubuat-nubuat untuk Bangsa-bangsa.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Kemana Sebaiknya Orang Kristen Memusatkan Pikiran Pada Masa-masa Susah dan Membingungkan?

oleh Sergio Carvajal

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/where-should-a-christian-focus-during-confusing-times/

Kita hidup pada masa-masa yang rumit yang bisa menyebabkan kita khawatir akan banyak hal. Apakah anda khawatir akan pemilihan-pemilihan dalam pemerintahan tahun ini? Kemana sebaiknya fokus pikiran orang Kristen?

 

 

 

 

 

 

 

 

Kita hidup pada masa-masa ketidakpastian, kekacauan yang mendalam dan saat-saat korupsi yang semakin memburuk.

Kita melihat ekstrim di seluruh aspek kehidupan — politik, kejahatan, kekerasan, huru-hara dsb. Nampaknya bahwa segala sesuatu berputar ke arah ekstrim.

Tetapi pernahkah anda berpikir tentang mengapa dunia ini menjadi semakin ekstrim?

Pada tahun-tahun yang akan datang, banyak negara akan mengadakan pemilihan untuk presiden, senator,  wakil rakyat yang baru dan pemimpin politik lainnya. Apakah orang Kristen perlu khawatir dan risau akan siapa presiden berikutnya?

Apakah Alkitab berkata bahwa Elohim pada akhirnya akan memegang kendali atas segala sesuatu?

Apa yang dikatakan Elohim tentang pemimpin-pemimpin nasional?

Daniel 2:20-22 memberi kita wawasan dan pemahaman tentang peran Elohim di dalam politik dunia ini: Daniel menjawab dan berkata, "Terpujilah Nama Elohim selama-lamanya, karena hikmat dan kuasa adalah milikNya. Dia yang mengubah waktu dan musim. Dia yang memberhentikan dan mengangkat para raja. Dia yang mengaruniakan hikmat kepada orang bijak dan pengetahuan kepada orang yang memiliki pengertian. Dia mengungkapkan hal yang mendalam dan rahasia. Dia mengetahui apa yang ada di dalam kegelapan, dan terang ada padaNya.”

Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Elohim adalah Penguasa. Menurut rancangan dan maksud dan tujuanNya, Dia melaksanakan hak dan kehendakNya untuk menetapkan siapa yang memerintah bangsa itu. Jadi, apakah orang Kristen semestinya risau akan siapa presiden berikutnya?

Mari kita lihat ini dari perspektif rohani secara mendalam. Apakah anda khawatir bahwa seorang tertentu — laki-laki atau perempuan — akan menjadi presiden berikutnya di negara anda? Atau, sebaliknya, apakah anda khawatir dan risau bahwa seorang calon tertentu akan tidak terpilih pada pemeilihan berikutnya? 

Jika demikian, coba pertimbangkan ini: Apakah anda tahu kehendak Elohim pada pemilihan berikutnya? Apakah anda sungguh percaya bahwa Elohim merupakan Penguasa yang berkuasa mengangkat dan menggulingkan pemimpin-pemimpin negara sesuai dengan nubuat, rencana dan maksud tujuanNya?

Tidak menjadi masalah siapa yang terpilih (atau yang tak terpilih), kita harus secara penuh mempercayai kesaksian kitab Suci bahwa semua hasil pemilihan terjadi atas izin Elohim. Sebagaimana firmanNya berkata, Dia memecat raja dan mengangkat raja.

Kewajiban utama orang Kristen ketika bicara tentang pemimpin nasional adalah berdoa bagi mereka — terutama dalam hal mereka membuat Keputusan yang mengizinkan pekerjaan Elohim dapat berlangsung dan memberikan izin bagi umatNya untuk melakukan kewajiban iman dengan bebas.

Masa kesusahan akan datang

Tanda-tanda yang mengumumkan kedatangan Kristus dengan segera ke bumi ini kompleks, serius dan menakutkan. Tetapi apakah kita seharusnya khawatir untuk masa depan?

Ketika kita membaca kitab Wahyu, kita menemukan tujuh meterai yang menyingkapkan pola kejadian yang akan memukul seluruh dunia ini. Meterai keempat pertama menyatakan penyesatan dalam agama, perang, kelaparan dan kematian (Wahyu 6:1-8).

Meterai keempat pertama ini menyebabkan kematian seperempat penduduk bumi ini (ayat 8). Berdasarkan jumlah penduduk sekarang, maka ada sekitar 2 miliar yang akan mati.

Di tengah kejadian yang mengerikan ini, Jemaat Elohim akan memberitakan injil Kerajaan Sorga sebagai kesaksian (Matius 24:14). Tetapi kejadian yang lebih buruk akan datang.

Setelah itu, mulai dari meterai kelima, Elohim akan mengintervensi untuk melindungi, dan menyelamatkan JemaatNya yang setia. Elohim akan menjaga dan menyelamatkan umat pilihanNya selama 3½ tahun di satu tempat yang aman (Wahyu 12:14).

Setelah tanda-tanda di langit yang dinyatakan meterai keenam, maka murka Elohim — malapetaka dari tujuh sangkakala dan malapetaka terakhir dari tujuh meterai — akan menimpa mereka yang menolak untuk bertobat dari pembangkangan mereka terhadap Elohim. Ini akan merupakan masa penderitaan, ketakutan dan masa yang mengguncang yang tidak pernah terjadi dan tidak akan terjadi lagi.

Meskipun beberapa di antaranya menjadi martir, Elohim akan memberikan perlindungan bagi banyak orang dari orang-orang kudusNya dan tidak akan membiarkan celaka meterai kelima, keenam dan ketujuh itu membahyakan mereka. Betapa itu suatu kabar yang menenangkan hati!

Jika Elohim bisa melindungi dan menopang umatNya  di saat malapetaka global yang akan datang, Dia tentu bisa melindungi umatNya dari rezim pemimpin terpilih di dunia ini. 

Inilah sebabnya mengapa orang Kristen selalu berdoa untuk perlindungan Elohim.

Terlalu banyak kekhawatiran

Hidup di dunia ini dapat melelahkan dan melemahkan semangat kita. Ketidakpastian dan ancaman dari berbagai jenis dapat merebut ketenangan pikiran kita dan membuat kita hidup dalam kekhawatiran, bahkan tentang hal-hal yang belum tentu terjadi. Kita tidak bisa sungguh-sungguh tenang hidup di dalam dunia yang tidak menentu ini.

Apa pun yang menjadi keprihatinan kita, kita harus melihat secara rohani dan memahami bahwa zaman ini adalah sementara dan akan berakhir ketika Yesus kembali.

Jadi, apa yang sesungguhnya yang kita khawatirkan? Apakah kita secara berlebihan berfokus pada situasi bagaimana kita akan hidup hari demi hari di atas bumi yang semakin merosot ini? Atau apakah kita sungguh-sungguh mencari Kerajaan Elohim  dan kebenaranNya (Matius 6:33)?

Apakah kita khawatir tentang pemilihan presiden berikutnya atau apakah kita sedang mempersiapkan diri untuk menjadi raja dan imam di bawah Yesus Kristus untuk memimpin (Wahyu 5:10).

Fokuskan pada sebuah visi masa depan

Elohim sedang mempersiapkan pemimpin-pemimpin di pemerintahanNya di masa depan.

Hari ini, banyak orang menginginkan kekuasaan, kebesaran, kekayaan, ketenaran, otoritas dan pengaruh.

Tetapi Elohim sedang mempersiapkan suatu umat yang difokuskan untuk menjadi pelayan bagi orang lain. Mereka ini sedang mempersiapkan diri untuk menolong orang lain, mengajar orang lain serta menghibur mereka dan ini merupakan training untuk masa setelah Kristus kembali. Mereka ini sedang belajar bagaimana mengajar jalan hidup Elohim, yang akan mendatangkan berkat, damai, keamanan dan kesejahteraan bagi semua orang setelah kedatangan Kristus. Mereka  ini dilatih untuk mengajar, menghibur dan memimpin orang di dunia yang datang.

Tidak seorang pun dari calon presiden yang sedang bertarung dalam pemilihan itu akan mampu untuk mencapai pemerintahan yang benar dan sempurna. Meskipun dalam gagasan dan janji-janji besar mereka itu, mereka akan akhirnya gagal. Daripada menaruh energi kita dan kekhawatiran kita pada pemimpin manusia, kita sebaiknya menaruh iman kita pada pemerintahan sempurna Yesus Kristus yang akan datang. PemerintahanNya itu tidak akan gagal.

Pemerintahan Yesus Kristus akan datang segera. Kita sebaiknya berdoa untuk itu setiap hari.

Mari kita konsentrasikan pada Kerajaan Elohim dan kebenaranNya. Segala sesuatu yang material hanyalah sementara dan akan segera berakhir.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah Lent [Prapaskah] Itu Ada di Dalam Alkitab?

oleh Isaac Khalil 

https://lifehopeandtruth.com/god/blog/is-lent-in-the-bible/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Setiap tahun, jutaan orang merayakan Lent saat persiapan untuk Easter. Dari manakah asal-usul praktek ini? Apakah orang Kristen sebaiknya merayakan Lent? Apakah Lent itu disebut di dalam Alkitab?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lent ialah suatu periode tahunan selama 40 hari yang dirayakan oleh beberapa denominasi Kristen hingga perayaan Easter. Hal itu mencakup doa, berpuasa dan pantangan lainnya.  

Itu dianggap sebuah periode penance [penebusan dosa] sebelum perayaan Easter.

Di mana perkataan Lent di dalam Alkitab?

Lent tidak dikenal di dalam Alkitab. Jika anda meneliti Alkitab, anda tidak akan menemukan praktek perayaan Lent di lembaran mana pun di dalam Alkitab.

Dari mana Lent berasal?  

Pada abad ke-4, sebuah kontroversi muncul yang menyangkut apakah Gereja Katolik sebaiknya mengajarkan Kristen merayakan Easter atau Paskah, dan apa yang akan dilakukan orang Kristen sebelumnya.

Pada tahun 325, Konsili Nikea merumuskan perayaan Easter dan melarang orang merayakan Paskah.

Akan tetapi, sebelum Konsili ini, telah ada macam-macam tradisi berpuasa sebelum perayaan musim semi. Sekitar tahun 190, Irenaeus menuliskan kepada pemimpin gereja Roma, “Bagi beberapa orang, mereka seharusnya berpuasa satu hari, orang lain dua hari, dan bahkan yang lain lagi berpuasa beberapa hari, sementara itu banyak orang melakukannya selama 40 jam siang malam untuk berpuasa.” Tetapi ini menunjukkan tidak ada tradisi kerasulan atau ajaran untuk berpuasa selama 40 hari.   

The Catholic Encyclopedia menyatakan: “Ada keheningan yang sama yang terlihat pada semua Bapa pendiri sebelum zaman Nikea, meskipun banyak kejadian seperti institusi kerasulan seandainya itu ada.” Dengan kata lain, sebelum Konsili Nikea, tidak ada tradisi puasa 40 hari.

Pada tahun 461, hampir empat negara setelah era kerasulan, Paus Leo I mencoba menghubungkan tradisi dengan para rasul ketika dia menulis: “Genapi dengan puasa lembaga kerasulan mereka selama 40 hari.”

Akan tetapi, bahkan The Catholic Encyclopedia mempertanyakan klaim ini.

Menurut buku yang berjudul Catholic Customs and Traditions: A popular Guide, “Musim persiapan yang berbeda dan panjang  [untuk Easter] tidak ada hingga awal abad ke-4” (Greg Dues, 1992, p. 74).

Tradisi berpuasa, atau berpantang terhadap sesuatu, selama 40 hari sebelum Easter berkembang dalam abad itu setelah era Perjanjian Baru. Tidak ada sesuatu apa pun di dalam Alkitab mengindikasikan bahwa Yesus mengharapkan pengikutNya mengikuti kehidupanNya selama 40 hari di padang gurun.

Apa yang dilakukan orang selama Lent?

Pada awal-awal tradisi ini, Lent dirayakan terutama oleh anggota jemaat baru Katolik dan Lent itu dianggap sebagai satu periode pertobatan dan refleksi sebelum Easter. Akan tetapi, kemudian itu menjadi sesuatu yang umum untuk dipraktekkan.

Sebagaimana perayaan Lent meluas, tradisi-tradisi baru bermunculan, bagi beberapa orang dirayakan pada akhir pekan, dan yang lain dirayakannya hanya pada hari Minggu.

Khususnya, selama penganut Lent menjauhkan diri dari makan daging pada hari Jumat. Pada hari Minggu kadang-kadang disebut “little Easter,” makan besar diperbolehkan untuk merayakan sukacita kebangkitan Kristus.

Sekarang ini aturan puasa lebih sederhana, umat Katolik yang paling taat hanya berpantang dari hal-hal mewah dalam menjalani Lent 40 hari. Contohnya seperti makanan, minuman atau tabiat (merokok, social media, video games atau makan di luar).

Penganut ini juga didorong semangatnya untuk membaca, berdoa dan lebih memberi selama 40 hari.

Bagi umat Katolik Romawi, Lent mulai pada Rabu Abu, 46 hari sebelum hari Sabtu sebelum Minggu Easter. Tidak terhitung hari-hari Minggu, inilah 40 hari. (Bagi mereka yang menganut tradisi Ortodox Timur, Lent mulai tujuh minggu sebeblum Minggu Easter dan termasuk hari-hari Minggu, tetapi berhenti sebelum Minggu Palem).  

Pada hari Rabu Abu, ketika Lent mulai, para peserta menerima abu yang dioleskan pada dahi mereka, sering dalam bentuk salib, sebagai tanda penance [penebusan dosa] dan sebuah pengingat mortalitas manusia. Seperti Lent, tradisi ini tidak memiliki dasar kitab suci dan tidak pernah ada hingga kira-kira abad ke-8.

Apakah Lent memiliki hubungan dengan agama pagan, yakni agama penyembah berhala?

Setelah bangsa Romawi menerima Kekristenan, banyak festival perayaan, seperti Saturnalia dan Lupercalia, menjadi bagian dari adaptasi Kekristenan. Festival pagan ini menjadi Hari Natal modern dan Hari Valentine. Perayaan kesuburan pada musim semi akhirnya bermetamorfosis dengan perayaan Easter modern.

 

 

 

 

 

 

Selasa Gemuk. Mardi Gras adalah sebuah perayaan yang merayakan kesempatan terakhir bagi pemeluknya untuk harus “makan lemak” yang dilarang sebelum puasa Lent yang dimulai pada hari Rabu Abu.

Selama bertahun-tahun, orang-orang pagan merayakan akhir musim dingin dan awal musim semi. Lent berasal dari bahasa Inggris kuno lencten yang artinya “memperpanjang” — sebuah referensi untuk memperpanjang hari-hari musim semi dari hari-hari pendek musim dingin. Dalam bahasa Latin, perayaan ini disebut, Quadragesima, yang artinya “40 hari.”

Periode Lent didahului oleh Mardi Gras, atau “Selasa Gemuk.” Hal ini dihubungkan dengan pawai karnaval, yang berarti “penyingkiran daging.” Itu sebabnya Mardi Gras adalah kesempatan terakhir para penganut harus makan makanan yang dilarang itu sebelum puasa Lent dimulai pada Rabu Abu.

Menurut satu sumber: “[Karnaval] merefleksikan pesta pora yang meriah dan penyamaran pra-Kristen yang dihubungkan dengan perayaan musim semi pagan kuno  dan festival Tahun Baru yang dirayakan pada musim semi atau yang disebut ekuinoks musim semi. Karena tertib jemaat melarang jenis pesta pora ini selama Lent, hal itu wajar bahwa itu diganti oleh sebuah waktu berpesta pra-lenten” (Catholic Customs and Traditions: A Popular Guide, p. 76).

Pesta yang hiruk-pikuk pada perayaan Mardi Gras masih bisa kita saksikan di berbagai tempat, khususnya di kota-kota seperti Rio de Janeiro, Brazil, dan New Orleans, Louisiana.

Mengingat bahwa praktek-praktek ini tidak ditemukan di mana pun di dalam Alkitab, kita harus bertanya: Apa pandangan Elohim terhadap Lent?

Elohim menjelaskan ibadah yang benar

Sementara praktek-praktek Kristen mainstream banyak berasal dari ritual pagan, beberapa orang berkata bahwa mereka boleh melakukannya jika itu dilakukan dengan tulus terhadap Elohim.

Tetapi Elohim berkata sebaliknya.

Elohim memperingatkan umatNya untuk tidak melihat bangsa-bangsa lain dan berkata, “bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada ilah-ilah mereka? Dan aku pun, akan melakukan demikian” (Ulangan 12:30).

Bahkan yang lebih buruk lagi, Kristen tradisional menambahkan perayaan yang tidak alkitabiah, dengan mengesampingkan perayaan yang diperintahkan di dalam Alkitab!

Coba perhatikan berikut ini:

Gereja pada awal zaman menguduskan hari Sabat. Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita, menguduskan hari Sabat sebagai kebiasaanNya (Lukas 4:16). Rasul Yohanes mendorong kita untuk mengikuti teladan Kristus dan “wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6).

Paulus, rasul untuk bangsa-bangsa lain, memberitakan injil kepada orang-orang bukan Yahudi di Korintus “setiap hari Sabat” (Kisah Para Rasul 18:1, 4). Di Tesalonika, dia memberitakan injil pada hari Sabat dan mengajak “sejumlah besar orang Yunani” (Kisah Para Rasul 17:1-4).

(Untuk pelajaran lebih mendalam, bacalah “Siapa yang Mengubah Hari Beribadah Dari Hari Sabtu ke Hari Minggu? Dan Mengapa?”)

Gereja awal merayakan Paskah. Anggota jemaat pada Gereja awal memperingati Paskah — bukan Easter. Sebelum Yesus ditangkap, Dia berkata kepada murid-muridNya, “"Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita agar kita dapat makan" (Lukas 22:8). Tentang lambang baru untuk perayaan Paskah yang diajarkanNya, Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku” (Lukas 22:19). Rasul Paulus, pada saat dia menyapa jemaat bukan Yahudi, mengajar mereka untuk merayakan Paskah itu “pada malam ketika Dia dikhianati” — pada malam Paskah (1 Korintus 11:23-25).

Gereja awal merayakan hari-hari raya Elohim. Paulus menggunakan analogi ragi untuk mengajar jemaat di Korintus dan Galatia bahwa dosa harus dijauhkan. Jika tidak, itu akan merusak kehidupan setiap orang (1 Korintus 5:6-8; Galatia 5:9). Analogi ini akan tidak berarti jika mereka tidak merayakan Hari Raya Roti Tidak Beragi, ketika umat Elohim diperintahkan untuk menyingkirkan ragi (Keluaran 12:15; Imamat 23:6).

Kami mendorong para pembaca artikel kami untuk memeriksa hari-hari raya yang diperintahkan Elohim di dalam Alkitab. Perayaan-perayaan itu jauh lebih bermakna dari pada hari-hari buatan manusia seperti Lent, Rabu Abu dan Mardi Gras.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Arti Injil Yohanes 14:15 “Jika kamu mengasihi Aku, peliharalah perintah-perintahKu!”

oleh Jordan Iacobucci 

https://lifehopeandtruth.com/god/blog/the-meaning-of-john-14-15-if-you-love-me-keep-my-commandments/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Di dalam Yohanes 14:15, Yesus Kristus memberi kita tes lakmus untuk melihat apakah kita sungguh mengasihi Dia. Apakah kasih kepada Elohim itu memerlukan tindakan kita?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apa yang dikatakan Yohanes 14:15?

“Jika kamu mengasihi Aku, peliharalah perintah-perintahKu!”

Apakah anda mengasihi Elohim?

Sebagian besar orang di kalangan Kristen akan cepat menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan ya! Tetapi itu bukanlah sesederhana yang mereka anggap.

Kita harus mengasihi Elohim — Dia sesungguhnya menghendaki kita untuk mengasihi Dia! Tetapi apa sebenarnya maksud  mengasihi Dia?

Apakah cukup sekedar berkata, “Aku mengasihi Engkau, Elohim”? Apakah cukup hanya sekedar mempunyai perasaan kasih?

Banyak orang mengakui bahwa mereka mengasihi Elohim — dan mengekspresikannya dengan perkataan. Tetapi apakah mereka mengasihi Dia dan menunjukkan kepada Dia kasih seperti yang Dia perintahkan?  Apakah mereka memahami apa arti sebenarnya mengasihi Elohim?

Mungkin kedengarannya mengejutkan, tetapi sebagian besar orang yang mengaku Kristen tidak mengasihi Elohim menurut definisi kasihNya

Elohim menjelaskan kepada kita apa yang Dia maksudkan mengasihi Dia.

Alkitab memberi kita instruksi yang jelas bagaimana Elohim menginginkan kita untuk memanifestasikan kasih kita kepada Dia. Sayangnya, dunia ini, hari ini, mengabaikan firmanNya.

Jadi, apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan mengasihi Elohim? Mari kita bahas apa yang dikatakan firmanNya.

Jika anda mengasihi Dia, turutilah perintah-perintahNya

Di dalam Yohanes 14:15, Yesus Kristus mengatakannya dengan jelas bagaimana murid-muridNya menunjukkan kasih kepadaNya: “Jikalau kamu mengasihi Aku turutilah segala perintahKu.”

Sungguh tegas! Tidak ada alasan lain. Jika orang mengasihi Yesus Kristus, maka dia akan menuruti segala perintahNya.

Yesus Kristus menegaskan poin yang sama pada lima kesempatan yang berbeda. Dia berkata:

  • “Jika kamu mengasihi Aku, peliharalah perintah-perintahKu” (Yohanes 14:15).
  • “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku” (ayat 21).
  • "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu” (ayat 23).
  • “Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu” (Yohanes 15:10).
  • “Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (ayat 14).

Jika Yesus Kristus, Anak Elohim, menyebutkan ulang hal yang sama sebanyak lima kali pada malam sebelum kematianNya, maka Dia menghendaki kita untuk memperhatikan itu. 

PerkataanNya dapat disimpulkan dalam sebuah pernyataan “jika, maka.”

Jika anda mengasihi Elohim, maka anda akan menuruti perintah-perintahNya.

Kebalikannya sama:

Jika anda tidak menuruti perintah-perintah Elohim, maka sesungguhnya anda tidak mengasihi Dia.

Dengan mengatakan bahwa anda mengasihi Elohim itu baik. Memuji Dia dalam nyanyian juga baik. Tetapi apa yang sesungguhnya yang Dia inginkan dari kita ialah ketaatan (1 Samuel 15:22).

Masalahnya ialah, sebagian besar orang tidak mau taat kepada Elohim (Roma 8:7).

Mengapa begitu banyak orang yang mengklaim mereka mengikuti Kristus, tetapi hanya sedikit yang benar-benar mengikuti dan mempraktekkan apa yang Dia perintahkan? Terlalu sering, orang yang mengaku mereka Kristen dan dengan keras berkata mereka  mengasihi Dia, tetapi mereka hanya berkata di bibir saja. Mereka tidak melakukan apa yang diharapkan Kristus untuk mereka lakukan sebagai wujud dari kasih mereka.

Coba kita bayangkan sebuah pasangan yang baru menikah. Mengatakan “Aku mencintaimu,” itu  tidak akan berarti jika satu di antara mereka selingkuh. Ucapan “Aku mencintaimu” akan menjadi kosong karena perbuatannya.

Hal yang sama juga berlaku bagi mereka yang berkata mereka mengasihi Elohim tetapi terus mengabaikan perintah-perintahNya. Mereka tidak sungguh-sungguh mengasihiNya — ucapan mereka sama sekali tidak bernilai apa-apa.

Jenis kasih yang mereka ucapkan ini hampa — tidak berarti apa-apa. Anda dapat dengan keras mengucapkan kasihmu — anda dapat nyanyikan itu dari tempat tinggi — tetapi, itu hanya sekedar perkataan dan nyanyian hanya sekedar nyanyian. Elohim mengharapkan — yang pantas bagi Dia — kepatuhan/ketaatan.

Kasih pasif tidak cukup

Sebagian besar orang tidak dengan sengaja untuk tidak taat kepada Elohim. Banyak Kristen mainstream  tulus percaya bahwa mereka bersemangat menunjukkan kasih kepada Dia. Masalahnya ialah, dunia kita telah memutarbalikkan arti kasih yang sesungguhnya.

Banyak orang di Kekristenan mainstream telah mematikan tanggung jawab kasih dan menurunkannya menjadi sekedar perasaan. Mereka mengklaim bahwa perasaan kasih terhadap Elohim sudah cukup dan bahwa tidak ada lagi yang diperlukan.

Tetapi kasih seperti ini tidaklah cukup. Kasih yang mengabaikan apa yang diperintahkan Elohim secara eksplisit kepada kita untuk kita lakukan bukanlah kasih yang sesungguhnya.

Beberapa orang menyalahartikan ayat kitab Suci seperti 1 Yohanes 5:1 yang mengatakan, “Setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Kristus, ia lahir dari Elohim; dan setiap orang yang mengasihi Elohim, juga mengasihi yang telah dilahirkanNya.”

Bukankah ini menjelaskan kepada kita bahwa semua yang kita perlukan ialah mengasihi Elohim dan percaya kepada Dia? Mari kita baca berikutnya:

“Dengan ini kita tahu bahwa kita mengasihi anak-anak Elohim, ketika kita mengasihi Elohim dan memelihara perintah-perintahNya” (ayat 2).

Yohanes melanjutkan di ayat 3: “Sebab inilah kasih kita kepada Elohim, bahwa kita memelihara perintah-perintahNya, dan perintah-perintahNya itu tidak berat” (ayat 3).

Sebagaimana dimaksudkan Yohanes, kasih sejati jauh lebih berbeda dari sekedar bentuk kasih pasif yang sering diucapkan banyak orang hari ini. Elohim menghendaki perbuatan kasih itu. Sebab bagaimana pun juga, “jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17). 

Yesus memperingatkan mereka. Mereka memanggil Dia “Tuhan,” namun tidak menaati perintah-perintahNya yang sama seperti orang yang mendirikan rumahnya di atas pasir (Lukas 6:46-49).

Apabila orang sungguh-sungguh mengasihi Elohim, mereka akan menunjukkan itu melalui cara hidup mereka. Dan kita patut bersyukur sebab Elohim memberi kita Alkitab yang memberi kita pengajaran bagaimana cara hidup dan mengasihi Dia.

Dan hal ini menyisahkan satu pertanyaan: Perintah Elohim yang mana yang kita patuhi?

Perintah yang mana yang kita patuhi?

Yesus tidak berkata, “Jika kamu mengasihi Aku, lakukanlah perintah-perintah yang nyaman bagimu,” atau, “Jika kamu mengasihi Aku, lakukanlah perintah-perintah yang cocok untuk gaya hidup mu.”  

Tetapi Yesus berkata, “Turutilah perintah-perintahKu,” dan itu berarti seluruh perintahNya — seluruh perintahNya. Entah itu nyaman atau tidak.

Jika kasih kita kepada Elohim hanya sekedar melakukan perintah-perintah yang menurut kita  nyaman bagi kita, maka kasih kita itu adalah kasih yang dangkal.

Jadi, perintah Elohim yang mana yang kita lakukan dengan taat.

Seluruhnya.

Setiap perintah yang Dia ucapkan baik yang mudah kita lakukan maupun yang tidak mudah bagi kita. Perintah yang nyaman bagi kita maupun yang tidak nyaman yang memerlukan usaha untuk menurutinya. Menaati perintah-perintah Elohim bukan menurut cara kita dan bukan kita yang memutuskan perintah yang mana yang harus kita ikuti.

Kasihilah Dia dan lakukan perintah-perintahNya

Bagi mereka yang mengasihi Elohim — yang sungguh mengasihi Dia — adalah mereka yang mendengarkan dan melakukan apa yang Dia perintahkan. Menyembah Dia bukan dengan cara yang kita pilih, bukan menurut cara kita. Tetapi Elohim sendiri yang mengatakan bagaimana Dia menghendaki kita untuk mengasihi Dia: dengan cara melakukan apa yang Dia perintahkan untuk kita lakukan.

Kedengarannya sederhana. Dan memang hal itu sederhana (meskipun tidak selalu mudah). Pilihan itu sederhana, yakni sesederhana kita mendengar apa yang Dia katakan dan melakukannya.

Sebanyak apapun kata-kata mengasihi tidak akan pernah bisa menggantikan ketaatan yang sungguh dalam hal mengasihi Elohim — setulus apa pun perkataan dan perasaan — tidak akan dapat menggantikan sebuah sikap dan perbuatan nyata dalam kepatuhan. Bahkan perbuatan baik/amal bukanlah merupakan kasih di mata Elohim jika kita tidak rela mengikuti dan menaati Dia.

Apakah anda mengasihi Elohim? Buktikan itu melalui ketaatan anda.

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

3 Pelajaran dalam Keberanian Para Rasul

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/change/faith/lessons-in-courage/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Alkitab itu penuh dengan kisah keberanian dan  iman. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari para rasul itu untuk menolong kita bertumbuh dalam keberanian yang kita butuhkan hari ini?

 

 

 

 

 

 

 

Banyak kisah keberanian yang sangat terkenal kita temukan di dalam Alkitab Perjanjian Lama

Yosua mengikuti nasihat Elohim untuk “kuat dan teguh” memimpin bangsa Israel memasuki tanah yang dijanjikan kepada mereka (Yosua 1:6, 7, 9).

Daud, sebagai seorang anak muda, mengalahkan Goliat (1 Samuel 17). Sebagai anak muda, Sadrakh, Mesakh dan Abednego menolak untuk sujud kepada patung Raja Nebukadnezar (Daniel 3). Dan ketika masih seorang perempuan muda, Ester mempertaruhkan hidupnya untuk menyelamatkan bangsanya (Ester 4:16).

Ibrani 11 mendokumentasikan banyak kisah-kisah dari orang-orang setia ini.

Kisah orang-orang setia di dalam Perjanjian Lama ini selalu menjadi contoh abadi bagi kita (2 Timotius 3:16). Tetapi adakah kisah serupa orang Kristen tentang keberanian dan iman di dalam Perjanjian Baru?

Jawabannya ya! Ada juga bacaan di Perjanjian Baru tentang orang-orang yang memperlihatkan kepada kita keberanian yang hebat pada saat yang paling sulit.

Salah satu kisah keberanian yang paling banyak didokumentasikan tentang bagian ini di dalam kitab Suci ialah tentang kisah para rasul — yakni orang-orang yang secara pribadi dipilih Yesus untuk dilatih selama pelayananNya di bumi ini. 

Keberanian rasul-rasul tidak seberapa sebelum dipanggil

Selama 3½ tahun para rasul itu hidup bersama Yesus, mereka tidak begitu berani.

Mereka memiliki keberanian untuk meninggalkan karir mereka dan mengikut Yesus agar menjadi “penjala manusia” (Matius 4:19). Dan Petrus memiliki keberanian dan iman untuk berjalan di atas air mendapati Yesus — paling tidak beberapa saat (Matius 14:25-31)!

Sebagaimana ketegangan antara pemimpin agama dan Yesus memanas sebelum penyaliban Juruselamat, Petrus dengan penuh gairah berkata, “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau!" Dan murid lain juga berkata demikian (Matius 26:35).

Kedengarannya bagus. Mereka semua ingin untuk berani. Masalahnya adalah, ketika Yesus digiring ke tahanan, keberanian mereka hilang.

Petrus mencoba menghentikan penangkapan itu dengan menghunus pedangnya dan menetakkan telinga hamba imam besar itu (Matius 26:51). Tetapi ketika Yesus menyuruh Petrus menyarungkan pedangnya sehingga Dia dapat ditangkap untuk menggenapi kitab Suci, “semua murid-murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri” (ayat 56). Kemudian beberapa di antaranya mengikuti untuk melihat apa yang akan terjadi kepada Dia (Yohanes 18:15-16; Matius 27:55-56).

Karena tidak tahu akan berbuat apa dalam situasi itu, para rasul itu menjadi takut.

Para rasul itu dikuatkan oleh Roh Kudus

Setelah Kristus mati dan bangkit lagi, Dia berkata kepada murid-muridNya untuk pergi ke Yerusalem dan tetap tinggal di sana sampai mereka “diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Lukas 24:49). 

Hanya beberapa hari berselang, ketika para pengikut Yesus berkumpul di Yerusalem pada Hari Pentakosta, mereka menerima karunia yang dijanjikan — Roh Kudus Elohim, yakni roh yang memberi kuasa (Kisah Para Rasul 2:4; 2 Timotius 1:7).

Roh Kudus datang dengan tanda-tanda atau bukti fisik: “suatu bunyi seperti tiupan angin” dan “lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing” (Kisah Para Rasul 2:2-3). Lebih jauh lagi, mereka secara ajaib berkata-kata dalam bahasa lain (ayat 4).

Sejak saat itu dan seterusnya, kuasa Elohim terus bekerja dan  “banyak sekali keajaiban serta tanda-tanda mujizat dilakukan oleh para rasul” (ayat 43).

Petrus dan Yohanes ditangkap

Salah satu mujizat yang ditunjukkan Tuhan melalui rasul-rasul itu ialah menyembuhkan orang sakit dan yang lemah.

Segera sesudah Hari Pentakosta, Petrus dan Yohanes pergi ke rumah ibadat. Sementara mereka melangkah masuk, Petrus menyembuhkan orang yang lumpuh dari sejak lahir (Kisah Para Rasul 3:1-10).

Daripada bersuka cita dan memuji Elohim atas mujizat yang begitu besar dan menakjubkan itu, pemimpin agama justru marah karena Petrus secara terang-terangan memberi hormat kepada Yesus atas kejadian yang supernatural ini. Mereka semua menjadi begitu marah sehingga menangkap Petrus dan Yohanes dan menahan mereka “sampai keesokan harinya, karena hari telah malam” (Kisah Para Rasul 4:3).

Keberanian rasul-rasul ini untuk menghadapi penguasa agama yang telah merancang kematian Yesus saat itu akan diuji.

Tetapi saat itu mereka telah mempunyai Roh Kudus di dalam mereka untuk menolong mereka menghadapi usaha pemimpin Yahudi yang sangat keras itu untuk menghentikan pelayanan mereka.

Keberanian untuk menghadapi penguasa agama orang Yahudi

Hari berikutnya, ketika Petrus dan Yohanes dibawa ke hadapan majelis otoritas Yahudi yang paling terkemuka, mereka ditanyai, “Dengan kuasa apakah atau dalam nama siapakah kamu melakukan hal ini ?” (ayat 7).

Daripada merasa terintimidasi, “Petrus, yang dipenuhi Roh Kudus, menjawab, ‘Hai para pemimpin bangsa dan tua-tua Israel: jika hari ini kami diperiksa karena berbuat baik kepada orang yang sakit sehingga ia disembuhkan, maka kamu semua dan seluruh bangsa Israel harus tahu, bahwa orang ini sembuh dan berdiri di hadapanmu karena nama Yesus Kristus orang Nazareth yang telah kamu salibkan dan yang telah dibangkitkan Elohim dari kematian. Yesus inilah: “Batu yang dibuang olehmu, hai tukang-tukang bangunan, namun Dia telah menjadi Batu Penjuru.” Keselamatan tidak ada di dalam siapa pun selain di dalam Yesus, karena di kolong langit ini tidak ada nama lain yang telah diberikan kepada manusia, yang di dalamnya kita dapat diselamatkan’” (ayat 8-12).

Bacaan ini tidak menjelaskan apa yang dikatakan atau dilakukan Yohanes, tetapi kita diberitahu bahwa para petinggi Yahudi heran akan “melihat keberanian Petrus dan Yohanes” (ayat 13).  

Menyadari bahwa mereka tidak dapat menyangkal bahwa sebuah mujizat telah terjadi, para majelis Yahudi itu memutuskan  untuk “mengancam dan melarang mereka, supaya mereka jangan berbicara lagi dengan siapapun dalam nama Yesus” (ayat 17-18).  

Jawaban Petrus dan Yohanes yang begitu berani: “Putuskanlah sendiri, manakah yang benar di hadapan Elohim, mendengarkan kamu atau mendengarkan Elohim? Sebab bagi kami tidak mungkin untuk tidak mengatakan apa yang telah kami lihat dan kami dengar” (ayat 19-20).

3 kunci untuk membangun dan mempertahankan keberanian rohani

Setelah berhadapan dengan pemimpin agama itu, Petrus dan Yohanes dilepaskan. Apa yang mereka lakukan berikutnya membangkitkan dan mendorong keberanian mereka untuk meneruskan pelayanan mereka.

Kisah Para Rasul 4:23-31 mencatat tiga aktivitas utama rasul-rasul yang jika kita lakukan dapat memberi kita keberanian rohani.

1:  Mereka menemui orang-orang percaya

Setelah Petrus dan Yohanes dilepaskan, “Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka” (ayat 23). 

Menceritakan apa yang telah terjadi dengan rasul-rasul lain — orang yang menceritakan komitmen yang sama untuk memberitakan injil Kerajaan Elohim — sungguh mendorong/menghibur Petrus dan Yohanes.

Hal itu pastilah mendorong semangat bagi murid-murid lain juga mendengar bagaimana kuasa mujizat Roh Kudus yang menyembuhkan orang lumpuh dan bagaimana Elohim telah memimpin dalam kejadian itu sehingga pemimpin orang Yahudi itu terhalang dalam usaha mereka untuk menghentikan perkembangan pelayanan rasul-rasul itu.

Fellowship [persekutuan] dengan saudara seiman adalah fondasi penting pada kehidupan Kekristenan pada zaman awal, dan menggunakan waktu dengan mereka yang seiman tetap merupakan sarana yang kuat untuk menimbulkan kekuatan rohani hari ini (Kisah Para Rasul 2:42; Filipi 1:5).

2: Mereka berdoa memohon kekuatan

Setelah mendengarkan laporan Petrus dan Yohanes, rasul-rasul itu berdoa kepada Elohim (Kisah Para Rasul 4:24). Di dalam doa mereka, mereka menyebut bahwa Daud menubuatkan bahwa bangsa-bangsa akan “bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapiNya,” yakni Kristus (Mazmur 2:2) dan menyebutkan bahwa hal ini telah terjadi (Kisah Para Rasul 4:27-28).

Kemudian mereka berdoa, “Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu. Ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus" (ayat 29-30).

Selain dari pada memohon keberanian untuk memberitakan firman Elohim, mereka juga memohon agar Elohim terus menunjukkan mujizat di dalam nama Yesus.

3: Mereka berfokus pada masa yang akan datang

Penting bagi kita untuk memperhatikan bagian lain dari doa mereka: Mereka memohon pertolongan untuk memenuhi tugas pemberitaan injil ke semua bangsa yang diberi Kristus kepada mereka (Matius 28:19-20). Mereka tidak mencoba keluar dari komitmen mereka; mereka berfokus pada masa depan!

Barangkali ajaran Yesus ini terukir di dalam hati dan pikiran mereka: “Seorang yang siap membajak namun menoleh ke belakang, ia tidak layak untuk Kerajaan Elohim” (Lukas 9:62).  

Kita membaca bahwa setelah mereka berdoa, “guncanglah tempat mereka berkumpul, dan mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Elohim dengan berani” (Kisah Para Rasul 4:31).

Tiga aktivitas utama ini memperkuat keberanian rohani para rasul, dan ketiga aktivitas ini tetap menjadi pelajaran yang luar biasa bagi kita hari ini.

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Sinkretisme Agama? Apakah Elohim Mengakui itu?

oleh Jordan Iacobucci - December 18, 2023

https://lifehopeandtruth.com/god/blog/what-is-religious-syncretism-does-god-accept-it/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Banyak tradisi populer Kristiani berasal dari sinkretisme. Apa itu sinkretisme agama? Apa contoh modern tentang hal ini? Apakah hal itu masalah bagi Elohim? 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menggabungkan kisah kelahiran Yesus dengan perayaan kuno atas kelahiran dewa matahari adalah contoh utama sinkretisme agama.

Tahun ini, lebih dari 2 miliar orang merayakan — dalam bermacam-macam bentuk — perayaan dunia yang paling populer ini — Hari Natal.

Mereka akan menyanyikan nyanyian, saling bertukar hadiah, membuat dekorasi rumah mereka dengan lampu-lampu hias dan akan mengunjungi keluarga dan kerabat. Bahkan beberapa di antara mereka akan menghadiri acara gereja. Banyak di antaranya, tidak semua, akan melakukan semua ini untuk merayakan kelahiran Yesus. 

Tetapi ini sebuah pernyataan yang tegas: Tetapi Elohim tidak berkenan terhadap apa yang mereka lakukan. 

Tradisi Natal ini merupakan sebuah contoh dari banyak praktek-praktek modern yang tidak memiliki dasar di dalam ayat Suci Alkitab. Sebaliknya, banyak dari tradisi ini, termasuk Hari Natal, berasal dari agama sebelum agama Kristen, yakni agama pagan, penyembah berhala.

Inilah yang disebut tradisi “Kristen”, dan banyak lagi yang lain yang umum kita lihat sekarang ini, yang asal-usulnya tidak memiliki hubungan apa pun dengan Kekristenan. Pada kenyataannya, semua itu digabungkan ke dalam agama melalui sebuah proses yang disebut sinkretisme.

Sinkretisme memainkan sebuah peranan penting dalam membentuk apa yang umumnya dianggap sebagai Kristiani — dan hal ini sebaiknya menjadi keprihatinan setiap orang yang menganggap dirinya sebagai pengikut Kristus.

Sebelum anda merayakan Natal, anda perlu memahami sinkretisme — apa itu, dan apa yang dikatakan Elohim tentang hal itu dan apa bahaya yang diakibatkannya.

Apa definisi sinkretisme agama?

Menurut Ensiklopedi Britannica, sinkretisme agama ialah “perpaduan bermacam-macam kepercayaan dan praktek agama.”

Meskipun tidak secara eksklusif terhadap Kekristenan, istilah ini umumnya merujuk pada integrasi praktek non-Kristen (pagan) dengan praktek, konsep dan kepercayaan Kristen. Secara lambat laun, Kekristenan tradisi menggabungkan tradisi-tradisi, kepercayaan dan hari-hari perayaan yang bermacam-macam dengan kepercayaan yang berasal dari agama pagan yang adalah agama penyembah berhala.  

Barangkali, hari ini, banyak orang yang mengaku dirinya Kristen kaget karena mengetahui bahwa tradisi dan praktek agama yang mereka hargai berasimilasi dengan Kekristenan melalui sinkretisme dengan paganisme.  

Contoh sinkretisme dalam agama Kristen modern 

Dalam dunia kuno, kelompok yang berbeda sering berasimilasi dengan masing-masing dewa dan praktek untuk mendapatkan pengikut dan sekutu.

Kekaisaran Romawi mahir dalam hal ini, bahwa kebebasan agama hampir tidak terdengar pada saat itu. Sementara kekaisaran itu berkembang dan merangkum bermacam-macam kultur, kekaisaran itu mengakui setiap dewa dari setiap bangsa yang ditaklukkan dan menjadi bagian dari panteon Roma.

Banyak mengira praktek sinkretis Roma berakhir pada abad ke-4 ketika — di bawah rezim Konstantinus Agung — kekaisaran itu mengadopsi Kekristenan. Akan tetapi, bukan itu yang terjadi — sinkretis Roma tidak berakhir. Sebaliknya, bentuk Kekristenan mainstream yang berkembang dari Roma terus meluas terutama dengan memeluk sinkretisme. 

Selama tahun-tahun awal, Gereja Romawi membuat elemen-elemen pengadopsian dari agama-agama lain menjadi praktek umum untuk menarik pengikut-pengikut orang-orang yang beragama paganisme. Mereka percaya bahwa mengakomodasi kepercayaan lain akan memperkuat gereja dan akan menyebabkan pertumbuhan jumlah anggota.

Sejarah menunjukkan bahwa sinkretisme sangat berpengaruh kuat pada masa perkembangan pengikut gereja. Dalam bukunya, Christianity and Paganism in the Fourth to Eighth Centuries, sejarawan Ramsay MacMullen menuliskan, “Kemenangan gereja adalah salah satu dari penghapusan [kepercayaan non-Kristian] tetapi justru memperluas pemelukan dan asimilasi” (1997, p.159).

Perubahan ini tidak berlaku sementara. Banyak kompromi sinkretis yang dibuat oleh Gereja Katolik Roma dari abad ke-4 hingga ke-8  masih umum di kalangan Kekristenan hari ini.

Sebagian besar perayaan orang Kristen modern bisa dengan mudah ditelusuri ke belakang dan itu berasal dari perayaan-perayaan pagan.

Misalnya, adalah pengetahuan umum bahwa Natal menggantikan perayaan Saturnalia Romawi, yang terjadi pada akhir Desember dalam kalender Roma. 

Menurut sebuah artikel yang dimuat di History.com: “Hal itu umumnya dipercaya bahwa gereja memilih penanggalan ini dalam usaha mengadopsi dan menyerap tradisi-tradisi perayaan Saturnalia paganisme” (“History of Christmas”).

Lagi pula, para pengikut Katolik mengendors penggunaan gambar-gambar dan patung-patung untuk doa. Penggambaran ini, yang dianggap menampilkan Kristus, Elohim Bapa, salib, Bunda Maria dan para rasul, sebenarnya mempunyai persamaan karakteristik dewa-dewa Greco-Romawi dari zaman kuno. Menghadapi kekurangan deskripsi alkitabiah untuk kepribadian ini, seniman/ahli lukis Katolik menggambarkan inspirasi dari gambaran dewa-dewa pada masa lalu.

Kekristenan modern diinfus dengan banyak praktek-praktek yang berasal dari paganisme. Namun, apakah itu masalah bahwa agama digabungkan dengan elemen-elemen sinkretis paganisme?

Apakah Elohim mengakui sinkretisme agama?

Alkitab memberi ajaran yang jelas bagaimana beribadah kepada Elohim, dengan merinci bagaimana Dia harus disembah — dan bagaimana cara ibadah yang tidak berkenan bagi Dia. 

Cobalah perhatikan ini: Jika Elohim memerintahkan kita secara rinci bagaimana beribadah kepada Dia dan menghormati Dia, apa dalih manusia untuk mempunyai hak merubah cara ibadah itu dengan dasar apa yang kita inginkan?   

Dalam kitab Ulangan 12:29-31, ketika orang Israel akan segera memiliki Tanah Perjanjian itu, Elohim memperingatkan mereka dengan tegas untuk tidak mengikuti praktek ibadah bangsa-bangsa di sekitar. Dia memerintahkan mereka untuk tidak menjadi terpikat dengan cara orang-orang sekitar menyembah dewa-dewa mereka.

Dalam ayat 31, Dia berkata: “Jangan engkau berbuat demikian kepada YAHWEH, Elohimmu, karena mereka melakukan segala kekejian bagi YAHWEH, yakni apa yang dibenciNya, itulah yang dilakukan mereka bagi ilah-ilah mereka. Sebab, mereka membakar anak-anak lelakinya dan anak-anak perempuannya bagi ilah-ilah mereka.”

Orang Israel tidak mengindahkan peringatan Elohim ini dan mereka akhirnya dihukum dengan mengirim mereka ke pembuangan karena mereka mengadopsi ritual pagan ke dalam ibadah mereka. Daripada menjadi role model sebagai bangsa-bangsa yang saleh kepada Elohim melalui ibadah yang suci, mereka justru menyatukan banyak elemen-elemen ibadah pagan — khususnya dari agama orang Mesir, Kanaan dan Babylon — dengan ibadah mereka.

Sementara contoh ekstrim pengorbanan anak disebutkan di Ulangan 12, bukan hanya praktek keji yang dilakukan pagan ini yang dilarang Elohim untuk ditiru oleh umatNya dalam ibadah mereka. Tetapi mereka [pagan] melakukan “setiap kejijikan,” termasuk semua dosa-dosa rohani yang dikutuk Elohim.

Elohim mengutuk tindakan pengorbanan anak dan juga mencela pemujaan berhala dan hari-hari perayaan pagan. Itu semua salah. Kita tidak boleh memilih praktek penyembahan berhala dan “mengkristenkan.” Pada kenyatannya, tidak satu pun perayaan paganisme dapat di “Kristenkan” karena orang Kristen sejati harus menghindari ibadah pagan secara menyeluruh. 

Tetapi beberapa orang mungkin tidak setuju dalam hal ini.

Dalam agama Kristen mainstream, beberapa orang percaya bahwa jika sebuah praktek pagan dikemas ulang menjadi tujuan “memuji” Elohim, itu menghentikan pagan. Bagaimanapun juga, bukankah Elohim sungguh memperhatikan bagaimana kita menyembah Dia, selama hal itu kita lakukan di dalam kasih?

Tetapi coba perhatikan analogi ini: Jika seorang kerabat merasa alergi terhadap anjing, anda tentu tidak akan memberi dia anjing. Demikian pula, jika seorang sahabat mempunyai rasa takut akan ketinggian, anda tentu tidak akan mengajak dia untuk bungee jumping untuk merayakan persahabatan dengan dia.  Kita berusaha keras untuk mengakomodasi preferensi manusia, namun tidak banyak yang sudi untuk membuat sedikit pun usaha untuk menyelaraskan praktek-praktek mereka dengan preferensi Elohim.

Tidak peduli seberapa baik niat ibadah kita, niat baik tidak dapat mentransformasi sesuatu yang berasal dari pagan ke dalam sesuatu menjadi kebenaran. Kristen disebut tidak hanya untuk menyembah Elohim dalam kasih; mereka juga diarahkan untuk menyembah Dia dalam kebenaran (Yohanes 4:23-24). Dengan kata lain, ibadah mereka harus selaras dengan kehendak IlahiNya.

Dan Elohim tidak berubah (Maleakhi 3:6). Jika Elohim tidak berkenan dengan ritual pagan ribuan tahun lalu, sekarang Dia masih tetap tidak berkenan terhadap versi “Kristen” yang sudah disanitasi dari ritual yang sama.

Untuk pelajaran lebih lanjut yang membahas penggabungan paganisme dengan ajaran Alkitab, bacalah artikel kami — pada situs ini — yang berjudul “Apakah Masalah Bahwa Natal Itu Pagan?”; “Empat Alasan bahwa Hari Natal itu Bukanlah Kristiani”; Apakah Yesus Akan Merayakan Natal?” dan “Natal: Seharusnyakah Orang Kristen Merayakan Itu?”

Beribadahlah kepada Elohim seperti yang Dia perintahkan

Pada zaman modern, bisa dengan mudah mengadopsi tradisi Kekristenan mainstream tanpa merefleksikannya pada asal usulnya.

Tradisi tidak selamanya buruk (2 Tesalonika 2:15), tetapi hanya apabila tradisi itu berada dalam batas-batas hukum Elohim. Tradisi pagan, tidak peduli entah itu tulus, berada di luar batas-batas hukum Elohim.

Banyak tradisi “Kristen” (seperti Natal, Easter dan kebaktian Minggu) dan simbol-simbol merupakan tradisi paganisme yang dikemas ulang. Sementara orang mungkin percaya praktek-praktek ini sekarang telah menjadi “Kristen,” Elohim, yang adalah Sang Pencipta yang maha mengetahui, mengingat asal usul semua tradisi ini.

Orang Kristen sejati menyelaraskan kepercayaan dan ibadah mereka  dengan kehendak Elohim dan mematuhi perintah-perintahNya (Yohanes 14:15, 23-24), dan bukan mencoba memaksakan bentuk pilihan ibadah mereka bagi Elohim.

Firman Elohim yang diilhami, Alkitab, memberikan petunjuk untuk ibadah dan kepercayaan. Jika kita menciptakan atau mengembangkan praktek ibadah agama kita sendiri, apakah kita sungguh menyembah Dia — atau justru lain?

Kami mendorong pembaca untuk dengan tulus menguji praktek-praktek agama mereka. Apakah kepercayaan dan ibadah anda berdasar pada sinkretisme agama? Jika demikian, kami mendorong anda melihat Firman Tuhan secara serius dan mempelajari ibadah yang bagaimana yang berkenan bagi Dia.

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Hari-hari Perayaan Orang Kristen

oleh Andy Burnett

https://lifehopeandtruth.com/life/plan-of-salvation/biblical-festivals/christian-festivals/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Banyak orang percaya bahwa ajaran Alkitab Perjanjian Baru telah meniadakan hari-hari raya orang Kristen. Tetapi Yesus merayakannya. Hari-hari raya yang mana yang dirayakan oleh Gereja awal?

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
                                      Hari-hari yang mana yang dirayakan Gereja Perjanjian Baru?

Hari-hari kudus apa yang dirayakan Gereja Perjanjian Baru? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita refleksikan terlebih dahulu kepada kejadian-kejadian yang terjadi sekitar awal berdirinya Gereja Perjanjian Baru sebagaimana dicatat pada bagian akhir keempat Injil dan pada abad memasuki Kisah Para Rasul.

Kristus mati pada hari Paskah

Keempat kitab Injil itu menceritakan kepada kita bahwa Yesus Kristus mati martir pada hari Paskah, yakni hari raya Elohim (Imamat 23:4-5), akan tetapi melalui mujizat Dia dibangkitkan dari kematianNya tiga hari tiga malam kemudian, persis seperti yang Dia telah nubuatkan (Matius 12:39-40).

Selama 40 hari setelah kebangkitanNya itu, Yesus berulang-ulang menampakkan DiriNya kepada 11 murid-muridNya bersama dengan para pengikutNya dan Dia  “berbicara tentang Kerajaan Elohim” (Kisah Para Rasul 1:3). Inilah persiapan sebelum Dia mendirikan GerejaNya.  

Gereja didirikan dan Roh Kudus dikaruniakan pada hari Pentakosta

Sebelum kenaikan Yesus ke sorga (Kisah Para Rasul 1:9-11), Dia berkata kepada murid-muridNya bahwa mereka akan segera menerima kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:4-8). Sepuluh hari kemudian — genap 50 hari — peristiwa turunnya Roh Kudus digenapi. Inilah sesungguhnya awal berdirinya Gereja Perjanjian Baru, yakni hari turunnya Roh Kudus kepada rasul-rasul itu, sebagaimana dijelaskan pada bab 2 Kisah Para Rasul. Setelah hari itu, 3,000 orang dibaptis dan juga menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:38-41).

Menarik untuk kita ketahui bahwa Elohim memilih hari Pentakosta (arti literalnya “hitung 50”; dalam bacaan lain itu disebut “Feast of Weeks” [Perayaan Tujuh Minggu] — Imamat 23:15-21) sebagai saat dimana murid-muridNya mendapat karunia Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:1-4) dan dengan demikian terbentuklah Gereja Perjanjian Baru.

Beberapa orang mungkin akan berkata Dia memilih waktu itu karena begitu banyak orang berkumpul di Yerusalem dari daerah yang jauh saat merayakan Hari Raya Pentakosta. Tetapi ketika orang mempelajari ajaran alkitabiah bahwa Elohim memberi pengajaran kepada Israel bagaimana merayakan Pentakosta, dia akan menyadari bahwa alasan Elohim lebih dari sekedar memilih hari ketika sekelompok besar orang akan hadir. 

Paulus dan Pentakosta

Beberapa tahun kemudian, rasul Paulus “buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari Pentakosta” (Kisah Para Rasul 20:16). Menuliskan surat kepada orang Korintus (sekitar tahun 55-57 A.D. kira-kira 25 tahun setelah berdirinya Gereja Perjanjian Baru), Paulus menyatakan bahwa dia akan tetap di Efesus hingga hari Pentakosta (1 Korintus 16:8).  

Jemaat di Korintus dan di Efesus pada dasarnya terdiri dari bangsa-bangsa bukan Yahudi (Gentiles). Mengapa Paulus mengatakan dia buru-buru untuk pergi ke Yerusalem sebelum Hari Raya Pentakosta di satu sisi, sementara di sisi lain dia menetap di Efesus hingga Hari Raya Pentakosta, jika memang Pentakosta, yang adalah Hari Raya Tuhan, telah ditiadakan?

Hari Raya Roti Tidak Beragi

Kemudian, perhatikan penjelasan ini bagaimana Paulus menginstruksikan jemaat Korintus untuk merayakan Hari Raya Roti Tidak Beragi (yang terdapat di Imamat 23:6-7): “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1 Korintus 5:7-8).

Perhatikan perkataan Paulus, “Mari kita berpesta” [Let’s keep the feast]. Dia memberi ajaran kepada mereka mengapa dan bagaimana merayakan perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi itu selama tujuh hari!

Mengapa Paulus harus menyatakan hal ini 25 tahun setelah Kristus memakukan apa saja yang harus dipakukan pada kayu salib, jika memang Gereja tidak masih merayakan hari-hari kudus ini sebagai hari raya orang Kristen? Kemudian, di dalam surat yang sama Paulus memberikan kepada mereka petunjuk lain tentang bagaimana merayakan Paskah dengan benar (1 Korintus 11:17-34), dengan mengingatkan mereka bagaimana Yesus telah mengajarkan para Rasul untuk merayakan perayaan tersebut sebagai sebuah peringatan dari penderitaan dan kematianNya (Lukas 22:8-20).

Jadi kita melihat bahwa ada banyak bacaan di dalam Perjanjian Baru tentang perayaan hari-hari raya Elohim. Sekarang bagaimana dengan sejarah di luar Alkitab?

Perjuangan Polycrates untuk melestarikan Paskah Perjanjian Baru

Sejarawan Katolik awal yang bernama Eusebius melakukan verifikasi terhadap perayaan Katolik akan perayaan-perayaan ini. Eusebius hidup pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus pada tahun 300an menulis bukunya yang berjudul Ecclesiastical History tentang Quartodeciman Controversy, sebuah kontroversi dikalangan orang-orang yang menamakan diri Kristen tentang kelanjutan perayaan the Lord’s Passover [Paskah Tuhan] pada hari ke-14 menurut penanggalan Ibrani pada bulan pertama (“quartodeciman”). Kontroversi ini telah dicatat pada tahun 150an dan telah sampai kepada Paus Victor pada tahun 190an.

Eusebius memberi komentar berikut tentang seorang pemimpin gereja di Asia (Polycrates) yang mempertahankan perayaan Paskah alkitabiah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi:

“Sebuah pertanyaan yang penting muncul pada saat itu. Bagi para paroki di seluruh Asia, seperti dari tradisi yang lebih tua, merayakan hari ke-14 itu, pada hari mana orang-orang Yahudi diperintahkan untuk mengorbankan domba, sebaiknya dirayakan sebagai perayaan Paskah Juruselamat. …

Sinode dan majelis uskup diadakan untuk membahas masalah ini, dan semua, sepakat, melalui persetujuan bersama untuk menerbitkan satu ketetapan gerejawi, bahwa rahasia kebangkitan Tuhan sebaiknya dirayakan bukan pada hari lain tetapi pada hari Tuhan, dan bahwa kita sebaiknya merayakan penutupan puasa paskah cukup pada hari ini saja. …

“Tetapi uskup-uskup Asia, yang dipimpin oleh Polycrates, memutuskan untuk berpegang pada kebiasaan atau praktek lama yang diajarkan kepada mereka. Dia sendiri, melalui sebuah surat yang dialamatkan kepada Victor [Paus, tahun 189-198 A.D.] dan kepada gereja di Roma, menyatakan perkataan berikut ini yakni tradisi yang telah diteruskan kepada dia: ‘Kami merayakan hari yang tepat; dengan tidak menambah dan tidak mengurangi. Sebab di Asia juga sinar besar telah padam [mati], yang akan terbit dan bersinar lagi pada kedatangan hari Tuhan, ketika Dia datang dengan kemuliaan dari sorga, dan akan mencari semua orang-orang kudusNya.”

Polycrates kemudian mencatat orang-orang penting dari Gereja awal, termasuk rasul Filipus, rasul Yohanes, Polycarp yang dididik oleh rasul Yohanes dan banyak lagi yang lain yang berpegang pada perayaan Paskah menurut Alkitab.

“Perayaan Paskah pada tanggal empat belas, yang adalah menurut Injil, tidak menyimpang sama sekali, tetapi itu menurut aturan iman. Dan saya juga, Polycrates, yang paling kecil dari anda semua, melakukan sesuai dengan tradisi keluargaku, yang beberapa di antaranya saya telah ikuti dengan cermat. Karena tujuh dari sanak saudara saya adalah uskup; dan saya yang kedelapan. Dan sanak saudara saya selalu merayakan hari ketika orang membuang ragi [ini merujuk pada Hari Raya Roti Tidak Beragi]. Oleh karena itu, saya, saudara-saudara, yang telah hidup enam puluh lima tahun di dalam Tuhan, dan telah bertemu dengan saudara seiman di seluruh dunia, dan telah memeriksa seluruh Kitab Suci, saya tidak takut dengan kata-kata yang menakutkan. Bagi mereka yang lebih mulia daripada yang saya katakan, ‘Kita harus lebih takut kepada Elohim daripada manusia’” (Historia Ecclesiastica, 3.23-25).  

Coba perhatikan pentingnya perkataan Polycrates — perkataan yang ditulis kira-kira 160 tahun setelah Gereja Perjanjian Baru mulai. Dia berjuang untuk mengikuti pengajarnya, Polycarp, yang telah diajar oleh rasul Yohanes, yang meninggal pada hampir akhir abad pertama. Dan Yohanes, yang telah menyandarkan kepalanya di dada Yesus Kristus, adalah orang “yang Yesus kasihi” (Yohanes 13:23; 20:2; 21:20-25).

Perayaan-perayaan lain orang Kristen yang dirayakan oleh Gereja awal

Hari-hari raya Elohim itu disebutkan di dalam Perjanjian Baru. Lukas, dalam tulisannya tentang perjalanan Paulus pada bagian akhir kitab Kisah Para Rasul, merujuk pada Hari Pendamaian (“hari Berpuasa”) yang sudah lewat, mencatat bahwa pada waktu (musim gugur), untuk perjalanan berlayar tidak aman di Laut Mediteranian (Kisah Para Rasul 27:9; Imamat 23:26-32).

Di samping itu, Paulus menyatakan berikut ini, yang merujuk pada perayaan Hari Raya Pondok Daun (Imamat 23:33-43; Yohanes 7:1-2, 8, 10, 14): “Aku harus menghadiri perayaan yang akan datang di Yerusalem, dan aku akan kembali lagi kepadamu jika TUHAN menghendakinya” (Kisah Para Rasul 18:21).

Apakah anda ingin mengetahui gereja yang mensponsori, Life, Hope & Truth? Silakan gunakan link di bawah ini:

 Life, Hope & Truth? See our “Who We Are” page.

Hari Sabat mingguan

Terakhir, tetapi tidak kalah penting, adalah hari Sabat mingguan, yang adalah hari yang juga dicatat oleh Elohim di antara hari-hari perayaanNya (Imamat 23:1-3) dan juga merupakan satu dari 10 Perintah Elohim (Keluaran 20:8-11). Kita melihat begitu banyak referensi di Kisah Para Rasul tentang ibadah Gereja pada hari Sabat mingguan.

Kisah Para Rasul 13:14 menggambarkan bagaimana Paulus memasuki rumah ibadat di Antiokia pada hari Sabat. Kemudian pada bab itu, Lukas menceritakan hasil pemberitaan Paulus dan Barnabas pada hari Sabat itu: “Ketika mereka pergi dari sinagoga orang Yahudi, bangsa itu meminta agar perkataan itu dibicarakan lagi pada hari Sabat berikutnya. Setelah ibadah selesai, banyak orang Yahudi dan bangsa lain penganut agama Yahudi yang saleh mengikuti Paulus dan Barnabas. Kedua rasul itu mengajar dan meyakinkan mereka agar tinggal dalam anugerah Elohim. Ketika hari Sabat tiba, hampir seluruh penduduk kota itu berkumpul untuk mendengarkan firman TUHAN” (Kisah Para Rasul 13:42-44).

Bacaan lain yang merujuk pada hari Sabat mingguan termasuk Kisah Para Rasul 16:13; 17:2 dan 18:4. Hari Sabat menggambarkan satu hari (sebagaimana hari itu dari awalnya dikuduskan, hingga hari ini hari Sabat itu tetap dikuduskan) dimana jemaat datang dan berkumpul berdoa, memuji dengan nyanyian pujian dan bersekutu dan diajar dalam Firman Tuhan.

Masih dirayakan hari ini

Hari-hari raya Elohim dirayakan oleh Gereja Perjanjian Baru! The Church of God, a Worldwide Association, mengikuti teladannya dan perintah alkitabiah dengan merayakan hari-hari raya orang Kristen ini. Perayaan yang diperintahkan ini memiliki makna rohani pribadi yang mendalam, sementara itu juga menyingkapkan rencana Elohim bagi umat manusia. Kami mendorong anda untuk membaca kebenaran ini di dalam Alkitab anda. Bagaimanapun juga, apabila Elohim telah menguduskan hari-hari kudusNya dan untuk berkomunikasi dengan mereka yang mengasihiNya, bukankah anda juga ingin mengetahuinya dan memahaminya? 

Anda juga mungkin ingin melihat seri video kami “Feasts of the Lord.” Kesepuluh seri video pendek ini menelusuri rencana Elohim dan maksud semua itu bagi anda.

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah Yesus Akan Merayakan Natal?

oleh Erik Jones

https://lifehopeandtruth.com/life/plan-of-salvation/holy-days-vs-holidays/christmas/would-jesus-celebrate-christmas/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Orang di seluruh dunia merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Tetapi hari dan tanggalan ini tidak merujuk pada diri Yesus. Sebaliknya, hari dan tanggalan ini memiliki arti pada fakta lain.

 

 

 

 

 

 

 

Bagi jutaan orang Kristen di dunia ini, dalam setahun, satu-satunya hari mereka pergi ke gereja adalah Hari Natal dan Easter. Kadang-kadang ini disebut CEOs (Christmas and Easter Only attendees).

Menurut Harford Institute for Religion Research, hanya 20 persen orang Kristen di Amerika benar-benar hadir di gereja setiap minggu. (Jumlah ini bahkan lebih sedikit di Eropa). Banyak laporan gereja melaporkan bahwa kehadiran jemaat hampir dua kali lipat pada hari Natal, dan ada kenaikan jumlah yang signifikan di laman pencarian Google untuk “gereja” pada bulan Desember belakangan ini.

Mengapa orang yang biasanya tidak pergi ke gereja tetapi hadir pada hari Natal?

Yah, hanya merekalah yang bisa menjawabnya, tetapi mungkin karena mereka melihat bahwa Natal itu merupakan perayaan hari kelahiran Kristus, jadi mereka ingin melakukan apa yang mereka percayai dan ingin menghormati Dia.

Tetapi cobalah pertimbangkan pertanyaan ini: Apakah Hari Natal itu memiliki arti bagi Diri Yesus sendiri?

Tidak ditemukan di dalam Alkitab

Untuk menjawab pertanyaan tentang Yesus Kristus, sumber logis pertama kita (dan sungguh satu-satunya sumber) ialah Alkitab — khususnya keempat Injil dan tulisan orang-orang sezamanNya. Ketika anda mempelajari dokumen itu, sangatlah mengejutkan bahwa perayaan yang paling terkemuka dan paling populer ini sama sekali tidak ada hubungannya  dengan Kekristenan. Tidak seorangpun — tidak Yesus, tidak juga Petrus, atau Yohanes ataupun Paulus — memberi isyarat bahwa mereka pernah merayakan kelahiran Yesus pada Desember (atau bulan manapun).

Ini tentu bukan berarti bahwa Alkitab sama sekali tidak pernah menyebutkan kelahiran Yesus, tetapi hanya sedikit menceritakan tentang hal itu. Itu hanya ditulis di kitab Injil Matius dan Lukas (Markus dan Yohanes tidak pernah menceritakan itu). Tetapi jika anda membaca Matius 1-2 dan Lukas 2 secara seksama, anda akan menemukan hanya sedikit ayat-ayat yang secara langsung membicarakan kelahiranNya (Matius 1:25; Lukas 2:7-16). Selebihnya dari bagian ini menceritakan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan kelahiranNya, tetapi tidak terjadi pada hari yang diklaim hari kelahiranNya.

Apa yang biasanya disebut “Cerita Natal” yang dicatat di Matius 2 dan Lukas 2 itu, hampir  seluruh kejadian itu disimpulkan ke dalam cerita satu hari pada bulan Desember.

Misalnya, persepsi umum ialah bahwa ada tiga orang majus mengunjungi bayi Yesus pada malam kelahiranNya. Tetapi orang majus itu sebenarnya tiba di tempat itu bukan pada saat Yesus dilahirkan, yakni ketika keluarga itu tinggal di sebuah rumah dan Yesus pun bukan lagi sebagai bayi yang baru lahir (Matius 2:11). Dan Alkitab tidak ada menyebutkan tiga orang majus (ayat 1).     

Apa yang dirayakan Yesus?

Tetapi jika Yesus tidak merayakan perayaan yang paling populer ini, apakah Dia merayakan sesuatu? Ya. Pada kenyataannya, Perjanjian Baru memberikan banyak detil tentang hari-hari agama yang Dia rayakan.

Di seluruh perjalanan hidupNya, Yesus dengan setia merayakan hari Sabat pada hari ke-7 setiap minggunya. Hal itu merupakan bagian dari hidupNya dan itu dikatakan Lukas sebagai “kebiasaanNya” (Lukas 4:16). Dimanapun Dia, dari Yerusalem ke Galilea, Dia selalu merayakan hari Sabat dan hadir di rumah ibadat untuk mendengar dan membaca ayat-ayat Suci dan kadang-kadang mengajar di sana (ayat 17-21).

Yesus dibesarkan dalam sebuah keluarga yang setia merayakan hari-hari perayaan alkitabiah yang diperintahkan di Perjanjian Lama (Imamat 23). Misalnya, Lukas mencatat bahwa keluargaNya “pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah” (Lukas 2:41).

Setiap tahun.

Ini bukan hanya merayakan perayaan yang disebut Paskah. Itu mencakup dua hari kudus yang jatuh dalam satu minggu — hari pertama dan hari ketujuh pada perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi (ayat 43; baca juga Imamat 23:4-8). Dia juga merayakan hari-hari raya lainnya yang diajarkan di kitab Imamat 23. Yohanes 7, misalnya, memberikan bacaan tentang Hari Raya Pondok Daun yang dirayakan Yesus sewaktu Dia di bumi ini.

Gereja awal, pada abad pertama, terus mengikuti teladanNya dengan merayakan hari-hari perayaan kudus ini. Artikel kami yang berjudul “Christian Festivals” [Perayaan Hari-hari Raya Orang Kristen] memberi rujukan ayat-ayat Alkitab untuk menunjukkan bahwa orang Kristen awal merayakan perayaan-perayaan yang sama dengan yang dirayakan Yesus. 

Ikutilah Kristus

Satu dari tujuan utama kami melalui majalah Discern ialah untuk menolong para pembaca kami untuk menemukan kebenaran Alkitab yang memang tidak secara luas dimengerti dan dipraktekkan. Itulah sebabnya kami sering kali menulis hari-hari raya alkitabiah. Hari-hari raya ini ditetapkan oleh Elohim dan sebagian besar itu merupakan bagian hidup  Yesus ketika Dia berjalan di bumi ini. Namun sebagian besar Kristen mainstream mengabaikan hari-hari raya alkitabiah ini dan sebaliknya mereka merayakan hari raya dan ibadah agama yang bukan alkitabiah, seperti Hari Natal — yang adalah ibadah buatan manusia yang berdasar dari agama penyembah berhala, yakni paganisme. Cobalah pertimbangkan bahwa Natal itu pertama kali disebut di tahun 336 A.D. [Setelah Kristus] — lebih dari 300 tahun setelah kehidupan Kristus!

Banyak orang mengatakan dan percaya bahwa merayakan perayaan dari paganisme itu OK sebab mereka sekarang telah dikristenkan. Tetapi apakah hal itu OK bagi Elohim? Kebenaran ialah bahwa Elohim tidak pernah memberi izin kepada manusia untuk menyesuaikan dan mendefinisikan ulang akan hal itu sebagai suatu ibadah bagi Dia. Pada kenyataannya, Dia memerintahkan untuk tidak pernah melakukan itu (Ulangan 12:29-31; Yeremia 10:1-5; 2 Korintus 6:17).

Satu dari pernyataan Paulus yang sangat ringkas dan mudah diingat terdapat di 1 Korintus 11:1: “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.”  

Dalam kalimat pendek ini, Paulus memahami esensi apa Kekristenan yang sesungguhnya. Ketika bicara bagaimana beribadah kepada Elohim, apakah anda meneladani teladan Yesus dengan merayakan perayaan alkitabiah yang Dia rayakan? Atau apakah anda merayakan perayaan buatan manusia?

Sidebar: Apakah Natal itu Kristiani? Empat Pertanyaan Untuk Disimak

Banyak berasumsi bahwa Hari Natal itu adalah suatu hari perayaan Kristen, meskipun itu telah disekulerkan dimana hal itu dirayakan oleh jutaan orang yang non-Kristen. Berikut ini ada empat pertanyaan untuk anda simak tentang Hari Natal. Jawabannya barangkali akan memimpin anda untuk kemudian mempertimbangkan ulang apakah perayaan ini “Kristiani.”

  1. Apakah kristiani merayakan kelahiran Kristus pada hari kelahiran dewa matahari pada zaman dulu?
  2. Apakah kristiani memelihara ibadah agama pagan [penyembah berhala] dan mereka menamakan diri sebagai orang Kristen?
  3. Apakah kristiani membohongi anak-anak tentang keberadaan seorang sosok mitos?
  4. Apakah kristiani mengabaikan hari-hari raya yang sah di dalam Alkitab dan bukan konsep perayaan yang tidak diajarkan Alkitab? 

Pertanyaan ini dibahas dalam InSight blog post kami “Four Reasons Christmas Is Not Christian.”

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

 

Tracker Pixel for Entry

Apakah Anda Memerlukan Istirahat?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/sabbath/do-you-need-a-rest/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kehidupan yang terburu-buru. Jadwal padat. Tidur kurang. Apakah Elohim menghendaki kita hidup pada laju yang begitu hiruk pikuk?

Banyak orang sekarang ini menderita dari penyakit hurry sickness. Hal ini adalah “a behavior pattern characterized by continual rushing and anxiousness; an overwhelming and continual sense of urgency” (dictionary.com).  [“sebuah pola perilaku yang ditandai dengan ketergesaan dan kecemasan yang terus-menerus; suatu rasa urgensi yang terus-menerus melimpahi pikiran].  

Jika anda senantiasa mencoba menambah satu hal lagi terhadap kecakapan multitasking anda — seperti makan siang sambil bicara di telepon dan memeriksa email anda atau mengirim pesan pada saat yang bersamaan — kemungkinan besar anda mengalami hurry sickness ini.

Jika anda cepat merasa frustrasi karena harus menunggu di antrian untuk membeli sesuatu, dan sering selalu kesal karena macet di jalan, dan menjadi kebiasaan anda untuk menginterupsi orang yang sedang bicara, kemungkinan besar anda mengalaminya.

Apabila anda telah percaya sepenuhnya akan filosofi modern bahwa setiap menit hidup anda harus diisi dengan kegiatan yang fun dan mengasyikkan, kemungkinan besar anda mengalaminya.

Jika anda tidak mempunyai waktu luang dan mempunyai keras hati bahwa anda perlu untuk melakukan lebih banyak lagi dan cepat, kemungkinan besar anda mengalaminya.

Pendeknya, hampir semua orang entah mengalami hurry sickness atau mengalami beberapa gejalanya secara terus-menerus. Nampaknya itu sudah menjadi norma hidup di dunia modern ini. 

Konsekuensi

Sayangnya, hurry sickness tidaklah sekedar “buzzword” atau “psychobabble” yang sering digunakan sebagai jargon untuk membuat kesan kebenaran. Hurry sickness itu nyata adanya dan memiliki konsekuensi.

Misalnya, kurang tidur telah menjadi suatu masalah serius. Judul sebuah artikel yang ditulis oleh Ian Johnston, yang adalah seorang koresponden sains untuk harian The Independent, secara ringkas menyatakan, “‘Catastrophic’ lack of sleep in modern society is killing us, warns leading sleep scientist” [“Kurang tidur dalam kondisi yang sudah parah yang terjadi pada masyarakat modern ini sedang membunuh kita, demikian peringatan dari para ilmuwan terkemuka”]

Pada artikel ini Johnston melaporkan bahwa masalah ini sudah “meluas di masyarakat modern. … telepon genggam, televisi dan komputer, perjalanan panjang pulang-pergi ke/dari tempat kerja, batas yang tidak jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi, dan banyak aspek lain yang terjadi dalam kehidupan modern ini telah merampas waktu tidur, sehingga kurang dari tujuh jam semalam.

“Tetapi hal ini telah dihubungkan dengan penyakit kanker, diabet, sakit jantung, stroke, Alzheimer, obesitas dan kesehatan mental yang melemah yang terjadi di antara penyakit-penyakit lain. Pendeknya, kurang tidur sedang membunuh kita.”

Memang kurang tidur dan konsekuensinya tidak mengenal batas-batas nasional. Laporan di situs Entrepreneur yang berbasis di Amerika, Anne Fisher menuliskan, “Akhirnya, hurry sickness sungguh membuat anda sakit, karena hal itu mengeluarkan lebih banyak kortisol hormon stres, yang berfungsi menekan sistem kekebalan tubuh dan ini telah dihubungkan dengan penyakit jantung” (“Too Busy to Think? You May Suffer From ‘Hurry Sickness’”).

Kurang tidur merupakan penyebab utama dari kecelakaan dan kematian di jalan raya. Di Amerika “Administrasi Keselamatan Jalan Raya Nasional pada tahun 2013 memperkirakan 72,000 kecelakaan, 44,000 orang terluka, dan 800 orang meninggal disebabkan oleh pengendara yang mengantuk. Akan tetapi, angka-angka ini masih di bawah kenyataan dan hingga mencapai 6,000 kecelakaan maut setiap tahun barangkali disebabkan pengendara yang ngantuk” (CDC.gov, “Drowsy Driving: Asleep at the Wheel”).

Para ahli umumnya menganjurkan orang yang mengalami hurry sickness untuk memprioritaskan waktu mereka dan mengurangi hal-hal yang tidak perlu untuk dilakukan. Sementara anjuran ini memang sangat membantu, barangkali kita juga mempertimbangkan apa yang tubuh kita sendiri katakan kepada kita dan juga nasihat orang-orang zaman dulu.

Kronobiologi

Kronobiologi — yang adalah cabang biologi yang bersangkutan dengan ritme-ritme fisiologis alami dan fenomena siklus lainnya — telah menemukan bahwa kita manusia memiliki internal biological clocks [jam biologis internal]. Ritme sirkadian, yaitu siklus 24 jam yang mengacu pada rutinitas kita setiap hari. Kita cenderung melakukan hal-hal tertentu pada saat yang sama setiap harinya. Misalnya — tetapi mungkin terkecuali akhir pekan — kita umumnya lelah pada saat tertentu dan bangun pada waktu spesifik setiap hari.

Dan yang mengherankan bagi banyak orang bahwa tubuh kita ini juga memiliki siklus tujuh hari. Di dalam bukunya Proof Positive, Neil Nedley, M.D., menuliskan sbb: “Sebagaimana tubuh kita secara alami memiliki jam biologis harian (circadian rhythm [ritme sirkadian]), tubuh juga mempunyai jam biologis mingguan (ritme circaseptan) … yakni ritme tubuh yang bekerja sekitar selama tujuh hari.

“Riset medis telah menunjukkan ritme semacam itu dalam hubungannya dengan bermacam-macam fungsi fisiologis. Beberapa yang telah diidentifikasi termasuk detak jantung, pertumbuhan jaringan, hormon alami di dalam air susu, pembengkakan setelah operasi, dan penolakan organ yang dicangkokkan.”

Adapun beberapa siklus tujuh hari yang lebih jelas, “ritme mingguan nampaknya yang paling mudah dideteksi ketika tubuh kita mengalami stres, seperti ketika ia melawan virus, bakteri, atau serangan sakit lainnya. Misalnya, gejala flu (tanda-tanda tubuh mempertahankan diri dari virus flu) bertahan kira-kira seminggu. Gejala cacar air (demam tinggi dan bintik-bintik merah) biasanya muncul hampir persis dua minggu setelah sakit” (Susan Perry dan Jim Dawson, The Secret Our Body Clocks Reveal, p. 21).

Karena ritme hidup bagi kita sebagai manusia berisi siklus circaseptan, kita dihadapkan dengan sejumlah pertanyaan yang mendorong minat atau kita menjadi penasaran. Apakah siklus tujuh hari ini hanya sekedar keunikan keberadaan kita? Atau apakah itu jejak jari Sang Pencipta kita? Dan lebih spesifik lagi, apakah Elohim mempunyai pengajaran bagi kita yang mengharmoniskannya dengan meringankan sakit hurry sickness?

Rencana tujuh hari Tuhan bagi umat manusia

Ketika kita berbalik kepada Alkitab untuk melihat bagaimana dunia sekarang ini dan manusia diciptakan, kita menemukan bahwa penciptaan itu dirampungkan dalam tujuh hari penciptaan. Bab pertama Alkitab memberi ringkasan bagaimana Elohim selama enam hari membaharui bumi ini dan menciptakan manusia.

“Pada hari ketujuh Elohim menyelesaikan pekerjaanNya. Dan pada hari ketujuh Dia beristirahat dari seluruh pekerjaan yang telah Dia lakukan. Lalu Elohim memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itu Dia beristirahat dari semua pekerjaan penciptaan yang telah Dia lakukan” (Kejadian 2:2-3).

Dengan beristirahat pada hari ke-7, Elohim memberikan contoh kepada manusia. Menarik untuk diperhatikan bahwa selain Elohim memberkati dan menguduskan hari ke-7 itu — menetapkan hari ke-7 itu sebagai hari khusus dan membuatnya berbeda dari enam hari lainnya — Elohim juga beristirahat pada hari itu. Tentu bukan karena Elohim, yang Maha Kuat, telah lelah (Yesaya 40:28). Dengan beristirahat pada hari ke-7 itu, Elohim memberi contoh kepada umat manusia.

Hari Sabat mingguan tidak dirancang oleh Elohim sebagai larangan atau hukuman yang sewenang-wenang terhadap umat manusia. Sebaliknya, Sabat itu dibuat “untuk manusia” pada hari setelah Elohim menciptakan manusia (Markus 2:27; Kejadian 1:24-31; 2:1-3). Itu adalah kasih karunia Elohim kepada manusia.

Sesaat setelah menciptakan kita, Elohim menetapkan satu hari bagi kita untuk beristirahat dari pekerjaan fisik kita. Apabila kita merayakan hari ini, tubuh kita beristirahat selama 24 jam selama periode hari ke-7 itu. Itu kesempatan mingguan bagi tubuh kita untuk menyegarkan sehingga menetralkan hurry sickness.

Apakah ada bedanya?

Beberapa orang mengenali manfaat istirahat satu hari dalam tujuh hari, tetapi mereka menganggap bahwa hari itu tidak berbeda; hari yang mana pun dalam minggu itu kita pilih untuk beristirahat. Bagaimanapun, siklus circaseptan tubuh kita tidak serta-merta sejajar dengan hari ketujuh (Sabtu) minggu itu. Kita bisa saja berakhir pada hari yang ketujuh yang salah dalam minggu itu apabila memulainya pada hari lain.

Jadi apakah ada masalah hari yang mana yang kita gunakan untuk beristirahat dan  beribadah kepada Elohim? Islam beribadah pada hari Jumat, orang Yahudi pada hari Sabtu; sebagian besar orang Kristen pada hari Minggu.

Tentu berbeda. Beristirahat dan beribadah kepada Elohim pada hari Sabtu — hari ke-7 itu — memiliki makna rohani yang tidak kita dapat pada hari-hari lainnya dalam minggu itu.

Apakah anda ingin mengetahui gereja yang mensponsori, Life, Hope & Truth? Silakan gunakan link di bawah ini:

 Life, Hope & Truth? See our “Who We Are” page.

Arti hari Sabat, hari ke-7

Berikut ini adalah tiga alasan Alkitab menyingkapkan arti pengudusan hari Sabat, yakni hari ke-7 itu.

  • Beristirahat pada hari ketujuh setiap minggu mengingatkan kita bahwa Elohim adalah Pencipta kita dan bahwa Dia memberkati dan menguduskan hari ketujuh itu. Bagian terakhir pada perintah Sabat itu menyebutkan: “Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Keluaran 20:11). Inilah hari dimana Elohim beristirahat, dan Dia telah menguduskannya dan tidak ada hari lain untuk maksud yang sama.
  • Beristirahat pada hari ini mengingatkan kita bahwa Elohim adalah Sang Penyelamat kita. Ketika orang Israel hidup dalam perbudakan di Mesir, mereka harus bekerja kapan saja tuan mereka mau. Dalam hubungannya dengan perintah pengudusan hari Sabat, orang Israel itu diingatkan: “Dan engkau harus ingat bahwa dahulu engkau adalah budak di tanah Mesir, tetapi TUHAN, Elohimmu, telah mengeluarkan engkau dari sana; … Itulah sebabnya TUHAN, Elohimmu, memerintahkan engkau untuk memelihara dan memerhatikan hari Sabat” (Ulangan 5:15). Hari beribadah ini mengingatkan orang Israel bahwa Elohim menyelamatkan mereka dari situasi dimana mereka tidak bisa beristirahat. Hari ini Elohim masih menyelamatkan orang, tetapi sekarang dari perbudakan dosa.
  • Menguduskan hari Sabat pada hari Sabtu mengantisipasi istirahat kita selamanya bersama Elohim. Puluhan tahun setelah kematian Kristus, orang-orang Kristen di abad pertama menguduskan hari Sabat. Setelah menjelaskan bahwa ada suatu istirahat di masa depan bagi umat Elohim, penulis kitab Ibrani menuliskan: “Jadi, masih tersedia perhentian sabat untuk umat Elohim” (Ibrani 4:9).

Hari Jumat tidak memiliki makna ini. Tidak juga hari Minggu. Hanya hari Sabtu yang mempunyai arti rohani ini.

Jadi apakah anda memerlukan istirahat? Jelas! Kita semua memerlukan istirahat mingguan. Dan yang paling baik mensinkronisasikan itu dengan kebutuhan tubuh kita dan pada saat yang sama menghormati Pencipta kita dengan beribadah kepada Dia pada hari Sabat, hari ke-7 itu — suatu berkat yang Dia beri kepada kita. Inilah solusi untuk hurry sickness dan pada saat yang sama memperoleh hubungan yang lebih baik dengan Pencipta kita sementara kita menguduskan hari Sabat!

Sidebar: Prediksi yang salah tentang waktu luang

“Pada tahun 1930, John Maynard Keynes memprediksi bahwa dalam satu abad, pertumbuhan ekonomi akan berarti bahwa kita akan bekerja tidak lebih dari 15 jam dalam seminggu — dimana umat manusia akan menghadapi tantangan terbesar: mencoba memahami bagaimana menggunakan jam-jam atau waktu luang” (Oliver Burkeman, “Why Time Management Is Running Our Lives”).

Isaac Asimov, penulis fiksi sains yang terkenal, juga membuat sebuah prediksi yang menarik pada tahun 1964 tentang berapa banyak waktu luang yang akan dimiliki orang pada tahun-tahun sebelum tahun 2014. Dia telah terlebih dahulu memprediksi akan kemajuan dalam teknologi, semacam mobil-mobil yang bisa jalan sendiri dan penggunaan tenaga nuklir, tetapi dia juga meramalkan bahwa orang akan menderita “dari penyakit kebosanan” (David Pogue, “Asimov’s Predictions From 1964: A Brief Report Card”).

Ternyata semua kemajuan tidak menghasilkan apa-apa. Sebaliknya, banyak orang saat ini merasa hidupnya terlalu sibuk.

Sekitar 2,000 tahun yang lalu, nabi Daniel mendapat penglihatan akan seperti apa “akhir zaman” nanti. Daniel 12:4 berkata bahwa kondisi pada saat kritis ini dalam sejarah manusia akan lalu-lalang “kian kemari dan pengetahuan akan bertambah.” Intinya ialah: Hidup tidak akan membosankan sementara kita sampai pada akhir zaman ini!

Sidebar: Apakah kita harus beribadah pada hari Minggu untuk menghormati Kebangkitan Kristus?

Gereja Protestan mengajarkan Sola Scriptura — Bahasa Latin untuk “hanya ayat Suci Alkitab” — yang berarti bahwa Alkitab adalah supremasi kuasa mereka dalam seluruh permasalahan doktrin dan praktek. Sayangnya, sebagian besar Protestan berkumpul beribadah pada hari Minggu dan oleh karena itu mereka tidak menganut apa yang mereka katakan ketika kita berbicara tentang Sabat mingguan, yakni hari Jumat matahari terbenam hingga hari Sabtu matahari terbenam sebagaimana Alkitab perintahkan (Katolik beribadah pada hari Minggu karena mereka percaya bahwa mereka punya kuasa untuk merubah hari Sabtu ke hari Minggu sebagai hari beribadah).  

Daripada mengikuti ajaran Alkitab untuk beribadah pada Sabat, yakni hari ke-7, Protestan berkata bahwa mereka mengadakan pertemuan pada hari Minggu untuk menghormati kebangkitan Kristus. Pendapat ini salah jalan dan menyesatkan dalam beberapa hal:

  • Kristus tidak bangkit dari kuburNya pada hari Minggu pagi. Ketika perempuan-perempuan itu datang ke kuburanNya pagi-pagi buta, mereka mendapati bahwa Dia telah bangkit sebelum saat hari Minggu pagi itu (Matius 28:1-6).
  • Elohim, di lembaran Alkitab, tidak pernah mendukung perubahan hari beribadah dari hari Sabtu ke hari Minggu dan tidak pernah menguduskan hari lain untuk hari beribadah selain hari Sabtu. Kristus dengan tegas mengecam mereka yang mengikuti perintah manusia; dan bukan perintah Elohim (Matius 15:9).
  • Kekristenan yang didirikan Yesus memiliki sebuah praktek yang mengingatkan kita dan membuat kita sangat bersyukur atas kebangkitan Kristus. Ketika kita dibaptis, secara simbolis “kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian” dan “jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya” (Roma 6:4-5).   

Tidak ada dasar ayat Suci Alkitab untuk beribadah pada hari Minggu. Bukankah hal itu terlihat aneh bahwa perintah yang memulai dengan perkataan ingatlah (Keluaran 20:8)  justru yang orang-orang Kristen — baik Protestan dan Katolik — lupakan?

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang hari yang dikuduskan Elohim untuk beribadah, bacalah artikel kami — pada situs ini — yang berjudul “Perintah Keempat: Ingatlah dan Kuduskanlah Hari Sabat.”

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Bagaimana Menguduskan Hari Sabat

oleh Erik Jones

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/sabbath/how-to-keep-the-sabbath/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Perintah Keempat itu adalah perintah untuk menguduskan hari Sabat. Bagaimana orang Kristen yang beribadah hari Sabat melakukan ini? Berikut ini adalah beberapa prinsip untuk menguduskan hari Sabat.

 

 

 

 

 

 

“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Keluaran 20:8).

Firman ini adalah Perintah keempat dari 10 Perintah Elohim. Tetapi apa yang dimaksud dengan menguduskan hari Sabat? Apa yang sebenarnya yang Elohim perintahkan untuk kita lakukan (dan tidak lakukan) pada hari Sabat?

Sebelum kita menjawab pertanyaan ini, kita harus kembali ke asal mula hari Sabat itu di kitab Kejadian 2. Kita membaca bahwa setelah penciptaan di dalam minggu itu, “Pada hari ketujuh Elohim menyelesaikan pekerjaanNya. Dan pada hari ketujuh Dia beristirahat dari seluruh pekerjaan yang telah Dia lakukan” (ayat 2). Berikutnya kita membaca: “Lalu Elohim memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya” (ayat 3).

Hari ketujuh itu diberkati dan dikuduskan. Itu artinya bahwa Elohim membedakan hari ke-7 itu dari enam hari lainnya dalam minggu itu untuk sebuah maksud khusus.

Karena pengudusan dan berkat yang unik ini, hari ke-7 itu sangat khusus bagi Elohim. Tetapi Dia tidak sekedar beristirahat dan memberkatiNya bagi diriNya sendiri. Dia melakukan ini untuk menunjukkan pengudusan Sabat itu sebagai contoh dan sebagai karunia bagi manusia. Ketika Elohim memberikan Sepuluh Perintah itu kepada Musa, Dia mengikutsertakan hari Sabat, hari ke-7 itu juga sebagai Perintah Keempat (Keluaran 20:8-11).

Elohim tidak menciptakan hari Sabat itu menjadi hukum sementara atau hukum yang memberatkan. Yesus berkata bahwa hari Sabat itu dibuat “untuk manusia” (Markus 2:27). Itu adalah karunia Elohim kepada kita. Itulah sebabnya Yesus, para rasul dan Jemaat Perjanjian Baru terus menguduskan hari Sabat.  

Kalau seorang Kristen sudah menerima bahwa hari ke-7 itu adalah hari Sabat itu kudus dan merupakan hukum Elohim, pertanyaan yang muncul ialah bagaimana orang menguduskan hari Sabat itu?

Alkitab tidak memberikan suatu daftar lengkap apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan untuk pengudusan hari Sabat, tetapi Alkitab memberikan kita banyak prinsip yang solid untuk menolong kita memahami bagaimana menguduskan hari Sabat.

Lima prinsip bagaimana menguduskan hari Sabat

1. Kuduskanlah hari Sabat dengan tidak melakukan pekerjaan

Perintah Keempat secara spesifik menyatakan: “Hari ketujuh adalah sabat bagi TUHAN, Elohimmu; janganlah melakukan sesuatu pekerjaan” (Keluaran 20:10). Dalam ayat berikutnya, perintah itu menghubungkan ini dengan Elohim beristirahat pada hari ke-7 (ayat 11).

Di dalam Kejadian 2 Elohim berhenti bekerja dan beristirahat dari segala pekerjaanNya pada hari ke-7. Dia beristirahat bukan karena lelah. Elohim adalah Roh dan tidak mungkin dapat merasa lelah. Dia beristirahat untuk memberi contoh kepada kita. Dia ingin menunjukkan kepada kita bahwa kita perlu sehari dalam satu minggu untuk beristirahat untuk penyegaran secara fisik dan rohani. Tetapi Elohim tidak memberikan kita kebebasan untuk memilih hari apa hari beristirahat itu. Dia sangat spesifik bahwa Dia “memberkati” dan “menguduskan” hari ke-7, hari Sabat itu (ayat 11).

Hari Sabat adalah satu hari ketika kita berhenti dari pekerjaan dan aktivitias normal kita dan beristirahat selama 24 jam pada hari ke-7 dalam minggu itu (dari hari Jumat matahari terbenam hingga hari Sabtu matahari terbenam sebagaimana Alkitab menjelaskan.

Mereka yang masih berpengalaman baru dalam pengudusan hari Sabat itu mungkin menghadapi tantangan berkaitan dengan pekerjaan mereka. Dan sayangnya, kadang-kadang para pengusaha menolak dan tidak memberi dispensasi untuk hari Sabat.  

Berikut ini adalah tip untuk memohon atasan anda memberi dispensasi hari Sabat:

  • Berdoalah memohon pertolongan Elohim dan berkatnya terhadap permohonan libur hari Sabat.
  • Tunjukkan sebuah etika kerja yang baik pada hari-hari kerja sehingga menjadi karyawan yang berguna. Semakin anda berguna bagi majikan, maka dia semakin menghargai keyakinan anda dan semakin terbuka peluang anda diberi dispensasi untuk tidak bekerja pada hari Sabat.
  • Bersedia untuk mempergunakan jam kerja ekstra untuk mengimbangi jam kerja hari Sabtu ( atau bersedia bekerja pada hari-hari kerja di mana karyawan yang lain enggan bekerja).
  • Bicaralah kepada majikan anda dengan rendah hati dan rasa hormat ketika anda menjelaskan pengakuan anda tentang hari Sabat.
  • Bila harus diperlukan minta perlindungan hukum dalam hal agama.

Menghindari bekerja pada hari Sabat mendatangkan berkat jasmani dan rohani yang begitu besar bagi umat Elohim.

2. Kuduskan hari Sabat dengan tidak menyuruh orang lain bekerja pada hari Sabat

Perintah Keempat itu mempunyai implikasi kepada mereka (majikan) yang mempekerjakan karyawannya pada hari Sabat. Sebab isi perintah itu ialah, “maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu” (ayat 10).  

Perintah Keempat itu diperkenalkan dalam konteks pertanian (karena orang Israel dulu adalah masyarakat petani). Satu keluarga petani bekerja pada tanahnya sendiri. Dalam konteks itu, Elohim memerintahkan seluruh anggota harus beristirahat pada hari Sabat — anak-anak, hamba dan ternak. Intinya ialah bahwa kepala keluarga tidak boleh menyuruh mereka bekerja bagi dia.

Sekarang ini sebagian besar orang tidak bekerja sebagai petani, tetapi prinsipnya sama. Prinsip utama ialah bahwa orang-orang yang merayakan hari Sabat bukan hanya mereka sendiri yang beristirahat pada hari Sabat, tetapi juga karyawan atau hamba mereka tidak boleh bekerja pada hari Sabat. 

Banyak pengusaha yang menguduskan hari Sabat di seluruh dunia yang mempraktekkan ini setiap minggu. Sebelum matahari terbenam pada hari Jumat sore, mereka menutup usaha mereka, dan mereka membukanya lagi setelah hari Sabat lewat. 

3. Kuduskanlah hari Sabat dengan menghadiri kebaktian Sabat

Beristirahat pada hari Sabat bukan berarti kita tidur sepanjang hari.

Di dalam kitab Imamat 23 hari Sabat disebut salah satu dari “pertemuan kudus” Elohim (ayat 2-3). Untuk mengumpulkan umatNya dalam satu perkumpulan, fellowship [persekutuan], ibadah dan pengajaran secara kolektif, Elohim menetapkan hari ke-7 sebagai hari beribadah. 

Pertemuan ibadah adalah pertemuan publik, atau perkumpulan untuk maksud menerima pengajaran, ibadah dan fellowship sesama anggota. Selama kehidupanNya di bumi ini, Yesus Kristus berkumpul dengan yang lain pada hari Sabat (Lukas 4:16). Itu adalah kebiasaanNya — praktek mingguanNya. Umat Elohim secara khusus diingatkan untuk tidak “menjauhkan diri dari pertemuan ibadah” (Ibrani 10:25).

Setiap hari Sabat, Jemaat Church of God, a Worldwide Association, mengadakan kebaktian di kota-kota di seluruh dunia dimana anggota gereja berkumpul untuk mendengarkan khotbah, menyanyikan lagu rohani dan menyembah Elohim, dan fellowship dengan sesama anggota sehati sepikir. Jika anda tertarik berkunjung ke salah satu kebaktian, hubungilah kami dengan menggunakan link “Ask A Question?” di bawah ini.

4. Kuduskanlah hari Sabat dengan aktivitas yang bersifat rohani

Pada hari Sabat, kita berhenti melakukan rutinitas — dari pekerjaan kita, tidak belanja, dari tugas rutin, olah raga, tv, dll. — dan pergunakanlah waktu Sabat itu dengan melakukan hal-hal yang meningkatkan kerohanian. Jadikan hari Sabat menjadi pengalaman yang menyegarkan dan menyenangkan untuk umatNya. Yesus Kristus menyatakan bahwa “Hari Sabat diadakan untuk manusia” (Markus 2:27). Yesus, sebagai “Tuhan atas hari Sabat” (ayat 28), menyingkapkan bahwa hari Sabat diciptakan untuk kebaikan kita.

Sebagian besar orang-orang yang merayakan hari Sabat bersemangat menantikan kebaktian Sabat setiap minggunya. Mereka menganggap hal itu sebagai sebuah karunia, bukan sebagai beban. Elohim ingin kita mendedikasikan hari Sabat untuk melakukan hal-hal yang menguatkan hubungan kita dengan Dia. Dia menginginkan kita mengakui bahwa “hari Sabat [adalah] hari kenikmatan” (Yesaya 58:13).

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan pada hari Sabat untuk membuat itu sebagai “hari kenikmatan”:

  • Hadirlah dalam kebaktian Sabat.
  • Gunakan waktu ekstra untuk berdoa dan merenungkan Firman Tuhan.
  • Gunakan lebih banyak waktu dari biasanya untuk membaca Alkitab.
  • Gunakan “quality time” dengan keluarga.
  • Gunakan waktu untuk “fellowship” dengan sesama anggota jemaat.
  • Kunjungi orang sakit dan orang-orang yang sudah tua.
  • Nikmati saat-saat santai melihat ciptaan Elohim.
  • Dengarkan musik yang damai, menyegarkan dan membangun rohani.
  • Nikmati masakan spesial pada hari Sabat.

Ini hanyalah beberapa contoh dari hal-hal yang sesuai yang orang Kristen lakukan pada hari Sabat yang menyenangkan.

5. Buatlah persiapan untuk merayakan hari Sabat

Banyak orang yang merayakan hari Sabat menggunakan hari Jumat, hari keenam itu, untuk mempersiapkan perayaan hari Sabat. Ini sering disebut hari persiapan hari Sabat. Dan hal ini didasarkan pada prinsip yang terdapat di kitab Keluaran 16 ketika Elohim memberikan manna dari sorga kepada bangsa Israel.

Dia berkata kepada mereka: “Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukumKu atau tidak. Dan pada hari yang keenam, apabila mereka memasak yang dibawa mereka pulang, maka yang dibawa itu akan terdapat dua kali lipat banyaknya dari apa yang dipungut mereka sehari-hari" (ayat 4-5).

Pada hari Jumat Elohim memberikan manna dua kali lipat dari yang diberikan pada hari-hari lainnya. Alasan ini akan dijelaskan kemudian pada bab ini:

“Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah memberitahukannya kepada Musa. Lalu berkatalah Musa kepada mereka: ‘Inilah yang dimaksudkan TUHAN: “Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi.’”

“Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang  diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya. Selanjutnya kata Musa: ‘Makanlah itu pada hari ini, sebab hari ini adalah sabat untuk TUHAN, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang. Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu’” (ayat 22-26).

Melalui contoh ini, Elohim mengajar mereka pentingnya untuk mempersiapkan diri untuk pengudusan hari Sabat. Mereka melakukan kerja ekstra pada hari Jumat supaya mereka dapat beristirahat dan tidak mengumpulkan makanan pada hari Sabat.

Elohim tidak memberikan kita manna hari ini, tetapi kita bisa menerapkan prinsip mempersiapkan diri sebelum hari Sabat tiba. Berikut ini adalah beberapa tip persiapan sebelum hari Sabat tiba:

  • Bersihkanlah rumah supaya teratur pada hari Sabat.
  • Lakukanlah pekerjaan-pekerjaan biasa pada hari-hari lain dan selesaikan sebelum hari Sabat.
  • Buatlah rencana dan persiapkan makan spesial pada hari Sabat.
  • Pastikan mobil anda cukup bahan bakar supaya tidak perlu mengisi bensin pada hari Sabat.
  • Siapkan pakaian untuk kebaktian hari Sabat. 

Kitab Injil menunjukkan bahwa hari sebelum hari Sabat disebut “Hari Persiapan Sabat” (Markus 15:42, dalam rujukan ke hari Sabat tahunan).

Cara terbaik untuk merayakan hari Sabat

Kami harap kelima prinsip ini bermanfaat bagi anda. Pada dasarnya, cara terbaik untuk belajar menguduskan hari Sabat ialah dengan memulai menguduskannya. Sementara anda mulai mengalami sukacita pengudusan hari Sabat, anda akan menemukan cara yang unik untuk membuatnya lebih spesial lagi, lebih menyenangkan dan menyegarkan.

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang hari Sabat, bacalah artikel kami — pada situs ini — yang berjudul: “Perintah Keempat: Ingatlah dan Kuduskanlah Hari Sabat.”

 

 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Hari Apa Hari Sabat Itu?

oleh Jordan Iacobucci 

https://lifehopeandtruth.com/god/blog/when-is-the-sabbath-day/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Di dalam Alkitab, Elohim memerintahkan umatNya beristirahat dari pekerjaan pada hari Sabat. Orang Yahudi beribadah antara hari Jumat senja dan hari Sabtu senja, tetapi hari apa hari Sabat untuk orang Kristen?

Di seluruh lembaran Alkitab, Elohim secara spesifik memerintahkan umatNya untuk mengingat hari yang Dia kuduskan bagi mereka untuk beribadah kepada Dia sekali seminggu. Hari itu adalah hari Sabat, hari perhentian dan hari beribadah bagi mereka yang mengikuti Dia.

Hari Sabat adalah sebuah istilah yang paling sering dihubungkan dengan agama Yahudi, tetapi itu bukanlah secara eksklusif bagi orang Yahudi. Pada kenyataannya, Perjanjian Baru mengatakan bahwa “masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Elohim” (Ibrani 4:9)

Jika Elohim masih memerintahkan umatNya untuk beribadah kepada Dia pada hari Sabat, pertanyaannya ialah: Hari apa hari Sabat itu?

Dunia agama modern memiliki opini yang berbeda-beda tentang hari apa umat Elohim sebaiknya beribadah, kebanyakan orang Yahudi beribadah pada hari Jumat malam atau hari Sabtu dan mayoritas dunia Kristen beribadah pada hari Minggu. Tetapi jika kita ingin menguduskan hari Sabat, kita harus berfokus pada hari menurut Alkitab untuk beribadah.

Hari apa hari Sabat itu menurut Alkitab?

Hari apa hari Sabat di dalam Alkitab?

Elohim menetapkan hari Sabat itu dengan sangat jelas sehingga umatNya beribadah dengan benar pada hari itu sekali seminggu. Dia secara spesifik memerintahkan bahwa hari Sabat harus dikuduskan pada hari ketujuh.

Kehendak Elohim untuk hari ketujuh sangat jelas dari semula. Kejadian 2:1-3 menjelaskan hari Sabat pertama, pada hari ketujuh masa penciptaan, ketika Elohim beristirahat dari pekerjaanNya.

Meskipun telah berlaku efektif, perintah hari Sabat dikodifikasi setelah bangsa Israel keluar dari Mesir. Sebagai sebuah bagian Perintah Keempat (Keluaran 20:8-11), Elohim memerintahkan manusia untuk beristirahat pada hari ketujuh, sama seperti yang Dia lakukan pada masa penciptaan.

Sesaat setelah itu, Elohim mengikutsertakan hari Sabat di dalam daftar hari-hari kudusNya (Imamat 23:3), dimana Dia kembali menjelaskan bahwa hari Sabat mingguan itu adalah hari ketujuh.

Elohim mengulangi perintahNya yang 10 itu kepada Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian. Di kitab Ulangan 5:12-15, Dia kembali menegaskan bahwa hari ketujuh itu adalah Sabat, dan memastikan kapan hari kudus itu setiap minggu.   

Meskipun sudah efektif, perintah Sabat itu akhirnya disusun di dalam 10 Perintah Elohim setelah Israel keluar dari Mesir.

Elohim membuat itu sangat jelas di dalam Perjanjian Lama bahwa Dia mensyaratkan umatNya untuk beribadah pada hari ke-7 itu, yakni hari Sabat, dan itu adalah hari Sabtu. Bukan saja Dia mengulangi kebenaran ini pada tiga kesempatan terpisah, tetapi juga menunjukkan itu dengan teladanNya sendiri ketika Dia beristirahat pada hari ke-7 itu pada masa penciptaan.

Untuk mempelajari hal beribadah pada hari Sabat ini, bacalah artikel kami — pada situs ini — yang berjudul “Perintah Keempat: Ingatlah dan Kuduskanlah Hari Sabat“ dan “Apakah hari Sabat itu diganti ke hari Minggu?”

Akan tetapi, sebagian besar orang Kristen hari ini beribadah pada hari Minggu, hari pertama minggu itu, dan bukan hari Sabtu. Apakah hari Sabat itu berubah setelah Perjanjian Lama? Apakah Yesus mengubah hari beribadah itu semasa Dia di bumi ini?

Tidak. Tidak ada satu pun ayat di dalam Perjanjian Baru yang secara eksplisit mengubah hari Sabat ke hari Minggu. Pada kenyataannya, Perjanjian Baru mencakup beberapa contoh dimana hari Sabat masih merujuk pada hari ke-7 dalam minggu itu, bukan hari pertama.

Baik Matius 28:1 maupun Ibrani 4:4 merujuk pada hari Sabat sebagai hari ke-7. Kedua ayat ini ditulis setelah kematian Yesus Kristus, dimana banyak orang mengklaim bahwa hukum Sabat itu diubah dan ditiadakan. Padahal, para pengikut Kristus tetap menguduskan hari Sabat, yakni hari ke-7.

Perintah pengudusan hari Sabat itu konsisten di seluruh lembaran Alkitab, dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Tidak ada bagian dari Firman Tuhan yang mendeskripsikan Sabat itu jatuh pada hari lain selain dari hari ke-7.

Sementara beberapa denominasi mencoba mencari-cari alasan bahwa hari Minggu itu adalah hari beribadah, argumen mereka sangat kontradiktif dengan ayat Suci Alkitab. Dari mulanya, hari Sabat harus dikuduskan pada hari ke-7,

Untuk mempelajari lebih jauh tentang argumen terhadap hari Minggu sebagai hari beribadah — dan mengapa itu tidak bisa dibuktikan — bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul, “Apakah hari Sabat itu diganti ke hari Minggu?”

Kapan hari Sabat itu mulai dan berakhir.

Sementara hari Sabat itu jelas jatuh pada hari ke-7, jam berapa Sabat itu mulai dan jam berapa itu berakhir, menurut Alkitab?

Orang sekarang menandai awal hari dimulai pada jam 12 malam. Tetapi bukan seperti ini orang zaman dulu melihatnya perihal menentukan permulaan hari. Pergerakan matahari adalah penanda yang lebih terlihat sebelum penemuan jam. Dari matahari terbenam hingga matahari terbenam, itulah satu hari.

Hari Sabat mulai dari matahari terbenam pada hari Jumat hingga matahari terbenam pada hari Sabtu.

Elohim menunjukkan kepada kita bahwa Dia menggunakan ini di dalam Imamat 23:32, dimana Dia memerintahkan bahwa Hari Raya Pendamaian dirayakan dari “matahari terbenam sampai matahari terbenam.”  

Sementara ayat ini membicarakan hari kudus tahunan, bukan Sabat mingguan, prinsipnya tetap sama. Elohim mengharapkan hari-hari kudusNya dirayakan dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, sebagaimana orang Yahudi dan beberapa orang Kristen modern masih praktekkan hari ini.

Selama masa seminggu penciptaan yang disebutkan di kitab Kejadian 1, Elohim menyebutkan setiap hari yang dimulai “jadilah petang, jadilah pagi” (Kejadian 1:5, 8, 13, 19, 23, 31). 

Segera sesudah Kristus mati di kayu salib, orang Yahudi menurunkan jenazahNya dari kayu salib sebelum matahari terbenam, yakni hari permulaan hari Sabat tahunan (Yohanes 19:31, 42).

Dengan menerapkan prinsip alkitabiah pada kalender modern ini, jelas bahwa hari Sabat mulai dari matahari terbenam pada hari Jumat sampai matahari terbenam pada hari Sabtu. Ini berarti 24 jam sebagai periode waktu kudus yang didesain untuk hari perhentian dan beribadah.

Kapan Jemaat Kristen dulu merayakan hari Sabat?

Sekarang ini, hari Sabat (hari ke-7) itu dianggap keras hari beribadah orang Yahudi. Akan tetapi, contoh dari Jemaat pada abad pertama, yang dipimpin oleh para rasul yang setia membuktikan bahwa hari Sabat adalah hari beribadah yang benar.

Orang Kristen di abad pertama semua merayakan hari Sabat pada hari ke-7 (hari Sabtu) bukan hari pertama (hari Minggu)

Dalam banyak kesempatan selama pelayanannya, rasul Paulus memberitakan injil pada hari Sabat di rumah ibadat (Kisah Para Rasul 9:20-22; 13:5; 14:1). Ibadah Sinagoge orang Yahudi dilakukan pada hari Sabat, yakni, hari ke-7

Beberapa orang membantah bahwa rasul-rasul memberitakan injil di sinagoge pada hari Sabtu hanya karena orang-orang yang mendengar pemberitaan itu adalah orang-orang Yahudi. Akan tetapi, bantahan ini tidak menjelaskan ibadah para rasul pada hari-hari Sabat berikutnya.

Pada kenyataannya, Kisah Para Rasul 18:4 menegaskan bahwa Paulus hadir di sinagoge setiap hari Sabat, dengan alasan yang jelas baik bagi orang Yahudi dan Yunani (non-Yahudi). Hal itu merupakan konsistensi praktek pengudusan hari Sabat secara pribadi, bukan semata-mata strategi menarik orang menjadi percaya.

Di Kisah Para Rasul 13:42, Paulus dan Barnabas diundang oleh orang-orang yang mendengar pemberitaan mereka untuk datang lagi pada hari Sabat berikutnya. Jadi seandainya mereka percaya bahwa hari Sabat itu diganti ke hari Minggu, Paulus dan Barnabas bisa saja menyuruh mereka berkumpul pada hari berikutnya, yakni hari Minggu. Tetapi mereka tidak melakukan itu. Sebaliknya mereka kembali berkumpul pada hari Sabat berikutnya (ayat 44).

Kekristenan modern tidak memiliki bukti alkitabiah untuk mendukung hari Minggu sebagai hari beribadah. Pada kenyataannya, hal perubahan telah menjadi fakta sejarah yang telah didokumentasikan bahwa Kaisar Konstantine Romawi, yang beragama penyembah matahari, telah mengubah hari beribadah Kristen dari hari Sabtu ke hari Minggu pada abad ke-4.   

Jika anda ingin mempelajari lebih dalam tentang sejarah perubahan ini, bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul, “Siapa yang Mengubah Hari Beribadah Dari Hari Sabtu ke Hari Minggu? Dan Mengapa?”

Apakah anda akan menguduskan hari Sabat?

Meskipun banyak fakta pendukung dan perintah di dalam Alkitab, sebagian besar Kekristenan pada zaman ini menolak menguduskan hari Sabat – yakni hari ke-7 itu.

Tetapi Alkitab itu sangat jelas: hari ke-7 itu adalah hari Sabat Elohim. Hanya hari Sabat yang memiliki basis di dalam ayat Suci. Hari-hari beribadah lain, termasuk hari Minggu, adalah ajaran manusia, bukan Elohim.

Kepada para pembaca, anda harus memilih untuk anda sendiri ketika kita berbicara tentang hari Sabat. Apakah anda akan menguduskan hari Sabat. Apakah anda akan percaya akan Firman Elohim, yang tetap teguh tak berubah dan tidak akan  berubah (Matius 5:18; Maleakhi 3:6; Yakobus 1:17)? Atau entah anda akan percaya akan doktrin buatan manusia, yang berubah-ubah dan manusia yang senantiasa berubah-ubah?

Pilihan ada di tanganmu.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

https://lifehopeandtruth.com/ask-a-question

Tracker Pixel for Entry

Apa Yang Melatarbelakangi Perang Antara Israel dan Hamas?

oleh Tim Groves - October 17, 2023
Reading Time: 8 minutes
https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/whats-behind-the-war-between-israel-and-
hamas/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Pada tanggal 7 Oktober, Hamas melancarkan serangan besar-besaran dan biadab terhadap Israel. Kemudian Israel merespons dengan meluncurkan rudal ke Gaza. Bagaimana konflik ini terjadi sesuai dengan nubuat Alkitab?

Pada hari Sabtu, 7 Oktober, banyak masyarakat Israel sedang merayakan perayaan Yahudi Shemini Atzeret. Sementara itu banyak juga berkumpul pada perayaan itu menikmati musik. Kemudian, tiba-tiba tanpa ada peringatan, beberapa roket dan tembakan mulai menyerang. Terjadilah keos dan dengan cepat menjadi pembantaian secara biadab dan penyanderaan lebih dari 200 orang, termasuk anak-anak, wanita dewasa dan orang-orang yang sudah tua. Sebagian dari mereka adalah warga Israel, tetapi beberapa warga dari negara lain juga diseret melintasi perbatasan.   

Para pejuang Hamas (yang dicap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa) telah menerobos perbatasan Israel dan Gaza, dan membunuh lebih dari 1,200 orang Israel.

Hingga artikel ini ditulis, lebih dari 2,750 orang telah terbunuh oleh serangan balasan Israel di Jalur Gaza. Pada minggu pertama, lebih dari 250,000 orang telah kehilangan tempat tinggal di Gaza karena serangan udara Israel. Israel menghimbau jutaan warga Gaza untuk meninggalkan tempat dan pergi ke bagian Selatan Jalur Gaza.

Sesaat setelah serangan Hamas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bangsa Yahudi dalam perang dengan Hamas dan bersumpah untuk “meremukkan dan menghancurkan Hamas” dalam pembalasan. Menteri pertahanan Israel Yoav Gallant berkata, “Kami akan melenyapkan Hamas, ISIS-Gaza ini, dari muka bumi. Mereka akan lenyap.”

Apa itu Hamas?

Bagi orang yang perlu memahami lebih dekat apa yang sedang terjadi di Israel, sebuah pelajaran singkat sejarah ini akan membantu.

Pada waktu Israel terbentuk menjadi sebuah negara pada tahun 1948, para pengungsi Palestina menetap di dua daerah, Jalur Gaza dan Tepi Barat. Jalur Gaza adalah sebuah jalur sempit 25 mil dari tanah perbatasan dengan Laut Mediterania, Israel dan Mesir. Selama beberapa tahun, Mesir menguasai daerah jalur sempit ini. Tetapi jalur ini berada di bawah pendudukan Israel selama Six-Day War [Perang Enam Hari] pada tahun 1967.

Selama bertahun-tahun, penduduk bangsa Yahudi menetap di Jalur Gaza bersama-sama dengan bangsa Palestina. Akan tetapi, pada tahun 2000, orang-orang Palestina mulai melakukan pemberontakan kejam yang mengakibatkan pengosongan diri Israel di Gaza pada tahun 2005, dengan menarik mundur pasukan militer dan hampir 10,000 orang  Yahudi dari Jalur Gaza. Pada saat itu, Penguasa Palestina menguasai Jalur Gaza sepenuhnya. 

Akan tetapi, pada tahun 2006, Hamas memenangkan pemilihan dan selanjutnya pada tahun 2007 menyingkirkan Otoritas Palestina yang dikendalikan Fatah — dengan demikian Hamas secara penuh menguasai Gaza, tanpa pernah lagi ada pemilihan umum.

Ini sangat krusial sebab, berbeda dengan Otoritas Palestina (yang masih menjalankan pemerintahan di Tepi Barat), Hamas tidak mengenal adanya hak Israel. Oleh sebab itu, situasi di Jalur Gaza, yang hari ini adalah tempat pemukiman lebih dari 2 juta orang, telah menjadi sebuah tong mesiu — sebagaimana yang ditunjukkan dari serangan biadab itu.

Oleh banyak negara, Hamas dianggap sebagai kelompok teroris dan didukung oleh, dan menerima pendanaan dari Iran, yang adalah musuh bebuyutan Israel.

Apa yang memicu serangan baru-baru ini?

Setelah Hamas menguasai Jalur Gaza pada tahun 2007, Israel merespons dengan memblokade jalur udara, laut dan darat. Israel mengontrol siapa-siapa yang masuk dan keluar dari daerah itu, dan memeriksa perbekalan yang boleh di bawa dari dan ke Gaza termasuk makanan, air dan bahan bakar,

Sementara kondisi kehidupan telah semakin memburuk di Jalur Gaza di bawah penguasaan Hamas, beberapa orang menuduh Israel sebagai penyebabnya, dengan menyebutkan Gaza seperti suatu “open-air prison” [penjara terbuka]. Tetapi orang harus bertanya, dapatkah anda mengharapkan sesuatu menjadi lebih baik jika anda berbuat jahat terhadap orang yang memberi anda makan?  

Seorang Palestina melihat sebuah masjid yang hancur akibat serangan udara Israel di Gaza City pada tanggal 9 Oktober, 2023 (Mohammed Talatene/picture-alliance/dpa/AP Images).

Apakah ini hanya kebetulan bahwa serangan itu terjadi hampir 50 tahun setelah Perang Yom Kippur, yang juga merupakan serangan mendadak terhadap Israel? Konflik tersebut berakhir setelah bangsa Israel maju secara signifikan ke wilayah musuh, sehingga membuat Mesir bersedia untuk mengakhiri perang dengan gencatan senjata. Akan tetapi, dalam perang ini nampaknya penguasa Hamas tidak menginginkan perdamaian.

Sebelum serangan yang baru-baru ini terjadi, telah ada empat pertempuran berdarah antara Israel dan Hamas. Bahkan di antara pertempuran ini, Hamas sering menunjukkan penghinaan terhadap Israel dengan meluncurkan serangan drone kecil dan kadang-kadang menembakkan roket ke wilayah Israel.

Kerusuhan dan kondisi hidup yang sulit nampaknya memotivasi Hamas untuk menyerang. Tetapi sejak serangan itu, situasi semakin memburuk.

Menteri pertahanan Israel memerintahkan sebuah “pengepungan Gaza secara total”, dengan memutus bahan bakar, listrik dan bahkan makanan dan air dari Gaza. Pembangkit listrik satu-satunya di Gaza telah padam, dan membuat banyak tempat-tempat, termasuk rumah sakit, gelap tanpa listrik.

Sebanyak kurang lebih 360,000 tenaga cadangan perang telah disiapkan untuk berperang melawan Hamas sementara Israel bersiap untuk serangan darat. Hal ini akan jelas mengakibatkan pertumpahan darah bagi kedua belah pihak.

Karena kebencian Hamas terhadap Israel dan bahwa Israel bertekad untuk menghentikan Hamas, Perdana Menteri Netanyahu percaya bahwa perang ini akan menjadi konflik berkepanjangan.

Mengapa perkelahian terus berlanjut di Israel?

Pembantaian brutal seperti yang terjadi baru-baru ini, bukan merupakan kejadian baru. Selama berabad-abad, orang Yahudi telah dianiaya, dihina dan diserang oleh orang-orang di sekitar mereka.

Alkitab menyingkapkan alasan nyata atas semua perkelahian ini — dan bagaimana hal itu akan berakhir.

Asal mula konflik ini harus dilihat dari masa lalu sekitar 4,000 tahun ketika seorang yang bernama Abram (yang namanya diganti Elohim menjadi Abraham) mempunyai dua anak, Ismail dan Ishak.

Elohim telah menjanjikan Abraham dan istrinya Sara seorang anak laki-laki walaupun mereka telah lanjut usia untuk mendapat anak (Kejadian 15:1-4). Ismail lahir bagi Sara terlebih dahulu dari gundik Abraham, Hagar, orang Mesir (Kejadian 16:1-2, 15). Ishak lahir beberapa tahun kemudian bagi Sara sebagai anak kandung, persis sebagaimana dijanjikan Elohim (Kejadian 21:1-7).   

Elohim menyatakan pekerjaanNya melalui Ishak. Hal ini menyebabkan kebencian antara kedua anak itu. Akhirnya, Ismail dan ibunya diusir, tetapi Elohim berjanji akan menjaga mereka dan bahwa keturunan Ismail menjadi suatu bangsa besar (ayat 8-18).

Salah satu anak Ishak adalah Yakub, yang namanya kemudian diubah menjadi Israel (Kejadian 32:28). Yakub mempunyai 12 anak, dan satu di antaranya bernama Yehuda. Hari ini, bangsa Israel umumnya adalah keturunan Yehuda (tetapi ada juga dari keturunan Benyamin dan Lewi). Keturunan Ismail banyak ditemukan di antara orang Arab hari ini. Jadi keturunan Ismail berada di sekeliling keturunan Yehuda.

Meskipun ribuan tahun telah berlalu, kebencian itu antara kedua saudara tiri ini tidak pernah pulih dan berdamai.

Perhatikan apa yang diramalkan oleh Yakub tentang akhir zaman dari keturunan Yehuda: “Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya?” (Kejadian 49:9).

Hal ini dapat mendeskripsikan bagaimana Israel — sama seperti seekor singa — membalas seketika apabila diusik.

Apa yang sebaiknya kita harapkan dari perang ini?

Konflik yang terjadi sekarang bukanlah pertama kali di Israel, bukan juga yang akan terakhir. Kebencian kuno ini antara keturunan Ismail dan Ishak akan terus berlanjut hingga kedatangan Kristus yang ke-2 kalinya.

Dan titik fokus nya secara nyata adalah kota Yerusalem.

Tidak ada tempat lain di bumi ini yang telah menyebabkan lebih banyak perang selain dari pada Yerusalem. “Sesungguhnya Aku membuat Yerusalem menjadi pasu yang menyebabkan segala bangsa di sekeliling menjadi pening; juga Yehuda akan mengalami kesusahan ketika Yerusalem dikepung” (Zakharia 12:2).

Seluruh dunia ini sekarang memfokuskan perhatian pada wilayah ini. Israel dan Gaza sekarang semakin mendapat perhatian dibandingkan dengan perang Rusia-Ukraina.

Yesus Kristus berkata bahwa peperangan, penyakit, kelaparan dan bencana alam akan semakin intens terjadi dan itu pertanda saat kedatanganNya sudah dekat (Matius 24:6-7).

Ya, dunia ini sedang melihat perang antara Israel dan Hamas. Keprihatinan semakin berkembang bahwa kelompok teroris Lebanon Hizbullah akan meningkatkan serangannya di perbatasan utara Israel, yang akan menciptakan dua pintu masuk. Dan sebagaimana pertikaian di Timur Tengah ini semakin intens, Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa hal ini akan menjadi pusat pertempuran yang paling besar dalam sejarah manusia.

Alkitab menubuatkan munculnya negara superpower Eropa yang disebut “Raja Negeri Utara.” Uni Eropa yang akan datang ini terdiri dari 10 bangsa atau kelompok (juga disebut “binatang”) akan sangat kuat dan ditakuti. Sementara itu ada juga yang disebut “raja negeri Selatan,” yang akan menentangnya. Kekuatan ini sepertinya ialah terdiri dari kelompok negara-negara Muslim.  

Sebagaimana raja negeri Utara turun ke Timur Tengah untuk menghadapi raja negeri Selatan, Yerusalem akan terjebak di tengah-tengah (Daniel 11:40-41). Brutalitas dan kebiadaban Hamas tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang akan terjadi ketika Yerusalem “dirampok” dan di gilas oleh raja negeri Utara (Zakharia 14:2).

Konflik yang kita saksikan hari ini antara Israel dan Hamas bukanlah pertempuran yang terakhir. Meskipun Israel berhasil menumbangkan teroris Hamas, kelompok lain akan muncul dan akan memusuhi Israel atas kebencian kuno yang berkelanjutan.

Sayangnya, perang yang kita saksikan sekarang ini akan berakibat pada sebuah sejarah pembantaian manusia dan penderitaan yang tidak akan segera berakhir. Kita juga dapat memahami bahwa tidak akan ada damai kekal di Timur Tengah hingga pada saat campur tangan Kristus. Meskipun diadakan pembicaraan damai di Timur Tengah dan opsi “dua negara untuk dua warga” terhadap konflik Israel-Palestina, solusi perdamaian tidak akan tercapai pada zaman ini.

Elohim akan membuat Yerusalem sebuah kota damai

Namun, meskipun semua perkelahian dan kebencian yang terjadi di Israel hari ini, Elohim Bapa sorgawi akan mengirimkan Yesus Kristus ke Yerusalem untuk mengakhiri semua konflik dan akan mendirikan Kerajaan Elohim di bumi ini.

Kedamaian yang sesungguhnya dan yang kekal akan pada akhirnya datang ke Yerusalem ketika pemerintahan Yesus Kristus dimulai. Dari Yerusalem, kedamaian akan meluas ke seluruh dunia selama pemerintahanNya yang 1,000 tahun. 

Zakharia 8 berbicara tentang damai dan ketenangan di Yerusalem di bawah pemerintahan Kristus. Anak-anak akan bermain di jalan-jalan tanpa ketakutan, orang akan tidak lagi dihantui oleh kekerasan dan bahkan bangsa-bangsa lain akan datang ke Yerusalem untuk belajar mengikuti jalan Elohim.   

Kiranya Elohim mempercepat hari itu!

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

https://lifehopeandtruth.com/ask-a-question

Tracker Pixel for Entry

Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu

oleh Ken McIntosh

https://lifehopeandtruth.com/change/faith/be-strong-and-of-good-courage/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kita semua menghadapi situasi ketika kita butuh kekuatan dan keteguhan hati. Apa yang diajarkan oleh contoh keberanian di dalam Alkitab tentang bagaimana kita kuat dan teguh?

Ketika anda memperhatikan contoh keberanian, anda mungkin berpikiran akan pahlawan perang atau agen rahasia yang bekerja dengan penyamaran. Tetapi ada juga contoh keberanian yang jauh lebih serius daripada itu.

Orang pemadam kebakaran yang memasuki sebuah bangunan yang sedang kebakaran, itu memang keberanian. Demikian juga wanita yang tiba-tiba menjadi seorang single-parent dan harus mengurus dan menafkahi anak-anaknya sendiri. Dan begitu juga orang Kristen yang kehilangan pekerjaannya daripada bekerja sekalipun beberapa jam pada hari Sabat.

Contoh keberanian di dalam Alkitab

Ada banyak contoh alkitabiah dari orang-orang pilihan Elohim yang berani. Yosua harus berani untuk memimpin orang Israel ke Tanah Perjanjian dan harus menghadapi orang-orang Kanaan. Baik Musa maupun Elohim berkata kepada Yosua untuk jangan takut (Ulangan 31:7; Yosua 1:6-7). Dengan ucapan itu, barangkali Yosua tidak selalu terlihat bersikap berani.

Yosua juga berkata kepada para pasukannya untuk berani: “Lalu berkatalah Yosua kepada mereka: ‘Janganlah takut dan janganlah tawar hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab secara itulah akan dilakukan TUHAN kepada semua musuhmu, yang kamu perangi’” (Yosua 10:25).

Orang-orang bawahan Raja Daud yang berangkat ke Bethlehem sangat berani — ketika kota itu dikuasai oleh orang-orang Filistin — untuk mengambil air dari sumur bagi Daud (2 Samuel 23:14-16). Anda mungkin menganggap ini bodoh sekali, tetapi itu adalah berani.

Keberanian dan iman Daniel

Di dalam tawanan, nabi Daniel sangat berani ketika musuh-musuhnya bersekongkol terhadap dia. Raja Darius orang Persia senang dengan sikap Daniel, dan hal ini tentu membuat kecemburuan pada orang-orang lain di istana. Orang lain yang dekat dengan raja itu membujuk dia untuk menerbitkan hukum yang berbunyi bahwa siapa yang berdoa kepada allah lain, dan bukan kepada Raja Darius, akan dilemparkan ke kandang singa. Mereka melakukan ini karena mereka tahu bahwa Daniel berdoa kepada Elohim setiap hari. Dengan demikian dia melanggar hukum baru itu.

Ketika Daniel mempelajari apa yang telah terjadi, dia bertindak dengan berani, “Ketika Daniel mengetahui bahwa surat perintah itu telah ditandatangani, pergilah ia ke rumahnya. Dan jendela-jendela kamar atasnya terbuka ke arah Yerusalem. Lalu dia bersujud tiga kali sehari, berdoa dan mengucap syukur di hadapan Elohimnya, sebagaimana yang biasa dia lakukan” (Daniel 6:10).

Daniel mengerti akan bahaya itu, tetapi dia tetap berdoa kepada Elohim dengan berani dengan jendela terbuka. Dia tahu bahwa dia akan terlihat dan sebagai akibatnya dia akan ditahan. Musuh-musuhnya telah merencanakan kematiannya, tetapi Daniel mengandalkan Elohim.

Mereka memasukkan dia ke kandang singa, tetapi Elohim mencegah singa-singa itu sehingga tidak menyerang dia. Dia terlepas dari kematian. Setelah itu, musuh-musuh Daniel yang justru dimasukkan ke kandang singa itu dan mereka diterkam dan mati.

Contoh keberanian dan iman dalam Perjanjian Baru

Setelah Yesus disalibkan, kita melihat contoh keberanian.

“Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menantikan Kerajaan Elohim memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus” (Markus 15:43). Saat itu, tindakan itu berbahaya jika ketahuan sebagai seorang sahabat atau pengikut Yesus, tetapi Yusuf tidak takut.

Setelah Jemaat Perjanjian Baru berdiri, Petrus dan pengikut-pengikut lainnya memiliki iman dan menunjukkan keberanian ketika mereka mengabarkan kabar baik itu di Yerusalem sesaat setelah dipukuli karena memberitakan injil. Petrus dengan terang-terangan berbicara kepada Sanhedrin [Mahkamah Agama], “Kita harus lebih taat kepada Elohim daripada taat kepada manusia” (Kisah Para Rasul 5:29).

Setelah dari Sanhedrin “memanggil para rasul itu dan memukulinya, serta melarang mereka berbicara dalam nama Yesus, kemudian membebaskannya.  Para rasul meninggalkan Sanhedrin itu dengan sukacita, sebab mereka telah dianggap layak untuk mendapat hinaan karena NamaNya. Dan setiap hari mereka tidak berhenti mengajar di Bait Suci dan memberitakan kabar baik , yaitu Yesus yang adalah Kristus, dari rumah ke rumah” (ayat 40-42).

Betapa itu suatu iman dan keberanian yang sungguh besar!

Satu lagi orang yang kuat dalam iman ialah Paulus. Misalnya, dia menunjukkan keberaniannya ketika dia kembali ke Listra setelah dia dilempari batu oleh orang-orang Yahudi yang berasal dari sana.

“Kemudian datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium; mereka menghasut orang banyak untuk memihak mereka, lalu mereka melempari Paulus dengan batu, dan menyeretnya ke luar kota karena mengira ia telah mati. Namun, ketika para murid mengelilinginya, ia bangkit, lalu masuk ke dalam kota. Dan keesokan harinya, ia pergi bersama Barnabas ke Derbe“ (Kisah Para Rasul 14:19-20).

Elohim memerangi musuh kita

Pasukan Israel sering menghadapi dilema ketika harus menggunakan keberanian. Sering kali pasukan musuh mereka jauh lebih besar dan lebih berpengalaman dalam peperangan. Kematian bakal terjadi begitu banyak, tetapi Elohim menjaga orang-orangNya dan bangsaNya.

Sesaat setelah tiba di Tanah Kanaan, lima raja-raja musuh dan tentara-tentaranya datang berkumpul untuk menghancurkan Israel. Mereka memiliki lebih banyak serdadu daripada Israel, dan jenderal-jenderal mereka sangat berpengalaman.

Perjuangan ini terjadi di Gibeon dan daerah sekitarnya. Itu merupakan kemenangan besar bagi Israel. Tetapi ini tidak terjadi karena hikmat Yosua atau kebengisan serdadunya. Itu terjadi karena Elohim mengirim hujan batu dan menimpa tentara musuh.

Juga, untuk memungkinkan kemenangan mutlak, Elohim menahan matahari untuk bersinar lebih lama pada hari itu. Dia membuat matahari itu lambat bergerak menuju malam (Yosua 10:10-14). Tidak diragukan bahwa banyak tentara bangsa Israel yang gagah berani, tetapi bukan mereka yang memenangkan peperangan itu, tetapi Elohim membuat mereka menang. Elohim melakukan perbuatan yang ajaib untuk orang pillihanNya.

Elohim juga mengirim hanya 300 pasukan kepada hakim Gideon untuk berperang terhadap ribuan pasukan Midian, Amalek dan yang lain. Pasukan Gideon tentu orang-orang berani, tetapi bukan mereka yang berperang. Elohim membuat musuh mereka ketakutan dan melarikan diri. Jadi Elohim menyelamatkan orang pilihanNya.   

Bukan keberanian pasukan yang memenangkan peperangan itu. Tetapi ketika “ketiga ratus orang itu meniup sangkakala, maka di perkemahan itu TUHAN membuat pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu” (Hakim-hakim 7:22). 

Apa yang perlu kita lakukan untuk menjadi kuat dan berteguh hati

Tentu saja bahwa ketika kita menghadapi masalah atau situasi berbahaya, kita perlu berbuat sesuatu yang kita bisa lakukan untuk keluar dari situasi itu.

Ketika seseorang sangat marah dengan kita, kita perlu penuh pertimbangan dalam kehati-hatian bagaimana berbicara dengan dia. Ketika kita krisis uang, kita perlu berhati-hati dalam menggunakan uang itu. Ketika kita menganggur, kita harus terus berusaha mencari pekerjaan. Tetapi kita tahu bahwa Elohim itu kuat dan berkuasa dan Dia ingin menolong kita.

Pendekatan dan sikap yang kita sebaiknya miliki ketika kita berhadapan dengan situasi yang buruk dan berbahaya dapat disimpulkan dalam perkataan Yesaya 41:10: “Janganlah takut, karena Aku bersamamu, janganlah bimbang, karena Akulah Elohimmu, Aku akan menguatkanmu, ya, Aku akan menolongmu; Aku akan menopangmu dengan tangan kanan kebenaranKu.”

Elohim memahami bahwa, secara manusia, kita mungkin masih takut, tetapi Dia mendorong kita untuk memiliki iman dan percaya di dalam Dia sehingga kita dapat berbuat dengan berani meskipun ketakutan itu ada. Dia akan menguatkan kita dan menolong kita.

Tetapi apa yang dapat kita perbuat ketika situasi buruk atau suatu bahaya datang kepada kita dan kita tidak berani sama sekali? Bagaimana kita dapat berani ketika cobaan  memerlukan keberanian, tetapi kita merasa lemah? Kita dapat memohon Elohim untuk menguatkan kita dalam iman — untuk memberikan kita keberanian yang kita butuhkan.

Raja Daud berkata bahwa Elohim adalah tempat perlindungan pada waktu kesesakan (Mazmur 9:10; 31:2). Dan Paulus berkata bahwa dia dapat menanggung segala perkara melalui Kristus yang memberi kekuatan kepadanya (Filipi 4:13). Ketika situasi buruk menerpa kita, kita sebaiknya datang kepada Elohim untuk pertolongan.  

Ya, keberanian manusia itu baik dan kita menginginkan, tetapi jauh lebih baik memiliki iman dan percaya kepada Elohim. Dia berkehendak untuk memberikan kita yang terbaik. Dia tahu akan masalah kita dan ingin mendengarkan itu dari kita. Mintalah pertolongan untuk bertumbuh di dalam iman dan untuk tetap kuat dan teguh hati!

Pelajarilah artikel kami, pada situs ini, tentang pertumbuhan iman, yang berjudul “Bagaimana Bertumbuh Dalam Iman.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

https://lifehopeandtruth.com/ask-a-question

Tracker Pixel for Entry

Apakah Elohim Menerima Kita “Apa Adanya”?

Banyak pemimpin agama Kristen mengajarkan bahwa Elohim mengasihi semua orang apa adanya. Apakah Alkitab mengajarkan pesan ini? Apakah Elohim menerima kita apa adanya?

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/does-god-accept-us-just-as-we-are/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Dalam siaran podcast baru-baru ini, Paus Francis menjawab beberapa pertanyaan yang dilayangkan kepadanya. Seorang transgender muda menulis bahwa dia merasakan konflik dalam hatinya tentang identitasnya dengan iman Katoliknya.

Dalam jawabannya, paus itu berkata, “Tuhan itu selalu bersama kita … Meskipun kita orang berdosa, Dia mendekat untuk menolong kita. Tuhan itu mengasihi kita apa adanya, inilah hebatnya kasih Elohim itu.”

Apakah jawaban paus itu tepat menurut Alkitab? Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa Elohim mengasihi manusia, tetapi apakah benar secara alkitabiah kita berkata bahwa Elohim menerima kita apa adanya?

Elohim adalah kasih

Banyak orang mendapat kenyamanan dalam ayat ini, “Elohim adalah kasih” (1 Yohanes 4:8). Ayat yang sama juga mengidentifikasi orang Kristen sebagai orang yang mengikuti teladanNya dengan mengasihi orang lain. Elohim adalah kasih dan itu memang di luar pemahaman manusia. Hal itu jauh melampaui kualitas kasih yang ditunjukkan manusia.

Coba kita perhatikan ayat-ayat berikut:

  • “Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal” (Yohanes 3:16).
  • “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?” (Roma 8:35).
  • “Dan dari Yesus Kristus, … yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya” (Wahyu 1:5).
  • “Kasihilah musuhmu” (Matius 5:44).
  • “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39).

Dengan tidak terbantahkan bahwa kasih adalah bagian terbesar dari jalan hidup Elohim, tetapi apakah hal itu berarti bahwa Elohim secara otomatis menerima orang “apa adanya”? Atau masih adakah yang lain daripada itu?

Pandangan ucapan “apa adanya” ialah bahwa Elohim tidak mengecualikan, dan Dia mengasihi dan menerima semua orang, tanpa mempermasalahkan apa yang mereka lakukan atau bagaimana mereka menjalankan kehidupan mereka.

Akan tetapi, akal sehat seharusnya mengajar kita bahwa kasih Elohim tidak menyamakan penerimaanNya kepada kita “apa adanya.” Apakah kasih Elohim berarti menerima pembunuh masal, pemerkosa, pencuri dan pembohong sebagaimana mereka apa adanya? Apakah itu OK dengan apa yang mereka lakukan?

Ayat-ayat berikut ini bertentangan dengan ide yang mengklaim bahwa kasih Elohim itu berarti Dia menerima gaya hidup setiap orang, apa pun itu:

  • “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Wahyu 3:19).
  • “Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintahNya” (2 Yohanes 1:6).
  • “Jika seseorang berkata: "Aku mengasihi Elohim," tetapi ia membenci saudaranya, ia adalah seorang pendusta” (1 Yohanes 4:20).
  • “Sebab inilah kasih kita kepada Elohim, bahwa kita memelihara perintah-perintahNya” (1 Yohanes 5:3).
  • “Janganlah mengasihi dunia, dan juga hal-hal yang ada di dalamnya. Jika seseorang mengasihi dunia, kasih Bapa tidak ada padanya” (1 Yohanes 2:15).

Alkitab menunjukkan bahwa kasih Elohim tidak berarti Dia menerima semua orang apa adanya. Menerima orang apa adanya berarti bertentangan dengan kasih.

Dia mengharapkan kita untuk melakukan sesuatu dan tidak berpikiran bahwa kita selalu dapat tetap sebagaimana kita adanya. Untuk memahami ini, mari kita menguji topik kasih sedikit lebih dalam. 

Apa itu kasih?

Elohim menunjukkan kasihNya kepada kita melalui perbuatanNya. Perhatikan Roma 5:8: “Namun, Elohim menunjukkan kasihNya kepada kita, yaitu bahwa Kristus mati bagi kita saat kita masih berdosa.” Dia sangat mengasihi kita sehingga Dia mengorbankan anakNya sehingga kita dapat diampuni atas dosa-dosa kita, tanpa mempersoalkan pemberontakan kita. Hidup Yesus yang tak berdosa dan yang sempurna memberikan kita suatu teladan  untuk kita ikuti, sebab Elohim menghendaki kita untuk wajib “hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6).

Mari kita perhatikan teladan kasih Yesus. Dalam satu contoh, Yesus dihadapkan dengan seorang perempuan yang tertangkap basah berzinah. Beberapa pemimpin Yahudi menghendaki dia untuk dilempari batu. Tetapi jawaban Yesus kepada pendakwa-pendakwa itu ialah: “Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

Ketika orang-orang itu pergi meninggalkan tempat itu, apakah Yesus berkata kepada perempuan itu, “Elohim menerima kamu apa adanya karena Dia mengasihimu”? Tidak. Sebaliknya, Dia berkata kepada dia, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yohanes 8:3-11). Kelima kata ini secara sempurna menggambarkan bentuk kasih Elohim. Dia sangat mengasihi perempuan itu sehingga Dia mendesak dia untuk berubah dalam hidup

Kasih alkitabiah itu murni dan peduli dengan orang lain. Itu juga mencakup kepatuhan terhadap hukum-hukum yang dirancang untuk kebaikan kita.

Semua orangtua memahami ini dengan baik. Orangtua harus menetapkan aturan yang mengajarkan batasan-batasan bagi anak-anak mereka. Mengapa? Supaya mereka jangan mendapat celaka! Jadi mereka tidak melakukan hal-hal seperti bermain kabel listrik, bermain di jalan-jalan yang ramai kendaraan, atau bermain-main dengan pisau tajam. Melarang anak-anak dari bahaya ini bukanlah mengekang mereka, tetapi menjaga mereka supaya selamat. Itulah suatu perbuatan kasih.  

Dengan alasan yang sama, Elohim memberikan kita hukum-hukumNya untuk melindungi kita dari akibat melakukan apa yang membahayakan kita dan orang lain. Hukum-hukumNya mengekang kejahatan dan mendefinisikan apa artinya itu untuk peduli dengan orang lain, untuk kebaikan anda dan kebaikan orang lain.

Alkitab juga mendefinisikan hukum Elohim sebagai kasih. Dengan menuruti hukum Elohim itu, kita menunjukkan kasih kepada orang lain dan tidak berbuat jahat terhadap mereka (Roma 13:10). Tetapi ketika melanggar hukum itu, kita menyakiti mereka dan diri kita sendiri. Sebuah pelajaran baik dari hukum Elohim menunjukkan bahwa hal itu merefleksikan karakter Elohim dan sebagai cermin bagi kita di mana kita gagal menaatinya.

Tetapi apakah Elohim mengasihi dan menerima semua orang tanpa mempersoalkan cara hidup mereka? Hal ini mungkin mengejutkan kepada beberapa orang, tetapi Alkitab menunjukkan bahwa Elohim sungguh membenci beberapa hal. Berikut ini adalah sebagian yang Dia benci: dosa, kejahatan, tipu muslihat, kesombongan, dusta, pembunuhan, rencana jahat dan mereka yang menabur perpecahan (Mazmur 5:5-7; Amsal 6:16-19).

Elohim mengasihi kita, tetapi itu bukan berarti Dia secara otomatis menerima kita apa adanya.

Apakah kasih karunia Elohim itu bersyarat?

Adalah mustahil merasakan kasih Elohim tanpa memahami karuniaNya, yang merupakan hulu kasihNya. Karena kasih karunia Elohim begitu luas, tidak ada yang bisa kita lakukan untuk memperolehnya. Tetapi karunia Elohim sungguh menuntut ekspektasi dari kita, dan kewajiban kita ialah menuruti ekspektasi itu.   

Perhatikan contoh kondisi berikut ini yang berhubungan dengan kasih karunia Elohim:

  • Untuk memperoleh belas kasihan dari Elohim, kita harus berbelas kasih kepada orang lain (Matius 5:7)
  • Untuk memperoleh pengampunan, kita harus mengampuni orang lain (Matius 6:14-15, bandingkan dengan Matius 18:28-33).
  • Kita harus bertobat (Kisah Para Rasul 2:38).
  • Kita harus menaati Elohim (Kisah Para Rasul 5:29, 32).
  • Kita harus melakukan perintah-perintahNya (1 Yohanes 2:3-4).
  • Kita harus bertahan sampai kesudahannya (Matius 24:13).
  • Kita harus memiliki iman (Ibrani 11:6).
  • Kita harus menjauhkan percabulan (1 Korintus 6:18).
  • Kita harus mempunyai semangat dan kerinduan untuk jalan hidup Elohim (Wahyu 3:15-19).

Kita tidak boleh hidup dari satu atau beberapa ayat Alkitab. Tetapi, Yesus mendesak kita untuk hidup dari “setiap firman yang keluar dari mulut Elohim” (Matius 4:4).

Hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Elohim berarti ada standar yang kita harus ikuti. Meskipun Elohim mengasihi kita begitu besar, Dia sungguh mengasihi kita begitu dalam sehingga Dia meminta kita untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik.

Dia tidak mau kita hidup tetap sebagaimana kita adanya!

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

https://lifehopeandtruth.com/ask-a-question

Tracker Pixel for Entry

Bagaimana Bertumbuh Dalam Iman

oleh Lyle Welty

https://lifehopeandtruth.com/change/faith/how-to-grow-in-faith/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Elohim menginginkan kita memiliki iman dan meningkatkan iman kita. Tetapi bagaimana caranya? Itu bukanlah sesuatu yang sekeder kita inginkan atau kerjakan sendiri. Bagaimana kita dapat bertumbuh dalam iman?

Apa arti memiliki iman untuk memindahkan gunung? Dan bagaimana kita dapat bertumbuh dalam iman?

Bagaimana kita dapat bertumbuh dalam iman?

  1. Mintalah pertumbuhan iman kepada Elohim
  2. Fokuskan pada ketaatan terhadap Elohim
  3. Hidupkan firman Tuhan di dalam hati dan pikiran anda

Artikel ini membahas bagaimana bertumbuh di dalam iman dan mengapa hal itu penting bagi orang Kristen.

Yesus menekankan pentingnya memiliki iman

Tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya, Dia menanyakan pertanyaan ini: “jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8).

Mengapa Yesus menaruh perhatian agar kita memiliki iman?

Ibrani 11:6 memberitahu kita mengapa iman itu begitu penting bagi Elohim: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”

Elohim mengharapkan kita untuk memiliki iman dan bertumbuh di dalam iman. Dan jika kita sungguh percaya akan Elohim dan hidup sesuai dengan iman kita, maka Elohim akan berkenan. Dan kita akan diberkati! Tetapi jika tidak punya iman dan tidak hidup berdasarkan iman maka Elohim tidak akan berkenan.

Mengapa? Karena hormat terhadap Elohim dipertaruhkan!

Pertama, apa itu iman?

Iman adalah suatu kepercayaan teguh di dalam Elohim dan janji-janji Elohim. Iman juga menyangkut perintah-perintah Elohim. Kita diharapkan untuk menaruh kepercayaan dalam segala sesuatu yang diperintahkan Elohim dan sungguh melakukannya!

Jadi jika tidak punya iman berarti tidak menghormati Elohim? Bagaimana itu terjadi? Apabila kita tidak percaya Elohim, maka kita berada dalam posisi dimana kita berkata kepada Elohim, “Saya tidak percaya bahwa Engkau sungguh akan melakukan persis seperti yang Engkau janjikan untuk Engkau lakukan.”

Dan respons Elohim terhadap itu ialah, “Saya adalah Elohim yang tepat janji!”

Elohim tidak pernah gagal sekalipun — Dia selalu menepati janji-janji yang Dia telah adakan kepada manusia. Dan Dia akan tetap selalu menepati! (Asalkan kita memenuhi syarat yang Dia tetapkan.)

Iman adalah salah satu kualitas yang dillihat Elohim pada diri kita, jadi masuk akal jika kita belajar bagaimana untuk bertumbuh dalam iman.

Tingkatan iman: dari iman kecil hingga iman besar

Apabila kita bicara tentang iman, apakah cukup sekedar tahu entah punya atau tidak punya iman? Tidak, Alkitab sangat jelas berkata dalam hal ini bahwa ada tinggkatan iman. Yesus menggambarkan beberapa orang pada zamanNya sebagai orang yang memiliki sedikit iman sementara yang lain memiliki iman yang besar.

Jadi sangatlah bijak untuk bertanya pada diri sendiri: Seberapa besar iman saya saat ini? Dan seberapa dedikatif kita untuk berusaha meningkatkan iman kita? Kita perlu memiliki iman yang bertumbuh. Tidak satu pun di antara kita yang memiliki iman yang cukup.

Iman adalah kepercayaan akan janji-janji Elohim

Kadang-kadang orang yang religius pun akan mencoba mendorong iman pada sisi kehidupan dimana tidak terdapat janji dari Elohim. Orang barangkali berkata, “Piknik besar kita minggu depan. Jika hari itu hujan, maka rencana piknik kita akan berantakan. Tapi jika kita punya iman, tentu tidak akan hujan! Oleh karena itu, milikilah iman!”

Tetapi adakah janji di dalam Alkitab bahwa hujan tidak akan turun pada hari-hari ketika suatu piknik spesial kita rencanakan? Tidak ada janji semacam itu.

Atau seseorang mungkin berkata, “Saya sekarang melamar pekerjaan yang saya sungguh inginkan, di samping saya, ada dua orang lain yang sedang dipertimbangkan untuk diterima. Saya akan memiliki iman bahwa saya akan diterima untuk pekerjaan ini. Jika saya punya iman, saya akan dapatkan pekerjaan ini.”

Tetapi tidak ada janji di dalam Alkitab bahwa Elohim akan — setiap saat — memberi pekerjaan persis seperti apa yang kita inginkan.

Apabila orang mengambil pendekatan seperti ini terhadap iman, akan seperti apa kesimpulan mereka jika jawaban Elohim tidak seperti apa yang mereka harapkan? Mungkin mereka akan berkata, “Karena saya tidak memiliki iman yang kuat.”

Apakah Elohim menyediakan cek kosong kepada mereka yang memiliki iman di dalam Dia?

Tetapi bagaimana dengan Markus 11:22-24? Yesus berkata, “Milikilah iman Elohim! Sebab sesungguhnya Aku berkata kepadamu, siapa saja yang berkata kepada gunung ini: ‘Terangkatlah dan tercampaklah ke laut,’ dan hatinya tidak bimbang melainkan percaya bahwa apa yang ia katakan itu terjadi, maka apa saja yang ia katakan itu akan terjadi kepadanya. Oleh sebab itu Aku berkata kepadamu, apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu sudah menerimanya, maka hal itu akan terjadi kepadamu.”

Apakah ayat ini memberikan kita janji dengan tidak memiliki kualifikasi? Dapatkah kita sesungguhnya memiliki keyakinan bahwa Elohim akan selalu memberikan segala sesuatu yang kita minta kepadaNya?

Apakah kita mendapat cek kosong, kalau boleh dikatakan demikian?

Pertama-tama mari kita sandingkan dengan pengertian logis terhadap ayat ini. Jika tidak ada kualifikasi atas apa yang kita minta, itu berarti kita tidak akan pernah harus menderita.

Tidak satu pun di antara kita yang suka penderitaan, kan? Kita mungkin bisa meminta bahwa kita tidak pernah menghadapi masalah kesehatan, tidak pernah dalam kecelakaan, tidak pernah menghadapi masalah keluarga, tidak pernah menghadapi masalah keuangan. Kita akan yakin bahwa kehidupan kita bisa bebas dari stres dan masalah.

Tidak hujan pada hari piknik spesial. Kita akan mendapatkan pekerjaan pada perusahaan XYZ Widget.

Tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi? Alkitab menceritakan kepada kita bahwa melalui “banyak sengsara” atau cobaan kita masuk ke dalam “kerajaan Elohim” dan bahwa “banyak kemalangan orang benar” (Kisah Para Rasul 14:22; Mazmur 34:20).

Dan sekarang mari kita perhatikan kehidupan Yesus. Ketika Dia berdoa di Taman Getsemani beberapa saat sebelum penyalibanNya, apakah Dia menerima jawaban doa seperti yang Dia inginkan?

Tidak.

Bertumbuh dalam iman berarti bertumbuh dalam kepercayaan bahwa Elohim tahu sepenuhnya  

Pada kenyataanNya, doa Yesus memberi kita suatu teladan yang sempurna untuk kita ikuti. TeladanNya yang selaras dengan firman yang kita baca di Markus 11. Dalam doa Yesus, Dia berkata, “BapaKu, jika mungkin, lalukanlah cawan ini dari padaKu, namun janganlah seperti yang Aku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39).  

Yesus menaikkan permohonan dan menempatkannya di dalam tangan Elohim BapaNya sebab BapaNya mengetahui itu sepenuhnya. Dengan cara yang sama, orang Kristen bebas meminta apa saja kepada Elohim. Pada saat yang sama, kita memahami bahwa untuk menerima jawaban permohonan itu, itu harus menjadi bagian kehendak sempurna Elohim yang bijak dan pengasih untuk kehidupan kita.

Dan jika hal itu bukan kehendak Elohim, kita sebaiknya tidak menginginkan permintaan kita. Coba perhatikan pemikiran ini: “Elohim tidak sekedar memberikan kita apa yang kita inginkan. Dia memberikan kita segala sesuatu yang kita akan mau jika kita mengetahui segala sesuatu yang Dia tahu” (Stacey Padrick, “Living With Unfulfilled Longings,” Discipleship Journal). 

Iman menyangkut kepercayaan bahwa Elohim mengetahui sepenuhnya: Hal ini sangat esensial.

Bertumbuh dalam iman didasari pada keyakinan akan janji Elohim

Iman harus berdasar pada janji spesifik Elohim di dalam Alkitab. Dan kita harus yakin bahwa kita memahami janji-janjinya dengan benar.

Kita harus yakin dan tidak berasumsi bahwa Elohim menjanjikan sesuatu yang sebenarnya tidak dijanjikan. Kita harus memahami janji-janjiNya dalam konteks bahwa Dia memberikan apa yang Dia rencanakan dalam konteks maksud tujuanNya bagi kita.

Ada banyak janji-janji Elohim yang jelas dan mudah dimengerti di dalam Alkitab. Berikut ini adalah beberapa contoh janjiNya kepada orang-orang pilihanNya:

  • Elohim akan memberikan kepada kita kebutuhan fisik dan rohani kita (Matius 6:31-33; Mazmur 23:1; Filipi 4:19).
  • Dia akan menyelesaikan pekerjaan rohani yang telah Dia mulai di dalam kita (Filipi 1:6).
  • Dia akan memberikan kita hikmat yang kita minta sementara kita menjalani kehidupan kita (Yakobus 1:5). Dia tidak akan pernah membiarkan dan meninggalkan kita (Ibrani 13:5).
  • Dia tidak pernah membiarkan pencobaan menimpa kita lebih dari pada kekuatan kita (1 Korintus 10:13).
  • Dia akan memelihara hati dan pikiran kita (Filipi 4:7).
  • Dia akan mengampuni segala dosa kita jika kita mengakuinya dan berhenti berbuat dosa (1 Yohanes 1:9).
  • Dia akan memungkinkan kita untuk bertumbuh dan menjadi seperti Yesus Kristus (Efesus 4:15).
  • Dia akan membuat segala sesuatu dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28).

Ini hanya sebagian kecil dari janji-janji spisifik dan yang sangat jelas dari Elohim.

Bagaimana bertumbuh di dalam iman: ada tiga hal yang Elohim beritahukan untuk kita lakukan

Hal itu menyenangkan hati kita bahwa jika kita sungguh melakukan apa yang dikatakan Elohim kepada kita, iman kita akan bertumbuh. Kita tidak perlu menduga-duga bagaimana ketaatan kita berdampak terhadap kehidupan kita; kita cukup melakukan apa yang diperintahkan Elohim untuk kita lakukan!

Mari kita melihat tiga dasar yang sangat penting di dalam ajaran Alkitab untuk bertumbuh dalam iman:

1. Mintalah pertumbuhan iman kepada Elohim

Kita sungguh memerlukan Elohim untuk memberikan kita iman Kristus, melalui kuasa Roh Kudus Elohim.

Kita sebaiknya terus meminta iman kepada Elohim. Kita tidak boleh sekedar menganggap bahwa Tuhan secara otomatis memberikan kita iman meskipun kita tidak memintanya kepada Dia.

Elohim senantiasa memperhatikan seberapa penting kita meningkatkan iman kita. Dia senantiasa melihat seberapa pentingnya iman Kristus itu bagi kita. Jadi kita perlu meminta iman itu kepadaNya. 

2. Fokuskan pada ketaatan terhadap Elohim

Yakobus 2:14 memberitahu kita, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?”

Ini bukan berarti bahwa kita mencari keselamatan kita sendiri. Kehidupan kekal itu adalah karunia, itu bukan sesuatu yang dapat kita cari. Tetapi Elohim sungguh mengharapkan kita untuk melakukan “pekerjaan baik” di dalam kehidupan kita. Apa “pekerjaan baik itu”? Itu menyangkut ketaatan dan hidup dari setiap firman Elohim.

Di dalam ayat 15-16, Yakobus menjelaskan pernyataannya dengan sebuah contoh yang praktis. “Apabila seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan mereka kekurangan makanan sehari-hari, tetapi seseorang dari antara kamu berkata kepadanya, ‘Pergilah dengan damai, hangatkanlah dirimu dan kenyangkanlah dengan makanan,’ sedangkan kamu tidak memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh tubuh mereka, apakah gunanya itu?”

Apa jadinya itu?

“Demikian pula iman itu, jika iman itu tidak dinyatakan dengan perbuatan, pada hakekatnya iman itu mati” (ayat 17).

Iman tanpa ketaatan adalah iman palsu. Di mata Elohim, hal itu merupakan ejekan terhadap iman hidup.

Jadi Elohim memberitahukan kita bahwa tidak mungkin memiliki iman, kecuali jika kita menaati hukumNya dan hidup dalam jalan kehidupanNya.

“Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku” (ayat 18).

Dengan kata lain, Yakobus berkata, “Anda tidak mampu menunjukkan kepada saya iman yang sesungguhnya tanpa perbuatan karena tidak ada iman semacam itu!”

Iman kita diuji berkali-kali setiap hari. Dan itulah bukti bagaimana kita bertumbuh di dalam iman.

Misalnya, Alkitab menceritakan kepada kita bahwa mengeluh itu adalah dosa. Di situlah iman kita diuji. Dan ketika menaati perintah-perintahNya dan tidak mengeluh, ketaatan kita membuktikan kita memiliki iman. Itu membuktikan bahwa kita percaya bahwa jalan Elohim benar dan baik.

Hal yang sama juga berlaku pada banyak perintah lainnya, seperti perlunya kita memaafkan orang lain, amarah harus berhenti sebelum matahari terbenam, mengucap syukur dalam segala hal, ramah dalam berinteraksi dengan orang lain, dan lain-lain.

Kemudian Yakobus berkata tentang kepercayaan: “Engkau percaya bahwa hanya ada satu Elohim, itu benar; setan-setan pun percaya hal itu dan mereka gemetar ketakutan” (ayat 19).

Tidak seorang pun akan berkata bahwa setan-setan menyenangkan Elohim hanya karena mereka percaya bahwa Elohim ada. Hal yang sama juga pada manusia yang mengaku percaya tetapi tidak menaati Elohim.

Kemudian Yakobus memberi contoh Abraham, yang menunjukkan bahwa ketaatannya membuat imannya “sempurna” (ayat 22-23). Ketika kita menaati Elohim, iman kita bertumbuh dan menjadi lebih lengkap.

Jelas bahwa Elohim berkenan kepada Abraham bahwa dia sudi menaati Dia tanpa mempersoalkan permintaannya.

Mengapa orang tidak menaati Elohim? Karena mereka tidak percaya akan Elohim. Mereka tidak percaya bahwa percaya kepada Elohim akan membawa berkat. Mereka tidak percaya akan Elohim bahwa Dia akan melakukan apa yang Dia firmankan. Dan oleh karena itu, mereka sungguh ingin melakukan hal lain.

Jika kita tidak rajin melakukan apa yang difirmankan Elohim pada kehidupan kita, maka kita tidak akan memiliki iman atau bertumbuh di dalam iman.

Jadi apa arti semua ini bagi kita? Kita perlu menganalisa kehidupan kita. Kita perlu bertanya pada diri kita sendiri, “Di bagian mana saya tidak sejalan dengan apa yang diperintahkah Elohim dalam FirmanNya untuk saya lakukan?” Kita perlu memikirkan hal seperti itu dan kemudian kita perlu melakukan perubahan dalam kehidupan kita. 

Apabila kita melakukannya — maka Elohim akan merespons! Dan kita akan menemukan diri kita bertumbuh di dalam iman. Orang tidak akan bertumbuh dalam iman kecuali jika dia sungguh berfokus pada ketaatan terhadap Elohim.

3. Hidupkan firman Tuhan di dalam hati dan pikiran anda

Sebuah ayat penting terdapat di Roma 10:17: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Jika kita tidak senantiasa menghidupkan Alkitab di dalam hati dan pikiran kita, kita tidak akan memiliki iman atau bertumbuh dalam iman! Itu pemahaman sederhananya.

Kita juga membaca tentang Abraham di Ibrani 11. “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu” (ayat 8-9).

Ini berarti bahwa Abraham menaati Elohim karena dia percaya bahwa dia akan menerima janji-janji yang telah diberikan Elohim. Itu sebabnya bahwa orang menjadi taat. Mereka percaya terhadap apa yang dikatakan Elohim karena mereka tahu bahwa jika mereka taat, mereka akan menerima apa saja yang telah dijanjikan Elohim.

“Sebab ia mengharapkan kota dengan dasar yang kokoh, yang dirancang dan dibangun oleh Elohim” (ayat 10). Abraham mendengar kebenaran itu dari Elohim – kebenaran tentang kota yang akan datang – dan percaya terhadap Elohim. Dan hal ini sejalan dengan ketaatannya.

Semakin kita melihat pada situasi yang bersifat fisik, maka semakin sedikit pula kita mendapat iman. Semakin kita melihat pada Firman Elohim, maka semakin terbuka untuk pertumbuhan iman kita.

Apabila kita melakukan itu, kita tidak akan bimbang. Apabila kita mempelajari Alkitab dan merenungkan Firman itu secara mendalam tentang apa yang kita baca, maka hal itu akan menjadi suatu bagian yang nyata di dalam kehidupan kita.

Dan karena kita diisi dengn Firman Tuhan, iman kita akan bertumbuh. Kita akan tunduk dan melakukan apa yang diperintahkan Elohim, yang tentu akan mendorong peningkatan iman kita. (Dan hal itu juga akan menambah berkat bagi kita!).

Tetapi jika kita menjauh dari Firman Elohim — jika kita tidak belajar Alkitab — maka hal itu akan menghilang dari kita. Itu menjadi layu dalam hati dan pikiran kita sehingga Elohim tidak nyata bagi kita sebagaimana mestinya. Sehingga janjinya tidak nyata kepada kita sebagaimana mestinya. Seperti itulah adanya kita sebagai manusia. Kita lupa. 

Semakin familiar kita dengan Firman Elohim — dan semakin familiar kita dengan apa yang Dia kerjakan dan akan lakukan — maka semakin bertambah iman kita. Hal itu karena kita akan mengerti apa yang Dia katakan.

Jika kita tidak familiar dengan apa yang Dia kerjakan, bagaimana kita akan memanggil dan memohon Elohim akan janji-janjiNya? Bagaimana kita akan percaya bahwa Elohim akan menepati janji-janjiNya?

Menerapkan ketiga-tiganya dari prinsip ini sangat esensil dalam belajar bagaimana bertumbuh dalam iman.

Pertumbuhan iman dan memindahkan gunung?

Mari kita lihat lagi Markus 11:22-24. Apakah Elohim secara spesifik sedang menjanjikan untuk memindahkan gunung, atau apakah Dia sedang membuat poin ajaranNya menjadi lebih penting? 

Tidak ada bukti bahwa orang-orang pilihan Elohim telah membutuhkan pemindahan  gunung secara nyata. Tetapi Kristus memberikan kita pemahaman bahwa Elohim yang Mahakuasa dapat dengan mudah melakukan itu seandainya kita butuh pemindahan itu.  

Di samping itu, kita semua menghadapi cobaan dan tantangan yang mungkin bisa membebani kita — yang nampaknya merupakan gunung rohani yang Elohim bisa pindahkan bagi kita jika kita meminta Dia dalam iman. Karena “bagi Elohim segala sesuatu adalah mungkin” (Matius 19:26).  

Dalam iman kita percaya bahwa Elohim memperhatikan kita, peduli terhadap kita dan mendengar doa-doa kita. Kita barangkali tidak mengetahui bagaimana Elohim bekerja untuk jawaban doa-doa kita. Tetapi kita percaya Efesus 3:20: “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.”

Elohim dapat menjawab doa-doa kita yang memohonkan pertumbuhan iman dengan banyak cara — meskipun dengan cara yang tidak bisa kita bayangkan! Tidak ada batasan terhadap apa yang Elohim dapat lakukan bagi kita ketika kita beriman kepada Dia.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

https://lifehopeandtruth.com/ask-a-question

Tracker Pixel for Entry

Apa Itu Iman?

oleh Jim Haeffele

https://lifehopeandtruth.com/change/faith/what-is-faith/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Apa itu iman? Iman adalah kepercayaan, jaminan dan keyakinan dalam Elohim. Iman yang hidup terlihat melalui pelayanan dan ketaatan kepada Elohim. Bagaimana kita meningkatkan iman kita?

Ucapan “miliki saja iman, maka hal itu akan berhasil” digunakan oleh orang untuk mendorong dan menghibur seseorang yang sedang menghadapi masalah serius atau dalam situasi yang membuatnya stres. Tetapi apa itu iman seperti yang diuraikan di dalam Alkitab, dan apakah itu benar-benar hidup?

Di dalam Perjanjian Baru bahasa Inggris faith digunakan untuk menerjemahkan bahasa Yunani pistis. Kamus The New Strong’s Expanded Dictionary of Bible Words menyatakan, “Pistis digunakan dari kepercayaan dengan ide utama kepercayaan (atau kepercayaan diri) entah itu di dalam Elohim atau di dalam Kristus, yang berasal dari iman yang sama. ‘Iman’ berarti keyakinan, kepercayaan diri, jaminan” (hal. 1315).

Alkitab juga mendefinisikan pistis di dalam bahasa Ibrani 11:1, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”

Iman adalah kepastian dari segala sesuatu yang diharapkan, tetapi belum diterima. Iman (keyakinan diri, kepercayaan, kepastian) juga bukti kita dari apa yang belum kita lihat — hal-hal rohani yang tidak kelihatan. Iman datang sebelum sebuah doa belum mendapat jawaban atau sebelum seseorang menerima apa yang dia minta dari Elohim. Jika kita menerima apa yang kita minta, maka iman tidak diperlukan.

Apa itu iman? Sebuah contoh Perjanjian Baru

Contoh dari definisi ini dapat kita baca di Matius 9:27-30 dimana dua orang buta datang kepada Yesus meminta Dia untuk menyembuhkan mereka. Yesus bertanya kepada mereka, “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” dan mereka menjawab, “Ya Tuhan, kami percaya.”  “Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: ‘Jadilah kepadamu menurut imanmu.’ Maka meleklah mata mereka.”

Iman dan keyakinan mereka bahwa Yesus dapat menyembuhkan mereka merupakan bukti dan kenyataan yang mereka harapkan. Itu juga memberikan mereka bukti atau kepercayaan bahwa mereka akan menerima apa yang mereka minta. Mereka percaya; yaitu, mereka memiliki iman sebelumnya bahwa hal itu akan diberikan.

Contoh iman di Perjanjian Lama

Satu lagi contoh menarik ialah tiga sahabat Daniel yang menolak menyembah patung emas Nebukadnezar. Mereka yang menolak menyembah patung itu diancam akan  dilemparkan ke dalam sebuah perapian hidup-hidup.

Tiga anak muda Yahudi (Sadrakh, Mesakh, Abednego) yang menolak menyembah patung itu dilaporkan kepada Nebukadnezar: “Sesungguhnya Elohim yang kami puja mampu melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan Dia pun akan melepaskan kami dari tanganmu, ya raja. Tetapi jika tidak, hendaklah engkau ketahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja ilah-ilahmu atau menyembah patung emas yang telah engkau dirikan itu” (Daniel 3:17-18).  

Sebelumnya mereka tidak tahu bagaimana Elohim akan menyelamatkan mereka dari perapian itu, entah pada saat itu dengan menyelamatkan kehidupan jasmani mereka atau di kemudian hari pada kebangkitan. Iman mereka atau keyakinan mereka merupakan dasar dari apa yang mereka harapkan, dan itu merupakan bukti dari apa yang belum mereka lihat atau terima.

Iman atau keyakinan terbangun pada saat melayani Elohim dan menaati perintah-perintahNya. Mereka percaya bahwa Elohim akan menyelamatkan mereka karena mereka menaati perintah-perintahNya dan tidak tunduk menyembah ilah-ilah lain.

Iman tanpa perbuatan adalah mati

Rasul Yakobus, yakni saudara Yesus Kristus, menggunakan contoh Abraham, yang memiliki baik iman dan perbuatan karena dia percaya kepada Elohim dan dia menaati apa yang diperintahkan Elohim kepadanya.

“Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yakobus 2:21-22).

Iman yang sesungguhnya berarti tidak sekedar percaya kepada Elohim. Tetapi hal itu mencakup perbuatan sesuai degan iman itu dengan melayani Elohim dan menaati perintah-perinatahNya.

Iman bertumbuh apabila mendekat kepada Elohim melalui doa dan mempelajari FirmanNya, Alkitab. Beberapa orang mungkin ingin membantah terhadap ajaran Yakobus yang mengatakan bahwa kita sebaiknya menuruti perintah-perintah Elohim dan bahwa itu ajaran yang mengatakan kita diselamatkan oleh perbuatan. Bukan itu masalahnya. Rasul Paulus menjelaskan ini ketika dia berkata, “Karena anugerah kamu telah diselamatkan oleh iman, itu bukan karena usahamu, tetapi pemberian Elohim, itu bukan karena perbuatan-perbuatan, sehingga tidak seorang pun dapat memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

Paulus memahami dengan jelas dan menuliskan itu bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mendapat keselamatan dengan perbuatan dan bahwa iman itu adalah karunia Elohim. Tetapi ayat berikutnya dia berkata bahwa kita adalah “buatan Elohim yang telah diciptakan dalam Kristus  Yesus untuk melakukan perbuatan baik, yang telah dipersiapkan oleh Elohim sebelumnya, agar kita hidup di dalamnya” (ayat 10). 

Sama seperti Yakobus, Paulus juga mengetahui iman yang hidup akan disertai dengan pelayanan dan ketaatan kepada Elohim dan hukum-hukumNya. Paulus menuliskan di Roma 3:31, “Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.”

Apa perbedaan antara iman dan kepercayaan?

Banyak orang dalam Kekristenan hari ini menggunakan kata iman dan kepercayaan secara bergantian. Tetapi adakah perbedaan antara keduanya di dalam Alkitab?

Secara pengertian umum keduanya adalah kata sinonim, dan kadang-kadang keduanya diterjemahkan dari kata yang sama dalam bahasa Yunani. Sebenarnya, satu-satunya perkataan belief [iman percaya] yang ada di dalam versi Alkitab New King James, yang diterjemahkan dari perkataan pistis, kata untuk iman (2 Tesalonika 2:13).

Tetapi kata percaya dapat memberikan makna yang berbeda.

Rasul Yakobus menuliskan dalam suratnya tentang apa yang dia sebut iman yang mati. Iman yang mati adalah ketika orang percaya di dalam Elohim, tetapi tidak menaati perintah-perintahNya.

Yakobus menuliskan, “Engkau percaya bahwa hanya ada satu Elohim, itu benar; setan-setan pun percaya hal itu dan mereka gemetar ketakutan! Namun engkau, hai manusia yang fana, milikilah pengertian ini: bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati” (Yakobus 2:19-20).

Di sini perkataan percaya diterjemahkan dari sebuah kata yang berkaitan pisteuo dalam bahasa Yunani. Yakobus membedakan arti [sekedar] percaya dengan iman yang hidup.

Sebagai orang Kristen, kita harus berjuang untuk hidup dalam iman yang hidup — percaya dalam Elohim berdasarkan perbuatan baik sesuai dengan hukum-hukumNya dan perintah-perintahNya. Jika hanya sekedar percaya di dalam Kristus, yakni percaya bahwa Elohim itu ada dan percaya bahwa Dia adalah Sang Pencipta, kita berada pada level yang sama dengan kepercayaan sebagaimana setan juga percaya!

Tetapi jika kepercayaan kita dalam hal ini menginspirasi kita untuk taat kepada Elohim dan mengubah cara hidup kita, maka kita sungguh memiliki iman dan akan dianggap setia jika kita secara konsisten meningkatkan dan bertumbuh dalam hubungan kita dengan Elohim.

Elohim memberi iman kepada mereka yang mencarinya

Iman akan bertumbuh jika kita mendekatkan diri kepada Elohim melalui doa dan mempelajari FirmanNya, yakni Alkitab.

Paulus memberitahu jemaat-jemaat di Filipi untuk tidak “khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Elohim melalui doa dan permohonan disertai ucapan syukur. Dan damai sejahtera Elohim yang melampaui segala pengertian akan menjaga hati dan pikiranmu di dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:6-7).

Anggota-anggota Jemaat Elohim di Filipi percaya akan Firman Elohim, dan mereka menaati perintah-perintahNya. Sementara mereka mendengarkan dan mengikuti ajaran Paulus dalam memberikan perhatian mereka kepada Elohim tentang percaya dalam doa, iman (kepercayaan dan keyakinan) mereka meningkat.

Cara lain untuk meningkatkan iman ialah dengan membaca atau mendengar contoh iman yang diceritakan di dalam Alkitab yang secara luas dijelaskan. Contoh ini disebut di Roma 10:17. “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” 

Sekarang kita memiliki Firman Elohim secara utuh dalam banyak terjemahan, yakni Alkitab. Alkitab ialah Firman Elohim yang diinspirasikan kepada manusia. Ketika kita membaca Alkitab, iman kita (keyakinan dan kepastian percaya kita) ada di dalam Elohim dan Yesus Kristus untuk menjawab doa-doa kita dan menuntun kita melalui situasi-situasi yang mustahil akan meningkat.

Jadi, apa itu iman? Iman adalah keyakinan, jaminan dan kepercayaan diri di dalam Elohim dan Yesus Kristus. Iman yang hidup tidak sekedar percaya bahwa Elohim itu ada. Tetapi hal itu harus disertai dengan pelayanan dan ketaatan kepada Elohim.

Elohim akan memberikan pertumbuhan iman kita jika kita sungguh-sungguh meminta Dia dan berusaha mendekatkan diri kepada Dia dalam doa dan membaca FirmanNya.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

https://lifehopeandtruth.com/ask-a-question

Tracker Pixel for Entry

Menghadapi Kebimbangan

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/change/faith/dealing-with-doubt/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kebimbangan dalam kerohanian itu biasa terjadi, bahkan di antara mereka yang ingin percaya. Tetapi Alkitab menunjukkan kita bagaimana mengatasi kebimbangan-kebimbangan sehingga dapat bertumbuh dalam iman.

 

 

 

 

 

 

 

Artikel ini akan membahas enam tip alkitabiah untuk mengatasi kebimbangan:

  • Ujilah ciptaan Elohim.
  • Ujilah segala sesuatu.
  • Buktikan dengan perbuatan.
  • Mintalah iman kepada Elohim.
  • Pelajarilah apa yang telah dilakukan Elohim di masa lalu.
  • Berlatihlah dalam iman.

Penjelasan lebih rinci tentang hal ini menyusul segera.

Kebimbangan Modern dan Milenial

Dunia modern kita nampaknya didesain untuk memelihara kebimbangan akan Elohim dan Alkitab. Teori evolusi telah melalaikan adanya dan perlunya Pencipta. Para sarjana mempertanyakan keakuratan Alkitab. Opini publik mendefinisikan ulang standar alkitabiah antara benar dan salah. Pemimpin agama juga sering menunjukkan kemunafikan yang mengerikan. Kejahatan meningkat, tetapi Elohim nampaknya masih menyembunyikan diri.

Dan orang-orang yang religius bergumul dengan kebimbangan.

Misalnya, sebuah penelitian Barna menunjukkan:

“Lebih dari seperempat (26%) [orang dewasa Amerika yang mengaku dirinya orang Kristen] mengatakan mereka masih mengalami kebimbangan rohani, sementara empat di antara 10 (40%) mengatakan bahwa mereka telah mengalami kebimbangan pada waktu yang lalu tetapi sudah mengatasinya. Hanya sekitar sepertiga (35%) mengaku tidak pernah mengalami kebimbangan samasekali. …

“Setelah beranjak dewasa dalam kultur yang lebih sekuler dan pluralis, generasi milenial (38%) saat ini mengalami dua kali lipat kebimbangan dibandingkan dengan kelompok generasi lainnya (23% Gen-X (kira-kira usia 41-56) 19% Boomers (57-75), 20% lanjut usia). Orang dewasa laki-laki sepertinya lebih cenderung mengalami kebimbangan dibandingkan dengan orang dewasa perempuan (berbanding 32% dengan 20%). Mereka yang telah melalui pendidikan perguruan tinggi dan telah menghadapi sederetan ide, filsafat dan worldviews [pandangan dunia] sepertinya mengalami kebimbangan dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang hanya mengecap pendidikan di SLTA atau dibawahnya (37% vs. 19%).”

Namun meskipun hal itu telah berkembang pada abad modern, kebimbangan bukanlah masalah baru.

Orang-orang yang bimbang akan Alkitab

Ketika kita memiliki kebimbangan, kita menganggap diri kita orang yang bimbang. Yesus berkata kepada Petrus, "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"  (Matius 14:31). Tentu saja Petrus memiliki iman untuk melangkah keluar dari perahu itu dan berjalan di atas air! Tetapi sebagaimana angin mulai kencang dan menerpa, dia mulai bimbang dan takut.

Akan tetapi, beberapa tahun kemudian Petrus belajar untuk tidak bimbang dan dia mengajar orang lain untuk “jangan takut,” sebagaimana dia menuliskan hal itu di 1 Petrus 3:14

Kemudian ada di antara muridNya, yang segera menjadi rasul, yang namanya telah diasosiasikan dengan kebimbangan. Setelah kebangkitan Yesus, Tomas yang bimbang berkata, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yohanes 20:25).  

Tetapi, ketika Yesus yang dibangkitkan tampil dan berbicara kepada dia, Tomas menjawab dalam ayat 28: “Ya Tuhanku dan Elohimku!”

Kemudian Yesus mengucapkan berkat pada kita hari ini yang sedang menghadapi kebimbangan bahkan banyak persoalan hidup. Yesus berkata, “Tomas, karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29).

Tetapi bagaimana kita menagih berkat itu? Bagaimana kita dapat menghadapi kebimbangan dan menguatkan iman kita?

Bagaimana menghadapi kebimbangan

Elohim adalah Sang Pencipta, dan Alkitab adalah pesanNya kepada kita hari ini. Dia peduli dengan kita dan sedang mengerjakan perencanaan yang menyediakan kesempatan bagi setiap manusia yang hidup sekarang atau yang pernah hidup. Tetapi bagaimana kita bisa membuktikan semua ini dan membangun iman untuk menghadapi tantangan dan badai kehidupan yang bisa menyebabkan kebimbangan? Bagaimana iman yang dipertanyakan bisa bertumbuh?

Berikut ini adalah prinsip alkitabiah untuk menghadapi kebimbangan.

  • Ujilah ciptaan Elohim

David, seorang gembala yang menjadi raja, adalah seorang pengamat alam yang bersemangat. Renungannya mendorong dia untuk menuliskan, “Langit menceritakan kemuliaan Elohim” (Mazmur 19:2). Sementara Dia mengamati sejagat raya yang luas, bulan dan bintang, dia dalam kekaguman, “Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya?” (Mazmur 8:5).

Dengan memperhatikan keajaiban tubuh manusia, dia menyimpulkan, “Sebab Engkau telah membentuk buah pinggangku; Engkau merajut aku dalam kandungan ibuku. Aku akan menyanjung Engkau sebab aku diciptakan dengan dahsyat dan ajaib; dahsyatlah segala perbuatanMu, dan jiwaku sungguh-sungguh menyadarinya” (Mazmur 139:13-14).

Rasul Paulus juga merujuk kepada alam semesta di sekitar kita sebagai bukti kuat akan kuasa Sang Pencipta. “Karena apa yang tidak kelihatan sejak penciptaan dunia, yaitu kuasaNya yang kekal dan kedudukanNya sebagai Elohim, sekarang tampak jelas dan dapat dimengerti dari hasil karyaNya, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Roma 1:20).

  • Ujilah segala sesuatu

Elohim tidak mengharapkan kita untuk begitu saja menerima segala sesuatu yang ada di dalam Alkitab, kemudian menutup hati dan pikiran kita dan membiarkan perasaan kita begitu saja. Dia telah menciptakan alam semesta untuk mengikuti hukum-hukum rasional dan Dia menginginkan kita untuk menggunakan pikiran kita untuk membuktikan apa yang benar.

Sebagaimana rasul Paulus menuliskan, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5:21). Alkitab memuji orang-orang yang memeriksa segala sesuatu. Di Berea Paulus menemukan orang-orang yang berpikiran baik yang “menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian” (Kisah Para Rasul 17:11). Karena mereka menemukan pemberitaan Paulus itu benar, “banyak di antara mereka yang menjadi percaya” (ayat 12).

Bimbingan belajar kita dengan bertanya, apakah Alkitab itu benar? dapat menolong dalam penelitian anda untuk membuktikannya.

  • Buktikan dengan perbuatan

Salah satu yang paling penting yang dikehendaki Elohim untuk membuktikan ialah bahwa jalan hidupNya benar – bahwa jalanNya bekerja dan menghasilkan hal-hal baik dalam jangka panjang. Yesus berkata, “Jika seseorang rindu melakukan kehendak Elohim, ia akan mengetahui apakah ajaran itu berasal dari padaNya atau Aku berbicara hanya dari diriKu sendiri” (Yohanes 7:17).

Elohim bahkan memberi kita janji-janji spesifik yang bisa kita uji:

“‘Hormatilah ayahmu dan ibumu,’ ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: ‘supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi’” (Efesus 6:2-3). Elohim mengundang kita untuk mencobanya dan melihat entah belajar menghormati penguasa itu menolong kita dalam setiap bidang kehidupan, termasuk, menurut kehendak Elohim, yang memberikan kita kehidupan.

Maleakhi mencatat satu lagi perintah spesifik dan berkat: “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Maleakhi 3:10; bacalah artikel — pada situs ini — “Persepuluhan: Apa itu?”)

Prinsip dasar ialah bahwa Elohim telah mendefinisikan apa yang benar dan apa yang salah. Akhirnya, melakukan apa yang benar akan membawa hasil yang baik, dan melakukan apa yang salah menghasilkan yang buruk (Galatia 6:7-9; Ulangan 28:1-2, 3-6, 7-8, 9-11, 12-14; 30:15-16; bacalah juga artikel kami — pada situs ini — yang berjudul “Mengapa Dunia Modern Kita Ini Berada di Bawah Kutuk Zaman Dulu?”

  • Mintalah iman kepada Elohim

“Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: ‘Tambahkanlah iman kami!’” (Lukas 17:5). Kita dapat meminta iman yang sama di saat kita mengalami kebimbangan — atau kapan saja tentang hal itu.

Alkitab mencatat sebuah contoh pedih dari seorang yang mencari kesembuhan anaknya. Murid-murid Yesus belum mampu menyembuhkan dia, jadi ketika Yesus datang, ayah anak itu menjelaskan situasi itu kepada Yesus. “Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami” (Markus 9:22).

Yesus menjawab, “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (ayat 23).

Setelah sekian tahun melihat anaknya menderita, dan setelah melihat murid-murid Yesus gagal, ayah anak itu merasa bimbang. Dia memohon dengan air mata, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (ayat 24).

Kita dapat meminta kepada Elohim iman yang hidup, iman yang menyelamatkan — iman Kristus (Efesus 2:8-10; Galatia 2:20).

  • Pelajarilah apa yang telah dilakukan Elohim di masa lalu

Paulus menuliskan, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17).

Banyak kisah-kisah pengalaman di dalam Alkitab menyangkut kesetiaan Elohim terhadap janji-janjiNya. Bacalah kisah-kisah itu dan renungkan, sebagai penulis Mazmur itu: “Ya Elohim, kami telah mendengar dengan telinga kami, leluhur kami telah menceritakan kepada kami, perbuatan yang telah Engkau lakukan pada hari-hari mereka, pada zaman dahulu” (Mazmur 44:2).

Coba bayangkan contoh bapa setia, Abraham, yang tahu melalui pengalamannya bahwa Elohim adalah setia. Paulus menuliskan, “Terhadap janji Elohim ia tidak goyah oleh ketidakpercayaan, bahkan ia diteguhkan oleh iman dan memberikan kemuliaan kepada Elohim serta yakin sepenuhnya, bahwa apa yang telah Elohim janjikan, Dia pasti sanggup menggenapinya” (Roma 4:20-21).

Dengan melihat apa yang telah dilakukan Elohim di masa lalu orang-orang percaya pada saat ini juga dapat bertanya mengapa mereka percaya. Orang telah mengatakan kepada saya tentang kejadian-kejadian ajaib dan kesembuhan yang mereka alami, dan kisah-kisah seperti itu dari sumber yang dapat dipercaya juga dapat memperkuat iman anda.

  • Berlatihlah dalam iman

Bertumbuh dalam iman sangatlah penting untuk menjadi manusia yang dikehendaki Elohim. Hal ini berarti kita harus menghadapi pencobaan dan tes untuk melatih kekuatan iman yang Dia sedang kembangkan di dalam kita. Jika tidak pernah menghadapi kesulitan, jika Dia selalu menjawab setiap doa kita pada saat kita minta, dan jika Dia terlihat hadir di hadapan kita setiap saat, kita tidak akan pernah bertumbuh dalam iman.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dapat menolong kita untuk mengatasi kebimbangan. Tetapi jangan berhenti di situ saja. Lanjutkan ke langkah berikutnya dengan mempelajari bagaimana bertumbuh dalam iman. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Bagaimana Orang Kristen Dapat Menavigasi Nubuat Badai Yang Akan Datang

oleh Isaac Khalil - June 7, 2023

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/how-christians-can-navigate-the-coming-prophetic-storm/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Bagaimana sebaiknya orang Kristen mereaksi ketika badai dunia terjadi. Firman Elohim menunjukkan kepada kita bagaimana untuk tetap teguh pada saat badai yang dinubuatkan itu tiba.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Badai yang hebat akan datang yang akan mengguncang seluruh dunia.

Tidak perlu seorang ahli penulis berita untuk melihat bahwa dunia ini sudah berada pada situasi yang buruk. Banyak komentator geopolitik berkata bahwa dunia ini sudah berada pada titik kritis. Mereka melihat perubahan radikal yang sedang terjadi, yaitu kegoyahan Amerika Serikat sebagai satu-satunya kekuatan dunia, yang akan berakhir dalam  keretakan dunia menjadi sebuah dunia yang multipolar [berkutub ganda].

Amerika Serikat masih menjadi superpower baik dalam kemiliteran maupun dalam ekonomi. Tetapi kita sekarang melihat suatu keretakan yang parah di dalam tatanan dunia. Sejak Perang Dunia II, Amerika Serikat telah menjadi sebuah negara pemimpin global, yang memelihara kemakmuran dan perdamaian selama 75 tahun terakhir.

Sekarang kita melihat perang yang berkepanjangan di Ukraina, dengan Rusia yang senantiasa mengancam penggunaan senjata nuklir. Invasi Rusia telah memetak-metak dunia ini dan menjadikan bangsa-bangsa merevitalisasi blok kekuasaan terhadap Amerika Serikat.

Persatuan BRICS (Brazil-Rusia-India-China-South Africa) adalah satu contoh, dan ini menjelaskan hampir setengah jumlah penduduk dunia dan seperempat dari produk domestik bruto. Bangsa-bangsa ini berusaha memperluas aliansi anti-Amerika yang mengikutsertakan Kazakhstan, Uzbekistan, Argentina, Mesir, Thailand, Indonesia, Nigeria, Senegal, Saudi Arabia, Iran dan Turki. Salah satu dari tujuan mereka ialah untuk membatalkan dollar Amerika sebagai mata uang simpanan dunia.

Perang Ukraina juga telah memicu krisis pangan yang telah menerpa Horn of Africa. Sudan, Etiopia, Kenya dan Somali berjuang untuk bertahan hidup di tengah menghadapi sumber air yang semakin langka dan saat ini sedang menghadapi kegagalan musim penghujan yang telah enam kali gagal. Di samping itu, di seluruh dunia, termasuk negara asal saya, Selandia Baru, kami melihat pola cuaca yang tak wajar yang mengacaukan produksi makanan agrikultur.

Dunia ini sudah berada dalam krisis moneter, dengan banyak kejadian-kejadian yang terjadi secara bersamaan. Beberapa negara menghadapi angka pengangguran yang sangat buruk, inflasi yang tinggi, tingkat utang yang tak menentu, korupsi, tata kelola yang buruk dan devaluasi mata uang yang nampaknya membawa mereka ke arah kegagalan. Negara-negara ini termasuk Argentina, Ukraina, Tunisia, Ghana, Mesir, Kenya, Etiopia, El Salvador, Pakistan, Belarus, Ekuador dan Nigeria. Bangsa-bangsa ini nampaknya semakin merosot sama seperti kejadian di Sri Lanka, yang bangkrut tahun lalu.  

Tetapi beberapa berita yang paling meresahkan ialah kemerosotan yang terjadi secara tiba-tiba di Amerika. Dunia ini bisa melihat bahwa kohesi [kepaduan] politik dan sosial bangsa-bangsa sedang berantakan, dan banyak bertanya, “apakah kita sedang menyaksikan kejatuhan Amerika?”

Kita percaya kejadian-kejadian ini menunjukkan bahwa kita sedang menuju ke arah nubuat akhir zaman seperti yang dinubuatkan di dalam Alkitab. Tetapi bagaimana orang Kristen menghadapi kejadian-kejadian yang meresahkan ini.

Perahu di dalam badai

Markus 4:35-41 menceritakan tentang kejadian ketika Yesus dan murid-muridNya berada di dalam perahu, dan setelah seharian memberitakan injil dan sangat lelah, Yesus tertidur. Sementara mereka di atas perahu di tengah laut, “taufan yang sangat dahsyat” menerpa. Di injil Matius dikatakan perahu itu ditimbus gelombang (Matius 8:24). Angin badai ini membuat murid-murid Yesus ketakutan, di injil Lukas dikatakan mereka “dalam bahaya” (Lukas 8:23).

Ini bukan angin badai biasa.

Yesus berada di buritan perahu di mana gelombang semestinya memukul Dia, tetapi Dia tertidur lelap.

Yesus tenang karena Dia tahu Elohim senantiasa bersama Dia apapun yang terjadi di sekitar Dia. Tetapi, murid-murid itu dalam ketakutan.

Ketakutan sering memakzulkan kemampuan kita untuk berpikir dan bertindak dengan secara logis. Ketakutan adalah musuh iman. Ketika murid-murid itu membangunkan Yesus, Dia menghardik mereka atas ketidakpercayaan mereka – atas kelemahan iman mereka. Yesus penuh dengan iman dalam hal ini – dan Dia mengharapkan mereka untuk memiliki iman yang sama.

Badai itu harus datang

Ketika malapetaka menerpa, apa reaksi alami terhadap itu?

  • Di mana Elohim atas semua ini?
  • Mengapa Elohim menghendaki semua ini terjadi?
  • Bagaimana mungkin seorang Elohim pengasih membiarkan hal ini terjadi?

Beberapa orang mungkin masih ingat gempa dahsyat di bawah laut yang terjadi di lepas pantai Indonesia pada tanggal 26 Desember 2004. Gempa tersebut berkekuatan lebih 9 skala Richter dan merupakan gempa terbesar ke-3 yang pernah terjadi yang berlangsung selama 10 menit. Gempa tersebut menyebabkan pergeseran dasar laut dan mengakibatkan ombak laut yang dahsyat yang menyebar di Samudra Hindia. Ombak yang mencapai pinggir pantai mencapai ketinggian 30 meter dan menewaskan lebih dari 200,000 di 14 negara.

Pernyataan yang mengejutkan bahwa pada hari-hari terakhir tsunami itu, uskup agung Canterbury, Dr. Rowan Williams, menuliskan sebuah artikel pada Sunday Telegraph yang berjudul “Of Course This Makes Us Doubt God’s Existence” [Tentu Saja Hal Ini Membuat Kita Ragu Akan Adanya Tuhan]. Dalam artikel itu dia menyatakan, “How can you believe in a God who permits suffering on this scale?” [Bagaimana anda percaya dalam Tuhan yang membiarkan penderitaan sebesar ini?”].

Tetapi ini merupakan kebalikan pesan yang disampaikan Kristus kepada pengikut-pengikutNya ketika Dia berkata, pada intinya, “Apabila hal ini terjadi, janganlah kamu gelisah” (baca Matius 24:6).

Apakah zaman semakin lebih baik? Sepuluh tahun yang lalu, satu lagi uskup agung dari Canterbury, Justin Welby, berkata bahwa dia kadang-kadang meragukan adanya Tuhan, bahwa orang Kristen tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi penderitaan di dunia ini.

Tidak heran bahwa bangsa kita telah kehilangan kerohanian ketika mereka dipimpin oleh pemimpin agama seperti ini.

Mengapa badai ini akan terjadi?

Jadi mengapa badai kehidupan itu terjadi? Dalam KhotbahNya di Bukit Zaitun, Yesus berkata, “semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya” (Matius 24:6). 

Dia menyuruh kita untuk tidak takut, tidak gelisah, sebab semuanya ini “harus” terjadi. Semua ini merupakan akibat dari penyebab – manusia yang telah menolak Elohim dan menganut kehidupan berdosa.

Ketika Elohim menciptakan Adam dan Hawa, Dia menempatkan mereka di Taman Eden tanpa kematian dan penderitaan. Tetapi karena ketidakpatuhan mereka, karena penolakan mereka terhadap Elohim dan mengikuti Setan, mereka diusir dari taman itu, dan sekarang kematian dan penderitaan menguasai umat manusia.

Kita sedang menyaksikan kebusukan kerohanian pada zaman kita sekarang ini. Kadang-kadang berita-berita menunjukkan bahwa nubuat Alkitab sedang digenapi. Pada bulan Maret lalu tahun ini sebuah survei Wall Street Journal-NORC menunjukkan suatu kemerosotan drastis pada nilai-nilai di Amerika selama 25 tahun terakhir. 

  • Nilai patriotisme merosot dari 70 persen ke 38 persen.
  • Pentingnya orang beragama merosot dari 62 persen ke 39 persen.
  • Pentingnya mempunyai anak merosot dari 59 persen ke 30 persen.
  • Nilai keikutsertaan dalam komunitas merosot dari 47 persen ke 27 persen.

Ukuran satu-satunya yang meningkat ialah uang, yang tingkat kepentingannya meningkat tajam dari 31 ke 41 persen.

Sebuah artikel Axios menyimpulkan hasil lembaga survei tersebut: “Survei ini mengukur kesenjangan antara generasi dan politik yang menunjukkan sebuah kebusukan di dalam jiwa bangsa kita.”

Tetapi situasinya sebenarnya jauh lebih buruk karena lembaga-lembaga survei itu tidak menyertakan faktor dosa-dosa bangsa. Sebagaimana dosa-dosa kita meningkat, maka kutuk-kutuk juga meningkat, yang menyebabkan banyak masalah di dalam bangsa kita. Meskipun kejadian-kejadian hebat yang Yesus dan para nabi telah nubuatkan akan terjadi pada akhir zaman, Yesus memberitahukan kita untuk tidak takut.

Tetapi bagaimana sesungguhnya kita tidak perlu takut?

“Namun jangan kamu gelisah”

Di dalam Matius 24:6, Yesus berkata, “Namun jangan kamu gelisah.” Bacaan ini di Lukas kita baca, “janganlah kamu terkejut” (Lukas 21:9). Kejadian-kejadian akhir zaman sangat mengerikan, tetapi kita diberitahu untuk tetap tenang meskipun di tengah badai ini.

Ini sungguh pernyataan serius dari Yesus Kristus! Meskipun di tengah kejadian-kejadian hebat yang akan terjadi di depan mata kita, kita diminta untuk tidak takut atau gelisah. Kita telah diperingatkan terlebih dulu dan sebaiknya mempersiapkan diri untuk itu.

Ketika murid-murid itu diterpa angin taufan, mereka berkata kepada Yesus, “muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38). Kadang-kadang, di tengah cobaan, kita juga cenderung berpikiran demikian, merasa bahwa Elohim telah melupakan kita. Tetapi Dia tidak. FirmanNya menjamin bahwa Dia sungguh peduli dengan para pengikutNya.

Jadi, sebagai orang Kristen, kemana sebaiknya kita arahkan pikiran kita sementara badai akhir zaman sudah semakin dekat? Rasul Paulus memberitahukan kita untuk sebaiknya “menantikan penggenapan pengharapan yang penuh berkat dan penyataan kemuliaan Elohim Yang Mahabesar dan Yesus Kristus, Juruselamat kita” (Titus 2:13).  

Harapan orang Kristen bukanlah di dunia ini, tetapi di dunia yang akan datang – menantikan kedatangan Yesus Kristus kembali dan untuk mendirikan KerajaanNya di bumi ini. Kerajaan itu akan menenangkan badai itu dan akan membangun dunia baru kita.

Harapan ini sebaiknya menjadi sebuah sauh. Sama seperti sauh yang menahan perahu sehingga tidak terbawa arus akibat badai itu, jadi harapan bisa menjadi sauh rohani untuk menjaga kita dari kehanyutan ketika badai kehidupan dahsyat terjadi. 

Yesus mungkin saja bisa tidur pada saat badai itu sebab Dia adalah dalam damai dan tahu  rencana Elohim dan masa depan bagi Dia. Kita juga dapat menyongsong dunia kita dengan damai yang sama sebab kita tahu bahwa Elohim setia dan akan menenangkan amukan badai yang akan datang (Mazmur 89:8-9).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Contoh-contoh Pertobatan Sejati di dalam Alkitab

oleh Kendrick Diaz

https://lifehopeandtruth.com/change/repentance/examples-true-repentance/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Elohim menghendaki setiap orang untuk bertobat, tetapi bagaimana orang melakukan itu? Yang mana contoh-contoh alkitabiah yang dapat memberi bimbingan untuk melakukan pertobatan sejati?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hampir semua pekabaran injil kepada publik yang dicatat di dalam Perjanjian Baru itu mencakup panggilan untuk bertobat (Matius 3:8; Markus 1:14-15; Kisah Para Rasul 2:38; 17:30). Tetapi seperti apa itu pertobatan sejati?

Kita patut bersyukur bahwa Elohim telah melestarikan contoh-contoh pertobatan yang sesungguhnya di dalam Alkitab. Dengan mempelajarinya, kita dapat menarik pelajaran berharga dan memperoleh suatu pemahaman penuh dari jenis pertobatan yang dihargai Elohim.

Pertobatan Saulus orang Tarsis

Sebelum dia menjadi rasul Paulus dan sebelum dia menulis sebagian besar epistel di Perjanjian Baru itu, Saulus adalah seorang Farisi yang tekun mendatangkan malapetaka di dalam kehidupan para anggota Jemaat. Pada dasarnya dia percaya bahwa orang “Kristen” – sebagaimana mereka dinamai – mendukung suatu gerakan yang secara efektif mengembankan penghujatan.

Jadi Saulus bertindak main hakim sendiri untuk mencoba memberantas sekte sesat, menyeret orang-orang Kristen dari rumah mereka dan memenjarakan mereka. Dia adalah penganiaya yang keji terhadap para pengikut Kristus pada zaman permulaan berdirinya Gereja.

Mengetahui apa yang dilakukan Saul sebelum menjadi sebuah pilar Kekristenan membuat kisah pertobatannya lebih istimewa. Kisah Para Rasul 9 menjelaskan kisah panggilannya dan pertobatannya, dan ayat Suci Alkitab lainnya turut mengisi sejarah pertobatannya. Apabila kita baca secara keseluruhan, kita menemukan beberapa fakta kunci dalam kisah pertobatannya.

Lukas menulis tentang Saulus, “Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’” (ayat 3-4).

Yesus tidak berkata, “Mengapa engkau menganiaya murid-muridKu?” tetapi, “Mengapa engkau menganiaya Aku?” Itu sesuatu yang vital yang Saulus pahami bahwa dosa-dosanya adalah pertama dan terutama yang menentang Elohim. Bagian dari pertobatan yang tulus murni ialah kesadaran bahwa setiap dosa – seserius dosa Saulus atau tidak seserius itu – adalah bertentangan dengan Elohim.

Respons Saulus memberitahukan kita sesuatu yang penting tentang pertobatan: “Lalu, dengan gemetar dan heran, ia berkata, ‘Ya Tuhan, apakah yang Engkau ingin aku lakukan?’” (ayat 6). Perkataannya memperlihatkan kerendahan hati yang sesungguhnya. Paulus memulai suatu hidup yang secara total menyerahkan diri kepada Yesus Kristus untuk melakukan apa saja yang dikehendakiNya.

Dan apa yang dikehendaki Tuhan dan Juruselamat tetapi dengan sepenuh hati patuh dan setia? Perhatikan Yohanes 14:15: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.” 

Memang beberapa orang pada waktu Yesus di bumi ini berpikiran bahwa lip service [hanya dibibir], sudah cukup dan pada hari ini juga banyak yang berlaku demikian. Tetapi pertobatan Saulus menunjukkan kepada kita bahwa dia memahami pertobatan itu berarti suatu perubahan dalam gaya hidup.

Contoh pertobatan Saulus mengajarkan kepada kita bahwa tidak cukup untuk sekedar merasakan sesuatu; tetapi harus sungguh-sungguh melakukan sesuatu. Pertobatan sejati selalu tampak dalam tindakan.

Pertobatan Raja Daud

Bahkan raja Israel yang paling terkenalpun terlibat dalam dosa besar. Dia terlibat dalam perzinahan dengan istri orang lain dan telah menyebabkan suaminya terbunuh untuk menutupi perzinahannya itu (2 Samuel 11:1-26).

Karena sudah berbulan-bulan lamanya setelah kejadian itu, nampaknya segala sesuatu bagi Daud berjalan seperti biasanya. Dia melakukan aktivitas hari-harinya seperti biasanya seolah-olah tidak ada sesuatu yang salah telah terjadi.

Daud tidak menyadari betapa besar dosanya hingga pada saat nabi Natan datang dan mengkonfrontasi dia.

Daud merespons dengan pertobatan sejati dan hal itulah yang menjadikan dia seorang  yang berkenan di hati Elohim dan meninggalkan teladan yang luar biasa bagi kita tentang pertobatannya yang sejati.

Doanya terdapat di kitab Mazmur 51. Perhatikan ucapannya berikut ini:

  • “Kasihanilah aku, ya Elohim, menurut kasih setiaMu.” Pertama-tama Daud memohon belas kasihan Elohim Pencipta langit dan bumi. Dia tahu hukuman atas hukum taurat Tuhan itu adalah kematian. Dia sugguh sadar bahwa apa yang bisa dia lakukan adalah meletakkan dirinya di bawah telapak kaki PenciptaNya untuk memohon belas kasihNya yang semata-mata dia tidak layak menerimanya.
  • “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku.” Seorang yang bertobat secara tulus akan mengakui kesalahannya – dan itulah yang dilakukan Daud. Tidak ada dalam doanya dimana dia mencoba membenarkan diri atau memberi alasan atau menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Dia sepenuhnya bertanggung jawab dan menyebut perbuatannya itu: dosa (1 Yohanes 3:4). Dia tidak menyembunyikan kebenaran atau mencari-cari alasan atas perbuatannya, tetapi secara terang-terangan mengakuinya. Inilah yang dikehendaki Elohim (1 Yohanes 1:9).
  • “Jadikanlah hatiku tahir.” Daud merasa korban hati liciknya sendiri meskipun pertimbangannya yang lebih baik (Yeremia 17:9). Dia lupa peringatan Elohim kepada Kain: “Dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kejadian 4:7). Daud menyadari bahwa berdoa kepada Elohim untuk perubahan yang radikal dari hati yang terdalam merupakan solusinya. Pernyataannya mengajarkan kita bahwa ketika seseorang sungguh-sungguh bertobat, dia dengan giat memohon perubahan dari dalam.

Beberapa orang mungkin tidak tahu persis langkah apa yang harus mereka ambil untuk mencari pengampunan Elohim, tetapi kisah Daud menunjukkan kepada kita sebuah teladan yang jelas.

Pertobatan si prodigal son [“anak yang hilang”]

Satu lagi contoh pertobatan yang luar biasa terdapat di sebuah kisah yang diceritakan oleh Juruselamat sendiri (Lukas 15:11-31).

Kisah perumpamaan itu diceritakan sbb: Seorang bapa mempunyai dua orang anak laki-laki. Yang lebih muda datang kepada ayahnya dan meminta sebagian harta ayahnya sebagai warisan, dan ayahnya setuju memberikannya. Setelah mendapat bagiannya, dia berangkat ke suatu kota dan mulai memboroskannya dengan hidup berfoya-foya.

Jadi ketika kelaparan memporak-porandakan kota itu sewaktu dia di sana, si “prodigal son” itu tidak memiliki tempat untuk bersandar. Dia miskin dan tak berdaya sehingga dia “ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi” (ayat 16).

Akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan memohon pengampunan bapanya. Ketika bapanya melihat dia dari jauh, dia (bapanya) berlari menjemput dia dan memeluk dia, mengampuni dia, menyambut dia dan mengadakan pesta besar untuk merayakannya.

Hal yang sering diabaikan orang dalam perumpamaan ini – yakni setelah si Prodigal son menderita akibat perbuatannya, tetapi sebelum dia kembali kepada bapanya – ialah topik krusial terhadap pertobatan. Itu dinyatakan pada beberapa kata ini: Lalu ia menyadari keadaannya (ayat 17). Dalam kata lain, dia sadar akan siapa dia.

Si Prodigal son merasa terpisah dan terpencil di antara orang yang seharusnya bersama dia dan dari mereka semasa hidupnya di kampungnya. Dia sekarang sadar. Dia akhirnya melihat dengan jelas kebenaran tentang dosanya – bagaimana itu menipu dan janji-janji palsu. Kenyataan krisis yang dialaminya memberi dia pengertian yang jelas. Akhirnya dia merendahkan diri dan bertobat.

Perhatikan apa yang dia rencanakan berikutnya: “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa” (ayat 18-19).

Perumpamaan si Prodigal son ini mengajarkan kita beberapa pelajaran, tetapi satu di antaranya yang paling menonjol adalah berkat atas kejujuran dalam diri sendiri – menguji diri sendiri yang berakhir pada pengakuan kesalahan. Apabila orang sadar akan dirinya sendiri dan melihat kenyataan dosa, maka dia mulai mengambil langkah ke arah pertobatan sejati.

Merespons kepada panggilan Elohim

Di Kisah Para Rasul 17 kita menemukan rasul Paulus dengan setia melaksanakan tugas panggilannya untuk memberitakan injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Dalam sapaannya kepada orang-orang terkemuka di Atena, Paulus menjelaskan siapa Elohim itu dan apa yang Dia kehendaki: “Dengan tidak memerhatikan lagi zaman kebodohan, sekarang Elohim memerintahkan semua orang, di mana saja, untuk bertobat. Sebab Dia telah menetapkan satu hari ketika Dia akan menghakimi dunia dengan adil, oleh satu Orang yang telah Dia tentukan, setelah Dia memberikan bukti kepada semua orang dengan membangkitkanNya dari kematian” (ayat 30-31).

Adalah tidak adil bagi Elohim jika Dia hanya memerintahkan pertobatan dan membiarkan kita begitu saja untuk mencari-cari pemahaman apa itu pertobatan sejati dan seperti apa tindakannya? Paulus, Daud dan perumpamaan si Prodigal son hanyalah tiga dari banyak contoh yang dilestarikan untuk pelajaran dan kebaikan kita.

Contoh Petrus, perempuan berdosa yang meminyaki kaki Yesus, kepala penjara, orang Korintus yang hidup dengan istri ayahnya, dan banyak lagi telah dituliskan di dalam ayat Suci Alkitab. Semuanya itu merupakan saksi hidup bahwa ada pertobatan yang dihargai oleh Elohim.

Sebuah penelitian yang lebih dekat tentang bacaan-bacaan ini akan menyoroti banyak aspek-aspek pertobatan. Pada dasarnya, pertobatan itu adalah sesuatu yang membawa kita kepada kerendahan hati, penyesalan mendalam, pengakuan dosa tanpa pamrih dan sebuah komitmen untuk berubah.

Semoga kita semua berjuang untuk bertobat dengan cara yang dikehendaki Elohim.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Hari Raya Tujuh Minggu?

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/life/plan-of-salvation/pentecost/feast-of-weeks/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Hari Raya Tujuh Minggu dikenal dengan beberapa nama yang berkaitan dengan menghitung hari untuk penuaian hasil. Apa arti penghitungan terhadap tuaian rohani ini bagi kita hari ini?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tujuh perayaan yang disebutkan di dalam Alkitab itu adalah penetapan untuk menghadap Elohim dan beribadah kepada Dia (Imamat 23:2). Jadi Dia memberitahukan kita di kitab Imamat 23 kapan “saat-saat yang ditetapkan” ini (ayat 4).

Enam dari perayaan itu selalu jatuh pada tanggal yang sama setiap tahunnya menurut kalender Ibrani, tetapi menurut Alkitab, Perayaan Tujuh Minggu (Pentakosta) itu dihitung. (Pelajarilah lebih lanjut tentang hal ini dalam artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa Arti Pentakosta?”)

Menghitung Hari Raya Tujuh Minggu

Itu disebut Hari Raya Tujuh Minggu karena tujuh minggu dihitung untuk menentukan tanggalnya.

Penghitungannya harus dimulai pada saat Perayaan Roti Tidak Beragi, mulai dengan “hari sesudah Sabat” (ayat 15). Inilah hari upacara ketika imam mengunjukkan berkas pertama tahun itu kepada Elohim. Setelah seberkas hasil pertama itu diunjukkan, maka tuaian selanjutnya bisa dimulai (ayat 10-11, 14). 

Upacara itu ialah dalam rangka antisipasi, yakni ketika Yesus Kristus yang telah disalibkan dan telah bangkit itu naik ke sorga kembali kepada BapaNya, pada hari setelah hari Sabat semasih Perayaan Roti Tidak Beragi.

Alkitab memberi detil tentang penghitungan itu:

“Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap tujuh minggu; sampai pada hari sesudah Sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN” (ayat 15-16).

Berdasarkan fakta ini, “hari sesudah Sabat ke-7” dalam hitungan tersebut selalu hari Minggu, tetapi tanggal pada bulan itu tidak selalu sama dengan Pentekosta tahun-tahun sebelumnya.

Seperti inilah orang “Saduki dan orang Yahudi Karait literalistik” menghitung, tetapi pemimpin orang Yahudi lain menginterpretasikan Sabat itu jatuh pada hari pertama Hari Raya Roti Tidak Beragi (The interpreter’s Dictionary of the Bible, 1962, “Weeks, Feast of”). Hal ini memimpin mereka untuk menetapkan hari keeman bulan ketiga sebagai perayaan Shavuot (“weeks” dalam bahasa Ibarani).

Tanggalan tetap ini tidak memerlukan penghitungan hari ke-50 dan biasanya tidak jatuh pada “hari sesudah Sabat ke-7.” Jadi kita menganggap itu tidak akurat secara alkitabiah.

Apa yang penting dalam menghitung dan memahami tanggal yang benar? Karena kita tidak ingin melewatkan hari beribadah kepada Elohim itu. Kita ingin menuruti contoh para pengikut Kristus yang menghitung 50 hari setelah kenaikanNya kepada Bapa di sorga:  

“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat” (Kisah Para Rasul 2:1).

Pada hari itu, Elohim mencurahkan karunia Roh Kudus kepada 3,000 orang yang dibaptis, dan saat itulah berdirinya Church of God [Jemaat Elohim]. Melalui Jemaat itu, Elohim memulai tuaian baru rohani, yakni orang-orang kudus yang disebut sebagai firstfruits [buah sulung] (Lukas 10:2; Yakobus 1:18).

Hari Raya Tujuh Minggu, juga disebut Hari Raya Menuai

Hari Raya Tujuh Minggu itu juga disebut “Hari Raya Menuai” di dalam Keluaran 23:16: “Juga hari raya Penuaian, yaitu hasil pertama dari hasil kerjamu yang engkau taburkan di ladang.”

Itu disebut “Hari Raya Menuai atau Hari Raya Penuaian” sebab hal itu dihubungkan dengan penuaian hasil, yakni hasil pertama di Tanah Suci.

Dalam konteks Perjanjian Baru, hal ini merujuk pada penuaian rohani pertama. Pekerja-pekerja yang dipanggil ke penuaian ini juga mempersiapkan diri untuk menolong pekerjaan pada penuaian berikutnya, yakni yang lebih besar. Bacalah artikel kami tentang analogi penuaian – pada situs ini – yang berjudul “Hari-hari Raya Alkitabiah: Apakah Allah Menghendaki Kita untuk Merayakannya? Mengapa?” (Silakan menggunakan kolom search di pojok kanan atas).

Hari Raya Tujuh Minggu dan buah sulung

Orang-orang yang dipanggil ke dalam Gereja Elohim adalah buah sulung (Yakobus 1:18), dan buah sulung adalah intrinsik atau terkandung dalam Hari Raya Tujuh Minggu.

Akan tetapi, beberapa sumber dari Alkitab modern merancukan hal ini dengan memberi label yang salah terhadap wave-sheaf offering [berkas persembahan unjukan] sebagai “Hari Raya Tujuh Minggu” (meskipun itu tidaklah demikian yang dimaksudkan) di dalam Imamat 23:10-11). Itu adalah sebuah upacara pada perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi.

Alkitab itu sendiri menggunakan istilah hulu hasil atau buah sulung untuk merujuk pada Hari Raya Tujuh Minggu.

Sebagaimana Bilangan 28:26 berkata, “Pada hari hulu hasil, pada waktu kamu mempersembahkan korban sajian baru kepada TUHAN, pada hari raya lepas tujuh minggu, haruslah kamu mengadakan pertemuan kudus, maka tidak boleh kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.” Baca juga Keluaran 23:16; 34:22; dan Imamat 23:15-21.

Hari Raya Tujuh Minggu dan Pentakosta

Di dalam Perjanjian Baru, Hari Raya Tujuh Minggu disebut Pentakosta, yang artinya “hari ke-50” (Thayer’s Greek Definitions). Ini memusatkan pada hitungan hari ke-50 yang juga sama dengan hitungan tujuh minggu. 

Di samping Pentakosta yang menunjuk pada permulaan berdirinya Gereja, Alkitab juga menyebutkan Hari Raya Pentakosta beberapa kali dalam hubungannya dengan pemberitaan Paulus, yakni rasul untuk bangsa-bangsa lain (gentiles).

  • “Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta” (Kisah Para Rasul 20:16).
  • “Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta” (1 Korintus 16:8).

Dengan jelas bahwa ketetapan untuk beribadah kepada Elohim ini terus berlanjut menjadi perayaan penting bagi Gereja Perjanjian Baru.

Hari Raya Tujuh Minggu, sebuah perayaan pilgrimage [berziarah]

Hari Raya Tujuh Minggu itu juga dikategorikan sebagai perayaan berziarah, satu dari tiga musim perayaan dalam setahun ketika orang-orang pilihan Elohim harus pergi menghadiri perayaan itu, yakni “menghadap hadirat Tuhan Elohimmu ke tempat yang akan dipilihNya” (Ulangan 16:16).

Musim perayaan ini adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi (yang termasuk juga Paskah), Hari Raya Tujuh Minggu dan Hari Raya Pondok Daun (yang termasuk juga perayaan lainnya pada musim gugur).

Akhirnya, Yerusalem menjadi lokasi sentral untuk perayaan-perayaan berziarah ini selama bait suci masih berdiri di sana.

“Catatan sejarah dan bukti arkeologi mengindikasikan bahwa zaman kuno akhir, selama era Helenistik dan Romawi, perayaan-perayaan berziarah merupakan ajaran agama dan sosial yang sangat signifikan, yang membawa orang Yahudi dari seluruh dunia kuno Mediterania ke Yerusalem. Beribu-ribu orang Yahudi melakukan perjalanan untuk perayaan berziarah ini. …

“Sementara jumlah orang yang berziarah ke Yerusalem itu umumnya variabel, hingga pada akhir abad pertama B.C.E., Raja Herodes Agung, yakni orang Roma yang diangkat menjadi bawahan kerajaan di Yudea, tampaknya merespons terhadap keperluan peziarah di kota itu dan membangun sebuah halaman atau lapangan terbuka yang luas, di sekeliling Bait Suci. Hal ini memungkinkan berkumpulnya ribuan orang peziarah itu untuk menghadiri upacara perayaan di halaman Bait suci itu. (“What are Pilgrimage Festivals?” MyJewishLearning.Com).

Ini direfleksikan dengan berbagai suku bangsa dan bahasa yakni pengunjung ke Yerusalem pada Perayaan Hari Raya Tujuh Minggu yang terdapat di Kisah Para Rasul 2:5-11.

Bagaimana merayakan Hari Raya Tujuh Minggu ini hari ini

The Church of God,  a Worldwide Association, terus merayakan semua Hari-hari Raya Tuhan ini – semuanya tujuh perayaan, termasuk apa yang biasanya disebut Hari Raya Pentakosta hari ini.

Supaya menjadi seperti murid-murid pertama seperti yang disebut di Kisah Para Rasul 2:1 – “all with one accord” [semua sehati sepikir] “ketika hari Pentakosta tiba” – Jemaat itu menghitung “sampai pada hari sesudah Sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari” (Imamat 23:16). Hari ke-50 itu adalah hari dimana Pentakosta dirayakan. Inilah cara Jemaat menentukan perayaan hari Pentakosta.

Hari Raya Tujuh Minggu adalah sebuah perayaan dan hari kudus. Elohim memerintahkan, “Janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat” (Imamat 23:21). Itu juga adalah hari “pertemuan kudus” – sebuah kebaktian kudus. Sebagaimana diadakan pada hari-hari Sabat dan hari raya kudus, anggota Jemaat berkumpul bersama untuk beribadah kepada Elohim dan belajar tentang arti hari-hari kudus itu.

Acara kebaktian kudus ini dimulai dengan pujian mazmur, doa pembuka, sermonette [khotbah rohani yang pendek], diikuti dengan pujian, pengumuman dan, setiap hari raya kudus tahunan, pengumpulan persembahan (Ulangan 16:16). Khotbah yang lebih panjang, diikuti dengan pujian akhir dari mazmur dan doa penutup.

Pada hari-hari kudus seperti Pentakosta biasanya ada 2 kali ibadah, tetapi persembahan ucapan syukur dikumpulkan pada ibadah pertama.

Pesan-pesan khotbah memusatkan pada arti Pentakosta. Berikut ini adalah ringkasan singkat dari artikel yang menjelaskan perayaan ini: 

“Pentakosta, yang adalah hari ke-50 yang dihitung mulai dari hari pertama minggu itu (Minggu) pada perayaan Roti Tidak Beragi, menggambarkan hari di mana Gereja/Jemaat Perjanjian Baru – yang adalah ‘buah sulung’ (Yakobus 1:18; Wahyu 14:4) – mulai dengan pencurahan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2). Setelah memahami bahwa Yesus mati disalibkan karena dosa-dosa kita, kita harus bertobat untuk menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 5:32). Perayaan ini juga mengingatkan kita bahwa sekali dibaptis, kita harus membiarkan Roh Kudus itu memimpin kita (Roma 8:8-9).”

Anggota Jemaat menikmati hidangan rohani, pada perayaan ini, tetapi juga hidangan fisik yang lezat. Hari-hari kudus juga memberikan banyak waktu untuk persekutuan di antara saudara seiman (fellowship) yang menolong mempererat hubungan sesama anggota.

Jika anda ingin tahu lebih jauh tentang Gereja yang mensponsori situs ini dan merayakan hari Sabat, hari ke-7 itu dan hari-hari raya tahunan, kunjungilah situs utama kami pada laman “Who We Are.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Buah-buah Roh

oleh Eddie Foster

https://lifehopeandtruth.com/god/holy-spirit/the-fruit-of-the-spirit/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Rasul Paulus menulis sembilan urutan karakteristik yang harus bertumbuh di dalam kehidupan kita jika kita menyebut diri kita orang Kristen. Apa saja buah-buah Roh itu? 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apa yang dibuahkan Roh Kudus di dalam diri orang-orang percaya?

Apabila digunakan dengan benar, Roh Kudus itu membuahkan karakteristik yang terlihat pada diri mereka, yakni “buah-buah Roh” yang didefinisikan Alkitab.  

Apa saja buah-buah Roh itu?

Galatia 5:22-23 mengurutkan sembilan sifat karakter sebagai “buah-buah Roh”

  • Kasih
  • Sukacita
  • Damai sejahtera
  • Kesabaran
  • Kemurahan
  • Kebaikan
  • Kesetiaan
  • Kelemahlembutan
  • Penguasaan diri

Ayat 23 menyimpulkan, “Tidak ada hukum yang menentang hal itu.” Karakteristik ini sungguh harmonis dengan inti dari seluruh hukum kudus taurat Elohim, dan setiap pemerintahan dunia tentu akan berbahagia untuk mempunyai rakyatnya yang melakukan sifat-sifat ini.

Bertumbuh di dalam buah-buah Roh ini diharapkan terjadi pada mereka yang telah memutuskan untuk berbalik kepada Elohim. Karakteristik ini bukan saran atau kemungkinan; semua itu merupakan aspek pikiran dan kehendak Elohim. Kita harus bertumbuh dalam pemikiran kita dan tindakan kita ke arah pemikiran dan tindakan Elohim, dan buah Roh itu menolong orang Kristen hidup di jalan kebenaran Elohim.

Akan tetapi banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai orang Kristen tidak menampilkan buah Roh itu dengan baik. Sangatlah perlu untuk tidak sekedar mengatakan anda seorang Kristen tetapi perlu hidup lebih jauh daripada itu. Roh Kudus itu harus memberi buah di dalam diri orang Kristen.

Mereka yang telah dibaptis dan menerima Roh Kudus sebaiknya menunjukkan sifat-sifat ini setiap hari. Sebab faktanya ialah bahwa tanpa Roh Elohim, kedewasaan rohani dari buah Roh itu tidak akan bisa dicapai. Roh manusia hanya dapat mencapai karakteristik yang dipermukaannya saja, dan lebih cenderung menghasilkan perbuatan kedagingan seperti yang diuraikan di Galatia 5:19-21.

“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Elohim.”

Apakah Roh Kudus hanya menghasilkan perubahan internal?

Tidak. Sementara pertumbuhan orang Kristen lebih besar dalam proses internal, pertumbuhan batin pun juga dengan sendirinya menjadi nyata secara lahiriah.

Apa yang diperlihatkan buah Roh itu kepada orang lain?

Orang Kristen yang telah mendapat Roh Kudus memiliki kesempatan untuk berjalan dengan memperlihatkan eksistensi dan hikmat Elohim. Ketika kita memperlihatkan buah-buah Roh itu, orang mengamati dan memperhatikan. Entah mereka mencaci kita karena kita bersahaja dengan sabar meyakini dan menantikan Elohim melalui pencobaan atau sebaliknya memuji kita karena mereka sungguh menyaksikan kita bersikap murah hati dan mengasihi. Entah mereka menertawakan kita karena mengendalikan keinginan kita terhadap yang duniawi atau kaget terkesan sementara kita menemukan damai sejati di tengah tragedi, yang mereka saksikan.

Buah Roh itu menunjukkan bahwa jalan hidup Elohim, ajaranNya, Roh dan kebenaranNya adalah baik dan memberi manfaat. Itu semua menunjukkan bahwa Elohim sepenuhnya tahu dan telah memperhitungkan ketika Dia memberi ilham kepada manusia untuk menulis firman di dalam Alkitab. Dan bahwa kita berkomitmen kepada Dia dan ingin menolong orang lain untuk mengenal Dia.

Dan yang terpenting, perbuatan nyata kita dari buah-buah Roh itu menunjukkan bahwa ada suatu alternatif lain yakni jalan hidup yang mengarah kepada Setan yang telah menyesatkan sebagian besar orang-orang di dunia ini (Wahyu 12:9; 2 Korintus 4:3-4). Sehingga orang berbalik ke arah Kerajaan Elohim yang akan datang dan mereka berbalik dari jalan dunia mereka yang sekarang telah membawa banyak penderitaan, kesengsaraan dan kehancuran.

Buah-buah Roh itu tidak sekedar duduk dan menunggu Kerajaan itu, tetapi itu merupakan suatu pelatihan untuk hidup di dalam kebenaran Elohim dan sekarang bekerja di setiap pikiran dan perbuatan di dalam hidup kita. Sehingga teladan damai dan comfort [penghiburan hidup] yang datang dari perubahan sikap dan standar hidup akan menjadi sebuah kesaksian mengapa Kerajaan Elohim itu merupakan satu-satunya hal yang diperlukan di atas bumi ini.

Mengapa kita perlu bertumbuh dalam buah-buah Roh

Jika kita berkata bahwa kita orang Kristen, yang memiliki pikiran Kristus di dalam kita sebagai ciptaan baru, maka kita harus meningkatkan buah-buah Roh melalui perilaku dan perbuatan kita. Hal ini bukan saja mempengaruhi orang lain di sekitar kita melalui teladan kita, tetapi juga mempengaruhi diri kita sendiri.

Di dalam 1 Tesalonika 5:19, orang Kristen diperintahkan, “Janganlah padamkan Roh.” Kita harus tetap terhubung dengan Elohim dan selalu meminta Dia untuk memberi Roh KudusNya. Kita harus menuruti perintahNya dan menggunakan Roh KudusNya untuk hidup seperti Dia. Adalah berbahaya bagi kehidupan rohani kita jika kita menjadi lemah dalam memperlihatkan buah-buah Roh itu. Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa Roh Kudus itu merupakan jaminan atau down payment untuk kehidupan kekal (2 Korintus 1:21-22; Efesus 1:13-14). 

Setelah memahami ini, apa yang terjadi jika ternyata kita memiliki Roh Kudus tetapi secara perlahan melemah dan bahkan mungkin menghilang karena sinisme dari pihak lain, cobaan hidup, hinaan dan kepuasan diri sendiri?

Misalnya Roh Kudus itu sebagai api unggun yang menyala terang. Apa yang terjadi kepada api itu jika kita tidak menambah kayu bakar, tetapi melemparkan tanah lumpur ke dalamnya? Api itu akan padam dan tidak lagi memberikan nyala atau terang atau kehangatan seperti yang terjadi pada awalnya.

Sama halnya jika kita mengabaikan hubungan kita dengan Elohim dan berfokus pada hal-hal duniawi, maka kita akan memadamkan Roh Kudus Elohim di dalam hidup kita dan tidak lagi akan memproduksi buah-buah Roh .

Di samping pentingnya memperlihatkan kepada orang lain bagaimana Roh Elohim itu dapat bekerja di dalam kehidupan kita, orang Kristen tidak boleh meremehkan pentingnya memegang komitment yang kita ikrarkan terhadap Elohim Sang Pencipta alam semesta pada saat kita dibaptis dan menerima karunia terbesar itu: yakni Roh Kudus.

Ringkasan artikel yang membahas buah-buah Roh

Artikel kami yang lain membicarakan buah-buah Roh yang terdapat di dalam Galatia 5:22-23: yakni, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Artikel-artikel itu yang membahas hal-hal tentang masing-masing sifat karakter mencakup:

  • Deskripsi sifat itu.
  • Bukti dari Alkitab yang menjelaskan mengapa Elohim menghendaki kita untuk memperlihatkan itu.
  • Contoh-contohnya yang terdapat di dalam Alkitab.
  • Sebuah tanya-jawab untuk menguji diri sendiri.
  • Beberapa gagasan bagaimana hidup kita semakin bertumbuh di dalam buah Roh itu.

Sebagaimana kita mendiskusikan sifat dan ciri yang sangat penting tentang karakter orang Kristen, mari kita ambil keputusan untuk melakukan kebajikan kita dan menerapkannya baik dalam pikiran maupun perbuatan kita. Jika kita menyebut diri kita orang Kristen, maka hal itu merupakan keharusan. 

Untuk mendapatkan manfaat dari artikel ini, anda perlu menjawab pertanyaan berikut ini dengan membaca artikel ini – pada situs ini – sebagai prasyarat untuk mendalaminya.

  • Apakah Roh Kudus itu Seorang Pribadi?
  • Bagaimana Anda Tahu Bahwa Anda Mempunyai Roh Kudus?

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Buah-buah dan Karunia Roh Kudus

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/god/holy-spirit/fruits-gifts-of-holy-spirit/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Apa buah-buah Roh Kudus itu? Apa karunia-karunia Roh Kudus itu? Apa perbedaannya, dan bagaimana sebaiknya kita menggunakan berkat-berkat Elohim ini?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Galatia 5:22-23 mengurutkan buah-buah Roh itu yang harus bertumbuh di dalam setiap kehidupan orang Kristen. Dalam bacaan lain itu mendiskusikan karunia Roh itu secara khusus yang diberikan kepada setiap individu untuk membangun pertumbuhan tubuh rohani secara keseluruhan, yakni Jemaat.

Elohim adalah pemberi dari setiap yang baik dan yang sempurna (Yakobus 1:17). Di antara banyak pemberian ini ialah Roh Kudus. 

Karunia Roh Kudus

Roh Kudus itu adalah kuasa Elohim. Itu adalah “Janji Bapa” bahwa setelah kebangkitan Yesus Kristus, Dia memberitahukan murid-muridNya bahwa mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:4-5).

Baptisan Roh Kudus itu tidak hanya membersihkan kita dari luarnya, tetapi juga mengubah kita dari dalamnya. Inilah Janji Bapa “itu” karena membawa begitu banyak janji-janji lain dan karunia-karunia lain kepada kita!

Roh Kudus itu adalah parakletos. Yesus menjelaskan tentang karunia besar ini pada malam sebelum Dia disalibkan (Yohanes 14:16-18). 

Dalam terjemahan lain, Roh Kudus itu diterjemahkan Penolong, Penghibur, Penasehat. Dalam Bahasa Yunani parakletos arti literalnya adalah ke sisi seseorang. Menurut “Vine’s Expository Dictionary, di pengadilan itu berarti suatu bantuan hukum, penasehat, advokat, perantara. Kuasa Roh Kudus Elohim mengerjakan segala sesuatu bagi kita.

Roh Kudus itu merupakan bagian esensial untuk proses perubahan. Petrus menjadikan itu sebagai batu penjuru atau puncak khotbahnya pada hari Pentakosta: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 2:38).

Roh Kudus itu adalah suatu karunia yang indah. Itu memungkinkan kita menerima berkat-berkat lain, termasuk buah-buah dan karunia Roh Kudus. 

Buah-buah Roh Kudus

Roh Kudus itu menolong kita untuk bertumbuh di dalam buah-buah Roh – beberapa karakteristik Elohim yang luar biasa ini terdapat di Galatia 5:22-23.

Berikut ini adalah sembilan karakteristik dari buah-buah Roh yang indah, termasuk istilahnya dalam bahasa Yunani dan definisi singkat dari masing-masing karakteristik ini dimana kita harus bertumbuh.

Kasih (agape): Kasih persaudaraan, kasih sayang, kebajikan, adalah kasih yang timbul atas dasar pengenalan tulus kita terhadap nilai dari seseorang yang kita kasihi.

Sukacita (chara): “‘Sukacita … adalah kebajikan di dalam kehidupan Kristen yang bersangkut paut dengan kebahagiaan di dunia sekuler. Pada bagian luaran kebajikan ini dan dunia sekuler nampaknya terkait. Tetapi kebahagiaan tergantung dengan situasi, tetapi sukacita tidak” (Expositor’s Bible Commentary).

Damai sejahtera (eirene): Harmoni, kerukunan, keamanan, keselamatan, kemakmuran, kebahagiaan mutlak, penyatuan dua hal yang telah terpisah sebelumnya.

Kesabaran (makrothumia): ketabahan, kelambanan untuk menuntut balas, penahanan/pengurungan nafsu dan emosi.

Kemurahan (chrestotes): Kebaikan moral, integritas.

Kebaikan (agathosune): Kejujuran hati dan kehidupan; suatu kebaikan yang menguntungkan orang lain.

Kesetiaan (pistis): Keyakinan akan kebenaran segala sesuatu, karakter seseorang yang dapat diandalkan: kesetiaan kebenaran

Kelemahlembutan (praotes): sifat penurut, kelembutan.

Penguasaan diri (engkrateia): Kebajikan seseorang yang menguasai keinginan dan gairah, khususnya hawa nafsu.

Bacalah juga artikel terkait – pada situs ini – yang berjudul “Buah-buah Roh.”

Karunia Roh Kudus

Roh Kudus itu juga memberi karunia-karunia roh kepada anggota jemaat untuk kebaikan Jemaat secara keseluruhan.

Bacaan utama yang menggambarkan karunia rohani terdapat di 1 Korintus 12. Di sini Paulus menggunakan bahasa Yunani pneumatikos (“hal-hal rohani”) dan charisma (“yang murah hati diberikan”) dengan arti yang sama dengan karunia rohani (NKJV Study Bible, Word Focus, “spiritual gifts; gifts”).

“Ada berbagai macam karunia, tetapi Rohnya sama. Ada berbagai macam pelayanan, tetapi Tuhannya sama. Dan ada berbagai macam pekerjaan ajaib, tetapi Elohimnya sama, yang mengerjakan semua di dalam semua orang.

“Namun kepada masing-masing diberikan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab oleh Roh, kepada yang seorang diberikan karunia perkataan hikmat. Kepada yang lain, oleh Roh yang sama diberikan karunia perkataan pengetahuan.Kepada orang lain, oleh Roh yang sama diberikan iman. Kepada yang lain, oleh Roh yang sama diberikan karunia-karunia kesembuhan. Kepada yang lain mengadakan berbagai mujizat, kepada yang lain nubuat, kepada yang lain membedakan berbagai roh, kepada orang lain berbagai jenis bahasa lidah, dan kepada yang lain penafsiran bahasa lidah. Namun semuanya itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang membagi-bagikan kepada setiap orang seperti yang dikehendakiNya” (1 Korintus 12:4-11).

Catatan William Barclay’s Daily Study Bible pada bacaan ini menjelaskan:

“Pendapat Paulus dalam bagian ini ialah untuk menekankan kesatuan esensial Jemaat. Jemaat ialah Tubuh Kristus dan karakteristik tubuh yang sehat ialah bahwa setiap bagian tubuh itu melaksanakan fungsinya sendiri untuk kebaikan dari keseluruhan; tetapi kesatuan tidak berarti keseragaman, dan oleh karena itu di antara Jemaat ada karunia yang berbeda-beda dengan fungsinya yang berbeda pula. Tetapi setiap karunia berasal dari Roh yang sama dan hal itu dimaksudkan bukan untuk kemuliaan masing-masing anggota Jemaat, tetapi untuk kebaikan bersama secara keseluruhan.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Elohim telah memberikan kemampuan-kemampuan dan fungsi-fungsi yang khusus terhadap tangan dan kaki, kepada mata dan telinga. Tubuh memerlukan semua itu, dan tubuh rohani (Jemaat) memerlukan semua anggotanya untuk menggunakan kemampuan dan kesempatan yang dikaruniakan kepada mereka untuk melayani dan menolong tubuh itu bertumbuh.

Paulus melanjutkan analogi Jemaat sebagai satu tubuh pada bacaan selanjutnya di 1 Korintus 12. Elohim telah memberikan kemampuan dan fungsi-fungsi khusus kepada tangan dan kaki, kepada mata dan telinga. Tubuh memerlukan semua itu, dan tubuh rohani memerlukan semua anggotanya untuk menggunakan kemampuannya dan kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk melayani dan menolong tubuh itu bertumbuh.

Paulus mencatat bahwa memiliki motivasi yang benar untuk karunia rohani tidak selalu mudah. Dia selanjutnya mendorong jemaat Korintus untuk tidak menyalahgunakan karunia itu. “Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat” (1 Korintus 14:12).

Karunia rohani di Roma 12

Paulus juga memberikan satu lagi daftar karunia yang diberikan Roh Kudus untuk menolong membangun Jemaat di Roma 12:4-8:

“Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”

Apa karunia Roh Kudus dan apa tujuannya

Maksud dan tujuan dari semua karunia rohani itu ialah untuk membangun karakter Jemaat.

Berikut ini adalah daftar beberapa karunia Roh Kudus yang disebutkan Paulus di dalam 1 Korintus 12 dan Roma 12, dengan ringkasan singkat maksud tujuannya.

Dari 1 Korintus 12: 8-10, 28:

Perkataan hikmat (sophia): Kemampuan khusus untuk menyatakan hikmat Elohim, “hikmat yang dari atas” (Yakobus 3:17), seperti yang diperlihatkan Stefanus. Ketika beberapa orang mencoba bersoal jawab dengan Stefanus, “mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara” (Kisah Para Rasul 6:10).

Perkataan pengetahuan (gnosis): Bukan pengetahuan material dari bahasa Yunani atau pengetahuan rahasia buatan manusia agnostik, tetapi kemampuan untuk membagi-bagikan “pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4).

Iman (pistis): Karena semua harus bertumbuh dalam iman, karunia rohani ini harus merujuk pada satu level khusus dari iman dan kesetiaan.

Karunia untuk menyembuhkan (iama): Kuasa keajaiban untuk menyembuhkan penyakit sebagaimana diperlihatkan kepada publik pada masa tahun-tahun permulaan Gereja Perjanjian Baru dan kadang-kadang juga di sepanjang sejarah. Paulus memberikan penjelasan bahwa karunia ini (dan karunia lain) tidak diberikan kepada setiap orang (1 Korintus 12:30). Karunia semacam ini diberikan untuk tujuan khusus pada saat-saat tertentu untuk membangun Jemaat.

Tanda-tanda atau mujizat (dynamis): Kuasa, yang “secara khusus, kuasa memperlihatkan keajaiban” (Thayer’s Greek Lexicon). Ketika Filipus menunjukkan mujizat di Samaria, pemberitaan injil yang disampaikannya mendapat sambutan positif (Kisah Para Rasul 8:6-7).

Nubuat (propheteia): “Penarasian sebuah wahyu dari Elohim, entah itu wahyu baru atau penjelasan keilahian dari apa yang dinubuatkan sebelumnya” (NKJV study Bible note on 1 Korintus 12:7-11).

Membedakan (diakrisis) macam-macam roh (pneuma): Wawasan rohani, seperti yang ditunjukkan Petrus ketika dia mengenali hati si Simon tukang sihir yang hatinya “telah seperti pahit empedu dan terjerat dalam kejahatan" (Kisah Para Rasul 8:23).

Bermacam-macam bahasa lidah (glossa): “Kemampuan untuk berbicara bahasa asing tanpa pernah mempelajari itu” (Believer’s Bible Commentary). Karunia menakjubkan ini digunakan di Kisah Para Rasul 2 dan beberapa kali pada tahun-tahun awal berdirinya Gereja untuk membangun Jemaat, tetapi Paulus dengan tegas memperingatkan jemaat Korintus untuk tidak menyalahgunakan itu di bab 14. Di samping itu, kemampuan alami dalam berbahasa telah selalu penting untuk membangun Jemaat di seluruh dunia.

Karunia menafsirkan (hermeneia) bahasa lidah (glossa): Paulus memfokuskan pentingnya untuk membuat bahasa yang disampaikan itu dimengerti oleh seluruh jemaat, demi terbangunnya Jemaat itu sendiri (1 Korintus 14:13, 16, 28).

Melayani (antilempsis): “Menyatakan pertolongan yang diberikan kepada yang lemah oleh yang kuat …dan merujuk pada karunia khusus untuk melayani orang-orang sakit dan yang berkekurangan” (New Bible Dictionary, “spiritual gifts”).

Administrasi (kybernesis): Secara harfiah “bimbingan, memberi arahan” (ibid.).

Dari Roma 12:6-8

Nubuat: Lihat penjelasan di atas mengenai 1 Korintus 12

Pelayanan (diakonia): Melayani, terutama kepada saudara seiman. Misalnya, pelayanan yang dilakukan diaken (Kisah Para Rasul 6:2-6).

Pengajaran (didasko): “Menjadi seorang guru” (Thayer’s Greek Lexicon). Jemaat memerlukan guru pengajar pada beberapa level, termasuk untuk kelas anak-anak.

Menasihati (parakaleo): “Menasihati, menegur (Thayer’s Greek Lexicon). Perkataan ini memiliki beberapa arti, termasuk mendorong semangat dan menghibur.

Memberi (metadidomi): Bagi mereka dengan karunia memberi dan membagi-bagikan sesuatu, Paulus menyemangati dan mendorong untuk memberi dengan murah hati.

Memberi pimpinan (proistemi): “Menjadi seorang pelindung atau pembimbing; pemberi pertolongan” (Thayer’s Greek Lexicon). Paulus menghimbau mereka dengan karunia ini untuk melakukannya dengan rajin.

Kemurahan/belas kasih (eleeo): “Melayani orang sakit dan orang-orang yang berkekurangan. Karunia ini harus dilakukan dengan sukacita, dengan cara spontan yang membawa berkat dan bukan sesuatu yang menyebabkan orang menjadi kasihan pada diri sendiri” (Expositor’s Bible Commentary, Abridged, note on Romans 12:6-8).

“Untuk memperlengkapi orang-orang kudus”

Paulus tidak mengatakan bahwa karunia-karunia rohani yang dijelaskan di 1 Korintus 12 dan Roma 12 itu adalah satu-satunya karunia. Dia juga tidak mengatakan karunia-karunia spesifik ini akan selalu diperlukan atau selalu ada di dalam Jemaat. Beberapa dari karunia rohani ini secara khusus diperlukan pada saat awal Gereja, dan beberapa mungkin akan diberikan lagi pada akhir zaman (misalnya, bacalah Kisah Para Rasul 2:16-18).

Maksud Paulus ialah bahwa Elohim mengetahui kebutuhan JemaatNya dan memberikan kebutuhan-kebutuhan itu.

Dia juga berbicara tentang karunia-karunia Elohim di Efesus 4, kali ini dari sudut pandang kepemimpinan yang diberikan Elohim sebagaimana dibutuhkan:

“Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Efesus 4:11-12; baca juga ayat 13-16 untuk lebih jelas melihat maksud tujuan agung Elohim untuk Jemaat dalam menyempurnakan masing-masing anggota).

Perbedaan antara buah-buah dan karunia Roh Kudus

Buah-buah Roh Kudus sebaiknya bertumbuh di dalam setiap kehidupan orang Kristen.

Paulus menyebutkan karunia-karunia rohani dan kemampuan yang lebih khusus dan lebih pribadi. Semua ini diberikan dengan cara khusus dan dalam tindakan ekstra untuk memenuhi kebutuhan Jemaat.

Sebagaimana kita telah lihat, mungkin ada yang tumpang tindih. Tetapi hal yang sangat penting bagi setiap orang Kristen ialah menjadi tanah yang baik dimana buah-buah Roh itu dapat bertumbuh dengan baik, dan rendah hati melayani dimana kemampuannya bisa memenuhi kebutuhan dan kesempatan di dalam jemaat.

Mengenali karunia-karunia anda

Semua orang Kristen sebaiknya belajar dan berusaha untuk bertumbuh di dalam buah-buah Roh. Dan Elohim menghendaki kita untuk melayani orang lain dan Jemaat sesuai kemampuan kita. Banyak kebutuhan dan kesempatan pelayanan tidak memerlukan talenta dan karunia khusus – hanya kasih, kerendahan hati dan kerajinan. Kita tidak perlu mencari dan harus menemukan karunia rohani untuk melayani saudara-saudara kita.

Tetapi sebagaimana kita membaca karunia-karunia itu dan berhasrat untuk memberikan pelayanan, maka adalah normal jika kita memahami karunia-karunia apa yang diberikan Elohim kepada kita untuk melayani.

Berikut ini adalah kutipan dari artikel lain yang membahas “Apa Kehendak Elohim Kepada saya?

“Bagaimana kita dapat mengetahui karunia apa yang telah diberikan kepada saya? Setelah meminta Elohim menolong untuk melihat karunia apa itu, kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri: Apa yang telah saya lakukan dengan baik dan senang melakukannya? Kebutuhan apa yang telah saya penuhi? Keahlian apa yang saya miliki untuk memenuhi kebutuhan itu? Bagaimana orang lain mendeskripsikan saya? (Bisa sangat menolong jika kita bertanya kepada keluarga kita  atau sahabat-sahabat kita bagaimana mereka melihat kita melayani dan apa yang mereka sarankan untuk kita lakukan dengan sukarela.)

“Setelah menuliskan talenta, keahlian dan ketertarikan untuk anda gunakan untuk melayani, gunakan waktu anda untuk mempelajari karunia-karunia itu di dalam Alkitab. Bagaimana Elohim dapat menghendaki agar karunia itu digunakan? Dan, bisakah kita rendah hati di mata Elohim dan menghindari kesombongan dan kecongkakan yang disukai Setan untuk memompa di dalam pikiran manusia?”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Nilai-nilai Kristen

oleh Ron Kelley

https://lifehopeandtruth.com/life/christian-living/christian-values/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Alkitab menyajikan nilai-nilai dasar yang sempurna dan bermanfaat – namun hari ini sebagian besar orang menolak nilai-nilai itu. Nilai-nilai pokok Kristen ini mampu – dan akan – mengubah dunia ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

Sekarang ini dunia kita dipenuhi dengan berbagai konflik, perpecahan dan peperangan. Umat manusia nampaknya terpecah-pecah tak berpengharapan di antara bangsa-bangsa, kultur, agama – dan nilai-nilai dasar mereka. Kedamaian dan rekonsiliasi nampaknya tidak dapat tercapai. Barangkali yang terbaik yang kita bisa harapkan ialah mempertahankan status quo – keadaan di mana kita berada sekarang. Sementara itu kita berharap bahwa kekerasan itu tidak sampai kepada kita.

Masyarakat pada umumnya melihat dunia ini melalui kacamata serangkaian nilai dan perspektif mereka sendiri, jadi nampaknya ada perbedaan sistem nilai yang tidak mungkin disatukan.

Sekarang ini yang perlu kita lakukan ialah mengamati konflik-konflik yang terus terjadi di Timur Tengah dan di daerah-daerah lain di dunia ini. Kita menyaksikan Sunni vs. Shiite, Muslim vs. Kristen, Buddha vs. Hindu, dan banyak lagi konflik yang lain yang masih berlangsung.

Apa solusinya?

Jika perbedaan nilai-nilai menjadi masalah, maka penerimaan dan penerapan nilai-nilai tersebut bisa menjadi bagian penting untuk solusinya. Akan tetapi, di dunia ini, bukan kita yang menentukan atau menegakkan standar yang benar atau nilai-nilai yang benar. Peran itu dimiliki oleh Sang Pencipta kita.

Mereka yang tidak percaya pada Sang Pencipta seringkali mereka menciptakan nilai-nilai mereka sendiri. Barangkali motif mereka baik, dan beberapa dari nilai-nilai mereka mungkin positif. Tetapi Elohim mengatakan secara jelas bahwa mereka yang menolak salah satu dari nilai-nilai dan perintah-perintahNya salah total dan fatal di dalam pemikiran mereka (Matius 5:19; 15:9). Akhirnya akibat dari kesalahan itu berakhir pada kekacauan, keos, kebencian dan kekerasan. Banyak orang memilih jalan itu sekarang, dengan menunjukkan sedikit perhatian pada nilai-nilai orang lain – atau nilai-nilai Elohim.

Tetapi jika kita percaya di dalam Yesus Kristus, bukankah kita sebaiknya bertanya apa standar perilakuNya bagi kita? Itu menjadi tanggung jawab kita untuk mencari inti nilai Kristen yang hanya bersumber dari Alkitab yang disediakan Elohim.

Apa inti dari nilai-nilai Kristen?

Perkataan Kristen berarti seorang yang mengikuti jalan dan ajaran Yesus Kristus. Kita diajarkan bahwa kita harus mengikuti teladanNya dan hidup sesuai dengan ajaranNya (1 Petrus 2:21). Oleh karena itu, Nilai-nilaiNya harus menjadi nilai-nilai kita. Mereka yang setuju akan hidup dengan nilai-nilai yang sama.

Sementara Alkitab tidak secara spesifik memberi sebuah daftar “nilai-nilai Kristen,” mari kita perhatikan beberapa nilai-nilai penting yang diajarkan di dalam Alkitab:

  • Taati 10 Perintah Elohim (Ulangan 5:29; Pengkhotbah 12:13; 1 Yohanes 2:3-4). Kita harus mengasihi Elohim dengan segenap hati kita (Matius 22:37) dan mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri (Matius 22:39; Roma 13:9).
  • Miliki iman dan percaya kepada Elohim (Mazmur 37:3; Markus 11:22; 2 Korintus 3:4). Ketika keadaan baik-baik saja bagi kita, sangatlah mudah untuk percaya. Tetapi jika kita menderita seperti Ayub, apakah kita masih memiliki iman dan percaya?
  • Rendahkanlah dirimu seperti anak kecil (Matius 18:4; Yakobus 4:10). Perhatikan betapa terbuka hati anak kecil untuk di ajar. Perhatikan rasa ketergantungan anak kecil kepada orangtuanya untuk segala kebutuhan dan lihat bahwa seperti itulah iman percaya kita terhadap Elohim.
  • Lakukanlah pekerjaan baik (Efesus 2:10; Titus 2:7, 14). Orang Kristen sebaiknya memiliki hasrat untuk melihat apa yang dibutuhkan orang lain dan membantu mereka semampu mereka. Ini termasuk tanggung jawab untuk memenuhi komitmen bagi keluarga dan masyarakat.
  • Bertobat dan berkomitmen untuk berpegang teguh terhadap kebenaran Alkitab (Kisah Para Rasul 2:38; 3:19; 1 Tesalonika 5:21). Kita patut mengenali perilaku dosa dan seperti apa itu dan kita harus siap untuk berubah dalam perilaku kita. Ketika dosa-dosa kita diampuni, kita sebaiknya mencari kebenaranNya dan berkomitmen pada kebenaran itu.
  • Galilah karunia rohani untuk melayani orang lain (Roma 12:6-13; 1 Korintus 14:12). Jemaat-jemaat di Korintus mencari cara untuk melayani dalam berbagai situasi. Kita hendaknya meminta Elohim untuk memberikan kita karunia, dengan memahami bahwa karunia terbaik ialah kasih.
  • Carilah kebenaran Elohim (Matius 6:33; Zefanya 2:3). Jalan kita sendiri menuju kehancuran, kesengsaraan, penderitaan dan kematian. Satu-satunya jalan kepada kebahagiaan, kepuasan dan sukacita ialah dengan hidup menurut hukum-hukum sempurna Elohim.
  • Hiduplah dalam damai dengan semua orang (1 Korintus 14:33; Yesaya 32:17). Selesaikan konflik dengan kerendahan hati, dan kebaikan hati. Jangan menyinggung perasaan orang lain dan jangan tersinggung oleh orang lain.

Ini adalah sekedar contoh dari banyak nilai-nilai Kristen yang dapat kita temui di lembaran Alkitab. Masing-masing merupakan sesuatu yang patut diperhatikan tentang nilai-nilai kita. Semuanya itu menunjukkan karakteristik yang akan memperbaiki kualitas hidup yang membawa kebahagiaan, sukacita, kedamaian dan kepuasan hidup.

Intinya ialah bahwa inilah atribut yang seharusnya kita junjung di dalam hidup kita. Mengapa? Karena Elohim itu ada dan Dia telah memberikan sebuah manual pengajaran dalam bentuk Alkitab yang secara jelas menunjukkan kepada kita bagaimana orang bisa melakukannya dengan benar seoptimal mungkin.

Jika kita mencari nilai-nilai Kristen, di sinilah kita akan menemukannya! Jika kita semua  setuju untuk melakukan hal ini, bukankah kita akan melihat perubahan dramatis di dalam hidup kita, di kalangan komunitas kita dan di dalam bangsa kita?

Nilai-nilai Kristen akan tiba

Untuk saat ini, apa yang bisa kita lakukan ialah menyatukan nilai-nilai ini ke dalam kehidupan kita pribadi. Akan tetapi, saatnya akan tiba ketika Yesus Kristus kembali ke bumi ini dalam kuasa dan kemuliaan. Pada saat itu, Dia akan singkirkan penyesat itu dari dunia ini (Efesus 4:18) dan akan menyingkapkan nilai sejatiNya kepada orang-orang dari semua bangsa (Yesaya 11:9).

Sekarang ini banyak kekacauan, keos dan konflik di dunia ini. Bangsa-bangsa dan orang-orang memiliki nilai-nilai mereka sendiri dan tidak toleran terhadap orang lain yang tidak mengakui nilai-nilai mereka. Topik-topik berita yang kita baca akan terus memberitakan kisah-kisah kekejaman, kebencian dan kekerasan dan perang. Bagaimana kita tahu itu? Karena dunia ini tidak hidup dengan nilai-nilai Kristen sesungguhnya. Umat manusia hidup menurut apa yang mereka anggap benar – yang tentu bisa diprediksi akibatnya (Amsal 14:12).

Pada masa damai Milenium yang dijanjikan, di bawah pemerintahan Yesus Kristus, perwakilan dari semua bangsa-bangsa akan datang ke Yerusalem untuk mencari pengajaran dan pemahaman nilai-nilai Elohim (Yesaya 2:2-3).

Kami di Life, Hope & Truth menyerukan nilai-nilai ini hari ini, bersama dengan kabar baik bahwa nilai-nilai Kristen sejati akan meliputi pemerintahan Yesus Kristus yang akan segera datang.

Mengapa anda tidak memulainya di dalam kehidupan anda hari ini? Kami mendorong anda untuk selanjutnya membaca artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “10 Perintah dan Jalan Hidup Elohim” dan “Apa itu 10 Perintah?”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Mengapa Dunia Modern Kita Ini Berada di Bawah Kutuk Zaman Dulu?

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/end-times/ancient-curses/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kutuk-kutuk mengerikan diucapkan ribuan tahun lalu, dan efeknya sedang dirasakan hari ini. Mengapa? Dan bagaimana semua kutuk itu akhirnya akan dijauhkan?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa tindakan kita mempunyai konsekuensi.

Ada penyebab dari setiap akibat. Dan ini sangat jelas ditunjukkan pada bab bacaan yang

menjelaskan berkat dan kutuk – yakni Imamat 26 dan Ulangan 28.

Film-film horror dan media yang sensasional telah mempopulerkan kutuk-kutuk zaman kuno, seperti kutukan Firaun yang seharusnya mengejar mereka-mereka yang menjarah, menggali atau bahkan mengganggu makam Tutankhamun.

Agama zaman dulu, perdukunan dan sihir sering menyangkut kutukan dendam dan bahkan ucapan kutuk secara random yang menyakiti orang-orang yang tak berdaya. Mereka melakukan ritual-ritual panjang untuk memanggil roh-roh kutuk itu atau mencoba untuk menghilangkan kutuk-kutuk itu.

Sebagian besar orang hari ini secara terbuka melakukan hocus-pocus [perlakuan tipu-tipu] dan mereka menganggap itu hiburan menyenangkan, meskipun banyak orang diam-diam menyimpan superstisi di dalam pikiran gelap mereka.

Tetapi ada kutuk-kutuk yang pasti di zaman dulu. Kutuk-kutuk ini tidak menaruh dendam dan tidak juga tanpa tujuan. Elohim Sang Pencipta memberikan kutuk-kutuk ini untuk mengajar kita tentang sebab akibat. Semua itu pada hakekatnya bukti kasih Elohim dan keinginanNya agar kita berubah sehingga menghindari konsekuensi dosa.

Sebab akibat

Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa tindakan kita mempunyai konsekuensi. Ada penyebab dari setiap akibat. Dan hal ini sangat jelas diuraikan di dalam bab yang berbicara tentang berkat dan kutuk – Imamat 26 dan Ulangan 28.

Elohim memberikan hukum-hukumNya demi kebaikan kita. Menuruti hukum-hukumNya secara otomatis membawa hasil positif dan berkat kepada kita (meskipun tidak datang seketika). Melanggar hukum-hukumNya berarti hidup bertentangan dengan cara hidup yang diberkati Elohim – yakni hidup dengan pikiran dan perbuatan destruktif – yang secara otomatis mendatangkan akibat buruk (meskipun tidak selalu datang seketika). Elohim tidak berkenan terhadap dosa dan oleh karena itu Dia  mendorong kita untuk berubah – demi kebaikan kita sendiri.

Perhatikan bagaimana Elohim memperkenalkan berkat-berkat atas ketaatan yang diuraikan di Imamat 26:

“Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. …

“Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apapun. …

“Dan Aku akan berpaling kepadamu dan akan membuat kamu beranak cucu serta bertambah banyak dan Aku akan meneguhkan perjanjianKu dengan kamu. …

“Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Elohimmu dan kamu akan menjadi umatKu. …

Bacalah seluruh ayat pada bab tersebut untuk melihat dengan jelas gambaran berkat-berkat yang indah yang dikehendaki Elohim bagi kita. 

Kemudian Elohim memperkenalkan kutuk-kutuk itu atas ketidaktaatan – “Apabila kamu tidak mendengarkan Aku dan tidak melakukan seluruh perintah itu” (ayat 14) – dan memberitahukan sejumlah kutuk yang mengerikan dan yang menghancurkan (ayat 16-39).

Apabila kengerian, penyakit dan kelaparan tidak juga membuat orang datang kepada pertobatan, maka kutuk yang lebih buruk akan terjadi. Hukuman demi hukuman akan terjadi hingga orang berpaling kepada Elohim.

Elohim menggambarkan kejadian yang mengerikan dari kelaparan, kanibalisme dan tawanan yang telah pernah terjadi dan yang aka terjadi lagi – bagi mereka yang terus membangkang.

Sebuah doa pedih

Daniel, yang telah berada dalam tawanan, mengenali kuasa nubuat zaman dulu ini dalam kejadian-kejadian di zamannya. Dia melihat bahwa dosa-dosa bangsanya telah mendatangkan hukuman, yakni pembuangan ke Babilon.

Setelah hampir 70 tahun di Babilon, dia juga mengenali sebuah nubuat yang secara spesifik terpisah, yakni yang dicatat oleh Yeremia, yang menunjukkan bahwa pembuangan Yehuda akan berlangsung selama 70 tahun (Daniel 9:2; Yeremia 25:11-12; 29:10-14).

Jadi Daniel mencamkan firman Elohim kepada mereka yang menderita atas hukuman atau kutuk zaman dulu: “Dalam pengkhianatannya, mereka akan mengakui kesalahan mereka dan kesalahan leluhur mereka ketika berkhianat kepadaKu dan juga ketika mereka berjalan bertentangan dengan Aku. Aku akan berjalan bertentangan dengan mereka dan Aku akan membawa mereka masuk ke negeri musuh-musuhnya, kecuali hati mereka yang tidak bersunat itu mau merendahkan diri dan pada waktu itu mereka jemu akan kesalahan mereka. Maka Aku akan mengingat perjanjianKu dengan Yakub, dan juga perjanjianKu dengan Ishak, dan juga perjanjian-Ku dengan Abraham, dan Aku akan mengingat negeri itu” (Imamat 26:40-42).

Elohim berjanji akan mengingat komitmenNya bagi mereka – jika mereka dengan rendah hati bertobat.

Dan Daniel secara pribadi melakukan hal itu. Doanya rendah hati sepenuh hati itu memberikan teladan yang sangat berpengaruh kuat hingga hari ini.

“Kemudian aku menengadahkan wajahku kepada YAHWEH, Elohim untuk mencari Dia, melalui doa dan keinginan yang tulus, berpuasa, sambil mengenakan kain kabung serta abu. Aku berdoa kepada YAHWEH Elohimku, dan mengaku, ‘Ya YAHWEH, Elohim Yang Mahabesar dan mengagumkan, yang selalu memegang perjanjianNya dan murah hati kepada mereka yang mengasihiNya serta berpegang pada perintahNya; kami telah berdosa dan bersalah, berbuat jahat dan telah memberontak, bahkan telah meninggalkan perintah dan peraturanMu.

“Ya Tuhan, patutlah kami merasa malu terhadap raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan leluhur kami karena kami telah berbuat dosa terhadap Engkau.

“Pada YAHWEH, Elohim kami, meskipun kami telah memberontak melawan Dia, kami tetap mendapatkan kemurahan hati dan pengampunan.

“Seperti yang tertulis dalam Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami. Namun demikian, kami tidak mau memohon belas kasihan di hadapan YAHWEH, Elohim kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memahami kebenaranMu.

“Karena itu, YAHWEH telah mempersiapkan dan mendatangkan malapetaka kepada kami. Sebab YAHWEH, Elohim kami, adalah benar dan adil dalam segala perbuatanNya, namun kami tidak mendengarkan suaraNya.

“Ya Tuhan, dengarkanlah, ya Tuhan, ampunilah, ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah. Biarlah Engkau tidak berlama-lama, ya Elohimku; karena NamaMu disebut di atas kotaMu dan di atas umatMu!’” (Daniel 9:3-5, 8-9, 13-14, 19).

Kutipan-kutipan ini memberikan cita rasa doa Daniel tentang pertobatan, tetapi dia memiliki banyak hal-hal yang dia katakan. Itu sangat bermanfaat untuk dibaca dan merenungkan semua doa itu, sebab hal itu juga berlaku bagi dunia kita. Masyarakat kita telah menolak Elohim dan hukum-hukumNya dan sementara kejahatan terus meningkat, hanya sedikit orang yang berbalik kepada Elohim. Orang terus berdosa dan mendatangkan kutuk-kutuk zaman dulu, padahal pertobatan dapat menghindarkan konsekuensi serius. 

Kegenapan akhir zaman

Alkitab menjelaskan bahwa semua ini akan terjadi lagi – dan jauh lebih buruk dari pada sebelumnya.

Dosa tidak pernah berhenti, tetapi Elohim memprediksi bahwa hal itu semakin intens seiring waktu. Yesus membandingkan kejahatan yang semakin meningkat saat-saat sebelum kedatanganNya sama seperti zaman Nuh (Matius 24:37-39).

Yesus bahkan memperingatkan para pengikutNya, “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin” (Matius 24:12).  Kedurhakaan diterjemahkan dari kata “lawlessness” = pelanggaran hukum – pelanggaran hukum-hukum Elohim dan egoisme merupakan corak warna atau tanda dari zaman dimana kita hidup sekarang.  

Rasul Paulus mengurutkan sikap-sikap orang pada zaman akhir dan semuanya itu nampaknya sudah merupakan pokok berita kita; “Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Elohim” (2 Timotius 3:2-4).

Dosa – yang adalah pelanggaran hukum sempurna Elohim – secara otomatis mendatangkan kepedihan, penderitaan dan kematian. Tentu, akibatnya tidak selalu terjadi seketika, sehingga kejahatan itu akan terus bertambah di dunia ini atas pengaruh Setan yang berpikiran bahwa mereka bisa lepas dari akibat perbuatannya (Pengkhotbah 8:11; 1 Yohanes 5:19; baca juga Mazmur 73).

Akibat buruk dosa tidak terhindarkan. Sebab akibat akan membawa umat manusia ke jurang kehancuran akibat perlakuannya sendiri.

Yesus menjelaskan bahwa “akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat” (Matius 24:21-22).

Demi orang-orang pilihan

Siapa “orang-orang pilihan” itu? Bahasa Yunani eklektos  artinya “dipilih” (Thayer’s Greek Lexicon). Orang-orang pilihan Elohim telah merespon terhadap panggilanNya – telah bertobat, dibaptiskan dan menerima Roh KudusNya (Kisah Para Rasul 2:38; Roma 8:14, 28-33).

Mereka dipimpin oleh Roh untuk hidup sesuai dengan hukum Elohim: “Oleh karena itu, sebagai orang-orang pilihan Elohim yang kudus dan yang dikasihi, kenakanlah hati yang penuh kemurahan, kebaikan, kerendahan hati, kelemahlembutan, ketabahan, sabarlah satu sama lain, dan saling mengampuni, seperti Kristus telah mengampuni kamu. Dan di atas semuanya itu, kenakanlah kasih sebagai pengikat kesatuan yang sempurna” (Kolose 3:12-14). Dengan demikian hal ini sangat kontras dengan sikap-sikap di zaman sekarang ini, yakni seperti yang kita lihat sebelumnya di 2 Timotius 3.  

Orang-orang pilihanNya yang berseru kepadaNya siang dan malam” (Lukas 18:7) – seperti Daniel yang berseru bagi dirinya dan bagi bangsanya. Mereka “berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana” (Yehezkiel 9:4) dan berdoa dengan sungguh-sungguh akan datangnya Kerajaan Elohim ke bumi ini (Matius 6:10).

Dan demi mereka, Elohim akan memperpendek hari-hari malapetaka itu. Mereka ini memiliki bagian vital di dalam menyelamatkan dunia ini!

Jika Elohim sedang memanggil anda menjadi salah satu dari orang-orang pilihan itu, anda perlu merespons.

Elohim menghendaki kita masing-masing untuk menghindarkan kutuk-kutuk ini dengan cara bertobat, berubah dan menaati hukum-hukumNya. Dengan melakukan ini, kita akan mendatangkan berkat yang luar biasa yang Dia janjikan. Sementara kita memilih berkat dan menolak jalan dosa yang menuntun ke arah kutuk, kita akan mempersiapkan diri kita untuk mengajar orang lain melakukan hal yang sama.

Akhir cerita

Jika anda membaca hingga akhir kitab itu, anda akan melihat bahwa selama ada umat manusia, kutuk-kutuk zaman dulu dan berkat-berkat masih berlaku. Masih akan ada kutuk-kutuk atas ketidaktaatan terhadap hukum-hukum sempurna Elohim, dengan penalti mati pada akhirnya (Wahyu 21:8). Elohim tidak akan membiarkan orang yang memilih untuk berbuat dosa dan terus mendatangkan kutuk pada dirinya dan orang lain selamanya.

Tetapi pada akhirnya berkat-berkat akan menang. Wahyu 22:14 berkata, “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.” Mereka akan disambut berlimpah dan masuk ke dalam Yerusalem Baru yang mulia sebagai anggota-anggota dari keluarga Elohim yang diberkati dan hidup selamanya! 

“Di dalam kota itu tidak akan ada lagi kutuk. Takhta Elohim dan Anak Domba akan ada di dalamnya, dan para hambaNya akan melayaniNya” (ayat 3).

Daripada kutuk, akan ada berkat-berkat yang melimpah: “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11).

Pilihlah berkat – pilihlah kehidupan!

Kami menganjurkan anda untuk mempelajari lebih lanjut artikel kami – pada situs ini –  yang berjudul “10 Perintah dan Jalan Hidup Elohim.” (Silakan menggunakan kolom search pada pojok kanan laman ini.)

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Mungkinkah Kasih Anda Menjadi Dingin?

oleh Mike Bennett

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

https://lifehopeandtruth.com/life/christian-living/could-your-love-grow-cold/

Khotbah di Bukit Zaitun berisi peringatan serius tentang hati yang menjadi dingin. Tetapi Yesus juga memberi penghiburan untuk menolong kita melawan ancaman spiritual yang mematikan itu.

 

 

 

 

 

 

 

Peringatan Yesus yang menakutkan itu masih berlaku sekarang pada dunia keji dan brutal ini.

“Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin” (Matius 24:12) .

Murid-murid Yesus bertanya, “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia?” (ayat 3). Setelah Dia berkata kepada mereka bahwa akan ada kehancuran yang begitu dahsyat, mereka ingin tahu kapan itu akan terjadi dan kapan itu akan berakhir.    

Kapan Yesus akan mengambil alih sebagai Raja dalam Kerajaan Sorga?

Nubuat Khotbah di Bukit Zaitun

Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan serangkaian nubuat dan peribahasa yang sering dikenal sebagai Nubuat Khotbah di Bukit Zaitun karena hal itu disampaikan di Bukit Zaitun yang letaknya menghadap kota Yerusalem.

Yesus memprediksi kondisinya sehingga kemudian Ia menginspirasikan rasul Yohanes untuk menuliskan tentang hal itu di dalam nubuat akhir zaman, yakni nubuat empat penunggang kuda di kitab Wahyu (bandingkan dengan Matius 24:5-7 dengan Wahyu 6:2-4, 5-6, 7-8). Ini termasuk penyesatan agama palsu, peperangan, kelaparan dan penyakit sampar. (Bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul “Apa Makna Keempat Penunggang Kuda  Apokalips itu?”).

Hal ini akan sangat mengerikan, “Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan” – seperti ditimpa sakit bersalin (Matius 24:8). Dunia ini akan menderita begitu mengerikan sebelum lahirnya sebuah dunia baru yang damai yang akan di pimpin oleh Yesus Kristus.

Dalam konteks ini, Yesus berterus terang mengatakan pencobaan dan persekusi yang akan dialami oleh orang Kristen setia yang tak berdosa – baik dari pemimpin agama palsu dan dari orang-orang penghianat dari kalangan sendiri (ayat 9-11).

Mengapa dunia ini akan semakin lama semakin jahat? Mengapa sebagian orang Kristen bahkan akan berhati dingin dan mengkhianati orang lain? Alkitab mengajarkan hubungan sebab-akibat antara pelanggaran hukum-hukum mulia Elohim dengan akibatnya, yakni penderitaan dan kehancuran.

Akibat dari pelanggaran hukum

Pelanggaran hukum yang sudah meluas di akhir zaman ini akan memberikan dampak berbahaya bahkan terhadap orang-orang pengikut Kristus! Bagaimana pelanggaran hukum itu mengikis kasih orang Kristen?

  • Karena sudah dikelilingi kejahatan, kebencian dan ketidakadilan maka orang Kristen akan dapat merasa jemu, berkecil hati dan kecewa. Itu juga dapat membelokkan perspektif kita dari normal menjadi tidak normal, dari yang benar menjadi tidak benar.
  • Godaan yang memikat dapat membutakan kita terhadap konsekuensi dosa.
  • Pelanggaran hukum dipicu oleh sikap pementingan diri sendiri – dan pementingan diri sendiri adalah kebalikan dari kasih. (Bandingkan dengan ke 19 elemen yang menghancurkan akibat pementingan diri sendiri yang terjadi pada akhir zaman ini yang di jelaskan di 2 Timotius 3:1-2, 3-5 dengan karakteristik yang berlawanan dengan cinta kasih yang diuraikan di dalam 1 Korintus 13.)
  • Melanggar hukum Elohim menyebabkan penderitaan dan merusak hubungan
  • Dosa adalah jerat – dan dosa itu mudah sekali menjadi kebiasaan, dan perasaan bersalah kita bisa merusak hubungan kita dengan Elohim, juga membuat kita defensif dan sulit untuk kita jalani dalam hidup. Dari pada bertobat, kita dapat tergoda untuk membawa penderitaan atas kesalahan kita itu dan menimpa orang-orang yang dekat kepada kita. 

Semua akibat ini dan akibat negatif lainnya terhadap kelalaian akan hukum-hukum Elohim dapat mengaburkan kasih dan komitmen Kristen. Itu semua bisa membuat kasih kita menjadi dingin.

Menghindari kedingingan

Khotbah di Bukit Zaitun yang di sampaikan Yesus memberi banyak hal dan bukan saja sekedar peringatan. Dia mengajar dan mendorong para pengikutNya untuk tidak membiarkan kasih dan komitmen mereka menjadi lemah sebab dua hal ini merupakan karakter hakiki dari orang Kristen (Yohanes 13:35; Wahyu 3:19).

Sesaat setelah peringatan itu terhadap kasih menjadi dingin, Yesus memberikan dua pencegah:

  • Bertahan: “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Matius 24:13)
  • Misi pengabaran kabar baikNya: “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (ayat 14).

Bacaan selanjutnya dari Matius 24 dan 25 juga berisi kunci-kunci lain untuk bertahan dalam kasih dan mengasihi dan semangat akan kerohanian di tengah kegelapan dunia ini pada saat-saat mendekati berdirinya Kerajaan agung Elohim.

Sepanjang nubuat, Yesus memberi penanda nubuat untuk menolong kita menghindari penyesatan agama yang menghancurkan semangat hidup Kristen dan kasih.

Dia menyakinkan kita bahwa pada akhir zaman Dia akan kembali – janjinya pasti (Matius 24:30, 34-35). Tetapi kita tidak tahu hari dan jam Dia datang. Sebaliknya, kita harus bertahan dan waspada dan siap sedia – tidak menyerah kepada godaan dan berkata, “Tuanku menunda untuk datang” (ayat 44, 48).

Yesus mendorong kita untuk menjadi hamba yang “setia dan bijaksana”, mengurus rumah tangga dengan “memberikan mereka makanan pada waktunya” (ayat 45). “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang” (ayat 46).

Kebijakan dan kesetiaan dan motivasi untuk memperhatikan orang lain merupakan kunci untuk mencegah hati dan kasih menjadi dingin. Yesus menjelaskan hal ini pada bab selajutnya.  

Tiga perumpamaan

Matius 25 berisi tiga perumpamaan yang membedakan antara yang salah dan yang benar untuk tetap mempertahankan kasih Kristiani tetap hangat.

Perumpamaan 10 gadis menunjukkan pentingnya hikmat dan persiapan rohani. Lima gadis yang bijaksana tidak hanya memiliki minyak untuk pelita mereka, tetapi juga menyiapkan dan membawa  minyak  untuk persediaan. Minyak sering kali digunakan untuk menggambarkan Roh Kudus Elohim, yang Dia beri kepada mereka yang bertobat dan dibaptis (Kisah Para Rasul 2:8).

Jadi kita bisa mengambil perumpamaan ini sebagai pendorong semangat kita untuk tidak melalaikan atau memadamkan Roh (1 Tesalonika 5:19) dan untuk tetap terhubung dengan Elohim melalui doa, belajar Alkitab, merenungkan firman dan sekali-sekali berpuasa.

Perumpamaan talenta yang menunjukkan pentingnya kerajinan dan kesetiaan. Hamba-hamba yang menggunakan apa yang mereka terima untuk bertumbuh dan memperoleh lebih banyak pujian, tetapi yang malas itu yang dengan takut menguburkan apa yang dia terima dilemparkan ke dalam kegelapan. Elohim menghendaki kita untuk belajar setia dalam hal kecil yang kita terima sekarang supaya Dia akan mengetahui bahwa kita akan setia dalam perkara besar yang Dia ingin berikan kepada kita!

Perumpamaan domba dan kambing berfokus pada motivasi hati yang dapat menolong kita untuk selalu menampilkan kasih Elohim. Perhatikan pujian bagi “domba”:

“Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (ayat 34-36).

Respons “domba-domba” setia itu berkata bahwa mereka tidak melakukan apa-apa tentang hal itu sehingga orang lain melihat. Motivasi mereka datang dari hati yang tulus dan kasih sayang. “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?” (ayat 37).

Jawaban di ayat 40 mengilustrasikan kasih Elohim bagi semua orang dan apresiasi bagi mereka yang memiliki perspektifNya dan kasihNya: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Kita harus melihat lebih jauh daripada tindakan dan sikap orang pada zaman dunia jahat ini. Bahkan orang yang dianggap orang terkecil pun – bahkan orang yang menganiaya kita pun – memiliki potensi besar di mata Elohim.

Yesus berkata kepada kita “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga” (Matius 5:44-45).

Elohim “menghendaki supaya semua orang diselamatkan” (1 Timotius 2:4), dan Dia menghendaki kita untuk melihat potensi itu. Dia menghendaki kita untuk belajar mengasihi orang lain sebagaimana Dia mengasihi mereka.

Contoh nyata

Menarik bahwa segera setelah Khotbah di Bukit Zaitun itu Kitab Injil mencatat dua contoh yang bertentangan.

Pertama, contoh yang baik: “mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya” (Yohanes 12:3). Yesus memahami bahwa pemberian besar ini dan komitmen yang sangat giat ini merupakan suatu tanda kasihnya dan apresiasinya akan pengorbanan Yesus yang akan segera digenapi. Dia tidak membiarkan dukanya membuat kasihnya dingin, tetapi mendekat kepada Elohim dan berusaha untuk menyenangkan Dia – melakukan apa yang berkenan kepada Dia. Dia (Maria) tidak tunduk begitu saja terhadap pementingan diri sendiri, tetapi dia terdorong dengan kasih yang tulus.

Sebaliknya, Yudas Iskariot, “yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: ‘Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?’ Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya” (ayat 4-6).

Tentu saja Yudas awalnya mengasihi Yesus dan percaya kepada Dia. Namun seiring waktu, keadaan tidak berjalan dengan baik seperti yang diharapkan. Dan barangkali Yudas mulai mengambil sedikit uang dari dalam kas, dan dia membenarkannya dalam hatinya. Tetapi semaking dia berdosa, dia merasa semakin bersalah dan perangkap dosa menjauhkan dia dari Elohim.

Pada saat-saat akhir, Yudas Iskariot membiarkan kasihnya menjadi dingin. Dengan hati yang dingin, dia bahkan menjual Masternya [Yesus Kristus] ke tangan musuhNya [orang-orang berdosa] (Matius 26:14-16).

Kita harus mengindahkan peringatan Yesus dengan serius karena hanya dengan kedekatan kita kepada Elohim, keseimbangan karakter kita dan kehidupan kekal kita bergantung.

Jangan biarkan kasihmu menjadi dingin!

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Gempa Bumi di Dalam Nubuat Alkitab

oleh André van Belkum

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/end-times/earthquakes-in-prophecy/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Gempa bumi telah menyebabkan kehancuran dan kematian jutaan orang di berbagai tempat. Apa yang dikatakan Alkitab tentang gempa bumi yang terjadi pada akhir zaman? Bagaimana kita sebaiknya merespons?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gempa bumi – yakni aktivitas seismik yang menyebabkan permukaan bumi berguncang atau bergetar – bisa sangat berbahaya dan menakutkan. Ketika bumi yang menjadi tumpuan kita secara tiba-tiba mengkhianati kita – dan menjadi sesuatu yang mematikan – maka seluruh dunia bisa mengalami kesusahan. 

Mendengarkan kisah-kisah dari survivors [orang-orang yang bertahan dan selamat] kita dapat memahami kenyataan dari bencana yang menghancurkan ini. Katie, yang terselamatkan dari kejadian gempa yang terjadi di Christchurch, New Zealand pada tahun 2011, menceritakan:

“Pada tanggal 22 Februari saya bekerja sebagai kepala sekolah di sekolah besar taman kanak-kanak. Saya saat itu di kamar mandi dengan seorang anak perempuan kecil, dan ketika guncangan itu terjadi, saya langsung mengangkat dia dan berlari cepat-cepat ke dalam ruang kelas untuk menenangkan anak-anak lainnya tetapi saya tidak mampu tetap berdiri karena guncangan itu. Saya terjatuh ke lantai, sambil memegang anak kecil itu dengan erat, dan sangat takut. Saya mendengar anak-anak berteriak di dalam kelas; Saya terus meneriakkan “penyu’ [mengkurap seperti penyu] yang kami telah praktekkan sebelumnya tetapi mereka terlalu takut dan tidak mengingat apa yang mereka hendak lakukan. …  

“Saya juga punya anak – itulah yang paling menyakitkan, saya tidak mampu untuk mencapai mereka, saya tidak bisa berkomunikasi dengan mereka … Itulah yang paling buruk dan menyedihkan di dalam hidup saya.”

Kuat dan mematikan

Para sejarawan telah mencatat banyak gampa yang mematikan, dan bukti dari kejadian semacam itu sangat mudah untuk kita saksikan melalui puing-puing reruntuhan yang terdapat pada daerah-daerah rawan gempa.

Dalam sejarah modern, gempa Valdivia (juga disebut gempa hebat di Chili) yang terjadi pada hari Minggu, Mei 22, 1960, merupakan gempa yang dahsyat yang pernah terjadi di abad 20-an. Episentrum atau pusat gempa diperkirakan 570 kilometer (350 mil) di sebelah selatan Santiago, dimana Valdivia merupakan kota yang paling rusak. Diperkirakan hingga 6,000 orang meninggal. Kerugian materil sangat besar – estimasinya hingga 6 miliar bila dibandingkan dengan mata uang sekarang.

Gempa Tangshan di Cina (Juli 1976) mengakibatkan hingga 655,000 orang meninggal; dan pada tanggal 12 Jan 2012, gempa berkekuatan 7.0 skala Richter mengakibatkan 220,000 orang meninggal dan melukai sebanyak hingga 300,000 orang dan menelantarkan ratusan ribu orang tanpa tempat tinggal di Haiti.

Kehancuran yang akan terjadi di masa depan

Sebagaimana populasi kota-kota besar terus bertambah, seismolog (ahli ilmu tentang gempa bumi) mencatat bahwa gempa berkekuatan besar bisa sangat menghancurkan di banyak lokasi di seluruh dunia. Dan bahkan jika pusat gempa tidak begitu jauh, guncangan yang ditimbulkan bisa memicu tsunami yang mampu menyapu jumlah besar korban yang kebetulan berada di desa, kota kecil dan kota besar yang terletak di sekitar pesisir pantai.

Mengingat hilangnya nyawa dalam skala besar, mari kita pertimbangkan apa yang dikatakan nubuat Alkitab tentang kegiatan seismik di masa yang akan datang.    

Alkitab memprediksi sejumlah peristiwa yang akan mengguncang dunia sebelum kedatangan Kristus – Alkitab menyebutkan masa itu sebagai “akhir zaman” (Daniel 11:35, 40). Bencana alam yang semakin terus meningkat sedang bersiap di ufuk. Sebagaimana kita akan lihat, ada sebuah kaitan yang kuat antara malapekata ini dengan peringatan-peringatan Elohim bagi orang-orang untuk bertobat dari dosa-dosa mereka.

Satu di antara tanda-tanda yang mendahului kedatangan Krsitus yang kedua kali ialah gempa-gempa yang menghancurkan. Pada Khotbah di Bukit Zaitun Yesus Kristus memprediksikan beberapa tren penting yang akan terjadi pada zaman akhir sebelum kedatanganNya. Hal itu merupakan responsNya terhadap pertanyaan dari murid-muridNya, yang bertanya, “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia?” (Matius 24:3).

Beberapa dari tanda-tanda ini, Yesus berkata, “Akan ada kelaparan, wabah penyakit sampar dan gempa bumi di berbagai tempat” (Matius 24:7).

Peringatan oleh nabi-nabi zaman dulu

Nabi Yesaya mengeluarkan sebuah peringatan serupa yang akan terjadi di akhir zaman. Di dalam sebuah pesan yang pertama kali berlaku terhadap Yerusalem pada masa dahulu dan kemudian kepada Yerusalem pada masa yang akan datang sebelum kedatangan Kristus, nabi itu berkata, “Engkau akan melihat kedatangan TUHAN semesta alam dalam guntur, gempa dan suara hebat, dalam puting beliung dan badai dan dalam nyala api yang memakan habis” (Yesaya 29:6).  

Selama “hari Tuhan” itu (Yesaya 2:12), suatu  masa penghakiman atas bangsa-bangsa ketika Kristus datang kembali, Yesaya berkata bahwa orang “akan masuk ke dalam gua-gua di gunung batu dan ke dalam liang-liang di tanah terhadap kedahsyatan TUHAN dan terhadap semarak kemegahanNya, pada waktu Ia bangkit menakut-nakuti bumi” (Yesaya 2:19, bandingkan dengan ayat 21).

Verifikasi Perjanjian Baru

Kitab Wahyu berbicara tentang beberapa gempa tertentu yang akan terjadi pada akhir zaman. Pertama, itu mencatat satu gempa akan menyertai meterai keenam (Wahyu 6:12), sebuah kejadian yang terjadi sebelum meterai ketujuh, yang juga disebut “hari TUHAN” (Yoel 2:31).

Kitab Wahyu juga menyebutkan gempa-gempa di bab 8:5; 11:13, 19; dan menyatakan bahwa murka Elohim akan  mengakhirinya dengan gempa yang dahsyat di dalam sejarah manusia. Sebagaimana Yohanes mencatat: “Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu” (Wahyu 16:18). Gempa bumi ini mungkin akan membelah Bukit Zaitun menjadi dua bagian pada saat Yesus turun ke bumi ini (Zakharia 14:4).

Tiba-tiba, seperti pencuri pada malam hari

Bahwa sekarang kita telah melihat nubuat tentang gempa yang terjadi pada akhir zaman ini, hendaknyalah itu semua memotivasi kita akan apa yang harus kita lakukan. Banyak ayat-ayat Suci Alkitab memperingatkan kita bahwa kejadian-kejadian akhir zaman akan datang dengan tiba-tiba dan pada saat-saat yang tidak terduga. Elohim memberikan peringatan bahwa kita tidak boleh “sarat” oleh “kepentingan-kepentingan duniawi …” supaya kedatangan Kristus datang pada saat kita tidak siap. “Sebab ia [hari Tuhan] akan menimpa semua penduduk bumi ini” (Lukas 21:34-35).   

Jadi terserah kepada kita masing-masing untuk tetap “berjaga-jaga [seperti seorang satpam yang berjaga] senantiasa sambil berdoa supaya [kita] beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya [kita] tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (ayat 36).  

Ada beberapa peringatan lainnya tentang kegenapan nubuat Alkitab yang akan terjadi dengan tidak disangka-sangka:  

  • “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri” (2 Petrus 3:10).
  • “Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu” (Wahyu 3:3).
  • “Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya" (Wahyu 16:15).
  • “Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Matius 24:44).
  • “Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri. … Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar” (1 Tesalonika 5:-6).
  • Kejatuhan sistem pemerintahan Babel yang masih ada pada akhir zaman akan terjadi cepat dan tiba-tiba: "Celaka, celaka engkau, hai kota yang besar, Babel, … sebab dalam satu jam saja sudah berlangsung penghakimanmu!" … Celaka, celaka, kota besar, yang olehnya semua orang, … telah menjadi kaya oleh barangnya yang mahal, sebab dalam satu jam saja ia sudah binasa” (Wahyu 18:8, 10, 17, 19).
  • “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!” (Wahyu 22:20).

Analogi gempa

Untuk mendorong orang Kristen sehingga tetap setia kepada Elohim, penulis buku Ibrani merujuk kepada satu nubuat yang ditulis oleh nabi Perjanjian Lama, yakni Hagai, dimana Elohim berkata, “Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; Aku akan menggoncangkan segala bangsa, [dan mereka akan datang kepada] Kristus [the Desire of All Nations, NKJV]  datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan” (Hagai 2:7-8).

Meskipun nubuat ini di Hagai tidak ditujukan ke arah bait suci yang sedang dibangun ulang oleh orang Yahudi, penulis buku Ibrani menggunakan konsep “menggoncangkan” untuk mendorong kita agar tidak menolak ajaran Elohim sebab kita “tidak akan luput … jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga” (Ibrani 12:25).  

Selanjutnya kita baca di Ibrani, “Waktu itu suaraNya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: ‘Satu kali lagi [saat sebelum kedatangan Kristus] Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.’  Ungkapan ‘Satu kali lagi’ menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan [fisik] supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan” (ayat 26-27).

Tujuan dari perbandingan ini ialah bahwa kita sebaiknya sungguh-sungguh berfokus pada perkataan “menerima sebuah kerajaan [Kerajaan Elohim] yang tidak dapat digoncang” melalui pelayanan terhadap Elohim “menurut cara yang berkenan kepadaNya, dengan hormat dan takut” (Ibrani 12:28). Kerajaan ini akan berdiri selama-lamanya sebab itu tidak dapat diguncang atau di hancurkan (Daniel 2:44). Inilah Kerajaan Kristus yang Dia akan dirikan pada saat kedatanganNya pada akhir zaman.  

Nubuat Alkitab menentukan

Kita semua perlu mengindahkan peringatan Alkitab secara serius. Kita harus berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan sehingga menolak ajaran Alkitab karena tidak sesuai dengan penalaran – yakni pendapat, ide dan kepercayaan kita.

Nubuat Alkitab menunjukkan bahwa jikalau manusia tidak bertobat, maka gempa, dibarengi dengan bencana alam lainnya, akan menggoncang bumi ini segera.

Nubuat-nubuat Alkitab sangat penting dan relevan bagi kita hari ini!

Elohim tidak menginginkan umat manusia berada dalam penderitaan karena perbuatan mereka sendiri (2 Petrus 3:9). Sebaliknya, Dia menghendaki kita untuk memilih jalan kebahagiaan, sukacita dan hidup berlimpah yang Dia tawarkan kepada mereka yang berusaha menyenangkan Dia dan hidup dalam jalan HidupNya (Yesaya 2:2-4; 11:9). 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Gempa Dahsyat Mengguncang Turki dan Suriah: Bagaimana Memaknai Tragedi Ini

by Tim Groves - February 8, 2023

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/powerful-earthquakes-hit-turkey-and-syria-making-sense-of-the-tragedy/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Ribuan orang meninggal pada peristiwa gempa yang terjadi baru-baru ini di Turki dan Suriah. Kehidupan di wilayah ini akan terdampak selama beberapa tahun ke depan. Mengapa tragedi semacam itu terjadi? 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seorang wanita yang putus asa terduduk pada puing-puing bangunan di Turki bagian selatan yang dihancurkan gempa dahsyat pada tanggal 6 Februari 2023 (AP Photo/Khalil Hamra).  

Hanya dalam sekejap ribuan nyawa melayang ketika gempa berkekuatan 7.8 skala Richter dan gempa susulan 7.5 skala Richter mengguncang Turki selatan dan Suriah utara pada tanggal 6 Februari 2023. Pada saat tulisan ini diturunkan jumlah korban tercatat sebanyak 6,000 lebih.

Dengan lebih dari 300 kali gempa susulan dibarengi dengan suhu udara di musim dingin, jumlah korban meninggal ini dipastikan akan bertambah terus dari dalam timbunan puing-puing bangunan. Dalam hitungan sekejap, gempa itu menghancurkan bangunan-bangunan, jalan-jalan dan menguburkan ribuan orang-orang dengan tiba-tiba – di bawah alam sadar mereka. Lebih dari 13,000 orang terluka, dan puluhan ribu orang terlantar tanpa makanan, tempat tinggal dan harapan.    

Baik Turki maupun Suriah jelas tidak menduga tragedi ini. Bangunan-bangunan mereka tidak dirancang untuk bisa menahan gempa skala sebesar itu. Selain itu, mereka tidak cukup memiliki sumber daya untuk menangani akibat gempa yang mematikan itu. 

Saat ini Suriah masih terlibat dalam perang saudara yang nampaknya tidak ada akhirnya. Kota Aleppo, yakni tempat pengungsian orang-orang terlantar, yang telah diporak-porandakan oleh rudal dan sekarang bahkan sudah dihancurkan oleh bencana alam ini.

Doa kita kiranya bersama para keluarga yang tertimpa tragedi ini. Tragedi seperti ini tentu mengingatkan kita betapa mulianya kehidupan dan betapa hidup itu bisa berbalik arah seketika. Saat-saat seperti inilah kita sebaiknya beralih kepada Alkitab. Sebab Alkitab memberi sebuah perspektif yang unik atas terjadinya tragedi, termasuk pelajaran-pelajaran sulit yang sebaiknya kita pelajari. 

Untuk mempelajari perspektif alkitabiah lebih lanjut tentang tragedi, bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul, “Mengapa Allah Membiarkan Penderitaan Terjadi?” – (Silakan periksa/gunakan kolom search di pojok kanan pada laman ini).

Pelajaran dari tragedi yang terjadi di Turki dan Suriah

Pertimbangkanglah tiga pelajaran ini:

1.  Dunia ini bukan dunia Elohim

Banyak orang berkata tidak ada Tuhan dan tragedi seperti ini merupakan bukti. Mereka berpendapat bahwa Elohim yang penuh kuasa dan penuh kasih tidak bakal mengizinkan ini terjadi. Tetapi Alkitab menunjukkan pandangan lain dari pandangan kita tentang hal ini. Tragedi terjadi bukan karena Elohim tidak peduli. Pada kenyataannya, tragedi-tragedi seperti ini terjadi sebagai akibat umat manusia telah menolak Dia. Pada dasarnya, dunia ini bukan dunia Elohim!   

Ketika Elohim menciptakan Adam dan Hawa, Dia menempatkan mereka di sebuah taman yang indah dan mereka berinteraksi dengan Elohim secara langsung (Kejadian 2:8; 3:8). Tidak ada gempa atau bencana alam lainnya di taman ini. Elohim berada di sana dan memberikan perintah dan perlindungan dengan sempurna. Apa yang dikehendaki Elohim dari orangtua pertama kita ini (Adam dan Hawa) adalah bahwa mereka harus hidup menurut instruksiNya. Jika mereka menurut, maka mereka akan hidup aman dan bahagia. Mereka tidak perlu kuatir tentang bencana alam.

Tetapi ketika Setan muncul dalam rupa seekor ular, dia meyakinkan mereka untuk menolak instruksi dan kuasa Elohim bagi kehidupan mereka (Kejadian 3:1-5). Karena penolakan itu, konsekuensi serius menimpa mereka dan semua keturunan mereka. Elohim mengusir mereka dari Taman Eden dan membiarkan mereka hidup di suatu dunia tanpa pengaruh dan perlindunganNya (Kejadian 3:23).

Semua umat manusia telah diberi kebebasan memilih jalan hidupnya sendiri-sendiri. Elohim memperingatkan bahwa jika kita menolak hukumNya akan mendatangkan penderitaan dan kematian (Kejadian 2:17); Ulangan 30:15-20). Pengaruh Setan sekarang sangat kuat dan ia menang di dunia sekarang ini karena manusia mengikuti jalannya sendiri; dan bukan jalan Elohim (2 Korintus 4:4). Penderitaan dan kemalangan di Turki dan Suriah dan dimana saja pun merupakan akibat hidup yang terputus dari Elohim.

2. Jikalau kita tidak bertobat, kita semua akan binasa

Yesus Kristus berkata tentang dua tragedi yang terjadi ketika Dia berada di bumi ini. Satu kejadian ialah tentang pengeksekusian orang-orang yang dilakukan oleh Pontius Pilatus (Lukas 13:1). Satu lagi tentang kematian 18 orang yang mati ditimpa menara (ayat 4).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Warga negara Turki sedang mencari korban yang mungkin masih selamat dibawah puing-puing bangunan yang runtuh di Diyarbakir, Turki, 6 Feb 2023 (Voice of America).

Kristus menggunakan tragedi-tragedi ini untuk menekankan sebuah poin penting. Dia berkata bahwa mereka yang meninggal berada pada tempat/dunia yang salah dan waktu yang salah. Elohim belum menentukan hukuman bagi mereka. Poin yang Dia jelaskan dari inseden ini ialah: “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (ayat 3 dan 5). 

Mereka yang meninggal dalam bencana alam baru-baru ini bukan orang-orang yang menyebabkan gempa ini terjadi bagi diri mereka. Orang-orang yang hidup di wilayah ini bukanlah orang-orang yang lebih berdosa daripada orang lain. Mereka hanya sekedar hidup pada dunia yang salah dan waktu yang salah.

Poin yang harus kita tarik ke dalam hati ialah bahwa kita akan mati selamanya jika kita tidak bertobat dari dosa-dosa kita. Itulah kematian yang paling kita khawatirkan! Mereka yang mati atas tragedi-tragedi itu memang kehilangan kehidupan fisik sementara (yang dikatakan Elohim bahwa mereka akan Dia hidupkan kembali dalam suatu kebangkitan), tetapi jika kita tidak bertobat dan berubah, kita akan mati selamanya (Roma 6:23).

3.  Gempa bumi telah dinubuatkan untuk semakin sering terjadi dan semakin intens pada hari-hari terakhir

Mengapa gempa (dan bencana alam lainnya) terus semakin meningkat terjadi di seluruh dunia?

Di dalam Khotbah di Bukit Zaitun, Yesus Kristus menubuatkan bahwa pada hari-hari terakhir akan terjadi “gempa bumi di berbagai tempat” (Matius 24:7). Dan sementara hari-hari terakhir yang dimaksudkan itu sudah semakin dekat, gempa di mana-mana akan semakin meningkat baik dalam intensitasnya dan keseringannya.

Sejak awal abad ke-21, tidak termasuk malapetaka baru-baru ini, telah terjadi 22 kali gempa berkekuatan besar (lebih besar daripada 6 skala Richter) yang menyebabkan korban 834,000 jiwa! Beberapa dari gempa yang mematikan itu sejak tahun 1900an telah terjadi pada tahun-tahun belakangan ini. Termasuk: 

  • Haiti (Jan 12, 2010). Pada kekuatan 7 skala Richter; 316,000 orang meninggal. Ini yang paling mengerikan sepanjang sejarah abad ini. 
  • Indonesia (Dec. 26, 2004). Pada guncangan 9.1 skala Richter; 228,000 orang meninggal dalam gempa ini dan disusul banjir tsunami. Ini adalah gempa terbesar ketiga sepanjang tahun 1900
  • Cina (Mei 12, 2008). Dengan kekuatan 7.9 skala Richter yang menelan korban sebanyak 90,000 atau lebih termasuk yang hilang dan diperkirakan sudah mati.
  • Pakistan (Okt. 8, 2005). Berkekuatan 7.6 skala Richter; korban sebanyak 86,000 lebih.
  • Iran (Dec. 26, 2003). Berkekuatan 6.6 skala Richter; 41,000 orang meninggal

(Karena laporan jumlah korban dalam bencana-bencana alam sering berbeda dari sumber yang berbeda, angka yang disebut di atas adalah angka-angka yang diperkirakan).

Sementara minggu berubah bulan, jumlah korban akibat gempa yang terjadi di Turki dan Suriah akan terus bertambah dan mungkin bisa tercatat menjadi yang terburuk di antara gempa-gempa yang terjadi belakangan ini.

Kejadian gempa yang semakin sering terjadi adalah tanda bahwa kedatangan Yesus Kristus sudah dekat. Ini sebaiknya menggerakkan hati kita, dan lebih memotivasi kita daripada sebelumnya, untuk mengindahkan peringatan Kristus dari poin dua: Bertobatlah!

Apa yang akan anda lakukan sekarang?

Alkitab dan sejarah membuktikan pernyataan sederhana ini: Sebuah dunia tanpa Elohim mengarah pada penderitaan, tragedi dan kematian.

Sebagaimana anda telah lihat penderitaan akibat tragedi ini, cobalah tanyakan pada diri anda pertanyaan ini: Apakah saya ingin terus hidup sebagai bagian penderitaan yang datang karena hidup terpisah dari Elohim? Atau apakah saya ingin memiliki hubungan dengan Dia dan hidup dalam kehidupan yang diberkati dan bahagia (Mazmur 1) dan menolong mempersiapkan dunia yang aman yang akan dibawa Yesus Kristus pada kedatanganNya?

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Pentingnya Hikmat dan Bagaimana Menjadi Lebih Bijak

oleh André van Belkum

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Alkitab menyajikan ratusan ayat-ayat tentang hikmat. Demi keberhasilan dan kebahagiaan – sekarang dan selamanya – kita harus menggali hikmat.

 

 

 

 

 

 

 

Alkitab menekankan bahwa salah satu kualitas terbaik yang kita dapat miliki adalah hikmat. Kitab Amsal dan Pengkhotbah berisi penuh dengan nasihat tanpa batas waktu [abadi], terutama tentang pentingnya hikmat: “Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian” (Amsal 4:7).

Raja Salomo, dengan segala harta dan kekayaannya yang melimpah, memahami nilai hikmat: “Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya” (Amsal 8:11). Dia juga menegaskan, “Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas!” (Amsal 16:16). Tetapi sulit bagi kita untuk meyakinkan masyarakat kita yang menganut jalan-jalan materialistis agar mereka sebaiknya percaya kepada Raja Salomo!

Karena hikmat menolong kita untuk memahami perbedaan antara apa yang benar dan salah di mata Elohim, mendapatkan dan melatih hikmat akan memimpin kita kepada kebahagiaan dan kehidupan dengan umur panjang (Amsal 3:13-16). Itu merupakan kualitas kerohanian yang sangat penting yang dikehendaki Elohim di dalam diri kita.

Pengetahuan saja tidak cukup

Penulis buku Haddon W. Robinson dalam kata pengantarnya kepada buku Peribahasa Robert L. Alden’s: A commentary on an Ancient Book of Timeless Advice menyatakan: “Laki-laki dan perempuan yang dididik untuk mencari nafkah sering tidak tahu apa-apa tentang menangani kehidupannya sendiri. Alumni dari perguruan tinggi ternama telah menguasai informasi tentang seluk-beluk kehidupan tetapi tidak mampu memahami secara mendalam ketika hal itu menyangkut kehidupan yang sukses dengan keluarga dan sahabat. Mari kita hadapi masalah ini. Pengetahuan saja tidak cukup untuk memahami masalah-masalah kehidupan. Kita memerlukan hikmat, yakni kemampuan untuk menangani kehidupan dengan kecakapan” (hal. 7).

Perhatikan juga kata-kata bijak ini:

  • “Hikmat tidak pernah datang kepada mereka yang merasa bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi untuk dipelajari” (Charles de Lint).  
  • “Kerugian menjadi bijak ialah bahwa anda menyadari betapa bodohnya anda selama ini” (Evan Esar).
  • “Filsafat orang tidak diekspresikan dalam kata-kata; tetapi itu diekspresikan di dalam pilihan yang kita buat … dan pilihan-pilihan yang kita buat itu akhirnnya menjadi tanggung jawab kita” (Eleanor Roosevelt).

Hikmat menolong kita membuat pilihan yang bijak (Amsal 4:11-12). Hasil guna yang sehat dan manjur dari pilihan dan keputusan sangat ditentukan oleh hikmat.

Apa itu hikmat

Secara singkat, hikmat memiliki tiga komponen – pengetahuan, pengertian dan penerapan.

1.  Mencari dan memperoleh pengetahuan yang alkitabiah. Amsal 1:7 berkata, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan,” sementara Mazmur 111:10 menyuarakan bahwa “permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik.” Takut yang dimaksud di sini ialah hormat sejati kepada Elohim dan itu merupakan elemen hikmat yang sangat vital.

2.  Memperoleh pengertian yang berdasar pada pengetahuan Alkitab sebanyak-banyaknya. Kita harus mengakui kelemahan dan kesalahan kita dengan menerima koreksi melalui Firman Elohim. Dan hanya melalui belajar ayat Suci Alkitab kita dapat memperoleh pemahaman dan hikmat yang lebih baik (2 Timotius 3:15-17).

3.  Menerapkan pemahaman itu di dalam kehidupan kita sehari-hari: Berusaha sepenuh hati untuk melakukan apa yang berkenan kepada Elohim melalui pikiran dan perbuatan kita. Sebagaimana kita berusaha untuk menyenangkan hati Elohim, harus ada ketulusan hati untuk berpaling kepada teguran hikmat. Jika kita merespons positif terhadap koreksi dan teguran, maka janji ini akan menjadi upahnya: “Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu” (Amsal 1:23).

Ayat-ayat yang menjelaskan hikmat

Ayat-ayat bacaan ini menggambarkan pentingnya hikmat:

  • Pengkhotbah 7:12: “Karena perlindungan hikmat adalah seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya.”
  • Pengkhotbah 7:19: “Hikmat memperkuat orang bijak, melebihi sepuluh penguasa yang ada di dalam kota.”
  • Pengkhotbah 9:18: “Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.”
  • Pengkhotbah 8:1: “Hikmat manusia menjadikan wajahnya bercahaya dan berubahlah kekerasan wajahnya.”
  • Amsal 3:13, 17-18: “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat. … Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.”
  • Amsal 4:7: “Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kau peroleh perolehlah pengertian.”

Sebaliknya, Yesaya bernubuat terhadap pemimpin-pemimpin yang tidak bijak sepanjang zaman. Bagaimana mereka digambarkan? Yesaya 30:1 berkata bahwa mereka “anak-anak pemberontak … yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari padaKu, [dan] yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan RohKu.”

Akibat dari pemberontakan mereka akan mendatangkan konsekuensi yang serius terhadap orang-orang yang mereka pimpin: “Maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi” (Yesaya 29:14).

Perkataan hikmat dan peringatan

Seorang penulis buku yang bernama David Kupelian berkata dalam bukunya yang berjudul The Marketing of Evil: “Sejak tahun 1960an, Amerika – dari pemerintahannya hingga ke bidang pendidikan/sekolahnya bahkan hingga bidang keagamaan/gereja-gerejanya – telah terus merosot dalam nilai-nilai Judeo-Christian [Kristen dari agama Yahudi] yang sebelumnya menerangi dan memberi kehidupan dan kekuatan kepada institusi-institusi bangsa itu. Hal ini berarti dengan mematikan lampu-lampu negara. Dan apabila anda mematikan lampu negara itu, segala sesuatu terlihat sama dalam kegelapan – multikulturalisme.

“Lagipula, tidak lagi berpegang pada standar universal tentang apa yang benar dan apa yang salah, orang Amerika tidak mempunyai apa-apa lagi yang lebih bisa diandalkan daripada perasaannya sendiri untuk menuntun mereka dalam dunia moral. Dan sebagaimana modern marketing [pemasaran modern] memberi pemahaman yang jelas, bahwa ketika orang sedang beroperasi pada dasar perasaan dan emosi, mereka terbuka lebar untuk setiap manipulasi” (hal. 99).

“Semakin jauh kita menyimpang dari batu prinsip rohani yang teguh, maka semakin mudah kita terbawa arus oleh tipu daya tarik perasaan kita – termasuk dalam keseharian terlihat kepada orang lain bahwa kita toleran. Dan toleransi yang dimaksud di sini ialah toleransi terhadap korupsi atau, dalam banyak hal, pada saat yang bersamaan terjadi bermacam kejahatan” (hal. 102).

Apakah the United States dan masyarakat Barat lainnya telah menggantikan hukum-hukum Elohim – hikmatNya – dengan ide-ide dan paham-paham buatan kita sendiri?

Yesaya memperingatkan: “Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Elohim Israel, dan berpaling membelakangi Dia” (Yesaya 1:4).

Ayat ini menggemakan ajaran Raja Salomo: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri; Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan” (Amsal 3:5-7).

Kita tidak dapat lepas dari konsekuensi tindakan kita, dan jika kita tidak berubah dalam hati dan pikiran, kita akan menempatkan diri kita bertolak belakang dengan belas kasih dan kasih sayang Elohim.

Bertumbuh dalam hikmat

Kebanyakan kita merasa kurang dalam hikmat. Kita ingin lebih bertumbuh di dalam pengertian yang alkitabiah dan menolong kita untuk terhindar dari jalan kejahatan sehingga akan mendorong kita hidup dalam kehidupan kebenaran dan kejujuran.

Bagaimana kita dapat bertumbuh dalam hikmat? Alkitab memberikan pedoman yang logis dan sehat:

  • Rasul Yakobus memberikan nasihat ini: “Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, biarlah ia memintanya dari Elohim – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tanpa mencelanya – maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5). Perkataan memintanya [ask] berasal dari bahasa Yunani aiteo yang artinya berbicara dengan hasrat atau keinginan batin, sungguh-sungguh mendambakannya. Bapa sorgawi kita sangat murah hati memberikannya – dan hikmat adalah salah satu karakteristik yang terpenting yang Dia berikan. 
  • Tetapi kita juga harus melakukan peran kita. Sebagaimana kita terus belajar ayat-ayat Suci Alkitab, kita perlu memeriksa bagian-bagian dalam hidup kita dimana kita gagal dalam mematuhi perintah Elohim sesuai standarNya.
  • Silakan anda baca kitab Amsal, terutama bab 1-4 Robert L. Alden di dalam komentarnya pada kitab Amsal ini mengatakan: “Kita barangkali berkata bahwa Kitab Amsal ini diperuntukkan untuk orang-orang yang bijak untuk mendengarkan. Sungguh jelas bahwa orang bijak akan mendengar dan memperhatikan instruksi sementara orang-orang bodoh tidak” (hal. 11). Dia menambahkan: “Sebagian besar amsal itu bersifat domestik, yang membicarakan tentang pilihan-pilihan atau keputusan yang harus kita ambil setiap hari … semua berbicara tentang hubungan keluarga, etika bisnis, pilihan moral, dan motivasi batin” (hal. 15).
  • Sementara kita menyadari kekurangan kita, kita harus mengikuti teladan Raja Daud di kitab Mazmur 51. Daud tidak membenarkan dirinya, tetapi mengakui dirinya sebagai orang bersalah dan berdosa (ayat 4). Dia memahami prinsip yang disebut di ayat 8 itu: “Lihatlah, Engkau menyukai kebenaran di dalam batin; dan di dalam bagian yang tersembunyi Engkau menyatakan hikmat kepadaku.” Tulus, kebenaran di dalam hati merupakan tanda hikmat!

Upah kekal dari hikmat

Dalam kitab Daniel bab 12, kita menerawang sekilas ke masa depan tentang mereka yang akan terdapat “namanya tertulis dalam kitab itu” ketika “banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal.” Hal ini merujuk kepada kebangkitan orang-orang kudus.

Perhatikan bahwa “orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan … seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya” (Daniel 12:1-3).

Ini menggambarkan suatu saat di masa datang ketika orang-orang kudus yang telah berbuat dengan bijak di dalam kehidupan mereka akan tampil di hadapan Yesus Kristus saat Dia kembali. Semoga kita berjuang setiap hari untuk mengembangkan hikmat Tuhan, agar kita bercahaya sebagaimana yang dikehendaki Elohim bagi kita – selama-lamanya.

“Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan” (Amsal 1:5).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Lima Kunci Untuk Mendapatkan Jawaban Doa

oleh Steve Moody

  1. Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

https://lifehopeandtruth.com/god/prayer-fasting-and-meditation/how-to-pray/five-keys-to-answered-prayers/

Pernahkah anda bertanya, “Mengapa Elohim tidak menjawab doa saya?” Apakah Elohim menjawab doa? Bagaimana berdoa kepada Elohim sehingga Dia menjawabnya? Berikut lima kunci untuk mendapatkan jawaban doa. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seandainya anda seperti saya, barangkali anda mengaitkan hal ini dengan doa sedih Raja Daud:

“Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Elohimku, sebab kepadaMulah aku berdoa” (Mazmur 5:2-3).

Daud berdoa dengan sungguh-sungguh memohon Elohim untuk mendengarkan dan mengabulkan doanya.

Alkitab menunjukkan bahwa Elohim sungguh peduli kepada kita, dan Dia menghendaki kita untuk berdoa kepadaNya. Tetapi bagaimana kita tahu bahwa Elohim mendengarkan doa-doa kita? Apakah Alkitab menyingkapkan kunci-kunci untuk berdoa sehingga Elohim mendengar kita?

Kita patut bersyukur bahwa Elohim menjawab pertanyaan-pertanyaan itu bagi kita di dalam FirmanNya. Alkitab menyingkapkan lima kunci untuk mendapatkan jawaban doa.

Kelima kunci doa-doa yang terjawab itu adalah:

  1. Mintalah kepada Elohim di dalam doa.
  2. Milikilah iman di dalam Elohim.
  3. Carilah kehendak Elohim.
  4. Berjuanglah untuk mematuhi Elohim. 
  5. Berdoalah di dalam nama Yesus.

Kunci pertama: Mintalah kepada Elohim dalam doa

Yesus berkata di Matius 7:7, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.” Ini yang sangat mendasar untuk memulainya. Akan tetapi, itu salah satu yang sering disalahpahami atau tidak digunakan.

Seorang anak muda pernah berbicara kepada saya bahwa dia tidak berdoa selama dua tahun. Saya menekankan kepada dia pentingnya berdoa. Dia menjawab, “Tetapi bukankah Alkitab berkata bahwa Elohim mengetahui apa yang kita butuhkan sebelum kita meminta?” Dia mengutip Matius 6:8. Dalam hal ini apakah ayat Suci Alkitab mengartikan bahwa kita tidak perlu berdoa kepada Elohim dan meminta Dia untuk campur tangan di dalam kehidupan kita?

Bapa kita sungguh mengetahui apa yang kita butuhkan sebelum kita meminta, tetapi dengan meminta dalam doa, kita menunjukkan kepada Bapa bahwa kita butuh pertolongan dan campur tanganNya, dan sungguh menginginkan pertologanNya. Meminta berarti menunjukkan kepada Dia betapa penting kebutuhan itu kepada kita. Elohim menginginkan kita untuk mempunyai hubungan dengan Dia, dan hubungan itu dibangun melalui komunikasi. Dia menghendaki kita untuk terbuka mengkomunikasikan kebutuhan itu kepada Dia.

Bacaan di injil Lukas tentang perkataan Yesus menambahkan satu kebenaran yang penting, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat … Karena setiap orang yang meminta, menerima … jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? … Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya!” (Lukas 11:9-13).

Salah satu kebutuhan kita yang paling utama ialah kuasa Roh Kudus Elohim. Kita memerlukan Roh Elohim untuk belajar menyembah, melayani Elohim dan memahami kebenaran dan jalanNya (Yohanes 4:24). Elohim berkata bahwa Dia akan memberikan Roh KudusNya kepada mereka yang meminta kepadaNya. Kita perlu meminta pertolongan dan kuasa dari Elohim (yang akan diberikanNya melalui Roh Kudus) setiap hari.

Itu satu hal yang sebaiknya kita minta kepada Elohim. Elohim juga menghendaki kita untuk meminta hal-hal lain yang menjadi kebuthuhan kita dan juga hasrat kita kepada Dia dalam doa.

Kunci kedua: milikilah iman di dalam Elohim

Mempunyai iman – sungguh-sungguh percaya akan Elohim dan bahwa Dia ada dan akan mendengar dan menjawab doa – merupakan kunci utama untuk menerima jawaban atas doa-doa kita. Rasul Yakobus menjelaskan di dalam Yakobus 1:5-8, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Elohim, … Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.”

Iman itu berdasar pada janji-janji Elohim. Apabila Elohim telah memberikan janji, kita percaya dan bersandar pada kenyataan bahwa Elohim akan selalu menggenapi apa yang telah Dia janjikan.

Ini adalah contoh Abraham ketika Elohim mengatakan bahwa dia (Abraham) akan mendapat anak ketika dia sudah tua. “Terhadap janji Elohim ia tidak goyah oleh ketidakpercayaan, bahkan ia diteguhkan oleh iman dan memberikan kemuliaan kepada Elohim serta yakin sepenuhnya, bahwa apa yang telah Elohim janjikan, Dia pasti sanggup menggenapinya” (Roma 4:20-21).

Yesus berbicara jelas tentang iman dan doa di dalam Markus 11:22-24: “Yesus berkata, "Milikilah iman Elohim … Oleh sebab itu Aku berkata kepadamu, apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu sudah menerimanya, maka hal itu akan terjadi kepadamu.”

Jika kita sungguh-sungguh ingin Elohim menjawab doa-doa kita, kita harus mempunyai iman yang mendalam dalam keberadaan Elohim, janjiNya, kasihNya dan kuasaNya yang tidak terbatas untuk menjawab doa-doa kita.

Meminta dalam iman merupakan kunci utama untuk mendapatkan jawaban doa.

Kunci ketiga: Carilah kehendak Elohim

Rasul Yohanes menuliskannya sbb: “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya” (1 Yohanes 5:14-15).

Elohim sungguh berjanji untuk menjawab doa-doa kita – tetapi “menurut kehendakNya.”

Penting untuk kita pahami bahwa Elohim tidak menjanjikan untuk menjawab setiap doa kita persis seperti yang kita inginkan. Misalnya, jika kita meminta Elohim untuk sesuatu yang akan kita habiskan sendiri untuk bersenang-senang, kita mungkin tidak akan menerimanya (Yakobus 4:3). Itu di luar kehendak Elohim jika kita meminta dalam ketamakan.

Seseorang pernah berkata kepada saya, “Oh, seandainya saja kita mengetahui kehendak Elohim!”

Tetapi kehendak Elohim bukanlah sesuatu yang gaib, atau sesuatu yang tidak dapat kita ketahui. Elohim menyingkapkan kehendakNya kepada kita di dalam lembaran Alkitab. Alkitab menyingkapkan hukum-hukum Elohim, yang menjelaskan pedoman bagaimana kita harus hidup. Itu adalah kehendak Elohim bagi kita untuk hidup sebagaimana Dia telah mendesain kehidupan untuk kita jalani sehingga mendatangkan kebahagiaan. Itu adalah kehendak Elohim bagi kita untuk memahami kebenaran apa maksud dan tujuan hidup dan apa yang Dia sedang kerjakan ketika Dia memberikan akses kepada pengetahuan kerohanian itu. Adalah kehendak Elohim bagi kita untuk mengklaim janji-janji yang Dia telah berikan kepada kita di dalam Alkitab.

Apa saja di antara janjiNya itu? – yakni hal-hal yang kita bisa klaim menurut kehendakNya?

Model doa – sering disebut Doa Bapa Kami – memberikan beberapa contoh (Matius 6:9-13):

  • Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.
  • Ampunilah kami akan kesalahan kami (dosa kami).
  • Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan (tolong kami untuk waspada menghindari situasi yang membawa kami kepada dosa).
  • Lepaskanlah kami dari pada yang jahat (tolong kami melawan pengaruh Setan di dalam hidup kami).  

Janji-janji Elohim lainnya mencakup:

  • Hikmat atau kebijakan (Yakobus 1:5).
  • Kesembuhan (Yakobus 5:14).
  • “Segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Elohim, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencanaNya” (Roma 8:28).

Masih banyak janji Elohim di dalam Alkitab. Adalah kehendak Elohim bagi kita untuk mengklaim janji-janjiNya ini. Jadi jika kita datang kepada Dia untuk memohon apa saja yang menurut kehendakNya, Dia mendengarkan kita.

Akan tetapi bukan untuk mengatakan bahwa Dia menjawab seketika itu juga terhadap segala sesuatu yang menjadi kehendakNya.

Elohim menjawab doa dalam tiga cara yang berbeda:

  • “Ya.” Contoh untuk jawaban ini kita dapat membaca tentang Raja Hizkia. Saat itu dia jatuh sakit dan hampir mati tetapi dia berdoa kepada Elohim dan doanya dikabulkan. Elohim dalam kasihNya menjawab doa Hizkia dan menambahkan umurnya 15 tahun lagi untuk hidup (2 Raja-raja 20:1-6). Satu lagi contoh doa yang terjawab seperti ini kita baca di kitab Samuel tentang Hana. Dia mandul dan tidak punya anak, tetapi dia berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Elohim (1 Samuel 1:11). Elohim menjawab doanya, dan dia melahirkan anak dan diberi nama Samuel – yang menjadi seorang nabi Elohim.
  • “Ya, tapi tunggu.” Contoh untuk jawaban doa ini dapat kita baca tentang pengalaman orang Israel di tanah Mesir. Setelah bertahun-tahun dalam perbudakan, bangsa Israel “mengerang oleh karena perbudakan mereka dan menjerit meminta pertolongan, dan jeritan mereka itu naik ke hadapan Elohim” (Keluaran 2:23). Kita diberitahu bahwa Elohim mendengar keluh kesah mereka sbb:  “dan teringatlah Elohim akan perjanjianNya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub” (ayat 24). Elohim menyelamatkan mereka, tetapi tidak seketika. Tenggang waktu masih berlangsung sebelum Dia menjawab teriak minta tolong mereka atas perbudakan itu melalui kepemimpinan Musa.   
  • “Tidak, tetapi Aku menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kamu.” Contoh untuk jawaban ini dapat kita baca di dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus. Dalam suratnya dia menceritakan suatu penyakit badani yang dia derita. Dia menguraikan bahwa,”tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku” (2 Korintus 12:8). Tetapi Elohim tidak menjawab doanya itu dengan menyembuhkannya. Sebaliknya, Elohim gunakan penderitaan itu untuk mengajar Paulus supaya tidak meninggikan diri tetapi rendah hati dan harus bergantung pada Elohim (ayat 7,9). Jadi dalam situasi ini, Elohim tidak mengabulkan doa. Dia menjawabnya “tidak, tetapi Aku telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagimu” – pertumbuhan karakter rohani yang membawa kepada kehidupan kekal di dalam keluarga Elohim. 

Contoh-contoh ini dapat memberi kita dorogan semangat bahwa meskipun kita tidak menerima jawaban segera seperti yang kita harapkan, kita dapat memiliki iman bahwa Elohim masih mendengarkan kita dan mungkin memberikan jawabanNya pada masa yang akan datang atau dengan memberi kita suatu jawaban dengan berkat yang bahkan lebih baik daripada yang kita minta.

Kunci keempat: Berusahalah menaati Elohim

Kepatuhan merupakan kunci penting yang paling mendasar untuk menerima jawaban doa-doa. Rasul Yohanes menuliskan hal ini, “Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari padaNya, karena kita menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya” (1 Yohanes 3:22).

Mazmur 34:16 mencatat, “Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telingaNya kepada teriak mereka minta tolong.” Perintah-perintah Elohim mengartikan kebenaran (Mazmur 119:172). Kebenaran Elohim mengerjakan apa yang benar di mata Elohim, atau sebagaimana Yohanes menuliskannya, yakni, “berbuat apa yang berkenan kepadaNya.”

Elohim menghendaki kita untuk menaati Dia. Dia memberikan perintah-perintah dan hukum-hukumNya untuk mengajar kita di dalam prinsip-prinsip kehidupan yang akan mendatangkan kebahagiaan yang kita inginkan. Elohim mengasihi kita dan sensungguhnya Dia ingin kita menuai buah yang baik di dalam hidup kita. Elohim menghendaki kita untuk mengasihi Dia.

Sebagaimana Yesus berkata bahwa hukum yang pertama dan yang terutama ialah, "Kasihilah TUHAN, Elohimmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37).

Kita menunjukkan kasih kepada Elohim melalui kepatuhan kita kepada Dia. Rasul Yohanes menjelaskan hal ini di dalam 1 Yohanes 5:3: “Sebab inilah kasih kita kepada Elohim, bahwa kita memelihara perintah-perintahNya, dan perintah-perintahNya itu tidak berat.”

Ada banyak ayat Alkitab dimana Elohim tidak mendengarkan doa-doa orang fasik (yakni orang-orang yang dengan sadar hidup di dalam dosa – atau berdosa terhadap Dia, tetapi Dia mendengar doa orang-orang yang bertekun mematuhi Dia:

  • Amsal 15:29: “TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarNya.”
  • Amsal 28:9: “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.”
  • Yesaya 59:2: “Namun kejahatanmu telah memisahkan kamu dari Elohimmu, dan oleh karena dosa-dosamu, Dia telah menyembunyikan wajahNya darimu, dan Dia tidak akan mendengarkanmu.”
  • Yohanes 9:31: “Kita tahu bahwa Elohim tidak mendengarkan orang berdosa, tetapi jika seseorang menyembah Elohim dan melakukan kehendakNya, Elohim mendengarkan orang itu.”
  • 1 Petrus 3:12: “Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telingaNya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."

Jika kita belum menjalani kehidupan dengan melakukan apa yang berkenan di mata Elohim, kita tidak bisa datang “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia” (Ibrani 4:16) dengan harapan menerima apa yang kita minta kecuali jika kita bertobat – berkomitmen untuk berubah dari jalan dosa ke jalan kepatuhan.

Kunci kelima: Berdoalah di dalam nama Yesus

Yesus berkata beberapa kali bahwa kita hendaknya menyampaikan permohonan – meminta – di dalam namaNya (Yohanes 14:13-14; 15:16). Jadi, orang Kristen mengakhiri doa mereka “di dalam nama Yesus Kristus” atau “dalam nama Yesus.” Apa yang dimaksud dengan mengakhiri doa kita di “dalam nama Yesus”?

Ucapan “in the name of the LORD” [di dalam nama TUHAN] digunakan 44 kali di dalam Alkitab. Itu digunakan untuk menyatakan bahwa sesuatu sedang dilakukan di bawah kuasa Elohim.

Di Inggris ketika seseorang datang di dalam nama raja, dia datang dengan dukungan dan wewenang raja, mendapat hak istimewa yang dianugerahkan kepada dia oleh raja itu sendiri. Tidak seorang pun yang dapat hak istimewa ini bagi dirinya sendiri.

Jadi, begitu juga, ketika kita menutup sebuah doa kepada Bapa kita dengan ucapan “di dalam nama Yesus kami berdoa,” kita menggunakan hak istimewa yang dianugerahkan kepada kita oleh Juruselamat kita dan mematuhi apa yang diperintahkan Yesus untuk kita lakukan.

Pada malam saat Yesus akan diserahkan sebagai domba korban yang sempurna – yang diserahkan untuk dosa-dosa kita – Dia mengajarkan banyak kebenaran kepada murid-muridNya. Dia berkata kepada mereka, “Sampai sekarang kamu tidak meminta apa pun dalam NamaKu; mintalah, dan kamu akan menerima, supaya sukacitamu menjadi penuh. … Pada hari itu kamu akan meminta dalam NamaKu, tetapi Aku tidak berkata kepadamu bahwa Aku akan memohon kepada Bapa untukmu; sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan kamu telah percaya bahwa Aku berasal dari Elohim” (Yohanes 16:23-27).

Yesus menginginkan kita untuk datang kepada Bapa di dalam namaNya. Bapa sungguh mengasihi Anak sulungNya. Dia juga sungguh mengasihi kita. Ketika kita datang di dalam nama Yesus, kita mematuhi kehendak Yesus dan menunjukkan kepada Dia bahwa kita ingin memiliki hubungan yang sama dengan Bapa kita sama seperti Dia memiliki hubungan dengan Bapa sorgawi.

Kita juga menghormati dan mengenali peran Yesus sebagai “Perantara antara Elohim dan manusia” (1 Timotius 2:5). Orang Kristen di bawah New Covenant [Perjanjian Baru] datang kepada Bapa melalui Yesus Kristus, yang adalah “Perantara perjanjian baru” (Ibrani 9:15; baca juga Ibrani 8:6; 12:24).  

Kita semua ingin tahu bahwa Elohim mendengar kita ketika kita berdoa. Kita yakin bahwa Dia sungguh mendengar jika kita datang ke hadiratNya dengan menggunakan kunci-kunci ini. Tetapi masih banyak hal yang harus kita pelajari tentang doa.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Pelajaran-pelajaran Pernikahan Modern Dari Abraham dan Sara

oleh David Treybig

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Apa yang disingkapkan Alkitab tentang pernikahan Abraham dan Sara? Apa yang dapat kita pelajari tentang pernikahan Kristen dari pilar (bapa dan ibu) iman ini?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Abraham dan Sara dikenal dari contoh dan ketekunan iman mereka. Sebagaimana Ibrani 11 mencatat: “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya” (ayat 8). Dan, “Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia” (ayat 11).

Apa yang barangkali orang tidak tahu tentang Abraham dan Sara ialah bahwa hubungan mereka juga memberikan pengertian yang mendalam dan yang berguna terhadap pernikahan orang Kristen saat ini.

Untuk mengawalinya kita harus mengakui bahwa Alkitab ditulis sebagai panduan untuk pernikahan, dan Alkitab tidak banyak mencatat kisah-kisah tentang pernikahan pasangan suami istri yang dimuat di dalamnya. Dari beberapa pernikahan yang kita baca tentang Firman Elohim, pada umumnya tidak ada dokumentasi tentang pemikiran mendalam, pertentangan dan tantangan dalam membangun pernikahan mereka menjadi pernikahan yang berhasil.  

Tetapi apabila kita mempelajari tentang perasaan, masalah dan stres yang merupakan bagian semua pernikahan, pernikahan Abraham dan Sara barangkali yang paling nyata disingkapkan di dalam Alkitab. Tentu tidak mengejutkan bahwa laki-laki yang dirujuk di dalam ayat Suci Alkitab sebagai “bapa” dari mereka yang memiliki iman di dalam Elohim (Roma 4:16) dan istri setianya memberikan pelajaran-pelajaran bagi pernikahan Kristen hari ini.

Stres pernikahan bagi Abraham dan Sara

Bila kita berpikir bahwa pada masa kehidupan Abraham dan Sara dulu, mungkin kita tergiur bahwa kehidupan saat itu begitu sederhana dan tidak ada masalah dan stres. Tetapi hal itu jelas tidaklah demikian. Meskipun zaman, adat-istiadat dan keadaan berubah, semua pernikahan menghadapi cobaan dan kesulitan.

Menurut Alkitab, pernikahan Abraham dan Sara mengalami situasi yang sulit dan stres yang berpusar dalam dua masalah utama: Ketakutan Abraham terhadap dirinya akan dibunuh orang karena kemolekan istrinya dan juga lamanya penantian mereka akan janji Elohim bahwa mereka akan mendapat anak.

Bacaan Alkitab tentang masalah ini tidak berarti Abraham dan Sara lebih dibenarkan. Dan bahwa Alkitab tidak meniadakan dosa dan kesalahan orang saleh sebab kita juga dapat belajar dari contoh-contoh ini.

Abraham dan Sara berdusta dalam pernikahan mereka

Ayat-ayat Alkitab menyingkapkan bahwa pada dua peristiwa terpisah dimana Abraham takut dan merasa akan dibunuh supaya raja mengambil Sara menjadi istrinya (Kejadian 12:10-13; 20:2). Untuk melindungi dirinya, Abraham berkata dan meyakinkan Sara agar dia mengatakan bahwa dia adalah saudaranya. Secara teknis, Sara memang saudara tirinya. Sebagaimana Abraham menjelaskan “Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi isteriku” (Kejadian 20:12).

Tetapi sebagian dari faktanya ialah bahwa Abraham dan Sara menunjukkan ketidakjujuran ketika mereka pergi ke Mesir dan kemudian ke Gerar. Mereka dengan sengaja tidak jujur untuk maksud menipu.  

Dalam kedua situasi ini Elohim mengasihi Abraham dan Sara. Meskipun mereka berbuat demikian, Dia melindungi mereka dengan keajaibanNya dan mengizinkan mereka kembali ke Kanaan. 

Kita tidak diberitahu lebih lanjut bagaimana kejadian ini berdampak terhadap hubungan mereka. Pada kejadian ini Abraham jelas tidak mempercayai Elohim untuk perlindungan, dan tentu Sara sangat mudah untuk meragukan karakter Abraham, suaminya, dan dia bisa saja meragukan entah Abraham sungguh-sungguh peduli dengan dia.

Abraham dan Sara stres atas penantian anak yang dijanjikan

Setelah mengikuti panggilan Elohim untuk pergi ke tanah Kanaan, satu di antara masalah besar yang di hadapi Abraham dan Sara ialah kenyataan bahwa mereka tidak mempunyai anak. Mereka hidup berkelimpahan dan harta mereka banyak – saat itu mereka mempunyai ratusan hamba, ternak mereka melimpah, juga perak dan emas (Kejadian 14:14; 13:2). Tetapi Sara mandul, dan mereka tidak memiliki keturunan untuk meneruskan harta warisan itu.

Sementara Abraham menyesali situasinya kepada Elohim, Tuhan itu menjanjikan Abraham bahwa dia akan mendapat anak dan mempunyai keturunan yang tidak terhitung banyaknya (Kejadian 15:2-5). Abraham percaya kepada Elohim tetapi semakin lama semakin sulit untuk mempertahankan imannya terhadap janji itu sebab tahun demi tahun berlalu tetapi Sara masih belum juga mengandung.

Setelah tinggal 10 tahun di tanah Kanaan – dan masih belum punya anak – Sara berpikir bahwa Elohim mungkin akan memberkati mereka melalui seorang anak dari hambanya perempuan. Pada saat itu, adat kebiasaan berlaku bagi orang yang mandul untuk mendapat anak ahli waris dari seorang ayah melalui seorang hamba perempuan.

Oleh karena itu Sara menyuruh Abraham tidur dengan hambanya orang Mesir itu, Hagar, untuk melihat entah mereka bisa mempunyai anak melalui Hagar (Kejadian 16:1-3).

Abraham setuju dengan rencana itu. Alasan manusiawi mereka terlaksana, meskipun hal itu tidak sejalan dengan iman terhadap Elohim. Tidak berselang lama, Hagar mengandung dari Abraham.

Sara sakit hati dengan Hagar dan Abraham

Apa yang tidak diantisipasi Abraham dan Sara ialah pergolakan emosi yang akan terjadi ketika Hagar mengandung. Kemudian Sara berkata kepada suaminya, “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau” (ayat 5).

Ayat ini merupakan satu di antara ayat-ayat bacaan yang paling emosional di dalam Alkitab tentang pernikahan. Sara menjadi marah dalam situasi itu dan merasa bahwa hal itu menjadi tanggung jawab suaminya untuk menyelesaikannya. Meskipun Hagar seorang hamba, yang sedang mengandung anak Abraham, yang tentu telah memberikan dia status baru tetapi bahwa legalitas tidak berdaya untuk mempertahankannya. Sara mengharapkan suaminya untuk menempatkan Hagar pada statusnya sebagai hamba dan menghentikan ketidaksopanan Hagar terhadap dia. Sepertinya Sara memperkecil tanggung jawabnya sendiri atas apa yang sedang terjadi – pada hal kenyataannya ialah bahwa dia sendirilah yang menganjurkan perlakuan itu kepada suaminya.   

Lalu Abraham mengembalikan tanggung jawab itu kepada Sara dan berkata: "Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Lalu Sara menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya (ayat 6).  

Tetapi Hagar mendengarkan perintah dari Tuhan untuk kembali dan tunduk kepada majikannya (Sara). Namun beberapa tahun kemudian, kehadiran Hagar dan anak yang dia lahirkan, yakni Ismail, menimbulkan gejolak emosi lagi antara Abraham dan Sara.

Abraham dan Sara mendapat anak yang dinamai Ishak

Setelah Abraham berusia 99 tahun (13 tahun setelah kelahiran Ismail dan saat itu Abraham masih berusia 86 tahun, Kejadian 16:16) Elohim menampakkan diri kepada Abraham dan berkata kepada dia bahwa kira-kira setahun lagi dia dan Sara akan mendapat seorang anak (Kejadian 17:19, 21). Beberapa waktu kemudian setelah itu, Tuhan menampakkan diri lagi kepada Abraham dan Sara dan mengukuhkan janjiNya bahwa Sara akan segera mengandung dan melahirkan seorang anak (Kejadian 18:10).

Di dalam Kejadian 21:1-7 kita membaca kelahiran Ishak, sebuah nama yang ditentukan Elohim sebelumnya yang artinya tawa/tertawa. Sebagaimana Sara mengucapkannya setelah melahirkan anak yang dijanjikan itu, “Elohim telah menjadikan aku tertawa; dan setiap orang yang mendengar akan tertawa dengan aku … Siapakah yang tadinya dapat mengatakan kepada Abraham, bahwa Sara akan menyusui anak? Namun, sekarang aku telah melahirkan seorang anak laki-laki pada masa tua Abraham” (ayat 6-7).

Barangkali saat itu merupakan saat yang paling membahagiakan di dalam pernikahan Abraham dan Sara. Setelah kira-kira 24 tahun tinggal di Kanaan, janji Elohim akhirnya menjadi kenyataan. Mereka mendapat anak kandung yang melaluinya janji-janji Elohim kepada mereka dan keturunan mereka akan diteruskan.

Abraham dan Sara keduanya merasa kesal.

Ketegangan dengan Hagar dan anaknya, Ismail, terjadi sekali lagi pada saat perjamuan besar yang diadakan Abraham saat Ishak disapih. Awalnya pesta itu penuh kegembiraan bagi Sara tetapi tidak lama berselang, pesta itu berubah menjadi pengalaman yang menyakitkan bagi Sara ketika dia melihat Ismail mengejek Ishak pada pesta itu.

Kemudian Sara meminta agar Abraham, mengusir mereka dan dia berkata, “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak” (ayat 10).

Saat itu Abraham juga merasa sedih. Sebagaimana di ayat 11 kita baca, “dan hal itu merisaukan Abraham, sebab Ismael juga anaknya.”

Meskipun Ishak merupakan anak yang dijanjikan bagi Abraham, Ismail juga adalah anaknya, dan mengusir dia dan ibunya tentu memilukan hatinya. Permintaan Sara itu sungguh menyusahkan hati Abraham.

Setelah Elohim berkata kepada Abraham untuk sebaiknya mendengarkan Sara dan bahwa Dia juga akan membuat Ismail menjadi bangsa yang besar, Abraham setuju untuk mengusir Hagar dan Ismail.

Alkitab tidak menjelaskan seperti apa keadaan pernikahan Abraham dan Sara setelah Hagar dan Ismail pergi. Tetapi kita dapat mengasumsikan bahwa keadaan pernikahan mereka tenang dan  menikmati tahun-tahun akhir kehidupan mereka membesarkan Ishak.

Pelajaran-pelajaran untuk pernikahan Kristen hari ini

Apabila kita merefleksikannya pada pernikahan Abraham dan Sara, ada beberapa pelajaran penting yang berlaku untuk pernikahan Kristen hari ini. Mari kita periksa berikut ini:

  1. Mempunyai masalah dalam pernikahan, itu hal yang wajar. Kita semua adalah individu yang unik yang memiliki perspektif yang berbeda-beda. Bahkan orang-orang yang saleh, seperti Abraham dan Sara pun, mengalami stres di dalam pernikahan.
  2. Menyalahkan orang lain merupakan suatu kesalahan yang mudah untuk dilakukan. Sara menyalahkan Abrahan begitu saja karena persoalannya dengan Hagar, dan sepertinya Abraham merasa bahwa Sara terlalu berlebihan ketika dia meminta Abraham untuk harus mengusir Hagar dan Ismail.
  3. Mempertahankan iman kita kepada Elohim sulit ketika Elohim tidak menjawab doa kita segera seperti yang kita harapkan. Abraham and Sara benar-benar diuji pada situasi ini.  
  4. Suami perlu belajar kapan sebaikya berkata, “Ya, sayang” dan kapan berkata, “Tidak, sayang.” Persetujuan Abraham terhadap Sara untuk mendapat anak melalui Hagar ada kemiripannya dengan kejadian di Taman Eden dimana Adam setuju memakan dari buah terlarang itu. Daripada mengatakan, “Tidak, Sara. Elohim akan memberikannya pada waktu menurut kehendakNya,” Abraham mengikut saja dengan ide yang salah itu. 
  5. Para istri perlu menyadari bahwa suami-suami, seperti Abraham, sepertinya masih cenderung membuat kesalahan sementara mereka belajar/berusaha memberikan kepemimpinan yang baik di dalam keluarga seperti kepemimpinan Kristus terhadap Jemaat. Hai Istri, jika suamimu sedang berjuang untuk bertumbuh dalam hubungannya dengan Elohim, sabarlah dengan dia. Hai suami, anda juga perlu belajar bersabar terhadap istrimu.
  6. Memiliki gol kerohanian yang sama adalah penting untuk menjalani sebuah pernikahan yang baik. Meskipun stres, Abraham dan Sara tetap bersatu dalam usaha mereka untuk keluar dari kepercayaan dan adat-istiadat paganisme dan iman mereka bertumbuh di dalam Tuhan.

Tidak diragukan bahwa Abraham dan Sara mengalami stres dalam pernikahan mereka. Tetapi mereka berusaha menyelesaikan masalah mereka dan memberikan teladan iman bagi orang Kristen hari ini.

Untuk pelajaran lebih lanjut, bacalah artikel kami tentang pernikahan. Silakan menggunakan kolom search dengan kata kunci “pernikahan.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Sebuah Pelajaran Dari Nikodemus: Apakah Anda Hidup dalam Terang atau dalam Kegelapan?

oleh Geoffrey Yunus - December 16, 2022

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

https://lifehopeandtruth.com/life/blog/a-lesson-from-nicodemus-are-you-living-in-light-or-darkness/

Apa yang dimaksud dengan hidup dalam terang atau dalam kegelapan? Apa yang dapat kita pelajari tentang perbedaan antara terang dan kegelapan dari contoh Nikodemus?  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Siapa Nikodemus?       

Nikodemus adalah seorang Farisi dan seorang pemimpin, yang dijelaskan di dalam Alkitab itu dia adalah seorang “pemimpin agama Yahudi” dan “pengajar Israel” (John 3:1, 10). Yesus sering bersoal jawab dengan orang-orang Farisi berkaitan dengan kemunafikan mereka dan tradisi atau adat istiadat buatan manusia yang kaku. Kristus bahkan menyebut mereka buta (Matius 23:16, 24), yang artinya bahwa mereka tidak dapat melihat, atau memahami kebenaran rohani. Mereka berjalan dalam kegelapan.

Tetapi paradoksnya ialah bahwa orang-orang Farisi ini suka melakukan pekerjaan-pekerjaan baik di dalam “terang” sehingga orang lain melihat bahwa mereka terlihat saleh (Matius 23:5-7). Yesus memperingatkan akan sikap semacam itu (Matius 6:1-6).

Sementara kita menganggap bahwa orang-orang Farisi pada umumnya berjalan dalam kegelapan, menarik bahwa tempat pertama dicatat pertemuan antara Nikodemus – yang sembunyi-sembunyi datang untuk menemui Yesus terjadi pada malam hari (Yohanes 3:2).

Nikodemus barangkali takut apa yang akan dikatakan rekan Farisinya terhadap dia jika mereka tahu bahwa dia pergi menemui Yesus. Sepertinya dia takut, jangan-jangan dia dipecat dari jabatannya dan dikucilkan dari rumah ibadat (Yohanes 9:22; bandingkan dengan Yohanes 19:38) dan dia datang kepada Yesus pada malam hari untuk menghindari orang lain melihat dia.

Luar biasa bahwa orang Farisi yang satu ini mengakui bahwa Yesus adalah “sebagai guru yang diutus oleh Elohim” (Yohanes 3:2).

Apa yang dimaksud hidup dalam kegelapan?

Orang Kristen dipanggil untuk berjalan di dalam terang; bukan dalam kegelapan. Terang dan kegelapan menggambarkan dua jalan hidup yang berbeda. Orang benar berjalan dalam terang, tetapi orang fasik berjalan dalam kegelapan (Amsal 4:18-19).

Yesus menyebut orang-orang Farisi itu sebagai orang buta dan munafik karena mereka mengajarkan hukum Elohim namun tidak melakukannya. Mereka itu hanya terlihat di luarnya saja bahwa mereka orang-orang benar, tetapi di bagian dalam mereka penuh dengan “tulang-belulang dan pelbagai jenis kotoran” (Matius 23:26-28). Mereka tahu yang benar, tetapi tidak melakukannya di dalam perbuatan mereka (ayat 2-3).

Pada intinya mereka buta karena mereka manganggap diri mereka orang saleh tetapi mereka tidak dapat melihat dosa-dosa mereka (Yohanes 9:41; bandingkan dengan Lukas 18:10-14). 

Fakta bahwa istilah buta dan munafik digunakan untuk menggambarkan orang-orang Farisi barangkali mendorong kita untuk memberi perhatian terhadap apa yang dikatakan Yesus. Ada dua jalan yang dapat kita jalani dalam kehidupan. Apakah kita memilih terang atau kegelapan? 

Seperti apa hidup di dalam terang itu?

Apa yang dimaksud dengan hidup dalam terang?

Karena Nikodemus datang kepada Yesus pada malam hari, tidak mengherankan bahwa Yesus memilih topik pembicaraan tentang kegelapan dan terang rohani dengan dia. Dia berkata: 

  • bahwa harus percaya bahwa Dia, Kristus, adalah Anak Elohim dan terang (Yohanes 3:18-19).
  • bahwa mereka yang hidup di dalam kegelapan melakukan kejahatan dan membenci terang (ayat 19-20).
  • bahwa datang kepada terang itu berarti menjadi orang yang “melakukan kebenaran,” yang akan jelas terlihat di dalam perbuatannya (ayat 21).

Tidaklah cukup hanya mengenal kebenaran. Berjalan di dalam terang itu, berarti kita harus melakukan kebenaran. Rasul Yakobus menekankan bahwa orang-orang percaya adalah “pelaku firman” (Yakobus 1:22-25).

Nikodemus membela Kristus

Di dalam bacaan kedua tentang Nikodemus di dalam Alkitab, dia membela Yesus di hadapan orang-orang Farisi dengan menyarankan untuk sebaiknya keluar dari kemunafikan mereka, dan mempraktekkan hukum mereka sendiri dengan benar.

Orang-orang Farisi itu telah sebelumnya bertanya kepada beberapa “petugas” atau para penjaga bait suci, tentang mengapa mereka belum membawa Yesus kepada mereka. Para penjaga itu menjawab, “Belum pernah seorang manusia berkata seperti Orang itu!” (Yohanes 7:46).

Kemudian orang-orang Farisi itu menuduh para penjaga itu disesatkan dan mengajukan satu pertanyaan di hadapan Nikodemus: “Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang sudah percaya kepadaNya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? (mengimplikasikan bahwa Yesus tidak memiliki hak legitimasi jika tidak didukung oleh pemimpin agama). Mereka menuduh orang banyak yang mendengarkan Yesus itu sebagai orang-orang yang tidak mengerti hukum taurat dan mereka terkutuk (ayat 48-49).

Tetapi daripada berkata sejalan dengan orang-orang Farisi itu, Nikodemus justru menyuruh mereka berhenti dari kemunafikan mereka. Dia berkata, “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuatNya?" (ayat 51).

Respons orang-orang Farisi itu justu menyerang legitimasi Yesus dengan dasar bahwa Dia dibesarkan di Galilea (ayat 52). Sebagaimana orang sering lakukan, mereka menyerang dengan serangan ad hominem dan bukan mendengarkan Nikodemus.

Di sini Alkitab tidak mencatat bahwa Nikodemus memberikan pembelaan lebih jauh untuk Yesus. Dia tentu tidak mengulangi apa yang dia katakan kepada Yesus sebelumnya: “Rabi, kami tahu bahwa Engkau adalah dari Elohim, karena tidak seorang pun sanggup melakukan tanda-tanda mujizat yang Engkau lakukan itu, kecuali Elohim ada bersamanya” (Yohanes 3:2).

Setelah kematian Yesus, kita membaca bahwa Nikodemus membantu Yusuf Arimatea mengapani Yesus sebelum penguburanNya (Yohanes 19:30-40).

Pelajaran: pilihlah terang

Yesus berkata bahwa Dia adalah terang dunia dan mereka yang mengikutiNya tidak akan berjalan di dalam kegelapan (Yohanes 8:12, 36).

Apakah Nikodemus akhirnya melangkah masuk ke dalam terang itu? Apakah dia pernah mengakui Kristus itu adalah Elohim di dalam daging dan mempercayakan hidupnya untuk berjalan di dalam terang itu? Alkitab tidak menjelaskannya. Apa yang kita ketahui ialah bahwa Nikodemus adalah seorang murid yang merahasiakannya karena takut akan orang-orang Yahudi.   

Yesus berkata bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Matius 22:14). Kita tidak tahu entah Nikodemus termasuk di dalam orang-orang “yang dipilih.”

Apakah anda akan takut terhadap anggapan orang lain tentang anda dan hal itu menghentikan niat anda untuk keluar dari kegelapan dan sepenuhnya berjalan di dalam terang? Yesus mengajarkan bahwa untuk mengikuti Dia kita harus dengan penuh komitmen, yakni komitmen mengikuti Dia meskipun sanak keluarga menentang (Matius 10:37).   

Elohim telah menetapkan dua jalan hidup di hadapan kita, dan membebaskan kita membuat pilihan vital: “Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, yang pada hari ini kuperintahkan kepadamu untuk mengasihi YAHWEH, Elohimmu, untuk hidup dalam jalan-jalanNya, dan untuk memelihara perintah-perintahNya, ketetapan-ketetapanNya, dan peraturan-peraturanNya” (Ulangan 30:15-16).

Apabila Elohim sedang memanggil anda hari ini, apakah anda akan sepenuhnya berkomitmen untuk melakukan segala apa yang Dia perintahkan dan akan berjalan di dalam terang?

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah Masalah Bahwa Natal Itu Pagan?

oleh Erik Jones - December 20, 2022

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Informasi tentang paganisme relatif mudah untuk kita temukan. Tetapi apa yang salah dengan Natal yang asalnya dari paganisme? Apakah itu masalah bagi Elohim?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jika anda membaca tentang “Natal” di dalam ensiklopedia, anda akan mempelajari fakta-fakta yang sangat menarik tentang sejarah perayaan apa yang barangkali paling populer di dunia.

Inilah sejarah singkat tentang Natal:

Natal bermula dari perayaan-perayaan paganisme [agama penyembah berhala] sebelum ada agama Kristen dan ini dikaitkan dengan solstice [titik balik matahari] pada musim dingin (yang terjadi pada akhir bulan Desember). Misalnya, agama Mithraisme, sebuah agama orang Persia, yang dirayakan untuk merayakan hari lahir dewa Mithra, pada tanggal 25 Desember. Orang-orang Romawi merayakan dua perayaan besar solstice pada musim dingin akhir bulan Desember: Brumalia dan Saturnalia.   

Natal, sebagaimana kita tahu, diformulasikan selama 300 tahun lebih setelah kelahiran Kristus dengan cara mengadopsi sedikit demi sedikit bagian dari perayaan paganisme ini dan menyatukannya dengan perayaan hari lahir Yesus. Pada tanggal ini setiap tahunnya ditetapkan oleh Roma untuk memberikan daya tarik bagi orang-orang yang baru masuk Kristen meskipun tidak ada bukti bahwa Yesus lahir pada akhir bulan Desember. 

Tetapi mengapa hal itu menjadi masalah bagi anda? Apakah paganisme memang seburuk itu? Apakah masalah jika Hari Natal itu berasal dari agama paganisme?

Apa yang dimaksud dengan pagan?

Paganisme adalah sebuah perkataan yang muncul pada era sejarah Kristen, yakni pada abad permulaan untuk mendeskripsikan mereka yang mengikuti praktek agama politeisme yang berbeda dengan Kristiani atau Judaisme. 

Artinya, menurut Kamus Online Etimologi, adalah “orang yang bukan beriman non-Kristen atau non-Yahudi.

Sepertinya perkataan ini berasal dari bahasa Latin paganus, yang menurut New World Encyclopedia itu diartikan “orang penghuni pedesaan.” Itu mirip dengan perkataan heathen [penyembah berhala], yang adalah Bahasa Inggris kuno yang pada dasarnya menggambarkan kategori yang sama dengan orang pribadi.

Perkataan pagan telah diyakini menjadi perkataan umum dan digunakan selama tahun 1400an ketika dunia Barat didominasi oleh agama Katolik Romawi dan gereja-gereja Orthodox Timur.

Jika anda melakukan penelitian ayat-ayat Alkitab, anda akan menemukan kata-kata pagan dan heathen yang digunakan di beberapa versi terjemahan untuk menggambarkan orang-orang di luar bangsa atau komunitas Israel, dimana pagan dan heathen itu menyembah dewa-dewa berhala.

Bahasa Ibrani asli untuk pagan atau heathen ini mengartikannya sebagai seorang asing, atau siapa saja di luar komunitas agama Israel.

Apa arti  paganisme di dalam Alkitab?

Alkitab banyak menyebut paganisme karena senantiasa menjadi tantangan dan kelemahan bangsa pilihan Elohim, yakni Israel, pada era Perjanjian Lama. Hampir setiap bangsa dan kultur pada era tersebut menyembah banyak dewa-dewa berhala.

Tuhan palsu di dunia zaman kuno sering memiliki tiga karakteristik umum:

  1. Sifat. Semuanya dihubungkan dengan dunia alami (seperti hewan, lokasi, planet, atau kekuatan alam seperti gemuruh).
  2. Patung. Patung-patung atau gambar disembah dan ini disebut penyembahan/pemujaan berhala.
  3. Kemiripan Budaya. Ini sering terlihat dalam kemiripan dengan budaya yang ada di tempat-tempat lain. Seringkali bahwa konsep suatu pendewaan di satu budaya diadopsi dan dimodifikasi oleh budaya lain.

Pada awalnya paganisme itu secara langsung disebutkan di dalam Alkitab di Kejadian 31:19, dimana kita membaca tentang Rahel yang dituduh ayahnya, Laban, mencuri “berhala keluarga” itu.

Tetapi paganisme tidak secara langsung disinggung di Kejadian 10, yang menceritakan munculnya Nimrod – pendiri kota “Babel, Erekh, Akad, dan Kalne, di tanah Sinear” (ayat 10) – yang menurut sejarawan itu disebut Mesopotamia atau Babelonia.

Kita membaca bahwa Nimrod adalah seorang “yang gagah perkasa di hadapan TUHAN” (ayat 9). Menarik jika kita simak bahwa banyak dewa-dewa berhala yang berasal dari Babilonia juga digambarkan sebagai prajurit perkasa (seperti dewa Baal).

Nimrod artinya memberontak. Kita melihat dampak dari pengaruhnya di Kejadian 11, ketika orang-orang di tanah kediamannya memberontak terhadap perintah Elohim untuk menyebar memenuhi seluruh bumi. Daripada mematuhi Elohim, mereka bersatu di Babel dan mencoba membangun sebuah “menara yang puncaknya sampai ke langit” (ayat 4). Sepertinya mereka membangun ziggurat [monumen] pertama dalam sejarah (sebuah bangunan piramida yang bertingkat-tingkat).

Hampir setiap kota Babilonia dibangun disekeliling sebuah ziggurat. Perhatikan bagaimana sebuah buku sejarah menggambarkan bangunan-bangunan ini: “Each temple was associated with one or more gods or goddesses, whose cult-statues it housed” [ Setiap kuil diasosiasikan dengan satu atau beberapa dewa atau dewi, dimana terdapat patung kultusnya” (Robin Winks and Susan Mattern-Parkes, The Ancient Mediterranean World, p. 19).

Sementara orang-orang berserak ke seluruh bumi mulai dari Babilonia, mereka membawa ide agama mereka sendiri. Ide-ide ini termasuk bangunan menara (yang mirip dengan ziggurate) dan berhala-berhala.

Pernahkah anda memperhatikan bahwa hampir seluruh agama di dunia ini menggunakan struktur bangunan bermenara? Misalnya, piramida Mesir, pagoda Tionghoa, kuil Hindu, lengkungan puncak Mesjid Islam dan menara gereja Kristen. Banyak dari agama-agama ini, kecuali Islam, sangat mempercayai patung/gambar atau image untuk merepresentasikan tuhan mereka.

Semua karakteristik agama seperti ini berasal dari Babel.

Hampir setiap budaya yang kontak dengan Israel berasal dari praktek agama penyembah berhala, tetapi Elohim melarang Israel menggunakan patung ukiran di dalam ibadah mereka (Keluaran 20:3-4). Peringatan terhadap penyembahan berhala itu bahkan terdapat di Perjanjian Baru (1 Korintus 10:14; Galatia 5:20).

Untuk mempelajarinya lebih lanjut tentang dosa penyembahan berhala, bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul “Perintah Kedua.”

Mengapa agama paganisme begitu menjijikkan di hadapan Elohim?

Di seluruh lembaran Alkitab, Elohim memberikan banyak alasan mengapa paganisme begitu menjijikkan dan tercela di hadapanNya. Berikut ini adalah beberapa alasan:

1. Paganisme  menyimpangkan ibadah dan menjauhkan perhatian dari Elohim

Di dalam hukum tauratNya, Elohim membuat hal ini dengan sangat jelas: “Janganlah kamu berpaling kepada berhala-berhala, janganlah kamu membuat bagimu ilah-ilah tuangan; Akulah YAHWEH, Elohimmu” (Imamat 19:4). Sangatlah berbahaya untuk membuat dewa-dewa berhala dan mitos dan mengatributkannya dengan apa yang dilakukan Elohim oleh KuasaNya menjadi makhluk khayalan yang tidak ada. Elohim menghendaki kita untuk menolak apa saja yang mengalihkan perhatian dan ibadah kita dari Dia.

2. Paganisme melakukan ibadah yang tak berguna

Hampir semua tuhan palsu dipuja dengan menggunakan benda-benda berhala. Pengukir membuat image/benda yang disebut dewa dan orang tunduk memuja benda tersebut sebagai representasi tuhannya. Tentu saja, kenyataannya ialah bahwa dewa yang direpresentasikan merupakan buatan tangan manusia yang tidak memiliki dasar dalam realita.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pohon yang dihias. Pemujaan pohon telah lama di dalam sejarah, dan banyak sumber sejarah menghubungkannya dengan pohon Natal dengan tradisi paganisme ini. 

Jadi pemujaan benda-benda berhala itu adalah sia-sia. Nabi Yesaya mencatat perkataan Elohim sebagai berikut: “Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah. Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu. Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah?” (Yesaya 44:9-10).

Satu lagi ayat Alkitab yang terkenal yang menyatakan kesiasiaan ibadah palsu ini terdapat di kitab Yeremia 10:2-5:

“Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan [tak berfaedah]; bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang.

“Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baikpun tidak dapat."

Menarik untuk disimak betapa miripnya penjelasan Yeremia ini dengan tradisi modern yang memotong kayu dan menghiasi pohon Natal. Ibadah yang berhubungan dengan pohon telah lama dalam sejarah, dan banyak sumber sejarah sekuler menghubungkannya dengan pohon Natal dengan banyak hal tentang tradisi ini.

3. Paganisme membuat manusia menganut ide-ide konyol

Dalam banyak tempat di dalam Alkitab, Elohim dan hamba-hambaNya mencemoohkan kekonyolan penyembahan berhala. Berikut ini salah satunya:

“Berhala bangsa-bangsa adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, juga nafas tidak ada dalam mulut mereka. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, semua orang yang percaya kepadanya” (Mazmur 135:15-18).

Ayat-ayat ini menyoroti kekonyolan doa mereka kepada tuhan palsu yang direpresentasikan oleh patung atau gambar. Semuanya mungkin diukir untuk memiliki semua bagian tubuh yang kita gunakan untuk menjalankan indra kita – tetapi semuanya tidak bisa menggerakkan satu pun di antara indra kita. Ini menekankan betapa kekonyolan manusia mempercayai benda-benda tak bernyawa dan mereka berharap mendapat berkat dan perlindungan!

4. Paganisme membawa manusia kepada pelanggaran susila

Sepanjang sejarah, ibadah paganisme telah membawa orang-orang kepada banyak bentuk perilaku amoral yang terlihat terang-terangan. Salah satu contoh yang paling ekstrim – pengorbanan anak. Tetapi banyak praktek-praktek lain telah dihubungkan dengan paganisme sepanjang sejarah, termasuk temple prostitution [prostitusi candi], debauchery [kemabukan pesta pora dan kebejatan/prostitusi] dan bentuk-bentuk lainnya dari pengorbanan manusia.

Ini semua merupakan alasan yang menjelaskan mengapa Elohim begitu serius memperingatkan umatnya terhadap paganisme. Jadi apa sangkut-pautnya dengan Natal?  

Apakah Elohim menentang Natal?

Sebagaimana disebutkan pada bagian awal artikel ini, itu adalah fakta sejarah bahwa Natal berawal dari macam-macam tradisi paganisme yang diintegrasikan ke dalam sebuah perayaan yang diklaim sebagai perayaan hari lahir Yesus.

Tanggal yang berasal dari perayaan paganisme berhubungan dengan winter solstice [titik balik matahari pada musim dingin]; aksi penghiasan pohon-pohon berasal dari macam-macam adat-istiadat pagan termasuk pemujaan pohon-pohon (yang dilarang di kitab Yeremia 10); aksi pesta-pesta saling tukar-menukar hadiah datang dari perayaan Brumalia dan Saturnalia Romawi; tradisi Santa Claus nampaknya datang dari mitologi Jerman dan Norse (menurut National Geographic); dan di atas semua itu, tidak ada satu pun dari perayaan-perayaan itu diperintahkan di dalam Alkitab.

Oleh sebab itu sekarang kita dihadapkan dengan pertanyaan serius: Apakah Elohim mengizinkan orang Kristen untuk memformulasikan tradisi agama mereka sendiri? Apakah Elohim menyetujui ibadah penyembahan alam dengan menggunakan tradisi dari orang zaman dulu dan mengemasnya sebagai sebuah perayaan “Kristen”? Apakah peringatan-peringatan keras Elohim akan ibadah paganisme itu tidak berlaku bagi adat-istiadat pagan yang dikaitkan dengan Natal? 

Apakah Elohim sekarang masih menganggap tradisi paganisme ini sebagai ibadah yang menjijikan sama seperti Dia menganggapnya pada saat Dia memberikan peringatan kepada umatNya di zaman dahulu? Atau apakah mungkin Dia telah berubah pikiran dan sekarang agak melunak terhadap paganisme?

Kita semua harus melihat sendiri bukti dan mengambil keputusan. Berikut ini adalah tiga ayat Alkitab yang dapat menjadi pertolongan untuk anda jika anda sedang menganalisa Natal dan tradisinya:

  • Ulangan 12:29-32: “Ketika YAHWEH, Elohimmu, membinasakan dari hadapanmu, bangsa-bangsa yang daerahnya engkau datangi untuk menguasainya, dan apabila engkau telah menguasai mereka dan tinggal di negeri mereka; hati-hatilah supaya engkau jangan terperangkap dengan mengikuti mereka setelah mereka dibinasakan dari hadapanmu, dan supaya engkau jangan menanyakan ilah-ilah mereka dengan berkata, ‘bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada ilah-ilah mereka? Dan aku pun, akan melakukan demikian.’ Jangan engkau berbuat demikian kepada YAHWEH, Elohimmu, karena mereka melakukan segala kekejian bagi YAHWEH, yakni apa yang dibenciNya, itulah yang dilakukan mereka bagi ilah-ilah mereka. Sebab, mereka membakar anak-anak lelakinya dan anak-anak perempuannya bagi ilah-ilah mereka. Segala yang aku perintahkan kepadamu, haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya atau menguranginya."

           1 Korintus 10:21: “Kamu tidak boleh minum dari cawan Tuhan lalu minum juga dari cawan roh-roh jahat; kamu tidak boleh mengambil bagian dari meja Tuhan lalu mengambil bagian juga dari meja roh-roh jahat.”

  • Efesus 5:11: “Janganlah turut ambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya nyatakanlah bahwa hal itu salah.”

Standar Elohim adalah ibadah dan kepercayaan yang murni yang berdasar pada apa yang Dia singkapkan di dalam Alkitab – yang tidak tercemar oleh adukan paham atau adat-istiadat agama paganisme.

Jadi, apakah masalah bahwa Natal itu pagan?

Menurut ayat-ayat Alkitab di atas, secara mutlak ya.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa yang Dikatakan Alkitab Tentang Kepahitan?

oleh David Treybig - November 4, 2022

https://lifehopeandtruth.com/life/blog/what-does-the-bible-say-about-bitterness/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Apakah menjadi pahit itu merupakan masalah bagi orang Kristen? Sebaiknyakah anda konsen dengan kepahitan? Mari kita lihat contoh-contoh kepahitan di dalam Alkitah untuk jawabannya.

 

 

 

 

 

 

 

Beberapa tahun yang lalu, anggota-anggota jemaat yang saya gembalakan harus menyesuaikan diri terhadap perubahan dan mulai hidup dalam organisasi baru. Perpecahan yang terjadi di dalam gereja atas perbedaan doktrin sungguh sulit, dan anggota jemaat bergumul dengan perasaan sok dan dengan gejolak emosi sering muncul dalam situasi seperti itu.

Di tengah emosi yang tak menentu – yang juga berisi kemarahan, ketakutan dan patah semangat – seorang wanita muda yang bijak menceritakan kepada saya bagaimana dia menghadapi situasi itu. Dia berkata, “Saya tahu bahwa Elohim yang memegang kuasa, dan saya berdoa setiap hari bahwa saya tidak perlu dalam kepahitan [kemarahan].”

Pada saat itu saya salut sama dia atas karakter rohaninya yang dia tunjukkan. Dia tidak pernah merasa marah dalam hati dan hal itu merupakan teladan yang mengagumkan bagi kami semua.

Sejak itu, saya selalu belajar lebih banyak tentang kepahitan hati dan mengapa usaha untuk tidak marah dalam hati begitu penting untuk kesehatan kerohanian. 

Mari kita periksa beberapa ajaran Alkitab tentang kepahitan, dan kemudian kita fokuskan pada cara untuk mengatasinya.

Perjanjian Baru mengajarkan tentang kepahitan

Perkataan kepahitan [bitterness] terdapat di empat tempat di dalam Alkitab Perjanjian Baru versi New King James. Masing-masing ayat ini menambahkan pengertian kepada kita. Ayat-ayat bacaan ini terdapat di Kisah Para Rasul 8:23; Roma 3:14; Efesus 4:31; dan Ibrani 12:15.

Mari kita perhatikan masing-masing ayat bacaan ini.

Kepahitan Simon si tukang sihir

Tempat pertama kata “pahit” atau kepahitan terdapat di Kisah Para Rasul 8, dimana kita membaca tentang seorang laki-laki di Samaria yang bernama Simon yang telah melakukan sihir (ayat 9). Di dalam Alkitab English Standard Version “sorcery” [sihir] diterjemahkan “magic” [sulap] yang artinya “occult arts” [seni gaib].

Setelah percaya dengan pemberitaan Filipus, Simon memberi diri dibaptis (ayat 12-13). Kemudian rasul-rasul datang dari Yerusalem untuk menumpangkan tangan pada orang-orang yang baru percaya di sana agar menerima Roh Kudus (ayat 14-17). Ketika Simon melihat orang-orang menerima Roh Kudus melalui doa dan penumpangan tangan rasul-rasul itu, dia (Simon) mencoba menawarkan uang untuk membeli kuasa Roh Kudus itu.

Petrus menolak permintaan Simon itu dan berkata kepada dia, “Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, karena hatimu tidak lurus di hadapan Elohim. Jadi, bertobatlah dari kejahatanmu dan berdoalah kepada TUHAN, supaya Dia melepaskanmu dari niat hatimu itu. Sebab, aku melihat hatimu seperti empedu yang pahit dan dibelenggu ketidakbenaran” (ayat 21-23).

Bahasa Yunani yang menerjemahkan “bitterness” [kepahitan] ialah pikria, yang berarti “kepahitan … kepahitan rohani dan bahasa, kelaliman” (Mounce’s Concise Greek-English Dictionary).

Dalam situasi ini, kerohanian Simon sepertinya sudah diracuni oleh iri hati bahwa rasul-rasul itu memiliki kuasa yang dia tidak miliki. Hatinya tidak benar di hadapan Elohim. Irihati ini meruntuhkan kepercayaan awal yang dia terima ketika dia mendengar pemberitaan injil dan melihat keajaiban itu (ayat 12-13). 

Apa yang dimaksudkan dengan kepahitan di dalam Alkitab?

Kepahitan adalah emosi beracun yang bisa membawa orang kepada kemarahan terpendam yang dapat menghancurkan hubungan mereka dengan orang lain. Kepahitan adalah pemikiran rohani yang tidak sehat dan pikiran yang mengeraskan hati. Pemikiran ini adalah suatu racun yang dapat merusak kesehatan rohani. Jika dibiarkan dan tidak diatasi, racun ini bisa menghambat pertumbuhan dan kedewasaan rohani. Itu biasanya terjadi ketika seseorang merasa diperlakukan tidak adil atau dia merasa terabaikan.

Kepahitan hati adalah emosi beracun yang dapat membawa orang kepada kemarahan terpendam dan menghancurkan hubungan mereka dengan orang lain.

Kepahitan merembes ke dalam komunikasi

Bacaan berikutnya dimana terdapat kepahitan di Perjanjian Baru ialah di Roma 3:14, Di sini, Paulus sedang merujuk ke bacaan-bacaan Perjanjian Lama yang mendeskripsikan orang-orang berdosa yang tidak bertobat. Praktek-praktek yang dilakukan orang-orang ini di antaranya merupakan deskripsi dari: “Yang mulutnya penuh kutukan dan kepahitan.”

Mengapa orang-orang ini mengekspresikan kepahitan? Karena bicara mereka mencerminkan racun yang ada di dalam pikiran mereka tentang kebenaran Elohim. Dengan merujuk pada prinsip ini, Yesus berkata, “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati” (Matius 12:34).

Peringatan untuk membuang kepahitan

Karena efek serius akibat kepahitan yang destruktif, Paulus memperingatkan: “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan” (Efesus 4:31).

Ketiga bacaan di Perjanjian Baru ini cukup memberikan informasi bagi kita untuk memahami bahwa segala kepahitan, segala pikiran rohani yang tidak sehat, sangatlah merusak dan oleh karena itu kita harus menghindarinya.

Bagaimana kepahitan itu berkembang?

Ada satu lagi bacaan di dalam Perjanjian Baru yang menambahkan kepada pemahaman kita tentang kepahitan. Bacaan ini menggambarkan bagaimana kepahitan itu dapat berkembang.

Pemahaman ayat Suci Alkitab ini dituliskan berikutnya setelah Ibrani 11 – semuanya tentang teladan iman yang kuat. Ibrani 12:1 menasihati kita, “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (Ibrani 12:1).

Kepahitan juga dapat dengan mudah berkembang di dalam kehidupan kita ketika merasa bahwa kita telah diremehkan, diabaikan atau diperlakukan tidak adil. Dalam nasihat ini termasuk bagaimana untuk berhasil bertanding dalam perlombaan iman, kita diperintahkan untuk memperhatikan “supaya jangan ada di antara kamu yang gagal dalam anugerah Elohim, supaya tidak tumbuh akar pahit yang akan menyulitkanmu dan mencemari banyak orang” (ayat 15).

Teks bacaan itu kemudian merujuk kepada Esau sebagai contoh bagi orang yang membiarkan akar kepahitan berawal di dalam pikiran. Bacaan ini menjelaskan: “Jangan ada seorang pun yang menjadi sundal atau yang tidak menghargai hal-hal rohani seperti Esau, yang telah menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan. Kamu tahu, ketika kemudian ia ingin mewarisi berkat kesulungannya, ia ditolak karena tidak punya kesempatan untuk bertobat sekalipun ia mencarinya dengan cucuran air mata” (ayat 16-17).

Esau membiarkan timbul kepahitan yang hebat terhadap saudaranya, dia mengancam membunuh dia, karena dia telah kehilangan berkat kesulungannya (Kejadian 27:41-42). Dia bahkan menangis dengan mencucurkan airmata atas kehilangannya itu, tetapi nampaknya dia tidak pernah memikirkan bahwa dia telah melakukan sesuatu yang salah yang mengakibatkan kehilangannya itu. 

Kepahitan dapat juga dengan mudah berkembang di dalam kehidupan kita ketika kita percaya bahwa kita diremehkan, diabaikan atau diperlakukan tidak adil. 

Arti akar kepahitan

Ucapan root of bitterness [akar kepahitan] di dalam Ibrani 12:15 nampaknya menjadi suatu referensi terhadap ayat bacaan yang terdapat di Ulangan yang mengingatkan orang Israel zaman dulu untuk tidak meninggalkan Elohim dan berpaling kepada penyembahan berhala.

Peringatan itu berbunyi sbb: “Supaya jangan ada di antaramu pria atau wanita atau keluarga atau suku yang hatinya berpaling dari YAHWEH, Elohim kita, pada hari ini untuk pergi dan beribadah kepada ilah-ilah bangsa-bangsa itu, janganlah ada di antara kamu akar yang menghasilkan racun dan kepahitan” (Ulangan 29:18).

Kepahitan yang tidak dikekang sering tidak hanya berdampak pada orang yang memilikinya. Tetapi itu mudah merembes kemana-mana. Dalam ayat di atas, penyembahan berhala diibaratkan seperti sebuah pohon yang memberikan buah beracun. Sebagaimana kita baca dalam ayat di atas, kita melihat bahwa masalahnya terletak pada akarnya yang kemudian bertumbuh dan mempengaruhi anak-anaknya dan orang Israel lainnya juga, sehingga akhirnya seluruh bangsa itu akan dihukum.

Intinya adalah bahwa kepahitan yang tidak dikekang (racun rohani) sering tidak terbatas hanya kepada orang yang memilikinya. Itu mudah merembes kemana-mana. Kepahitan seseorang dapat merembes kepada anggota keluarganya dan semua orang yang berhubungan dengan dia (jika mereka membiarkan diri dipengaruhi).

Sekarang karena kita sudah memahami bahaya pembiaran akar kepahitan berkembang di dalam pikiran kita, mari kita lihat beberapa langkah di dalam Alkitab untuk mengatasinya.

Kunci Alkitab untuk mengatasi kepahitan

Kepahitan dapat kita temukan di dalam gejolak emosi yang berbeda-beda. Itu dapat muncul melalui iri hati, kemarahan, dendam dan keinginan membalas dendam. Itu juga dapat terjadi melalui sikap mengeraskan hati, tidak mau berubah sikap bahkan ketika perlunya harus berubah.

Berikut ini beberapa kunci yang diberikan Firman Tuhan jika kita mau mengatasi kepahitan – yakni pikiran yang melemahkan rohani ini.

1. Kenali bahwa emosi kita dapat membawa kita nyasar kemana-mana

Kita perlu memahami bahwa perasaan kita bukanlah satu-satunya dasar untuk menentukan fakta, cerita sepenuhnya dan kebenaran. Banyak orang keliru menilainya dan mengira bahwa apa saja yang mereka rasakan selalu benar dan percaya bahwa mereka sebaiknya terima begitu saja emosi mereka, apa pun bentuk emosi itu. Alkitab mengajarkan bahwa pikiran kita dapat menipu kita dan bahwa kita harus berhati-hati untuk meyakini pikiran kita begitu saja (Yeremia 17:9; Amsal 14:12; Roma 8:7).

Jika kita ingin mengatasi kepahitan, kita tidak punya alasan dan membenarkan diri akan kepahitan itu sebagai sesuatu yang dapat diterima. Sebaliknya, kita perlu memikirkan bagaimana mengendalikan dan menuntun emosi kita ke arah sikap yang benar. Kita dapat memilih untuk tidak menjadi pahit.

2. Pilihlah kerendahan hati dan bukan kepahitan

Amsal 3:34 mengajarkan kita bahwa Elohim memberikan kasih karunia kepada orang-orang yang rendah hati. Memilih kerendahan hati tidak selalu mudah untuk kita lakukan. Tetapi inilah yang harus kita perjuangkan sebagai orang Kristen. Konsep ini dikutip baik Yakobus maupun Petrus (Yakobus 4:6; 1 Petrus 5:5).

3. Apabila anda menjadi marah, kendalikan dan padamkan kemarahanmu itu

Semua kita bergumul mengatasi kemarahan dari waktu ke waktu. Bagaimana pun juga kita ini adalah manusia yang bersifat manusiawi. Kita semua melakukan kesalahan dan kadang-kadang memperlakukan orang lain tidak adil. Ketika kita menjadi marah, Efesus 4:26-27 memberikan kita tiga hal penting yang harus kita ingat: jangan berdosa, padamkan amarah sebelum matahari terbenam, jangan beri kesempatan kepada Iblis untuk menguasai amarahmu.

4. Perhatikan kebutuhan orang lain dan berusaha untuk menolong mereka

Orang yang sedang mengalami kepahitan cenderung hanya memikirkan diri sendiri. Ketika kita berdoa untuk orang lain yang memerlukan pertolongan kita sebaiknya menolong mereka jika kita mampu, kita menempatkan masalah kita ke dalam perspektif. Di dalam Filipi 2:4 Paulus menasihatkan kita: “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Ketika kita menolong orang lain, kita menolong diri kita sendiri sebab kita dapat melihat keadaan kita sendiri secara lebih realistis.

5. Mintalah Elohim hati yang tulus dan mintalah Dia menolong anda untuk mengampuni orang lain

Mengampuni orang lain merupakan syarat mutlak jika kita menginginkan pengampunan Elohim (Matius 6:12, 14-15). Memaafkan orang lain berkaitan erat dengan konsep memiliki hati yang tulus dan bersih. Dalam doa pertobatannya, Raja Daud meminta kepada Elohim, “Jadikanlah hatiku tahir ya Elohim, perbaruilah dengan roh yang teguh di dalam diriku” (Mazmur 51:12). Memaafkan orang lain dan memiliki hati yang tulus dan bersih terhadap Elohim adalah penangkal yang efektif terhadap kepahitan.

6. Taati perintah Elohim untuk bisa sabar dengan orang lain

Ketika hati kita terluka dan mencoba keluar dari situasi yang sulit, maka sangat mudah kita untuk merasa marah dalam hati dan kecewa kepada orang lain. Meskipun kita berada dalam situasi yang sulit, kita harus berusaha untuk hidup menurut nasihat Alkitab yang diteruskan Paulus sbb: “Sabarlah satu sama lain, dan saling mengampuni, seperti Kristus telah mengampuni kamu” (Kolose 3:13).

7. Tunjukkan kasih kepada orang lain

Lebih jauh Paulus menambahkan: “Dan di atas semuanya itu, kenakanlah kasih sebagai pengikat kesatuan yang sempurna” (ayat 14). Ketika kita mengasihi orang lain dengan tulus melalui kebaikan dan perbuatan baik, kepahitan cenderung akan menghilang.

8. Hendaklah damai sejahtera Elohim memerintah di dalam hati dan pikiranmu dan tetap bersyukur

Ketika kita berusaha untuk mengalahkan kepahitan, ada pergumulan di dalam hati dan pikiran kita antara damai dan kepahitan. Karena kita memiliki kekuatan untuk memilih perasaan yang mana yang harus menang, kita harus memilih damai sejahtera (ayat 15). Meskipun bacaan ini nampaknya disimpulkan dalam ayat 15 dengan renungan, “dan bersyukurlah,” pengucapan syukur selalu menjadi alat yang kuat untuk mempertahankan damai sejahtera sebagai emosi yang paling mendominasi untuk menguasai pikiran.

Yesus Kristus: teladan yang sempurna untuk mencegah kepahitan

Seperti apa ciri orang yang tidak pahit? Kadang-kadang hal itu menolong kita untuk membayangkan terlebih dahulu bagaimana kita merespons terhadap situasi ketika kita berada pada situasi yang bermuatan emosi yang bisa mengarah kepada kepahitan.

Orang yang sebaiknya kita teladani pada situasi tersebut ialah Yesus Kristus.

Pada saat Yesus berada pada pencobaan yang paling tak terbayangkan sakitnya – yakni detik-detik yang Dia alami pada saat Dia disalibkan – Yesus tidak “pahit” terhadap apa yang diperbuat mereka kepada Dia. Dia tidak menjadi benci atau dendam terhadap ketidakadilan yang ditimpakan kepada Dia. Dia tidak menjadi “pahit.”

Pada saat Dia disalibkan, Yesus berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34).

Daripada menjadi pahit akibat terluka dan diperlakukan kasar/kejam, Yesus mengetahui bahwa mereka yang melakukan kekejaman itu bertindak di luar kesadaran mereka. Sebuah pelajaran bagi kita bahwa jika kita ingin menghindari kepahitan, kita harus menjadi seperti Kristus dan memilih untuk tidak kecewa dan marah ketika kita menganggap bahwa orang itu bertindak di luar kesadarannya dan dia benar-benar tidak memahami apa yang dia sedang perbuat terhadap anda.

Nampaknya bahwa Stefanus, ketika dia dilempari dengan batu hingga dia mati, dia mengikuti teladan Kristus yang meminta Elohim untuk tidak membalaskan dosa orang-orang penganiaya itu kepada mereka (Kisah Para Rasul 7:60). 

Hindari kepahitan tanpa mempersoalkan apa yang dilakukan (atau yang tidak dilakuan) orang lain terhadap anda

Tetapi bagaimana jika orang tidak menyadari perbuatan mereka? Atau bagaimana jika mereka sadar akan penderitaan yang mereka sebabkan terhadap anda atau orang lain?

Dalam keadaan ini, kita dapat mengingatkan diri kita sendiri bahwa kita bukanlah hakimnya. Elohim akan menjadi Hakim satu-satunya untuk menghakimi mereka. Dan dalam gambaran yang lebih besar, kita masih harus memilih entah kita akan mengalami kepahitan atau entah kita membiarkan damai sejahtera Elohim bekerja di dalam hati kita.

Dengan sengaja memilih hidup damai dan mengampuni orang lain merupakan kunci alkitabiah yang terpenting untuk menghindari kepahitan. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Hukum Taurat dan Kasih Karunia: Yesus vs Paulus?

oleh Cecil Maranville

https://lifehopeandtruth.com/bible/law-and-grace/jesus-vs-paul/ Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru. Beberapa orang mempercayai bahwa ajaran rasul Paulus tentang hukum taurat dan kasih karunia telah mengubah apa yang diajarkan Yesus Kristus. Jadi apakah ini antara Yesus vs Paulus? Apa yang dikatakan Alkitab? Alasan orang yang mempercayai bahwa rasul Paulus telah mengubah apa yang diajarkan Yesus itu merupakan sebuah persepsi bahwa ajaran Paulus tentang kasih karunia berarti mematuhi hukum taurat Elohim itu tidak diperlukan lagi. Sebelum membahas ajaran ini, yakni ajaran pada umumnya diterima masyarakat luas sekarang ini, mari kita lihat apa yang diajarkan Yesus Kristus tentang topik penting ini. Ajaran Yesus tentang hukum taurat dan kasih karunia Salah satu dari ayat Kitab Suci yang secara jelas menyingkapkan ajaran Yesus tentang hukum taurat dan kasih karunia adalah tentang seorang perempuan yang kedapatan berzinah dan dibawa kepada Yesus untuk melihat apakah Dia akan menghukum perempuan itu dengan cara melempari batu hingga dia mati atas tuntutan hukum taurat (Yohanes 8:1-11). Mula-mula Dia diam atas tuduhan itu, Dia menunduk dan menulis sesuatu di tanah dengan jariNya. Karena didesak oleh para pendakwa itu untuk membuat keputusan, Dia berkata kepada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (ayat 7). Tidak ada yang berani. Sebaliknya, mereka satu-persatu pergi mulai dari yang tertua. Ketika semua pendakwa itu pergi tanpa berani melempari perempuan itu, Yesus, yang adalah satu-satunya Pribadi yang tidak berdosa, juga tidak menghukum dia. “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang,” kata Yesus kepadanya (Yohanes 8:11). Karena kasih karunia, yakni kebaikan Elohim yang penuh kebajikan, Yesus mengampuni perempuan itu dan menyelamatkan dia dari kematian karena perbuatannya yang membuat dia berdosa. Apabila hal itu kita ekspresikan dengan bahasa kita hari ini, kasih karunia Elohim ialah bahwa Dia tidak memberikan perempuan itu apa yang pantas dia dapatkan atas perlakuannya. Apa yang diajarkan Yesus tentang hukum taurat? Hal ini, juga, disingkapkan pada bacaan di atas. Dia tidak berkata kepada perempuan itu bahwa dia bebas melakukan apa saja seperti sebelumnya. Yesus menghendaki dia untuk berubah dalam cara hidupnya – yakni bertobat. Yesus berkata, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.">https://lifehopeandtruth.com/bible/law-and-grace/jesus-vs-paul/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Beberapa orang mempercayai bahwa ajaran rasul Paulus tentang hukum taurat dan kasih karunia telah mengubah apa yang diajarkan Yesus Kristus. Jadi apakah ini antara Yesus vs Paulus? Apa yang dikatakan Alkitab? 

 

 

 

 

 

 

 

 

Alasan orang yang mempercayai bahwa rasul Paulus telah mengubah apa yang diajarkan Yesus itu merupakan sebuah persepsi bahwa ajaran Paulus tentang kasih karunia berarti  mematuhi hukum taurat Elohim itu tidak diperlukan lagi.

Sebelum membahas ajaran ini, yakni ajaran pada umumnya diterima masyarakat luas sekarang ini, mari kita lihat apa yang diajarkan Yesus Kristus tentang topik penting ini. 

Ajaran Yesus tentang hukum taurat dan kasih karunia

Salah satu dari ayat Kitab Suci yang secara jelas menyingkapkan ajaran Yesus tentang hukum taurat dan kasih karunia adalah tentang seorang perempuan yang kedapatan berzinah dan dibawa kepada Yesus untuk melihat apakah Dia akan menghukum perempuan itu dengan cara melempari batu hingga dia mati atas tuntutan hukum taurat (Yohanes 8:1-11).

Mula-mula Dia diam atas tuduhan itu, Dia menunduk dan menulis sesuatu di tanah dengan jariNya. Karena didesak oleh para pendakwa itu untuk membuat keputusan, Dia berkata kepada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (ayat 7). 

Tidak ada yang berani. Sebaliknya, mereka satu-persatu pergi mulai dari yang tertua. Ketika semua pendakwa itu pergi tanpa berani melempari perempuan itu, Yesus, yang adalah satu-satunya Pribadi yang tidak berdosa, juga tidak menghukum dia. “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang,” kata Yesus kepadanya (Yohanes 8:11).

Karena kasih karunia, yakni kebaikan Elohim yang penuh kebajikan, Yesus mengampuni perempuan itu dan menyelamatkan dia dari kematian karena perbuatannya yang membuat dia berdosa. Apabila hal itu kita ekspresikan dengan bahasa kita hari ini, kasih karunia Elohim ialah bahwa Dia tidak memberikan perempuan itu apa yang pantas dia dapatkan atas perlakuannya.    

Apa yang diajarkan Yesus tentang hukum taurat? Hal ini, juga, disingkapkan pada bacaan di atas. Dia tidak berkata kepada perempuan itu bahwa dia bebas melakukan apa saja seperti sebelumnya. Yesus menghendaki dia untuk berubah dalam cara hidupnya – yakni bertobat. Yesus berkata, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."  Pada hakekatnya, perkataan Yesus ini adalah, “Mulai dari sekarang, berperilaku baiklah.”

Yesus memelihara dan mengajarkan 10 Perintah Elohim

Apakah dia (perempuan) yang tertangkap berzinah itu harus memelihara perilaku berdasarkan norma-norma yang secara lambat laun berkembang diterima dalam masyarakat luas sebagai perilaku umum? Atau apakah dia harus berperilaku berdasarkan apa yang dia rasakan pantas untuk menjadi sebuah jalan hidup yang bisa diterima masyarakat? Jawabannya tidak terhadap kedua pertanyaan ini.

Perkataan “dosa” menyingkapkan jawabannya. Dosa artinya suatu perbuatan atau pikiran yang bertentangan dengan hukum taurat Elohim (1 Yohanes 3:4); 2 Korintus 10:4-6), bukan yang bertentangan dengan beberapa standar manusia. Yesus berkata kepada dia untuk hidup dari saat itu dan seterusnya berdasarkan 10 Perintah Elohim. Ajaran ini ditegaskan oleh contoh-contoh lain di dalam kitab Injil lainnya.

Yesus berkata kepada penguasa muda yang kaya bahwa jalan untuk keselamatan memerlukan kepatuhan terhadap 10 Perintah Elohim (Matius 19:16-21). Yesus sendiri memelihara 10 Perintah Elohim itu, termasuk perintah ke-7, yakni menguduskan hari Sabat (Lukas 4:16).

Jelasnya, Yesus tidak sedang mengisyaratkan bahwa siapapun bisa mendapat keselamatan hanya dengan melakukan 10 Perintah Elohim. Namun, Dia mengajarkan dan menunjukkan contoh bahwa Elohim telah menetapkan suatu standar perilaku yang layak bagi anak-anakNya. Standar tersebut ialah 10 Perintah Elohim.

Perintah utama

Ketika orang-orang Farisi mencoba menjebak Yesus tentang hukum yang terutama dalam hukum taurat, Dia tidak menolak menjawab. “Kemudian seorang ahli Taurat bertanya kepada Dia untuk mencobai Dia, ‘Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?’

“Yesus berkata kepada dia, ‘“Kasihilah TUHAN, Elohimmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu.’” Inilah perintah yang pertama dan yang paling utama. Dan yang kedua, yang sama dengan itu: “Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri”” (Matius 22:35-39).

Di sini Yesus mengutip Ayat Suci Alkitab dari Perjanjian Lama yang menyimpulkan pesan dari 10 Perintah Elohim.

Pertanyaan orang Farisi itu merupakan satu alasan bagi mereka yang mempercayai bahwa kematianNya akan segera mengakhiri semua perintah itu. Tetapi Yesus tidak mengatakan demikian, karena itu, gagasan mereka itu tidak benar.

Dengan menyatukan Ayat Suci ini maka tidak ada keraguan lagi bahwa Yesus melakukan 10 Perintah Elohim, dan Dia mengajarkannya kepada orang lain untuk melakukannya. Dan hal itu membuat orang-orang yang memiliki pemahaman bias terhadap hukum taurat dalam sebuah posisi yang sulit. Bagaimana anda mencocokkan ajaran Yesus untuk patuh pada hukum taurat sementara menurut anda Paulus mengajarkan bahwa kasih karunia itu meniadakan hukum taurat?   

Wahyu yang berkembang?

Pemikiran teologis dalam penjelasan mereka mengapa Paulus mengajarkan sesuatu yang berbeda dari apa yang diajarkan Yesus Kristus disebut wahyu progresif [yang berkembang lambat laun]. Sebagaimana diimplikasikan oleh perkataan itu, intinya ialah bahwa melalui surat-surat yang ditulis dikemudian hari, Elohim menambahkan secara lambat laun dan meng-update doktrin yang diajarkan Yesus pada saat Dia mengajar di bumi ini.

Barangkali hal ini mereka ajarkan melalui Paulus dimana sebagian besar Alkitab Perjanjian Baru terdiri dari surat-suratnya. Teori ini mengajarkan bahwa orang Kristen perlu mengikuti tulisan yang di-update Paulus dan bukan semata-mata apa yang diajarkan dan dilakukan Yesus.

Teori cacat ini telah menyebabkan banyak orang berasumsi salah bahwa Paulus memodifikasi atau mengubah ajaran Kristus. Padahal Paulus sangat jelas dalam subyek ini.

Ajaran Paulus tentang hukum taurat dan kasih karunia

Paulus memahami dengan sempurna bahwa dia mengajarkan kebenaran persis seperti yang diajarkan dan dipraktekkan Yesus Kristus. “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus,” kata Paulus kepada Jemaat di Korintus (1 Korintus 11:1). Pernyataan ini menyimpulkan bahwa Paulus melihat dirinya sebagai penerus doktrin Kristus, bukan penentangnya.  

Bahkan dalam bahasa yang lebih tegas, Paulus menuliskan suratnya kepada Jemaat di Galatia, “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia” (Galatia 1:6-9).

Di dalam ayat 8-9 Paulus mengucapkan kutuk pada siapapun yang mengajarkan berita injil lain daripada injil yang diajarkan Kristus! Dia mengulangi kutuk ini untuk menekankan pentingnya peringatan itu, Paulus dengan keras memperingatkan siapapun terhadap ajaran yang berbeda dengan ajaran Kristus.

Karena Paulus menggunakan bahasa demikian tegas, kita sebaiknya yakin bahwa ajaran tentang hukum taurat dan kasih karunia itu sama antara ajaran Kristus dan ajaran Paulus, dan inilah yang direfleksikan Alkitab. Paulus menghormati secara mendalam kasih karunia Elohim dan dia menghormati hukum taurat Elohim.  

“Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?”

Sebuah contoh yang baik dari ajaran Paulus dapat kita baca di dalam suratnya kepada Jemaat di Roma yang bunyinya sebagai berikut: “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?” (Roma 6:1-2).

Beberapa ayat berikutnya Paulus menekankan ajaran ini dimana dia mengulanginya dan berkata, “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!” (ayat 14-15).

Ajaran Paulus tentang hukum taurat dan kasih karunia secara jelas sama persis dengan ajaran Kristus. Paulus menghormati kasih karunia Elohim dan menghormati hukum tauratNya.

Hukum taurat vs kasih karunia?

Sayangnya, ajaran Kristus dan Paulus pada pokok bahasan ini telah diabaikan oleh banyak orang. Pada saat tertentu selama berabad-abad, sebuah gagasan yang membenturkan hukum terhadap kasih karunia terjadi di dunia Kristen.

 

 

 

 

 

 

 

Sebagaimana seorang ayah yang penuh kasih menerapkan aturan-aturan dalam keluarganya, Elohim juga telah memberikan kita hukum-hukum yang berguna untuk kebaikan kita.

Beberapa orang mencoba membenarkan diri dalam kepercayaan mereka yang salah tentang hukum taurat vs kasih karunia ini dengan cara mengajarkan bahwa Elohim memberikan 10 Perintah itu semata-mata untuk orang Israel zaman dulu sebagai Old Covenant [Perjanjian Lama], dan bahwa Perjanjian Baru tidak lagi mencakup semua dari 10 Perintah itu. Ini adalah kesalahan fatal, sebab Alkitab mengajarkan kelestarian 10 Perintah Elohim itu di dalam Perjanjian Baru dan harmoni antara hukum taurat dan kasih karunia, sebagaimana keduanya akan didokumentasikan secara erat di dalam artikel-artikel lainnya tentang hukum taurat dan kasih karunia.   

Aturan dalam keluarga

Kebenaran tentang hukum taurat dan kasih karunia Elohim bisa kita ilustrasikan seperti keluarga kita. Sebagai kepala rumah tangga, seorang ayah menetapkan aturan yang pantas di dalam keluarganya sebagai standar perilaku bagi anak-anaknya, untuk melindungi mereka dan mendidik mereka. Elohim juga melakukan hal yang sama bagi keluargaNya melalui 10 PerintahNya.

Selanjutnya, seorang ayah manusia mengampuni anaknya yang menyadari dan mengaku sepenuhnya akan kesalahannya – tetapi tidak demikian kepada anak yang tidak patuh yang berbuat semaunya, tetapi si ayah menghendaki agar anak itu kembali ke jalan yang benar menurut standar keluarganya. 

Kasih karunia Elohim juga sama bagi keluargaNya, mengampuni anak-anak yang hidup dalam perubahan sikap, hati dan pikiran terhadap dosa, supaya mereka dapat berbalik ke jalan yang benar dan hidup sesuai dengan kehendakNya. Pemahaman ini masuk akal dan, bahkan lebih penting lagi, itu alkitabiah.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Nama-nama God

Oleh Steve Moody and Erik Jones

https://lifehopeandtruth.com/god/who-is-god/names-of-god/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Alkitab menggunakan banyak nama untuk God [Elohim] Apa saja nama-nama ini, dan apa artinya? Semuanya itu mengajarkan kita suatu pelajaran yang amat penting tentang karakter dan kuasaNya. 

 

 

 

 

 

Adakah arti dari sebutan nama-nama God?  

Ya, di seluruh isi Alkitab Elohim merujuk DiriNya dengan nama dan titel yang berbeda-beda. Masing-masing nama menyingkapkan aspek sifat, karakter dan kuasaNya. Misalnya, nama Elohim, yang digunakan di Kejadian 1, adalah bentuk kata benda jamak yang pada umumnya menggunakan kata kerja tunggal. Ayat ini dan yang lain mengindikasikan bahwa Elohim lebih dari satu pribadi. Alkitab tidak mengajarkan bahwa ada sebuah “nama sakti” untuk Elohim.

Apa nama dasar untuk God? Apabila kita mempelajari Alkitab di dalam Bahasa Inggris, sepertinya Dia mempunyai dua nama: God dan LORD

Tetapi apabila kita menggali lebih dalam, kita menemui bahwa di dalam bahasa aslinya Dia memiliki banyak nama – beberapa di antaranya memiliki banyak varian.  Varian nama-nama ini sering diterjemahkan sebagai God dan LORD [Elohim dan YAHWEH (TUHAN)]

Beberapa sebutan nama bagi God

  1. Elohim
  2. El
  3. Adonai
  4. “I AM”
  5. YHWH

 

  1. Elohim = Mighty Ones [Yang Mahakuasa] (Kejadian 1:1)
  2. El = Strong, Mighty, Mighty One [Mahaperkasa] (Kejadian 14:18)
  3. Adonai = Master, Superior, the Highest Authority [Master, Yang Mulia, Penguasa Tertinggi] (Keluaran 23:17).
  4. “I AM” = The God who has existed for eternity and has no beginning or creator [Elohim yang kekal selamanya, tidak berawal atau Sang Pencipta] (Keluaran 3:14).
  5. YHWH = The Eternal, the Self-Existing God [Yang Kekal, Hidup tanpa berawal dan akhir] (Kejadian 2:4).

(Lihat daftar di akhir artikel ini untuk selengkapnya.)

Ketika kita mempelajari arti-arti nama ini, kita belajar bahwa semua itu mengajarkan kita kebenaran tentang Sang Pencipta kita. Masing-masing nama itu menyingkapkan sesuatu yang penting tentang kuasa Elohim, sifatNya, karakterNya atau perbuatanNya. Kita belajar banyak tentang Pencipta kita dengan mempelajari arti dari nama-namaNya.

Apa arti nama-nama di dalam Alkitab?

Di dalam Alkitab, nama-nama tidak digunakan untuk sekedar mengidentifikasi seseorang, tetapi sering juga mendeskripsikan kualitas tersendiri dan karakteristik dari orang yang menyandang nama itu.

Misalnya, nama Jacob dalam bahasa Ibrani (Kejadian 25:26; Kejadian 27:36) mempunyai arti sebagai “taking hold of the heel, [memegang tumit] supplanter, [pengganti] layer of snares” [jerat]. Ketika kita membaca kisah Yakub, kita menemukan bahwa nama ini persis menggambarkan karakternya sepanjang hidupnya (Kejadian 25-32).

Akan tetapi, setelah Yakub bergumul dengan Elohim sepanjang malam, Elohim mengubah namanya menjadi Israel (yang artinya “struggle with God” [bergumul melawan Elohim] atau “he prevails with God” [dia menang atas Elohim]) (Kejadian 32:28).

Oleh karena itu, di dalam Alkitab nama-nama menyingkapkan informasi penting tentang orang atau makhluk.

Tetapi bagaimana tentang nama-nama God di dalam Alkitab? Apa artinya? Apa yang disingkapkan tentang Dia?

God merujuk pada DiriNya sendiri dengan namaNya yang berbeda-beda di dalam Alkitab, dan dengan masing-masing nama itu kita belajar lebih banyak tentang Dia. Seringkali arti yang pertama kali dari nama-namaNya itu digunakan di dalam ayat Suci Alkitab memberi kita wawasan pengetahuan tentang kualitas atau karakteristik God yang Dia singkapkan melalui namaNya itu. 

Mari kita telusuri beberapa nama yang digunakan God untuk DiriNya sendiri di dalam Alkitab.

Elohim

Kata pertama yang diterjemahkan sebagai God di dalam Alkitab terdapat di Kejadian 1:1: “In the beginning God created the heavens and the earth” [Pada mulanya Elohim menciptakan langit dan bumi]. God di sini berasal dari bahasa Ibrani Elohim. Ini yang paling sering digunakan di Perjanjian Lama. Kata ini diterjemahkan sebagai God lebih dari 2,300 kali.

Elohim disingkapkan di sini sebagai Sang Pencipta langit dan bumi.

Akan tetapi, bukan hanya itu saja yang disingkapkan oleh nama ini. Elohim adalah sebuah kata berbentuk jamak. Bentuk tunggalnya ialah Eloah – sebuah kata yang hanya diterjemahkan sebanyak 52 kali dalam hubungannya dengan God yang hakiki di dalam ayat kitab Suci (41 kali di antaranya terdapat di kitab Ayub).

Di dalam bahasa Ibrani, ketika akhiran “-im” ditambahkan pada akhir sebuah kata, hal itu menjadi bentuk jamak (sama seperti akhiran “-s” di dalam bahasa Inggris dan Spanyol).

Konteks ini menunjukkan bahwa Elohim dapat digunakan untuk merujuk pada God yang hakiki atau allah-allah palsu. Pada kenyataannya, elohim diterjemahkan sebagai gods – dalam rujukannya pada allah-allah palsu – sebanyak lebih 240 kali (sebagai contoh, Keluaran 20:23).

Faktanya bahwa Elohim adalah sebuah kata bentuk jamak yang juga menyingkapkan kebenaran yang sangat penting tentang God yang hakiki. Itu menunjukkan kepada kita bahwa ada lebih dari satu pribadi dari Godhead [Ketuhanan]. Kita memahami ini dari sifat kejamakan dari Elohim di dalam Kejadian 1:26:

“Lalu Elohim berfirman: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’"

Sepanjang tahun banyak orang-orang teologia berusaha memahami bagaimana God itu bisa menjadi sebuah nama tunggal dan jamak. Dalam penggunaannya dengan bentuk jamak Elohim dalam Kejadian 1 memperkenalkan kebenaran kepada kita sebuah kebenaran sehingga menjadi lebih jelas pemahamannya di seluruh isi Alkitab: bahwa God tidak sendirian. Bacalah Yohanes 1:1-3, 14. 

Alkitab juga menyingkapkan bahwa manusia diciptakan dengan potensi menjadi anggota keluarga Elohim dan mereka menjadi anakNya laki-laki dan perempuan (2 Korintus 6:18).

El

El adalah singkatan dari Eloah dan Elohim. El menekankan arti kekuatan dan keperkasaanNya. Ini sangat sering diterjemahkan sebagai God di dalam Perjanjian Lama.

El kadang-kadang digunakan dalam hubungannya dengan kata lain untuk menggambarkan berbagai aspek dari sifat dan karakter Elohim. Berikut ini beberapa contoh:

  • El Shaddai: Perkataan Shaddai mempunyai arti “Mahakuat” atau “Mahakuasa.” Jadi, ketika digabungkan dengan El, maka nama ini berarti “God Almighty” atau “God Most Powerful” [Elohim yang Mahakuasa atau Mahaperkasa]. Itu menekankan bahwa God itu tidak ada taranya dalam kekuasaanNya. Menurut The Complete Word Study Old Testament, nama ini digunakan untuk menggambarkan God 48 kali di dalam Perjanjian Lama (hal. 2371). (Contoh-contohnya terdapat Kejadian 17:1; 28:3; Keluaran 6:3.)    
  • El Elyon: Kata sifat elyon artinya “ditinggikan, tinggi, dimuliakan” (The Complete Word Study Old Testament, p. 2349). Jadi, ketika disatukan dengan El, nama ini artinya “God the Most High” [God Yang Mahatinggi atau Mahamulia]. Ini menekankan pengertian bahwa God itu adalah penguasa tertinggi yang tidak ada taranya atas segala sesuatu. (Contoh-contoh untuk nama ini terdapat di Kejadian 14:18-20; Mazmur 78:35; 47:2; 97:9.) Menarik bahwa dalam bacaan di Yesaya tentang pencobaan Lucifer untuk menggulingkan takhta Elohim dan menjadikan dirinya sebagai “yang mahatinggi” (Yesaya 14:14). Ini merupakan sebuah usaha Lucifer yang mencoba menjatuhkan God tetapi gagal total.
  • El Olam: Kata benda olam artinya “kekal, selamanya, awet, abadi, tidak berujung, selalu, selama-lamanya” (ibid., pp. 2347-2348). Jadi, ketika disatukan dengan El, nama ini artinya “the Everlasting God [God yang abadi] atau “the Eternal God” [Tuhan kekal]. (Nama ini terdapat di Kejadian 21:33.)
  • El Mosha’ah: Kata benda mosha’ah artinya “tindakan yang menyelamatkan, atau keselamatan.” Nama ini menekankan karakter Elohim yang penuh kasih dan kuasaNya atas segalanya. Dia adalah God yang mengasihi dan yang peduli terhadap orang pilihanNya bahwa Dia membebaskan dan menyelamatkan mereka. (Nama ini terdapat hanya satu tempat di dalam Alkitab, yakni Mazmur 68:20.)

El sering dilekatkan pada nama-nama individu di dalam Alkitab. Ketika anda melihat sebuah nama yang memiliki el, itu sering menjadi nama yang menyatakan sebuah elemen kuasa dan karakter Elohim.

Beberapa contoh adalah: Israel (“orang yang menang atas God”), Samuel (“Namanya adalah El” dan “mendengar Tuhan”), Eleazar (“God telah menolong”), Immanuel (God bersama kita”), Michael (“Siapa seperti God”), Elimelech (“Tuhanku adalah raja”) dan Elijah (Tuhanku adalah Yah”).

Adonai

Kata Adonai adalah sebuah bentuk penegasan dari kata benda Adon. Arti dasar nama ini adalah “‘lord’ [tuhan] dalam pengertian superior, master, atau pemilik” (Zondervan Expository Dictionary of Bible Words, p. 416).

Kata ini menekankan arti kekuasaan yang sedang dideskripsikan. Tetapi, berbeda dari nama-nama God yang lain (seperti YHWH [TUHAN] atau “I AM” [Aku adalah Aku]), penggunaannya di dalam Alkitab tidak terbatas untuk menggambarkan hanya God saja. Nama ini kadang-kadang digunakan untuk mengidentifikasikan makhluk manusia yang memiliki kekuasaan (Kejadian 40:1). 

Ketika digunakan untuk God, para penerjemah Alkitab biasanya menerjemahkan Adonai sebagai “Lord” (dengan menggunakan huruf besar – LORD). Nama ini sering digunakan bersamaan dengan YHWH atau Elohim untuk memberikan penekanan berulang terhadap kuasa mutlak Elohim. Berikut ini adalah beberapa contoh:

  • “Ya, YAHWEH, Tuhan kami, betapa mulianya NamaMu di seluruh bumi!” (Mazmur 8:10)
  • “Sebab aku mengetahui bahwa YAHWEH itu besar, dan Tuhan (Adonai) kita mengatasi segala ilah” (Mazmur 135:5).

“I AM” [“AKU ADALAH AKU”]

Dalam Keluaran 3 kita membaca ayat-ayat dimana Elohim sedang berbicara kepada Musa dari semak duri dan menyingkapkan bahwa Musa akan diutus untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Musa bertanya kepada Elohim siapa nama yang akan dia katakan kepada orang Israel di Mesir ketika dia berbicara kepada mereka di sana (Keluaran 3:13).

Elohim menjawab, “AKU ADALAH AKU. … Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu, ‘I AM [AKU] telah mengutus aku kepadamu’” (ayat 14). Ini barangkali kedengarannya agak aneh bahwa Elohim menyebut DiriNya “I AM” [AKU]. Mengapa Dia menyebut DiriNya “AKU”?

Bahasa Ibrani untuk “AKU” adalah hayah. Dalam konteks ini, kata ini secara khusus berarti “ada.”

Apa yang dikatakan Elohim ialah bahwa Dia adalah Dia, dan Dia selalu ada. Dia tidak ada asal mula, tidak berleluhur. Dia tidak berasal dari sesuatu tempat yang bersifat fisik. Dia ada dan telah selalu ada.

Pada zaman dulu, orang seringkali diidentifikasi oleh seseorang dari mana asal orangtua mereka. Misalnya, Yosua dikenal sebagai “Yosua bin Nun” (Bilangan 11:28) dan Ismail disebut “anak Hagar, orang Mesir” (Kejadian 21:9). Si raksasa terkenal jahat yang ditewaskan oleh Daud itu dikenal sebagai “Goliat dari Gat” (1 Samuel 17:4). Rasul Paulus asal-usulnya dikenal sebagai “Saulus dari Tarsus” (Kisah Para Rasul 9:11).

Jadi, ketika Elohim menyebut DiriNya sebagai “I AM,” Dia menyatakan bahwa Dia tidak berbapa atau beribu yang menciptakan Dia. Dia tidak mempunyai silsilah dan tidak memiliki asal-usul jasmani.

Dia ada dan telah ada.

LORD (YHWH) [TUHAN (YHWH)]

Nama yang paling sering digunakan untuk God diterjemahkan sebagai LORD di dalam Perjanjian Lama.  Yang pertama kita baca di kitab Kejadian 2:4. Kata ini terdapat lebih dari 6,500 kali.

Terdiri dari empat huruf konsonan Ibrani, yang telah direpresentasikan di dalam bahasa Inggris dalam berbagai transliterasi: YHVH, JHVH, IHVH, JHWH dan YHWH. Keempat konsonan ini telah diberi sebuah nama – Tetragrammaton (sebuah kata dalam bahasa Yunani yang artinya “four letters” [empat huruf]). Kapan saja pun anda membaca huruf cetak LORD [TUHAN] di dalam Alkitab, itu diterjemahkan dari Tetragrammaton. (Ketika anda membaca “Lord” [Tuhan] bukan huruf cetak, itu biasanya diterjemahkan dari Adonai.)

Orang Yahudi menganggap kata YHWH itu terlalu suci untuk disebut, jadi mereka sengaja untuk tidak mencatat pelafalan/pengucapannya. Hari ini tidak ada orang yang tahu persis bagaimana pengucapannya.  

Bahasa Ibrani memiliki 22 konsonan [huruf mati] (sebagian Alkitab memuat konsonan ini di kitab Mazmur 119 sebagai sub judul setiap delapan ayat). Huruf vokal diindikasikan dengan cara menempatkan berbagai titik atau garis kecil sekitar konsonan-konsonan ini.

Jurutulis Yahudi yang melestarikan ayat-ayat Suci Alkitab berbahasa Ibrani dengan tangan mereka sengaja tidak menuliskan huruf vokal untuk kata ini dari naskah – dengan demikian hanya menuliskan huruf konsonan (YHWH).

Oleh karena itu, tidak ada pengucapan yang pasti dari kata ini. Pengucapan yang pada umumnya digunakan seperti Jehovah atau Yahweh adalah hanya dugaan. Sebagian besar sarjana Alkitab percaya “Yahweh” barangkali sebuah pengucapan yang lebih mendekati, karena bunyi huruf j tidak digunakan di dalam bahasa Ibrani. 

Tetapi apa yang penting bukanlah pengucapannya. Apa yang terpenting ialah arti dari nama tersebut.

Arti YHWH mirip dengan arti “I AM” [AKU ADALAH AKU]. Arti dasarnya adalah “the self-existing One” [yang ada Sendiri] atau “Yang Kekal selamanya.” Kata ini menekankan bahwa God [Elohim] telah hidup dalam kekekalan – Dia tidak bermula dan tidak berakhir. Dia tidak ada menurut sejarah atau dengan cara apapun – Dia adalah self-existent [ada sendiri]

Mounce’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words memberikan penjelasan yang baik terhadap dua nama ini: “Hubungan antara ‘I AM’ dan ‘Yahweh’ ialah bahwa keduanya adalah pribadi dalam bentuk lisan. ‘I AM’ adalah orang pertama dari kata kerja ‘to be’ … dan ‘Yahweh’ merepresentasikan orang ke-tiga dari kata kerja yang sama, seperti ‘HE IS’ atau ‘HE WILL BE” [DIA ADALAH DIA]  (p.422).

Banyak ayat Alkitab lain menjelaskan kebenaran esensial secara rinci tentang arti dari nama YHWH:

  • “Diberkatilah YAHWEH, Elohim Israel, dari kekal sampai kekal” (Mazmur 41:14).
  • “Sebelum gunung-gunung dilahirkan, bahkan sebelum Engkau membentuk bumi dan dunia, dari kekal sampai kekal, Engkaulah Elohim” (Mazmur 90:2).
  • “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi yang mendiami kekekalan dan yang NamaNya adalah Kudus, ‘Aku bersemayam di tempat tinggi di tempat kudus, tetapi juga bersama dengan orang-orang yang remuk dan rendah hati, untuk memulihkan semangat orang-orang yang rendah hati, dan untuk memulihkan orang-orang yang remuk hati” (Yesaya 57:15).
  • "Tetapi engkau, hai Bethlehem Efrata, sekalipun engkau yang terkecil di antara kaum Yehuda, namun dari padamu akan bangkit bagiKu, seorang yang akan memerintah Israel, yang sudah ada dari sejak zaman dahulu kala, sekarang dan selamanya” (Micah 5:2).

Seperti nama El, YHWH juga digunakan dalam hubungannya dengan atribut lain Elohim untuk menyebut nama-nama bentukan dari YHWH.

Berikut adalah beberapa contoh:

  • YHWH Rapha: Kata kerja rapha artinya “menyembuhkan,” “mengobati” atau “menjadikan sehat.” Jadi ketika disatukan dengan El, nama ini artinya “Elohim Yang Memulihkan.” Kita membaca nama ini di Keluaran 15:26: “Karena Akulah YAHWEH, Penyembuhmu." Banyak ayat Alkitab menunjukkan kuasa Elohim untuk menyembuhkan penyakit dan untuk membangkitkan orang mati (Mazmur 41:3; 107:20;146:8; 147:3; Yesaya 53:5).
  • YHWH Jirah: Sebagian besar Alkitab berbahasa Inggris menerjemahkan arti nama ini dengan jelas di dalam bacaan dimana itu digunakan: "The-LORD-WILL-Provide” [Di atas gunungNya, YAHWEH menyediakan] (Kejadian 22:14). Banyak bacaan Alkitab menjelaskan dengan rinci di dalam aspek karakter Elohim – bahwa Dia senang memberkati kita dan menyediakan seluruh kebutuhan kita (Mazmur 65:9-13; 107:9; 145:16; Matius 6:26; Filipi 4:19; Yakobus 1:17).   
  • YHWH Nissi: Sebagian besar Alkitab berbahasa Inggris juga menjelaskan nama ini dengan jelas di dalam terjemahannya: “The-LORD-IS-My-Banner” [YAHWEH Nissi, YAHWEH Panji-panjiku (Keluaran 17:15). Panji adalah bendera atau standar yang menunjukkan suatu laskar atau sebuah kelompok untuk mengidentifikasi, dari jauh, siapa dan dimana mereka. Nama ini menunjukkan bahwa kita sebaiknya selalu melihat Elohim sebagai pelindung kita pada saat kita menghadapi pergumulan hidup. Kita datang kepada Dia untuk pertolongan dalam mencapai kemenangan rohani (1 Korintus 15:57).  
  • YHWH Tsidkenu: Perkataan tsidkenu dalam bahasa Ibrani (atau tsedeq) artinya “kebenaran, kelurusan, atau apa yang benar dan adil.” Kita membaca nama ini dalam dua tempat di dalam Alkitab, dan keduanya di kitab Yeremia: “YAHWEH Tsidkenu, YAHWEH Kebenaran Kita” (Yeremia 23:6, juga di Yeremia 33:16). Nama ini menekankan bahwa karakter Elohim dan jalanNya sempurna, benar dan adil. Tidak ada kesalahan di dalam Elohim; tindakanNya, jalanNya dan pengadilanNya dan penghakimanNya selalau benar (Ulangan 32:4; Mazmur 7:11; 145:17; 1 Yohanes 1:5). Elohim memberi kita 10 Perintah untuk menolong kita belajar bagaimana untuk benar seperti Dia (Mazmur 119:172).
  • YHWH Tsaba’: Bahasa Ibrani tsaba’ adalah sebuah bentuk kata benda yang menggambarkan sebuah bala tentara – sekumpulan tentara yang siap untuk berperang. Alkitab berbahasa Inggris biasanya menerjemahkan kata ini sebagai host, sebuah kata dalam bahasa Inggris kuno yang berarti sekumpulan tentara atau pasukan dalam jumlah besar yang terorganisir untuk perang. Jadi nama ini diterjemahkan di sebagian besar terjemahan Alkitab sebagai: “The LORD of hosts” [TUHAN bala tentara] (Mazmur 24:10). Ini digunakan sebanyak 235 kali di dalam Perjanjian Lama. Nama ini menekankan kuasa tertinggi Elohim dan kepemimpinan atas bala tentara malaikat di sorga. Alkitab menjelaskan bala tentara malaikat Elohim sebagai “innumerable” [yang tidak terhitung banyaknya] (Ibrani 12:22; baca juga Wahyu 5:11). Nama “LORD of hosts” menggambarkan bayangan yang dinubuatkan atas kedatangan Yesus Kristus kembali ke bumi ini – yang diikuti oleh hosts of angels [malaikat yang berlaksa-laksa] yang akan bergabung dengan orang-orang kudus yang dibangkitkan (Matius 25:31; Markus 8:38; 1 Tesalonika 3:13; Yudas 1:14). Hal ini menekankan kuasa dan kekuatan Elohim yang absolut dan yang tidak ada taranya.
  • YHWH Shalom: Shalom artinya “damai.” Tetapi kata ini digunakan dalam hubungannya dengan nama Elohim, yang secara spesifik menggambarkan bahwa damai hanya datang dari Elohim. Nama YHWH Shalom ini hanya sekali digunakan di dalam Alkitab, yakni di Hakim-hakim 6:24: “YAHWEH Shalom, YAHWEH Damai Sejahtera.” Nama ini mengajarkan kepada kita bahwa damai sejati (hati damai, kehidupan damai dan damai bagi dunia) datang hanya dari Elohim dan kebenaranNya. Alkitab menjelaskan dalam banyak hal bagaimana Elohim membawa damai (Mazmur 23:1-6; 119:165; Yesaya 26:3, 9:6; Yohanes 14:27; Filipi 4:6-7; 2 Tesalonika 3:16).  

Ada satu bacaan di dalam Alkitab yang unik karena berisi Tetragrammaton [nama-nama untuk Tuhan dalam bahasa Ibrani] dan juga nama-nama besar God lainnya – semuanya dirangkum dalam satu ayat:

  • “Sebab YAHWEH, Elohimmu, Dialah Elohim atas segala ilah dan Tuhan atas segala tuhan [Adon], Elohim [El] yang besar, yang perkasa dan dahsyat, yang tidak memandang muka, dan tidak menerima suap” (Ulangan 10:17).

Belajar dari nama God yang berbeda-beda di dalam Alkitab

Kami berharap artikel ini telah menolong anda dalam memperoleh pemahaman yang lebih dalam atas nama-nama yang telah digunakan oleh Sang Pencipta anda untuk menyingkapkan DiriNya. Nama-nama God tidaklah sekedar bunyi fonetik yang kosong, tetapi pernyataan yang mengandung arti yang mendalam dari kuasaNya, karakterNya dan banyak hal yang dikerjakanNya bagi orang-orang kudusNya.

Dengan mempelajari banyak nama-nama bagi Elohim di dalam Alkitab, kita bisa mengenal Dia lebih dekat.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Tempat yang Aman

oleh Jim Haeffele

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/place-of-safety/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Apakah Alkitab berbicara tentang sebuah “tempat khusus yang aman” untuk orang Kristen pada masa Great Tribulation [Masa Siksaan Dahsyat] dan pada saat Hari Tuhan? Jika demikian, di mana itu?

 

 

 

 

 

 

 

 

Dalam khotbahNya yang dikenal sebagai Khotbah di Bukit Zaitun, Yesus berkata, “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat [artinya tidak ada orang yang akan hidup]; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat” (Matius 24:21-22).

Apa yang terjadi dengan orang Kristen selama masa Great Tribulation? Ajaran populer hari ini ialah bahwa mereka akan diangkat secara diam-diam ke sorga sebelum Great Tribulation terjadi dan sebelum Kristus kembali ke bumi ini sampai akhir Great Tribulation itu dan Setan disingkirkan.

Apa ajaran Alkitab yang benar tentang apa yang akan terjadi dengan orang Kristen selama Great Tribulation?

Dalam nubuat Yesus kepada ketujuh jemaat, yang diberikan kepada Yohanes untuk dituliskan di dalam kitab Wahyu, Yesus berkata, “Karena engkau menuruti firmanKu, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi” (Wahyu 3:10). Pencobaan yang akan datang ke seluruh bumi ini adalah Great Tribulation.

Orang-orang Kristen ini akan dilindungi pada masa Great Tribulation karena mereka “menuruti” firman Kristus, untuk tekun menantikan Dia dan mereka melakukan perintah-perintah Elohim (Wahyu 14:12). Tetapi bagaimana dan dimana mereka akan dilindungi pada masa “hari pencobaan” itu?

Seorang Perempuan terbang ke padang gurun

Dalam bab 12 kitab Wahyu Yohanes menulis tentang sebuah peperangan di sorga antara Setan dan malaikat agung, Mikhael. Tetapi Setan akan dikalahkan dan dilemparkan ke bumi. Kemudian Setan akan marah sekali karena dia tahu bahwa waktunya tinggal sedikit lagi. Dia akan mendatangkan great tribulation (perang) dan menganiaya perempuan itu, yang merupakan lambang dari Gereja atau Jemaat Kristus (ayat 12-13).

Ayat 14 menjelaskan, “Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular [Setan] itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.”

Perhatikan bahwa perempuan itu artinya Jemaat, yang akan “terbang ke tempatnya.” Perkataan “tempat” di sini dalam bentuk tunggal. Ayat ini juga berkata Jemaat itu dipelihara selama 3½ tahun (selama satu masa = 1 tahun,  dan dua masa = 2 tahun, dan setengah masa = ½ tahun (baca juga Wahyu 13:5). 

Apakah Alkitab mengindikasikan lokasi padang gurun ini atau “tempat yang aman”?

Beberapa orang berspekulasi tentang dimana tempat perlindungan yang aman itu, beberapa di antara mereka menyebutkan Petra di Jordan, tetapi Alkitab tidak mengindikasikan itu dengan jelas sebagai tempat yang spesifik. Kita tidak tahu bahwa sebagian dari Jemaat itu akan dibawa ke “tempatnya” di padang gurun (Wahyu 12:14) dimana dia akan “dipelihara” – diberikan perlindungan. Firman itu mengimplikasikan bahwa ada sebuah lokasi yang akan disediakan dimana Jemaat akan dilindungi dan dipelihara, tetapi ayat Suci Alkitab tidak mengidentifikasi tempat itu dengan jelas.

Apakah semua dillindungi di tempat aman itu?

Tetapi apakah semua orang Kristen akan ikut ke tempat itu? Meskipun beberapa orang Kristen akan dipelihara dan dilindungi, nampaknya yang lain akan menderita penganiayaan dan menjadi martir selama masa Great Tribulation itu (Wahyu 6:9-11; 12:17).

Berbicara tentang hari kedatanganNya yang kedua kali, Yesus berkata, “Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikatNya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihanNya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain” (Matius 24:31). Ketika Kristus kembali, Dia akan membangkitkan orang-orang kudus yang setia dari kubur mereka dan mereka yang masih hidup akan diubahkan dalam sekejap mata menjadi roh. Orang-orang kudus yang masih hidup saat itu akan hidup selama masa Great Tribulation itu. Apakah mereka akan dilindungi di sebuah lokasi atau di “tempat yang aman”?

Wahyu 7 menggambarkan sejumlah besar orang, yakni sebanyak 144,000 (ayat 3-4) dan juga “suatu kumpulan besar orang yang tidak dapat terhitung banyaknya” (ayat 9) yang telah “keluar dari kesusahan yang besar” itu (ayat 14). Alkitab tidak menjelaskan entah mereka ini akan berada di padang gurun selama bagian akhir Great Tribulation atau entah mereka akan dibawa ke sebuah lokasi semacam itu setelah mereka di “meteraikan” untuk perlindungan. Persisnya bagaimana dan dimana mereka dilindungi tidak disingkapkan. 

Elohim melindungi orang-orang kudusNya

Kitab Mazmur berisi banyak ayat yang berbicara tentang perlindungan Elohim bagi orang-orang kudusNya yang setia. Fokus bacaan ini ialah iman percaya kepada Elohim, dan bukan menceritakan lokasi khusus sebagai tempat perlindungan.

  • Mazmur 18:3: “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Elohimku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!”
  • Mazmur 27:5:  “Sebab pada masa kesukaran, Dia melindungi aku dalam rumahNya dalam persembunyian di kemahNya; Dia mengangkat aku ke atas gunung batu.”
  • Mazmur 31:20: “Oh, betapa besar kebaikanMu yang telah Engkau sediakan bagi orang-orang yang takut kepadaMu; yang telah Engkau lakukan bagi orang-orang yang percaya kepadaMu di hadapan anak-anak manusia.”
  • Mazmur 32:7: “Engkaulah tempat persembunyianku, Engkau menjagai aku dari kesukaran; Engkau melingkupiku dengan nyanyian pembebasan. Selah.”
  • Mazmur 91:7: “Seribu orang akan rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan mendekat kepadamu. Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu.”
  • Mazmur 121:7: “TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.”

Janji-janji perlindungan ini akan digenapi bagi perempuan yang akan “terbang ke tempatnya di padang gurun” itu, untuk mereka yang “keluar dari kesusahan yang besar [Great Tribulation]” itu, dan bagi mereka yang masih hidup, yakni yang dikumpulkan dari “keempat penjuru bumi” pada saat kedatangan Kristus kembali. Benang merah dalam semua contoh ayat Suci Alkitab ini ialah bahwa Elohim akan melindungi mereka yang setia dan giat untuk melayani, menuruti dan beriman kepada Dia.

Ringkasan Tempat yang aman

Apa yang dapat kita simpulkan dari ayat-ayat Suci ini dalam kaitannya dengan “tempat yang aman”?

  • Alkitab berkata beberapa orang Kristen akan pergi ke padang gurun untuk mendapat perlindungan terhadap Setan dan kegeramannya (Wahyu 12:14)
  • Alkitab juga berkata bahwa beberapa orang Kristen akan pergi ke “tempat yang aman” dan Setan akan memerangi mereka (Wahyu 12:17).
  • Alkitab juga menunjukkan bahwa banyak dari pelayan setia Elohim lainnya akan di “meteraikan” untuk dilindungi (Wahyu 7:3-8)
  • Beberapa ayat dari kitab Mazmur berbicara tentang perlindungan Tuhan bagi orang-orang kudusNya yang setia

Ajaran Yesus terhadap orang Kristen hari ini

Place of safety atau tempat yang aman barangkali merupakan subjek yang membuat kita penasaran untuk kita pelajari, tetapi itu bukanlah tempat yang diinginkan Yesus bagi orang Kristen. Benar bahwa Dia mengajarkan kita untuk selalu “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia" (Lukas 21:36). Tetapi rasa khawatir akan keselamatan pribadi dengan melupakan tanggung jawab rohani lainnya bukanlah sesuatu yang dipikirkan oleh Kristus.

Pada KhotbahNya di Bukit Zaitun, Yesus berkata, “Tetapi carilah terlebih dahulu Kerajaan Elohim dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Jika orang Kristen mencari Kerajaan Elohim dan kebenaranNya terlebih dahulu, maka mereka akan tetap berjaga-jaga dan berdoa dan Yesus akan bersama mereka selalu, “sampai akhir zaman” (Matius 28:20).

Untuk mempelajarinya lebih lanjut bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa itu Kerajaan Allah?” 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah Anda Akan Mengenali Antikristus?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/end-times/antichrist/will-you-recognize-the-antichrist/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Bagaimana menandai orang jahat ini telah menjadi teka-teki selama hampir 2,000 tahun. Apa yang sebenarnya dikatakan Alkitab tentang karakter keji ini?

 

 

 

 

 

 

Antikristus.

Bagi orang Kristen, sebutan ini sangat menakutkan. Itu menyulap mimpi buruk  pemimpin karismatik yang memiliki kemampuan persuasif yang hebat, yakni yang “memenangkan” jiwa-jiwa dan pikiran orang di seluruh dunia. Dalam imajinasi populernya (yang kadang-kadang dia menggabungkannya dengan karakter-karakter alkitabiah yang berbeda-beda yang seolah-olah benar), latarbelakang pesona tipu daya sesat ini terdapat  gambar-gambar mikrocip, bilangan-bilangan misterius dan para pengikut sejatinya.  

Perkataan ini berasal dari bahasa Yunani antichristos, yang artinya “musuh Mesias” (Thayer’s Greek Definitions). Dalam pengertian umum, apa saja yang menentang Kristus adalah anti-Kristus, tetapi itu merupakan konsep dari seorang individu tertentu yang akan menyesatkan orang sebelum Yesus kembali ke bumi ini, dimana hal ini telah menarik perhatian orang. Ide dan pendapat telah banyak bermunculan tentang siapa orang – anti-Kristus – ini sejak rasul Yohanes menggunakan istilah ini pada abad pertama.

Kepercayaan Antikristus itu memiliki sejarah yang berubah-ubah. Pada saat yang sama masa Reformasi dan masa setelah itu, Protestan mengklaim bahwa paus itu merupakan Antikristus. Katolik menyangkal tuduhan itu dan menyebutkan teologia pertamalah yang memiliki beragam ide tentang Antikristus, termasuk spekulasi yang berdasarkan Kejadian 49:17 bahwa dia sepertinya seorang dari keturunan suku Dan, bahwa dia mungkin akan memerintah dari bait suci yang dibangun kembali di Yerusalem, dan bahwa dia akan berhasil menyesatkan orang-orang Yahudi sehingga mereka percaya bahwa dia adalah Mesias yang dijanjikan bagi mereka yang memang telah lama mereka tunggu.

Protestan pada awal tahun 1600an terpecah-pecah dan berpendapat beragam entah konsep antikristus itu merupakan suatu kekuatan kontra agama perseorangan atau organisasi yang saat itu muncul (menurut ajaran William Tyndale) atau entah itu merepresentasikan seorang yang akan muncul (menurut pendapat mayoritas reformers [para pembaharu]).

Tahun-tahun belakangan ini beberapa orang mengatakan bahwa figur politisi U.S. terkemuka termasuk George W. Bush, William Clinton, Barack Obama, Hillary Clinton dan Donald Trump, mungkin jadi orang yang dimaksud ini.

Dengan mengesampingkan spekulasi ini, mari kita perhatikan apa yang sebenarnya yang dikatakan Alkitab tentang pemimpin agama yang jahat dan seram ini.

Kristus palsu akan muncul

Di dalam khotbahNya yang terkenal disebut Khotbah di Bukit Zaitun itu, Yesus memprediksi jatuhnya Yerusalem dan kondisi seperti apa akan terjadi sebelum Dia kembali ke bumi ini. Secara spesifik Yesus memperingatkan para pengikutNya bahwa banyak yang akan datang dalam namaNya dengan “berkata, ‘Akulah Mesias,’ dan mereka akan menyesatkan banyak orang” (Matius 24:5). Dia menambahkan, “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga” (ayat 24).  

Rasul Yohanes adalah satu-satunya penulis alkitabiah yang menggunakan kata antikristus, dan dia menggunakan itu di empat ayat dalam tulisannya. Di dalam 1 Yohanes 2:22 dia menamai siapa saja yang menyangakal Bapa dan Anak adalah “antikristus,” dan di dalam 2 Yohanes 1:7 dia menandai seseorang yang tidak mengakui bahwa Yesus datang di dalam daging merupakan “seorang penyesat dan seorang antikristus.” Dalam bacaan ini, antikristus adalah sebuah istilah umum yang dapat diaplikasikan terhadap lebih dari satu individu.

Yohanes juga menggunakan istilah ini untuk merujuk pada satu orang tertentu yang akan bangkit pada akhir zaman ini. “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir” (1 Yohanes 2:18).

Kemudian dalam surat yang sama Yohanes menggambarkan mereka yang menyangkal Yesus telah datang dalam daging sebagai “roh antikristus” (1 John 4:3).

Nama lain untuk Antikristus

Paulus, dan Yesus dalam suatu penglihatan yang diberikan kepada Yohanes, juga menggambarkan seorang pemimpin agama tertentu yang akan menyesatkan sebagian besar orang sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Meskipun Paulus dan Yesus menggunakan nama yang berbeda terhadap individu ini, nampaknya jelas bahwa mereka merujuk pada orang yang sama. Tulisan itu merujuk pada profil Antikristus itu.

Surat yang ditulis kepada anggota Jemaat di Tesalonika, Paulus memohon mereka dengan sangat supaya “jangan lekas bingung dan gelisah … seolah-olah hari Tuhan telah tiba” (2 Tesalonika 2:2. Dia menjelaskan, “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, Ia akan menentang dan meninggikan diri di atas semua yang disebut dan disembah sebagai Elohim, bahkan ia akan duduk di Bait Elohim dan menyatakan dirinya sebagai Elohim” (ayat 3-4).

“Manusia lalim”, “manusia jahat”, “manusia durhaka” ini, sebagaimana Paulus namakan dia, akan mengklaim sebagai Kristus (ayat 3-4, 8). Karena “rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu” yang diberikan kepada dia oleh Setan, banyak orang akan disesatkan oleh “dusta” ini (ayat 9-11). Tetapi manusia jahat ini akan dihancurkan oleh Kristus pada saat kedatanganNya yang kedua kali (ayat 8).

Karena Paulus telah menuliskan individu ini beberapa dekade sebelum Yohanes menuliskan suratnya, Yohanes mungkin sudah memahami tulisan Paulus saat dia menulis tentang Antikristus.

Bukti dari kitab Wahyu

Memastikan apa yang dituliskan Paulus dan Yohanes sebelumnya, Yesus menyingkapkan kepada Yohanes dalam kitab Wahyu 13 bahwa dua “binatang” akan bangkit untuk menguasai situasi pada akhir zaman sebelum kedatanganNya yang kedua kali ke bumi ini. Satu dari binatang itu merepresentasikan seorang pemimpin agama. Meskipun keduanya menentang Kristus sejati, binatang yang kedua ini nampaknya memainkan peran utama sebagai Antikristus yang disebutkan Yohanes.

Binatang kedua ini menyerupai seekor domba (gambaran dari Kristus palsu), namun berbicara seperti seekor naga, yang adalah nama untuk Setan (Wahyu 13:11; 12:9). Binatang kedua yang di dalam Wahyu ini kemudian disebut sebagai “nabi palsu” (Wahyu 16:13; 19:20; 20:10).

Binatang kedua yang disebut di kitab Wahyu ini juga akan menyesatkan orang melalui tanda-tanda yang dahsyat yang akan dia kerjakan – bahkan menurunkan api dari langit ke bumi (Wahyu 13:13-14). Dan binatang ini akan mengadakan penekanan untuk menerima binatang pertama itu – sebuah kuasa pemerintahan – dengan cara mengendalikan orang dalam hal membeli dan menjual melalui “tanda dari binatang itu, atau bilangan namanya” (ayat 17). Untuk informasi lebih lanjut, bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Tanda dari Binatang.”

Apa yang menakjubkan di sini ialah bahwa kebebasan orang berpolitik akan diambil alih, dan mereka akan disesatkan hingga mereka menganggap bahwa mereka sedang berbakti kepada Kristus sejati! Orang akan mengira bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan yang normal dan baik (sebab keadaan ekonomi akan sangat membaik)! Namun yang demikian merupakan sifat dari penyesatan. Orang yang disesatkan tidak sadar bahwa mereka sedang disesatkan.

Sementara Setan telah menjadi master dalam melakukan kejahatan itu menjadi seperti normal dan baik (bandingkan dengan Wahyu 12:9 dan Yesaya 5:20), maka hal ini akan menjadi penyesatan terbesar Setan. Mengingat bahwa khayalan ini akan meluas kemana-mana di akhir zaman – yakni menyesatkan semua orang tetapi sedikit yang menolak tuntutan Antikristus itu – kita sekarang melihat secara lebih hati-hati terhadap sifat penyesatan ini.

Bagaimana mengenali Antikristus

“Manusia lalim”, “manusia jahat”, “manusia durhaka” ini, sebagaimana Paulus menamakannya, Antikristus memberikan clues [petunjuk] untuk mengenali si penyesat pada akhir zaman ini. Nama ini mengindikasikan bahwa Antikristus itu tidak akan hidup menurut hukum-hukum Elohim atau mengajar orang lain untuk melakukan hukum-hukum itu.

Jadi apakah Antikristus akan secara terang-terangan mengajarkan penolakan Elohim (melanggar Perintah Pertama itu, Keluaran 20:3-4), membunuh (melanggar Perintah Keenam, ayat 13) dan mencuri (melanggar Perintah Kedelapan, ayat 15)?

Barangkali tidak. Sepertinya cara itu terlalu mencolok.

Sepertinya Antikristus akan terus melanggar hukum-hukum Elohim seperti yang biasanya dilakukan oleh orang-orang Kristen dunia ini pada umumnya. Apa di antara hukum-hukum yang mereka langgar?

Hukum Elohim yang mengajarkan kita untuk menguduskan hari Sabat (Sabtu) dan beribadah kepada Dia pada hari itu (Keluaran 20:8; Imamat 23:3). Jemaat Perjanjian Baru terus merayakan hari itu (Kisah Para Rasul 13:14, 42; 16:13; 17:2; 18:4; dll). Sebaliknya, sebagian besar gereja hari ini menganggap hari Minggu sebagai hari beribadah. (Bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Perintah Keempat: Ingatlah dan Kuduskanlah Hari Sabat” dan “Apakah hari Sabat itu diganti ke hari Minggu?”

Hukum Elohim mengajarkan kita untuk merayakan hari-hari Raya Elohim (Imamat 23) dan bukan merayakan hari raya agama paganisme (agama penyembah berhala) (Ulangan 12:29-32). Daripada mematuhi Elohim dan apa yang diperintahkanNya, sebagian besar gereja sekarang di dunia ini telah mengabaikan hari-hari kudus alkitabiah dan menerima ajaran atau perayaan-perayaan yang berasal dari agama paganisme, seperti Natal dan Easter.
Hukum Elohim memerintahkan kita untuk tidak membuat patung pahatan dan beribadah kepadanya (Keluaran 20:4-5; Imamat 26:1). Namun banyak gereja-gereja hari ini menggunakan gambar-gambar dan patung-patung sebagai bagian dari praktek agama mereka.

Dengan melanggar hukum-hukum Elohim ini, yakni hukum-hukum yang sering diabaikan ini, Antikristus itu akan jadi “manusia lalim”, dan “manusia durhaka.” Tetapi orang-orang Kristen nominal yang tidak memahami perintah-perintah Elohim, bagi mereka perilaku Antikristus itu akan terlihat normal. Mereka tidak mencurigai dia sebagai seorang penyesat.

Peran keajaiban

Kemudian ketika Antikristus mulai menggunakan kuasa supernatural yang akan diberikan kepada dia oleh Setan, orang akan dengan sendirinya tersesat. Bagaimana pun juga, perbuatan ajaib sungguh susah disangkal.

Namun demikian, apa yang tidak disadari oleh orang Kristen mainstream ialah bahwa mujizat tidaklah selamanya menjadi bukti restu dari Elohim. Dulu Elohim menjelaskan bahwa jika seorang nabi muncul dan memberikan “kepadamu suatu tanda atau mujizat” tetapi ajarannya bertentangan dengan hukum Elohim, “maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi. … TUHAN, Elohimmu harus kamu ikuti,  kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya” (Ulangan 13:1-4).  

Kita harus mengingat bahwa Setan akan memberikan Antikristus kuasa untuk melakukan “mujizat palsu” (2 Tesalonika 2:9).

Kami berdoa agar anda dapat dengan hati-hati membuktikannya dan hidup menurut hukum-hukum yang diperintahkan Elohim untuk anda patuhi sehingga anda akan mampu mengenali Antikristus.

Untuk pelajaran lebih lanjut dalam rangka mematuhi perintah Kristus “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia" (Lukas 21:36), bacalah terus artikel-artikel kami pada situs ini.

Untuk pelajaran lebih lanjut, bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa Yang Dikatakan Alkitab Tentang Antikristus?”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Bagaimana Anda Menghormati Orangtua Anda Sebagai Seorang Dewasa

oleh Becky Sweat

https://lifehopeandtruth.com/relationships/family/how-to-honor-your-parents-as-an-adult/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Ketika kita sudah dewasa, hidup mandiri dan meninggalkan rumah orangtua, itu bukan berarti kita juga meninggalkan Perintah Kelima. Tetapi apa arti menghormati orangtua ketika kita sudah dewasa?

 

 

 

 

 

 

Ketika ayah saya, yakni yang sudah duda, pertama kali pindah dan tinggal bersama kami, saya tidak begitu yakin bahwa hal itu akan berjalan baik. Dan sepertinya saya dibayang-bayangi perasaan bahwa hal itu tidak akan menjadi sebuah pengalaman positif – baik bagi dia maupun bagi keluarga saya.

Hubungan saya dengan ayah saya tidak dekat. Ketika saya bertumbuh ke arah kehidupan dewasa, saya bertanya-tanya dan ingin tahu mengapa saya bisa mempunyai seorang ayah yang pribadinya, perspektifnya, perhatiannya dan pendekatannya terhadap kehidupan benar-benar berbeda dengan saya.

Saya sayang sama ayah saya, tetapi kami dua pribadi yang berbeda. Kesukaannya  dulu menonton TV, khususnya dunia Barat zaman dulu, atau pergi jalan-jalan ke tempat yang lengang atau pergi mancing … tanpa teman. Dia tidak suka pada keramaian, dia berusaha mengindar dari kumpulan sosial dan kegiatan-kegiatan kelompok.

Saya jarang nonton TV, dan gaya hidup saya sama sekali bukan kesendirian. Saya suka sekali berkumpul di rumah – terutama dalam pesta-pesta besar. Jika saya melakukan sesuatu di luar rumah, misalnya, belanja, saya ngobrol dengan siapa saja yang bertemu dengan saya – kasir, teman belanja yang lagi antri, siapa saja. Sebaliknya, Ayah saya, menghindari pergi ke toko dan restoran dimana pelayan-pelayannya “sangat ramah.” Dia tidak suka ikut serta dalam bercakap-cakap dengan orang yang dia tidak kenal.

Dan bukan saja ayahku dan saya bertolak belakang, kami juga pada dasarnya boleh dikatakan seperti “orang asing” terhadap satu sama lain. Ketika saya memasuki bangku kuliah, saya pindah ke kota lain, sejauh kira-kira 100 mil dari kampung saya. Setelah lulus kuliah, saya pindah ke negara lain dan selama beberapa puluh tahun berikutnya, saya tinggal 2,000 mil jauhnya dari ayah saya. Selama tahun-tahun itu, kami jarang bertemu. Tetapi biasanya bicara di telepon sekali atau dua kali seminggu. Tetapi percakapan itu hanya ngobrol biasa – bukan  sesuatu percakapan yang “berarti.”

Jadi seperti apa rasanya jika ayah saya tinggal bersama kami? Apakah itu akan berjalan baik?

Faktanya, meskipun rumah kami tidak ideal atau cocok untuk ayah saya, suami saya dan saya percaya bahwa membawa dia ke rumah kami adalah keputusan yang benar untuk kami lakukan. Ayah saya telah mengalami penurunan kesehatan dan masalah keuangan. Jika dia tidak tinggal bersama kami, opsi lain akan menjadi sesuatu yang sangat merugikan dia.

Menerapkan Perintah Kelima

Perintah Kelima, yang terdapat di kitab Keluaran 20:12, memerintahkan kita sbb, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Elohimmu, kepadamu.” Kami merasa bahwa jika kami tidak menolong ayah saya pada saat dia memerlukan pertolongan, ketika kami bisa, berarti mengabaikan perintah ini.

Jelasnya, perintah ini tidak berarti hanya anak-anak yang sedang bertumbuh perlu mematuhi orangtua mereka, tetapi kita perlu harus menghormati mereka. Tanpa mempersoalkan umur kita, kita perlu menunjukkan rasa hormat kepada mereka, menghargai dan menghormati. Jika orangtua kita butuh pertolongan, kita harus berusaha dan memastikan mereka mendapat perhatian dan pertolongan dengan baik.

Jika anda telah selalu memiliki hubungan yang sehat dengan orangtua anda, mungkin penghormatan semacam ini secara alami berjalan sangat baik. Tetapi jika anda menghubungkannya dengan situasi yang saya alami dan belum pernah berkomunikasi dengan baik dengan ibu atau ayah anda, mungkin hal ini agak sulit. Dan bahkan bisa lebih sulit jika orangtua anda tidak pantas mendapat penghormatan, atau jika anda melihat lebih banyak kelemahan daripada sisi positifnya.

Namun demikian, Perintah Kelima itu tidak berkata kita hanya menghormati orangtua kita kalau mereka pantas dihormati, atau ketika mereka baik kepada kita atau mereka pantas mendapat hormat. Kita perlu menghormati mereka meskipun mereka sulit untuk akur dengan kita.

Apabila kita menghormati orangtua kita, itu berarti kita menghormati dan melakukan yang berkenan kepada Elohim (Kolose 3:20).

Bacalah juga artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa itu 10 Perintah?”

Beberapa saran praktis

Sebagai seorang dewasa, banyak cara untuk mengekspresikan kasih kesalehan dan hormat terhadap orangtua kita, tanpa mempersoalkan hubungan seperti apa antara kita dengan orangtua kita. Berikut ini adalah beberapa saran praktis:  

1. Pergunakanlah waktu bersama mereka

Kunjungi dan telepon orangtua anda dari waktu ke waktu. Jika anda tinggal di dalam kota yang sama dengan orangtua anda, ini bisa berarti anda membawa mereka makan siang, menemui mereka untuk sekedar minum teh atau kopi atau mengajak mereka ke rumah anda untuk makam malam. Tanyakan bagaimana kabar mereka dan ceritakan apa yang sedang anda kerjakan dalam kehidupan anda. Jika anda tinggal jauh dari mereka, tetap menghubungi mereka melalui telepon atau gunakan video call untuk bercakap-cakap.

Ketika kita menghormati orangtua kita, maka secara otomatis kita menghormati Elohim. Saya punya seorang teman di Illinois yang menelepon orangtuanya di Eropa setiap Sabtu pagi. Mereka mempunyai kamera web terpasang.  Mereka saling mengisi akhir pekan mereka sementara teman saya itu dengan suaminya makan pagi dan, karena perbedaan waktu, orangtuanya makan malam. “Situasi itu terasa seperti situasi makan bersama satu meja sungguhan,” kata teman saya. “Ibu dan ayah merasa tetap berhubungan dengan kami dalam suasana cakap-cakap sehari-hari.”

Sekalipun percakapan anda hanya tentang masalah rutin, masalah duniawi, jangan anda remehkan pentingnya percakapan anda dengan orangtua anda. Itulah sebuah kesalahan yang saya buat dengan ayah saya. Tetapi setelah dia tinggal bersama kami, dia berkata kapada saya betapa berartinya percakapan telepon itu bagi dia – meskipun hal itu hanya percakapan ringan tentang bagaimana kabar dan keadaan cuaca.

2. Jadilah pendengar yang baik

Jika orangtua anda ingin mengenang hari-hari menyenangkan di masa lalunya, biarkan mereka melakukan hal itu. Ayahku tentu punya cerita-carita masa lalu. Dulu pernah dimana lebahnya mengerumuni papan loncat kolam renang tetangga. Dan bagaimana dia memenangkan pameran dan bagaimana dia bertemu dengan ibu saya – dan seterusnya. Saya senang mendengarkan semua kisah-kisah masa lalunya dan saya tahu sebagian besar dari semua itu secara rinci. Dan sekarang juga saya masih penting mendengarkannya.

Tentu saja orangtua anda juga mungkin ingin membicarakan apa yang sedang terjadi di dalam kehidupan mereka – tentang pekerjaan mereka atau hobi mereka, pengalaman menarik mereka, kesulitan yang sedang mereka alami, dll. Apapun itu, beri mereka perhatian penuh. Dengan mendengarkan mereka, anda mengatakan kepada mereka bahwa pengalaman mereka  - dan kehidupan mereka – sangatlah penting bagi anda.

3. Mintalah nasihat mereka

Tunjukkan kepada orangtua anda betapa berartinya hikmat dan pengalaman mereka bagi anda dengan meminta nasihat mereka tentang masalah kehidupan seperti pendidikan, pilihan karir, pilihan pasangan hidup, membesarkan anak atau menghadapi cobaan hidup. Katakan kepada mereka bahwa anda memintanya karena anda menghargai pandangan mereka.

Saya mempunyai seorang anak laki-laki yang sudah kuliah. Dia sedang mengejar kesarjanaannya yang serupa dengan kesarjanaanku. Kadang-kadang dia meminta nasihat saya tentang bidang atau mata kuliah apa yang dia sebaiknya ambil, sebaik apa dia harus menyelesaikan proyek tertentu atau bagaimana menulis rangkuman dengan baik. Saya merasa dihormati ketika dia meminta pendapat saya tentang hal itu.

Pada akhirnya, barangkali anda bisa atau tidak bisa menerima anjuran orangtua anda, tetapi sebagaimana Amsal 1:8-9 mencatat, nasihat mereka selalu berguna untuk kita dengarkan.

4. Tunjukkan apresiasi

Daripada mencari kekurangan/kelemahan orangtua anda, carilah cara-cara yang positif yang mereka ajarkan terhadap kehidupan anda dan secara tulus berterimakasih kepada mereka atas segala yang telah mereka lakukan bagi anda.

Fokuskan pada apa saja yang positif: yang mereka berikan kepada anda, yang mereka ajarkan tentang kehidupan, nasihat-nasihat yang baik dan berguna, kesabaran mereka, aktivitas yang telah mereka adakan yang anda kenang, peluang-peluang unik yang telah mereka berikan dan lain sebagainya.  

Berilah pujian kepada mereka atas apa yang mereka lakukan setiap hari, entah itu sesuatu yang menyangkut pekerjaan, sebuah proyek baru yang mereka selesaikan di rumah atau keberhasilan dalam suatu usaha. Orangtua ingin merasa dihargai atas apa yang mereka telah kerjakan pada masa lampau, dan apa yang sedang mereka kerjakan,

5. Berikan nafkah kepada mereka

Jika orangtua anda sudah tua dan tinggal di dekat rumah anda, anda mungkin bisa menawarkan bantuan kepada mereka untuk kebutuhan hari-hari mereka, misalnya pergi ke warung atau pasar, memperbaiki alat-alat rumah, mengerjakan kerjaan rumah atau bersihkan halaman rumah, menyiapkan makan, merawat komputer, dan lain sebagainya. Pada tahap ini, anda juga mungkin perlu menolong keuangan mereka dan merawat mereka secara fisik.

Ketika ayah saya tinggal bersama kami, di samping membawa dia ke dokter dan membantu dia dalam pembukuan keuangannya, saya berusaha untuk memperlakukan  dia dalam cara lain – seperti memindahkan tempat acara-acara sosial ke halaman belakang supaya di dalam rumah tenang, atau kadang-kadang menyewa film-film masa lalu buat dia untuk ditonton. Hal-hal seperti ini nampaknya masalah kecil, tetapi itu semua sangat penting.

Di dalam Markus 7:9-13 Yesus menegur orang-orang Farisi karena tidak merawat orangtua yang sudah tua. Di dalam 1 Timotius 5:4 Paulus mengajarkan bahwa anak-anak yang sudah dewasa memiliki kewajiban untuk mensuport orangtua mereka yang sudah tua atau pada saat mereka memerlukan bantuan, dalam arti membalas budi sedikit atas pengorbanan-pengorbanan mereka.

6. Berdoalah bagi mereka

Menjadi orangtua tidak selalu mudah. Tergantung pada usia orangtua anda, barangkali mereka sedang menghadapi masalah seperti empty nest syndrome [kondisi dimana orangtua mengalami depresi karena semua anak-anaknya sudah pada mandiri dan meninggalkan rumah], kesepian, retirement blues [depresi setelah pensiun], kesehatan yang semakin menurun, masalah keuangan, penyesalan dalam hidup atau kehilangan pasangan, semuanya ini bisa menjadi hal yang sungguh menyebabkan kehilangan semangat hidup. Sangatlah penting bagi anda, sebagai anak, untuk berdoa dan memohon berkat Tuhan untuk mereka – dan beritahu mereka bahwa anda berdoa bagi mereka dalam hal ini. Apabila mereka tahu bahwa anda berdoa bagi mereka, itu bisa jadi pendorong semangat hidup mereka yang mereka butuhkan.

7. Sabarlah dan ampunilah

Kasihi dan terimalah orangtua anda, tanpa mempersoalkan keanehan, cacat dan kesalahan mereka.

Dalam prakteknya, ini berarti anda menerima orangtua anda dengan segala kekurangannya, tidak terlalu mempersoalkan hal-hal sekecil apapun dan mengingat-ingat suatu hal yang mereka lakukan yang pernah membuat anda jengkel.  

Bagaimana jika mereka telah melakukan sesuatu yang lebih daripada sekedar menyakiti anda? Berlapang dadalah untuk mengampuni mereka. Ingat, tidak ada orangtua yang sempurna. Semua orang kadang kala mengalami kegagalan – termasuk orangtua anda dan termasuk juga anda sendiri. Ampuni orangtua anda, sebagaimana Elohim telah mengampuni anda (Efesus 4:32).

Jika anda sedang bergumul dengan hal ini, berdoalah dan minta pertolongan Elohim. Bergantunglah padaNya untuk mendapat kekuatan, dan nyatakan keinginan untuk tidak saja mengampuni orangtua anda, tetapi untuk menggenapi Perintah Kelima setiap hari anda bisa.

Saya tahu persis sebab saya mengalami sendiri bahwa hal ini bisa menjadi suatu pergumulan. Ayah saya tinggal bersama saya, suami saya dan kedua anak saya disaat-saat akhir hidupnya. Memang hal itu tidak berjalan mulus. Tetapi itu juga tidak terlalu buruk. Selama tahun itu, ayah dan saya sering duduk bersama di meja dapur  dan kami bercakap-cakap, bahkan kami bercakap-cakap serius dari hati ke hati. Saya melihat kualitas yang hebat di dalam diri ayah saya yang tidak pernah saya tahu sebelumnya, dan saya semakin paham dan semakin menghargainya dengan cara yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Anda sebaiknya jangan lupa akan upah yang nyata yang dijanjikan Elohim karena menghormati orantua anda. Dan itu termasuk berkat panjang umur – dan barangkali berkat-berkat yang tidak terduga sementara kita menjalankan perintah menghormati orangtua.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah Roh Kudus itu Seorang Pribadi?

oleh Tom Kirkpatrick

https://lifehopeandtruth.com/god/holy-spirit/is-the-holy-spirit-a-person/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Bagaimana Alkitab menggambarkan Roh Kudus itu? Apakah Alkitab menggambarkan Roh Kudus itu sebagai orang, yakni seorang dari Trinitas? Mari kita lihat apa yang diajarkan Alkitab?

 

 

 

 

 

 

 

Alkitab menggambarkan Roh Kudus itu sebagai “karunia” yang akan “dicurahkan Elohim  ke atas manusia.

Jika Roh Kudus itu adalah seorang pribadi, mengapa Roh Kudus itu tidak diikutsertakan ketika Paulus, Petrus dan Yohanes mengirimkan salam kepada jemaat-jemaat? Mengapa doktrin Trinitas itu tidak diajarkan di dalam Alkitab?

Perkataan “person” [orang pribadi] telah memiliki arti yang berbeda-beda seiring berjalannya waktu. The New World Encyclopedia mencatat, “Tertullian mulai menggunakan pernyataan ‘tiga orang’ (tres personae dalam bahasa Latin). Bahasa Latin untuk persona pada masa Tertullian tidak pernah diartikan sebagai satu individu yang self-conscious [sadar diri], dimana ini biasanya diartikan oleh bahasa Inggris modern dengan perkataan ‘person’ [orang pribadi]. Pada zaman itu, persona hanya berarti kepemilikan legal atau sebuah topeng yang digunakan di atas panggung pertunjukan. Oleh karena itu, tiga orang terpisah masih sebuah substansi (una substantia dalam bahasa Latin). Dalam konteks ini hal itu yang juga digunakan Tertullian sebagai kata “trinitas” (kata kunci ”Trinity”). Dalam doktrin Trinitas, satu “orang” adalah suatu kepribadian atau “topeng.”

Lagi pula, “perkataan Trinity tidak terdapat di dalam Alkitab, dan meskipun digunakan oleh Tertullian selama puluhan tahun pada akhir abad ke-2, itu tidak mendapat tempat pada teologi gereja hingga abad ke-4” (New Bible Dictionary, 1982, “Trinity”)

Doktrin Trinitas berkembang selama berabad-abad sebagai cara manusia untuk menjelaskan sifat Elohim. Tetapi apa yang dijelaskan sumber doktrin yang hakiki tentang sifat Roh Kudus?

Bagaimana Alkitab merujuk pada Roh Kudus

Sementara kita membuka ayat Suci Alkitab, kita akan melihat bahwa Roh Kudus Elohim itu adalah kuasa Elohim sendiri dan bukanlah (sebagaimana yang diajarkan dan dipercayai oleh banyak orang) seorang pribadi – satu anggota dari “Trinitas.” Roh Kudus adalah kuasa yang olehnya dua anggota dari Godhead [Ketuhanan] yang disingkapkan di dalam Alkitab – Elohim Bapa dan Yesus Kristus – memproyeksikan kehendak Mereka, pengaruh Mereka, sifat Mereka dan kuasa kreatif Mereka di alam semesta ini, termasuk mempengaruhi pikiran umat manusia.

Yesus memberitahu murid-muridNya bahwa mereka akan menerima kuasa – kuasa rohani – apabila mereka menerina Roh KudusNya (Kisah Para Rasul 1:8). Pada hari Pentakosta Elohim mengirimkan RohNya yang ditandai dengan manifestasi kuasa agung yang diikuti dengan bunyi “seperti tiupan angin keras” (Kisah Para Rasul 2:1-3). Rasul Paulus mendapat inspirasi untuk menjelaskan bahwa orang Kristen telah diberi Roh ini, dan itu “bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (2 Timotius 1:7). Pengaruh kuasa Roh Kudus di dalam seorang Kristen ialah untuk memberi dan mengembangkan suatu kodrat baru, yakni kodrat ilahi, di dalam hidupnya – membuat seorang Kristen menjadi “ciptaan baru” di dalam gambar dan rupa karakter Kristus (2 Petrus 1:3-4; 2 Korintus 5:17).

Menurut Alkitab Roh Kudus itu adalah sebuah “karunia” yang Elohim “curahkan” ke atas manusia (Kisah Para Rasul 2:38; 2:17). Inilah bahasa yang benar yang digunakan untuk menggambarkan suatu benda, dan bukan untuk menggambarkan orang pribadi. Akan tetapi, analogi ini sendiri secara mandiri tidak cukup membuktikan bahwa Roh Kudus itu bukanlah orang. Bukti yang lebih akurat datang dari banyak ayat-ayat Alkitab.

Sementara Bapa dan Kristus disembah sebagai dua Makhluk atau Pribadi abadi dari Ketuhanan (Yohanes 4:23-24; Yohanes 20:28; Ibrani 1:6), tidak ada contoh di dalam Alkitab tentang Roh Kudus sebagai makhluk yang disembah. Dan memang demikian sepatutnya karena Roh Kudus itu bukan seorang pribadi, tetapi sebagai kuasa dari dua Pribadi itu: Elohim Bapa dan Yesus Kristus, sebagai anak Elohim. Mereka sama-sama memiliki Roh dan sifat yang sama (Efesus 4:4; Yohanes 10:30).  

Jika Roh Kudus itu adalah seorang pribadi, berarti rasul Paulus tidak menghormati dan sudah menghina “Dia” dengan cara mengabaikan Roh Kudus itu pada saat dia memberi salam kepada jemaat-jemaat. Dia menyebut Bapa dan Anak (Yesus Krisus) dalam ucapan salamnya tetapi secara konsisten mengabaikan Roh Kudus itu (Roma 1:7; 1 Korintus 1:3; 2 Korintus 1:2; Galatia 1:3; Efesus 1:2; Filipi 1:2; Kolose 1:2; 1 Tesalonika 1:1; 2 Tesalonika 1:1-2; 1 Timotius 1:1-2; 2 Timotius 1:2; Titus 1:4; Filemon 1:3). Rasul Petrus dan Yohanes juga menyambut anggota jemaat di beberapa suratnya di dalam nama Elohim Bapa dan Yesus Kristus, dengan cara yang sama, yakni tidak menyebut Roh Kudus – itu sungguh suatu penghinaan jika Roh Kudus itu adalah seorang pribadi (2 Petrus 1:2; 2 Yohanes 1:3).

Satu lagi hal yang membingungkan orang yang percaya bahwa Roh itu sebagai orang pribadi. Yesus berdoa kepadaNya, yakni Elohim Bapa (Yohanes 17:1), sementara itu ibuNya adalah Maria yang mengandung Dia dari kuasa Roh Kudus: “ia mengandung dari Roh Kudus” (Matius 1:18). Jadi Roh Kudus itulah menjadi “bapa” bagi Yesus, jika seandainya Roh Kudus itu adalah orang pribadi. Pemahaman yang membingungkan ini sangat mudah untuk dihindari dengan mengakui bahwa Alkitab mengajarkan bahwa Roh Kudus itu bukanlah orang pribadi tetapi kuasa yang melaluinya, Bapa memberi kehidupan manusia kepada Yesus di dalam rahim Maria.   

Masalah tatabahasa dan terjemahan

Ada contoh-contoh di dalam terjemahan Alkitab dalam Bahasa Inggris dimana kata ganti “He” dan “His” digunakan untuk merujuk pada Roh Kudus, tetapi hal ini hanyalah masalah tatabahasa dan terjemahan, bukan bagian ajaran alkitabiah. Dalam banyak bahasa, seperti Spanyol dan Yunani, kata-kata benda mempunyai jenis kelamin. Secara tatabahasa kata-kata benda itu bisa feminine [perempuan] atau masculine [laki-laki] atau neuter [tidak berjenis kelamin], entah atau tidak kata-kata benda itu merujuk pada benda hidup yang berjenis perempuan atau laki-laki.

Sebagai contoh, di dalam bahasa Spanyol, sebuah pintu adalah la puerta. Dalam bahasa Spanyol, ini adalah kata benda “feminine”, dan itu sesuai merujuk pada pintu dengan menggunakan kata ganti perempuan (ella, yang sama dengan kata ganti she dalam bahasa Inggris). Tetapi di dalam bahasa Inggris, kata ganti sebuah pintu adalah “it”, karena pintu bukanlah female [perempuan] atau male [laki-laki], tetapi sebuah benda. 

Situasi yang mirip seperti itu juga terdapat dalam bahasa Yunani – bahasa yang asli digunakan menerjemahkan Perjanjian Baru. Yesus merujuk pada Roh Kudus itu sebagai parakletos (a “comforter” [penghibur]) sebab kuasa Elohim memberi efek penghiburan dan menyemangati/menghibur kita di dalam pikiran kita dan dalam kehidupan mereka yang menerimanya). Di dalam bahasa Yunani parakletos adalah sebuah kata benda masculine [jenis kelamin laki-laki]. Oleh karena itu, di dalam bahasa Yunani sebuah kata benda masculine sesuai untuk merujuk pada parakletos.

Orang-orang penerjemah Alkitab versi King James menggunakan susunan tatabahasa ke dalam Bahasa Inggris di beberapa bagian di dalam Alkitab, misalnya Yohanes 14:16. Dengan demikian, terjemahan Bahasa Inggris, Roh Kudus itu dirujuk dengan kata ganti “He.” Akan tetapi, tidak ada bukti bahwa Roh Kudus itu adalah orang pribadi tetapi hanya dengan penggunaan tatabahasa seperti penggunaan dalam bahasa Spanyol, seperti ella (she) yang merujuk pada sebuah pintu sehingga pintu itu dianggap sebagai orang. Sekali lagi, ini hanyalah masalah penggunaan tatabahasa dan terjemahan, bukan ajaran alkitabiah. 

Tulisan ditambahkan di 1 Yohanes 5

Akhirnya, kita mencatat bahwa beberapa orang dibingungkan oleh tulisan yang terdapat di dalam 1 Yohanes 5:6-8. Di dalam versi King James dan New King James, ayat-ayat ini muncul untuk merujuk pada Roh Kudus sebagai satu anggota dari tiga “Trinitas.” Bacaan ini menyesatkan sebab hampir semua kuasa Alkitab menyatakan bahwa kata-kata (yang di dalam ayat 7-8) “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu” bukanlah bagian dari teks asli yang ditulis oleh Yohanes, tetapi itu ditambahkan dikemudian hari (barangkali untuk membangun dukungan ajaran Trinitas). Sebagian terjemahan modern dalam bahasa Inggris, itu tidak terdapat. 

Mengingat hal ini, kita sebaiknya memperhatikan dua hal. Pertama, kenyataannya bahwa penambahan yang tidak alkitabiah ini merupakan pernyataan jelas dari pokok penting dari Trinitas yang merupakan kelemahan ajaran Trinitas itu sendiri. Itu tidak diajarkan dimana-mana di dalam kitab Suci. Kedua, sekali perkataan palsu ini dihilangkan, susunan kata yang tetap ada di 1 Yohanes 5:6-8 menyebutkan bahwa Roh Kudus itu adalah dalam urutan kata benda – bukan orang atau pribadi – yakni, air, darah dan Roh.

Untuk pelajaran lebih lanjut, bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa itu Roh Kudus?”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Raja Negeri Utara

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/understanding-the-book-of-daniel/the-king-of-the-north/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Daniel menuliskan bahwa “raja negeri Utara” akan ikut berperan dalam konflik Timur Tengah sebelum Kristus datang kembali. Siapa orang ini? Apa yang akan dia lakukan?

 

 

 

 

 

 

Di dalam Daniel 11:40 kita membaca bahwa “raja negeri Selatan” menyerang “raja negeri Utara” pada “akhir zaman.” Sementara latar belakang nubuat ini sangat jelas (pada akhir zaman), memahami siapa raja-raja yang dimaksud di sini lebih rumit.

Untuk memahami siapa raja-raja ini kita perlu memperhatikan keseluruhan konteks nubuat yang di Daniel 11 ini. 

Konteks Daniel 11

Latar belakang Daniel 11 – yakni bab yang berisi nubuat yang paling rinci di dalam Alkitab – terdapat dalam bab sebelumnya. Di sini kita diberitahu bahwa Daniel diberi pesan “pada tahun ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia” (Daniel 10:1). The Expositor’s Bible Commentary yang diedit oleh Frank Gabelein mengindikasikan tahun ketiga pemerintahan Koresh, yakni tahun 535/534 sebelum Masehi, yang artinya nubuat ini diberikan kepada Daniel lebih dari 500 tahun sebelum Kristus datang pertama kalinya ke bumi ini sebagai manusia.

Kejadian-kejadian yang dinubuatkan itu mulai terjadi segera setelah Daniel menerima penglihatan itu dan akan terus berlanjut hingga akhir zaman sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Juga perhatikan perkataan malaikat yang datang menolong Daniel untuk memahami penglihatan itu. Malaikat pembawa berita ini yang datang dari Elohim berkata kepada Daniel, “Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu” (Daniel 10:14).

Tidak hanya nubuat ini yang akan terjadi sewaktu-waktu di masa yang akan datang dari saat Daniel menerimanya, tetapi nubuat ini juga memfokuskan pada apa yang akan terjadi terhadap orang Yahudi – yakni kaum sebangsa Daniel.

Daniel 11: Raja negeri Utara dan raja negeri Selatan

Ayat keempat pertama dari Daniel 11 membicarakan kejadian-kejadian kekaisaran bangsa Persia dan Yunani. Bacaan ini mengandung detil sejarah yang sungguh mengagumkan yang mengukuhkan validitas Alkitab. Ayat 4 merupakan sebuah nubuat tentang pembagian kerajaan Alexander Agung menjadi empat wilayah setelah dia mati. Di dalam ayat 5-6, kita membaca pertama kali di dalam Daniel 11 “raja negeri Selatan” dan “raja negeri Utara.”

Karena fokus nubuat ini di dalam Daniel 11 merupakan apa yang akan terjadi terhadap orang Yahudi (Daniel 10:14), maka arah ke selatan dan utara pada bab ini harus dipahami dalam hubungannya dengan Yerusalem. Sementara detil yang disebutkan di dalam Daniel 11 sulit untuk di ikuti, sebuah komparasi yang cermat dari nubuat ini melalui sejarah menjadikan semuanya jelas. Komentar Alkitab seperti The Expositor’s Bible Commentary bisa sangat berguna untuk menolong kita dalam pemahaman sejarah yang akan menjelaskan prediksi itu.

Kekaisaran Seleukia (raja negeri Utara) dan Kekaisaran Ptolemaik (raja negeri Selatan)

Dua kekuasaan besar yang ada di sebelah selatan dan utara Yerusalem setelah kematian Alexander Agung ialah Mesir di sebelah selatan (dengan rajanya yang bernama Ptolemy) dan Syria ke arah utara (dengan rajanya yang bernama Seleucus atau Antiochus).

Nubuat di dalam Daniel 11:5-31 kemudian mendokumentasikan interaksi historis antara raja negeri Selatan dan raja negeri Utara.

Berikutnya, nubuat ini nampaknya mencakup kisah kaum , sebuah keluarga Yahudi yang memimpin penolakan terhadap Antiochus dan pemimpin penerusnya karena usaha mereka untuk memaksa orang Yahudi menerima praktek agama pagan Yunani (ayat 32-39).

Kegenapan pertama dari nubuat pembinasa keji

“Pada tahun 167 sebelum Masehi Antiochus Epiphanes memerintahkan bahwa perayaan orang Yahudi dan hukumnya dihentikan dan upacara kultus Helenistik dirayakan. …

“Mezbah Zeus Olympios didirikan di atas mezbah pengorbanan di Yerusalem; korban dipersembahkan di tempat itu setiap tanggal 25 setiap bulan, yang dimulai dari tanggal 25 bulan Chislev (Desember), 167 sebelum Masehi (I Macc. 154, 59; II Macc. 6:1, 7). Karena tanggal 25 bulan itu dirayakan hari kelahiran Epiphanes, korban-korban ini sesungguhnya dipersembahkan kepada dia. Literatur apokaliptik menyebut ini sebagai mezbah ‘kekejian Zeus yang membuat kejijikan’ (Daniel 11:31; 12:11)” (Bo Reicke, The New Testament Era, hal. 55-56)

Bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul “Apa itu Pembinasa Keji,” yang menggambarkan kegenapan berulang dari nubuat pembinasa keji.

Referensi ucapan “sampai pada akhir zaman” di dalam ayat 35 diasumsikan oleh beberapa orang sebagai referensi saat-saat sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Meskipun hal ini mungkin benar, kita sebaiknya juga memahami bahwa hal itu mungkin sekedar suatu referensi kepada masa pencobaan bagi kaum . Atau, barangkali, itu tentu bahwa hal itu merupakan kejadian berulang – dengan merujuk pada zaman  dan zaman setelah itu.

Ayat 35-39 nampaknya menggambarkan beberapa aksi yang dilakukan oleh Antiochus selama masa penganiayaan kaum Makabe, dan semua itu juga merupakan aksi lanjutan yang akan diambil alih oleh kekuatan binatang itu yang akan muncul sebelum Yesus Kristus kembali ke bumi ini.

Celah dalam sejarah raja negeri Utara dan raja negeri Selatan?

Pada tahun 65 sebelum Masehi Kekaisaran Romawi mengalahkan Seleukia Syria dan pada tahun 30 sebelum Masehi “raja negeri Utara” dan “raja negeri Selatan” berada di bawah kekuasaan Romawi. Juga menarik untuk kita perhatikan bahwa rincian bagian awal dari nubuat itu nampaknya berakhir sebelum abad pertama dan tidak berulang hingga “akhir zaman” yang dirujuk di dalam Daniel 11:40.

Mengapa ada sebuah celah kira-kira 2,000 tahun antara ayat-ayat ini? Barangkali hal itu karena tidak ada bangsa Yahudi di Timur Tengah selama masa itu.

Dengan berdirinya negara Israel pada tahun 1948, “raja negeri Utara” dan “raja negeri Selatan” sekali lagi memiliki arti terhadap nasib bangsa Yahudi yang tinggal di Tanah Suci itu.

Sangatlah penting untuk kita pahami bahwa bangsa Israel sekarang sebagian besar adalah orang-orang Yahudi. Yehuda – patriark, yakni bapak leluhur orang Yahudi – merupakan satu dari 12 suku Israel yang keturunannya secara kolektif disebut “ancient Israelites” [keturunan Israel]. Ada nubuat lain yang ditujukan kepada keturunan saudara lainnya. Bangsa Israel modern pada intinya didiami oleh orang Yahudi – bukan keturunan saudara-saudaranya yang lain.

Dengan latar belakang ini, kita sekarang bersiap untuk memeriksa Daniel 11:40 dan ayat-ayat berikutnya.

Raja negeri Utara pada akhir zaman

“Pada akhir zaman, raja selatan akan berperang dengannya, dan raja utara itu akan datang melawannya seperti angin badai, dengan kereta perang, pasukan berkuda dan dengan banyak kapal. Ia akan memasuki negeri-negeri, lalu memenuhi dan melintasinya. Ia juga akan masuk ke dalam Negeri Yang Mulia [Tanah Permai] dan banyak negeri-negeri akan terjatuh. Tetapi mereka ini akan terluput dari tangannya, Edom, dan Moab, dan kepala dari kaum Amon” (Daniel 11:40-41).

Bacaan ini menceritakan kepada kita bahwa “raja negeri Utara,” yang sepertinya akan bangkit, yakni Roman Empire [Kekaisaran Romawi] yang di bicarakan di Daniel 2 dan 7 dan juga di Wahyu 17 raja ini akan menyerang “raja negeri Selatan.”

Ayat 41-43 mengindikasikan bahwa, dalam prosesnya, dia akan memasuki “Tanah Permai” (Tanah Suci) dan bahwa “Ia akan menguasai harta benda emas dan perak dan segala barang berharga negeri Mesir.”

Untuk identitas “raja negeri Selatan,” kerajaan Ptolemaik dari Mesir zaman dulu berakhir. Namun muncul lagi bahwa negara Mesir akan bangkit lagi entah itu menjadi “raja negeri Selatan” atau akan bersekutu dengan bangsa-bangsa lain yang menjadi satu kekuatan yang akan eksis pada saat-saat sebelum Kristus datang kembali (ayat 43).

Konflik Timur Tengah terpusat pada Yerusalem

Mengapa “raja negeri Selatan” akan menyerang “raja negeri Utara” untuk memulai konflik akhir zaman ini? Barangkali hal itu karena permasalahan atau pertentangan ekonomi. Barangkali hal itu karena perlakuan orang terhadap umat Muslim di Eropa. Barangkali hal itu konflik antar agama karena “raja negeri Utara” menjelajah Timur Tengah.

Tanpa mempersoalkan alasan-alasan mengapa “raja negeri Selatan” dan “raja negeri Utara” berperang, nubuat-nubuat dalam kitab Zakharia menjelaskan bahwa Yerusalem akan menjadi titik fokus dari konflik itu sebelum Yesus kembali ke bumi ini.

“Aku akan menjadikan Yerusalem sebagai cawan yang menggetarkan”

Alkitab versi King James yang mencatat peringatan Elohim sebagai berikut, “Behold, I will make Jerusalem a cup of trembling unto all the people round about” [“Lihatlah, Aku akan menjadikan Yerusalem sebagai cawan yang menggetarkan bagi semua bangsa di sekelilingnya”] (Zakharia 12:2).

Alkitab versi New King James menterjemahkan itu seperti ini: “Behold, I will make Jerusalem a cup of drunkenness to all the surrounding peoples, when they lay siege against Judah and Jerusalem. And it shall happen in that day that I will make Jerusalem a very heavy stone for all peoples; all who would heave it away will surely be cut in pieces, though all nations of the earth are gathered against it” ["Sesungguhnya Aku membuat Yerusalem menjadi sebuah cawan kemabukan terhadap bangsa-bangsa di sekelilingnya ketika mereka mengepung Yehuda dan Yerusalem. Dan itu akan terjadi pada hari itu bahwa Aku akan membuat Yerusalem menjadi batu untuk diangkat bagi segala bangsa. Siapa yang mengangkatnya pastilah mendapat luka parah. Segala bangsa di bumi akan berkumpul melawannya”] (Zakharia 12:2-3). 

Ucapan “cawan kemabukan” nampaknya merujuk pada kekacauan – barangkali karena emosi kemarahan atau karena kerumitan masalah itu – bahwa bangsa-bangsa yang campur tangan akan berada dalam kesulitan bagaimana memecahkan konflik itu. Sebagaimana Yerusalem yang merupakan “sebuah batu yang sangat berat bagi bangsa-bangsa,” kota bersejarah ini ditakdirkan menjadi titik kekacauan yang berdampak pada negara-negara yang jauh dari perbatasannya.

Mereka yang mencoba “menggulingkan” batu itu – usaha menyelesaikan masalah – akan membayar harga yang sangat mahal sebagai akibatnya.

Armagedon dan pertempuran terakhir di Yerusalem

Sementara pertikaian atas Yerusalem mungkin atau bukan merupakan katalis/pemicu konflik awal antara “raja negeri Selatan” dan “raja negeri Utara” pada zaman akhir, Elohim menunjukkan melalui nabi Zakharia bahwa pada akhirnya semua bangsa-bangsa akan diseret ke dalam konflik yang berpusat di Yerusalem.

Setelah tentara bangsa-bangsa berada di Armagedon (Wahyu 16:16), mereka akan mengarahkan pandangannya pada Yerusalem. Elohim berkata, “Sesungguhnya, akan datang hari yang ditetapkan TUHAN, maka jarahan yang dirampas dari padamu akan dibagi-bagi di tengah-tengahmu. … Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem” (Zakharia 14:1-2).

Lebih lanjut nubuat itu berkata, “Kemudian TUHAN akan maju berperang melawan bangsa-bangsa” (ayat 3). Setelah Yesus Kristus menang mutlak dalam pertempuran itu dan melenyapkan semua musuh-musuhNya, Dia akan mendirikan Kerajaan Elohim di bumi ini. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Kapan Bait Suci Ketiga Akan Dibangun?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/middle-east/third-temple/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Orang Israel telah membangun dua bait Suci bagi Elohim di Yerusalem, dan keduanya telah dihancurkan. Apa yang dikatakan Alkitab tentang bait Suci ketiga?

 

 

 

 

 

 
Aerial view of the Temple Mount in Jerusalem. Will a third temple be built here?                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      (Photo by Godot13 [CC-BY-SA-3.0 (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0)], via Wikimedia Commons)

Bait Suci Elohim di Yerusalem adalah sebuah tema besar di dalam sejarah Alkitab dan nubuat. Sejak bait Suci kedua dihancurkan pada tahun 70 setelah Masehi dan sekarang ini bait Suci tidak ada di Yerusalem, banyak orang yang mempelajari nubuat Alkitab penasaran kapan bait Suci ini akan dibangun kembali.

Karena Alkitab menubuatkan bahwa korban sehari-hari akhir zaman akan dihentikan (Daniel 12:11), banyak orang menyimpulkan bahwa bait Suci itu akan dibangun kembali sebelum penghentian korban itu. Apa yang dikatakan Alkitab tentang bait Suci ketiga dan kapan itu akan dibangun?

Untuk memahami bait Suci ketiga ini dengan benar, kita perlu memahami sejarah dan arti bait Suci pertama dan kedua di Yerusalem.

Sejarah bait Suci

Bait tempat tinggal pertama yang akan dibangun untuk menghormati Elohim Alkitab bermula dari Raja Daud bangsa Israel. “Berkatalah raja kepada nabi Nathan, ‘Lihatlah sekarang, aku tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari kayu aras, padahal tabut Elohim ditempatkan di dalam kemah’" (2 Samuel 7:2).

Meskipun Elohim telah mengarahkan bangsa Israel untuk mendirikan sebuah tabernakel – yakni kemah yang dengan mudah berpindah-pindah sesuai dengan pengembaraan mereka di padang gurun (Keluaran 25-26) – Dia tidak meminta mereka untuk membangun “bagiNya rumah dari kayu aras” (2 Samuel 7:7). 

Elohim tentu senang dengan hasrat dan keinginan Daud akan mendirikan “rumah” bagiNya tetapi tidak mengizinkan Daud untuk mendirikan bangunan permanen bagiNya. Daripada mengizinkan Daud membangun bagiNya sebuah rumah Tuhan, Elohim justru berjanji kepada Daud bahwa Dia akan membuat “rumah” bagi Daud – yang artinya bahwa Elohim akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya – dan bahwa anak kandung Daud akan membangun “rumah Tuhan” demi nama Elohim (ayat 11-13).

Solomon’s temple [Bait Suci yang didirikan Salomo]

Sebagaimana dijanjikan oleh Elohim, satu dari anak-anak Daud, Salomo, mulai “mendirikan “rumah bagi TUHAN”  (1 Raja-raja 6:1). Bait Suci ini berlokasi di Gunung Moria di Yerusalem yang akrab dikenal sebagai Solomon’s temple yang berlokasi di Temple Mount.

Setelah selesai dibangun, bait ini menjadi pusat peribadatan agama di Israel. Selama kurang lebih 400 tahun dari sejak pendiriannya, selama pemerintahan Salomo hingga dihancurkan oleh kerajaan Babylonia pada tahun 586 sebelum Masehi (2 Raja-raja 25:9).

Di mana lokasi Temple Mount itu?

Di mana bait Salomo itu didirikan? Itu didirikan di atas tanah Temple Mount, sebuah daerah dataran yang luasnya kira-kira 36 hektar pada Gunung Moria di Yerusalem. Daerah ini memiliki banyak sejarah. Ke tempat itulah Abraham di suruh Elohim untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban (Kejadian 22:2, 14).

Bertahun-tahun kemudian, setelah Daud berdosa karena telah mengadakan sensus orang Israel, dia membeli sebuah tempat pengirikan yang berada di lokasi ini dari Ornan. Setelah mempersembahkan korban dari lokasi ini dan disambut oleh Elohim, David berkata, “Di sinilah rumah TUHAN, Elohim kita, dan di sinilah mezbah untuk korban bakaran orang Israel” (1 Tawarikh 21:18-30; 22:1).

Ketika Salomo mulai membangun bait yang dinamai menurut namanya, bait itu berlokasi di “Yerusalem, di gunung Moria, tempat yang dilihat oleh Daud, ayahnya, dan yang telah dipersiapkannya, yaitu tempat pengirikan gandum Ornan orang Yebus” (2 Tawarikh 3:1).

Yerusalem juga disebut Sion, dan lokasi ini secara spesifik dipilih oleh Elohim. Dia “telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukanNya (Mazmur 132:13). Di situlah tempat dimana Elohim katakan Dia akan menaruh namaNya “selama-lamanya” (2 Raja-raja 21:7; 2 Tawarikh 33:7).

Bait kedua

Setelah 70 tahun dalam pembuangan di Kekaisaran Babylonia, orang Yahudi, melalui Raja Koresh, diperbolehkan pulang ke Yerusalem untuk membangun bait Suci. Elohim telah menubuatkan hal itu bertahun-tahun bahkan sebelum Koresh lahir. Yesaya 44:28 mencatat nubuat ini: “Dia gembalaKu; segala kehendakKu akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem: “Baiklah ia dibangun!” dan tentang Bait Suci: ‘Baiklah diletakkan dasarnya!”’”

Meskipun orang-orang Yahudi segera memulai pembangunan bait itu setelah sampai di Yerusalem, banyak pihak-pihak penentang dari negara-negara tetangga dan orang Yahudi sendiri yang tidak teguh menghalangi pembangunan itu.

Melalui nabi Hagai, Elohim mendorong agar orang Yahudi menyelesaikan proyek pembangunan itu. “Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: ‘Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?’” (Hagai 1:3-4).

Akhirnya, kira-kira tahun 515 sebelum Masehi bait Suci itu dibangun di tempat yang sama dimana itu telah berdiri.

Banyak sumber, seperti, the International Standard Bible Encyclopedia, merujuk pada bait kedua ini sebagai bait Zerubabel, “bupati Yehuda” (Hagai 1:1) yang ikut mengkoordinasikan pembangunan itu (Ezra 3:8; 5:2).

Bait ini sudah ada ketika Yesus datang ke bumi ini sebagai manusia, meskipun bait itu menjalani renovasi besar-besaran oleh Raja Herodes. Setelah renovasi ini, bait itu dikenal sebagai istana Herodes. Jadi usia bait ini secara keseluruhan mencapai hampir 600 tahun hingga kemusnahannya oleh kerajaan Romawi pada tahun 70 setelah Masehi.

Bait ketiga?

Karena sebuah bait Suci telah menjadi alat tetap yang penting di dalam sejarah Israel zaman dulu (dan khususnya orang Yahudi, yang juga disebut orang Israel), banyak orang penasaran apa yang dikatakan Alkitab tentang bait Suci ketiga.

Sementara naskah alkitabiah tidak selalu eksplisit seperti yang kita inginkan, ada tiga indikasi ayat yang menyatakan pembangunan bait Suci. Dua di antaranya merepresentasikan sebuah bait yang sesungguhnya; yang ketiga hanya dinyatakan secara simbolis.

Indikasi No. 1: Korban sehari-hari akan diadakan lagi

Berdasarkan nubuat-nubuat di dalam kitab Daniel tentang korban-korban yang dihentikan  oleh pembinasa keji pada akhir zaman, beberapa orang percaya bahwa orang Yahudi akan membangun lagi bait Suci di Yerusalem saat-saat sebelum Yesus Kristus kembali ke bumi ini. 

Daniel 8:9-14 berbicara tentang satu “tanduk kecil” yang akan menyebabkan “korban sehari-hari” berhenti. “Tanduk kecil” ini adalah Antiochus Epiphanes, yang merupakan bentuk kekuatan agama palsu di akhir zaman dimana dia akan bersekutu dengan sebuah kekuatan sipil yang disebut binatang. (Bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Apa Yang Dikatakan Alkitab Tentang Antikristus?”).

Berbicara dalam konteks kejadian-kejadian akhir zaman, Daniel 12:11 kembali berbicara tentang “korban sehari-hari” yang akan dihentikan. Bacaan dalam Daniel ini, yakni yang berbicara tentang korban yang dihentikan yang akan terjadi di masa depan membuat orang berpendapat bahwa sebuah bait akan dibangun dalam hubungannya dengan Mesbah yang di atasnya akan diadakan korban.

Di samping bacaan yang di Daniel ini, Yesus berbicara tentang “pembinasa keji” yang akan datang dan yang akan berdiri “di tempat kudus” di saat-saat sebelum kedatanganNya (Matius 24:15). Beberapa orang percaya bahwa “tempat kudus” berarti akan ada bait Suci, meskipun ucapan ini bisa juga berarti hanya mezbah pada Temple Mount itu.

Pendirian bait Suci ketiga oleh orang Yahudi di atas Temple Mount itu sekarang ini masih dalam ketidakpastian dan bahwa hal itu berada pada permasalahan atau konflik bangsa Arab dan Israel. Tempat pemujaan Islam yang disebut Dome of the Rock saat ini berdiri di tepat di lokasi bait Suci kedua. Dan satu lagi bangunan Mesjid Al-Aqsa, juga berdiri di atas Temple Mount itu.

Meskipun daerah itu telah berada dalam pengawasan Israel sejak 1967, administrasi lokasi itu berada di bawah perwalian Jordan, dan Arab akan sangat keras menentang pembangunan bait Suci Yahudi di lokasi bersejarah ini. Orang Islam menyebutnya dengan nama bukit al-Haram al-Sharif, yang artinya “Noble Sanctuary” [Tempat Suci yang mulia], yang mereka percayai bahwa nabi Muhammad naik ke sorga dari tempat ini.

Sementara hal ini mungkin bahwa orang Yahudi mendirikan satu lagi bait Suci sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya (ada orang yang berpendapat keras bahwa hal ini akan digenapi), juga mungkin bahwa orang Yahudi akan mulai mempersembahkan korban di atas Mesbah tanpa membangun bait Suci, sebagaimana telah dilakukan terhadap pembangunan bait Suci kedua itu (Ezra 3:1-6).

Indikasi No. 2: Penglihatan Yehezkiel

Yehezkiel 40-48 dengan jelas berbicara sebuah bait Suci yang akan dibangun. Tetapi memastikan waktu kapan ini terjadi sulit untuk dibuktikan. Jika hal itu merujuk pada Milenium, yakni 1,000 tahun pemerintahan Kristus setelah Dia kembali ke bumi ini, mengapa ada lagi korban sembelihan untuk dipersembahkan (Yehezkiel 40:38-43) padahal Kristus telah mengorbankan DiriNya “sekali untuk selamanya” (Ibrani 7:27)?

Beberapa orang berpendapat bahwa bab bacaan Yehezkiel merujuk pada bait Suci yang didirikan Salomo – Solomon Temple. Tetapi karena penglihatan tentang bait itu (Yehezkiel 40:1) terjadi setelah penghancuran Solomon Temple, orang lain berasumsi bahwa penglihatan Yehezkiel itu merupakan instruksi dari Elohim untuk mendirikan bait kedua atau ketika raja Herodes merenovasi itu. Pandangan lain ialah bahwa bab-bab ini adalah representasi alegoris /kiasan Gereja.

Tetapi pandangan-pandangan sejarah ini sangat tidak benar. Sebagaimana The Expositor’s Bible Commentary jelaskan: “Kegenapan-kegenapan historis tidak cocok dengan keterangan rinci dari bacaan itu. Bait Suci Salomo, Zerubabel, atau Herodes tidak menjelaskan kesamaan disain dan dimensi bait Suci yang digambarkan di dalam Yehezkiel 40-42. Prosedur penyembahan yang dinyatakan di dalam bab 43-46, meskipun itu terlihat bahwa itu mengikuti tata cara ibadah pengikut Musa, tetapi di dalam sejarah, itu tidak diikuti persis seperti yang digambarkan pada bab-bab ini. Sungai yang mengalir dari bait Suci itu yang digambarkan di bab 47:1-12 tidak pernah mengalir dari ketiga bait bersejarah ini yang disebutkan di atas. Komparasi satu-satunya terhadap sungai ini ada di Kejadian 2:8-14 dan Wahyu 22:1-2 (bandingkan dengan Yesaya 35:6-7; Yoel 3:18; Zakharia 14:8).

“Dimensi geografis dan pembagian tanah menurut suku tidak sesuai lagi pada zaman ini, dan itu tidak diikuti mereka di masa lalu. Perubahan-perubahan geografis tidak akan perlu sebelum kegenapan bab 45, 47-48. Oleh karena itu orang tidak melihat sejarahnya kegenapannya bab-bab ini (lampau dan sekarang) tetapi ke masa depan” (komentar pada Yehezkiel 40:1-48:35).

Interpretasi alegoris juga gagal menjelaskan bacaan ini secara memadai

Sebagaimana The Expositor’s Bible Commentary lebih lanjut menyatakan: “Pendekatan interpretasi figuratif atau ‘spiritualisasi’ nampaknya tidak menyelesaikan permasalahan pemahaman Yehezkiel 40-48; itu justru menciptakan masalah baru….  Untuk menginterpretasikan bab-bab ini dengan cara apapun selain dari yang normal, pendekatan literal nampaknya kontradiksi dengan petunjuk interpretatif di dalam penglihatan yang memperingatkan Yehezkiel bahwa dia harus menulis semua detil tentang kerangka atau rancangan bagi bait Suci itu dan regulasinya supaya detil ini mungkin diperhatikan secara hati-hati dan diikuti dalam setiap aspek (40:4; 43:10-11; 44:5; dibandingkan dengan Keluaran 25:9; 1 Tawarikh 28:19). Oleh karena itu, pendekatan figuratif tidak cukup memadai untuk membicarakan masalah pemahaman di Yehezkiel 40-48” (ibid.).

Interpretasi terbaik nampaknya bahwa bab-bab Yehezkiel ini menggambarkan sebuah bait Suci yang akan didirikan pada masa Milenium bagi Israel, yakni bangsa yang tidak akan terbagi dua kerajaan (Yehezkiel 37:22). Saatnya ialah ketika Roh Elohim dicurahkan kepada kaum Israel dan ketika Elohim akan “Aku akan diam di tengah-tengah orang Israel untuk

Indikator tambahan bahwa hal itu merujuk pada milenium ialah bahwa air kehidupan/penyembuhan mengalir dari bait itu (Yehezkiel 47:1, 9) dan nama kota Yerusalem berubah menjadi “TUHAN HADIR DI SITU” (Yehezkiel 48:35).  

Indikasi lain dari bait Suci milenium ini terdapat di Zakharia 14:21, yang bunyinya, “Maka segala kuali di Yerusalem dan di Yehuda akan menjadi kudus bagi TUHAN semesta alam; semua orang yang mempersembahkan korban akan datang mengambilnya dan memasak di dalamnya.”

 

Meskipun kita tidak diberitahu mengapa korban sembelihan akan diadakan lagi di masa Milenium, nampaknya bahwa memang akan terjadi paling tidak sekali-sekali dan hal ini diasosiasikan dengan bait Suci fisik.

Indikasi No. 3: Bait suci rohani

Sebagaimana kita sudah lihat, interpretasi alegoris/kiasan tidak cocok dengan Yehezkiel 40-48. Akan tetapi ada beberapa referensi di dalam Perjanjian Baru kepada orang-orang kepunyaan Elohim yang adalah bait Elohim. Menarik bahwa penjelasan simbolis ini dulu diberikan bahkan pada saat bait fisik Zerubabel dan Herodes masih berdiri.

Kepada anggota Jemaat Elohim in Korintus Paulus menuliskan: “Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah rumah Elohim dan Roh Elohim berdiam di dalam kamu? Jika ada orang yang menghancurkan rumah Elohim, maka Elohim akan menghancurkan dia, sebab rumah Elohim itu kudus, dan rumah Elohim itu adalah kamu” (1 Korintus 3:16-17).

Dalam mengajarkan jemaat itu untuk menghindari amoralitas seksual, Paulus lebih lanjut menuliskan: “Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah rumah Roh Kudus, yaitu Roh Kudus yang ada di dalam kamu, yang kamu peroleh dari Elohim, dan bahwa kamu bukanlah milik kamu sendiri?” (1 Korintus 6:19).

Dalam 2 Korintus 6:16 Paulus kembali berbicara kepada anggota jemaat di Korintus, “Sebab kamu adalah Bait Elohim yang hidup.”  Dan di dalam Efesus 2:21 dia berbicara kepada Jemaat yang bertumbuh menjadi “sebuah bait Suci yang kudus di dalam Tuhan.”

Membangun bait Suci secara simbolis yang menggambarkan bagaimana itu menjadi bait Elohim, Paulus menjelaskan bahwa Elohim telah berkata, "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka” (2 Korintus 6:16). Hal ini terjadi melalui Roh Kudus yang diam di dalam kita setelah kita bertobat dari dosa-dosa kita dan dibaptis. Kristus di dalam kita adalah “pengharapan akan kemuliaan” (Kolose 1:27), dan dengan demikian kita menjadi bait Suci Elohim.

Makna dari sebuah bait ketiga bagi kita

Sementara bait rohani yang dibicarakan Paulus sudah sedang dalam proses pembangunan dan sebuah bait fisik akan ada selama Milenium, itu akan tetap terlihat entah orang Yahudi akan mendirikan satu lagi bangunan baik saat-saat sebelum Yesus Kristus kembali. Melihat dari sudut pandang kepentingannya, menjadi bait rohani Elohim adalah usaha yang jauh lebih penting yang kita kerjakan. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa Itu Pembinasa Keji?

oleh Tom Clark dan Erik Jones

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/understanding-the-book-of-daniel/abomination-of-desolation/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Yesus berbicara tentang “Pembinasa Keji” yang misterius sebagai sebuah tanda akhir zaman sebelum kedatanganNya yang kedua kali. Apa itu “Pembinasa Keji” di dalam Alkitab? 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar lukisan saat penodaan bait suci oleh Antiochus Epiphanes

Siapa dan apa itu pembinasa keji?

“Pembinasa keji” di dalam Alkitab (versi Terjemahan Baru dan Alkitab Indonesian Modern Bible)  adalah “abomination of desolation” di dalam beberapa versi Bahasa Inggris seperti, King James dan Modern King James dan American Standard, dll. Ucapan nubuat ini terdapat di kitab Daniel (Daniel 12:11) dan ucapan inilah juga yang dirujuk Yesus Kristus (Matius 24:15). Meskipun ini memiliki sejarah penggenapannya, akan ada lagi penggenapan di masa yang akan datang ketika korban sehari-hari diadakan lagi di Yerusalem dimana hal itu akan dihentikan dan diganti dengan sesuatu yang dipertontonkan sebagai hujat terhadap Elohim. Nubuat ini penting sebab hal itu mengisyaratkan sinyal bahwa kedatangan Yesus Kristus sudah semakin dekat.    

Yesus Kristus menyebut “pembinasa keji” ini di dalam KhotbahNya di Bukit Zaitun, dengan mengatakan bahwa itu adalah sebuah tanda akhir zaman sebelum kedatanganNya kembali.

Dia berkata: ‘“Jadi apabila kamu melihat “pembinasa keji” berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel’ …” (Matius 24:15).

Yesus merujuk pada sebuah nubuat yang dikutip dari nabi Daniel: “Sejak dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang membinasakan itu ada seribu dua ratus dan sembilan puluh hari” (Daniel 12:11).

Apa yang dimaksud dengan “pembinasa” dan “keji”?

Ucapan ini mengandung dua perkataan: abomination [pembinasa] dan desolation [keji]. Apa arti dua kata ini?

  • pembinasa

Di dalam Perjanjian Lama, perkataan yang diterjemahkan “abomination” [pembinasa] adalah shiqquwts. “Asal kata pembinasa dalam bahasa Ibrani adalah shaqats, [yang artinya] ‘menjadi kotor,’ ‘membenci,’ ‘menjijikkan’” (“Abomination of Desolation,” International Standard Bible Encyclopedia). Itu yang paling sering digunakan untuk menggambarkan praktek-praktek pemujaan berhala, terutama praktek pemujaan yang paling menjijikkan terhadap rasa kesopanan dan moralitas.

Persamaan arti di dalam Perjanjian Baru ialah bdelygma, yang artinya “suatu hal yang busuk (menjijikkan karena baunya), hal yang menjijikkan” (Thayer’s Greek Lexicon).

Jadi abomination [pembinasa] adalah sesuatu yang mengerikan dan menjijikkan bagi Elohim dan umatNya.

  • keji

Di dalam Perjanjian Lama, asal kata yang diterjemahkan “desolation” (atau “yang membuat gersang atau tandus”) ialah shamem, dan artinya “menghancurkan, membuat gersang, menjadi heran … sesuatu yang begitu mengerikan sehingga membuat orang terdiam” (The Complete Word Study Old Testament, hal. 2376).

Di dalam Perjanjian Baru asal kata itu disebut erēmōsis dan itu mengartikan hal yang sama, “suatu yang membuat gersang atau tandus” (Thayer’s Greek Lexicon).  

Dengan demikian, secara alkitabiah, kekejian juga berarti menghancurkan dan menajiskan dan menjadikan sesuatu dalam keadaan yang menjijikkan sehingga orang-orang yang melihat terdiam dan tak bisa berkata-kata.

Jadi ketika kita menggabungkan kedua kata itu, kita belajar bahwa Daniel dan Yesus menggambarkan sesuatu yang busuk dan menjijjkkan yang secara keji akan menodai sebuah daerah di kota Yerusalem.

Yesus menggambarkan hal ini sebagai “berdiri di tempat kudus.” Jadi ini merujuk pada sebuah hal yang menjijikkan yang akan didirikan, atau ditegakkan di tempat kudus (yakni tempat dimana korban yang dipersembahkan imam, dan di masa yang akan datang akan dipersembahkan).

Tetapi apa yang dimaksud dengan kekejian yang membinasakan?

Apabila kita mempelajari topik ini, kita memahami bahwa ucapan ini tidak merujuk kepada satu kejadian saja. Itu merujuk kepada kejadian berulang. Nubuat-nubuat Alkitab kadang-kadang memiliki lebih dari satu kali kegenapan: kegenapan sebagian dan kegenapan akhir. Hal ini kadang-kadang disebut “prophetic duality” [dualitas nubuat].

Kegenapan nubuat pembinasaan secara keji ini terjadi tiga kali – dua sudah terjadi pada masa lalu dan satu lagi akan terjadi di masa yang akan datang.

Kegenapan yang pertama

Nabi Daniel menubuatkan “pembinasa keji” (Daniel 11:31) di dalam nubuat yang panjang dan rinci tentang raja-raja Yunani yang memerintah sebagian wilayah kekaisaran Greco-Makedonia setelah kematian Alexander Agung.

Raja-raja negeri Utara yang dibicarakan di situ (menurut kitab Daniel 11:4-35) diketahui di dalam sejarah sebagai raja-raja atas Kekaisaran Seleucid. Mereka dinamai setelah satu dari jenderal yang melayani Alexander, yang bernama Seleucus I Nicator (kira-kira tahun 358 hingga 281 sebelum Masehi.), dimana dia ini muncul sebagai salah satu jenderal yang paling kuat setelah kematian Alexander. Dia memerintah satu wilayah kerajaan tua Alexander yang mencakup kota Babelonia, Mesopotamia dan Asia tengah (daratan ke arah Yerusalem utara).

Nubuat Daniel tentang “pembinasa keji” menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi di Yerusalem sekitar tahun 168/167 sebelum Masehi pada masa pemerintahan raja Seleucid ke-8, Antiochus IV. Dia lebih akrab dikenal di dalam sejarah sebagai Antiochus Epiphanes (dalam bahasa Yunani “manisfestasi allah”).

Nubuat Daniel menjelaskannya sebagai berikut: “Pasukan akan muncul dari padanya, [Antiochus Epiphanes] lalu mereka akan menajiskan tempat kudus, benteng itu, dan akan menghapuskan kurban terus-menerus yang telah ditetapkan. Mereka menegakkan kekejian yang membinasakan” (ayat 31).

Antiochus Epiphanes sangat benci dengan ibadah orang Yahudi dan dia mencoba memaksakan adat-istiadat dan agama Yunani untuk diadopsi masyarakat Yahudi dan Yudea. Dia menyatakan tak sah semua bentuk ibadah Yahudi dan menempatkan seorang imam besar yang simpatik terhadap pemerintahannya, yakni seorang imam yang sudah mengadopsi adat istiadat Yunani untuk bait suci itu. Dia (Antiochus) akhirnya menyatakan tidak sah praktek-praktek Yahudi, seperti sunat, jenis makanan yang diharamkan dan pengudusan hari Sabat.   

Sementara Antiochus mengadakan kampanye militer di Mesir pada tahun 168 sebelum Masehi, sebuah kelompok orang Yahudi memberontak terhadap imam besar yang telah diangkat Antiochus dan berkuasa atas Yerusalem. Antiochus kembali ke Yerusalem dan secara keji memberantas orang dalam pemberontakan itu, dia membunuh ribuan orang Yahudi dan banyak dijual menjadi budak di negara lain.

Pada tahun 167 sebelum Masehi, Antiochus mendirikan sebuah patung yang disebut Zeus dewa orang Yunani di bait suci di Yerusalem. Dia juga memerintahkan agar babi, yang menurut Alkitab adalah binatang haram, disajikan sebagai korban di atas mezbah, sehingga menajiskan tempat kudus itu (menggenapi nubuat Daniel). Perbuatannya sangat menajiskan dan menjijikkan dan memuakkan bagi orang Yahudi dan itu merupakan kegenapan pertama nubuat “pembinasa keji.”  

Sejarah kejadian tragis ini di dalam sejarah Yahudi, dan pemberontakan Makabe yang dilakukan oleh bangsa Yahudi itu, dicatat di dalam kitab-kitab non-kanonik kaum Makabe. Kitab-kitab ini memberikan manfaat terhadap sejarah, meskipun tidak dianggap menjadi bagian Kitab Suci.   

Kegenapan kedua

Kegenapan kedua terjadi pada tahun 70 setelah Masehi ketika tentara Romawi di bawah pemerintahan Titus menyerang kota Yerusalem. Dalam prosesnya, pasukan Titus menghancurkan bangunan bait suci dan mezbah. Hingga sekarang bait suci ini belum dibangun lagi. Lukas 21:20 mengindikasikan bahwa Yerusalam “dikepung oleh tentara-tentara” sebelum dihancurkan secara keji pada tahun 70 setelah Masehi.

Kejadian ini juga muncul sebagai pendahulu dari kejadian serupa dan ini akan terjadi lagi sesaat sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali.

Penggenapan nubuat pembinasa keji pada masa yang akan datang

Ketika Yesus berbicara tentang “pembinasa keji,” Dia sedang berbicara dalam konteks diskusi “akhir zaman” (Matius 24:13-14).

Yesus berkata, ‘“Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya--maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan” (ayat 15-16).

Jadi di sini kita melihat satu lagi penggenapan nubuat “pembinasa keji” yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Kita juga perlu memperhatikan bahwa Daniel 12:11, yang menyebut pembinasa keji ini didirikan, juga menyatakan korban sehari-hari akan dihentikan. Karena orang Yahudi sekarang tidak mempersembahkan korban sehari-hari di Yerusalem saat ini, maka hal ini berarti bahwa korban sehari-hari akan diadakan kembali di suatu saat nanti. Untuk korban-korban yang akan diadakan ini, sebuah mezbah perlu dibangun.

Para pelajar nubuat Alkitab terus mengikuti perkembangan situasi tentang kapan didirikannya kembali korban sehari-hari orang Yahudi di Yerusalem. Untuk mempelajari ini, bacalah artikel yang akan dimuat pada situs ini, yang berjudul “Kapan Bait Suci Ketiga Akan Dibangun?”

Seperti apa kegenapan nubuat “pembinasa keji” yang menghancurkan ini belum terlihat begitu jelas. Tetapi hal ini akan terjadi di Yerusalem dimana hal itu akan merupakan kenajisan di mata Elohim. Rasul Paulus menuliskan tentang hal ini bahwa ini adalah seorang pemimpin di masa yang akan datang yang disebut “manusia durhaka,” yang akan menentang dan menyatakan dirinya sebagai Elohim atau seorang yang harus disembah, sehingga dia duduk sebagai Elohim di bait suci, yang mengaku dirinya sebagai Elohim (2 Tesalonika 2:3-4).

Kitab Wahyu menyingkapkan figur politik yang akan terjadi di masa depan yang disebut “binatang”, yakni yang akan bersekutu dengan seorang figur agama yang dikenal sebagai “nabi palsu”. Bersama-sama mereka akan menyerang Yerusalem dan akan menguasai kota itu hingga di saat kedatangan Kristus dan Dia akan mengalahkan mereka. Sepertinya binatang dan nabi palsu ini merupakan individu yang bertanggung jawab atas pendirian pembinasa keji itu.

Apa yang terjadi setelah pembinasaan keji muncul?

Setelah Yesus menyebutkan “pembinasa keji” akhir zaman, Dia memperingatkan bahwa orang-orang pilihan Elohim sebaiknya melarikan diri (Matius 24:16-20) sebab beberapa saat setelah kekejian itu didirikan, “akan terjadi siksaan yang dahsyat” (ayat 21). Untuk mempelajari ini lebih lanjut, bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa itu Great Tribulation [Siksaan Dahsyat dan Kesusahan Besar]?”

Inilah sebabnya mengapa “pembinasa keji” itu merupakan nubuat yang begitu penting bagi kita untuk kita ikuti perkembangannya – sebab hal itu menandakan bahwa Great Tribulation (perang dan penderitaan global yang berlangsung 3½ tahun ini) akan segera terjadi.  

Ketika “pembinasa keji” ini datang, orang-orang Kristen sejati yang memperhatikan dan yang teguh di dalam Roh Kudus Elohim akan mengerti apa yang terjadi dan akan memahami saatnya untuk melarikan diri. Meskipun Alkitab berkata bahwa beberapa orang-orang kudus Elohim akan menjadi martir, banyak di antara mereka akan dilindungi (Wahyu 12:11-17). 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Kematian Raja

oleh Jim Franks

https://lifehopeandtruth.com/life/plan-of-salvation/passover/the-death-of-the-king/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Easter, suatu perayaan yang tidak diajarkan di dalam Alkitab, telah menjadi salah satu perayaan yang paling penting di dunia, tetapi perayaan yang diperintahkan Yesus sungguh diabaikan. Paskah adalah sebuah peringatan kematian Juruselamat dan Raja Kita.

 

 

 

 

 

 

 

Salah satu perayaan yang paling penting dalam kalender Kristen ialah perayaan yang disebut Easter. Meskipun ada bukti bahwa nama Easter berasal dari ajaran dewa paganisme yang dirayakan di musim semi, sekarang perayaan ini dianggap sangat terkenal sebagai perayaan kebangkitan Yesus Kristus, Juruselamat bagi umat manusia. Namun perhatian terhadap kematianNya hanyalah sepintas. 

Jangan salah paham – kebangkitan Yesus Kristus sungguh suatu kejadian besar dan penting! Kita diselamatkan oleh hidupNya (Roma 5:10). Tetapi kita harus terlebih dahulu diperdamaikan kepada Elohim melalui kematian Yesus.

Yesus tidak mendorong atau mendukung perayaan kebangkitanNya atau Easter hari Minggu, dan Dia tidak pernah menyetujui lambang-lambang yang luar biasa itu dalam perayaan itu. Apa hubungan kelinci dan telur warna-warni dengan kebangkitan Juruselamat manusia? Tidak ada! Pada kenyataannya, kelinci dan telur warna-warni itu memperlihatkan kebenaran sejarah agama penyembah berhala yang mempromosikan bermacam-macam dewa, terutama dewi kesuburan. Baik kelinci maupun telur-telur itu digunakan sebagai lambang kesuburan.

Untuk memusatkan perhatian apa yang dilakukan Yesus dan apa yang Dia kehendaki untuk anda lakukan, mari kita lihat kisah mengapa Dia disalibkan. Dia dituduh karena Dia mengatakan Dia seorang raja – dan memang Dia adalah Raja!

Yerusalem, tahun 31 setelah Masehi

Diskusi yang sangat luar biasa berlangsung di kota Yerusalem pada tahun saat Yesus Kristus disalibkan. Pontius Pilatus, yakni gubernur Romawi itu, menerima bermacam-macam tuduhan terhadap Yesus. Orang Yahudi sudah diambang pemberontakan karena kebrutalan orang-orang Romawi. Pada musim semi itu, sebagaimana orang-orang Yahudi sedang mempersiapkan perayaan Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi, ketegangan-ketegangan sudah mencapai titik puncak.

Beberapa saat sebelum perayaan di musim semi itu, orang-orang Romawi secara brutal membantai satu kelompok orang Galilea pada saat mereka mempersembahkan korban di bait suci (Lukas 13:1). Pilatus menyuruh pembantaian itu, tanpa diragukan, dalam usahanya untuk mengancam orang-orang Yahudi dan mencegah pecahnya kerusuhan di kemudian hari. Menurut Josephus, orang-orang Galilea sangat cemas di bawah penguasa Romawi. Nampaknya Pilatus menggunakan kesempatan insiden di Yerusalem itu untuk memberi pesan kepada semua orang Yahudi.

Banyak orang berspekulasi bahwa hal ini merupakan bagian dari alasan Herodes Antipas, yang adalah tetrark (setingkat gubernur pada sistem pemerintahan Romawi) untuk wilayah Galilea dan Perea, berselisih paham dengan Pilatus. Tetapi pada saat pengadilan terhadap Yesus, keduanya menjadi bersahabat (Lukas 23:12). Nampaknya, Herodes tersanjung bahwa Pilatus melimpahkan keadaan itu kepada dia [Herodes] untuk mengambil keputusan atas pengadilan terhadap Yesus.

Dilema Paskah Pilatus

Sementara orang-orang Yahudi datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah pada tahun itu, Pilatus merasa bahwa akan terjadi kerusuhan di jalan jika dia tidak melakukan sesuatu. Para sarjana Alkitab meyakini bahwa penduduk kota itu akan meluap lima kali lipat jumlahnya pada musim perayaan Paskah. Dengan demikian banyaknya pengunjung di Yerusalem maka masuk akal jika Pilatus merasa kuatir dan was-was.

Apa yang dapat dia lakukan untuk meminimalisir potensi huru-hara?

Tuduhan terhadap Yesus

Pada tahap inilah serangkaian kejadian yang paling tidak lazim terjadi. Selama pengadilan itu dilakukan terhadap Yesus, para pemimpin Yahudi mencoba banyak cara untuk membuktikan Dia bersalah. Akhirnya mereka bertanya kepada Yesus apakah Dia Anak Elohim.  

Dia menjawab, “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Dia” (Lukas 22:70). 

Dengan jawabanNya ini, pemimpin-pemimpin Yahudi merasa yakin bahwa Yesus bersalah atas penistaan atau hujatan. Karena pemerintahan Romawi tidak mengizinkan orang-orang Yahudi untuk menaruh hukuman mati (Yohanes 18:31), maka mereka membawa Dia kepada Pilatus, dengan tuduhan menghujat, dan “menyesatkan bangsa kami, dan [Dia] melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diriNya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja” (Lukas 23:2).

Pilatus mencari jalan untuk menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi untuk menyesah Dia – mencambuk dan menyakiti Dia dan kemudian dibebaskan. Tetapi orang-orang dalam kerumunan itu menolak permintaan Pilatus yang mengatakan, “Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati padaNya.” Jadi Pilatus memutuskan untuk mengirim Dia kepada Herodes ketika dia mendengar bahwa Dia seorang Galilea.

“Ketika mendengar hal itu, Pilatus bertanya apakah Orang itu seorang Galilea. Maka ketika mengetahui bahwa Dia berasal dari wilayah kekuasaan Herodes, Pilatus mengirim Yesus kepada Herodes, yang pada waktu itu memang sedang berada di Yerusalem” (Lukas 23:6-7).

Raja dan KerajaanNya

Selama lebih dari tiga tahun, Yesus yang disebut orang Nazaret itu telah menjalani berbagai daerah dari Galilea di bagian utara ke padang gurun Yudea di sebelah selatan. Kemana pun Dia pergi Dia memberitakan injil bahwa Kerajaan Elohim sudah dekat dan bahwa saatnya untuk bertobat (Markus 1:15). Berita injil yang benar adalah kabar gembira akan Kerajaan Elohim.

Yesus Kristus mengakui gelar Raja orang Yahudi, tetapi Dia sesungguhnya lebih daripada raja orang Yahudi. Dia adalah “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan” yang akan segera datang (Wahyu 19:16). Dia akan memerintah di dalam Kerajaan Elohim, yang akan didirikan di bumi ini pada kedatanganNya yang kedua kalinya. Dia merujuk ini dengan ucapanNya “KerajaanKu” (Lukas 22:30).

Ketika Yesus ditanya oleh Pilatus apakah Dia seorang raja Yahudi, Dia menjawab, “Engkau sendiri mengatakannya” (Lukas 23:3). Orang Yahudi berada di bawah penindasan pemerintahan Romawi, dan mereka tidak memiliki raja. Herodes Agung adalah raja terakhir mereka. Jika Yesus mengambil alih jabatan Raja ini, hal itu akan berbahaya.  

Meskipun Yesus sadar bahwa Dia akan mati karena masalah ini, Dia tidak menyangkal diri siapa Dia.

Kematian Raja

Sebelum hari itu berakhir, Pilatus membasuh tangannya dari persoalan itu, menyatakan bahwa Yesus tidak bersalah.

Kemudian Yesus disiksa, dicambuk dengan kejam, dicaci dan dipukul selama berjam-jam kemudian. Dan akhirnya Dia disalibkan. (Ayat Suci Alkitab tidak secara definitif menjelaskan kepada kita bentuk salibnya, tetapi perkataan Yunani stauros mengartikan sebuah pancang atau tiang tegak lurus.) Dan Dia menderita dengan sangat kesakitan selama enam jam kemudian.

Kegelapan meliputi bumi ini selama tiga jam, dan setelah itu Dia menghembuskan nafasnya. Anak Elohim, Raja orang Yahudi dan Raja di atas segala raja yang akan datang itu mati di luar tembok Yerusalam.

Mengenang kematian Yesus pada hari Paskah

Jika seandainya Yesus Kristus tidak mati bagi dosa-dosa kita, maka kita tidak mempunyai harapan kebangkitan. Kita merayakan kematianNya setiap tahun pada malam Paskah, sebagaimana Dia perintahkan (1 Korintus 11:23-26).

Kita menghormati secara mendalam arti dari kebangkitan Yesus, tetapi tidak ada perintah Alkitab untuk merayakan itu. Dan kebangkitan Yesus tidak terjadi pada hari Minggu Easter. Yesus bangkit dari kuburNya pada hari Sabtu sore matahari terbenam (bukan pada hari pertama minggu itu). Dia berada di kubur selama tiga hari tiga malam penuh setelah Dia dibaringkan di pemakaman. Ketika perempuan-perempuan datang sebelum matahari terbit pada hari pertama minggu itu, Yesus sudah bangkit [sudah dalam keadaan hidup kembali] dan kuburNya sudah kosong (Markus 16:6).

Tipe yang berbeda dari seorang raja

Sepanjang sejarah, bilamana seorang raja meninggal, biasanya diadakan upacara megah untuk menghormati almarhum raja. Yesus Kristus adalah seorang raja yang berbeda. Dia tidak sombong, bukan tipe raja  “anda harus melayani saya.” Dia menyatakan DiriNya sebagai seorang pelayan bahwa Dia datang untuk melayani (Markus 10:45).

Coba bayangkan itu! Seorang raja melayani orang lain. Menurut sejarah, sifat yang paling umum dari seorang raja (dan ratu) adalah bermanjakan diri: “Saya hidup sebagai raja, bukan seperti anda. Anda adalah pelayan saya.”

Sebuah kematian penting

Di lereng bukit yang sepi yang terletak di luar kota Yerusalem pada tahun 31 setelah Masehi, seorang raja mati.

Sebagaimana Dia menderita, dunia ini gelap selama kurun waktu tiga jam (Matius 27:45). Di saat Dia menghembuskan nafas terakhir, tabir pembatas tempat kudus dan yang maha kudus di bait suci itu terbelah dua (Matius 27:51). Kuburan-kuburan terbuka, dan banyak orang kudus yang dikenal di dalam komunitas itu, yang meninggal beberapa hari sebelumnya, bangkit (Matius 27:52-53). Gempa bumi pun terjadi di daerah itu (Matius 27:54).

Semua penduduk Yerusalem tahu bahwa sesuatu yang agung mulia telah terjadi.

Ya, bukan sekedar seorang raja, tetapi Raja itu telah mati. Dia memberi hidupNya demi memungkinkan keselamatan manusia.

Paskah: memperingati kematian Raja

Untuk menaati Raja ini, kita, sebagai orang Kristen, harus datang berkumpul pada malam tanggal 14 Abib, yakni bulan pertama di dalam kalender Ibrani. Di dalam Kitab Suci itu disebut Passover [Paskah] dan hal itu dijelaskan oleh Paulus di dalam 1 Korintus 11.

Di dalam merayakan Easter, orang menggunakan kelinci dan telur-telur yang diwarnai bermacam-macam sebagai lambang agama. Tetapi dalam merayakan Paskah, kita memahami setiap tahun bahwa Yesus Kristus menyerahkan hidupNya untuk mengampuni dosa-dosa kita dan memberi kita harapan hidup kekal. Dia adalah Raja kita yang telah datang untuk melayani!

Kebangkitan Yesus merupakan suatu bagian penting dari rencana Elohim untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi tanpa kematian Sang Juruselamat kita, kita tidak akan ada harapan. Oleh sebab itu, kita diperintahkan untuk memperingati kematian Raja – Yesus Kristus, Juruselamat manusia.

Untuk informasi tentang hari-hari raya yang diperintahkan di dalam Alkitab, telusurilah situs ini dengan kata kunci “hari-hari raya.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Akan Adakah Perang Dunia 3?

oleh Jim Haeffele

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/end-times/world-war-iii/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Banyak peperangan telah terjadi sejak Perang Dunia II. Apakah manusia telah belajar bagaimana menghindari perang? Menurut nubuat Alkitab, akan adakah Perang Dunia 3?

 

 

 

 

 

 

Pada abad ke-20 dua perang dunia telah terjadi hanya berselang kurang lebih dalam tempo waktu 20 tahun.

Sekarang sudah lebih dari 75 tahun sejak Perang Dunia II, dan selama tahun-tahun itu berlalu telah banyak krisis terjadi yang mendorong dunia ini ke ambang perang nuklir –  Perang Dunia 3

  • Krisis Berlin (1961).
  • Krisis rudal Kuba (1962).
  • Perang Yom Kippur, yang mengarah kepada U.S.–Soviet yang saling bertatapan (1973)
  • Invasi Rusia ke Ukraina (2022)

Di samping itu, telah ada banyak insiden dimana kerusakan teknis, kecelakaan atau kesalahan kalkulasi atas tenaga nuklir ke tingkat kewaspadaan dan hampir menyulut perang dunia.

Saat ini sudah banyak negara memiliki senjata nuklir, dan ada juga negara lain memiliki laju perolehan senjata nuklirnya begitu pesat. Di samping itu, perkembangan senjata penghancur massal dan sistem persenjataan lainnya telah dipercepat. Ini termasuk segala sesuatu dari senjata biologi hingga senjata kimia, dari peluru kendali hipersonik hingga drone pembunuh.

Kapasitas manusia untuk mengadakan perang dunia saat ini melebihi segalanya yang tidak dapat dibayangkan oleh generasi sebelumnya. Dunia ini telah melihat banyak perang antar bangsa selama bertahun-tahun sejak Perang Dunia II, dan banyak perang yang sedang berlangsung pada saat ini. 

Apa yang memicu agar salah satu perang hari ini meningkat menjadi Perang Dunia 3?

Perang Dunia 3 di dalam Alkitab

Akan adakah perang dunia sekali lagi? Jawaban definitif untuk pertanyaan ini hanya bisa ditemukan di dalam Firman Elohim. Kita percaya bahwa kita sedang berada dalam nubuat Alkitab dimana banyak orang menamakan itu sebagai akhir zaman. Alkitab berbicara tentang kejadian-kejadian besar yang telah terjadi “pada akhir zaman” (Daniel 11:35, 40; 12:4, 9) – yakni, saat sebelum kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Nubuat-nubuat Alkitab  ini memberikan jawaban kepada pertanyaan itu:  Akan adakah Perang Dunia 3?

Sebagaimana kita tahu dan kita melihat bahwa Alkitab tidak menggunakan istilah Perang Dunia 3. Sementara Alkitab menggunakan istilah lain, dari perspektif manusia ada beberapa kejadian yang dinubuatkan yang barangkali datang sebagai Perang Dunia 3.

Memang umat manusia telah selalu menghadapi perang, dan kita tidak bisa mencegah kemungkinan terjadinya satu lagi perang yang melibatkan sebagian besar penduduk bumi ini bahkan sebelum kejadian nubuat ini sudah terjadi. Dengan disclaimer [penafian] ini, mari kita sekarang memperhatikan nubuat perang berdasarkan Alkitab yang akan berdampak konsekuensi besar terhadap umat manusia.

Nubuat-nubuat perang dunia pada akhir zaman

Dalam KhotbahNya di Bukit Zaitun, Yesus Kristus berbicara tentang kejadian besar yang akan terjadi di dunia ini sebelum Dia datang kembali. Murid-muridNya bertanya kepada Dia: “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia?" (Matius 24:3).

Jawaban Kristus menyebutkan peringatan akan terjadi kekacauan dahsyat yang belum pernah terjadi sebelumnya: “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat” (ayat 21-22).

Apa artinya ini bagi kita sekarang?

Yesus berkata bahwa Great Tribulation [Siksaan Dahsyat] ini akan jauh lebih buruk daripada apa yang pernah terjadi yang dialami dunia ini. Ini artinya bahwa kekacauan dunia yang mengakibatkan kehilangan nyawa manusia akan lebih buruk daripada apa yang terjadi pada Perang Dunia II, dimana lebih dari 50 juta orang terbunuh. Dia juga berkata bahwa masa “great tribulation” itu akan “dipersingkat” demi orang-orang pilihan, karena jika tidak, tidak seorangpun yang akan selamat.

Sementara Yesus mengindikasikan bahwa krisis “great tribulation” ini juga menyangkut faktor-faktor lain (termasuk bencana alam, kelaparan dan persekusi agama), deskripsi di dalam dua ayat tadi dengan tegas mengindikasikan bahwa akan ada paling tidak satu lagi konflik yang meliputi dunia pada akhir zaman sebelum kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.

Great Tribulation [Siksaan Dahsyat]

Apa yang dikatakan Alkitab tentang kejadian-kejadian yang digambarkan Yesus sebagai “great tribulation” (Matius 24:21) yang akan berdampak pada kehilangan nyawa manusia dalam jumlah yang sangat besar? Jika kita pelajari Alkitab dengan seksama, kita akan mengerti bahwa penderitaan yang intens yang akan terjadi pada akhir zaman ini merupakan dampak dari meterai ke-2 (perang yang meluas, yakni yang digambarkan di Wahyu 6:3-4) dan meterai ke-5 (ayat 9-11, persekusi agama; bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa Itu Tujuh Meterai Kitab Wahyu?”).

Dalam Daniel 11:40-43 ada nubuat yang sangat mengagumkan tentang perang antara raja negeri Selatan dan raja negeri Utara. Latar belakangnya adalah akhir zaman (ayat 40) ketika raja dari Selatan (sepertinya ini adalah Afrika Utara atau Timur Tengah) yang akan menyerang raja negeri Utara (seorang pemimpin yang bermarkas di Eropa). Raja negeri utara ini akan menyerang balik dengan tentara dalam jumlah besar dan pasukan angkatan lautnya yang akan melewati Mediterania, dan menyerbu Afrika Utara dan akan memasuki “Tanah Permai,” yang adalah Israel (ayat 40-43).

Pada saat itu suatu kejadian luar biasa akan terjadi di Yerusalem. Hal ini dijelaskan oleh Yesus Kristus dalam khotbahNya di Bukit Zaitun.

Peran agama pada masa Great Tribulation dan perang dunia akhir zaman

Di dalam Matius 24:15 Yesus memperingatkan, "Oleh karena itu, bilamana kamu melihat ‘pembinasa keji’ yang dibicarakan oleh nabi Daniel berdiri di tempat yang kudus (siapa yang membaca biarlah ia memahaminya).”  Kejadian ini akan terjadi pada saat ketika korban sehari-hari (pagi dan malam) telah dijalankan kembali di tempat kudus bagi orang Yahudi.

Pelaksanaan ritual korban ini akan dihentikan oleh invasi ini dan seorang “pembinasa keji” akan duduk di atas tempat itu. Yesus menambahkan penjelasannya bahwa, apabila invasi ini sudah mulai dan kekejian ini telah didirikan, maka dunia ini akan memasuki masa “great tribulation.” Karena kejadian perebutan kekuasaan yang akan terjadi ini, yakni yang melibatkan sejumlah besar manusia dalam pertempuran, maka “Perang Dunia 3” merupakan istilah dunia untuk menggambarkan konflik ini (ayat 17-21; Lukas 21:20-24).   

Pembinasa keji akhir zaman

Pembinasa keji dinubuatkan oleh nabi Daniel dalam beberapa bab (Daniel 8; 9:27; 11:31; 12:11). Kegenapannya terjadi lebih dari satu kali, dan yang pertama menurut sejarah terjadi pada tahun 160an sebelum Masehi (Daniel 11:31).

Hampir 200 tahun kemudian Yesus menubuatkan bahwa kekejian terakhir ini akan terjadi sebelum kedatanganNya yang kedua kali. Berbeda dengan perang dunia pertama dan kedua pada abad ke-20, konflik menyeluruh ini akan terlihat peran besar agama.

Dalam Wahyu 13:13-14 Yesus memberitahukan Yohanes melalui malaikatNya tentang satu figur agama akhir zaman yang menyesatkan orang secara massal: “Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu.”  

Banyak orang akan rela untuk berperang dan mati karena mereka akan disesatkan oleh tanda-tanda ini. Figur agama ini dan penyesatannya memiliki nama di dalam kitab Wahyu: “MYSTERY, BABYLON THE GREAT” [BABEL BESAR] (Wahyu 17:5). – Bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Apa Itu Babilon.”

Penyesatan agama ini tidak memainkan peran besar pada Perang Dunia I dan II, tetapi pada perang dunia akhir zaman yang dinubuatkan ini akan berperan kuat. Orang-orang percaya pada kebenaran, yakni para pengikut Kristus, akan harus sabar, menuruti perintah-perintah Elohim dan memiliki “iman kepada Yesus” untuk luput dan terhindar dari penyesatan itu (Wahyu 14:12).

Lamanya great tribulation yang dinubuatkan ini

Great Tribulation ini akan berlangsung selama 3½ tahun (Daniel 7:25; 12:7; Wahyu 12:14: 13:5).

Selama masa sebelum kejadian-kejadian nubuat ini terjadi, Yesus berkata bahwa mind-set manusia secara keseluruhan akan merasa aman-aman saja dengan apa yang terjadi di sekitar mereka. Kitab Wahyu menyingkapkan bahwa tulah-tulah dari tujuh sangkakala akan mengikuti meterai-meterai yang mendatangkan penderitaan terhadap semua orang yang mengikuti pemimpin yang disebut sebagai “binatang” di kitab Wahyu. Sebagian besar penduduk bumi ini akan setia mengikuti pemimpin ini dan, sebagai akibatnya, mereka akan menderita konsekuensi keputusan sesat itu. (Bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa Itu Tujuh Tulah Terakhir Kitab Wahyu”).

Sangkakala tiga terakhir dari tujuh sangkakala disebut woes [celaka] karena kehebatannya. Celaka kedua (sangkakala keenam) akan mengakibatkan kematian sepertiga dari umat manusia (Wahyu 9:15-18).

Harmagedon

Jika manusia tidak menamakan Great Tribulation atau kejadian hebat yang terjadi sebelum itu sebagai perang dunia, maka kejadian terakhir yang dinubuatkan Alkitab akan benar-benar dikenali sebagai perang dunia. Perang ini telah disebutkan Elohim melalui nabi-nabiNya di Perjanjian Lama.  

Nabi Yoel mendapat inspirasi untuk menuliskan firman Tuhan pada abad ke-8 sebelum Masehi, “Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat [banyak orang yang berkuasa merasa hal ini merujuk kepada Lembah Kidron yang berbatas dengan Yerusalem timur].  … Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat hari TUHAN di lembah penentuan” (Yoel 3:12, 14).

Pertempuran tentara manusia yang tersisa, yakni yang akan melawan Kristus ini juga telah dinubuatkan di dalam kitab Zakharia: “Sesungguhnya, akan datang hari yang ditetapkan TUHAN. … Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem” (14:1-2). Dan penentuan akhir ialah ketika Yesus Kristus turun dan menjejakkan kakinya di atas Bukit Zaitun (ayat 4) dan Dia akan menjadi Raja atas seluruh dunia (ayat 9).

Sementara banyak orang yang mengatakan bahwa pertempuran tentara-tentara dunia dari berbagai bangsa yang menentang Yesus Kristus itu sebagai Harmagedon, istilah ini adalah merupakan nama satu daerah di sebelah barat laut dimana tentara-tentara itu akan bersatu sebelum menyerang Yerusalem untuk melawan Kristus. Sebagaimana tulah ke-6 terakhir kitab Wahyu menjelaskan, nama perang terakhir zaman ini adalah “peperangan pada Hari Besar Elohim Penguasa [alam] Semesta” (Wahyu 16:14).

Penjelasan tentang Yesus yang akan kembali ke bumi ini untuk melawan tentara-tentara dan kebrutalan mereka terdapat di kitab Wahyu 19:11-21 dan Zakharia 14:3-4, 12.

Siapa yang akan menang dalam Perang Dunia 3?

Yesus Kristus akan menang dalam perang akhir zaman, dan Dia akan mendirikan Kerajaan Elohim di atas bumi ini. Dia akan berkuasa membawa damai. Yesaya 2:2-4 menggambarkan keadilan dan damai yang akan menjadi sebuah tanda sah/resmi dari pemerintahanNya dalam kebenaran:

“Akan terjadi pada hari-hari terakhir, gunung Bait YAHWEH berdiri tegak di atas puncak gunung-gunung. Dan akan menjulang tinggi di atas bukit-bukit, dan segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana.

“Banyak orang yang pergi akan berkata, ‘Marilah kita naik ke gunung YAHWEH, ke Bait Elohim Yakub, agar Dia mengajar kita jalan-jalanNya, supaya kita menempuh jalan-jalanNya.’ Sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman YAHWEH dari Yerusalem.

“Dia akan menghakimi di antara bangsa-bangsa, dan akan menegur banyak orang, mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombaknya menjadi pisau pangkas, bangsa tidak mengangkat pedang lagi melawan bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.”

Kita berdoa dengan sungguh-sungguh, “Datanglah kerajaanMu” karena sekarang kita merindukan saat itu dimana orang-orang akan belajar jalan damaiNya dan bukan jalan perang.

Apakah kita merasa biasa-biasa saja tentang Perang Dunia 3

Sementara kita masih melihat ke masa depan konflik mana yang disebut Perang Dunia 3 atau entah semua pertempuran ini yang disebut Perang Dunia 3, ada konsep yang bahkan lebih serius dan penting untuk kita cermati. Hari-hari terakhir mendekati kejadian-kejadian nubuat Alkitab ini, Yesus berkata bahwa mind-set manusia pada umumnya akan tetap merasa aman dan tidak mengindahkan terhadap apa yang akan terjadi di sekitarnya.  

Yesus berkata, “Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia” (Matius 24:38-39).

Kepuasan akan diri sendiri ini dimiliki oleh banyak orang-orang beragama yang telah mengikuti kepercayaan yang keliru yang percaya bahwa mereka telah melakukan apa yang Elohim kehendaki. Jadi pada KhotbahNya di Bukit Zaitun Yesus berkata, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: ‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?’Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’" (Matius 7:22-23).

Apabila anda ingin mempelajari tentang “orang-orang pilihan” yang akan diselamatkan, bacalah artikel kami – pada situs ini –  yang berdujul “Dipanggil dan Dipilih.” Artikel ini akan menjelaskan kepada anda bagaimana mempersiapkan diri – secara rohani – untuk menghadapi hari kesesakan yang akan terjadi. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Akankah Krisis di Ukraina Membangkitkan Kemiliteran Eropa?

oleh Kontributor Life, Hope & Truth Contributor - March 9, 2022

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/will-the-crisis-in-ukraine-lead-to-a-european-military/

Invasi Rusia terhadap Ukraina telah menimbulkan efek riak di seluruh dunia. Mungkinkah agresi Rusia ini akan membangkitkan motivasi pembentukan sebuah kemiliteran Eropa bersatu?

 

 

 

 

 

 

 

 

Penduduk sipil Ukraina menyingkir ke kota Irpin, kota pinggiran Kyiv, pada tanggal 8 Maret 2022

Dunia telah bereaksi dan merasa syok/kaget dan cemas terhadap keputusan Vladimir Putin yang menyerbu Ukraina dan memulai perang terbesar di Eropa sejak akhir Perang Dunia II. Banyak kepala negara dan pemimpin politik telah menggunakan bahasa dramatis untuk mengutuk serangan itu, tetapi Presiden Perancis, Emmanuel Macron lah yang mengumpulkan perhatian khusus untuk menyatakan invasi ini sebagai sebuah “puncak dalam sejarah Eropa.”

Tragedy yang langsung terjadi dari perang ini jelas. Nampaknya bahwa seakan-akan setiap hari kita menyaksikan video dan gambar yang menyayat hati akan penderitaan manusia dan melihat kota-kota yang hancur lebur. Dan komentar Mr. Macron menunjuk pada konsekuensi politik yang lebih besar untuk wilayah yang lebih luas.

Ke arah mana krisis ini berkembang sehingga Eropa akan menanggapinya?

Dampak serangan Rusia terhadap Eropa

Aksi Rusia telah menambah perasaan tidak aman di Eropa ke tingkat yang tidak pernah kita lihat sejak 1980an, ketika ketakutan akan Uni Soviet mendominasi benua itu. Akan tetapi, sejak dekade itu, banyak hal telah berubah.  

Satu perbedaan penting adalah munculnya Uni Eropa yang sangat terintegrasi dan kuat secara ekonomi. Dengan 27 negara anggota, yang terbentang dari Polandia ke Irlandia, UE telah menjadi salah satu perwujudan dunia terbesar secara ekonomi dan politik.  

 

 

 

 

 

Seorang bocah Ukraina dan ibunya di sebuah pos pemeriksaan                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        di perbatasan Ukraina-Slovakia, pada tanggal 27 Februari 2022 (Ukrinform).  

Akan tetapi UE memiliki satu kekurangan utama yang harus dimiliki suatu kekuatan besar: yakni, kekuatan militer bersatu untuk menandingi pengaruh ekonominya.   

Mendiang presiden Perancis, Charles de Gaulle, pernah berkata: “Tidak akan ada negarawan eropa yang akan menyatukan Eropa: Eropa akan disatukan oleh orang-orang China.” Maksudnya sederhana: Eropa akan dipaksa bersatu karena kekuatan di luar perbatasannya.

Meskipun krisis ini terpusat di Rusia dan Ukraina (bukan di China), hal itu menunjukkan bagaimana kekuatan luar bisa mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk membentuk persatuan yang lebih besar.

Sebuah momen penting

Sikap yang terjadi pada tanggal 27 Februari ini menjadi fokus utama ketika UE bersatu dan setuju untuk mengambil langkah, yakni memberikan persenjataan senilai 500 juta euro ke wilayah Kyiv. Gerakan ini menunjukkan suatu keikutsertaan yang belum pernah terjadi di UE dalam aksi bersama dalam hal pertahanan.   

Hal itu diuraikan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebagai suatu “momen penting” dalam sejarah Eropa. Komentarnya menggarisbawahi makna dari aksi ini dalam memecahkan ketabuan dalam keterlibatan UE dalam persoalan militer.  

Meskipun pergeseran kebijakan ini merupakan perubahan dramatis, gagasan tentara UE bersatu telah dibicarakan oleh para pemimpin UE selama beberapa dekade.

Selama bertahun-tahun, Presiden Perancis Macron dan para politisi terkemuka di Eropa telah menganjurkan bagi UE untuk mengembangkan sebuah tataran “autonomi strategis.” Ini merupakan visi ke depan akan suatu kebijakan pertahanan dan kekuatan militer bersatu.

 

 

 

 

Perang Rusia-Ukraina telah menghidupkan kembali diskusi tentang kemungkinan sebuah kekuatan militer.

Pada tahun 2018 mantan kanselir Jerman Angela Merkel, dalam sebuah pidatonya kepada parlemen Eropa, meminjamkan bobot politiknya terhadap gagasan itu, ketika dia berkata, “Saat-saat ketika mengandalkan orang sudah berakhir … Kita sebaiknya bekerja pada suatu visi untuk masa depan, yakni pembentukan sebuah kemiliteran Eropa yang riil.”  

Argumen Nyonya Merkel, yang kontroversial pada saat itu, memang dijawab oleh agresi Rusia tepat di luar perbatasan timur UE.

Krisis ini telah membawa perubahan-perubahan yang sangat cepat terhadap kebijakan luar negeri Jerman.

Dorongan untuk sebuah pertahanan bersatu ini juga terjadi segera setelah peristiwa lain yang – sebelum krisis – mempengaruhi perpolitikan Eropa, yakni, Brexit. Dulu, ketika ada gagasan pembentukan kebijakan pertahanan militer Eropa bersama, Inggris selalu bisa membentuk oposisi untuk membekukan gagasan itu.

Akan tetapi, sejak Inggris keluar dari UE, sekarang ada jalan terbuka untuk mendorong pembentukan satu tentara Eropa. 

Apakah tren ini selaras dengan nubuat Alkitab?

Bagaimana semua ini terjadi di panggung geopolitik sungguh perlu kita amati dan ikuti. Tetapi kita harus mencatat bagaimana kejadian-kejadian ini selaras dengan nubuat-nubuat Alkitab tentang Eropa.

Di dalam Wahyu 17 kita membaca tentang 10 pemimpin Eropa yang menyerahkan otoritas nasional mereka kepada seorang pemimpin militer dan politik yang disebut “binatang” (ayat 13).

Integrasi politik dan militer penuh telah lama diimpikan oleh para pemikir Eropa. Hal ini menggambarkan sebuah skenario yang unik dalam sejarah manusia, karena tidak ada preseden bagi kelompok bangsa-bangsa semacam itu yang secara sukarela menyerahkan kekuatan berdaulat mereka kepada satu entitas. Menurut sejarah, kekaisaran yang kuat terbentuk dengan cara kekuatan dan penaklukan yang brutal. Tetapi kekaisaran Eropa terakhir ini – yakni, bangkitnya kembali Kekaisaran Romawi Kuno – akan terbentuk dengan sukarela dibawah satu pemimpin.

Untuk informasi lebih detil, bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Siapa Binatang Itu?”

Eropa telah lambat laun bersatu selama bertahun-tahun sebagaimana UE telah bertumbuh dan berkembang. Akan tetapi, kesatuannya pada dasarnya hanya dalam hal ekonomi. Namun sebenarnya, integrasi penuh yang menyangkut politik dan militer telah lama diidam-idamkan oleh para pemikir Eropa.

Sampai saat ini, banyak yang bertanya-tanya bagaimana impian ini menjadi kenyataan. Apa yang mendorong Eropa ke level selanjutnya dimana kekuatan kedaulatan dan militer nasional mereka ditransfer dan menjadikannya di bawah kendali satu superstate [satu negara bagian]?

Karena keberadaan Rusia sebagai ancaman nyata terhadap keamanan Eropa, terhadap kemerosotan Amerika Serikat yang terus berkelanjutan, terhadap pertumbuhan kekuatan China, dan momok terorisme yang terus mengancam dunia dari Timur Tengah – maka jawaban untuk pertanyaan itu akan menjadi lebih jelas.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah Vladimir Putin Binatang yang di Kitab Wahyu Itu?

Oleh Erik Jones – February 24, 2022

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Agresi Rusia telah menyebabkan banyak orang bertanya entah agresi ini adalah sebuah kegenapan wahyu akhir zaman. Apakah Vladimir Putin merupakan binatang wahyu itu? Akankah binatang itu datang dari Rusia?

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/blog/is-vladimir-putin-the-beast-of-revelation/

 

 

 

 

 

 

 

 

Banyak orang tidak memahami “binatang” misterius yang disebut di kitab Wahyu itu. Binatang ini digambarkan di Wahyu 13:1: “Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.”

Tentu saja, para pembaca dan pelajar nubuat Alkitab memahami bahwa kitab Wahyu menggunakan simbol untuk menggambarkan hal-hal nyata. Nubuat ini tidak membicarakan suatu makhluk monster yang keluar dari dalam laut. Dalam nubuat Alkitab, seekor “binatang” melambangkan suatu pemerintahan atau penguasa politik (Daniel 7:17).

Selama dekade lalu, dunia ini telah menyaksikan Vladimir Putin bertindak dengan cara yang mirip, dan yang mengingatkan kita, dengan era Benito Mussolini, Adolf Hitler dan Joseph Stalin. Semua ini, dan yang lain seperti Saddam Hussein, telah menjadi bahan spekulasi tentang identitas “binatang” itu. Putin telah:

  • Mendukung rezim berbahaya di dunia ini (Iran, Syria dan Venezuela).
  • Membatasi kebebasan berpendapat di Rusia.
  • Merebut kesempatan untuk memanfaatkan kelemahan-kelemahan Amerika.
  • Menganeksasi Krimea dari Ukraina dan mengintervensi Ukraina timur.
  • Mengubah konstitusi Rusia untuk membiarkan dirinya tetap berkuasa dan memerintah tanpa atau dengan sedikit ancaman serius dari lawan politiknya.
  • Diduga telah meracun atau memenjarakan orang-orang yang menurut dia merupakan ancaman terhadap kekuasaannya.
  • Mengumpulkan ribuan pasukan di perbatasan Rusia/Ukraina 
  • Pada tanggal 24, 2022, Vladimir Putin melancarkan invasi darat besar-besaran terhadap Ukraina dari sebelah utara, timur dan selatan. Ini merupakan invasi militer terbesar terhadap kedaulatan bangsa Eropa sejak Perang Dunia ke II. Hingga pada saat artikel ini ditulis, telah ada beberapa laporan bahwa pasukan Rusia telah menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, yang jaraknya hanya sekitar 60 mil dari ibukota Ukranina, Kyiv. Meskipun ini sebuah kabar yang sedang berkembang, sekarang sudah diakui secara luas bahwa Putin merencanakan menggulingkan pemerintahan Ukraina dan mendirikan sebuah pemerintahan boneka yang pro-Rusia.

Karena binatang itu juga dirujuk sebagai “raja negeri Utara” di kitab Daniel 11, mungkinkah Putin itu merupakan binatang terakhir yang disebut di kitab Wahyu yang menjerumuskan dunia ini ke dalam perang dan akan mengarah pada kembalinya Yesus Kristus? Apalagi bahwa lokasi Rusia terletak di sebelah utara dari setiap negara lain. Dan dia adalah seorang yang menjadi ancaman besar terhadap stabilitas keamanan dunia.

Mengapa Putin bukanlah “binatang” yang disebut Alkitab itu

Kita percaya bahwa segera akan sungguh ada kegenapan dari nubuat-nubuat tentang binatang ini. Kekuatan ini sedang dalam proses di dunia ini sekarang – tetapi prosesnya tidak terjadi di Rusia! Dengan kata lain, bukan Vladimir Putin, bukan juga Rusia yang menjadi binatang Wahyu itu.

Berikut ini dua alasan mengapa:

1.  Binatang ini berada di Eropa – bukan di Rusia.

Untuk memahami lokasi geografis binatang itu, kita harus mempelajari kitab Daniel. Daniel 7 berisi sebuah penglihatan akan empat binatang yang “keluar dari dalam laut” (ayat 3).

  • Binatang pertama (seperti seekor singa yang mempunyai sayap rajawali) yang menggambarkan Kerajaan Babelonia
  • Binatang kedua (seperti seekor beruang) yang menggambarkan Kerajaan Medo-Persia (ayat 5)
  • Binatang ketiga (seperti macan tutul) yang menggambarkan Kerajaan Greco-Makedonia (ayat 6).
  • Binatang keempat (digambarkan sebagai binatang yang “berbeda” yang lebih kuat dari kerajaan-kerajaan sebelumnya – binatang ini adalah Kekaisaran Romawi (ayat 7).

Binatang keempat ini – Roma – adalah kunci utama untuk memahami “binatang” yang disebutkan di Wahyu 13 itu. Kita dapat melihat bahwa keduanya dihubungkan oleh “sepuluh tanduk”/”sepuluh mahkota” (Daniel 7:7, 20; Wahyu 13:1) dan elemen terkait ialah “kesombongan dan hujat”/nama-nama hujat” (Daniel 7:8, 11; Wahyu 13:1, 6).

Binatang di Wahyu 13 itu, seperti “binatang keempat” menurut Daniel 7 (Roma), akan memiliki “sepuluh tanduk” (ayat 1). Tanduk-tanduk ini melambangkan 10 kebangkitan (10 kali hidup kembali) di Kekaisaran Romawi dan itu telah terjadi pada abad-abad yang lalu. Untuk informasi yang lebih detil tentang penjelasan 10 kebangkitan Kekaisaran Romawi ini, bacalah artikel kami pada situs ini, yang berjudul “Apa itu Babilon?”

Semua kebangkitan ini telah terjadi di Eropa.

Kebangkitan terakhir Kekaisaran Romawi ini, yakni yang akan terjadi, akan menjadi khas. Itu akan merupakan suatu kumpulan dari “sepuluh raja” [10 negara] (Daniel 2:42-44; Wahyu 17:12). Kesepuluh kekuatan politik ini akan bersatu dan memberi kuasa kepada satu orang – “binatang” (juga disebut “raja negeri Utara” menurut Daniel 11:40). “Binatang” ini akan bergabung dengan sebuah sistem agama yang bermarkas di sebuah “kota besar” (Wahyu 17:18) – yakni yang merujuk pada Gereja Katolik Romawi, yang sangat terkait dengan kota markas: Vatikan di Roma.  

Ini tidak ada hubungannya dengan Vladimir Putin. Binatang itu akan muncul dari Eropa – bukan Rusia.

2. “Binatang” ini akan diserang oleh kekuatan yang terletak di sebelah utara dan timur

Daniel 11:40-45 memberikan informasi yang detil tentang aksi-aksi dan posisi geografis binatang akhir zaman ini. Binatang ini disebut sebagai “raja negeri Utara.” Di dalam bahasa Alkitab, arah geografis dilihat dari sudut pandang Yerusalem. Jadi, berdasarkan dari apa yang kita ketahui dari sini, kita harus mencari lokasi geografis utara Yerusalem yang meliputi 10 unit politik yang akan bersatu menjadi satu kekuatan.

Vladimir Putin mengadakan teleconference dengan Xi Jinping, China, pada tanggal 15 Desember 2021.

Akan tetapi masih ada lagi sebuah petunjuk geografis lain; “raja negeri Utara” akan diserang oleh bangsa-bangsa “dari timur dan utara” (ayat 44). Jadi “binatang”/”raja dari Utara” itu akan diserang oleh sebuah negara dari utara jauh – yang akan bersekutu dengan bangsa-bangsa yang terletak di sebelah timurnya!

Hal ini membuktikan bahwa Rusia tidak mungkin sebagai “binatang” itu. Mustahil bagi suatu bangsa yang berlokasi lebih jauh ke utara daripada Rusia.

“Binatang”/”raja negeri Utara” ini akan berpusat di Eropa dan akan ditantang dan diserang oleh sebuah kumpulan bangsa-bangsa yang berlokasi ke arah utara (terutama Rusia) dan timur (China dan bangsa-bangsa Asia lainnya). Wahyu 9:16 menambahkan rincian informasinya bahwa bangsa-bangsa ini akan bangkit dengan suatu jumlah besar, yakni “200 juta” – dan ini masuk akal karena populasi bangsa-bangsa ini sangat besar.

Mereka yang mengamati kejadian-kejadian belakangan ini akan mengerti bahwa Rusia sedang menolak pengaruh Eropa terhadap Ukraina dan dengan demikian Rusia ini sedang membangun hubungan yang lebih kuat dengan China. Ini persis apa yang diharapkan orang-orang yang mempelajari nubuat Alkitab berdasarkan nubuat Daniel 11:44!

Awasi terus perkembangan Rusia dan Eropa

Meskipun Rusia yang dipimpin Vladimir Putin tidak akan pernah jadi binatang yang di Wahyu itu, dia masih layak untuk tetap diwaspadai. Alkitab sungguh menunjukkan bahwa Rusia akan menjadi kekuatan militer yang signifikan pada akhir zaman dan akan meluas mendekat ke daratan China dan negara-negara di sebelah timur.

Menurut sejarah, Eropa (dan Jerman, secara khusus) telah terusik oleh rasa takut akan Rusia. Pada saat yang bersamaan, banyak agresi yang dilancarkan Rusia, pada masa lalu dan sekarang, telah didorong oleh rasa takut terhadap Eropa yang merambah ke Eropa timur (yang menurut perkiraan Rusia merupakan lingkup pengaruhnya dan merupakan sebuah penyangga perlindungannya).

Bisa jadi bahwa Rusia yang kuat dan agresif (yang sekarang memiliki hubungan baik dengan China) itu menjadi suatu pemicu/pendorong bagi Eropa untuk bersatu dan meningkatkan kekuatan politik dan militernya. 

Jadi, orang-orang yang mempelajari nubuat Alkitab sebaiknya terus mengamati Eropa dan Rusia!

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Masalah Pernikahan, Part 2: Bulan Madu Telah Usai

oleh Eddie and Shannon Foster - October 11, 2021

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Selama beberapa tahun pertama pernikahan, tantangan yang belum pernah kita alami mungkin timbul. Apa yang akan kita lakukan ketika kita akhirnya menyadari bahwa “bulan madu” sudah usai?

 

 

 

 

 

 

 

 

“Bagaimana rasanya menikah?”

Kita masih ingat ketika ditanya pertanyaan ini pada saat kita masih pengantin baru. Dan kita juga tanyakan hal yang sama kepada orang-orang yang baru menikah. Jawaban kita biasanya sama: Enak! Sebagai pasangan yang baru menikah rasanya memang  menyenangkan, dimana kita baru pertama kali mengalami banyak hal-hal baru di dalam pernikahan itu.  

Akan tetapi dari banyak kesenangan yang kita rasakan itu, yakni saat kita masih pengantin baru dan berbulan madu, itu karena pada tahap ini adalah pengalaman yang serba baru. Tetapi apa yang terjadi setelah itu?

Seorang pastor berkata bahwa pada saat dia memberi konseling, dia sering melihat suatu kecondongan muncul pada tahap ini. Masalah ini termasuk mengeluh dan menggerutu terhadap satu sama lain – dan godaan melihat hal-hal di luar pernikahan untuk dukungan atau pemenuhan kebutuhan (Misalnya, apa yang dimaknakan perumpamaan “seven-year itch” [hubungan romantis pernikahan pudar setelah tujuh tahun pernikahan]).

Apa cara-cara yang perlu kita ketahui untuk menjawab masalah yang terkadang muncul ketika kita sudah menyadari bahwa masa “bulan madu” telah usai?

1. Sekarang anda tahu, dan mengetahui adalah setengah dari penyelesaian masalah

Menurut artikel yang berjudul “These Are the Most Common Argument Married Couples Have,” [Inilah Argumen Yang Paling Biasa Terjadi Pada Pasangan dalam Rumah Tangga,”] beberapa topik argumen yang paling biasa berpusar pada hal-hal berikut ini: kepribadian, persahabatan, intimasi, komitmen, kerabat, kebiasaan, uang, pekerjaan, kesenangan, komunikasi, pekerjaan rumah dan anak-anak. Kami mengalami beberapa dari masalah ini di dalam pernikahan kami – dan yang dialami orang-orang yang kami survei dalam artikel ini.

Jadi, jika anda frustrasi dan penasaran entah hanya anda, sebagai seorang suami atau istri yang mengalami tantangan dan argumen yang disebutkan di sini, percayalah bahwa anda tidak sendirian! Banyak pasangan nikah telah bergumul dalam hal ini, yang sedang bergumul, atau yang akan bergumul dengan masalah yang sama. Kita juga perlu mengingat bahwa musuh kita, Setan si Iblis itu, membenci pernikahan dan akan terus mencoba untuk melemahkan pernikahan anda.   

Itu adalah suatu pertandingan yang anda tidak boleh biarkan dia [Setan] menang.

Dari semua masalah yang disebutkan di dalam artikel di atas tadi, komunikasi merupakan hal yang paling utama disebut dalam survei dengan para pastor dan pasangan-pasangan nikah yang kami tanyai. Kita wajib belajar bagaimana mengkomunikasikan perasaan kita, keinginan kita dan kebutuhan kita kepada pasangan kita secara terbuka dan pantas. Kadang-kadang hal berkomunikasi ini bisa menjadi masalah yang paling sulit yang dihadapi oleh pasangan nikah. Bisa jadi satu pasangan memerlukan tahunan untuk belajar bagaimana berkomunikasi efektif dengan satu sama lain. Semakin cepat anda belajar untuk berkomunikasi, semakin baik hasilnya.

Langkah-langkah solusi: Sekali anda sudah mengenal masalah yang anda hadapi di dalam pernikahan, terutama masalah komunikasi, langsung bertindak dan atasi tanpa menunda.

“Mengapa … [isi sendiri] membuat kita begitu marah terhadap satu sama lain?” Jika anda melihat pola negatif, bicarakan hal itu. “Apa hal berbeda yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kualitas komunikasi kita?” Komunikasi yang pantas ialah sebuah cara besar dimana kita menunjukkan kasih kita kepada orang lain (1 Korintus 13) dan hal ini bisa menjadi sesuatu yang krusial di dalam menganalisa mengapa konflik terjadi dan apa yang dapat kita lakukan untuk itu.

Seringkali kita mencoba membuat aturan terhadap percakapan kita dan saling memberi kesabaran dan keikhlasan, karena pengalaman lalu kita yang gagal berkomunikasi secara efektif. Bahwa reaksi kemarahan dan rasa tersinggung bisa dengan mudah meledak sehingga penyelesaian masalah tidak menghasilkan apa-apa.

2. “Two households, both alike in dignity, in fair Verona, where we lay our scene . . .” [“Dua keluarga yang sama-sama memiliki kekayaan dan status sosial terhormat tetapi saling bermusuhan …”]

[Catatan: Sebuah pengetahuan dasar dari kisah Romeo and Juliet oleh Shakespeare akan menolong anda dalam hal ini.]

Pernikahan dari dua insan yang berlatarbelakang keluarga berbeda, pengalaman adat-istiadat yang berbeda biasanya tidak membawa pertengkaran terbuka sebagaimana halnya dengan Montagues and Capulets [dua keluarga saling membenci] sehingga anaknya menikah diam-diam. Tetapi kadang-kadang orang berpikiran demikian. Keluarga campuran, hubungan tiri dan dua orang berbeda yang berasal dari tempat asal yang berbeda bisa menjadi sangat sulit untuk menyatukannya di dalam satu rumah.

Beberapa dari responden survei pernikahan menyebutkan hal ini ketika ditanya apa masalah-masalah pernikahan yang signifikan yang mereka hadapi selama beberapa tahun menikah:

  • “Mencari cara bagaimana bekerja sama ketika anda berdua berlatarbelakang  keluarga yang sangat berbeda. Mengatasi cara pikir/cara bicara/cara berperilaku yang menyakitkan yang secara alami kita semua miliki, dan lebih dari itu ketika keluarga anda berasal dari keluarga yang disfungsional.”
  • “Pada umumnya masalah kultur, karena berasal dari latarbelakang adat istiadat yang berbeda dan juga karena berpindah dari satu daerah ke daerah lain.”
  • “Tantangan yang paling berat adalah bahwa segala sesuatu tidak dijalankan dengan cara saya sendiri dan [sebaliknya] membuat keputusan ganda, terutama masalah keuangan.”
  • “Perbedaan-perbedaan kultur. Kami berasal dari daerah yang berbeda dan memiliki latar belakang yang sungguh berbeda.”
  • “Penyatuan cara dia bekerja dengan cara saya bekerja. Bahkan pasta gigi yang berbeda harus dipahami.”
  • “Menyatukan seorang suami baru dengan sebuah keluarga oleh seorang single mom [janda] yang telah mempunyai dua anak yang sudah beranjak dewasa.” 
  • “Menggunakan banyak waktu dengan orang tuanya.”

Langkah-langkah solusi: Anda tidak hanya menikah dengan keluarga pasangan anda; tetapi anda menikah dengan semua pengalaman dan kultur keluarga yang berkenaan dengan mereka. Persiapkan diri anda untuk terjebak dalam dunia yang penuh dengan perbedaan dalam banyak hal, namun berharap untuk mudah-mudahan tidak dalam nilai utama dan nilai spiritual yang anda prioritaskan (Matius 6:33). Menetapkan batas-batas yang wajar, membicarakan apa yang baik dan apa yang tidak untuk satu sama lain, dan memberikan/menunjukkan banyak kasih dan kemurahan merupakan hal yang krusial dalam saling mendukung dan memaafkan satu sama lain (Kolose 3:13).

3.  “The early bird gets the worm” (Masalah yang timbul pada awal pernikahan sebaiknya segera diatasi).  

Coba bayangkan apa yang terjadi pada masalah yang timbul pada awal pernikahan, tetapi tidak pernah dibicarakan. Apakah itu akan dengan sendirinya hilang begitu saja?

Oh tentu saja tidak!

Ada beberapa hal yang kami sayangkan bahwa kami tidak atasi segera sehingga sekarang menjadi sesuatu yang sedang kami hadapi di tengah membesarkan dua anak yang masih kecil; mereka tidak tidur dengan teratur.   

Beberapa pastor menyebutkan hal ini pada survei. Seorang menyatakan bahwa dalam pernikahan “penyesuaian yang paling besar cenderung datang pada awalnya … semakin lama masalah itu dibiarkan dan menjadi lebih dalam bercokol, maka semakin sulit untuk mengidentifikasikan, menghadapinya, mengakuinya dan mengubahnya.”

Pastor lain memberi komentarnya sbb: “Pasangan yang lebih mudah lebih cenderung menghadapi masalah, misalnya kecanduan bermain video game atau kecanduan sosial media. Mereka nampaknya lebih peduli tentang apa yang dipikirkan atau dikatakan orang lain daripada mereka sendiri yang telah menikah begitu lama.” 

Dan satu lagi pastor berpendapat: “Ini pendapat saya bahwa apabila anda terjebak masalah, entah pada awal pernikahan atau di kemudian harinya, carilah nasihat seorang pastor [atau nasihat seorang konselor profesional] untuk menolong anda. Segera cari nasihat sebelum kebencian mulai memburuk.”

Langkah-langkah solusi: Gunakan tahun-tahun awal pernikahan anda untuk membicarakan dan mengatasi masalah. Masalah-masalah semacam itu akan semakin sulit ditangani bila ditunda penyelesaiannya. Sama seperti anak-anak yang masih muda memiliki lebih banyak neuroplastisitas [kemampuan otak untuk bersesuai dengan hal-hal baru], pernikahan muda juga biasanya memiliki lebih banyak ruang untuk membuat perubahan-perubahan dan lebih banyak kebebasan untuk memecahkan masalah-masalah yang sangat sulit yang timbul. Gunakan masa bulan madu untuk berusaha mengubah apa yang perlu diubah di dalam pernikahan, sebelum kemarahan atau sakit hati terbentuk (yang dalam skenario paling buruk, bisa berubah menjadi penghinaan terhadap satu sama lain).  

Waspadalah terhadap masalah dan bekerjasamalah untuk menghindari keburukan yang dapat anda bayangkan akan timbul seiring waktu (Amsal 22:3).

Intinya

Untuk membicarakan masalah lebih awal dalam pernikahan, para responden berkata bahwa menggunakan kesempatan, mendiskusikan hal-hal penting, mencari penasehat,  kompromi, menetapkan peran dan peraturan, melatih kesabaran dan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa dan belajar Alkitab telah menolong mereka secara signifikan. Mengatasi masalah pernikahan secara dini – sebelum defensif, kemalasan atau sikap apatis menyerang – dapat membuat perubahan dengan sangat lebih mudah.

Dalam artikel berikutnya, kita akan menelusuri hal-hal bagaimana kehadiran anak membawa sebuah sukacita dalam dunia baru (dan hiruk-pikuk) terhadap pernikahan.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa Itu Tujuh Meterai Kitab Wahyu?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/seven-seals/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kitab Wahyu berbicara tentang tujuh meterai dalam nubuat gulungan kitab yang dibuka sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Apa arti ketujuh meterai Wahyu itu?

 

 

 

 

 

 

 

Kitab Wahyu menggambarkan sebuah gulungan kitab dengan tujuh meterai yang akan dibuka sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali ke bumi ini.

Bab 5 kitab Wahyu menunjukkan sebuah gulungan kitab yang diserahkan kepada Yesus Kristus di sorga. Gulungan kitab yang tertutup dengan tujuh meterai ini dibuka satu per satu untuk menyatakan kejadian-kejadian yang akan terjadi sebelum dan selama kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Tujuh meterai kitab Wahyu dibuka oleh Yesus Kristus

Bagian ayat Suci Alkitab ini menggambarkan Yesus Kristus yang dihormati sebagai Penguasa yang layak untuk membuka ketujuh meterai kitab Wahyu ini. Sementara peristiwa ini berlangsung dengan jelas terlihat sebelum pembukaan meterai-meterai itu, kejadian-kejadian lain dalam bab 5 kitab Wahyu ini nampaknya memberikan gambaran umum dari kejadian-kejadian termasuk hal-hal yang akan terjadi kemudian.

Misalnya, Wahyu 5:9-10 berbicara tentang manusia-manusia yang telah ditebus, yang akan menjadi raja dan imam di bumi ini; dan ayat 13 berbunyi “Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya” memuji Elohim Bapa dan Anak Domba (yang adalah Yesus Kristus).

Ayat ini bukan rapture yakni pengangkatan orang-orang kudus ke sorga sebelum pembukaan meterai-meterai itu, ayat ini menunjukkan apa yang akan terjadi setelah meterai-meterai itu dibuka dan rencana Elohim akan digenapi.

Setelah memberikan gambaran umum ini, Wahyu 6 dan bab-bab selanjutnya menjelaskan dengan detil bagaimana hal itu akan terjadi – bagaimana kejadiannya bahwa hanya orang-orang benar yang tersisa, yakni mereka yang akan memuji Elohim. 

Berkaca pada akhir kejadian dari rencana penyelamatan Elohim, kita memahami bahwa ketika “langit yang baru” dan “bumi yang baru” ditunjukkan (Wahyu 21:1), hanya orang-orang yang menang atas dosa yang akan hidup. 

“Siapa yang menang, ia akan mewarisi segala sesuatu, dan Aku akan menjadi Elohimnya, dan ia akan menjadi anakKu. Namun orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, para pembunuh, pezina, penyihir, penyembah berhala, dan semua pendusta, mereka mendapat bagian dalam lautan yang menyala oleh api dan belerang. Itulah kematian kedua" (Wahyu 21:7-8).

Menyusul kejadian setelah tahap ini adalah saat ketika “seluruh makhluk,” sebagaimana dikatakan di Wahyu 5;13, akan memuji Elohim Bapa dan Yesus.

Khotbah di Bukit Zaitun (Nubuat): kunci untuk memahami ketujuh meterai kitab Wahyu

Seringkali pemahaman kita menjadi lebih jelas terhadap bacaan Kitab Suci ketika kita memperhatikan bacaan tambahan dari kejadian-kejadian atau penjelasan pada bagian lain Alkitab. Ini sama halnya dengan pemahaman ketujuh meterai pada kitab Wahyu ini.

Karena kitab Wahyu berfokus pada kejadian-kejadian akhir zaman, kita dapat memperoleh kejelasannya dari kejadian-kejadian ini dengan memperhatikan apa yang dikatakan Kristus tentang kejadian-kejadian yang sama kepada murid-muridNya ketika Dia di bumi ini. Penjelasan Yesus yang paling komprehensif tentang apa saja yang akan terjadi pada akhir zaman terdapat pada KhotbahNya di Bukit Zaitun yang dicatat di dalam injil Matius 24, Markus 13 dan Lukas 21.  

Latar belakang pengajaran Yesus kepada murid-muridNya terdapat di Matius 24:3: “Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-muridNya kepadaNya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: ‘Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia?’”

Dengan membandingkan apa yang dikatakan Yesus di dalam Khotbah Bukit Zaitun dengan kitab Wahyu, kita menemukan urutan dan pemahaman yang lebih luas tentang tujuh meterai kitab Wahyu.

Meterai empat pertama adalah empat penunggang kuda kitab Wahyu

Karena meterai empat pertama kitab Wahyu ini dan maknanya dijelaskan dengan bahasa metaforis sebagai pembawa berita yang mengendarai kuda dengan warna yang berbeda, maka mereka ini umumnya dirujuk sebagai empat penunggang kuda Apokalips. Perkataan apokalips berasal dari bahasa Yunani apkalypsis, yang artinya “penyingkapan” atau “wahyu.” Jadi ucapan “empat penunggang kuda Apokalips” berarti empat penunggang kuda kitab Wahyu.

Karena makna dari meterai keempat pertama itu adalah dasar dari artikel “Apa Makna Keempat Penunggang Kuda  Apokalips itu?” maka artikel ini hanya secara singkat membahas hal itu sebelum kita memfokuskan secara lebih luas tentang nubuat meterai berikutnya. (Silakan anda membaca artikel tentang empat penunggang kuda ini).

Meterai pertama: seekor kuda putih

Sementara meterai pertama dibuka, rasul Yohanes menuliskan sbb: “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan” (Wahyu 6:2).

Membandingkan meterai-meterai itu dengan kejadian-kejadian yang dinubuatkan Yesus Kristus pada KhotbahNya di Bukit Zaitun itu – yakni mengenai apa yang akan terjadi – meterai ini merepresentasikan penyesatan agama (Matius 24:5).

Perhatikan bahwa pemahaman kita terhadap meterai ini akan lebih jelas apabila kita  membandingkannya dengan ajaran pertama Yesus. Tanpa perbandingan ini, orang mungkin akan salah asumsi dan mengatakan bahwa penunggang kuda ini adalah Kristus, karena Dia juga digambarkan di dalam Wahyu 19:11 sebagai penunggang “kuda putih.”

Penyesatan agama sudah lama terjadi di dunia ini dan masih berlangsung hingga sekarang. Itu awalnya terjadi pada abad pertama (Galatia 1:6; Yudas 1:3-4) dan ini akan semakin intens hingga pada saat-saat sebelum Kristus kembali ke bumi ini, dan ini akan terjadi melalui usaha seorang yang ditandai di dalam Alkitab sebagai “manusia durhaka,” “antikristus’ dan “seekor binatang” (2 Tesalonika 2:3; 1 Yohanes 2:18; Wahyu 13:11).

Meterai kedua: seekor kuda merah

Ketika meterai kedua dibuka, Yohanes menuliskan sbb: “Maka keluarlah kuda lain yang berwarna merah api. Kepada dia yang menunggang di atasnya telah dikaruniakan untuk mengambil damai dari bumi agar mereka saling membunuh; kepadanya juga diberikan pedang yang besar” (Wahyu 6:4).

Hal ini mensejajarkan penjelasan Kristus bahwa orang akan “mendengar peperangan dan berita-berita tentang perang” dan bahwa “bangsa akan bangkit melawan bangsa” (Matius 24:6-7).

Meterai ketiga: seekor kuda hitam

Untuk meterai ketiga ini Yohanes berkata, “Ketika Dia membuka meterai yang ketiga, aku mendengar makhluk hidup ketiga berkata, ‘Marilah dan lihatlah!’ Lalu aku melihat seekor kuda hitam dan ia yang menunggang di atasnya memegang timbangan di tangannya. Dan aku mendengar suara di tengah-tengah keempat makhluk hidup itu yang berkata: ‘Setakar gandum sedinar dan tiga takar jelai sedinar, tetapi janganlah engkau merusak minyak zaitun dan air anggur itu!’” (Wahyu 6:5-6)

Meterai keempat: seekor kuda hijau pucat

Menggambarkan kuda yang keempat, Yohanes menuliskan sbb: “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi” (Wahyu 6:8).

Deskripsi ini menggambarkan “penyakit sampar” atau penyakit epidemi yang dinubuatkan Yesus akan menimpa penduduk dunia ini sebelum kedatanganNya yang kedua kali (Matius 24:7).

Kejadian-kejadian yang digambarkan oleh meterai keempat pertama – penyesatan agama, perang, kelaparan dan penyakit sampar (pandemi) – sejauh ini telah terjadi. Dicatat sebagai tanda-tanda kedatangan Kristus yang kedua kalinya dan “permulaan penderitaan” (Matius 24:8), kejadian-kejadian yang mengerikan ini akan semakin intens pada akhir zaman.

Meterai keenam: Siksaan dahsyat

“Ketika Dia membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah ada jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh karena firman Elohim dan karena kesaksian yang mereka miliki. Mereka berseru dengan suara yang nyaring sambil berkata: ‘Sampai kapan ya Tuhan Yang Kudus dan Yang Benar, Engkau tidak menghakimi dan membalaskan darah kami terhadap mereka yang tinggal di bumi?’ Kepada mereka masing-masing diberikan jubah putih yang panjang, dan diberitahukan agar mereka dapat beristirahat sedikit waktu lagi sampai genap jumlah sesama hamba dan saudara mereka, yang akan segera dibunuh seperti mereka juga” (Wahyu 6:9-11).

  • Konteks meterai ke-5

Sebelum memfokuskan pada pembahasan makna meterai ini, mari kita perhatikan konteks penglihatan ini.

Karena Yohanes melihat – dalam penglihatannya - orang-orang martir yang terbunuh yang bertanya kepada Elohim hingga kapan Dia hendak membalaskan dendam kepada mereka yang telah begitu kejam membunuh mereka, beberapa orang telah salah asumsi bahwa ini diartikan orang-orang suci itu masih hidup di sorga menunggu Elohim menghakimi orang-orang pembunuh mereka itu. Kita harus ingat bahwa ini adalah sebuah penglihatan – bukan realita – untuk mengilustrasikan apa yang akan terjadi.

Kadang-kadang Alkitab menggunakan bahasa metaforis untuk menggambarkan kejadian-kejadian di masa lalu, di masa sekarang atau di masa yang akan datang. Ungkapan metaforis ini jangan diartikan secara literal. Sebuah penggunaan metafor yang familiar terdapat di kitab Kejadian dimana setelah Kain membunuh adiknya, Habel, Elohim berkata kepada Kain, “Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah” (Kejadian 4:10). Darah secara figuratif menangis.

Penglihatan yang digambarkan meterai yang kelima itu –  dimana para martir setia yang dibunuh sepanjang abad itu menantikan Elohim untuk mengadili dunia ini – melambangkan maksud tujuan Elohim bagi bumi yang sekarang dan umat manusia, yakni untuk “membawa banyak orang kepada kemuliaan” (Ibrani 2:10).

Paulus secara metaforis menggambarkan proses ini dengan berkata, “Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin” (Roma 8:22). Kita perlu mengingat bahwa tujuan dari kitab Wahyu dan meterai-meterainya ialah untuk menunjukkan apa yang akan terjadi di masa depan dan bahwa rencana penyelamatan Elohim akan digenapi.  

  • Makna dari meterai ke-5

Dalam penglihatannya, Yohanes melihat bahwa yang dinyatakan meterai ke-5 itu ialah siksaan dahsyat yang akan menimpa suku keturunan Yakub dan orang-orang pilihan Elohim yang setia sebelum Yesus Kristus kembali.

Menggambarkan masa yang akan terjadi ini, Yesus berkata, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci” (Matius 24:9-10).

Sembari melanjutkan gambaran kesengsaraan yang belum pernah terjadi ini, Yesus berkata, “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat” (ayat 21-22).

Meterai yang kelima merepresentasikan kemarahan Setan, yang akan diarahkan kepada manusia terutama kepada orang-orang setia pengikut Elohim.

Memperingatkan orang terhadap apa yang akan dilakukan oleh Setan di akhir zaman, Wahyu 12:12 berkata, “Celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.”

Meterai keenam: kekacauan kosmik

Menggambarkan apa yang dia saksikan ketika meterai keenam dibuka, Yohanes menuliskan sbb: “Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang. Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya” (Wahyu 6:12-14).

Kejadian-kejadian supernatural ini telah dinubuatkan jauh sebelumnya sebagai tanda-tanda dari hari Tuhan, yakni saat Kristus kembali ke bumi ini kedua kalinya.

Nabi Yoel telah menubuatkan ini sebagai “suatu hari gelap gulita dan kelam kabut, suatu hari berawan dan kelam pekat” dan sebagai suatu saat ketika, “matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya … dan langit dan bumi bergoncang” (Yoel 2:2; 3:15-16).

Sementara kejadian-kejadian luar biasa ini berlangsung, umat manusia akan menyadari bahwa Elohim akan segera mendatangkan hukuman atas penduduk bumi ini karena ketidaktaatan mereka terhadap hukum-hukumNya.

“Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu. Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?’” (Wahyu 6:15-17).

Meterai ketujuh: kemurkaan dan belas kasih Elohim

Meterai ke-7, yang berisi tujuh sangkakala, dimulai di Wahyu 8. Meterai ini, yang juga disebut Hari Tuhan, adalah tema utama di dalam kitab Wahyu.

Itu menyatakan “murka Anak Domba” (Wahyu 6:16), yang akan menimpa umat manusia karena ketidakpatuhan mereka terhadap hukum-hukum Elohim, dan belas kasih Elohim, yang akan akhirnya dinyatakan setelah kedatangan Yesus Kristus kembali ke bumi ini untuk mendirikan Kerajaan Elohim.

Saat-saat yang mengawali meterai ke-7, Elohim akan memeteraikan 144,000 orang (dari 12 suku Israel) dan suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung banyaknya (Wahyu 7:3-4, 9).

Umat keturunan dari 12 suku Israel akan termasuk di dalam jumlah 144,000 – bukan saja suku Yahudi, yang umumnya berasal dari suku Yehuda. Juga penting untuk kita perhatikan bahwa satu lagi kumpulan besar orang – “suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya” – dari berbagai suku bangsa akan juga dimeteraikan untuk diselamatkan (ayat 9). 

Bahasa Yunani sphragizo, yang diterjemahkan “dimeteraikan,” memiliki arti menyegel atau menandai untuk maksud keselamatan. Perkataan yang sama digunakan oleh Paulus di Efesus 1:30 untuk menjelaskan orang-orang Kristen yang “dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan” dan di Efesus 4:30 untuk menggambarkan orang-orang Kristen “yang dimeteraikan hingga datangnya Hari Penebusan.”  

Dengan demikian orang-orang setia Elohim akan dilindungi dari hukuman yang segera akan datang atas umat manusia, yakni orang-orang yang memberontak terhadap Elohim.

Sebagaimana meterai ke-7 mulai, tujuh sangkakala, yang menyatakan serangkaian hukuman, bersiap untuk ditiup (Wahyu 8:6). Hingga pada sangkakala yang ke-5, hukuman akan begitu berat sehingga “orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak akan menemukannya, dan mereka akan ingin mati, tetapi maut lari [sementara] dari mereka” (Wahyu 9:6). Selama sangkakala yang ke-6 berlangsung, sepertiga dari umat manusia akan mati terbunuh (ayat 18).

Untuk penjelasan lebih rinci mengapa Elohim marah dengan umat manusia, bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Kemurkaan Elohim” (Silakan menggunakan kolom search)

Belas kasihan Elohim segera menyusul pada saat sangkakala yang ke-7 berbunyi mengumumkan bahwa “pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya,” yakni Yesus Kristus (Wahyu 11:15).

Meskipun masih ada “Tujuh Tulah Terakhir” (bacalah artikel ini, yang telah dimuat pada situs ini) yang juga disebut “anggur murka Elohim,” “dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Elohim” (Wahyu 15:1 dan 7), maka kejadian-kejadian di atas bumi ini ditakdirkan akan menjadi baik. Ketika Kristus kembali sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan, Kerajaan Sorga akan didirikan dan 1,000 tahun kedamaian dan kesejahteraan akan dimulai. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah Kita Naik ke Sorga Ketika Kita Mati?

oleh Andy Burnett and Erik Jones

https://lifehopeandtruth.com/life/life-after-death/what-is-heaven/go-to-heaven/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Apa yang sesungguhnya terjadi ketika kita mati? Apakah orang Kristen naik ke sorga setelah kematian? Atau barangkali – ke tempat lain? Apa yang dikatakan Alkitab akan terjadi setelah kematian barangkali akan mengejutkan anda.

 

 

 

 

 

 

 

Apakah kita langsung naik ke sorga pada saat kita mati? Apa yang dikatakan Alkitab?

Apakah orang Kristen naik ke sorga ketika mereka mati?

Tidak. Alkitab menyamakan kematian itu seperti tidur (dalam keadaan tidak sadar) bagi semua orang. Itu artinya bahwa bahkan orang Kristen pun tidak naik ke sorga atau ke tempat mana pun setelah kamatian. Akan tetapi, ayat Suci Alkitab, menyingkapkan bahwa orang-orang yang mati dalam Kristus akan dibangkitkan pada saat Dia datang kembali dan mereka akan memerintah bersama Dia di bumi ini.

Artikel ini akan membahas topik-topik berikut ini:

  • Apa yang dikatakan Alkitab tentang kematian?
  • Ayat-ayat Alkitab yang menggambarkan kematian sebagai kondisi tidur
  • Bagaimana kematian itu disamakan dengan tidur?
  • Apakah saya akan naik ke sorga ketika saya mati?
  • Kemana kita pergi ketika kita mati?
  • Ayat-ayat Alkitab tentang kebangkitan dari kematian yang akan datang
  • Harapan dan kesenangan dari kebenaran tentang kehidupan setelah kematian

Apa yang terjadi ketika kita mati? Hampir semua denominasi Kristen mengajarkan “sorga dan neraka” di akhirat. Dasar mereka ialah bahwa setiap manusia memiliki jiwa kekal yang akan seketika itu juga akan naik ke sorga atau ke neraka setelah tubuh fisik ini mati.

Ada banyak ide tentang apa itu sorga dan neraka, dan tentang siapa yang akan naik ke sorga dan siapa yang akan masuk ke dalam neraka. Tetapi apakah ide populer tentang sorga dan neraka ini berasal dari ajaran Alkitab?

Alkitab mengajarkan sangat jelas bahwa semua umat manusia akan mati: “Manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja …”  (Ibrani 9:27). Sementara kematian menantikan kita semua, apa yang terjadi setelah kematian merupakan salah satu yang terpenting dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat kita tanyakan – dan jawabannya!

Apa yang dikatakan Alkitab tentang kematian?

Jawaban singkat untuk pertanyaan ini ialah bahwa Alkitab mengatakan kita akan mati dengan kematian yang sesungguhnya – kembali menjadi debu. Kita tidak naik ke sorga atau masuk ke dalam neraka, atau tetap dalam keadaan sadar. Orang mati “tidur” dalam ketidaksadaran – mereka tidak dapat berpikir atau merasakan apa-apa.

Tetapi kabar baik ialah bahwa tidur kematian tidak permanen. Alkitab mengajarkan bahwa akan ada kebangkitan – sebuah restorasi hidup pada masa yang akan datang.

Mari kita periksa jawaban ini secara detil dari halaman Alkitab.

Ayat-ayat Alkitab yang menggambarkan kematian sebagai kondisi tidur

Ketika Alkitab menggambarkan kematian, itu sering menyamakannya dengan kondisi tidur.

  • “Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan? Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur dan mendapat istirahat” (Ayub 3:11, 13).
  • “Demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya” (Ayub 14:12).
  • “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepadaMu; siapakah yang akan bersyukur kepadaMu di dalam dunia orang mati?” (Mazmur 6:6).
  • “Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Elohimku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati” (Mazmur 13:4).
  • “Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya” (Mazmur 146:4).
  • “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal” (Daniel 12:2).
  • “Demikianlah perkataanNya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya. Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa” (Yohanes 11:11, 13).
  • “Sebab Daud, sekalipun melakukan kehendak Elohim pada generasinya, namun ia telah mati, dan dikuburkan bersama para leluhurnya, dan tubuhnya mengalami kematian” (Kisah Para Rasul 13:36).
  • “Sebab itu, banyak yang lemah dan sakit di antara kamu, bahkan tidak sedikit yang mati” (1 Korintus 11:30). 
  • “Karena itu, mereka yang mati dalam Kristus, mereka juga binasa. … Namun sekarang, Kristus telah dibangkitkan dari kematian, dan menjadi buah sulung dari mereka yang telah mati” (1 Korintus 11:18, 20).
  • “Lihatlah, aku mengatakan sebuah rahasia kepadamu, sesungguhnya kita tidak semuanya akan mati, tetapi kita akan diubahkan” (1 Korintus 15:51).
  • “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Elohim bersama-sama dengan Dia” (1 Tesalonika 4:13-14).
  • [Yesus Kristus] sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia” (1 Tesalonika 5:10).

Ayat-ayat kitab suci di atas menjelaskan bahwa Alkitab menyamakan kematian dengan tidur.

Bagaimana kematian itu disamakan dengan tidur?

Arti kematian itu seperti tidur ialah bahwa dalam keadaan demikian tidak ada pikiran sadar terjadi ketika seorang mati. Orang yang sudah mati itu benar-benar tidak memiliki alam sadar – tidak tahu apa-apa dan tidak mempunyai perasaan apa-apa lagi. 

Ayat-ayat Alkitab menjelaskan bagaimana kematian itu merupakan suatu keadaan orang yang sudah mati itu tidak tahu apa-apa lagi:

  • “Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya” (Mazmur 146:4).
  • “Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa” (Pengkhotbah 9:5).
  • “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi” (Pengkhotbah 9:10).

Tetapi satu lagi alasan bahwa kematian itu merupakan aspek yang dapat disamakan dengan tidur ialah karena, sebagaimana dinyatakan oleh beberapa ayat Alkitab di atas, kematian adalah sementara. Ketika seseorang tertidur, mereka akan akhirnya bangun. Ketika seseorang mati, mereka mengalami “sleep of death” (Psalm 13:3, KJV) – “tidur dalam kematian” (Mazmur 13:4, Indonesian Modern Bible) selama waktu tertentu, tetapi akan dibangunkan lagi di waktu yang akan datang. Alkitab menyebutkan ini sebagai kebangkitan dari kematian.

“Apakah saya akan naik ke sorga?”

Ayat-ayat Alkitab yang kita kutip di dalam artikel ini menjelaskan bahwa ketika orang mati, dia tidak sadar. Kematian itu sama seperti tidur. Tetapi banyak orang mempercayai bahwa orang-orang baik naik ke sorga ketika mereka mati. Pada kenyataannya, setiap tahun ribuan orang bertanya pada search engines di Internet: “Apakah saya akan naik ke sorga?”

Ayat-ayat bacaan di atas menjawab pertanyaan ini secara tidak langsung. Secara keseluruhan itu menjelaskan kondisi kejiwaan orang-orang mati dengan menggunakan analogi (tidur), dimana analogi tersebut tidak menemui titik kesesuaian dengan pendapat umum tentang sorga. Sebagian besar gereja tidak mengajarkan bahwa orang naik ke sorga untuk tidur selamanya.    

Tidak ada ayat Suci Alkitab yang mengatakan kita akan naik ke sorga ketika kita mati.

Kenyataannya, Yesus Kristus – Penguasa tertinggi yang kepadaNya kita berkonsultasi tentang topik ini – demikian dikatakan Yohanes 3:13: “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”

Rasul Petrus memperteguh ajaran Yesus Kristus di dalam khotbahnya yang terkenal itu, yang dia sampaikan tujuh minggu setelah kebangkitan Yesus dari kematian: “Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. … Sebab bukan Daud yang naik ke sorga” (Kisah Para Rasul 2:29, 34).

Ke mana kita pergi ketika kita mati?

Sebagaimana kita telah pelajari, orang yang telah mati itu tidak naik ke sorga. Mereka sedang “tidur” atau beristirahat di dalam kubur mereka. Tetapi, sebagaimana kita telah sebutkan, bahwa “tidur” di sini tidaklah permanen. Alkitab itu berisi kabar baik bahwa Elohim akan membangunkan mereka – di dalam sebuah kebangkitan dari kematian! Yakni, bagi orang Kristen sejati yang akan terjadi pada saat Yesus Kristus kembali ke bumi ini.

Rasul Paulus menjelaskan hal itu di 1 Tesalonika 4:15-16: “Inilah firman Tuhan yang hendak kami katakan kepadamu, yaitu pada waktu kedatangan Tuhan Yesus, kita yang masih hidup tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Saat penghulu malaikat berseru dan sangkakala Elohim ditiup sebagai suatu tanda, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga, dan orang yang mati dalam Kristus akan lebih dulu bangkit.”

Pada saat Yesus Kristus kembali ke bumi ini, sebagaimana Paulus nyatakan, maka “mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit” (ayat 16). Karena orang yang “bangkit”, adalah orang yang harus muncul dari suatu tempat. Jika orang yang telah mati dan naik ke sorga, berarti orang tersebut tidak mengalami kebangkitan dari kubur mereka ketika Kristus kembali. Tetapi turun dari sorga? Paulus sangat jelas bahwa orang-orang mati akan bangun dari tidur dan bangkit.

Kebenarannya ialah bahwa pada kenyataannya Alkitab menggambarkan lebih dari satu kebangkitan.

Ayat-ayat Alkitab tentang kebangkitan orang-orang mati pada masa yang akan datang

Berikut ini adalah ayat-ayat Alkitab yang berulang-ulang menjelaskan bahwa orang-orang mati akan dibangkitkan di masa datang. Ayat-ayat ini memberi penghiburan bagi kita ketika kita menghadapi kematian orang-orang yang kita kasihi.

  • Yesus Kristus yang berbicara: “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yohanes 6:39-40). (Di dalam Alkitab, ucapan “akhir zaman” biasanya merujuk pada saat Yesus Kristus datang kembali ke bumi ini.)
  • Yesus Kristus yang berbicara: (Joh 5:28)  Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yohanes 5:28-29).
  • Rasul Paulus yang berbicara: “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah” (1 Korintus 15:51-52).
  • Ibu Samuel, Hana, dalam doanya: “TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana” (1 Samuel 2:6).
  • Yesaya yang menubuatkan: (Isa 26:19)  “Ya, TUHAN, orang-orangMu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun TUHAN ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan arwah kembali” (Yesaya 26:19).

Telah ditetapkan bahwa kita semua akan mati, tetapi ketika Yesus Kristus datang kembali ke bumi ini pada hari terakhir, semua pengikut Yesus Kristus yang telah mati akan dibangkitkan dari kubur mereka dan akan mendapat hidup yang kekal.

Dan setelah itu akan ada lagi kebangkitan bagi mereka yang, sewaktu hidupnya, belum pernah dipanggil menjadi pengikut Yesus Kristus.

Pada akhirnya, setiap orang akan mendapat kesempatan untuk keselamatan.

Kebenaran tentang kehidupan setelah kematian memberi kita harapan dan kesenangan

Sementara mungkin menjadi penghiburan bagi mereka yang menghadapi kematian orang-orang yang mereka kasihi dan mereka menganggap bahwa orang-orang mati mereka memandang mereka dari sorga, kepercayaan seperti ini tidak didukung oleh Alkitab. Sebaliknya, Firman Tuhan menghibur kita dengan kebenaran bahwa Elohim akan membangkitkan mereka kembali hidup, dan semua akan mendapat kesempatan menjadi anak-anak Elohim, yang akan hidup bahagia, produktif dalam kehidupan yang berkelimpahan selamanya!

Sementara itu, tidak ada penderitaan di dalam kubur. Orang mati tidak memiliki pikiran sadar atau kesadaran dan mereka tidak tahu apa-apa tentang waktu. Mereka tidur di dalam alam kubur mereka.

Tetapi Elohim menjanjikan bahwa mereka akan hidup kembali! Ketika orang-orang mati dibangkitkan, itu akan seolah-olah mereka telah bangun dari tidur lelap mereka.

Paulus menyamakan persepsi orang-orang mati itu dari saat mereka mati hingga saat mereka dibangkitkan seperti “dalam sekejap mata” (1 Korintus 15:52). Itu artinya bahwa waktu antara kematian dan kebangkitan seperti dalam sekejap mata bagi orang itu – sekedip mata.

Ketika orang-orang mati dibangkitkan, kematian mereka itu dirasakan seperti beberapa saat yang lalu terjadi – meskipun kematian mereka itu terjadi ratusan (atau bahkan ribuan) tahun sebelumnya!

Kita dapat memperoleh penghiburan besar karena kita tahu bahwa ketika mereka bangun, mereka akan berada di dalam dunia yang jauh berbeda, yakni suatu dunia dimana Yesus Kristus dan orang-orang kudusNya akan, sudah pada saat itu, memerintah bersama-sama.  

Jadi, kesimpulannya, apakah kita naik ke sorga ketika kita mati?

Alkitab menjawab pertanyaan ini dengan jelas: Tidak. Hanya Yesus Kristus yang telah naik ke sorga. Manusia tidak naik ke sorga atau masuk ke neraka pada saat kematian.

Tetapi itu bukan berarti seluruh harapan sama sekali hilang ketika orang mati. Alkitab menyingkapkan harapan yang memberi penghiburan bagi kita bahwa orang-orang mati akan dibangkitkan pada kebangkitan yang akan datang – setelah Yesus Kristus kembali.

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang topik ini, bacalah artikel kami – pada situs ini - yang berjudul “Adakah Kehidupan Setelah Kematian?” dan “Jiwa Kekal: Apa itu Jiwa?” (Silakan menggunakan kolom search).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Masalah Pernikahan, Part 1: Sebelum Anda Memasuki Jenjang Pernikahan

oleh Eddie and Shannon Foster

https://lifehopeandtruth.com/life/blog/marriage-problems-part-1-before-you-tie-the-knot/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Blog ini dimulai dari seri pertama yang membahas masalah-masalah umum yang terjadi dalam pernikahan. Dalam postingan ini kami bertanya: Adakah cara untuk melewati masalah pernikahan sebelum anda katakan “I do”? – [Ya, saya setuju]?

 

 

 

 

 

 

 

Pernikahan merupakan satu sukacita besar yang dapat dialami oleh dua insan. Itu dapat menjadi impian, romantik, intimasi, kebahagiaan dan (di atas semua itu) kasih-sayang sepanjang hidup. 

Tetapi itu juga bisa membuat frustrasi, menyusahkan dan benar-benar jadi mimpi buruk bagi beberapa orang. Dengan tingkat perceraian yang tinggi di berbagai negara di dunia ini, nampaknya pernikahan bisa berbalik arah: awalnya baik-baik saja tetapi ujungnya perceraian.

Blog bersambung ini akan menawarkan wawasan dan pertolongan dalam masalah-masalah pernikahan, yakni pernikahan yang jalannya mengarah kepada hubungan yang tidak bahagia dan bahkan ke arah perceraian. Seri ini ditulis untuk mereka yang akan menjalani pernikahan, atau mereka yang mengantisipasi tantangan atau sukacita pernikahan. Ini juga ditulis untuk mereka yang sudah menikah selama bertahun-tahun tetapi masih menunjukkan tanda-tanda kekusutan pernikahan.  

Seri ini tidak akan sekedar mencirikan perspektif kita dan, tentu, ayat Suci Alkitab, tetapi juga akan mengikutsertakan pengalaman-pengalaman dari beberapa pasangan dengan usia yang berbeda-beda. Kami juga mensurvei beberapa pelayan pastor [gembala sidang jemaat] Church of God, a Worldwide Association, yang telah memiliki puluhan tahun pengalaman dalam konseling pernikahan.

Pada tahap awal

Kami telah menikah selama 15 tahun. Setelah beberapa transisi besar – seperti memulai karir, membeli rumah, mempunyai anak dan sekarang satu dari anak kami sudah mau sekolah – masa pacaran dan tunangan kami sepertinya sudah seperti sejarah kuno. Tetapi tahap awal itu sungguh-sungguh menjadi fondasi yang mendasar.

Sementara hari pernikahan satu pasangan sudah semakin dekat, bisa jadi ada ketakutan tetapi juga kegembiraan. Ada harapan untuk masa depan tetapi juga ada keraguan. Tetapi pada periode ini bisa juga ada masalah besar yang berkembang yang bagi kita terlalu merepotkan untuk diperhatikan.

Kita cenderung menyederhanakan kondisi dan situasi pernikahan dan menyamakan dengan drama kecil yang kita tonton di TV, pada film-film atau hal itu kita bayangkan dalam khayalan kita. Di dalam gereja kita, hal pernikahan sudah merupakan kebiasaan untuk menjalani konsel sebelum menikah dengan seorang pastor sebelum mereka resmi suami istri – sebelum berkata “Ya, saya setuju.” (Beberapa pasangan bahkan menjalani konsel sebelum tunangan.). (Bacalah artikel kami yang berjudul “Pentingnya Konseling Sebelum Menikah” pada situs ini). Manfaat konseling formal sebelum pernikahan ialah bahwa banyak potensi masalah yang bisa jadi malapetaka terhadap pernikahan dapat ditelusuri, didiskusikan dan ditanggulangi sebelum calon pasangan itu memasuki janji sakral pernikahan.  

Bagaimana pun juga, pernikahan telah ada sejak abad penciptaan umat manusia (Kejadian 2:24), dan pernikahan itu sendiri merupakan simbol hubungan Kristus dengan Gereja (Efesus 5:32). Jadi masuk akal jika pernikahan semestinya menjadi sesuatu pemikiran yang sangat serius, bukan?

Perhatikan beberapa red flags [tanda-tanda bahaya] yang bisa saja timbul sebelum menikah. Jangan anda mengabaikan satupun dari red flags ini sebab efek buruknya bisa bertahan lama terhadap keberhasilan pernikahan.

1. Kurangnya transparansi (atau kita tidak benar-benar mengenal perilaku pasangan kita)

Membicarakan hal-hal dalam percakapan yang jujur dan transparan tentang kelemahan dan dosa yang sedang kita pergumulkan sebelum pernikahan dapat menyelamatkan kita dari “keterkejutan” masalah-masalah ini yang bisa saja timbul setelah menikah. Meskipun percakapan seperti ini merupakan tantangan, ini sangat penting untuk membangun kepercayaan dan transparansi terhadap satu sama lain. Percakapan-percakapan seperti ini akan menolong kita untuk membuang warna buram dari pernikahan bahagia yang sering kita angankan sebelum kita mengatakan “Ya, saya setuju.”

Seorang pastor yang kami survei mengatakan bahwa tantangan yang biasa terjadi kepada pasangan tunangan adalah “mereka menyimpan dosa tersembunyi, di samping itu mereka tidak mendiskusikan keprihatinan mereka tentang pernikahan meskipun mereka sudah tahu.” 

Pastor lain berkata bahwa dia biasanya bertanya kepada kedua pasangan: “Apakah kalian berdua siap sedia berkomunikasi secara terbuka tentang perasaan kalian? Apakah kamu masing-masing merasa bahwa kalian saling memahami?” Jika jawabannya terhadap kedua pertanyaan ini “tidak”, berarti itu sebuah red flag.

Kami bertanya kepada beberapa suami istri pertanyaan ini, “Apa yang anda sesalkan karena tidak tahu hal itu sebelum anda menikah?” Beberapa jawaban mereka adalah sbb:

  • “Saya menyesal karena saya tidak tahu dia berubah begitu saya menikah dengan dia. Jika saya tahu itu, saya tidak akan menikahinya.”
  • “Situasinya sangat rumit, dan saya sungguh bersyukur karena punya pasangan dengan nilai yang sama. Hidup ini akan sangat lebih mudah jika anda berdua berada pada kepercayaan dan moral yang sama.”
  • “Kelemahan apa saja yang anda lihat pada orang lain, itu akan tetap ada pada dia dan itu mungkin akan semakin lebih buruk.”
  • “Bahwa kami tidak pacaran lebih lama.”
  • “Nomor 1 – tidak ‘harus’ menikah. Perlu atau harus menikah dengan seseorang yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama.”

Langkah-langkah solusi: Meskipun menyakitkan, bicarakanlah hal itu dan tanyakan to the point meskipun hal itu tidak menyenangkan bagi dia. Hal ini memerlukan waktu ketika masih pacaran, dan juga dalam masa observasi.

Berikut ini adalah pertanyaan yang ditanyakan selama periode ini:

  • Bagaimana calon pasangan anda bersikap dan bertindak di dalam keluarganya dan teman-temannya?
  • Adakah hal-hal tentang pergumulan masa lalu atau sekarang yang berpotensi menjadi pemutus, yang sungguh perlu dibicarakan sebelum menikah?

Sebagai orang Kristen, kita semua berusaha keras dan ingin berubah menjadi lebih baik, Namun tidak bersikap terbuka tentang siapa kita sebenarnya atau tidak jujur tentang sesuatu dan di saat yang bersamaan merampok kemampuan orang lain yang memiliki informasi untuk membuat keputusan yang benar tentang pernikahan. Jika kita sedang menyembunyikan hal-hal tentang diri kita, maka semua itu akan sepertinya ketahuan sewaktu-waktu (Bilangan 32:23). Oleh karena itu, adalah lebih baik masalah-masalah seperti ini dibicarakan sebelum kita memutuskan untuk menjalani hidup kita dengan seseorang daripada masalah-masalah ini muncu di kemudian hari.

2. Disneyfication [disnifikasi] pernikahan (atau bersikap naïve tentang kehidupan dalam pernikahan)

Ketika sesuatu kesulitan terjadi di dalam pernikahan kita, kita justru berlelucon dengan mengucapkan, “Seperti inikah yang kamu anggap pernikahan?” Ucapan ini agak sembrono dalam situasi ini, tetapi hal ini juga akan mengarah kepada masalah besar yang dialami pasangan itu. Kita cenderung menganggap sepele seperti apa pernikahan itu dan menyamakan seperti adegan-adegan film yang kita tonton di TV, di film layar lebar atau khayalan-khayalan indah di kepala kita sendiri.   

Seorang pastor berkata bahwa red flags yang didapati selama konseling pernikahan biasanya bisa digambarkan sebagai berikut: “Sebuah kenaifan umum tentang apa saja, itu bersangkut-paut dengan pernikahan.”

Beberapa orang lain lagi yang kami survei menyebutkan hal-hal berikut ini dan hal-hal lain yang membuat mereka heran:

  • “Adalah jauh lebih sulit berkomunikasi efektif daripada apa yang anda bayangkan.”
  • “Betapa sulitnya untuk mendahulukan orang lain setiap saat, setiap harinya.”
  • “Dalamnya ketulusan memberi [itulah yang diperlukan untuk membuat pernikahan langgeng berjalan mulus].”
  • “Seberapa dewasa emosional kita, atau seberapa lemah emosional kita, akan berdampak terhadap pernikahan kita.”
  • “Masa pacaran adalah hal mudah. Pernikahan tidak.”

Salah satu dari pastor yang kami survei berkata bahwa masalah yang sering terjadi dalam pernikahan ialah karena “kurangnya respek terhadap satu sama lain, terutama karena kesalahan dalam berkomunikasi. Entah karena mereka tidak bicara kepada satu sama lain, atau ketika mereka bicara, tetapi saling merendahkan atau saling mengecam, dan mengungkit-ungkit masa lalu. Oleh karena itu, pertengkaran dan argumen terjadi. Kalau sudah begini, biasanya emosi merajalela, dan semakin intens. Kurang respek dan buruknya berkomunikasi berdampak pada segalanya. Itu berdampak pada keuangan, berdampak pada urusan anak, pada kehidupan santai, pada kehidupan ranjang dan pada apa saja.”   

Langkah-langkah solusi: Seperti halnya kita harus “membuka mata dengan lebar” tentang siapa pasangan kita, maka kita juga harus “membuka mata dengan lebar” tentang apa arti pernikahan.

Memang pernikahan itu penuh dengan kesenangan dan sukacita. Tetapi itu juga penuh dengan pengorbanan, tantangan, kewajiban untuk bertumbuh dan berubah, dan harus siap menghadapi kurva curam untuk belajar memahami bagaimana membuat dua individu terpisah menjadi “satu daging” (Markus 10:8). Ada banyak hal yang bisa dilakukan pasangan untuk mendapat pemahaman yang lebih baik seperti apa pernikahan itu, termasuk:

  • Sharing tentang pengalaman dan situasi yang dimiliki masing-masing, sebanyak mungkin, pada saat pacaran.
  • Menjalani konseling pra-nikah dengan pastor atau konselor yang berpengalaman dalam konseling pernikahan.
  • Membicarakannya dengan pasangan nikah yang telah menjalani pengalaman pernikahan selama bertahun-tahun. Hal ini akan dapat menolong anda belajar lebih banyak tentang apa sesungguhnya arti kesetiaan terhadap orang lain baik dalam “sakit maupun sehat.”

3. Masalah yang dihadapi “kekasih yang bernasib sial” (keluarga dan kerabat dan teman tidak senang dengan calon pasangan)

Kadang-kadang salah satu masalah terbesar yang dihadapi sebuah pasangan ialah alasan ketidaksetujuan orang lain – kadang-kadang karena alasan-alasan nyata dan masuk akal.

Berikut ini adalah tanggapan-tanggapan umum terhadap fenomena ini:

  • “Orangtuaku tidak mengerti saja. Kami akan beda dari mereka-mereka itu.”
  • “Anda tidak mengenal dia seperti saya mengenal dia. Dia bisa sungguh-sungguh berperilaku baik secara pribadi.”
  • “Saya bisa menikah dengan siapapun yang saya mau. Mengapa anda mencoba mengendalikan saya?”

Meskipun kita sebaiknya tidak membuat keputusan kita tentang pernikahan atau tidak menikah dengan seseorang semata-mata atas pendapat orang lain, tetapi jika orang lain yang mengasihi kita mengungkapkan keprihatinan mereka, kita sebaiknya jangan mengabaikannya begitu saja atau tidak menanggapinya samasekali. Adalah bijak apabila kita mendengarkan mereka atas pendapat mereka.  

Seorang pastor mengungkapkan begini: “Masalah lain ialah bahwa ketika orangtua mereka melihat ada masalah dalam hal hubungan keduanya, [sebab] orangtua adalah orang yang sangat tahu persis seperti apa anak mereka.”

Seorang pastor lain menyebutkan bahwa kepedulian orangtua itu timbul akibat yang disebabkan pasangan itu, yakni mereka meremehkan atau mengabaikan pedoman alkitabiah. Misalnya, beberapa keprihatinan yang nyata dan masuk akal dari orang lain adalah “menikah dengan seseorang dari agama lain, menikah dengan seseorang yang tidak menghormati masalah kerohanian dengan serius ketika misalnya melakukan hubungan seks sebelum menikah, dll.”

Salah satu responden survei pernikahan menyatakan bahwa efek hubungan keluarga yang langgeng sangatlah penting: “Pernikahan tidak sekedar antar dua orang yang mencintai satu sama lain, tetapi itu juga mencakup ibu dan ayah dan kakek nenek dan sepupu dan kakak serta abang yang sudah lama ada di dalam keluarga itu sebelum pernikahan anda mulai. Sesungguhnya anda juga menikah ke dalam semua anggota keluarga dan dulur atau kerabat keluarga tersebut, bukan hanya pasangan anda. Jadi mengenal semua anggota keluarga sebelum pernikahan sangatlah penting, karena hal itu juga menolong anda untuk lebih mengenal pasangan anda di hari-hari kemudian. Anak-anak masa depan anda akan menjadi bagian dari keberlangsungan dari semua komponen keluarga itu.”  

Langkah-langkah solusi: Jangan abaikan pendapat-pendapat atau masalah yang diajukan  teman-teman dekat dan anggota keluarga. Semua itu juga perlu dipertimbangkan sebelum anda berkata “Ya, saya setuju.” Hindari pemikiran bahwa anda akan menjadi seseorang yang terkecuali dari kaidah pernikahan atau seseorang yang mengemukakan kekecualian (“Yah, si anu mengalami pernikahan yang buruk, padahal dari awalnya semua orang telah berkata mereka pasangan sempurna!”).   

Kita semua memiliki kelemahan, dan adalah bijak untuk mencari masukan dari banyak penasehat (Amsal 11:14), dan bukan sekedar mengikuti emosi kita (Yeremia 17:9).

Intinya ialah

Untuk menghindari banyak masalah yang bisa saja muncul dalam pernikahan, sangatlah penting bagi anda untuk sungguh-sungguh mengenal siapa yang akan anda nikahi, sungguh-sungguh memahami kenyataan pernikahan, entah mereka, yakni orang yang paling dekat dengan anda senang atas pernikahan anda atau justru sebaliknya mereka menyayangkan hal itu – dan tentunya segala sesuatunya sebelum anda berkata “Ya, saya setuju.”  

Sebagaimana seri berikutnya akan membahas ini lebih lanjut, pernikahan masih akan memiliki cukup banyak masalah meskipun kita telah membuat keputusan-keputusan yang benar terhadap langkah-langkah penting pada seri pertama ini. Namun demikian, mulailah dengan baik dan teguh.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa Yang Dikatakan Alkitab Tentang Antikristus?

oleh Bill Swanson

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/end-times/antichrist/ Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru. Siapa atau Apa itu antikristus? Apa arti istilah yang terdengar aneh ini? Bagaimana anda bisa menghindar dari penyesatan dan menjadi korban antikristus di akhir zaman ini? Siapa atau apa itu antikristus? Alkitab menggunakan perkataan antikristus dalam beberapa istilah. Itu dapat merujuk kepada sikap penolakan secara umum dan tidak mempedulikan kepentingan Elohim, itu juga merujuk pada mereka yang mengajarkan kebohongan yang menipu tentang ajaran Kristus dan jalan hidup yang benar atau itu juga dapat merujuk pada sebuah kepribadian tokoh yang akan muncul pada akhir zaman dan yang akan memimpin sebuah sistem agama palsu. Antikristus akan datang Berbicara tentang akhir zaman tepat sebelum Yesus Kristus kembali, rasul Yohanes menuliskan, “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir” (1 Yohanes 2:18). Apa itu antikristus? Antikristus artinya bertentangan dengan/atau melawan Kristus. Albert Barnes menjelaskan bahwa istilah ini “mungkin menyatakan siapa saja yang pernah atau yang mengaku berada di tempat Kristus, atau seseorang yang, karena alasan apa pun telah menentang dia” (catatan Alkitab untuk, 1 Yohanes 2:18). Bacaan sebelumnya menunjukkan seorang tertentu yang akan muncul sebagai “Antikristus” sebelum kedatangan Kristus dan bahwa banyak “antikristus” – yakni, mereka yang memiliki semangat yang sama atau filsafat yang bertentangan dengan Kristus – sudah ada. Antikristus juga disebut “manusia durhaka” dan “nabi palsu” Orang tertentu yang dimaksudkan Yohanes memiliki beberapa nama di ayat-ayat bacaan Alkitab. Dan ini mencakup: • “Manusia durhaka” yang, melalui bantuan Setan, akan menunjukkan keajaiban-keajaiban untuk menyesatkan orang sebelum kedatangan Kristus yang ke-2 kalinya (2 Tesalonika 2:3). • “Seekor binatang lain yang keluar dari dalam bumi” (Wahyu 13:11). • “Nabi palsu” yang akan menyesatkan penduduk bumi ini untuk berperang melawan Kristus ketika Dia kembali (Wahyu 16:13-14). Meskipun kita tidak tahu siapa individu ini secara specifik pada saat ini, kita akan bisa mengidentifikasi dia di masa depan karena “rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu” yang akan diberikan kepada dia oleh Setan si Iblis itu untuk menyesatkan manusia sehingga mereka mendurhaka terhadap Kristus (2 Tesalonika 2:9). Antikristus itu akan dihancurkan pada saat kedatangan Kristus kembali ke bumi ini (2 Tesalonika 2:8; Wahyu 19:20). Banyak penyesat dan antikristus Di samping “Antikristus,” yang telah dinubuatkan Yesus dan rasul-rasul itu, ada juga nabi-nabi palsu yang akan muncul untuk menyesatkan umat manusia pada akhir zaman ini (Matius 24:4-5). Selanjutnya Yohanes mengidentifikasi siapa nabi palsu itu yang berperan sebagai “si penyesat dan antikristus” (2 Yohanes 1:7). Gerakan antikristen sudah terjadi di dunia kita saat ini. Di Amerika, ateis ingin membuang nama Elohim dan Kristus dari monumen nasional dan dari mata uang nasional. Usaha yang demikian tidak mempunyai rasa hormat terhadap Elohim dan barangkali beberapa usaha yang paling nyata ialah bahwa itu diarahkan langsung terhadap Elohim. Sebagaimana Yohanes menjelaskan, “Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak” (1 Yohanes 2:22). Penyesatan yang lebih sulit bagi banyak orang untuk dilihat ialah yang sifatnya religius. Sebagaimana Yesus memperingatkan, “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga” (Matius 24:24). Antikristus: ajaran-ajaran palsu Bagaimana kita mengidentifikasi ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Kristus sehingga kita dapat menghindar untuk tidak tertipu? Belajar Alkitab secara hati-hati akan menjelaskan berikut ini tentang guru-guru agama palsu: Pelanggaran hukum • Ajaran mereka meniadakan atau meminimalisasi hukum-hukum Elohim. Yesus datang mengajarkan hukum-hukum BapaNya, termasuk 10 Perintah Elohim. (Bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa itu 10 Perintah?” dan “10 Perintah dan Jalan Hidup Elohim”). Yesus secara spesifik menyatakan, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi” (Matius 5:17). Pekerjaan Kristus ialah melakukan semua prinsip-prinsip dasar dari hukum Elohim ini. Rasul Yohanes menuliskan, “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6). Bagaimana kita menandai ajaran yang bertentangan dengan Kristus sehingga kita dapat menghindar/menyelamatkan diri dari penyesatan? Sebab sebagian besar gereja saat ini tidak percaya dalam hal mengikuti teladan Kristus yang memelihara seluruh perintah Elohim. Banyak telah disesatkan dengan berpikiran bahwa hukum taurat itu telah dipakukan di kayu salib dan mengatakan bahwa Yesus sendiri yang menuruti perintah-perintah itu untuk kita. Tetapi perhatikan apa yang dikatakan Yesus: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: ‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?’ Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’">https://lifehopeandtruth.com/prophecy/end-times/antichrist/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Siapa atau Apa itu antikristus? Apa arti istilah yang terdengar aneh ini? Bagaimana anda bisa menghindar dari penyesatan dan menjadi korban antikristus di akhir zaman ini? 

 

 

 

 

 

 

 

Siapa atau apa itu antikristus?

Alkitab menggunakan perkataan antikristus dalam beberapa istilah. Itu dapat merujuk kepada sikap penolakan secara umum dan tidak mempedulikan kepentingan Elohim, itu juga merujuk pada mereka yang mengajarkan kebohongan yang menipu tentang ajaran Kristus dan jalan hidup yang benar atau itu juga dapat merujuk pada sebuah kepribadian tokoh yang akan muncul pada akhir zaman dan yang akan memimpin sebuah sistem agama palsu.

Antikristus akan datang

Berbicara tentang akhir zaman tepat sebelum Yesus Kristus kembali, rasul Yohanes menuliskan, “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir” (1 Yohanes 2:18).

Apa itu antikristus?

Antikristus artinya bertentangan dengan/atau melawan Kristus. Albert Barnes menjelaskan bahwa istilah ini “mungkin menyatakan siapa saja yang pernah atau yang mengaku berada di tempat Kristus, atau seseorang yang, karena alasan apa pun telah menentang dia” (catatan Alkitab untuk, 1 Yohanes 2:18).

Bacaan sebelumnya menunjukkan seorang tertentu yang akan muncul sebagai “Antikristus” sebelum kedatangan Kristus dan bahwa banyak “antikristus” – yakni, mereka yang memiliki semangat yang sama atau filsafat yang bertentangan dengan Kristus – sudah ada.

Antikristus juga disebut “manusia durhaka” dan “nabi palsu”

Orang tertentu yang dimaksudkan Yohanes memiliki beberapa nama di ayat-ayat bacaan Alkitab. Dan ini mencakup:

  • “Manusia durhaka” yang, melalui bantuan Setan, akan menunjukkan keajaiban-keajaiban untuk menyesatkan orang sebelum kedatangan Kristus yang ke-2 kalinya (2 Tesalonika 2:3).
  • “Seekor binatang lain yang keluar dari dalam bumi” (Wahyu 13:11).
  • “Nabi palsu” yang akan menyesatkan penduduk bumi ini untuk berperang melawan Kristus ketika Dia kembali (Wahyu 16:13-14).

Meskipun kita tidak tahu siapa individu ini secara specifik pada saat ini, kita akan bisa mengidentifikasi dia di masa depan karena “rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu” yang akan diberikan kepada dia oleh Setan si Iblis itu untuk menyesatkan manusia sehingga mereka mendurhaka terhadap Kristus (2 Tesalonika 2:9). Antikristus itu akan dihancurkan pada saat kedatangan Kristus kembali ke bumi ini (2 Tesalonika 2:8; Wahyu 19:20).

Banyak penyesat dan antikristus

Di samping “Antikristus,” yang telah dinubuatkan Yesus dan rasul-rasul itu, ada juga nabi-nabi palsu yang akan muncul untuk menyesatkan umat manusia pada akhir zaman ini (Matius 24:4-5). Selanjutnya Yohanes mengidentifikasi siapa nabi palsu itu yang berperan sebagai “si penyesat dan antikristus” (2 Yohanes 1:7).  

Gerakan antikristen sudah terjadi di dunia kita saat ini. Di Amerika, ateis ingin membuang nama Elohim dan Kristus dari monumen nasional dan dari mata uang nasional. Usaha yang demikian tidak mempunyai rasa hormat terhadap Elohim dan barangkali beberapa usaha yang paling nyata ialah bahwa itu diarahkan langsung terhadap Elohim.

Sebagaimana Yohanes menjelaskan, “Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak” (1 Yohanes 2:22).

Penyesatan yang lebih sulit bagi banyak orang untuk dilihat ialah yang sifatnya religius. Sebagaimana Yesus memperingatkan, “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga” (Matius 24:24).

Antikristus: ajaran-ajaran palsu

Bagaimana kita mengidentifikasi ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Kristus sehingga kita dapat menghindar untuk tidak tertipu? Belajar Alkitab secara hati-hati akan menjelaskan berikut ini tentang guru-guru agama palsu:

Pelanggaran hukum

  • Ajaran mereka meniadakan atau meminimalisasi hukum-hukum Elohim. Yesus datang mengajarkan hukum-hukum BapaNya, termasuk 10 Perintah Elohim. (Bacalah artikel kami – pada situs ini –  yang berjudul “Apa itu 10 Perintah?” dan “10 Perintah dan Jalan Hidup Elohim”). Yesus secara spesifik menyatakan,   “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi” (Matius 5:17). Pekerjaan Kristus ialah melakukan semua prinsip-prinsip dasar dari hukum Elohim ini. Rasul Yohanes menuliskan, “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6).

Bagaimana kita menandai ajaran yang bertentangan dengan Kristus sehingga kita dapat menghindar/menyelamatkan diri dari penyesatan? Sebab sebagian besar gereja saat ini tidak percaya dalam hal mengikuti teladan Kristus yang memelihara seluruh perintah Elohim. Banyak telah disesatkan dengan berpikiran bahwa hukum taurat itu telah dipakukan di kayu salib dan mengatakan bahwa Yesus sendiri yang menuruti perintah-perintah itu untuk kita.

Tetapi perhatikan apa yang dikatakan Yesus: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: ‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?’ Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’" (Matius 7:21-23).

Dengan menyimpulkan perkataan Kristus, Yohanes menyatakan, “Setiap orang yang melanggar dan yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, ia tidak memiliki Elohim. Siapa yang tinggal di dalam ajaran Kristus, ia memiliki baik Bapa maupun Putra” (2 Yohanes 1:9).

Rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang

  • Mereka akan menyamar sebagai guru-guru agama yang sah. Di dalam 2 Korintus 11:13 Paulus mengidentifikasi mereka ini sebagai “rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus.” Paulus menambahkan bahwa mereka ini muncul “sebagai pelayan-pelayan” kebenaran tetapi yang sebenarnya mereka mengikuti contoh Setan yang memperlihatkan dirinya “sebagai malaikat Terang” (ayat 14-15).

Ajaran palsu ini, yang disebut Paulus sebagai “rahasia kedurhakaan,” telah mulai beraksi sejak abad pertama (2 Tesalonika 2:7) dan berlanjut hingga sekarang.

 

 

 

 

 

 

Paulus bersedih hati terhadap pemikiran yang demikian menyesatkan, yakni “serigala buas” yang menyebabkan orang sesat. Dia memberitahukannya kepada para penilik jemaat, “Sebab aku mengetahui bahwa setelah kepergianku, serigala-serigala ganas akan masuk ke antara kamu dengan tidak menyayangkan kawanan itu. Bahkan, dari antara kamu akan muncul orang-orang dengan ajaran yang menyesatkan untuk menarik para murid mengikuti mereka” (Kisah Para Rasul 20:29-30).

Bagaimana kita mengenal siapa pelayan Elohim yang sejati, melalui nabi Yesaya, Tuhan berfirman, “Carilah pengajaran dan kesaksian! Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar” (Yesaya 8:20). Pelayan Yesus Kristus yang sejati akan mengajarkan apa yang diajarkan Yesus!

Menyangkal Kristus seperti yang disebutkan Alkitab

  • Mereka menyangkal dan tidak percaya bahwa Kristus datang dalam daging dan bahwa Dia dan Bapa hidup di dalam orang Kristen sejati hari ini. Rasul Yohanes menyatakan: “Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus” (2 Yohanes 1:7).  

Nyatanya, telah ada guru-guru palsu yang mengakui Kristus namun mengajarkan bahwa pada saat dahulu datang ke bumi ini, Dia bukan sungguh-sungguh seorang manusia tetapi bahwa Dia hanya terlihat sebagai manusia, untuk menderita dan mati. Rasul Yohanes di dalam 1 Yohanes 4:2-3,  menentang pendapat yang keliru ini yang mengatakan bahwa Yesus bukan manusia. Dan di dalam Injilnya, Yohanes ini juga menekankan wujud kemanusiaan Yesus dengan mencatat bahwa seorang dari prajurit itu menikam lambungNya di kayu salib itu dan “segera keluar darah dan air” (Yohanes 19:34).

Injil Yohanes juga menyatakan poin ini bahwa guru-guru palsu menyangkal – bahwa Bapa dan Anak akan tinggal di dalam orang Kristen sejati dalam wujud Roh Kudus (Yohanes 14:23).

Sementara kita semakin dekat dengan kedatangan Yesus Kristus kembali ke bumi ini untuk mendirikan Kerajaan Elohim, anda perlu berhati-hati terhadap nabi-nabi palsu dan antikristus yang telah dinubuatkan dan telah ada pada akhir zaman ini. Jangan biarkan diri anda disesatkan. Ingatlah peringatan Kristus: “jika engkau ingin masuk ke dalam hidup, peliharalah perintah-perintahNya” (Matius 19:17).  

Untuk bacaan selanjutnya, kami menyarankan anda untuk membaca artikel, yang akan dimuat pada situs ini, yang berjudul “Will You Recognize the Antichrist?” [“Apakah Anda Akan Mengenali Antikristus”]?

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Natal: Seharusnyakah Orang Kristen Merayakan Itu?

oleh John Foster

https://lifehopeandtruth.com/life/plan-of-salvation/holy-days-vs-holidays/christmas/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Nampaknya aneh jika kita menanyakan apakah orang-orang Kristen perlu merayakan Natal, karena Natal [Christmas] memakai nama Kristus. Tetapi apakah Dia lahir pada tanggal 25 Desember? Apakah Dia menghendaki kita untuk merayakannya?

 

 

 

 

 

Natal kelihatannya merupakan hari perayaan orang Kristen yang paling besar, karena namanya saja menggunakan nama Kristus. Jadi apa alasan mengapa orang Kristen tidak boleh merayakan Natal? Mungkinkah karena Kristus tidak lahir pada tanggal 25 Desember? Apakah juga mungkin bahwa setiap tahun banyak artikel ditulis pada kolom-kolom surat kabar tentang asal mula agama paganisme [penganut agama penyembah berhala] dari perayaan ini?

Bahkan orang-orang beragama yang merayakan Natal pun telah menulis tentang topik ini. Cobalah perhatikan sejarah ini dari situs Grace to You: “Keputusan untuk merayakan Natal pada tanggal 25 Desember dibuat pada abad ke-4 oleh uskup-uskup gereja di Roma. Mereka memiliki alasan khusus untuk perayaan ini.  

 

“Setelah lama berpaling dan tidak beribadah kepada Elohim, yakni Elohim Sang Pencipta segala sesuatu, banyak budaya praktek di kekaisaran Roma telah menyembah dewa matahari. Mengakui ketergantungan mereka pada perputaran tahunan matahari di langit, mereka berpesta di sekitar titik balik matahari musim dingin pada bulan Desember ketika hari-harinya terpendek. Sebagai bagian dari perayaan mereka, mereka membuat api unggun untuk memberi kekuatan kepada dewa matahari mereka dan menghidupkannya kembali. Ketika menjadi jelas bahwa hari-hari semakin panjang, mereka akan bersukaria.

“Para pemimpin gereja di Roma memutuskan untuk merayakan kelahiran Kristus selama titik balik matahari musim dingin dalam upaya meng-Kristenkan hari raya populer paganisme ini. Untuk sebagian besar upaya mereka gagal membuat orang menyesuaikan diri, tetapi perayaan penyembahan berhala ini terus berlanjut.

Sekarang ini banyak orang merayakan Yesus pada Natal, tetapi faktanya ialah bahwa Dia tidak pernah ada pada Natal dari awal mulanya. Tanggal 25 Desember merupakan musyrik, yakni orang-orang yang menyekutukan Elohim dengan banyak dewa-dewa yang hanya berdasarkan mitos atau dongeng.  

Apakah mengadopsi budaya paganisme dapat diterima Elohim?

Jadi, apa yang sebaiknya orang Kristen lakukan dengan pengetahuan ini? Sebaiknyakah orang Kristen merayakan Natal? Pada bulan Desember 2007 wartawan AP, Tom Breen, mengutip Clyde Kilough, yang adalah minister [pelayan] Church of God, a Worldwide Association: “Sudah merupakan pengetahuan umum bahwa Natal dan budayanya tidak ada hubungannya dengan Alkitab. … Pertanyaan teologisnya sederhana: Apakah Elohim berkenan kepada manusia yang memilih cara ibadah kepada Dia dengan mengadopsi perayaan paganismeisme yang paling populer ini dan mengganggap mereka adalah orang Kristen?”

Alkitab menyingkapkan bahwa Elohim tidak menghendaki manusia beribadah kepada Dia dengan cara yang sama seperti cara ibadah orang-orang penyembah berhala. Oleh karena itu, berdasarkan apa yang disingkapkan ayat Suci Alkitab, kita percaya bahwa orang-orang Kristen yang merayakan Natal tidak berkenan kepada Elohim dan AnakNya 

Dahulu kala, Elohim secara eksplisit memperingatkan bangsa Israel untuk tidak mencampuradukkan ibadahNya dengan adat-istiadat penyembah berhala.

“Ketika YAHWEH, Elohimmu, membinasakan dari hadapanmu, bangsa-bangsa yang daerahnya engkau datangi untuk menguasainya, dan apabila engkau telah menguasai mereka dan tinggal di negeri mereka; hati-hatilah supaya engkau jangan terperangkap dengan mengikuti mereka setelah mereka dibinasakan dari hadapanmu, dan supaya engkau jangan menanyakan ilah-ilah mereka dengan berkata, bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada ilah-ilah mereka? Dan aku pun, akan melakukan demikian. Jangan engkau berbuat demikian kepada YAHWEH, Elohimmu, karena mereka melakukan segala kekejian bagi YAHWEH, yakni apa yang dibenciNya, itulah yang dilakukan mereka bagi ilah-ilah mereka. Sebab, mereka membakar anak-anak lelakinya dan anak-anak perempuannya bagi ilah-ilah mereka. Segala yang aku perintahkan kepadamu, haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya atau menguranginya” (Ulangan 12:29-32).

Di hari kemudian, Yesus Kristus menunjukkan kepada sekelompok yang taat agama, yakni orang-orang Farisi, di dalam Injil Markus 7:6-9: “Tepat sekali Yesaya bernubuat tentang kamu hai orang munafik, seperti ada tertulis: ‘Umat ini menghormati Aku dengan bibir, tetapi hati mereka jauh dari padaKu. Sia-sia mereka menyembah Aku, sedangkan yang mereka ajarkan adalah aturan-aturan manusia.’ Kamu mengabaikan perintah Elohim demi memegang kuat tradisi manusia. … Kamu menolak perintah Elohim dengan cerdik demi memelihara tradisimu.”  

Apa yang salah dengan tradisi perayaan kelahiran?

Orang Kristen juga sebaiknya memahami bahwa Alkitab sendiri menyingkapkan bahwa banyak adegan tradisi kelahiran itu tidak akurat menurut Alkitab.

Perhatikan Lukas 2:8-11: “Di wilayah itu ada beberapa gembala sedang tinggal di padang dan menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba tampaklah seorang malaikat TUHAN berdiri di dekat mereka dan kemuliaan TUHAN menyinari mereka, sehingga mereka sangat ketakutan. Tetapi malaikat itu berkata kepada mereka, ‘Jangan takut, karena aku datang untuk memberitakan Kabar Baik kepadamu, suatu sukacita besar bagi segala bangsa. Pada hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.’”

Sebuah komentar menyatakan bahwa, “sebagaimana gembala-gembala ini belum membawa domba-dombanya pulang, adalah argumen dugaan bahwa bulan Oktober belum tiba, dan oleh karena itu, Tuhan kita tidak lahir pada tanggal 25 Desember, di saat mana kawanan domba-domba masih digembalakan di padang rumput. Maka atas dasar ini kelahiran di bulan Desember harus ditinggalkan” (Adam Clarke’s Commentary, catatan untuk Lukas 2:8).

Satu lagi sumber penelitian setuju: “Gembala-gembala yang rendah hati ini berada di hamparan rumput hijau pada malam hari sedang mengembalakan domba-domba mereka – ini alasan mengapa ide kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember itu tidak mungkin, karena cuaca pada musim dingin tidak memungkinkan mereka berada di padang gembalaan” (The Interpreter’s One-Volume Commentary, 1971, catatan untuk Lukas 2:4-7).   

Perhatikan satu lagi aspek ide kelahiran itu, yakni dari Joe Kovacs, penulis buku Shocked by the Bible, mengatakan, “Anda tidak akan menemukan tiga orang majus muncul di palungan itu ketika Yesus lahir.”

Pernyataan ini didasarkan pada apa yang kita baca di Matius 2:1, 11: “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem. … Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”

Alkitab tidak menjelaskan berapa banyak orang-orang majus yang ada di sana, dan mereka datang ke dalam rumah itu (bukan palungan) dimana mereka melihat Anak itu. Jadi, kisah tradisional tentang tiga orang datang ke palungan itu tidak ditemukan di dalam Alkitab.

Kita harus menyadari bahwa hanya sekedar memberitakan sesuatu tidak membuat orang menjadi seorang Kristen, apa pun tradisinya atau rasionalisasi apa pun yang kita gunakan!

Misalnya, selama puluhan tahun, orangtua telah menceritakan kepada anak-anak tentang Santa Claus [Sinterklas]. Masalahnya ialah – dia tidak benar-benar ada, dia juga tidak punya ruang kerja di Kutub Utara. Di mana ada di dalam Alkitab bahwa Elohim membolehkan kita berdusta – terutama kepada anak-anak kita?

Beberapa orang juga percaya bahwa tidak ada masalah untuk tukar-menukar hadiah pada musim perayaan ini. Akan tetapi, di dalam bukunya yang berjudul 4,000 Years of Christmas: A Gift From the Ages (1997), pendeta Episcopal Earl Count dengan penuh semangat menjelaskan sejarah tukar-menukar hadiah selama 12 hari perayaan Natal dengan adat istiadat yang aslinya berasal dari paganisme Babylon dahulu kala. Dia juga menunjukkan bahwa mistletoe [jenis pohon yang digunakan sebagai pohon natal] yang diadopsi dari ritual misteri Druid dan bahwa 25 Desember berkaitan dengan perayaan Saturnalia Roma kuno, dan tidak ada hubungannya dengan Yesus.

Bagaimana caranya saya memberitahu kerabat saya?

Jadi, seharusnyakah orang Kristen merayakan Natal? Setelah meneliti pokok masalah ini, banyak orang menyimpulkan bahwa mereka sebaiknya tidak merayakannya lagi. Banyak orang bertanya, “OK, jika demikian bagaimana caranya saya menjelaskannya kepada kerabat-kerabat dan keluarga saya bahwa saya tidak akan merayakan Natal lagi?” Kami menganjurkan bahwa anda menjelaskan kepada mereka dengan cara yang baik bahwa anda tidak dalam nurani yang baik untuk merayakan perayaan yang tidak diperintahkan di dalam Alkitab. Jika mereka bertanya tentang tukar-menukar hadiah, anda dapat menjelaskan bahwa masih banyak kesempatan lain untuk itu dalam rangka menghargai kekasih dengan hadiah.

Beberapa kerabat akan menerima keputusan itu tetapi beberapa yang lain mungkin tidak memahaminya; jadi lebih baik jangan memaksa mereka untuk berubah kepercayaan. Banyak orang yang memahami asal mula Natal yang memang tidak alkitabiah itu menghindari diskusi tentang masalah ini kecuali jika orang bertanya kepada mereka. Kita berusaha mengikuti prinsip yang terdapat di 1 Petrus 3:15: “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.” Jika seseorang ingin tahu lebih banyak, tentu baik untuk menjelaskan asal mula agama paganisme yang merayakan perayaan ini dan Elohim memerintahkan kita untuk tidak beribadah kepada Dia dengan cara yang demikian.  

Jemaat Church of God, a Worldwide Association (yang mensponsori situs ini), tidak terlibat dalam perayaan Natal. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk menghormati Yesus Kristus pada peringatan kematianNya (bukan kelahiranNya). Bacalah 1 Korintus 11:23-29. Yesus Kristus mengingatkan murid-muridNya (sementara mereka makan roti pada saat merayakan Paskah Perjanjian Baru itu) sbb: “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Lukas 22:19).

Yesus lahir sebagai Juruselamat kita, tetapi Dia akan datang kembali sebagai Raja segala raja dan Tuhan di atas segala tuan (Wahyu 19:15-16). Dan pemerintahan Kristus masa 1,000 tahun akan dimulai di bumi ini. Pemerintahan yang telah dinubuatkan ini digambarkan dan ditegaskan dalam perayaan tahunan Feast of Tabernacles [Hari Raya Pondok Daun], yang terjadi setiap musim gugur di belahan bumi utara (Imamat 23:33-35). (Bacalah artikel kami tentang perayaan ini, pada situs ini, yang berjudul “Hari Raya Pondok Daun: Tuaian yang Melimpah”). Kristus memberitahu murid-muridNya untuk merayakan hari raya ini, sebagaimana Dia juga merayakannya (Yohanes 7:2, 14, 37-39). Jadi, daripada merayakan Natal, orang Kristen sebaiknya merayakan perayaan tahunan yang diperintahkan Elohim.

Anda dapat mempelajari lebih dalam tentang perayaan ini – pada situs ini – dalam artikel kami yang berjudul “Rencana Penyelamatan Allah: Bagaimana Hari-hari Raya Allah Menyingkapkan RencanaNya” 

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Great Tribulation [Siksaan Dahsyat dan Kesusahan Besar]?

oleh Chris Moen

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/great-tribulation/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Yesus berkata bahwa akan ada satu periode yang disebut Great Tribulation [siksaan dahsyat dan kesusahan besar] sebelum kedatanganNya yang kedua kalinya. Apa itu Great Tribulation? Mengapa terjadi periode kekacauan ini, yakni yang belum pernah terjadi di dunia ini? 

 

 

 

 

 

 

 

Khotbah di atas Bukit Zaitun, yakni nubuat Yesus yang kita baca di Matius 24 itu, merupakan salah satu dari penjelasanNya yang paling rinci atas apa yang akan terjadi pada masa-masa terakhir sebelum kedatanganNya yang kedua kalinya ke bumi ini.

Pertama-tama Dia menjelaskan bahwa akan ada penyesatan agama, peperangan, kelaparan, penyakit sampar (pandemi) dan gempa bumi sebelum kedatanganNya yang kedua kali (ayat 4-7). Kemudian Yesus berkata, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu” (ayat 9).  

Definisi kesusahan

Kata “tribulation” diterjemahkan dari bahasa Yunani thlipsis, yang secara metaforis artinya “penindasan, penderitaan, kesusahan, tertekan, situasi sulit” (Thayer’s Greek Definitions).

Penindasan terhadap orang-orang pilihan Elohim telah surut dan berlalu selama berabad-abad setelah kematian Yesus. Dan Alkitab menjelaskan bahwa akan ada masa kesusahan di masa yang akan datang sebelum Kristus kembali (Matius 24:29-30).

Pembinasa keji

Segera sebelum siksaan dan kesusahan dahsyat yang akan terjadi di akhir zaman ini, Yesus memperingatkan: “’Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus,’ menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya--‘maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan’” (ayat 15-16).

Nubuat ini telah digenapi dua kali, yakni pada saat Antiochus Epiphanes menajiskan Bait Elohim pada tahun 167 sebelum Masehi dan ketika Kerajaan Romawi menghancurkan Bait Elohim pada tahun 70 setelah Masehi. Tetapi nubuat Yesus dengan jelas menyebutkan bahwa siksaan dan kesusahan besar ini akan terjadi lagi nanti sebelum kedatanganNya yang kedua kali.

Untuk informasi lebih lanjut, bacalah artikel kami yang berjudul “What Is the Abomination of Desolation?” [Apa itu Pembinasa Keji]

Lukas menambahkan, “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat” (Lukas 21:20). Sekali lagi, penghancuran yang dilakukan oleh Romawi terhadap Yerusalem pada tahun 70 setelah Masehi merupakan bayangan peristiwa yang sama yang akan terjadi lagi pada akhir zaman. 

Siksaan dahsyat dan kesusahan besar

Berbicara tentang masa ini, yakni sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya, Yesus berkata: “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat” (Matius 24:21-22).

Masa penderitaan dan korban kematian ini disebut Great Tribulation karena kekejamannya akan melebihi seluruh kekejaman siksaan dan penderitaan yang pernah terjadi sebelumnya terhadap umat manusia (ayat 21).

Waktu kesusahan Yakub

Masa penderitaan dan kesengsaraan ini juga disebut “waktu kesusahan Yakub” [Jacob’s trouble] (Yeremia 30:7), sebab waktu kesengsaraan ini akan pertama-tama datang kepada Yakub, yang disebut Israel, yakni mereka dari keturunan Israel (12 suku) yang hidup pada zaman akhir ini.

Nabi Daniel menggambarkan periode penderitaan ini, “Dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu” (Daniel 12:1).

Siapa yang akan terpengaruh dalam masa kesesakan ini?

Melalui beberapa nabi, Elohim menentukan bangsa-bangsa yang terutama akan terpengaruh oleh masa krisis yang akan datang ini. Elohim menjelaskannya kepada Yeremia bahwa masa kesesakan yang hebat ini akan menimpa Israel dan Yehuda (Yeremia 30:4).

Keturunan mereka (Israel & Yehuda) yang hidup pada zaman ini umumnya termasuk bangsa-bangsa berbahasa Inggris dan beragama Kristen mainstream dan bangsa Yahudi. Bacalah artikel kami yang berjudul “12 Tribes of Israel Today” [12 Suku Israel Hari Ini] untuk informasi selanjutnya yang menjelaskan sejarahnya dan artinya.

Dan sebagaimana kita telah lihat tadi, Yesus Kristus memperingatkan pengikut-pengikut setiaNya bahwa masa kesesakan ini juga akan sangat berbahaya bagi orang-orang Kristen sejati. Perkataan Yesus yang berbunyi “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu” (Matius 24:9), akan digenapi pada akhir zaman ini pada meterai ke-5 kitab Wahyu (Wahyu 6:9-11).

“Tidak akan ada yang selamat”

Tetapi masa kesusahan yang belum pernah terjadi ini tidak akan berdampak hanya terhadap keturunan Israel dan Gereja. Kesesakan dan siksaan ini akan mengancam eksistensi umat manusia di bumi ini! Sekarang, jumlah persenjataan pemusnah massal dan ancaman eksistensial lainnya sudah bisa melenyapkan umat manusia secara keseluruhan.

Di dalam ayat yang sama yang terdapat di Markus, Yesus berkata, “Sebab pada hari-hari itu akan terjadi kesengsaraan. Kesengsaraan yang belum pernah terjadi sejak awal penciptaan sampai sekarang, bahkan tidak akan pernah terjadi lagi. Dan jika TUHAN tidak mempersingkat waktunya, maka tidak ada satu pun manusia akan diselamatkan; tetapi demi mereka yang telah Dia pilih, Dia mempersingkat waktunya” (Markus 13:19-20).

Elohim memanggil orang ke dalam GerejaNya hari ini untuk menjadi orang pilihanNya – mereka yang sungguh-sungguh berdoa untuk datangnya Kerajaan Elohim (Matius 6:10), mereka yang mendorong pengabaran injil Kerajaan Sorga ke seluruh dunia (Matius 24:14, dan mereka yang menjadi pelayan-pelayan setia dan bijak mempersiapkan dan menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya (ayat 45-47).

Yesus berjanji untuk mengintervensi dan mempersingkat waktu kesesakan itu dan menyelamatkan umat manusia dari kemusnahan.

Berapa lama siksaan dan masa kesusahan ini?

Great Tribulation ini dinubuatkan akan berlangsung selama 42 bulan (Wahyu 11:2; 13:5), 1,260 hari (Wahyu 11:3) dan “a time, and times, and half a time” [satu masa dan dua masa dan setengah masa] (Wahyu 12:14; Daniel 12:7).

Pada artikel ini tidak cukup ruang untuk menjelaskan secara rinci mengapa nubuat  dengan istilah “time” [masa] biasanya diartikan satu tahun dan bentuk jamaknya “times” yang artinya dua tahun; tetapi kita melihat di sini dalam beberapa ayat bacaan dengan cara yang berbeda untuk mengekspresikan lamanya masa pada kejadian yang sama. Oleh karena itu, ketika kita melihat jumlah waktu selama 42 bulan, 1,260 hari dan “a time, times and half a time,” kita dapat menyimpulkan bahwa semua ini merujuk pada masa yang sama, yakni 3½  tahun.

Akhir dari masa kesusahan ini akan termasuk Hari Tuhan dan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya. (Bacalah artikel kami yang berjudul “Apa itu Hari Tuhan?” untuk informasi lebih lanjut).

Mengapa terjadi Great Tribulation?

Mengapa Elohim akan mengizinkan Great Tribulation ini? Barangkali inilah pertanyaan yang paling mendasar. Elohim adalah Elohim yang panjang sabar dan penuh belas kasihan. Tetapi sama seperti seorang ayah yang menghukum anak yang bandel, maka Elohim juga akan menjatuhkan hukuman keras apabila peringatanNya tidak diindahkan dan dosa yang tersebar luas tidak dihentikan.

Fokus penghakiman selama 42 bulan ini akan pertama-tama menimpa bangsa-bangsa yang secara historis memiliki warisan Kristen-Yahudi.

Elohim menyatakan bahwa sebelum zaman ini berakhir, jika keturunan Israel yang hidup pada zaman ini tidak berbalik kepada Dia, maka Dia akan menghukum mereka karena dosa-dosa mereka. Orang-orang dari bangsa ini sesungguhnya merepresentasikan mereka yang dulu menerima hukum-hukum dan peraturan-peraturanNya, dan Elohim ingin  mereka menjadi beacon [sinyal pandu] atau contoh bangsa yang berperilaku saleh kepada seluruh dunia.

Orang-orang dari bangsa ini adalah mereka yang secara historis disebut bangsa pilihan Elohim. Karena mereka ini telah melupakan Elohim, maka Dia akan mengirimkan sejumlah tulah dan bencana alam untuk mengundang perhatian mereka. Dan apabila ini tidak diindahkan, maka kutuk-kutuk akan semakin intensif selama satu periode selama Great Tribulation.

Apabila orang-orang ini menolak untuk bertobat, maka Elohim memperingatkan mereka bahwa Dia akan mengirimkan penjajahan bengis dari bangsa-bangsa lain untuk penghakiman terhadap mereka. Elohim memperingatkannya melalui nabi Yeremia, “Aku akan menghajar engkau menurut hukum … dengan hajaran yang bengis, karena kesalahanmu banyak, dosamu berjumlah besar” (Yeremia 30:11, 14). 

Elohim adalah Elohim yang benar dan adil. PeringatanNya menolong kita untuk memahami mengapa Dia mengkhususkan orang Israel modern ini untuk dihukum pertama-tama dan setelah itu baru bangsa-bangsa lain.

Peringatan kepada Yerusalem akan Great Tribulation

Nabi Yehezkiel berbicara tentang Great Tribulation yang akan datang yang berkaitan dengan penduduk Yerusalem sebelum Kristus kembali. Kota ini – yakni ibu kota sebelumnya bagi 12 suku Israel – merupakan representatif dari bangsa-bangsa yang mendapat berkat karena memiliki 10 Perintah Elohim sebagai fondasi bagi konstitusi bangsa mereka dan sebagai aturan berperilaku.

Elohim berbicara kepada orang-orang ini yang seharusnya tahu lebih banyak, dan Dia berkata, “Sebab itu beginilah firman Tuhan Elohim: Oleh karena engkau lebih jahat dari pada bangsa-bangsa yang di sekitarmu dan kelakuanmu tidak selaras dengan ketetapan-ketetapanKu dan engkau tidak melakukan peraturan-peraturanKu, bahkan engkau melakukan peraturan-peraturan bangsa-bangsa yang di sekitarmu …

Sebab itu … Aku, ya Aku sendiri akan menjadi lawanmu dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. Oleh karena segala perbuatanmu yang keji akan Kuperbuat terhadapmu yang belum pernah Kuperbuat dan yang tidak pernah lagi akan Kuperbuat. Sebab itu di tengah-tengahmu ayah-ayah akan memakan anak-anaknya dan anak-anak memakan ayahnya dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu, sedang semua yang masih tinggal lagi dari padamu akan Kuhamburkan ke semua penjuru angin” (Yehezkiel 5:7-10).

Kesabaran Elohim akan mencapai titik penghabisan terhadap kejahatan umat manusia. Dia menjelaskan yang akan menjadi takdir orang-orang yang tidak bertobat:

“Oleh karena engkau menajiskan tempat kudusKu dengan segala dewamu yang menjijikkan dan dengan segala perbuatanmu yang keji, Aku sendiri akan meruntuhkan engkau; Aku tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Sepertiga dari padamu akan mati kena sampar dan mati kelaparan di tengah-tengahmu; sepertiga akan tewas dimakan pedang di sekitarmu; dan sepertiga lagi akan Kuhamburkan ke semua mata angin dan Aku akan menghunus pedang dari belakang mereka” (Yehezkiel 5:11-12).

Ayat Suci Alkitab menjelaskan bahwa Elohim telah panjang sabar dengan umat manusia sebelum kegeramanNya mencapai puncaknya (2 Petrus 3:9; Roma 2:4, 11). Great Tribulation itu menggambarkan sebuah masa ketika puncak krisis ini telah dicapai oleh bangsa-bangsa dan mereka tidak punya alasan apa-apa lagi sebab mereka telah cukup banyak kali diingatkan untuk bertobat.

Apa yang akan terjadi kepada bangsa-bangsa yang telah menyakiti Israel?

Pada akhir periode 3½ tahun ini, Elohim akan melihat pertobatan pada orang-orang yang terluput, yakni orang-orang dari kalangan bangsa Israel. Kemudian Dia akan mengadakan pembalasan terhadap bangsa-bangsa yang kejam terhadap bangsa pilihanNya – Israel.  

Elohim memperingatkan bangsa-bangsa lain terlebih dahulu: “Tetapi semua orang yang menelan engkau akan tertelan, dan semua lawanmu akan masuk ke dalam tawanan; orang-orang yang merampok engkau akan menjadi rampokan, dan semua orang yang menjarah engkau akan Kubuat menjadi jarahan” (Yeremia 30:16). 

Setelah orang Israel dihukum, Elohim akan membalas dendam orang-orang pilihanNya. Ini dijelaskan di berbagai nubuat di dalam Alkitab, termasuk Ulangan 32:43; Yesaya 35:3-4; 47:5-15; Yoel 3:12-15; Yeremia 25:29-33; dan Yehezkiel 25-28.

Apa tujuan Elohim mendatangkan Great Tribulation?

Maksud tujuan Elohim mengapa Dia mengizinkan Great Tribulation ini ialah untuk merendahkan bangsa-bangsa dari turunan Israel alkitabiah dan memimpin mereka kepada pertobatan.

Setelah periode penghukuman ini, Kristus akan kembali ke bumi ini dan orang Israel yang terluput akan menjalani transformasi. Mereka akan menjadi bangsa yang kudus dan contoh bagi semua bangsa-bangsa di bumi ini (Zefanya 3:11-13).

Di akhir periode 42 bulan kesusahan itu, Elohim berfirman tentang bangsa-bangsa ini: “Dua pertiga dari padanya akan dilenyapkan, mati binasa, tetapi sepertiga dari padanya akan tinggal hidup. Aku akan menaruh yang sepertiga itu dalam api [dideportasi dan mereka akan menjadi tawanan bangsa lain] dan akan memurnikan mereka seperti orang memurnikan perak. Aku akan menguji mereka, seperti orang menguji emas. Mereka akan memanggil namaKu, dan Aku akan menjawab mereka. Aku akan berkata: Mereka adalah umatKu, dan mereka akan menjawab: TUHAN adalah Elohimku!"

Mereka yang terluput dari Great Tribulation

Ada ayat-ayat di dalam Alkitab yang sangat menggembirakan bagi mereka yang ingin menaati Elohim. Rasul Yohanes mendapat penglihatan dari Elohim yang menunjukkan bahwa di antara orang-orang yang tertindas ini, ada orang dalam jumlah besar yang akan dimurnikan (secara rohani) melalui kesusahan yang akan datang di seluruh dunia dan yang menimpa semua orang – pertama-tama bangsa Israel dan kemudian semua bangsa-bangsa lain.

Kitab Wahyu memberikan gambaran tentang mereka yang berbalik kepada Elohim dari bangsa Israel modern dan dari bangsa-bangsa lain “dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba” (Wahyu 7:14).  

Bagaimana Great Tribulation akan berdampak terhadap anda?

Yesus Kristus memberi peringatan agar kita benar-benar mengindahkan pesan transformasi kehidupan tentang pertobatan, iman dan kebenaran. Di dalam Injil Lukas, Kristus berkata kepada para pengikutNya, “Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi [tanda-tanda yang Dia jelaskan], ketahuilah, bahwa Kerajaan Elohim sudah dekat” (Lukas 21:31).

Yesus berkata, “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (ayat 36). 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Hari Tuhan?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/day-of-the-lord/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Sementara Hari Tuhan dibicarakan dalam kitab-kitab lain di dalam Alkitab, kitab Wahyu memberikan penjelasan secara luas tentang saat Elohim mengintervensi dunia ini.

 

 

 

 

 

 

 

Tema besar kitab Wahyu – yakni Hari Tuhan – diperkenalkan di bab awal kitab terakhir Alkitab ini.

Yohanes, yang mencatat apa yang dia saksikan dalam penglihatan itu, memulai narasinya dengan menjelaskan wahyu siapa itu (itu adalah Wahyu Yesus Kristus, yang diberikan Elohim kepada dia, Wahyu 1:1), yang isi pesannya dia (Yohanes) kirimkan kepada (awalnya, kepada tujuh jemaat di Asia, ayat 4) dimana ia berada pada saat itu (di pulau Patmos, ayat 9) ketika dia menerima penglihatan itu.

Hari Tuhan adalah Harinya Tuhan

Setelah narasi awal ini, Yohanes segera menjelaskan, “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh” (Wahyu 1:10). Beberapa orang salah pemahaman tentang ucapan Yohanes ini. Mereka menyangka bahwa Yohanes menerima pesan ini atas inspirasi Roh Kudus pada hari Minggu – yakni hari di mana banyak orang percaya bahwa Kristus bangkit dari kuburnya pada hari itu.

Jika kita mempelajari dengan seksama dari nubuat Perjanjian Lama dan apa yang disingkapkan kitab Wahyu bahwa Yohanes tidak sedang mencoba mengindikasikan hari apa dia menerima penglihatan itu. Tetapi, dia sedang merujuk pada satu masa yang sering dibicarakan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama.  

Di sini Harinya Tuhan dia katakan dengan cara lain untuk memaksudkan Hari Tuhan – suatu hari apabila Elohim akan mengintervensi masalah dunia ini untuk membawa hukuman terhadap umat manusia atas ketidakpatuhan mereka terhadap hukum-hukumNya dan untuk menawarkan keselamatan kepada semua orang yang bertobat dari dosa-dosa mereka.

Kapan datangnya Hari Tuhan? 

Setelah menyampaikan pesan kepada tujuh jemaat di Asia (Wahyu 2 dan 3) dan memberikan gambaran sekilas dari takhta Elohim di sorga (Wahyu 4), Yohanes kemudian menuliskan pesan tentang tujuh meterai. Meterai-meterai ini mencakup tujuh tiupan sangkakala dan tujuh tulah terakhir. Meterai itu merepresentasikan tahapan-tahapan kejadian yang menuju kepada kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya dan menyatakan apa yang akan terjadi setelah Dia kembali.

Meterai keempat pertama digambarkan sebagai penunggang kuda yang menjelajah ke seluruh bumi ini untuk mengajarkan ajaran agama palsu, peperangan, kelaparan dan penyakit sampar (pandemi). Gambaran figuratif ini dikenal sebagai “Keempat Penunggang Kuda Apokalips.” (Silakan membaca artikel ini pada situs ini). Sementara kejadian ini sedang dan telah terjadi sejak zaman Kristus, semua ini akan semakin intens sebelum Kristus kembali.

Meterai ke-5 melambangkan “Great Tribulation,” [Siksaan/Kesengsaraan Besar], dan meterai ke-6 akan membawa gangguan atau kekacauan kosmik (Matius 24:29; Yoel 2:30-31; Wahyu 6:12-16). Hal ini akan menyusun panggung pembukaan meterai ke-7 dan akan mengawali Hari Tuhan.

Meterai ke-7 dan Hari Tuhan

Pada tahap ini, Yohanes dalam penglihatannya melihat orang-orang kuat di bumi ini yang mencoba bersembunyi dari “kemurkaan Anak Domba” itu karena “hari besar murkaNya telah tiba” (Wahyu 6:16-17).

Kemurkaan Elohim, yang akan mulai terjadi dengan meterai ke-7, adalah bagian dari Hari Tuhan dan ini akan menandai puncaknya dari kejadian itu. Kemudian Hari Tuhan akan berlanjut setelah kemurkaan telah digenapi.

Apa itu Hari Tuhan?

Sementara banyak ayat Suci Alkitab yang menggambarkan Hari Tuhan itu sebagai hari kemurkaan Elohim, kita sebaiknya memperhatikan bahwa “Hari Tuhan” (sebagaimana penglihatan Yohanes gambarkan di Wahyu 1:10) mencakup lebih daripada sekedar kemurkaan Elohim. Itu juga mencakup masa yang indah seperti yang disebutkan di Wahyu 21 dan 22.

Dengan demikian subjek utama dari kitab Wahyu itu – yakni Hari Tuhan atau masa intervensi Elohim – terjadi sebagai masa permulaan yang singkat sebelum kedatangan Kristus dan kemudian menjadi zaman kekal.

Kita juga menemukan pesan yang sama dari para nabi Perjanjian Lama, termasuk peringatan-peringatan akan Hari Tuhan ini. Setelah Elohim mendatangkan penghakiman atas bangsa-bangsa, Dia akan merestorasi bumi ini menjadi sesuatu yang sejahtera dan aman dan damai.

Nubuat-nubuat Perjanjian Lama tentang Hari Tuhan

Beberapa penulis Perjanjian Lama yang diilhami oleh Roh Kudus telah mengumumkan datangnya Hari Tuhan (Yesaya 2:2-4; 13:6-13, 9; Yehezkiel 30:3; Yoel 1:15; 2:1, 11, 31; Obaja 1:15; Zefanya 1:7-8, 14; Zakharia 14:1).

Berdasarkan ayat-ayat ini dan ajaran-ajaran yang langsung disampaikan oleh Yesus, rasul Petrus juga berbicara tentang Hari Tuhan (Kisah Para Rasul 2:20; 2 Petrus 3:10).

Dimulai dari meterai ke-7, kitab Wahyu menyingkapkan tahapan spesifik dari hukuman  yang akan ditimpakan Elohim kepada manusia sebagai bagian dari Hari Tuhan. Firman Elohim menjelaskan bahwa hukuman ini akan dimulai sebagai ganjaran bagi orang-orang pembangkang. Yesaya merujuk hal ini sebagai “hari pembalasan TUHAN” (Yesaya 34:8). Menggambarkan hari yang mengerikan ini, nabi ini juga menuliskan “Sebab TUHAN murka atas segala bangsa, dan hatiNya panas atas segenap tentara mereka” (ayat 2).

Hukuman-hukuman ini termasuk tujuh tulah terakhir kitab Wahyu. (silakan baca artikel ini, pada situs ini, yang berjudul “Apa itu Tujuh Tulah Terakhir Kitab Wahyu?”

Mengapa Elohim akan menghukum manusia pada Hari Tuhan

Ketika Elohim menciptakan Adam dan Hawa, Dia memberikan mereka kebebasan memilih. Elohim memberikan mereka kesempatan untuk memilih bagaimana mereka hidup. Tentu saja Elohim memberikan kepada kita, semua umat manusia, hal yang sama seperti mereka untuk bebas memilih apa yang akan kita lakukan.

Sayangnya, Adam dan Hawa memilih jalan yang bertentangan dengan instruksi Elohim yang melarang makan dari buah terlarang itu di Taman Eden (Kejadian 3). Dan sedihnya, kita manusia telah mengikuti contoh tragis Adam dan Hawa, yakni tidak mematuhi Elohim. Sebagaimana Paulus menuliskan, “semua telah berdosa” (Roma 3:23) dan dengan demikian patut dihukum mati (Roma 6:23).

Meskipun Elohim membiarkan manusia hidup menurut cara hidup yang mereka pilih – yang hampir seluruhnya telah bertentangan dengan ajaranNya – Elohim akan pada akhirnya mengintervensi dengan mengirimkan Yesus Kristus untuk mendirikan KerajaanNya di bumi ini.

Apabila pemerintahan Elohim sudah didirikan, Dia harapkan setiap orang akan menuruti hukum-hukumNya dan ajaranNya (Yesaya 30:21; Zakharia 14:16-17).

Hari Tuhan adalah suatu panggilan untuk pertobatan

Nabi Yoel menuliskan sebagai berikut, “Tiuplah sangkakala di Sion dan serukanlah peringatan di atas gunung kudusKu. Biarlah seluruh penduduk negeri gemetar, karena Hari TUHAN telah datang, sungguh, hari itu sudah dekat.

“’Tetapi sekarang juga,’ demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Elohimmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya” (Yoel 2:1, 12-13).

Sayangnya, tabiat manusia begitu rupa sehingga mayoritas manusia akan disesatkan dan oleh karena itu mereka akan melawan Kristus pada saat Dia kembali (Zakharia 14:1-3; Wahyu 17:12-14). Dan kemudian, meskipun hukuman demi hukuman diberikan Kristus, manusia masih akan menolak bertobat (Wahyu 16:9, 11, 21).

Sifat resistensi seperti ini tidak berarti apa-apa bagi Elohim, sebagaimana Paulus tuliskan, “Sebab murka Elohim nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman” (Roma 1:18).

Elohim akan mendatangkan serangkaian hukuman terhadap manusia sehingga mereka harus bertobat dari perbuatan-perbuatan mereka yang jahat dan hidup menuruti perintah-perintah Elohim.

Kabar baik tentang Hari Tuhan

Sebagaimana “hari” atau saat kedegilan sifat manusia sudah keterlaluan terhadap hukum-hukum Elohim dan saatnya sekarang diakhiri dimana Hari Tuhan sudah terbentang, maka manusia akan belajar dan tahu bahwa instruksi Elohim adalah cara hidup yang terbaik.  

Apabila sudah benar-benar direndahkan dan menerima hukuman selama kemurkaan Elohim, maka manusia akan akhirnya mau mendengarkan Elohim Sang Pencipta dan mereka akan bertobat dari dosa-dosa mereka.

Setelah kegeraman Elohim itu sudah selesai, kondisi di bumi ini akan berubah. Sebagai bagian dari Hari Tuhan ini ialah bahwa Setan akan dirantai selama 1,000 tahun (Wahyu 20:1-3) – suatu kejadian yang akan memudahkan manusia untuk tetap setia dan memilih jalan hidup Elohim.

Setan si Iblis itu adalah makhluk roh yang tidak kelihatan yang sungguh bertanggung jawab atas kekacauan agama dan pendurhakaan manusia terhadap Elohim. Meskipun manusia membuat pilihan sendiri, Alkitab menjelaskan bahwa makhluk jahat ini “menyesatkan seluruh dunia” (Wahyu 12:9).

Dengan dirantainya Setan, maka akan lebih mudah bagi orang untuk memahami hukum-hukum Elohim dan melihat kebaikan-kebaikan dari sikap menaati Dia.

Periode 1,000 tahun, dimana selama itu Setan akan diikat, disebut Milenium. Bersama Kristus sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan, bumi ini akan berlimpah berkat dan damai. Peperangan akan segera lenyap. Seandainya ada masalah timbul di antara manusia, Kristus akan mengadili dengan pengadilan yang sempurna. 

Setiap orang akan mendapat kesempatan untuk belajar dan memilih jalan hidup Elohim, yang akan memimpin kepada hidup yang lebih baik dan hidup kekal pada akhirnya. Orang akan diajar untuk saling berdamai dan menghargai satu sama lain. (Satu dari Hari-hari perayaan Elohim, yakni “Hari Raya Pondok Daun” [Feast of Tabernacles] menggambarkan masa yang indah ini).

Di mana anda akan berada selama Hari Tuhan dan hari kemurkaan Elohim?

Kitab Wahyu menyingkapkan bahwa beberapa orang setia akan “dimeteraikan” untuk dilindungi selama kemurkaan Elohim yang akan terjadi pada bagian awal dari Hari Tuhan (Wahyu 7:2-3; 9:4).

Demikian pula bahwa jemaat Filadelfia diberitahu: “Karena engkau menuruti firmanKu, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi” (Wahyu 3:10).

Orang-orang pilihan dan yang setia kepada Elohim selalu digambarkan sebagai orang-orang yang menaati perintah-perintah Elohim. Penglihatan yang diberikan kepada Yohanes menandai orang-orang yang tekun dan setia. Mereka adalah “orang-orang kudus, yang memelihara perintah-perintah Elohim dan iman kepada Yesus” (Wahyu 14:12). Bab terakhir Alkitab menambahkan: “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan” (Wahyu 22:14).  

Sayangnya, sebagian besar orang hari ini tidak melakukan semua perintah-perintah Elohim. Perintah ke-4 – yakni yang mengatakan bahwa kita harus mengingat dan menguduskan hari Sabat pada hari ke-7 (Sabtu) – diabaikan oleh banyak orang yang menyebut namanya orang Kristen.

Meskipun Kristus secara jelas berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu” (Yohanes 14:15), banyak menolak apa yang Dia perintahkan. Yang jelas adalah bahwa Kristus tidak membatalkan Perintah Keempat itu, dan Dia tidak mengubah hari beribadah dari hari Sabtu ke hari Minggu.

Untuk mempelajari perintah-perintah Elohim ini dengan jelas, bacalah artikel kami yang berjudul “10 Perintah dan Jalan Hidup Elohim.” (Silakan menggunakan kolom search pada situs ini). 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Siapa Binatang itu?

oleh David Register

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/who-is-the-beast/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kitab Wahyu mencatat banyak referensi tentang “binatang itu.” Apa dan siapa binatang itu? Apa yang dia lakukan? Apa yang diberitahu Elohim kepada kita untuk kita lakukan tentang binatang itu?

 

 

 

 

 

 

Selama hampir 2,000 tahun manusia – laki-laki dan perempuan – telah mempelajari dan menspekulasi identitas “binatang” yang disebut di dalam kitab Wahyu itu. Siapa dan apa binatang itu? Apakah itu sekedar simbol atau sesuatu yang nyata?

Dapatkah kita mengidentifikasi binatang ini sebagai suatu kekinian Yohanes, penulis kitab Wahyu itu? Atau apakah binatang itu suatu pribadi pada akhir zaman?

Apakah penting bagi kita untuk mengetahui identitas binatang itu? Apa yang disingkapkan Alkitab tentang binatang Wahyu itu?

Mari kita mulai dengan memeriksa apa yang ditunjukkan Yesus Kristus, Sang Pewahyu itu (Wahyu 1:1) dan apa yang dituliskan Yohanes tentang binatang itu di kitab terakhir Alkitab itu. Sementara perkataan binatang itu kita temukan 37 kali di dalam kitab Wahyu (versi KJV), beberapa di antaranya merujuk kepada binatang lain.

Wahyu 13 menjelaskan

Bacaan ayat di Wahyu 13:1-8 merupakan bacaan yang paling deskriptif tentang dia yang disebut binatang. Mari kita lihat bacaan ini dan penjelasannya.

“Lalu aku (Yohanes) melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.

“Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.

“Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.

“Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: ‘Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?’

“Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya.

“Lalu ia (binatang) membuka mulutnya untuk menghujat Elohim, menghujat namaNya dan kemah kediamanNya dan semua mereka yang diam di sorga.

“Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka; dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa.

“Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih” (Wahyu 13:1-8).

Memahami lambang binatang itu

Memahami bacaan ayat Suci Alkitab ini, kita perlu memahami lambangnya. Prinsip dasar dari belajar Alkitab ialah membiarkan Alkitab itu sendiri menginterpretasikannya sendiri (2 Petrus 1:20-21). Dengan kata lain, kita harus menghubungkannya dengan bagian lain kitab Suci Alkitab untuk melihat konteksnya agar kita memahaminya.

Lambang binatang-binatang yang merepresentasikan pemerintahan sipil itu juga terdapat di kitab Daniel. Nabi Daniel mendapat penglihatan dari Elohim tentang empat binatang besar: yang pertama seperti singa dan mempunyai sayap burung rajawali, yang kedua seperti beruang, yang ketiga seperti macan tutul, dan yang keempat – tampaknya berbeda dan lebih mengerikan daripada yang lain – ia mempunyai 10 tanduk (Daniel 7:1-7).

Daniel diberitahu bahwa binatang-binatang besar itu adalah lambang dari “empat raja” [kerajaan] (ayat 17). Sejarah menyingkapkan bahwa binatang yang dilihat Daniel itu adalah empat kekaisaran besar: Babel, Medo-Persia, Greco-Makedonia dan Kekaisaran Romawi.

Sifat binatang

Satu dari sifat-sifat binatang yang disebut di dalam kitab Wahyu itu adalah sifat permusuhannya terhadap Elohim dan jemaatNya. Di dalam Wahyu 11:7 Yohanes diberitahu bahwa “apabila mereka [kedua saksi Elohim] telah menyelesaikan kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.”

Di dalam Wahyu 13:7 kita membaca bahwa binatang ini “mengadakan peperangan terhadap orang-orang kudus” dan “mengalahkan mereka.”

Binatang ini akan mendapat kuasa untuk membunuh mereka yang menolak tawarannya (ayat 15) dan akan menghujat Elohim (ayat 6).

Persepsi abad pertama tentang binatang itu

Daniel mulai pertama kali menulis pada waktu Kekaisaran Babelonia, dan Elohim menyingkapkannya kepada dia bahwa “Media dan Persia” (Daniel 5:28) akan yang berkuasa berikutnya. Dan setelah itu “kerajaan Yunani” (Daniel 8:21).

Tetapi kerajaan apa yang akan merepresentasikan binatang ke-4 dalam penglihatan Daniel itu – yakni binatang yang  “menakutkan, dan mengerikan, dan sangat kuat” (Daniel 7:7), yang “berbeda dengan segala kerajaan dan akan menelan seluruh bumi” (ayat 23)?

Bagi para pelajar sejarah dan warga negara di abad pertama itu, jawabannya jelas. Kekaisaran Romawi adalah binatang ke-4 yang disebutkan oleh Daniel. Selama abad pertama itu, Kekaisaran Romawi itu telah meremukkan semua kekuatan politik lainnya.

Kitab Wahyu, yang ditulis pada akhir abad pertama itu mendokumentasikan beberapa penganiayaan yang dilakukan kerajaan itu terhadap jemaat Elohim (Wahyu 2:10, 13). Dalam membaca kitab Wahyu, orang-orang percaya di abad pertama ini tahu persis bahwa binatang yang dituliskan Yohanes itu ialah Kekaisaran Romawi, yang menguasai seluruh dunia ini pada saat itu.

Selama masa Perjanjian Baru beberapa raja Romawi memperlihatkan karakteristik yang digambarkan Yohanes (Wahyu 13:1-7): kuat, dengan kuasa besar dan kekuatan militer, merupakan instrumen Setan (“si ular naga”), penuh kesombongan dan hujatan, mengaku sebagai allah melalui pemujaan kaisarnya, yang menganiaya jemaat setia Tuhan dan membunuh orang-orang Kristen.

Semua elemen disebutkan di situ! Orang Kristen di abad pertama itu mengalami masalah yang sangat sulit, dan perkataan nubuat itu dituliskan untuk menghibur mereka untuk tidak mau disesatkan oleh binatang itu atau didesak untuk meninggalkan Elohim sehingga mereka mau memuja berhalanya.

Tetapi masih ada lagi kah terhadap nubuat ini? Apakah nubuat itu juga dialamatkan kepada kita yang hidup pada zaman ini?

Ular naga dan binatang yang akan muncul nanti

Di dalam kitab Wahyu kita menemukan bahwa agenda binatang itu adalah agenda ular naga itu. Naga itu ialah Setan, si Iblis dan si penyesat “seluruh dunia” (Wahyu 12:9), dan binatang yang di Wahyu 13:1-7 itu melaksanakan penyesatan ini.

Yohanes mengimplikasikan bahwa kesembuhan luka binatang itu sendiri merupakan penyesatan, yang menyebabkan kekaguman seluruh dunia (ayat 3) sehingga mereka [orang-orang di seluruh dunia] menyembah naga dan binatang itu (ayat 4).

Kuasa binatang yang akan datang ini akan menguasai bumi ini selama 42 bulan, dan di penghujung periode itu semua penduduk bumi ini akan menyembahnya (ayat 5 dan 8; bandingkan dengan Wahyu 11:2).

Sudah jelas bahwa nubuat-nubuat tentang binatang itu juga akan berulang terjadi kepada  kepribadian masa depan yang akan menjalankan kuasa pemerintahan, ekonomi/keuangan dan agama besar  pada akhir zaman.

Tujuan naga itu, yakni menganiaya orang Kristen (Wahyu 12:17), juga terlihat jelas. Binatang itu membuka mulutnya yang penuh dengan kesombongan dan hujatan, dan menghujat Elohim, menghujat NamaNya dan TabernakelNya serta semua yang berdiam di surga” (Wahyu 13:5-6).

Kenyataan penganiayaan orang-orang Kristen disebutkan secara eksplisit di ayat 7, tetapi penganiayaan yang sama juga jelas diimplikasikan oleh nubuat kepada para pembaca Yohanes di dalam ayat 10, yang berbicara tentang orang-orang kudus yang “ditentukan untuk ditawan” dan yang “ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang.” Di sinilah pentingnya ketabahan dan kesetiaan serta iman orang Kristen.

Kitab Wahyu secara tegas menyatakan bahwa orang-orang pilihan Elohim tidak perlu mengadakan perlawanan, tetapi ketabahan dan kesetiaan iman.  

Binatang dan nabi palsu dan penyesatan agama

Kristus memperingatkan murid-muridNya di dalam Khotbah di Bukit Zaitun bahwa “Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga” (Matius 24:24).

Jadi, sangatlah penting untuk tetap waspada terhadap peringatan Kristus itu dan berjaga-jaga akan datangnya binatang dan nabi-nabi palsu yang digambarkan di kitab Wahyu itu!

Satu dari peringatan yang paling serius di dalam Alkitab diberikan kepada orang-orang yang akan mau menyembah binatang masa depan ini. Peringatan ini mencakup ancaman “kemurkaan Elohim” (Bacalah artikel di situs ini tentang bagaimana untuk terluput dari kemurkaan Elohim).

"Jika seseorang menyembah binatang itu dan patungnya, serta menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, maka ia akan minum anggur murka Elohim yang telah dituang tanpa campuran ke dalam cawan murkaNya” (Wahyu 14:9-10)

Jika kita menyembah binatang itu dan menerima tandanya, maka kita akan menerima kemurkaan Elohim. Jadi sangatlah penting untuk memahami peringatanNya tentang binatang itu supaya apabila dia muncul, kita dapat menghindar dari penyesatannya dan menyembah dia.

Hujat dan kesombongan binatang itu

Wahyu 13:5 mencatat bahwa binatang itu akan diberi mulut “yang penuh dengan kesombongan dan hujatan” selama 42 bulan. Di dalam ayat Suci Alkitab mulut merupakan simbol pikiran yang meluap dalam kata-kata melalui mulut (Matius 12:34). Mulut binatang itu mengucapkan kejahatan – kata-kata hujat – tetapi ia tidak akan mengenali untuk apa hujatan itu.

Binatang itu akan mengaku memiliki kuasa ilahi tetapi yang sesungguhnya dia tidak punya. Dia akan duduk di bait Elohim dan menyatakan dirinya sebagai Elohim – inilah hujat.

Binatang itu diberi kuasa atas “setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa” (Wahyu 13:7).  Jelasnya, Setan, si naga jahat itu adalah sumber segala kekuatan dan kekuasaan binatang itu (ayat 2).

“Siapakah yang sama seperti binatang ini?”

Kekaisaran Romawi yang akan bangkit kembali nampaknya akan merupakan monster yang tidak terkalahkan, dengan kekuatan politik, militer dan ekonominya yang sangat meluas di seluruh dunia. “Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?” orang-orang akan mengatakan ucapan ini (ayat 4). Tetapi penduduk dunia ini tidak akan takut akan kerajaan ini; mereka akan menyenangi perbuatannya dan menyembah dia.

Di dalam kitab Wahyu, kepada kita diperlihatkan bahwa dunia ini rela menerima kuasa binatang itu, dan tidak mengindahkan Elohim. “Semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya” (ayat 8). Binatang itu merebut hati dan jiwa orang di mana saja, tetapi ia jangan sampai merebut hati orang Kristen!

Wahyu 13 menunjukkan bahwa binatang ini merupakan musuh orang-orang Kristen setia di dunia ini. Kepada kita diberitahu bahwa binatang itu diberi kuasa “untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka” (ayat 7). Setan menggunakan kekuatan politik binatang itu sebagai tangan panjangnya untuk membasmi dan menghancurkan orang-orang setia Elohim.

Binatang dan pelajaran untuk kita

Pilihan orang Kristen hanya ada dua, entah mengikuti Elohim atau mengikuti binatang itu. Yesus memperingatkan murid-muridNya bahwa hal itu akan terjadi. “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu” (Matius 24:9).

Pada akhir zaman, atas izin Elohim, binatang ini akan menjalankan kuasanya terhadap seluruh dunia dan terhadap Gereja selama waktu singkat, yakni 42 bulan saja atau 3½ tahun. Elohim kemudian akan campur tangan untuk menghentikan kegilaan kekejaman, yang mengambil alih dunia ini dan mengancam melenyapkan Jemaat Yesus Kristus bersama seluruh umat manusia (Matius 24:22).

Babel spiritual dan kedua binatang kitab Wahyu 13

Persekutuan antara penguasa agama yang disebut Babel Besar (Wahyu 17:5) dan penguasa sipil yang dikenal sebagai “binatang” itu (Wahyu 13:1-10) akan mengendalikan perekonomian dunia ini.

Kekuasaan agama, yakni gereja palsu besar yang digambarkan sebagai binatang kedua di Wahyu 13:11-15, “menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah [tunduk kepada] binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh” (ayat 12). Binatang kedua ini juga disebut sebagai “nabi palsu” (Wahyu 19:20).

Binatang pertama Wahyu 13 itu – yakni penguasa sipil yang mempengaruhi semua manusia pada akhir zaman – adalah Kekaisaran Romawi yang akan bangkit lagi dan inilah yang disebut di dalam Daniel 7:20, 24 dan Wahyu 17:10-14.

Tanda dan bilangan dari binatang itu (666)

Kekaisaran akhir zaman ini akan mengharuskan orang untuk menerima “tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya” agar dapat “membeli atau menjual” (Wahyu 13:16-17). Tanda ini dan “bilangan dari binatang itu” (ayat 18) dijelaskan di dalam artikel kami pada situs ini yang berjudul “Tanda dari Binatang.”

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang siapa binatang itu, baca jugalah artikel kami yang berjudul “Antichrist” [Antikristus] yang juga menjelaskan hal-hal tentang penguasa sipil akhir zaman dan pemimpin agama palsu yang akan bekerja sama untuk memerintah dan menyesatkan manusia.

Runtuhnya Babel Besar dan binatang itu

Meskipun sistem ekonomi binatang itu akan membawa kesejahteraan bagi para pedagang di bumi ini, semua itu akan dihancurkan (Wahyu 18:3, 15, 19). Orang-orang setia Elohim akan senang melihat kejatuhan Babel besar dan binatang itu. “Bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi, karena Elohim telah menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu” (Wahyu 18:20).

Kuasa pemerintahan sipil ini, yakni yang disebut binatang dan kuasa agama palsu telah bekerja sama untuk menganiaya orang-orang setia Elohim selama berabad-abad, tetapi mereka akan bangkit lagi nanti di akhir zaman (Wahyu 19:20). 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Kemurkaan Elohim: Bagaimana Menyelamatkan Diri dari murkaNya?

Oleh Chris Moen

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/the-wrath-of-god/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Elohim telah sangat bersabar dengan kejahatan-kejahatan umat manusia, tetapi Dia akan sampai pada batas kesabaranNya dan akan melepaskan kegeramanNya. Bagaimana anda bisa menghindar dari kemurkaan Elohim?

 

 

 

 

 

Dalam bab ke-6 kitab Wahyu, rasul Yohanes mendapat penglihatan dimana Yesus Kristus membuka sebuah rentetan kejadian dari tujuh gulungan meterai nubuat kenabian. Sebagaimana lima meterai pertama dibuka, Yohanes melihat duka, nestapa dan penderitaan di bumi, yang sebagian besar didatangkan oleh manusia dan yang diperparah oleh Setan. 

Untuk melihat gambaran pesan dari ketujuh meterai ini, bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Apa itu Tujuh Tulah Terakhir Kitab Wahyu?”

Meterai kelima: Kesukaran yang hebat, beberapa orang akan menjadi martir

Sebagaimana meterai yang ke-5 dibuka, rasul Yohanes melihat sekelompok orang secara figuratif sedang berseru dengan suara nyaring kepada Elohim, “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?” (Wahyu 6:10).

Ini menggambarkan mereka yang menjadi martir karena ketaatan mereka kepada Elohim dan iman mereka kepada Kristus. Dalam penglihatan itu, mereka diberitahu bahwa, “mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka” (Wahyu 6:11). Mereka ada di antara orang-orang setia dan akan mendapat kehidupan kekal.

Penglihatan ini mengindikasikan bahwa ada beberapa orang-orang kudus yang setia yang akan diperlukan untuk menyerahkan hidupnya sebagai kesaksian terhadap iman mereka sebelum Kristus datang kembali. Yesus menyatakan kepada orang-orangNya yang setia untuk tetap sabar bertahan sampai kesudahannya. Dia berkata, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu” (Matius 24:9).

Meterai ke-6: Tanda-tanda di langit mengumumkan penghakiman Elohim

Segera sesudah kejadian-kejadian meterai ke-5, meterai ke-6 itu dibuka, maka terjadilah gempa dahsyat dan gejolak kosmik di langit, seperti matahari menjadi hitam pekat dan bulan menjadi merah bagaikan darah. Tanda-tanda di langit ini akan sangat menakutkan seluruh penduduk bumi (Wahyu 6:12-14; Matius 24:29-30; Lukas 21:25; Yoel 2:30-32; Yesaya 34:4).

Ini akan menjadi pengumuman Elohim untuk seluruh dunia bahwa Dia akan segera turun tangan dalam permasalahan dunia ini untuk merendahkan semua bangsa sebelum Dia mendirikan Kerajaan Elohim di bumi ini.

Meterai ke-7: Murka Elohim

Ketika meterai ke-7 itu dibuka, Elohim akan mengirimkan hukuman hebat ke atas bumi ini karena ketidaktaatan manusia. Hukuman ini akan sangat keras sehingga akan membinasakan sebagian besar manusia (Yesaya 13:12).

Orang-orang akan sangat ketakutan terhadap kemurkaan Elohim ini.

Setelah meterai ke-6, “Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap kemurkaan Anak Domba itu. Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?’” (Wahyu 6:15-17)

Di dalam Alkitab masa kegeraman kemurkaan Elohim ini juga disebut Hari Tuhan (Bacalah informasi tentang tema besar nubuat akhir zaman ini di dalam artikel kami yang akan dimuat pada situs ini, “What Is the Day of the Lord?” [Apa itu Hari Tuhan]). Tulah-tulah yang disebutkan di kitab Wahyu itu akan secara khusus menimpa orang-orang yang telah menerima “tanda dari binatang dan yang menyembah patungnya” (Wahyu 16:2; bacalah lebih lanjut tentang hal ini pada artikel kami – pada situs ini - yang berjudul “Tanda dari Binatang” dan “Siapa Binatang Itu.”

Periode terakhir dari kejadian-kejadian katastrofis, yang klimaksnya pada saat Kristus datang kembali ke bumi ini, menunjukkan kepada Elohim suatu dunia yang membangkang yang menolak mengindahkan peringatan-peringatan yang telah Dia kirimkan.

Sungguh menyedihkan memang, bahwa meskipun penghukuman ini berlangsung, Alkitab menunjukkan bahwa umat manusia tidak akan bertobat dari penyembahan berhalanya, pembunuhan, sihir dan pencurian. Sebaliknya, orang-orang yang tidak bertobat justru menghujat Elohim karena penderitaan mereka (Wahyu 9:20-21; Wahyu 16:9, 11).

Sekali kemurkaan Elohim dimulai, itu tidak akan berakhir hingga itu telah mencapai tujuannya. Sebagaimana dikatakan Elohim melalui nabi Yehezkiel, “Dan setiap manusia akan melihat, bahwa Aku, Tuhanlah yang memasangnya; api itu tidak akan padam" (Yehezkiel 20:48).

Nabi Yeremia menambahkan, “Murka TUHAN yang menyala-nyala itu tidak akan surut sampai Ia telah melaksanakan dan mewujudkan apa yang dirancangNya dalam hatiNya; pada hari-hari yang terakhir kamu akan mengerti hal itu” (Yeremia 30:24).

Terluput dari saat pencobaan

Selama masa kesesakan yang akan terjadi ini, Alkitab menyatakan bahwa akan ada sekelompok orang di bumi ini yang akan diluputkan dari kemurkaan Elohim. Berbicara dalam hal ini Yesus berkata, “Karena engkau menuruti firmanKu, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi” (Wahyu 3:10).

Ucapan “the hour of trial” [saat pencobaan] mengimplikasikan satu waktu yang singkat. Dalam bacaan lain menurut terjemahan KJV menerjemahkan bahasa Yunani hora dalam beberapa arti sebagai satu hari, waktu, seketika, masa dan waktu singkat. Ucapan ini mengindikasikan bahwa seluruh dunia ini akan ditundukkan selama periode singkat dalam pencobaan termasuk kesengsaraan dan penderitaan manusia. 

Perlindungan Elohim

Melalui nabi Yesaya, Elohim juga berbicara tentang tempat perlindungan bagi orang-orangNya yang setia selama hukuman yang akan datang ini terhadap umat manusia. “Mari bangsaku, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintumu sesudah engkau masuk, bersembunyilah barang sesaat lamanya, sampai amarah itu berlalu. Sebab sesungguhnya, TUHAN mau keluar dari tempatNya untuk menghukum penduduk bumi karena kesalahannya, dan bumi tidak lagi menyembunyikan darah yang tertumpah di atasnya, tidak lagi menutupi orang-orang yang mati terbunuh di sana” (Yesaya 26:20-21).

Wahyu 12 juga mendeskripsikan perlindungan Elohim bagi beberapa pengikut Kristus pada masa kesusahan sebelum Kristus datang kembali (Wahyu 12:13-16).

Ketika murka Elohim dilepaskan dan menimpa seluruh dunia, maka tidak akan ada lagi tiket yang ditawarkan untuk masuk ke tempat yang aman. Tidak akan ada lagi password rahasia untuk mendapatkan imunitas terhadap kegeraman Elohim yang akan datang. Jadi, apa yang dikehendaki Elohim dari kelompok orang-orang setia ini, yakni yang akan diluputkan Elohim? Apa yang harus anda lakukan untuk ikut kelompok ini? Alkitab menjelaskannya secara spesifik.

Bagaimana menghindari kemurkaan Elohim

Elohim melalui nabi Zefanya menyampaikan pengumuman tentang suatu zaman di mana kita hidup sekarang. Dia menuliskan, “Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh, sebelum kamu dihalau seperti sekam yang tertiup, sebelum datang ke atasmu murka TUHAN yang bernyala-nyala itu, sebelum datang ke atasmu hari kemurkaan TUHAN. Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukumNya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN” (Zefanya 2:1-3).

Elohim menghendaki kerendahan hati setiap orang untuk bertobat hari ini! Dia menghendaki perilaku saleh dari setiap orang, dan terus menerus berdoa kepada Dia dan memohon untuk layak bagi kasih karuniaNya. 

Terluput dari semua ini

Yesus berkata kepada mereka yang mau mendengar, “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (Lukas 21:34-36).

Setelah memperhatikan bahwa Elohim “sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat,” rasul Petrus memperingatkan mereka yang sedang mendengarkan dia bahwa Hari Tuhan akan mengejutkan dunia yang tidak mengindahkan hukum-hukum kebenaran Elohim.

“Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. … Jadi, … betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” (2 Petrus 3:9-11).

Dengan kata lain, kita harus hidup dalam kehidupan yang saleh sekarang jika kita ingin terluput dari kemurkaan Elohim yang akan ditumpahkan bagi orang-orang yang tidak taat.

Siap sedialah: tumbuh kembangkan hubungan akrab dengan Elohim

Semoga saja tidak seorang pun yang menginginkan kemurkaan Elohim menimpa penduduk dunia ini, yakni yang tak menyadarinya dan semoga tidak seorang pun yang ingin terjebak dalam keadaan tidak siap ketika hukuman Elohim tiba. Tentu saja, Elohim tidak menghendaki anda untuk terjebak! Ini sebabnya Dia mengirimkan nabi-nabiNya untuk menyingkapkan rencanaNya terlebih dahulu dalam harapan bahwa orang sebaiknya berbalik dari dosanya dan mencari Dia (Amos 3:7).

Jalan untuk dapat terluput dari kegeraman murka Elohim ialah dengan cara membina dan mengembangkan hubungan dengan Dia sekarang melalui ketaatan dan kesetiaan kepada Dia melalui ajaranNya. “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Elohimmu” (Mikha 6:8).

Mengapa harus mengabaikan kesempatanmu untuk diluputkan dari kemurkaan Elohim sementara Dia sedang menawarkan kepada anda panggilan pertobatan sebelum hari kemurkaan yang hebat dan mengerikan itu?

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Tujuh Tulah Terakhir Kitab Wahyu?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/seven-last-plagues/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Wahyu berbicara tentang tujuh tulah terakhir yang akan menimpa bumi ini pada akhir zaman. Apa saja tulah-tulah ini, dan mengapa Elohim mengirimkannya?

 

 

 

 

 

 

“Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh; dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu” (Wahyu 16:18).

Skema kejadian-kejadian nubuat yang akan terjadi pada akhir zaman, sebelum kedatangan Kristus kembali ke bumi ini, yakni yang digambarkan di dalam kitab Wahyu dirinci sbb:

  • Tujuh meterai
  • Tujuh tulah sangkakala
  • Tujuh tulah terakhir

Meterai keempat pertama itu menggambarkan tren dan malapetaka yang sekarang terus terjadi dan yang semakin intensif hingga hari ini.

Semua kejadian yang akan terjadi dari meterai ke-5 dan terus berlanjut hingga ke tujuh tulah terakhir akan terjadi dalam 3½ tahun sebelum Kristus kembali.

Setelah semua tulah ini terjadi, yakni yang disebut di kitab Wahyu, Yesus Kristus akan kembali untuk menyelamatkan umat manusia dari kemusnahan. Akhirnya, hukuman-hukuman yang dialami manusia akan menghasilkan pertobatan, dan orang-orang akan berbalik kepada Juruselamat dan Raja kita. Yesus Kristus akan membawa damai, berkat dan sebuah pemerintahan yang sempurna. 

Bagaimana tujuh meterai dihubungkan dengan tujuh tulah terakhir yang digambarkan di kitab Wahyu itu

Meterai kelima pertama menggambarkan konsekuensi bagi perilaku dosa umat manusia dan kegeraman Setan terhadap orang-orang pilihan Elohim dan terhadap manusia pada umumnya. Meterai ke-6 mengumumkan murka atau kegeraman Elohim yang akan segera menyusul. 

Meterai ke-7 mencakup murka Elohim, yang akan dilepaskan melalui tujuh tulah sangkakala dan kemudian tujuh tulah terakhir.

Tujuh tulah terakhir: mengakhiri kegeraman Elohim

Tujuh tulah terakhir ini akan mengakhiri kegeraman Elohim.

Sebagaimana Yohanes tuliskan: “Dan aku melihat di langit suatu tanda lain yang besar dan ajaib: Tujuh malaikat yang memegang tujuh bencana [malapetaka] yang terakhir, karena dengan itu murka Elohim digenapi” (Wahyu 15:1).

Ketujuh tulah terakhir yang di Wahyu itu adalah:

Tulah pertama: Isi cawan pertama akan menyebabkan bisul-bisul yang menyakitkan “pada semua orang yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya” (Wahyu 16:2). Nampaknya bisul-bisul yang menyakitkan dan luka terbuka ini akan disebabkan oleh jenis penyakit atau infeksi kulit. 

Tulah kedua: Ketika cawan ini ditumpahkan, maka laut akan menjadi darah dan akan menyebabkan semua kehidupan di dalamnya mati (ayat 3). Kematian hidup di laut air asin akan memusnahkan sebagian besar sumber pangan bagi jutaan orang. 

Tulah ketiga: Setelah malaikat ketiga menumpahkan cawannya, maka sungai-sungai dan air tawar akan menjadi darah (ayat 4). Tulah ini akan memusnahkan ikan tawar – dan bahkan akan berdampak pada persediaan makanan bagi jutaan orang. 

Tulah keempat: Cawan keempat akan menyebabkan matahari menjadi sangat panas sehingga “menghanguskan manusia dengan api” (ayat 8). .

Tulah kelima: Hukuman ini akan mendatangkan kegelapan, kesakitan dan bisul-bisul (ayat 10-11).

Tulah keenam: Cawan yang berisi tulah ini akan ditumpahkan ke Sungai Efrat, yang menyebabkan airnya surut dan menjadikan jalan darat sehingga memudahkan tentara-tentara dan raja-raja “di seluruh dunia, [untuk bersatu dimana Setan akan mengumpulkan mereka] guna peperangan pada hari besar” di Harmagedon (daerah Megido, yang jaraknya kira-kira 18 mil atau 30 kilometer ke sebelah tenggara kota modern Haifa). Dari lokasi ini, tentara-tentara yang berhimpun itu akan maju ke arah Yerusalem untuk mengadakan peperangan terakhir terhadap Yesus Kristus (ayat 12-16).

Tulah ketujuh: Tulah terakhir ini akan berisi deruan “bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi” (ayat 18). Babel, sebuah agama palsu yang kuat dan berkuasa, akan tumbang (ayat 19, bandingkan dengan Wahyu 18:2) dan akan ada hujan es besar yang dahsyat – dan menimpa manusia – yang beratnya hingga 100 pon (ayat 21).  

Tulah-tulah terakhir Wahyu juga disebut cawan murka

Wahyu 15:7 menggambarkan ketujuh tulah terakhir ini sebagai “tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Elohim” yang akan ditumpahkan ke atas bumi ini. Beberapa terjemahan Alkitab, di antaranya, KJV dan Young’s Literal Translation, menggunakan kata vial sebagai pengganti bowl dalam ayat bacaan ini dan di Wahyu 16:1

Albert Barnes dalam catatannya, Notes on the Bible menyatakan: “Kata yang digunakan di sini – φιάλη phialē – yang arti sesungguhnya, ‘cawan atau gelas minum berkaki, yang memiliki lebih besar luasnya daripada dalamnya’ (Robinson, Lexicon). Perkataan vial [botol kecil], walau berasal dari sini, berarti botol gelas tipis yang panjang, yang khususnya digunakan oleh apotek dan apoteker. Perkataan itu lebih tepat diterjemahkan dengan ‘bowl’ atau ‘goblet’ [cawan dan gelas minum berkaki], dan barangkali yang direpresentasikan di sini ialah cawan semacam itu digunakan dalam pelayanan rumah ibadat. … Kiasan ini nampaknya adalah mangkok minuman atau gelas minum berkaki yang diisi dengan racun, dan diberikan kepada orang-orang untuk diminum – sebuah kiasan yang diambil dari satu di antara jenis hukuman pada zaman dulu” (Catatan pada Wahyu 15:7).

Jadi cawan-cawan ini adalah gambaran yang digunakan Elohim untuk merepresentasikan tujuh hukuman terakhir yang akan Dia tumpahkan pada manusia berdosa.

Mengapa Elohim pengasih mengizinkan tulah-tulah ini pada manusia?

Perhatikan respons manusia terhadap tujuh meterai dan tujuh tulah sangkakala itu yakni yang mendahului hukuman cawan terakhir ini. Meskipun begitu hebat kesakitannya dan penderitaan yang akan menyiksa penduduk dunia ini melalui hukuman meterai-meterai dan sangkakala, namun umat manusia masih menolak untuk bertobat dari dosa-dosanya (Wahyu 9:20-21).

Dengan meneliti kembali apa yang sudah akan terjadi selama penghukuman meterai dan sangkakala itu, kita memahami bahwa, selain penderitaan yang hebat itu, banyak orang akan binasa pada masa meterai empat pertama itu, dimana masa ini juga disebut penunggang kuda apokalips [kiamat] (Wahyu 6:8). Dan banyak lagi akan mati pada masa tulah sangkakala ke-3 (Wahyu 8:11), dan sepertiga dari sisa penduduk dunia akan binasa dalam tulah sangkakala ke-6 (Wahyu 9:15, 18).  

Meskipun kejadian apokaliptik ini sungguh sangat mengerikan, manusia akan terus menolak Elohim. Mereka akan menolak beribadah atau menaati Tuhan Yang Mahakuasa Elohim Kekal.   

Dengan penyesatan yang dilakukan oleh Setan atau Iblis itu, kekuatan politik akhir zaman dan penguasa pagan yang disebut “binatang,” itu, umat manusia akan terus menentang dan menghujat Elohim meskipun tujuh tulah itu ditumpahkan.

Sebagaimana tulah pertama dari ketujuh tulah itu ditumpahkan dan menimpa “semua orang yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya” (Wahyu 16:2). Perhatikan juga bahwa pada tulah ke-5 akan diulangi ditumpahkan “ke atas takhta binatang itu dan kerajaannya” (ayat 10).  

Apabila anda menjadi bagian dari sistem politik dan agama akhir zaman yang disebut binatang itu akan mengalami konsekuensi serius! Untuk informasi lebih lanjut, bacalah artikel kami – pada situs ini –  yang berjudul “Tanda Dari Binatang” “Siapa Binatang Itu?”

Bagaimana ketujuh tulah terakhir itu paralel dengan tulah-tulah lain di dalam Alkitab?

Ada dua paralel sejarah yang menarik untuk ketujuh tulah terakhir.

  • Yang pertama, tujuh tulah terakhir ini adalah bentuk serupa dari hukuman-hukuman Elohim yang terjadi di tanah mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Dalam 10 tulah yang digambarkan di kitab Keluaran, air menjadi darah (Keluaran 7:17), orang-orang mengalami “bisul” (Keluaran 9:9), dan orang-orang Mesir itu mengalami kegelapan selama tiga hari (Keluaran 10:21-23).

           Jelas ada kemiripan terhadap hukuman-hukuman ini di dalam tujuh tulah terakhir (perhatikan tulah yang pertama, kedua, ketiga dan kelima yang diuraikan di atas).  Dan sebagaimana Firaun mengeraskan hatinya terhadap                 Elohim dan rencanaNya, maka demikian juga orang-orang yang mengalami tujuh tulah terakhir itu juga akan mengeraskan hati terhadap Elohim.

Juga menarik untuk diperhatikan bahwa di dalam Wahyu 15, yang memperkenalkan tujuh tulah terakhir itu, kita menemukan orang-orang setia pengikut Elohim yang menyanyikan “nyanyian Musa” (ayat 3), sebuah nyanyian yang dikarang oleh Musa setelah Elohim mendatangkan 10 tulah kepada orang-orang Mesir dan menyelamatkan Israel (Keluaran 15:1-19).

  • Kedua, tujuh tulah terakhir Wahyu 15 dan 16 memiliki kemiripan dengan tujuh tulah sangkakala, tetapi dengan intensitas yang semakin meningkat. Perhatikan bahwa empat sangkakala pertama menyebabkan sepertiga pohon terbakar, sepertiga laut menjadi darah, sepertiga makhluk di dalam laut mati, sepertiga sungai air tawar menjadi beracun dan sepertiga cahaya matahari, bulan dan bintang-bintang menjadi redup (Wahyu 8:7-12). Tujuh tulah terakhir itu akan menyebabkan semua air (baik air laut dan air tawar) menjadi darah, semua makhluk hidup di laut mati dan terjadi kegelapan (Wahyu 16:3, 4, 10). 

Elohim mengirimkan tulah-tulah itu supaya manusia berbalik kepadaNya

Beberapa orang salah mengerti dan mengatakan bahwa Elohim itu kejam dan bengis – Dia senang membuat orang menderita. Tetapi ini jelas ide yang salah dan bukan itu alasan Elohim mendatangkan tujuh tulah terakhir itu terhadap manusia.

Sebagai Bapa pengasih kita, Elohim selalu memberikan hukuman untuk mendorong kita berbalik dari perilaku dosa kepada ketaatan terhadap hukum-hukumNya yang rohani dan kudus supaya kita dapat diberkati.

Dengan disampaikannya prinsip ini kepada orang Israel zaman dulu, Elohim berfirman kepada nabi Yehezkiel: “Katakanlah kepada mereka: ‘Demi Aku yang hidup,’ beginilah firman Tuhan YAHWEH, ‘Aku tidak berkenan atas kematian orang jahat, kecuali orang jahat itu berbalik dari jalannya supaya ia hidup. Berbaliklah! Berbaliklah dari kelakuanmu yang jahat! Ya, mengapa kamu harus mati, hai keluarga Israel?’” (Yehezkiel 33:11).

Prinsip ini, yakni yang dijelaskan Elohim kepada orang Israel zaman dulu, juga berlaku untuk semua orang – bukan hanya orang Israel. Elohim mengasihi semua orang (Yohanes 3:16) dan menghendaki “agar semua orang diselamatkan dan masuk dalam pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4).

Nubuat-nubuat kitab Wahyu tentang tujuh tulah terakhir itu sungguh mengerikan dan menyatakan bahwa akan ada penderitaan, penindasan dan kehancuran di seluruh dunia ini pada akhir zaman. Saat itu perlu bagi Elohim untuk menunjukkan kuasaNya kepada dunia berdosa dan pembangkang. Tetapi kabar baik ialah bahwa peristiwa itu hanya sementara waktu. Setelah itu, Yesus Kristus akan kembali untuk menghentikan penderitaan akhir zaman ini, dan untuk melakukan tindakan terhadap dosa manusia secara langsung dan segera sesudah itu Dia akan memulai pemerintahannya di dunia ini dengan kebenaran.

Dan ini akan memasuki 1,000 tahun kerajaan damai yang penuh kesejahteraan. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Dipanggil dan Dipilih

oleh John Foster

https://lifehopeandtruth.com/change/the-church/called-and-chosen/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Elohim Kekal itu menghendaki orang-orang yang dipanggil keluar dari dunia ini menjadi orang-orang pilihanNya juga. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan dipanggil, dipilih dan setia?

 

 

 

 

 

Apabila Yesus Kristus kembali lagi ke bumi ini (1 Tesalonika 4:16-17), Alkitab menyingkapkan satu deskripsi yang spesifik tentang siapa-siapa akan bersama Dia: “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia” (Wahyu 17:14).

Dipanggil, dipilih dan setia

Ketiga kata ini sebenarnya mendefinisikan siapa orang-orang suci Elohim itu.

Masing-masing dari perkataan ini memberikan arti yang berbeda, dan penting untuk kita pahami apa artinya “dipanggil, dipilih dan setia.” 

Dipanggil

Apa definisi “dipanggil” menurut Alkitab?

Di dalam bahasa Yunani yang ditulis dalam Perjanjian Baru, perkataan “dipanggil” adalah kletos. Ini dihubungkan dengan kata benda klesis, yang artinya “sebuah panggilan” dan digunakan “secara khusus untuk menyatakan undangan Elohim kepada manusia untuk menerima kebaikan keselamatan” (Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Words, “Call, Called, Calling”)

Menarik untuk kita perhatikan kemiripan dengan bahasa Yunani untuk “Church,” [Gereja atau Jemaat,” yang adalah ekklesia, yang artinya sebuah panggilan keluar. Jadi Gereja atau Jemaat terdiri dari orang-orang yang dipanggil (diundang) oleh Elohim untuk memahami rencanaNya, untuk bertobat dari dosa-dosa dan untuk menerima Roh KudusNya.

Penting untuk kita pahami bahwa panggilan bagi seseorang adalah sesuatu yang dikerjakan Elohim! Dia hanya memanggil (mengundang) seseorang. Ini terbukti menurut Yohanes 6:44 ketika Yesus berkata kepada khalayak ramai, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”

Ada beberapa ayat Suci Alkitab yang berbicara tentang panggilan Kristen.

Ketika rasul Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat di Roma, dia merujuk pada para pendengarnya sebagai “yang dipanggil untuk menjadi milik Yesus Kristus” dan “kekasih Elohim, yang dipanggil menjadi orang kudus” (Roma 1:6-7).

Kemudian, ketika menuliskan suratnya kepada jemaat-jemaat di Korintus, Paulus berkata, “Elohim, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia” (1 Korintus 1:9).

Dipanggil keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib

Orang Kristen tidak hanya dipanggil kepada “persekutuan dengan AnakNya,” yang menyatakan suatu hubungan dengan Dia, tetapi ada panggilan “keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib” (1 Petrus 2:9). Ini adalah sungguh suatu berkat untuk keluar dari kekacauan ajaran-ajaran yang salah yang begitu banyak di dunia ini – keluar dari semua itu dan masuk kepada terang kebenaran Elohim. 

Akan tetapi, hanya dipanggil tidaklah cukup untuk menjadi seorang kudus. Kita harus merespons kepada panggilanNya (undanganNya). Perbuatan positif diperlukan! Agar dipilih oleh Elohim kita harus menerima panggilan itu, berterimakasih atas panggilan itu dan semakin giat melayani Elohim dan AnakNya.

Definisi dipilih

Perkataan “dipilih” di dalam bahasa Yunani ialah eklektos, yang berarti “chosen out, select” [dipilih untuk keluar, diseleksi]. Ini bisa juga diterjemahkan sebagai “elect” [orang-orang pilihan] (Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Words, “Choice, Choose, Chosen”).

Elohim memanggil dan memilih, tetapi setelah panggilanNya, orang yang dipanggil itu harus membuat keputusan. Yang bersangkutan harus menerima panggilan itu dan bertindak sesuai dengan panggilan itu.

Ayat-ayat Alkitab tentang orang-orang yang dipilih Elohim

Meskipun Elohim sungguh memanggil, kita harus merespons Dia agar Dia memilih kita.

“Saudara-saudaraku yang dikasihi oleh Tuhan, kami senantiasa bersyukur kepada Elohim karena kamu, sebab sejak semula Elohim telah memilih kamu untuk diselamatkan oleh Roh yang menyucikan kamu dan oleh kebenaran yang kamu percayai. Untuk itu Dia telah memanggil kamu melalui Injil yang kami beritakan, supaya kamu beroleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu saudara-saudaraku, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang telah kami berikan kepadamu, baik secara lisan maupun secara tertulis” (2 Tesalonika 2:13-15).

Rasul Paulus secara jelas menyatakan keputusan yang dilakukan oleh Elohim untuk kedua panggilan dan pilihan bagi orang-orang kudusNya, tetapi saudara (orang-orang kudus) harus berpegang teguh terhadap apa yang diajarkan kepada mereka, entah itu datang dari Firman Elohim atau dari khotbah-khotbah. Mereka harus menjadi setia, dan tetap setia, patuh kepada Elohim.

Hal ini lebih lanjut dijelaskan di dalam Efesus 1:13: “Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.”

Kita harus membuat keputusan setelah kita mendengar firman kebenaran. Kita harus percaya kepada Elohim dan kepada AnakNya, dan kemudian dimeteraikan oleh Roh Kudus. (Roh Kudus diberikan setelah pertobatan, percaya dan baptisan. Silakan anda membaca artikel kami – pada situs ini - yang berjudul “Apa Itu Baptisan.”)

Kita semua harus taat kepada Elohim. Kita tidak bisa hanya menerima panggilanNya yang indah namun terus hidup semau kita. Kita harus menjadi “orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Elohim, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya” (1 Petrus 1:2).

Orang-orang yang dipanggil dan yang dipilih harus setia! Mereka harus terus secara aktif percaya, taat dan mengandalkan Elohim. Orang-orang yang dipanggil dan yang dipilih akan harus setia sampai kesudahannya, baik pada waktu suka maupun duka. Paulus menyatakan secara jelas tanggung jawab orang-orang yang dipanggil dan yang dipilih:

“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Elohim yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah” (Kolose 3:12-15).

Siapa orang-orang pilihan yang disebut di dalam Alkitab?

Sebagaimana disebutkan di atas, perkataan eklektos dapat diterjemahkan sebagai orang-pilihan atau yang dipilih. Orang-orang pilihan artinya sama dengan terpilih – mereka yang telah dipanggil oleh Elohim, yang telah merespons kepada panggilanNya dalam pertobatan, baptisan dan menerima Roh Kudus. Kemudian mereka memulai kehidupan Kristen yang akan terus diperbaharui hingga semakin lama semakin seperti Elohim dalam karakter – menjadi pribadi yang diubahkan.

Orang-orang pilihan memainkan peran yang sangat penting dalam menyelamatkan umat manusia dari kemusnahan total pada saat krisis di akhir zaman. Yesus berkata, “Dan sekiranya Tuhan tidak mempersingkat waktunya, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan yang telah dipilihNya, Tuhan mempersingkat waktunya” (Markus 13:20).

Akan tetapi, Yesus terus memperingatkan orang-orang pilihan – Kristen sejati, “Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: ‘Lihat, Mesias ada di sini, atau: Lihat, Mesias ada di sana!’ jangan kamu percaya. Sebab mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan” (ayat 21-22).

Yesus juga berkata bahwa “orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya” akan direspons Elohim, walaupun mereka harus bersabar dan setia dalam iman (Lukas 18:7-8).

Orang-orang yang setia

Perkataan faithful [setia] berasal dari bahasa Yunani pistos. Ada dua arti dan dengan melalui dua arti ini perkataan setia dapat dipahami. Arti yang pertama, “dapat dipercayai, handal,” dan yang kedua, “aktif, kepercayaan yang teruji, penuh kepercayaan, mengandalkan” (Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Words, p. 402)

Orang-orang yang dipanggil dan yang dipilih harus setia! Mereka harus terus secara aktif percaya, menaati dan mengandalkan Elohim. Orang-orang yang dipanggil dan yang dipilih harus setia bertahan, baik pada waktu suka dan duka.

Harapan bagi orang-orang yang dipanggil dan yang dipilih dan yang setia adalah menerima hidup yang kekal pada hari kebangkitan. Ini adalah kepercayaan dan keyakinan yang mendalam pada setiap orang. Paulus mengingatkan Timotius untuk merebut “hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil” (1 Timotius 6:12).

Alkitab itu penuh dengan contoh-contoh tentang kesetiaan orang-orang pilihanNya – mereka yang berharap dan menantikan Kerajaan Elohim. Penulis Ibrani 11 menunjukkan sejumlah orang (laki-laki dan perempuan) yang setia dan beriman. Meskipun dalam cobaan berat dan sulit, mereka mengandalkan Elohim dan selalu menatap ke masa depan.

Mereka adalah orang-orang yang dipanggil dan yang dipilih, dan mereka memiliki iman yang penuh.

“Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih

Ucapan ini digunakan Yesus setelah Dia berbicara sebuah perumpamaan dimana seseorang diundang ke pesta perkawinan tetapi tidak memakai pakaian pesta perkawinan (Matius 22:11-14). Pelajaran dari perumpamaan ini ialah bahwa ketika seseorang dipanggil oleh Elohim, orang ybs memiliki tanggung jawab untuk merespons panggilan itu dan melakukan perubahan rohani di dalam hidupnya.

Kita melihat contoh kewajiban ini di dalam Ayub 29:14, dimana Ayub berkata: “Aku berpakaian kebenaran dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban.” Di sini mengenakan kebenaran sebagai persamaan dengan mengenakan pakaian.

Lambang ini juga tertulis di kitab Wahyu 19:8: “Dan kepadanya [Gereja atau Jemaat] dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih, lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.”

Orang yang di dalam perumpamaan itu yang diundang ke pesta perkawinan itu mempunyai kewajiban datang dan berpakaian untuk pesta itu, yang secara simbolis berarti bahwa dia harus dalam kebenaran, tetapi dia tidak melakukan kebenaran. Jadi Yesus menyatakan bahwa “ banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”

Oleh karena itu, orang-orang yang dipanggil harus bersiap secara rohani dan mengenakan kebenaran.

Apakah anda mencari gereja yang mensponsori Life, Hope & Truth? Periksalah itu di halaman tautan  “Who We Are.”

Teguhkanlah panggilanmu dan pilihanmu

Rasul Petrus secara spesifik mengingatkan saudara seiman untuk rajin di dalam panggilan mereka: “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Petrus 1:10-11).

Sebagaimana Petrus mengindikasikan bahwa panggilanNya tidak boleh diabaikan. Karena orang-orang yang dipanggil dan yang dipilih memiliki “janji-janji yang berharga dan yang sangat besar” (ayat 4), karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, … pengetahuan, … penguasaan diri, …  ketekunan, … kesalehan … kasih akan saudara-saudara …  kasih akan semua orang” (2 Petrus 1:5-7).

Petrus melanjutkan, “Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita” (ayat 8).

Betapa ini suatu berkat yang indah!

Elohim akan menguatkan anda

Dalam bab penutup 1 Petrus, kita membaca pernyataan berikut ini: “Dan Elohim sumber segala anugerah, yang telah memanggil kita ke dalam kemuliaanNya yang kekal di dalam Kristus Yesus, kiranya memulihkan, meneguhkan, menguatkan, mengukuhkan kamu, setelah sesaat kamu menderita” (1 Petrus 5:10).

Adalah kehendak Elohim untuk membuka pengertian kita untuk memahami kebenaranNya. Dia menghendaki agar kita tetap setia kepada Dia setelah panggilanNya, agar kita dapat dipilih – menjadi orang-orang pilihanNya. Tentu, hidup di dunia ini tidaklah mudah. Tetapi ada harapan! Mari kita berusaha menjadi orang-orang yang dipanggil dan dipilih dan setia!

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang panggilan kita dan respons kepada Elohim, bacalah artikel kami yang berjudul “Bertobatlah”,  “Apa Itu Pertobatan” dan “Apa Itu Baptisan.” (Silakan menggunakan kolom search di pojok kanan atas pada situs ini).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa Hukuman Bagi Orang-orang Fasik?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/life/life-after-death/what-is-hell/punishment-of-the-wicked/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Ada banyak ide-ide populer tentang apa hukuman bagi orang-orang fasik, tetapi apa yang dikatakan Alkitab? Apa itu lautan api yang digambarkan di dalam Alkitab?

 

 

 

 

 

Pada saat Yesus Kristus mengajar tentang Kerajaan Elohim, Dia menggunakan sebuah perumpamaan tentang gandum dan lalang yang tumbuh bersamaan di ladang yang sama hingga sampai pada masa penuaian di saat kedua tanaman ini dipisahkan (Matius 13:24-30). Setelah orang banyak itu pergi dan murid-muridNya tinggal sendirian dengan Yesus, Dia menceritakannya kepada mereka bahwa masa tuaian itu adalah “akhir zaman” (ayat 39) ketika malaikat Tuhan akan menuai tuaian manusia untuk Kerajaan Sorga.

“Lautan api”

Yesus menjelaskan bahwa “Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi” (Matius 13:41-42).

“Dapur api” ini juga merujuk pada ayat Suci Alkitab sebagai “lautan api” (Wahyu 20:15), dimana mereka dilemparkan, yakni mereka yang namanya tidak terdapat di dalam Kitab Kehidupan. Hukuman orang-orang fasik atau orang-orang berdosa – yakni mereka yang tidak mau bertobat dari dosa-dosanya – akan dihanguskan dalam api. 

Abu di bawah telapak kakimu?

Sebagaimana nabi Maleakhi menjelaskan, “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, ‘sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka’” (Maleakhi 4:1). Selanjutnya Elohim berkata kepada orang-orang benar, “Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu, firman TUHAN semesta alam” (ayat 3).

Karena ide yang salah ini, yakni yang mengklaim bahwa manusia mempunyai jiwa kekal, banyak orang yang salah mengasumsikannya bahwa orang-orang fasik akan menderita dalam siksaan kekal di dalam api neraka yang terus menyala. Tetapi ini bukanlah ajaran Alkitab. Yang benar adalah bahwa orang-orang yang tidak mau bertobat akan dibinasakan hingga hidup mereka berakhir selesai. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Babilon?

oleh Jim Haeffele

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/what-is-babylon/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Kisah Babilon itu meliputi banyak kisah mulai dari kisah menara Babel hingga kejatuhan kerajaan Babilon. Dan kita diperingatkan untuk keluar dari sistem Babilon, sebelum kejatuhan kerajaan Babilon Besar itu.

 

 

 

 

 

 

Babilon, di masa lalu dan di masa yang akan datang, merupakan sebuah tema penting di dalam Alkitab

Babel (Ibrani), atau Babilon (Yunani), merupakan sebuah kota di antara kota-kota dari kerajaan kuno yang didirikan Nimrod dalam sejarah manusia di abad permulaan (Kejadian 10:10). Oleh beberapa orang, itu dianggap sebagai tempat di mana kehidupan mulai dan itu merupakan satu tempat atau lokasi dimana manusia mencoba membangun sebuah menara yang akan tegak berdiri hingga ke langit (Kejadian 11:1-4).

(Catatan: pada artikel ini seterusnya akan digunakan sebutan “Babel”)

Menara Babel

Setelah Air Bah, Elohim telah berfirman bahwa manusia hendaknya berkembang banyak, “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi” (Kejadian 9:1). Dia tidak ingin manusia mengulangi dosa-dosa yang mereka lakukan yang akhirnya mendatangkan Air Bah itu.

Akan tetapi daripada menaati Elohim, orang-orang yang berada di Babel itu berkata, “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi" (Kejadian 11:4).

Sikap pembangkangan dan sistem kesusilaan manusiawi ini – yang mengagungkan manusiawi di atas Elohim – telah menyebarkan sistem Babel ini sejak itu.

Melihat dari sorga apa yang sedang dilakukan manusia, Elohim mengacaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan menara Babel itu. “Babel” artinya kekacauan dan ini merupakan nama yang cocok untuk kota ini yang penduduknya tidak taat kepada Elohim. Kota ini telah menjadi epitome [lambang] dari segala bentuk ibadah dengan pemujaan berhala dan menjadi ibu kota dari sebuah kekaisaran yang namanya Babel.

Runtuhnya Babel

Setelah 1,500 tahun sejak berdirinya Babel itu, Elohim berfirman tentang kerajaan itu melalui nabi Yesaya, “Sudah jatuh, sudah jatuh Babel, dan segala patung berhalanya telah diremukkan dan bertaburan di tanah” (Yesaya 21:9).  

Kerajaan Babel terus berlangsung selama 200 tahun lagi melebihi hidup nabi Yesaya hingga tahun 539 sebelum Masehi. Kemudian nubuat Yesaya digenapi, dan kejatuhan Babel ke tangan Kerajaan Medo-Persia seperti yang dicatat di Daniel 5.

Kota itu tetap ada untuk dihuni orang hingga invasi Islam sekitar tahun 650 setelah Masehi.

Nubuat Yesaya  digenapi dua kali. Dan hal itu tidak hanya tentang Babel kuno, tetapi juga kepada Babel ke-2, yakni Babel yang disebut di kitab Wahyu (Wahyu 14:8; 18:2).

Satu lagi Babel: Babel Besar akhir zaman

Ketika siswa Alkitab membaca kitab Wahyu, mereka mendapatkan sebuah kerajaan Babel yang jauh berbeda dari yang satunya, yakni yang digambarkan di Perjanjian Lama itu. Di samping kerajaan besar seperti digambarkan di Perjanjian Lama itu, Babel ini digambarkan sebagai seorang perempuan yang duduk menunggang binatang itu.

Membukukan penglihatan Yohanes, dia menuliskan: “Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk. …Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: “BABEL BESAR, IBU DARI WANITA-WANITA PELACUR DAN DARI KEKEJIAN BUMI” (Wahyu 17:3, 5). 

Untuk memahami Babel ini, kita harus pertama-tama memahami bahasa simbolis yang digunakan di kitab Wahyu. Apa yang direpresentasikan oleh seorang “perempuan”, “binatang,” “tujuh kepala dan sepuluh tanduk,” dan “Babel Besar”?

Memang telah banyak ide-ide dan pendapat-pendapat yang berbeda tentang Babel, sebagian besar dari pendapat-pendapat itu menyatakan bahwa mereka telah membaca dengan interpretasi mereka sendiri tentang simbol-simbol itu. Interpretasi yang demikian biasanya tidak benar.

Apa yang di lambangkan oleh perempuan di dalam Alkitab?

Penting untuk kita pahami bahwa ketika Alkitab menggunakan bahasa simbolis, Alkitab menginterpretasikan simbol itu kepada kita. Kita tidak perlu menerka-nerka maksudnya.

Misalnya, ketika perempuan digunakan secara simbolis di dalam ayat Suci Alkitab, perempuan itu merepresentasikan gereja – satu kelompok orang. Paulus menggunakan simbol “perawan suci” untuk Jemaat itu yang akan dipertunangkan kepada Kristus (2 Korintus 11:2), dan Kristus merujuk kepada mempelai wanitaNya di Wahyu sebagai seorang istri atau perempuan (Wahyu 19:7).

Perempuan yang disebut di Wahyu 17 itu adalah sebuah gereja, tetapi bukan Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus. Perhatikan apa yang dilakukan gereja ini kepada mereka yang menaati Elohim dan mengikuti hidup Yesus Kristus: “Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus. Dan ketika aku melihatnya, aku sangat heran” (Wahyu 17:6).

Perempuan amoral, yang disebut Babel Besar, adalah sebuah gereja yang murtad yang telah bertanggung jawab atas orang-orang martir itu, yakni yang adalah pengikut setia Yesus Kristus.

Identitas Misteri Babel Besar

Alkitab mengidentifikasikan perempuan ini, yakni yang berpakaian kain merah ungu dan duduk di atas binatang merah ungu yang disebut dalam ayat terakhir Wahyu 17, “Dan perempuan yang telah kaulihat itu, adalah kota besar yang memerintah atas raja-raja di bumi” (ayat 18).

Pada saat Yohanes menulis ayat ini, dan dalam abad-abad berikutnya, kota yang memerintah raja-raja di bumi ini adalah Roma. Dan gereja yang dihubungkan dengan Roma ialah Gereja Katolik Roma, yang markasnya di kota Vatikan di Roma.

Adam Clarke Commentary menambahkan pernyataan ini, “Telah ditunjukkan bahwa perempuan yang duduk di atas binatang yang berkepala tujuh itu adalah sebuah representasi Latin [yang berarti Gereja Roma]; di sini kita memiliki keyakinan besar bahwa benar demikian, karena perempuan itu disebut sebuah kota, yang berarti sebuah lambang yang sangat jelas dari sebuah Gereja, sebagaimana perkataan itu digunakan dengan tegas dalam artian ini di dalam banyak bagian ayat Suci Alkitab yang artinya tidak salah lagi” (catatan pada Wahyu 17:18).

Siapa binatang itu?

Alkitab berkata bahwa perempuan menunggangi atau duduk di atas binatang merah ungu itu (Wahyu 17:3). Binatang ini digambarkan di Wahyu 13:2 “serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya [kuasa], dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.”

Binatang merah ungu ini bukan lambang sebuah gereja. Tetapi, itu merepresentasikan pemerintahan civil dari Kekaisaran Roma. (Bacalah artikel kami pada situs ini, yang berjudul “Who Is the Beast?” [“Siapa Binatang Itu?”] (Artikel ini akan dimuat pada situs ini).

Binatang ini kena “luka mematikan,” tetapi kemudian lukanya itu “sembuh” (ayat 3-4). Menurut sejarah, Kekaisaran Romawi itu digulingkan dan berakhir pada tahun A.D. 476. Sepuluh tanduknya (Wahyu 13:1) merepresentasikan restorasi kekaisaran ini diprediksi bangkit lagi. Kebangkitan pertama termasuk the Vandals (429-533), the Heruli (476-493) dan the Ostrogoths (493-554).

Kebangkitan berikutnya ialah “Imperial Restoration” pada tahun 554 ketika Justinian, kaisar Byzantium, Kekaisaran Roma Timur, memugar provinsi-provinsi barat bagi wilayahnya.

Melalui keberhasilan pemugaran itu, para paus Katolik memberikan gelar Holy Roman Emperor [Kaisar Roma Kudus] kepada Charlemagne (800), Otto Agung (962), Charles Agung (1520) dan Napoleon (1805).  

Kebangkitan yang paling baru adalah persekutuan Jerman-Italy (di bawah Hitler dan Mussolini), yang mencoba menyatukan Eropa secara paksa pada tahun 1930an dan 1940an. Adolf Hitler menganggap Jerman Nazi sebagai kepanjangan tangan dari kebangkitan masa lalu yang didominasi Jerman pada masa Holy Roman Empire [Kekaisaran Romawi Kudus], sementara Benito Mussolini melihat dirinya sebagai seorang “Kaisar” modern atas Kekaisaran Romawi yang dibangkitkan kembali. 

Siapa binatang ke-2?

Bagaimana revived Roman Empire [Kekaisaran Romawi yang akan bangkit kembali] menerima gelar “holy” [kudus]? Kita diberitahu di Wahyu 13:11-12 tentang binatang ke-2 itu. “Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga. Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh.”

Binatang ini adalah perempuan (gereja) itu, Babel Besar, yang muncul sebagai seekor anak domba seperti Kristus, tetapi bicaranya “seperti seekor naga” – Setan. Binatang ini, melalui kepalanya, memahkotai kepala-kepala berbagai negara sebagai raja-raja dari “holy” Roman Empire.

Dua binatang yang dinubuatkan Daniel

Kitab Wahyu bukanlah permulaan nubuat dari persatuan gereja dan negara ini. Nubuatnya dimulai di bab ke-7 kitab Daniel. Ayat satu hingga ayat 6 Daniel 7 menceritakan mimpi yang diberikan kepada Daniel, yang melambangkan kerajaan ketiga pertama di dunia zaman dulu. Babel digambarkan sebagai seekor singa; Persia sebagai seekor beruang; dan Yunani sebagai seekor macan tutul.

Dalam ayat 7, Daniel menambahkan: “Setelah itu, aku melihat dalam mimpi, tampaklah binatang yang keempat itu, yang menakutkan, dan mengerikan, dan sangat kuat. Ia mempunyai gigi besi yang besar. Ia melahap dan meremukkan serta menginjak-injak yang tersisa dengan kakinya. Ia berbeda dengan semua binatang yang terdahulu dan ia mempunyai sepuluh tanduk.”

Sejarah telah menunjukkan bahwa kerajaan besar ke-4, yang memiliki “gigi besi” adalah Roman Empire (Bandingkan dengan mimpi Nebukadnezar di Daniel 2:40).

Kemudian Daniel menuliskannya sbb: “Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di antaranya. … dan pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong” (ayat 8). Tanduk kecil ini menyertai binatang itu serta 10 rajanya yang “muncul dari kerajaan itu” (ayat 24)

Tanduk kecil ini “berperang melawan orang-orang kudus dan mengalahkan mereka” (ayat 21). Inilah yang akan dilakukan perempuan yang dinamakan Babel Besar itu, yakni perang terhadap orang Kristen sejati (Wahyu 17:6).  

“Tanduk kecil” yang digambarkan Daniel 7, yakni binatang ke-2 yang digambarkan Wahyu 13, dan perempuan Wahyu 17 itu semuanya menggambarkan hal yang sama dengan Babel Perjanjian Baru, yang adalah Gereja Katolik Roma.

Aksi yang akan datang dari Babel Besar

Sejauh ini, kita telah melihat secara ringkas pada nubuat Babel yang telah terjadi selama 2,000 tahun lebih dan tentang apa yang dia lakukan di masa yang akan datang. Tetapi apa lagi yang dikatakan Alkitab tentang masa depan gereja murtad yang disebut sebagai Babel Besar ini?

Yesus, pada saat Dia berbicara tentang kejadian-kejadian yang akan terjadi sebelum Dia datang kedua kalinya, berkata, “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi” (Matius 24:21). Dia menambahkan ini dengan mengatakan bahwa akan ada penyesatan besar agama “sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga” (ayat 23-24). 

Rasul Paulus menjelaskan bagaimana penyesatan akan terjadi dalam suratnya kepada jemaat-jemaat di Tesalonika.

Dia menuliskan, “Janganlah ada orang yang menyesatkan kamu dengan cara apa pun. Sebab Hari itu tidak akan tiba sebelum terjadi pengangkatan, dan manusia durhaka, yaitu anak kebinasaan itu menyatakan dirinya. Ia akan menentang dan meninggikan diri di atas semua yang disebut dan disembah sebagai Elohim, bahkan ia akan duduk di Bait Elohim dan menyatakan dirinya sebagai Elohim” (2 Tesalonika 2:3-4). Paus-paus ini mengklaim dirinya sebagai “vicar or Christ” [wakil Kristus], yang artinya “berdiri mewakili Yesus Kristus.”

The Adam Clarke Commentary menggambarkan “man of sin” [manusia durhaka] di dalam ayat 4 disebut sebagai seorang “yang memiliki tempat tertinggi dan kekuasaan di dalam Gereja Kristen, dan dia bertindak sebagai Elohim – mengambil atas dirinya sendiri gelar Elohim dan atribut-atribut, dan merebut kuasa Elohim bagi dirinya apa yang dimiliki Elohim Yang Mahatinggi (catatan pada 2 Tesalonika 2:4).

Elohim menyingkapkan pengertian bahwa sebelum kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya banyak orang akan disesatkan oleh individu ini dan sistem agama palsu yang memotori dia.

“Runtuhnya Babel Besar”

Babel Besar bersama seluruh sistemnya yang berpusat di Roma dan paus terakhirnya yang disebut nabi palsu (Wahyu 19:20) akan segera berakhir ketika Yesus Kristus datang kembali.

Wahyu 18 berkata dalam “satu hari” dan “dalam satu jam” “bahwa kota besar” akan runtuh (ayat 2, 8, 10, 17, 19, 21). Wahyu 18 ini juga menyingkapkan bahwa Elohim akan menuntut pertanggungjawaban Babel atas orang-orang martir dari para pengikut setia Yesus Kristus (ayat 20, 24).

Elohim telah menetapkan pengadilan yang bengis terhadap Babel Besar karena pembangkangannya terhadap Elohim dan perlakuan kejamnya terhadap umat Elohim.

Sebagaimana Albert Barnes menjelaskannya, “Idenya ialah bahwa kehancuran total; dan artinya di sini, bahwa Babel spiritual – kepausan Roma akan dimusnahkan menjadi hancur total sama seperti Babel itu sendiri” (Catatan pada Alkitab, Wahyu 18:2).

Sebuah peringatan terakhir: keluarlah dari Babel

Akhir dari kerajaan Babel akan terjadi dengan peringatan kepada semua orang-orang percaya untuk bertindak sebelum terlambat. “Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: ‘Pergilah kamu, hai umatKu, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya’” (Wahyu 18:4).

Keluar dari Babel spiritual termasuk tidak ambil bagian dari dosa-dosanya dan doktrin palsunya dan tidak berkompromi dengan kebenaran yang diajarkan di dalam Alkitab.

Semoga kita semua mengindahkan peringatan itu sehingga kita tidak mengambil bagian dari dosa-dosanya pada akhir zaman Babel dan sehingga kita tidak menderita malapetaka-malapetaka yang diuraikan secara detil di kitab Wahyu itu. (Malapetaka atau tulah itu termasuk the seven last plagues.) [tujuh tulah terakhir] – artikel ini akan dimuat pada situs ini.

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang pemimpin agama palsu yang dinubuatkan yang akan muncul pada akhir zaman, bacalah artikel kami “Antichrist.” [AntiKristus].

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah Nama Anda Ada di Dalam Kitab Kehidupan?

oleh Jeremy Lallier

https://lifehopeandtruth.com/life/christian-living/christianity-in-progress/is-your-name-in-the-book-of-life/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Alkitab banyak berkata tentang mereka yang tidak terdaftar di dalam Kitab Kehidupan atau di dalam Kerajaan Elohim. Apakah anda termasuk di dalamnya? Dan kalau termasuk, apa yang anda dapat lakukan tentang hal itu?

 

 

 

 

 

Sulit bagi kita untuk melebih-lebihkan belas kasih Elohim. Sebab dari halaman awal hingga halaman akhir Alkitab, kenyataan belas kasihan Sang Pencipta kita merupakan sebuah ikatan yang menjalin dirinya sendiri di dalam dan di luar perumpamaan, catatan sejarah, mazmur pujian, surat-surat epistel, dan juga seruan ilahi.

Elohim yang penuh belas kasih

Belas kasih ini merupakan satu-satunya alasan anda dan saya bisa menjadi orang Kristen saat ini. Kita tidak mencari pengetahuan kebenaran itu. Kita tidak bebas dari penalti maut atas dosa-dosa kita karena keberuntungan atau kebetulan. Kita tidak memiliki peluang untuk masuk ke dalam Kerajaan Elohim karena kita orang penting dan sangat diperlukan di alam sorgawi.

“Namun Elohim yang kaya dengan kemurahan telah mengasihi kita, melalui kasihNya yang besar. Bahkan ketika kita mati dalam kesalahan-kesalahan, Dia telah menghidupkan kita bersama Kristus. … Karena anugerah kamu telah diselamatkan oleh iman, itu bukan karena usahamu, tetapi pemberian Elohim, itu bukan karena perbuatan-perbuatan, sehingga tidak seorang pun dapat memegahkan diri” (Efesus 2:4-5, 8-9).

Di dalam kitab Mazmur, perkataan mercy [belas kasih atau rahmat] terdapat sekitar 100 ayat yang berbeda tersebar di 49 mazmur yang berbeda.

  • “Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia” (Mazmur 103:17).
  • “Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepadaMu” (Mazmur 86:5).
  • “Sebab kebaikanMu sungguh besar sampai ke langit, dan kesetiaanMu sampai ke awan-awan” (Mazmur 57:11).

Ajaran Yesus akan belas kasih Elohim

Dalam pelayananNya di bumi ini menekankan aspek karakter Elohim ini dalam perumpamaan anak yang hilang, yang kembali kepada bapanya setelah bertahun-tahun sengsara akibat keputusannya yang buruk, tetapi dia mendapat pengampunan, bukan penolakan (Lukas 15:11-32); satu lagi dalam perumpamaan domba yang tersesat itu, dimana gembalanya pergi mencari ke pegunungan dan setelah menemukannya dia sangat bersukacita (Matius 18:11-14); dalam ratapanNya saat Dia melihat bangsa Israel, Dia berseru, "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau” (Matius 23:37).

Tak terbantahkan bahwa kita melayani Elohim yang penuh kasih dan kesabaran, yang “menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Petrus 3:9).

Apa yang terjadi kepada mereka yang namanya tidak ada di Kitab Kehidupan?

Akan tetapi Alkitab jelas bahwa beberapa orang akan binasa. Rasul Yohanes, yang memperhatikan tahapan akhir dari rencana Elohim dalam penglihatannya, menuliskan sbb: “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Wahyu 20:15).

Ada batas terhadap kesabaran.

Firman Elohim berbicara kepada kita akan dua kebenaran yang penting tentang ayat yang bunyinya bengis di kitab Wahyu.

  1. Sebagian besar dari umat manusia yang pernah hidup di bumi ini belum pernah memahami kebenaran Elohim, jalan hidupNya, atau potensi mereka menjadi anak-anak Elohim. Sebagian besar orang telah (dan terus hingga sekarang) dibutakan oleh sebuah selubung rohani bahwa Elohim belum singkirkan dari mata mereka (Yesaya 25:7; 2 Korintus 3:12-18).
  2. Selubung itu akan disingkirkan. Di masa yang datang, semua orang, bahkan mereka yang mati ribuan tahun sebelum kita, akan diberi kesempatan untuk belajar dan hidup di jalan hidup Elohim – bertobat dari dosa-dosa mereka dan akan mengalami belas kasih Elohim dalam hidup mereka sendiri.

(Untuk pelajaran yang lebih mendalam tentang tahapan rencana Elohim, bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul (“Hari Raya Penghakiman Takhta Putih: Tuaian Akhir”)

Lautan api datang setelah semua ini.

Di dalam Kerajaan: tidak ada lagi penderitaan dan itu berarti tidak ada lagi dosa

Elohim menghendaki setiap orang bertobat, tetapi Dia juga mengetahui bahwa tidak setiap orang yang mau bertobat. Meskipun pada akhirnya selubung itu akan disingkirkan oleh Elohim dan semua mata melihat kebenaran itu dengan jelas, masih akan ada orang-orang yang menolak bertobat dan meninggalkan dosa itu – mereka yang meskipun melihat jalan Elohim yang sempurna itu, masih akan berkata, “Tidak, saya mau melakukan dengan cara saya sendiri.

Sekali dosa tetap dosa, dan dosa itu mendatangkan kesengsaraan dan penderitaan. Dalam kata lain, dosa selalu menyakiti.

Elohim menolak dan tidak mengizinkan itu ke dalam KerajaanNya. Di dalam Kerajaan itu, “Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu" (Wahyu 21:4).

Itu sesuatu hal yang tidak mungkin kecuali dosa disingkirkan dari dunia ini. Sementara dosa ada, kesedihan, tangisan dan penderitaan tidak akan terelakkan. Dengan demikian, pada bab akhir dari kitab Wahyu itu, Elohim memberikan kita sebuah janji dan sebuah peringatan: 

“Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu. Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar” (Wahyu 22:14-15).

Di dalam Kerajaan itu adalah orang-orang yang telah bertobat dan mendedikasikan hidupnya kepada hukum-hukum Elohim. Pada pinggiran Kerajaan itu adalah orang-orang yang terus tersangkut pada dosa. Mereka – dan gaya hidup mereka yang berdosa – akan dibinasakan di dalam lautan api, hidup mereka selesai.

Nama siapa yang ada di dalam Kitab Kehidupan itu?

Sebagai seorang Kristen, tidak mudah menganggap sepele rasa takut tentang Kitab Kehidupan. 

Bagaimana jika nama saya tidak ada di dalamnya?

Bagaimana jika saya terlalu cuek – bagaimana jika saya tidak mengalahkan dosa dalam hidup saya – dan jika waktunya tiba, saya hanya berdiri di pinggiran Kerajaan itu dan bukan di dalamnya?

Jika anda penasaran tentang hal itu, anda tidak sendirian, dan anda tidak akan yang terakhir. Itulah sesuatu yang paling kita khawatirkan bahwa pada saat-saat tertentu di dalam hidup kita, kita merasa cemas.

Yesus banyak berbicara tentang perumpamaan yang ujungnya adalah “ratapan dan kertakan gigi” bagi mereka yang melalaikan tanggung jawabnya (baca Matius 13:42; 22:13; 24:51; 25:30). Mudah bagi kita bertanya-tanya entah kita telah tergelincir ke dalam peran itu tanpa kita sadari – bertanya-tanya entah kita sedang menyimpang ke arah jalan yang salah, dan bukan menuju Kerajaan itu.

Tetapi mari kita lihat lebih dekat kepada perumpamaan-perumpamaan itu. Karakter yang mana yang mendapat hukuman? “Anak-anak si jahat” (Matius 13:38), tamu undangan perkawinan yang tidak sopan itu, hamba yang malas dan yang jahat itu. Hal-hal seperti ini harus kita hindari – sebab ini merupakan keputusan hati. Perumpamaan ini bukan tentang orang-orang yang mencoba tetapi masih gagal; perumpamaan ini adalah orang yang berhenti mencoba dan sama sekali tidak mau mecoba lagi – dan dalam banyak hal, mereka ini secara aktif menolak dan menentang Elohim.  

Andakah itu? Saya meragukan. Saya kira anda sangat peduli untuk tetap selaras dengan Elohim, jika tidak anda tidak ingin membaca artikel ini. Anda adalah seorang Kristen dalam proses, yang berarti anda mungkin sering gagal – lebih sering daripada yang anda bayangkan (yang manapun itu, selamat bergabung dengan klub ini), tetapi kegagalan itu bukan berarti anda tidak mencoba lagi.

Dan usaha kita untuk terus mencoba itulah yang akan diperhitungkan. Apakah anda sedang mencoba bertobat? Apakah anda saat ini sedang berusaha untuk hidup dengan hukum-hukum Elohim? Apakah anda mendorong niat anda untuk hidup lebih baik? Apakah anda mempunyai sebuah gol rohani yang anda perjuangkan saat ini?

Di sinilah hal penting tentang Kitab Kehidupan: Orang-orang yang namanya tidak ada di dalam Kitab Kehidupan itu ialah karena mereka tidak mau namanya di catat di dalam Kitab itu. Mereka ini adalah orang-orang yang tidak mau bertobat dan berubah, meskipun dihadapkan kepada kebenaran Elohim. Mereka menolak untuk berusaha hidup sesuai kebenaran. Melalui perbuatan mereka, mereka akan berkata kepada Elohim, “Saya tidak mau apa yang Engkau tawarkan. Hidup dalam dosa lebih baik daripada hidup pada jalan-jalanMu.

Jika seperti itu sikap kita, maka dapat dipastikan bahwa tidak ada tempat untuk kita di dalam Kitab Kehidupan atau di dalam Kerajaan Elohim. Tetapi jika bukan demikian sikap kita – apabila kita hanya orang-orang yang tak sempurna yang sering jatuh atau membuat kesalahan dan berjuang lagi melawan sifat manusiawi kita dan berusaha menaati Elohim – maka kita tidak perlu takutkan akan nama kita di dalam Kitab Kehidupan itu.

Elohim ingin menuliskan nama anda di dalam Kitab Kehidupan

Tempat kita di dalam Kitab Kehidupan dan Kerajaan Elohim itu tersimpan bagi kita melalui belas kasih Elohim: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Elohim, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

Tidak satupun di antara kita yang cukup kuat untuk mendobrak pintu Kerajaan itu – tetapi kasih karunia Elohim membukakan pintu-pintu itu dengan lebar. Adalah karena kasih karunia Elohim yang menolong kita untuk dapat berdiri lagi jika kita jatuh. Oleh kasih karuniaNya kita dibenarkan di hadapanNya. Oleh kasih karuniaNya kita dapat berjalan dari pinggiran Kerajaan itu dan masuk ke dalamnya dan menjadi anggota keluarga Elohim.

Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu” (Lukas 12:32).

Sulit bagi kita untuk terlalu menekankan belaskasih Elohim. Dari lembaran awal Alkitab hingga lembaran akhir, kasihNya ada disebut di setiap lembaran, yang mengingatkan kita bahwa, jika kita mau mengikuti Dia, tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang dapat menghentikan kita untuk melangkah ke dalam Kerajaan Elohim.

Apakah anda mempunyai topik yang anda ingin bahas pada situs ini? Anda dapat mengajukan secara anonim melalui lifehopeandtruth.com/ideas.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Kitab Kehidupan

oleh Chris Moen

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/the-book-of-life/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Alkitab berbicara tentang sebuah buku di sorga yang mencatat nama-nama semua orang yang akan mewarisi hidup kekal. Apakah nama anda akan termasuk di dalam Kitab Kehidupan ini?

 

 

 

 

 

 

 

 

Elohim menyingkapkannya melalui pelayan-pelayanNya, nabi-nabiNya, bahwa Dia mempunyai buku yang sangat khusus ini. Ini adalah buku terbuka yang berisi daftar nama-nama saat ini. Elohim menganggap mulia orang-orang yang nama-namanya tercatat di dalam kitab ini.

Kitab yang unik ini tidak dibuat dengan tangan manusia. Tetapi kitab ini ada di alam sorgawi. Itu berada di tangan Yesus Kristus dan disebut “kitab kehidupan Anak Domba itu” (Wahyu 21:27). Agar nama anda dicatat di dalam kitab ini, berarti anda harus dianggap righteous [benar] dihadapan Elohim dan anda akan mewarisi kehidupan kekal asalkan anda tetap setia sampai kesudahannya (Wahyu 3:5). Jika nama anda dihapus dari kitab ini berarti takdir kematian kekal (Wahyu 20:15).

Pertama kali Kitab Kehidupan ini disebut ketika Musa menawarkan namanya di hapus dari dalamnya. Berdialog dengan Elohim, Musa berkata, "Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu--dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis” (Keluaran 32:31-32).

Elohim berkata kepada Musa, "Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitabKu” (ayat 33). Karena niat Musa itu mulia, hal itu barangkali telah melindungi orang-orang Israel itu dari murka Elohim, dalam hal ini Elohim tidak bisa ditawar-tawar untuk keselamatan siapapun.

Saat ini, siapa saja yang ada di dalam Kitab Kehidupan itu?

Kitab Kehidupan itu berisi nama-nama mereka yang telah secara rohani diubahkan dan yang telah mendedikasikan hidupnya bagi pelayanan Elohim. Seperti pelayan-pelayan Elohim lainnya, Musa memahami bahwa namanya sudah dicatat di dalam Kitab Kehidupan itu (Keluaran 32:31-32).

Yesus berkata bahwa Abraham, Ishak, Yakub dan nabi-nabi itu akan berada di dalam Kerajaan Elohim, jadi nama mereka tentu sudah di dalam Kitab Kehidupan itu (Lukas 13:28). Kemudian Yesus berkata kepada murid-muridNya, “bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga" (Lukas 10:20). Rasul Paulus menuliskan suratnya yang menyebutkan nama-nama beberapa saudara seiman dan setia yang masih hidup pada saat itu “yang nama-namanya tercantum dalam Kitab Kehidupan” (Filipi 4:3).

Apa yang menjadi kesamaan dari orang-orang percaya yang setia ini dengan para patriark dan para nabi di zaman dahulu ialah bahwa mereka sama-sama mempunyai karunia Roh Kudus (1 Petrus 1:10-12; 2 Petrus 1:21). Mempunyai Roh Kudus Elohim merupakan kunci untuk memperoleh hidup kekal di dalam Kerajaan Elohim (Roma 8:9, 11). Mereka yang akan berada di dalam KerajaanNya, nama-nama mereka akan sudah dicatat di dalam Kitab Kehidupan (Maleakhi 3:16-17).

Dapatkah nama kita dihapus dari Kitab Kehidupan itu?

Elohim sangat jelas dalam hal ini bahwa nama orang dapat dihapus dari Kitab Kehidupan: “Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitabKu” (Keluaran 32:33). 

Pada akhir kitab Wahyu, ditegakkan peringatan sebagai garda untuk mengawal kebenaran Elohim, bunyinya: “Sebab aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengarkan perkataan-perkataan nubuat Kitab ini: Jika seseorang menambahkan perkataan-perkataan Kitab ini, Elohim akan menambahkan kepadanya bencana-bencana yang tertulis dalam Kitab ini. Dan jika seseorang mengurangi perkataan-perkataan Kitab nubuat ini, Elohim akan mengurangi bagiannya dari Kitab Kehidupan, dan dari kota kudus, serta dari apa yang tertulis di dalam Kitab ini" (Wahyu 22:18-19).

Pada hari-hari terakhir, akan ada kebangkitan sebuah sistem agama palsu. Elohim berkata bahwa sistem penyembahan terhadap seorang individu ini akan sama dengan menyembah Setan si Iblis itu (Wahyu 13:4). Penyesatan ini akan begitu besar sehingga “Semua yang tinggal di bumi akan menyembahnya, yaitu mereka yang sejak permulaan dunia ini namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba yang tersembelih” (ayat 8).

Hanya mereka yang menolak ikut-serta di dalam sistem penyembahan ini akan diberkati atas kemenangan mereka terhadap Setan (Wahyu 15:2; 17:8; 20:4). Bacalah artikel kami yang berjudul “What Is Babylon?” [Siapa itu Babilon] untuk memahami sistem palsu ini dengan lebih baik.

Janji untuk orang-orang yang setia

Nabi Daniel, sementara dia mendapat penglihatan tentang “masa kesusahan yang besar” pada akhir zaman, dia diberitahu: “Dan pada waktu itu bangsamu akan dibebaskan, yakni semua orang yang akan didapati namanya tertulis dalam kitab [kehidupan] itu” (Daniel 12:1).

Rasul Yohanes mendapat suatu penglihatan yang bahkan lebih jauh ke masa mendatang tentang “kota yang besar dan kudus itu, Yerusalem, yang turun dari surga, dari Elohim” (Wahyu 21:10). Hal itu disingkapkan kepada Yohanes bahwa “semua yang najis dan yang melakukan kekejian dan dusta, tidak akan masuk ke dalamnya [kota kudus], tetapi hanya mereka yang namanya tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba” (ayat 27).

Nabi Maleakhi diberi sebuah pesan pertobatan dan peringatan bagi orang-orang pilihan Elohim yang bertingkah dan tidak patuh, Israel. Elohim masih mengasihi bangsa pilihanNya, meskipun mereka telah menyimpang dari hukum-hukumNya; tetapi sekarang Dia menuntut penghormatan, kesetiaan dan ketaatan dari mereka.

Kemudian Elohim mengilhami Maleakhi untuk menyampaikan sebuah janji yang indah untuk pengharapan. Elohim akan memberikan harapan hidup kekal, di dalam KerajaanNya, kepada mereka yang takut akan Dia. Mereka akan ditandai atau dicatat dalam sebuah kitab pendaftaran yang disebut “kitab peringatan” (Maleakhi 3:16).   

“Kitab peringatan” ini merupakan sebuah referensi yang merujuk pada Kitab Kehidupan. Sebagaimana Maleakhi mencatat: “Beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan TUHAN: TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapanNya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati namaNya. ‘Mereka akan menjadi milik kesayanganKu sendiri,’ firman TUHAN semesta alam, ‘pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia’” (Maleakhi 3:16-17).

Takut akan Tuhan yang dibicarakan Maleakhi ini ialah sebuah hormat yang sehat dan kasih kepada Elohim. Takut akan Elohim dan berpegang pada perintah-perintahNya merupakan kewajiban setiap orang (Pengkhotbah 12:13). Mengasihi Elohim berarti menuruti perintah-perintahNya (1 Yohanes 2:5; 5:3).

Elohim tidak melupakan perbuatan-perbuatan orang-orang setiaNya yakni, mereka “yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati namaNya” (Maleakhi 3:16). Ini berarti percakapan saleh mereka kepada satu sama lain sedang Dia dengar dengan sungguh-sungguh, dan setiap perbuatan kebaikan dan belaskasih mereka dicatat (Matius 10:42; 25:34-40). Kepada mereka yang memperhatikan kebutuhan orang lain, kita diingatkan, “Sebab Elohim bukannya tidak adil sehingga melupakan pekerjaanmu dan kasihmu yang telah kamu tunjukkan kepada NamaNya” (Ibrani 6:10).

Apa lagi yang dicatat oleh Elohim?

Bahkan pergumulan hidup dalam kesulitan ketika orang mencoba mengikuti hidup taat dalam kesalehan nampaknya dicatat di sorga. Daud, yang ditentukan menjadi raja Israel berikutnya, memohon Elohim untuk mengingat penderitaannya selama kesusahan yang dialaminya dalam hidupnya ketika dia dikelilingi musuh-musuhnya. Dia berkata, “Engkau telah memperhitungkan pengembaraanku, air mataku Kautampung di dalam kirbatMu, bukankah itu semua ada dalam kitabMu?” (Mazmur 56:9).

Nehemia barangkali membuat referensi terhadap kitab sorgawi sementara dia berdoa: "Ingatlah kepadaku, ya Elohimku, mengenai hal ini dan janganlah Engkau menghapus kebaikan yang telah aku lakukan di dalam Bait Elohimku dan pelayanannya!” (Nehemia 13:14).

Apakah juga dosa-dosa manusia dicatat di sorga?

Kebenaran sederhana ialah bahwa kita akan dihakimi atas apa saja yang kita lakukan (Yesaya 66:15-16; Roma 1:18-32). Salomo berkata, “Sebab Elohim akan membawa setiap perbuatan ke dalam penghakiman, segala sesuatu yang tersembunyi, apakah itu baik, ataupun jahat” (Pengkhotbah 12:14).

Yesus Kristus, nanti setelah kembali ke bumi ini dan selama penghakimanNya terhadap manusia, Dia “akan menerangi hal-hal yang tersembunyi dalam kegelapan dan yang akan menampakkan niat-niat yang ada di dalam hati” (1 Korintus 4:5). Sementara berada di bumi ini dulu, Yesus juga berkata, “Namun Aku berkata kepadamu: Setiap perkataan sia-sia yang diucapkan orang, mereka harus mempertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Sebab berdasarkan perkataanmu kamu akan dinyatakan benar, dan berdasarkan perkataanmu kamu akan dinyatakan salah" (Matius 12:36-37).

Sebagaimana ayat-ayat Suci Alkitab yang baru saja kita baca umumnya tidak terlihat mengimplikasikan catatan dosa-dosa manusia, tetapi pada kenyataannya ialah bahwa Elohim mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan. Dan karena Elohim itu mempunyai memori yang sempurna, tentu saja ada catatatannya.

Tetapi syukurlah, ada jalan untuk pengampunan dosa-dosa kita dan Elohim tidak lagi mengingat-ingatnya (Ibrani 8:12). Pengampunan ini dimungkinkan oleh Yesus Kristus yang telah membayar penalti dosa itu bagi kita, jika kita bertobat dan menerima pengorbanan itu.

Melalui nabi Yehezkiel, Elohim berfirman, “Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati” (Yehezkiel 18:27-28). Ketika orang fasik bertobat dari dosa-dosanya, “Segala pelanggaran yang telah ia lakukan, tidak akan ditanggungkan lagi kepadanya, dalam kebenaran yang telah ia lakukan, ia akan hidup” (ayat 22).

Ketika orang bertobat, Elohim juga menyatakan melalui nabi Yesaya: “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu” (Yesaya 43:25).  Untuk memahami subjek ini lebih lanjut, bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Penghakiman Elohim: Kisah Nyata.”

Dasar penghakiman Elohim

Nabi Daniel, yang menggambarkan penglihatan yang dikaruniakan Elohim, yakni tentang  ruangan takhta bait Elohim dimana penghakiman berlangsung, berkata: “Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya … Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab” (Daniel 7:9-10).

Rasul Yohanes juga mendapat suatu penglihatan tentang penghakiman Elohim di masa mendatang. Yohanes menguraikannya demikian: “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu” (Wahyu 20:11-12).

Kitab-kitab ini merepresentasikan kitab-kitab Alkitab, yang berisi hukum Elohim – yakni  standar yang olehnya setiap perbuatan orang dihakimi. “Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu” (ayat 12).

Kemudian Yohanes, masih menceritakan penglihatannya, menjelaskan bahwa ada kitab lain dibuka: “Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan” (ayat 12). Ketika proses penghakiman itu selesai, catatan nama-nama itu akan diperiksa “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (ayat 15). (Silakan membaca artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Apa itu Lautan Api?”).

Apakah orang ditakdirkan untuk dituliskan di dalam Kitab Kehidupan?

Karena perkataan dari beberapa ayat-ayat Suci Alkitab yang menyebutkan Kitab Kehidupan, beberapa orang bertanya apakah Elohim telah menentukan itu saat Dia menetapkan fondasi dunia ini, sebelum penciptaan manusia, entah setiap orang akan dicatat di dalam Kitab Kehidupan itu.

Bacaan-bacaan yang mereka sebutkan adalah:

  • “Terpujilah Elohim dan Bapa Tuhan kita YESUS Kristus, yang di dalam Kristus telah memberkati kita dengan segala berkat rohani di dalam surga. Dia telah memilih kita sebelum dunia ada, dan oleh karena kasih, Dia menjadikan kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Dia telah menentukan kita sebelumnya dan mengangkat kita sebagai anak bagiNya melalui YESUS Kristus, sesuai dengan perkenanan dan kehendakNya” (Efesus 1:3-5).
  • “Adapun binatang yang telah kaulihat itu, telah ada, namun tidak ada, ia akan muncul dari jurang maut, dan ia menuju kepada kebinasaan. Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran, apabila mereka melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan muncul lagi” (Wahyu 17:8).

Apa sebenarnya yang ditakdirkan sejak diciptakannya fondasi dunia ini?

Dari zaman fondasi dunia ini diciptakan, rencana Elohim telah ditakdirkan. Elohim Bapa dan Firman (yang kemudian datang ke dunia ini sebagai Yesus) setuju, dari mulanya, untuk mati bagi dosa-dosa manusia sehingga manusia dapat diampuni dari dosa-dosanya dan manusia menjadi bagian dari keluarga abadi Elohim. Kebenaran ini terbukti sebagaimana disebutkan di Wahyu 13:8, dimana Yesus disebut sebagai “the Lamb slain from the foundation of the world.” [Domba yang disembelih dari sejak permulaan dunia ini].

Lagi pula, dari permulaan dunia ini, Elohim menakdirkan bahwa beberapa manusia akan dipanggil pada zaman ini untuk diberikan kesempatan menjadi anggota baru di dalam keluargaNya, dan sebagian besar lagi akan dipanggil kemudian. Bacaan tambahan menjelaskan hal ini bahwa manusia memiliki kebebasan memilih yang, pada saat menerima pengetahuan tentang ekspektasi Elohim, harus memutuskan apakah mereka akan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu atau tidak.

Itu sebabnya Yesus mendesak orang untuk “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Markus 1:15). Dan itu sebabnya Paulus mengatakan bahwa Elohim akan “melakukan pembalasan kepada mereka yang tidak mengenal Elohim dan kepada mereka yang tidak mau mendengar Kabar Baik [Injil] tentang Tuhan kita YESUS Kristus” (2 Tesalonika 1:8). Perhatikan bahwa penghakiman telah dimulai di rumah Elohim, untuk itu Petrus berkata, “Jika penghakiman dimulai dari kita, bagaimanakah akhirnya dengan mereka yang tidak percaya kepada Injil Elohim?” (1 Petrus 4:17).  

Elohim kita yang penuh kasih tidak menghendaki supaya ada yang binasa. Melainkan supaya semua orang bertobat dan diselamatkan (2 Petrus 3:9; 1 Timotius 2:4). Karena peringatan yang diberikan Yesus dan murid-muridNya serta kesungguhan kehendak Elohim, maka masuk akal bahwa tujuan Elohim menciptakan manusia tidak untuk rencana gagal.

Alkitab mengajarkan bahwa kita harus memilih tindakan apa yang kita akan ambil dan bahwa kita akan dihakimi oleh Elohim atas pilihan-pilihan yang kita buat. Pada bagian berikutnya kita akan melihat apa yang diharapkan Elohim dari kita jika kita ingin nama kita ditulis di dalam Kitab Kehidupan.

Kapan nama kita ditulis ke dalam Kitab Kehidupan?

Rasul Paulus menjelaskan bahwa tahap awal menuju keselamatan adalah percaya akan berita injil Yesus Kristus. “Di dalam Dia kamu juga, setelah mendengar firman kebenaran yaitu Injil keselamatanmu, setelah kamu percaya, kamu juga dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan. Roh Kudus itu merupakan jaminan warisan hingga pada datangnya hari penebusan kita sebagai milikNya, untuk memuji kemuliaanNya” (Efesus 1:13-14).

Di saat menerima karunia Roh Kudus Elohim, pada saat itulah orang yang bersangkutan itu diperanakkan ke dalam keluarga rohani Elohim (Roma 8:14, 16). Ketika seorang percaya menerima Roh Kudus, yakni meterai janjiNya itu, maka saat itulah dia bergabung dengan “jemaat-jemaat sulung yang telah terdaftar di surga” (Ibrani 12:23). Dengan demikian, namanya ditulis/ditambahkan ke dalam Kitab Kehidupan.

Apa yang harus saya lakukan agar nama saya ada di dalam Kitab Kehidupan?

Agar Elohim mencatat nama kita di dalam Kitab Kehidupan, kita harus bertobat dari dosa-dosa kita, dibaptis dan menjadi “manusia baru” yang diubahkan. Baptisan air melambangkan komitmen sepanjang hidup kita untuk mengikuti jalan hidup Elohim (Kisah Para Rasul 2:38).

Yesus Kristus berkata kepada pengikutNya, “Bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa, tetapi untuk makanan yang bertahan sampai hidup kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu, karena Dialah yang telah disahkan oleh Elohim Bapa dengan meteraiNya” (Yohanes 6:27).

Yesus Kristus berkata, “Barangsiapa menang [mengalahkan dosa], ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari Kitab Kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan BapaKu dan di hadapan para malaikatNya” (Wahyu 3:5).

Untuk informasi lebih lanjut tentang subjek ini, bacalah artikel kami yang berjudul “Is Your Name in the Book of Life?” [Apakah Nama Anda Terdaftar di Dalam Kitab Kehidupan itu?]

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa Itu Dosa yang Tidak Diampuni?

oleh Don Henson

https://lifehopeandtruth.com/change/sin/unpardonable-sin/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Adakah dosa yang tidak akan diampuni oleh Elohim? Adakah dosa yang terlalu buruk untuk mendapat pengampunan? Jika ada, dosa-dosa apa itu? Apa yang diajarkan oleh Alkitab tentang dosa yang tidak diampuni?

 

 

 

 

 

 

Beberapa orang khawatir mereka telah mendapat “dosa yang tidak terampuni.” Untuk mempelajari apa sesungguhnya yang dimaksudkan Kristus ketika Dia menggunakan istilah ini dan mengapa sepertinya anda tidak bersalah atas dosa ini, bacalah artikel ini hingga selesai.

Maksud dan tujuan pengorbanan Yesus itu ialah untuk memungkinkan rekonsiliasi antara kita dengan Elohim – untuk menjadi “kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya” (Kolose 1:22). Yesus membayar harga yang sangat mahal demi menyelamatkan kita dari dosa.

Tetapi apakah mungkin ada dosa yang tidak bisa dihapus oleh darah Yesus Kristus? Banyak orang khawatir mereka telah mendapat dosa yang tidak terampuni. Pernahkan anda bertanya, “Apakah saya telah berdosa dengan dosa yang tidak dapat diampuni?”

Meskipun ucapan unpardonable sin [dosa yang tidak dapat diampuni] tidak tertulis di dalam ayat-ayat Suci Alkitab, ada tiga bagian dari bacaan dimana kita diperingatkan akan dosa yang tidak dapat diampuni. Memahami bacaan-bacaan ini akan menolong kita untuk menghindari dosa semacam itu dan pada saat yang bersamaan akan memberikan kita jaminan bahwa kita tidak mendapat dosa itu.

Hujat terhadap Roh Kudus

Di dalam Matius 12:31-32 Yesus Kristus memperingatkan orang-orang Farisi sbb: “tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.”

Apa itu hujat terhadap Roh Kudus?

Ayat 22-30 memberikan latar belakang untuk pernyataan ini. Yesus telah menyembuhkan orang yang kerasukan setan. Orang-orang yang menyaksikan keajaiban itu menyadari bahwa itu merupakan bukti bahwa Yesus adalah Mesias (ayat 23). Tetapi dalam percobaan mendiskreditkan Yesus, dan secara internasional menyesatkan orang, mereka bukan justru mengakui Dia sebagai Juruselamat, orang-orang Farisi itu secara terang-terangan menuduh Dia menyembuhkan orang itu dengan kuasa penghulu Setan (Beelzebul).

Di dalam ayat 31 bahasa Yunani yang diterjemahkan “hujat” berarti memfitnah, mencerca atau berbicara jahat terhadap …  Pada kesempatan lain, Yesus berkata bahwa dosa hujat berasal dari hati (Markus 7:21-23). Hujat adalah dosa, tetapi hujat terhadap Roh Kudus merupakan dosa pada tingkat yang berbeda. 

Dalam Matius 12:32 Yesus mengulangi pemikiran itu, yang menyatakan bahwa “apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia,” ia dapat diampuni. Perkataan “mengucapkan sesuatu menentang” berarti antagonistis terhadap atau bertentangan dengan yang lain. Sebagian besar orang dalam kesombongan mereka awalnya menolak Yesus Kristus, dan mereka masih boleh mendapat kesempatan bertobat.

Apa yang dikatakan orang-orang Farisi bukanlah sekedar komentar biasa atau kesalahpahaman. Mereka sengaja menghujat, mereka kasar dan menuduh dengan tuduhan yang tidak berdasar menyamakan kuasa Elohim dengan Setan. Tuduhan mereka adalah kebohongan yang terang-terangan dan terencana sehingga Yesus menyebut itu hujat terhadap Roh Kudus.  

Kita bisa dalam bahaya akan dosa menghujat terhadap Roh Kudus jika kita sadar bahwa Elohim telah melakukan sesuatu melalui kuasa Roh KudusNya, namun kita dengan sengaja menyamakan itu dengan pekerjaan Setan. Roh Kudus adalah kuasa Elohim – melalui Roh Kudus Dia melaksanakan kehendakNya. Jadi menolak pekerjaan Roh KudusNya bukan sekedar menolak identitasNya, tetapi menolak kuasaNya sendiri, sifat dan keajaibanNya. Seseorang yang benar-benar telah terlibat dalam hujat terhadap Roh Kudus tidak akan berkeinginan untuk bertobat, jadi dia tidak dapat diampuni.

Apa yang dimaksud dengan “falling away” [murtad] di dalam Alkitab

Bacaan kedua, Ibrani 6:4-6, merupakan sebuah peringatan tegas terhadap orang-orang yang mengabaikan pemahaman akan Firman Elohim, ajaran dan janji-janjiNya. “Bagi mereka yang pernah diterangi, yang pernah mengecap karunia surgawi, yang pernah mendapat bagian dari Roh Kudus, dan yang pernah mengecap firman yang baik dari Elohim dan kuasa-kuasa dunia yang akan datang, dan jika mereka jatuh, maka mustahil mereka diperbarui lagi untuk bertobat, karena jika demikian mereka menyalibkan lagi Putra Elohim bagi mereka sendiri dan menghinaNya di muka umum.”

Bacaan ini menggambarkan orang yang telah bertobat, memahami dan menerima pengampunan dosa dari Elohim melalui Yesus Kristus, dan telah menerima karunia Roh Kudus, tetapi setelah itu, secara sadar dan sengaja menolak Yesus. Orang ini yang, walaupun dia tahu kuasa Elohim, telah dengan sengaja memutuskan dalam hatinya untuk menolak karunia Roh Kudus Elohim dan menolak Dia yang hanya melaluiNya pertobatan itu dimungkinkan.

Pertobatan berarti memohon pengampunan Elohim atas dosa-dosa kita melalui pengorbanan Yesus Kristus dan menyatakan komitmen untuk taat sepanjang hidup kita, dengan menyangkal jalan hidup kita sebelumnya. Ketika kita bertobat, kita akan menerima karunia Roh Kudus Elohim yang melaluinya kita mendapat pemahaman akan kebaikan dan janji-janji kekal Elohim.

Ucapan murtad berarti “meninggalkan hubungan sebelumnya” (Louw and Nida Greek-English Lexicon). Bacaan ini memberi peringatan bahwa tidak ada lagi cara untuk memperbaharui pertobatan apabila yang bersangkutan telah menolaknya. Jika orang dengan sadar dan sengaja menolak apa yang telah dilakukan Yesus bagi mereka melalui pengorbananNya, berarti mereka “menghinaNya di muka umum” (ayat 6). Dan karena telah menolak pengorbananNya, maka tidak ada lagi pengorbanan lain yang melaluinya mereka dapat diselamatkan (Kisah Para Rasul 4:12).

Dosa yang tidak dapat diampuni adalah dosa dimana orang yang bersangkutan itu tidak ingin bertobat. Itu adalah perbuatan yang menolak pengorbanan Kristus dan dengan sengaja lebih memilih dosa daripada pertobatan, pengampunan dan ketaatan.

Tetapi penting untuk kita pahami bahwa dosa ini tidak sama dengan dosa karena tersandung jatuh atau berdosa karena kelemahan di dalam kehidupan kita. Yang seperti bisa terjadi bagi setiap orang, tetapi mereka bisa bertobat dan kembali ke jalan hidup Elohim. Menjadi “murtad” berarti penolakan pengorbanan Yesus Kristus dengan cara sengaja dan sadar sepenuhnya atau membuat keputusan yang sadar untuk menganut jalan hidup berdosa. Seseorang yang terlibat dalam hal ini sepenuhnya memahami konsekuensi dari apa yang dia sedang lakukan – tetapi tidak peduli akan hal itu dan tidak ada niat untuk berubah. 

Dosa yang disengaja

Bacaan ketiga yang menyebutkan dosa yang tidak dapat diampuni ialah Ibrani 10:26-27. Ayat-ayat ini berkata, “Sebab jika dengan sengaja kita terus berbuat dosa, sesudah menerima pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban untuk menghapus dosa itu, melainkan penghakiman yang mengerikan dan nyala api yang dahsyat yang akan menghanguskan musuh-musuh Elohim.”

Berbuat dosa “dengan sengaja” mengindikasikan seorang yang telah menentukan sikap dan keinginannya (hati dan pikirannya) untuk berseberangan dengan Elohim dan dengan sadar memilih untuk menolak Dia. Inilah orang yang semata-mata menolak menuruti hukum Elohim, meskipun dia mengerti bahwa hukumNya itu adalah kebenaran yang sebaiknya dia taati. Karakternya, kemauannya dan hasratnya telah dia putuskan untuk tidak menaati kehendak Elohim. Tidak ada pengampunan bagi dia karena dia menolak pengorbanan Yesus, yakni satu-satunya pengorbanan yang melaluinya dosa-dosa dapat diampuni. Apa yang tersisa bagi orang ini, dalam kondisi ini, ialah lautan api (Wahyu 20:15).

Paulus juga berbicara tentang aspek dosa sengaja ini di 1 Timotius 4:1-2, dimana dia menunjukkan bahwa beberapa orang tidak lagi merasa bersalah atau malu karena mereka telah membiarkan “hati nuraninya memakai cap mereka” – hati mereka sudah membatu.

“Apakah saya telah melakukan dosa yang tidak terampuni?”

Setiap orang terkadang berdosa karena kelemahan atau ketidaktahuan. Ada kalanya kita berjuang keras mengendalikan kebiasaan yang sudah mendarah daging atau pola hidup yang kita tahu itu perbuatan dosa dan kita tergelincir lagi meskipun kita sudah coba menaklukkannya. 

Paulus dengan fasih menguraikan perjuangannya dalam hal ini di Roma 7:14-25. Dia menuliskan di ayat 15: “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.” Dia menyimpulkan bacaan ini dengan mengakui bahwa harapan satu-satunya bagi kita dalam melawan tabiat manusiawi kita dan dalam berjuang menaati Elohim ialah melalui Yesus Kristus (ayat 24-25).

Amsal 24:16 berkata, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali.”

Mazmur 37:23-24 menceritakan kepada kita bahwa “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadaNya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.”

Di dalam kedua ayat ini “jatuh” bukan berarti mengabaikan, tetapi tersandung jatuh atau tergelincir. Dalam kata lain, bahkan orang-orang benar pun akan pernah tersandung dan jatuh. Yang terpenting di sini ialah bahwa anda harus bangun lagi dan coba lagi. Elohim akan menopang dan menguatkan mereka yang terus berusaha atau berjuang untuk menaati Dia dan hidup di jalanNya, meskipun mereka kadang-kadang terjatuh.

Apabila anda sedang berjuang melawan dosa dan anda merasa risau entah anda sudah melakukan dosa yang tidak terampuni, anda justru belum tersangkut pada dosa ini. Mereka yang sudah benar-benar melakukan dosa yang tidak terampuni, itu akan sudah berakar dalam sikap berdosa dan pembangkangan mereka sehingga mereka sama-sekali tidak khawatir atau peduli lagi akan pengampunan Elohim atau tidak peduli lagi akan akibat-akibat dari sikap dan jalan hidup mereka. 

Peringatan dan jaminan

Ada peringatan keras di dalam ayat Suci Alkitab tentang jenis dosa yang tidak dapat diampuni. Berdosa dalam dosa yang tidak terampuni berarti melakukannya dengan sengaja menyangkal kuasa Elohim, dengan sadar meninggalkan kasih karunia Elohim dan panggilanNya atau berdosa secara sengaja dan sadar sepenuhnya menolak pengorbanan Yesus Kristus dengan menetapkan hati dan pikirannya, serta kemauannya sendiri; dengan kata lain, mereka lebih memilih berbuat dosa daripada tunduk kepada Elohim.

Tetapi bacaan-bacaan tadi juga memastikan bahwa selama kita bertobat atas dosa-dosa kita dengan hati yang tulus, dan dengan tulus memohon pengampunan Elohim, rajin dan terus berusaha untuk menaati Elohim, kita bisa merasa yakin bahwa dosa-dosa kita akan diampuni. Sebagaimana Yohanes mengingatkan kita, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).

Jika anda melakukan firman Elohim, seperti misalnya ayat-ayat Suci yang telah disebutkan di atas tadi, di dalam kehidupan anda sehari-hari – dan mengakui dosa-dosa anda kepada Elohim dan memohon pengampunanNya –  maka anda belum melakukan dosa yang tidak terampuni.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Kebangkitan?

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/life/life-after-death/resurrections/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Alkitab berbicara tentang kebangkitan Yesus Kristus yang mempersiapkan jalan untuk kebangkitan umat manusia di masa yang akan datang. Apa kebangkitan-kebangkitan ini? Bagaimana kebangkitan-kebangkitan ini berhubungan dengan kepercayaan umum tentang akhirat?

 

 

 

 

 

 

 

Perkataan kebangkitan berarti bangkit dari kematian – hidup kembali. Ketika orang berbicara tentang “kebangkitan,” mereka biasanya mengartikan kebangkitan Yesus Kristus kepada kehidupan kekal. Di dalam Bab Kebangkitan, rasul Paulus menjelaskan bahwa kebangkitan Kristus merupakan sesuatu yang terpenting bagi setiap orang untuk memperoleh harapan hidup kekal (1 Korintus 15:14-18). Kematian dan kebangkitan Kristus memungkinkan pengampunan dosa-dosa kita dan karunia Roh Kudus dan hidup kekal.

Kemudian Paulus menyebutkan ada urutan waktu akan kebangkitan: “Sebab, sebagaimana semua orang mati di dalam Adam, demikian juga semua orang akan dihidupkan di dalam Kristus. Namun masing-masing sesuai dengan urutannya: Kristus sebagai buah sulung, kemudian mereka yang menjadi milik Kristus pada waktu kedatanganNya. Pada akhirnya, ketika Dia menyerahkan kerajaan kepada Elohim Bapa dan ketika Dia telah melenyapkan setiap penguasa, otoritas dan kuasa. Karena Dia harus memerintah sampai Elohim meletakkan semua musuh di bawah kakiNya– maka musuh terakhir yang akan dilenyapkan adalah maut” (1 Korintus 15:22-26).

Kebangkitan Pertama

Rasul Yohanes menguraikan lebih rinci dan menggunakan ucapan “kebangkitan pertama” untuk menggambarkan kebangkitan para pengikut Kristus – yang mempunyai Roh Kudus di dalam mereka.

Wahyu 20 memberikan urutan waktu kejadian besar setelah Yesus Kristus kembali ke bumi ini. Setelah Setan diikat dan dicegah dari penyesatan orang selama 1,000 tahun, Yohanes berkata, “Kemudian aku melihat takhta-takhta dan mereka yang duduk di atasnya; mereka telah diberi kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka yang dipenggal karena kesaksian YESUS dan karena firman Elohim dan yang tidak menyembah binatang itu maupun patungnya dan yang tidak menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya; mereka hidup kembali dan memerintah bersama Kristus selama seribu tahun” (ayat 4).

Kebangkitan orang-orang kudus – yakni Kristen sejati – ialah untuk kehidupan kekal: “Berbahagialah dan kuduslah orang yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama. Kematian kedua tidak mempunyai kuasa atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Elohim dan Kristus, dan mereka akan memerintah bersama Dia seribu tahun lamanya” (ayat 6).

Kebangkitan kedua

Dengan menyebutkan itu sebagai kebangkitan “pertama” jelas mengimplikasikan bahwa ada lagi kebangkitan. Yohanes merujuk kepada waktu kebangkitan lain, 1,000 tahun kemudian, seperti disebut di Wahyu 20:5: “Namun orang-orang mati lainnya tidak hidup kembali sampai genap masa seribu tahun itu.” 

Pada kebangkitan kedua ini, orang-orang mati dikatakan berdiri di hadapan penghakiman “takhta putih” (ayat 11). “Lalu aku melihat orang-orang mati, kecil dan besar, berdiri di hadapan Elohim. Kemudian dibukalah semua kitab, juga sebuah kitab yang lain, yang adalah Kitab Kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi berdasarkan perbuatan mereka sesuai dengan apa yang tertulis dalam gulungan kitab-kitab itu” (ayat 12).

Yesus Kristus menggambarkan hari penghakiman ini sebagai waktu atau momen ketika orang-orang dari berbagai bangsa, dan semua yang lainnya yang pernah hidup pada zaman-zaman yang berbeda akan bangkit bersama, dan Dia berkata bahwa akan lebih ringan bagi mereka yang mendengar Dia secara langsung saat Dia menyampaikan berita injilNya (Matius 11:21-24; 12:41-42). Dia berkata bahwa mereka yang mendengar Dia akan lebih bertanggung jawab daripada orang-orang fasik Sodom: “Sebab jika di Sodom telah terjadi mujizat-mujizat seperti yang telah terjadi padamu, mereka akan tetap ada sampai hari ini. Akan tetapi Aku berkata kepadamu bahwa pada hari penghakiman, hukuman bagi negeri Sodom akan menjadi lebih ringan daripada bagimu” (Matius 11:23-24).  

Apa yang Dia maksudkan dengan “lebih ringan”? Jika penghakiman yang saat ini adalah satu-satunya saat dimana Elohim menjatuhkan hukuman, dan semua orang menerima penalti yang sama sebagai orang-orang berdosa – yakni penalti kematian (Roma 6:23) – maka ucapan “lebih ringan” tidak masuk akal. Tetapi konsep penghakiman di dalam Alkitab lebih luas pemahamannya daripada penghukuman. Pada kenyataannya, penghakiman bagi orang Kristen sejati sekarang sedang berlangsung (1 Petrus 4:17), jadi sebutan penghakiman adalah suatu proses dan itu bisa menghasilkan hal positif. Dan setiap umat manusia akan dihakimi (Ibrani 9:27). Jadi dihakimi tidak selalu merujuk pada penghukuman atau putusan hukuman akhir.  

Elohim kita adalah Elohim yang adil dan pengasih (Mikha 6:8; Matius 23:23). Dia memberitahu kita bahwa Dia menghendaki agar setiap orang mengerti akan kebenaran, bertobat dan diselamatkan (1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9). Tetapi bagaimana itu bisa terjadi sementara miliaran orang telah hidup dan mati dan mereka belum pernah mengenal kebenaran – dan sepanjang sejarah banyak orang yang bahkan tidak pernah mendengar satu-satu nama “yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kisah Para Rasul 4:12)?

Satu lagi nubuat yang membicarakan kebangkitan kedua ini dijelaskan di Perjanjian Lama. Yehezkiel mencatat satu nubuat ketika Elohim membangkitkan tulang-tulang kering orang-orang mati dan memberi nafas kehidupan kepada mereka. Dia tidak hanya membiarkan mereka hidup kembali dan tinggal di tanah mereka sendiri, tetapi Dia juga berkata, “Aku akan memberikan RohKu ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali” (Yehezkiel 37:14).

Jadi, sebagaimana Elohim menawarkan Roh KudusNya dan proses penghakiman dalam belas kasihNya kepada JemaatNya hari ini, Dia akan menyediakan RohNya kepada mereka yang belum pernah mendapat kesempatan sebelumnya. Kitab-kitab di dalam Alkitab itu akan dibuka untuk dipahami oleh mereka, dan Kitab Kehidupan akan dibuka juga untuk memperkenankan orang-orang bertobat untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka, dan mereka akan diangkat sebagai anggota baru di dalam keluarga Elohim (Wahyu 20:12).

Kebangkitan ketiga

Jika orang-orang suci dibangkitkan pada kebangkitan pertama, dan selebihnya orang-orang mati yang belum pernah mendapat kesempatan untuk keselamatan akan dibangkitkan pada kebangkitan kedua, adakah orang-orang mati yang tertinggal di dalam kuburan yang akan dibangkitkan kemudian? Apa yang harus terjadi sebelum Kristus menyerahkan kerajaan kepada Bapa dan membinasakan musuh terakhir – maut/kematian (1 Korintus 15:24-26)?

Penjelasan Yohanes pada akhir kitab Wahyu 20 itu, menggambarkan satu lagi kebangkitan, yakni kebangkitan ketiga bagi orang-orang yang tidak bisa diperbaiki lagi dari kejahatannya – mereka ini adalah orang-orang yang tidak mau pernah bertobat.

“Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam Kitab Kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (ayat 14-15).

Mereka pada kebangkitan ini bukanlah orang-orang yang berdosa karena ketidaktahuan atau tersandung dalam dosa, tetapi mereka yang dengan sengaja dan secara sadar menolak Yesus Kristus dan memilih hidup dengan cara mereka sendiri. Mereka ini bisa juga orang-orang yang memang memilih jalan Elohim tetapi tidak serius sehingga gagal untuk berjuang mengambil kesempatan untuk keselamatan.  

Karena bagi mereka yang tidak bertobat, “tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan” (Ibrani 10:26-27).

Sebagaimana disebutkan tadi, penghakiman Elohim merupakan sebuah proses. Itu dimulai ketika Elohim memberi masing-masing orang kesempatan untuk hidup di jalanNya dan secara aktif memilih jalan hidupNya hingga Dia mengikutsertakan yang bersangkutan ke dalam keluargaNya pada kebangkitan pertama atau setelah kebangkitan kedua. Bagi orang-orang pilihan Elohim, proses ini telah dimulai (1 Petrus 4:17). Tetapi bagi mereka yang memilih menolak Elohim (2 Petrus 2:20-22), tahapan proses penghakiman akhir ialah kutuk dan kematian kedua.

Kematian kedua ini bukan sebuah siksaan kekal, tetapi kematian binasa seketika yang tidak akan dibangkitkan lagi. Elohim berkata bahwa orang-orang berdosa itu akan terbakar dan menjadi abu (Maleakhi 4:1-3). Kematian kedua ialah “kebinasaan orang-orang fasik” (2 Petrus 3:7). (Pastikan membaca artikel kami yang berjudul “What Is the Unpardonable Sin?” [“Apa itu Dosa Yang Tidak Diampuni?”] dan “What Is the Punishment of the Wicked?” [“Apa Hukuman Bagi Orang-orang Fasik”]).

Mulai saat itu dan seterusnya, Alkitab berkata, “Dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu" (Wahyu 21:4).

Kebangkitan kepada kehidupan fisik

Selain kebangkitan-kebangkitan di masa mendatang ini dan juga kebangkitan Kristus, Alkitab juga menyampaikan kepada kita beberapa kebangkitan manusia, yang dihidupkan kembali kepada kehidupan fisik dari kematian, seperti Lazarus dan orang-orang yang dibangkitkan saat kematian Kristus (Yohanes 11:14-44; Matius 27:50-53). Orang-orang ini kembali hidup dalam kehidupan fisik dan setelah menjalani kehidupannya mereka kemudian mati, dan mereka menunggu kebangkitan di masa datang. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Penghakiman Elohim: Kisah Nyata

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/judgment-of-god/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Wahyu 20 menyingkapkan tahapan-tahapan yang akan dilakukan Kristus setelah Dia datang kembali ke dunia ini untuk menambahkan anggota ke dalam keluarga abadi Elohim. Bagaimana penghakiman Elohim akan terjadi?

 

 

 

 

 

 

Penduduk dunia ini telah lama menantikan kedatangan Yesus Kristus yang ke-2 kali untuk mendirikan Kerajaan Elohim di bumi ini dan untuk mengadili umat manusia. Bagaimanapun juga, kejadian-kejadian yang telah dinubuatkan ini akan membawa keadilan dan kedamaian bagi dunia kita yang penuh kekacauan ini.

Penghakiman Elohim

Sukacita besar dan kegembiraan yang luar biasa bagi orang-orang atas kembalinya Kristus  digambarkan di dalam Mazmur 98:

“Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah … Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya; biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran” (Mazmur 98:4, Mazmur 98:7-9).

Dalam konteks yang menjelaskan apa yang akan terjadi kepada orang-orang fasik, Yudas menuliskan, “Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: ‘Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan’” (Yudas 1:14-15).

Sebagaimana Yudas menjelaskan, ajaran bahwa semua orang akan menghadapi penghakiman Elohim sudah terjadi dari awal mulanya. Bahkan sebelum zaman Henokh, Elohim telah mengajarkan Adam dan Hawa di Taman Eden. Dan Elohim telah mengatakannya kepada anak mereka, Kain, sbb: “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kejadian 4:7).

Sayangnya, umat manusia belum berhasil mengendalikan keinginan mereka yang penuh dosa. Ayat Suci Alkitab menjelaskan bahwa “Sebab semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Elohim” (Roma 3:23) dan, karena “upah dosa adalah maut” (Roma 6:23), semua umat manusia pantas di hukum mati. Tetapi Elohim dalam belas kasihanNya telah menetapkan sebuah rencana yang melaluinya dosa kita dapat diampuni melalui pertobatan dan baptisan (Kisah Para Rasul 2:38).

Banyak memahami bahwa Yesus Kristus datang ke bumi ini sekitar 2,000 tahun yang lalu untuk mengorbankan hidupNya untuk membayar penalti dosa-dosa kita. Sebagaimana Yohanes jelaskan: “Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).

Kitab Ibrani menambahkan bahwa Yesus “akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan” (Ibrani 9:28).

Penghakiman adalah suatu kesempatan

Apa yang dapat kita pastikan dari bacaan ini ialah bahwa penghakiman Elohim itu yang kita semua akan alami tidak perlu kita takuti sebab penghakiman itu sendiri merupakan kesempatan untuk menjadi bagian dalam keluarga abadi Elohim.

Tentu saja itu adalah hal yang menakutkan jika kita berbuat jahat seperti yang dinyatakan ayat ini, “Alangkah mengerikan jika jatuh ke dalam tangan Elohim yang hidup” (Ibrani 10:31). Sebaliknya, jika kita mengasihi Elohim dan melayani Dia, Dia berjanji untuk memberikan belas kasihan dan kasih sayangNya. “Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umatNya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hambaNya” (Ulangan 32:36).

Penghakiman di dalam Alkitab (definisi)

Banyak orang berasumsi bahwa penghakiman di dalam Alkitab itu hanya berarti hukuman. Tetapi definisi alkitabiah lebih luas dari itu. Penghakiman Elohim merupakan suatu proses. Elohim memperhatikan bagaimana kita bertumbuh dan dewasa di dalam pemahaman kita dan memberi pelayanan bagi Dia seiring waktu.

Sementara penghakiman itu akan mengarah pada penghukuman, bagian penghakiman Elohim ini tidak terjadi sebelum kita memahami ajaranNya dengan benar dan tidak diberikan sebelum  mendapat kesempatan untuk membangun karakter kesalehan dengan berjuang untuk hidup sesuai dengan hukum-hukum atau kehendakNya.

Bertolak dari definisi penghakiman ini yang berkaitan dengan masalah pemahaman dan pertumbuhan atau kedewasaan rohani, Petrus menuliskan: “Sebab inilah saatnya penghakiman dimulai, pertama-tama dari Bait Elohim. Jika penghakiman dimulai dari kita, bagaimanakah akhirnya dengan mereka yang tidak percaya kepada Injil Elohim?” (1 Petrus 4:17).

Untuk anggota Church of God [Jemaat Elohim], yang memahami hukum-hukum Elohim dan yang telah berkomitmen untuk memeliharanya, penghakiman mereka ialah saat ini.

Penghakiman bukan hanya berarti penghukuman; tetapi itu mencakup kesempatan untuk diselamatkan. Dan Alkitab menunjukkan bahwa tidak hanya satu hari untuk penghakiman. Ada tiga tahap penghakiman yang berbeda digambarkan di dalam Alkitab, dan ada tiga tahap kebangkitan bagi orang-orang mati. 

Hal ini akan menuntun kita ke kitab Wahyu 20, yang akan merupakan fokus utama dari setengah bagian akhir artikel ini. Bab ini menjelaskan apa yang akan dilakukan Yesus untuk mengeliminasi penyesatan agama dan memberi kesempatan bagi setiap orang untuk memahami ajaranNya. Hal itu juga menjelaskan bagaimana Elohim menyudahi rencana penyelamatanNya – yang mencakup penghakiman Elohim bagi semua umat manusia – melalui tiga tahap kebangkitan.   

Wahyu 20 dan penghakiman Elohim

Sebagaimana kita lihat Wahyu 20 – sebuah bab Alkitab yang sangat penting yang secara rinci menggunakan ucapan “seribu tahun” untuk mengidentifikasi Milenium masa damai yang dijanjikan Elohim – dimana pemerintah Babel akan sudah runtuh (Wahyu 18:2). 

Kristus pada saat itu akan sudah kembali ke dunia ini (yang digambarkan oleh “Perayaan Hari Raya Sangkakala: Alarm Perang, Seruan Perdamaian”) dan dimulainya pemerintahan Kristus (Wahyu 19:6). Kristus pada saat itu akan sudah menghakimi si “pelacur besar” (Wahyu 19:2) dan saat itu akan sudah diberi kehidupan kekal, kehidupan roh, kepada orang-orang pilihanNya (1 Korintus 15:50-52) dan perjamuan kawin akan sudah diadakan dengan mereka (Wahyu 19: 7-9).

(Informasi tentang Hari Raya Sangkakala seperti yang disebut di atas ini, silakan membacanya pada situs ini).

Dalam menghakimi umat manusia, Kristus dan tentaraNya akan sudah mengalahkan “binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka” yang telah berkumpul untuk memerangi Dia (Wahyu 19:19). Binatang dan nabi palsu itu – dua manusia yang bertanggung jawab untuk memerintah pada bangkitnya kembali Kekaisaran Romawi dan yang akan memaksakan agama palsunya – akan sudah di “tangkap” dan “dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (Wahyu 19:20).

Nampaknya “lautan api” ini akan merupakan api yang terlokalisasi dan yang dinyalakan setelah Kristus kembali, yang digambarkan dalam bentuk api yang menyala-nyala di Lembah Hinom (atau “Gehenna” [neraka]) di luar kota Yerusalem selama hari Kristus.

Setan diikat

Jadi setelah oposisi manusia terhadap Kristus telah disingkirkan, ada satu tahap lagi yang kritis yang akan diambil Kristus sebelum Dia beralih kepada rencana penyelamatan Elohim bagi umat manusia. Tahapan ini ialah untuk menangkap Setan si Iblis itu, yang telah menyesatkan mayoritas manusia selama berabad-abad (Wahyu 12:9; 1 Yohanes 5:18-19).  

Wahyu 20 dimulai dengan sebuah deskripsi malaikat yang turun dari sorga untuk mengikat Setan selama seribu tahun dan melemparkannya ke dalam sebuah “bottomless pit atau abyss” [lobang jurang maut] sebagaimana beberapa terjemahan artikan termasuk versi American Standard, mengartikan bahasa Yunani abussos (ayat 1-3).

Konsep utama di sini ialah bahwa Setan akan dipenjarakan agar tidak menyesatkan orang lagi. Hal ini digambarkan oleh “Hari Raya Pendamaian.” (Bacalah artikel ini, pada situs ini. Silakan menggunakan kolom search)

Kebangkitan pertama

Menggambarkan penglihatan yang dia terima, Yohanes menuliskan: “Kemudian aku melihat takhta-takhta dan mereka yang duduk di atasnya; mereka telah diberi kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka yang dipenggal karena kesaksian YESUS dan karena firman Elohim dan yang tidak menyembah binatang itu maupun patungnya dan yang tidak menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya; mereka hidup kembali dan memerintah bersama Kristus selama seribu tahun.

“Namun orang-orang mati lainnya tidak hidup kembali sampai genap masa seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama. Berbahagialah dan kuduslah orang yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama. Kematian kedua tidak mempunyai kuasa atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Elohim dan Kristus, dan mereka akan memerintah bersama Dia seribu tahun lamanya” (Wahyu 20:4-6).

Orang-orang suci yang dibangkitkan akan memerintah dengan Kristus di masa pemerintahan Milenium

Orang-orang suci yang setia ini, yakni yang akan memerintah bersama Kristus akan dibangkitkan dalam tubuh roh pada saat kedatanganNya yang ke-2 kali (1 Korintus 15:51-53; 1 Tesalonika 4:16-17). Dengan diikatnya Setan selama 1,000 tahun, makhluk-makhluk roh ini yang sebelumnya dinamakan oleh Elohim sebagai manusia dan yang telah berjuang menolak pengaruh Setan dan hidup taat terhadap hukum-hukumNya akan pada saat itu memerintah sebagai raja dan imam bersama Kristus selama periode ini yang disebut sebagai Milenium (Wahyu 1:6; 5:10).

Selama Milenium, umat manusia akan mendapat kesempatan untuk mendengar injil yang benar dan menerima keselamatan. Dengan diikatnya Setan, manusia tidak akan membantah terhadap ajaran kebenaran dengan agama palsunya seperti umumnya terjadi di dalam dunia kita sekarang. 

Untuk mempelajari Milenium lebih lanjut, bacalah artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Hari Raya Pondok Daun: Tuaian Yang Melimpah.” Ini adalah festival yang menggambarkan masa yang indah dari masa kedamaian dan kemakmuran.

Setan dilepas

“Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut” (Wahyu 20:7-8).

Betapa itu menyedihkan bahwa setelah dunia dan warganegaranya mengalami kedamaian, sukacita dan keistimewaan hidup di bawah pemerintahan Yesus Kristus, banyak akan disesatkan oleh Setan, yang adalah musuh utama manusia! 

Tentara-tentara ini, yakni yang digerakkan Setan akan dihancurkan (ayat 9), dan Setan akan “dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu [telah dibinasakan] dan mereka [Setan dan demonnya] disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (ayat 10].

Apa itu lautan api?

Berdasarkan susunan kata dalam ayat ini, beberapa orang salah asumsi bahwa lautan api itu mereka percayai sebagai tempat siksaan kekal bagi manusia-manusia yang mengikuti peran binatang dan nabi palsu itu, serta orang-orang lain yang tidak taat kepada Elohim.  

Sementara lautan api itu diadakan, itu bukanlah tempat dimana manusia disiksa selama-lamanya. Yang jelas bahwa api akan membinasakan manusia atau mengakhiri hidupnya, bukan menyiksa selamanya. Berbicara tentang lautan api, Elohim berkata, “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka” (Maleakhi 4:1). Dengan demikian orang-orang fasik akan terbakar habis, sebagaimana diindikasikan dengan kata “abu” (ayat 3).

Lagipula, kita harus memperhatikan bahwa perkataan “are” di Wahyu 20:10 dalam versi New King James dan King James ditulis dalam huruf italic [miring], yang berarti kata ini ditambahkan oleh penerjemah agar bacaan ini sesuai dengan pemahaman mereka. Sebenarnya, poin Wahyu 20:10 ini ialah bahwa Setan akan dilemparkan ke dalam lautan api dimana binatang dan nabi palsu itu juga telah dilemparkan dan dibinasakan di situ sebelum pemerintahan 1,000 atau Milenium (Wahyu 19:20). 

Mencerminkan pengertian dasar dari bahasa Yunani di sini, versi Good News menerjemahkan Wahyu 20:10 sebagai berikut: “Then the Devil, who deceived them, was thrown into the lake of fire and sulfur, where the beast and the false prophet had already been thrown.” [Dan Iblis yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu telah dilemparkan.”]

Untuk kata ganti they [mereka] “siang malam sampai selama-lamanya” (Wahyu 20:10), nampaknya Yohanes merujuk pada Setan dan demonnya. Ayat Suci Alkitab menunjukkan bahwa Setan dan malaikat-malaikatnya yang mengikuti dia bersama-sama menyesatkan orang dan bahwa Setan dan demon akan pada akhirnya mendapat takdir hukuman yang sama (2 Korintus 11:14-15; Wahyu 12:9).

Apa yang diajarkan Alkitab ialah bahwa lautan api, yang juga disebut api kekal, akan disiapkan “untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Matius 25:41, juga di Yudas 1:6-7). Sebagai makhluk roh, mereka tidak dapat hangus/binasa oleh api, tetapi mereka akan dilemparkan sementara ke dalam lautan api sebelum mereka mendapat hukuman terakhir dimana mereka dimasukkan ke dalam “dunia kekelaman untuk selama-lamanya” sebagaimana digambarkan oleh Yudas. Di sanalah mereka akan menderita siksaan mental selama-lamanya (Yudas 1:13).

Akhirnya, kita hendaknya memperhatikan bahwa ucapan “selama-lamanya” diartikan secara literal “for the ages of the ages” [kekal selamanya] (George Ricker Berry, The Interlinear Greek-English New Testament). Ucapan ini bisa diartikan selamanya atau bisa juga bertahan lama seperti yang dialami Sodom dan Gumorah yang merupakan “siksaan api kekal” (Yudas 1:7), yang menyala pada zaman itu atau selama periode yang ditentukan oleh Elohim. Pelajarilah hal ini di dalam artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Apa itu Lautan Api?”  

Kebangkitan kedua: ketika sebagian besar orang akan berdiri di hadapan Elohim pada hari penghakiman

Setelah Setan dilepaskan untuk waktu yang singkat sebelum akhirnya dia dilemparkan ke dalam lautan api di akhir pemerintahan Milenium itu, akan ada kebangkitan ke-2 bagi umat manusia; mereka bangkit dari kubur mereka dan hidup kembali selama masa penghakiman “takhta putih” (Wahyu 20:11-12).

Rasul Yohanes menuliskan, “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu” (ayat 12).

Kebangkitan ini akan merupakan sebuah restorasi hidup fisik bagi manusia yang belum pernah mendapat kesempatan untuk mendengar dan memahami apa ekspektasi Elohim terhadap umat manusia. Kitab-kitab yang akan dibuka untuk pemahaman mereka adalah kitab-kitab yang ditulis di dalam Alkitab, dan Yehezkiel 37:14 menunjukkan bahwa mereka akan ditawarkan Roh Kudus. Mereka akan diberi kesempatan bertobat, yang adalah kesempatan pertama dan satu-satunya kesempatan bagi mereka untuk bertobat dan diubahkan dan nama mereka akan dicatat di dalam Kitab Kehidupan. (Pelajarilah artikel kami yang berjudul “The Book of Life.” [Kitab Kehidupan]).

Periode penghakiman Elohim di sini, termasuk kesempatan untuk menerima keselamatan, digambarkan oleh festival “Hari Raya Penghakiman Takhta Putih: Tuaian Akhir.” (Silakan membaca artikel ini pada situs ini).

Kebangkitan ketiga: penghakiman terakhir

Setelah orang-orang suci dan setia yang dipanggil selama zaman ini – zaman sekarang – telah diberikan kehidupan kekal melalui kebangkitan pertama (Yohanes 6:44) dan orang-orang yang belum dipanggil Elohim pada zaman ini, yakni yang akan diberi kesempatan untuk menerima keselamatan melalui kebangkitan kedua, ada lagi sejumlah orang yang tersisa dan mereka ini adalah orang-orang yang sudah memahami kebenaran Elohim tetapi menolak untuk menerimanya dan menolak hidup sesuai kebenaran itu.

Sejak mereka telah dapat secara penuh memahami dan melakukan kebenaran Elohim, Dia telah sebelumnya menghakimi mereka selama hidup mereka, sama seperti Dia sekarang menghakimi orang-orang setia. Tidak ada lagi periode penghakiman bagi orang-orang tersisa ini. Periode penghakiman mereka sudah selesai selama hidup mereka. Akan tetapi, orang-orang ini mati dan belum pernah menerima penghakiman akhir – hukuman – dari Elohim.

Menurut Wahyu 20:13-14, orang-orang ini akan dibangkitkan dan hidup kembali kepada kehidupan fisik untuk diadili berdasarkan perilaku jahat mereka dan kemudian akan dibinasakan di dalam lautan api, yakni api yang kali ini akan menghanguskan seluruh bumi ini (2 Petrus 3:7). Inilah yang disebut “kematian kedua” (Wahyu 20:6, 14), yakni kematian terakhir yang tidak ada lagi kebangkitan atau harapan hidup lagi.

Penghakiman Elohim

Sebagai ringkasannya, Wahyu 20 menunjukkan penghakiman Elohim terhadap Setan dan menjelaskan penghakimanNya itu pada manusia, dan ini mencakup kesempatan bagi manusia itu sendiri untuk menerima keselamatan. (Untuk informasi yang lebih lengkap, bacalah artikel kami yang berjudul “What Are the Resurrections?” [Apa itu Kebangkitan?]).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Lautan Api?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/lake-of-fire/

Ayat-ayat kutipan artikel ini diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, dan juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Banyak pendapat-pendapat bermunculan tentang apa yang dimaksud dengan lautan api, sebuah frasa yang jarang digunakan. Apa kata Alkitab? Dan bagaimana kita bisa menghindari lautan api ini?

 

 

 

 

 

 

 

Ucapan lautan api hanya empat kali ditemukan di dalam Alkitab, dan masing-masing kejadian terdapat di dalam kitab Wahyu. Bacaan pertama menceritakan kepada kita bahwa ketika raja-raja dunia ini berkumpul untuk memerangi Kristus saat kedatanganNya yang kedua kali, binatang dan nabi palsu itu akan “dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (Wahyu 19:20).

Ketiga kejadian lainnya dari ucapan ini terdapat pada bab berikutnya. Di sini kita temukan bahwa Iblis itu akan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:10) dan bahwa pada akhirnya “Maut dan kerajaan Maut” akan dilemparkan ke dalam lautan ini (ayat 14). Dan akhirnya, kita membaca, “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (ayat 15).

Bacaan di Perjanjian Lama seperti Kejadian 19:24; Mazmur 11:6; dan Yehezkiel 38:22 berbicara tentang hujan belerang dan api yang diturunkan Elohim kepada orang-orang fasik. Rujukan yang menghubungkan api dan belerang dengan lautan api (Wahyu 19:20; 20:10) mengindikasikan bahwa itu adalah suatu bentuk hukuman.

Bacaan di kitab Wahyu juga membuat jelas bahwa makhluk yang dilemparkan ke dalam lautan api itu ialah sebuah hukuman atau penghakiman dari Elohim. Konsep ini umumnya bisa diterima. Apa yang tidak bisa diterima tentang hal ini ialah sifat dari hukuman ini bagi manusia? 

Penjelasan tradisional

Penjelasan lautan api yang paling umum, tetapi salah, telah diartikan sebagai sebuah tempat siksaan kekal bagi orang-orang fasik yang melakukan kejahatan. Dan yang sering dikutip sebagai bukti untuk kepercayaan ini terdapat di kitab Wahyu 20:10: “Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.” 

Bacaan ini, sebagaimana diterjemahkan di versi King James, nampaknya berkata bahwa iblis, binatang dan nabi palsu itu akan disiksa selama-lamanya di lautan api itu. Jadi bagaimana menjelaskan hal ini dari sisi lain? Kita akan kembali ke ayat ini setelah memperhatikan penjelasan alternatif yang tentu lebih baik dan sesuai dengan ajaran Alkitab.

Penjelasan yang lebih baik

Konsep populer tentang neraka, yang dipercayai dengan pemahaman yang salah oleh banyak orang dimana mereka mengatakan bahwa lautan api itu merupakan tempat siksaan kekal bagi orang-orang berdosa sama sekali tidak diajarkan di dalam Alkitab. Alkitab juga tidak mengajarkan ide palsu yang mempercayai immortal soul [jiwa kekal].

Di seluruh lembaran Alkitab, “hell” [neraka] (Bahasa Inggris yang dipilih sebagai terjemahan dari beberapa kata di Bahasa Yunani) dalam berbagai situasi merujuk pada arti kuburan, sebuah lembah di dekat Yerusalem atau suatu kondisi tahanan untuk Setan dan demon. Kata ini tidak pernah digunakan untuk menggambarkan tempat siksaan kekal untuk orang-orang fasik.

Tentang konsep bahwa manusia yang memiliki jiwa kekal, ini adalah ajaran palsu yang bersumber dari Setan (Kejadian 3:4) dan ini sudah merupakan ajaran umum di dalam agama paganisme. Alkitab mengajarkan bahwa jiwa itu hanyalah mortal [bersifat fana], atau makhluk hidup.

Bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul, “Jiwa Kekal: Apa itu Jiwa?” (Silakan menggunakan kolom search di sebelah kanan atas)

Ajaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Perjanjian Lama jelas mengajarkan bahwa hukuman orang-orang fasik adalah kematian – yakni akhir dari kehidupan. “Tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa” (Pengkhotbah 9:5). Jadi tidak ada eksistensi kehidupan setelah kematian. Elohim, melalui nabi Yehezkiel, dua kali menyebutkan ini, “Semua jiwa [makhluk hidup mortal] Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18:4, 20).

Penghakiman Elohim terhadap orang-orang fasik digambarkan oleh nabi Maleakhi. Atas ilham yang diberikan Elohim, dia menuliskan: “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka. Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu, firman TUHAN semesta alam” (Maleakhi 4:1, 3).

Abu merupakan sisa pembakaran, dan inilah yang akan terjadi kepada orang-orang fasik dan mereka yang tidak mungkin lagi diperbaiki. Mereka akan menjadi debu ketika mereka dilemparkan ke dalam lautan api. Inilah apa yang diajarkan Perjanjian Lama tentang hukuman orang-orang fasik, dan ajaran ini juga dikuatkan oleh Yesus Kristus di dalam Perjanjian Baru.

Perhatikan perkataan Kristus: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Matius 10:28). Perhatikan baik-baik bahwa Yesus di sini tidak berbicara tentang siksaan kekal bagi mereka yang tidak taat – tetapi, Dia berkata tentang jiwa (kehidupan) dan tubuh seseorang yang dibinasakan.

Selama bertahun-tahun, banyak telah mencatat ketidaksesuaian antara apa yang digambarkan Elohim – yang begitu mengasihi dunia ini sehingga AnakNya mati untuk menebus dosa kita – dengan satu makhluk yang mengatakan bahwa orang-orang berdosa disiksa selamanya. Beberapa orang telah mencoba memberi alasan di seputar ketidak-konsistenan ini dengan mengatakan bahwa kebesaran Elohim menuntut hukuman semacam itu karena dosa. Tetapi alasan ini cacat karena kontradiksi dengan ayat-ayat Suci Alkitab.

“Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Di sini, kebalikan dari menerima kehidupan kekal adalah “binasa.” Elohim tidak “berkenan kepada kematian orang fasik” – tidak berkenan dengan hukuman kekal (Yehezkiel 33:11). Dia “menghendaki supaya jangan ada yang binasa” (2 Petrus 3:9)

Menyadari bahwa Alkitab mengajarkan bahwa orang-orang fasik akan dibinasakan, beberapa gereja sekarang merujuk pada ajaran ini sebagai pembinasaan. Ini adalah penjelasan yang lebih baik tentang hukuman kepada orang-orang fasik.

Sekarang mari kita kembali bahas ayat di atas tadi yang nampaknya mengimplikasikan “eternal” [kekal], yakni hukuman kekal bagi orang-orang fasik.

Memahami Wahyu 20:10

Wahyu 20:10 menyatakan: “Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”

Wahyu 20:10: “…. where the beast and the false prophet are.” Perkataan “are” di dalam versi New King James dan King James dituliskan dalam cetak italic [huruf miring]. Ini berarti kata tersebut diselipkan oleh penerjemah – yang kebetulan percaya dalam siksaan kekal sebagai hukuman orang-orang fasik – untuk memfasilitasi bacaan dan arti dari ayat ini sebagaimana mereka percayai. Mereka semestinya bisa dengan mudah menyelipkan kata were cast [dilemparkan] – yang merupakan terjemahan yang lebih baik.

Pesan yang disampaikan Wahyu 20:10 ini ialah bahwa Setan atau Iblis akan dilemparkan ke dalam lautan api yang sama di mana binatang dan nabi palsu itu telah dilemparkan (Wahyu 19:20). Good News Translation untuk Wahyu 20:10 menyampaikan seperti ini: “Then the Devil, who deceived them, was thrown into the lake of fire and sulfur, where the beast and the false prophet had already been thrown.” [Dan Iblis yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu telah dilemparkan.”

Binatang dan nabi palsu, yang adalah manusia berwujud fisik atau mortal [fana] akan seketika mati begitu mereka dilemparkan ke dalam lautan api setelah Kristus kembali. Jadi, siapa yang akan “disiksa siang malam sampai selama-lamanya,” sebagaimana dinyatakan teks ini?

Perhatikan bahwa versi King James tidak menyertakan kata ganti they dalam menjelaskan ayat ini: “Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang … dan disiksa siang malam sampai selama-lamanya.” Setan atau Iblis, yang adalah makhluk roh, akan menerima hukuman ini. Tentu, kita hendaknya juga memahami bahwa lautan api itu – juga disebut “api yang kekal” – akan tersedia “untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Matius 25:41).

Manusia-manusia fasik yang dilemparkan ke dalam lautan api akan binasa seketika. Mereka tidak hidup selamanya di dalam siksaan, sakit dan penderitaan. Akan tetapi, Setan dan malaikatnya (yang telah menjadi demon) adalah dalam wujud roh atau makhluk roh dan dengan demikian mereka tidak akan binasa dalam api. Mereka inilah yang akan “disiksa siang malam selamanya.” Sebab wujud mereka ini adalah roh dan tidak akan dapat dimusnahkan oleh api, sebagaimana api menghanguskan benda fisik. Jadi siksaan mereka akan merupakan siksaan mental. Yudas mengindikasikan bahwa hukuman terakhir mereka ialah bahwa mereka akan dilemparkan ke dalam kegelapan untuk selama-lamanya (Yudas 1:5-6, 12-13).   

Untuk bahan pelajaran lebih lanjut tentang bagaimana Elohim akan menghakimi orang, bacalah artikel kami yang berjudul “Judgment of God: The Real Story.” [Penghakiman Elohim: Kisah Nyata].

Tujuan lautan api

Sebagaimana kita telah lihat, satu dari tujuan lautan api itu ialah untuk membinasakan manusia fasik yang akan mengikuti binatang dan nabi palsu itu.

Tentu saja bahwa bukan hanya binatang dan nabi palsu itu yang dibinasakan di lautan api itu. Maleakhi 4:1 berkata bahwa “semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam.”

Setelah 1,000 tahun itu telah selesai, Setan akan akan dilepas dari penjaranya, dan dia akan menyesatkan bangsa-bangsa dan memimpin mereka ke tempat pertempuran untuk memerangi Yerusalem (Wahyu 20:7-8). Elohim akan membinasakan orang-orang fasik ini dengan menurunkan hujan api dari sorga, mereka ini dan semua yang memberontak akan dilemparkan ke lautan api bersama-sama dengan Setan atau Iblis dan demonnya (ayat 9-10; Yudas 1:6-7). Jadi lautan api juga akan menjadi instrumen untuk menyiksa Setan atau Iblis dan demonnya selama periode itu.  

Setelah Milenium dan setelah Setan serta demonnya dilemparkan ke dalam lautan api, Alkitab berbicara satu lagi periode penghakiman untuk manusia yang disebut “a great white throne” [Penghakiman Takhta Putih] (Wahyu 20:11-12). Mereka yang dulu tidak mempunyai kesempatan untuk menerima keselamatan selama kehidupan pertama akan dibangkitkan dalam tubuh jasmani untuk mendapat kesempatan itu.

Orang yang memilih untuk tidak menaati Kristus dan mereka yang sudah memiliki pengetahuan tentang keselamatan tetapi dengan sadar menolak Dia semasa penghakiman pada kehidupan pertama mereka akan dibinasakan di lautan api (ayat 13-15). Perhatikan bahwa pembinasaan mereka di sini disebut “kematian kedua” kalinya – yakni kematian yang tidak akan dibangkitkan lagi. Sebab rencana penyelamatan Elohim untuk umat manusia pada saat itu sudah selesai, “Maut dan neraka [kuburan]” juga “dilemparkan ke dalam lautan api.”

Akhirnya, Alkitab berkata bahwa bumi yang sekarang akan dihanguskan dalam nyala api untuk persiapan penyambutan “langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama akan berlalu” (Wahyu 21:1). Berbicara tentang hal ini, Petrus menuliskan, “Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap” (2 Petrus 3:10).

Bagaimana menghindari lautan api

Sebagaimana kita telah pahami, Elohim menghendaki supaya jangan ada yang binasa (2 Petrus 3:9). Tetapi Dia mau, supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4).

Bagi kita, jalan keselamatan secara terang dijelaskan. Selama pelayananNya di bumi ini Yesus berulangkali mendesak orang-orang yang mendengarkan perkataanNya, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2; 4:17); juga Markus 1:15). Dan kadang-kadang, saat tragedi terjadi, Dia memperingatkan, “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Lukas 13:3, 5). 

Setelah Kebangkitan Kristus, Dia menampakkan diri kepada murid-muridNya dan berkata kepada mereka bahwa “pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa” (Lukas 24:47). Beberapa hari kemudian, setelah Petrus menerima Roh Kudus pada Hari Pentakosta, dia mengikuti perintah Yesus ini, dengan mendesak orang untuk bertobat dari dosa-dosa mereka (Kisah Para Rasul 2:38). 

Dan mengapa kita harus bertobat? Sebagaimana Petrus menjelaskan, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus” (Kisah Para Rasul 3:19-20).

Pengampunan dosa kita – yaitu dosa kita dihapuskan bersih – merupakan karunia yang sangat indah dari Elohim. Sebagaimana Paulus katakan, “Berbahagialah mereka yang pelanggaran-pelanggarannya dihapuskan, dan yang dosa-dosanya ditutupi” (Roma 4:7).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Nubuat Akhir Zaman

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/end-times/end-times-prophecy/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Elohim adalah satu-satunya yang dapat memprediksi apa yang terjadi di masa yang akan datang – dan membuat nubuat-nubuatNya digenapi. Apa yang Dia kehendaki untuk anda ketahui tentang nubuat-nubuat akhir zaman Alkitab?

 

 

 

 

 

 

Apa yang dikehendaki Elohim untuk anda ketahui tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang – bagi anda? Apa yang telah Dia singkapkan melalui nubuat akhir zaman menurut Alkitab yang perlu anda ketahui?

Mari kita periksa nubuat akhir zaman dengan menggunakan standar pertanyaan jurnalistik, yakni the five Ws: what [apa], who [siapa], where [di mana], when [kapan], dan khususnya pertanyaan why [mengapa].

Apa yang akan terjadi pada akhir zaman?

Dunia ini akan sampai pada ambang pemusnahan manusia sebelum Yesus Kristus kembali untuk menyelamatkan kita dari kemusnahan diri kita sendiri. 

Ketika murid-murid Yesus bertanya tentang apa yang akan terjadi pada akhir zaman pemerintahan manusia, sebuah bagian krusial dari jawabanNya ialah: “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan, waktu itu akan dipersingkat” (Matius 24:21-22).

Kitab Wahyu merinci kejadian-kejadian akhir zaman melalui pembukaan tujuh meterai, dan pada meterai ke-7 itu akan disingkapkan tujuh tulah sangkakala. Dan sangkakala ke-7 itu berisi tujuh tulah terakhir.

Nubuat akhir zaman: siapa dan di mana?

Kejadian-kejadian akhir zaman yang hebat ini akan mengenai setiap orang di seluruh bagian dunia ini. Dan yang akan paling merasakan ialah orang-orang yang tinggal di Timur Tengah, Eropa dan juga keturunan Israel yang dikenal sebagai 10 suku Israel yang hilang. 

Syukurlah, ketika Yesus kembali untuk mengakhiri pemerintahan manusia yang salah ini,  Dia akan mendirikan Kerajaan Elohim. Pemerintahan Yesus Kristus yang sempurna akan meluas ke seluruh bumi ini untuk membawa utopia kepada setiap orang dimana pun juga. (Silakan menggunakan kolom search dengan kata kunci “Kerajaan” untuk artikel-artikel tentang Kerajaan Elohim).

Kapan kedatangan Yesus yang kedua kali?

Apakah kita tidak ingin tahu! Sejak Yesus naik ke sorga meninggalkan kita di bumi ini, para pengikutNya telah ingin tahu kapan tepatnya Dia akan kembali. Sebagian alasan untuk itu ialah karena kita sungguh menginginkan KerajaanNya datang dan mengakhiri sakit dan penderitaan. Itulah sebabnya orang Kristen berdoa dengan sungguh-sungguh, “Datanglah KerajaanMu!”  

Tetapi barangkali beberapa keinginan kita dapat juga diatributkan dengan rasa penasaran. Kita juga ingin bisa membuat keputusan-keputusan yang bijak di dalam hidup kita, karena tidak tahu kapan batas waktu yang paling penting dimana kita merasakan keresahan.

Dan kita harus mempertimbangkan alasan pokok lainnya mengapa banyak orang ingin tahu: Kita ingin mengetahui seberapa urgen itu bagi kita. Jika Kristus kembali segera, kita akan melipatgandakan ketekunan dalam penantian kita, tetapi jika masih lama lagi, maka kecenderungan sifat alami kita sebagai manusia adalah lengah atau lalai.

Itu sebabnya mengapa Yesus berkata, “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu” (Matius 24:36). Kita harus berjuang untuk selalu siap sedia, “karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Matius 24:44). Semangat rohani kita harus teguh setiap saat.

Mengapa tulah yang hebat itu dinubuatkan untuk akhir zaman?

Barangkali pertanyaan yang paling terabaikan ialah, mengapa kejadian-kejadian hebat ini diprediksi akan terjadi di masa mendatang? Karena dosa. (Silakan membaca artikel kami, pada situs ini, yang berjudul “Apa itu Dosa-dosa Yang Membawa Maut?”). Dosa adalah pelanggaran hukum sempurna Elohim. Ini berarti jalan dosa adalah kebalikan dari jalan kasih Elohim. Itu adalah selfish, yakni egois yang mementingkan diri sendiri; kebalikan dari selfless, sepi ing pamrih, yakni memberi tanpa pamrih.   

Dosa adalah penyebab penderitaan dan kematian dan kehancuran, dan budaya kita yang cenderung membiarkan dosa berkembang yang semakin lama semakin buruk. Bacalah penjelasan Paulus tentang sikap-sikap yang sarat dengan dosa pada hari-hari terakhir di 2 Timotius 3:1-5, dan anda akan melihat refleksinya pada masyarakat kita hari ini.

Dahulu kala, umat manusia secara keseluruhan berada di ambang level kebejatan moral seperti yang kita hadapi sekarang, dan dalam kasih Pencipta kita seluruh umat manusia binasa mengenaskan dalam Air Bah. Kali ini, kematian umat manusia yang diakibatkan dosa akan dihentikan oleh kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Bahkan sebelum Air Bah, pelayan Elohim, Henokh, bisa melihat kehancuran akibat dosa dan hal-hal yang berkaitan akan kedatangan Kristus kembali:

“Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: ‘Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan’” (Yudas 14:15).

Nubuat akhir zaman menunjukkan bahwa umat manusia akan berada di ambang kehancuran karena dosa. Tetapi mengapa Elohim memberikan kita nubuat? Karena Dia menghendaki agar kita bertobat – berubah hidup! Mengapa? Karena Dia sungguh mengasihi kita dan menghendaki kita untuk menikmati berkat-berkatNya, yakni berkat-berkat dari jalan hidupNya selama-lamanya – dan bukan konsekuensi buruk dosa.

Dalam merespons kepada nubuat akhir zaman: apa yang sebaiknya kita lakukan?

Kita sebaiknya bertobat dari dosa-dosa kita (Kisah Para Rasul 2:38). Pertobatan itu bukan hanya berhenti berdosa, tetapi berbalik dari jalan dosa itu ke jalan hidup Elohim. Ini berarti kita harus menaati perintah-perintahNya dan hidup dalam kehidupan yang saleh (Wahyu 14:12; 2 Petrus 3:11). (Untuk bacaan lebih lanjut, bacalah artikel kami, pada situs ini, berjudul “Apa itu Pertobatan.”)

Yesus juga memberitahu kita untuk selalu waspada dan berdoa (Lukas 21:36). Kita harus waspada akan diri kita sendiri dan melakukan hal-hal yang sesuai dengan kehendak Elohim. Dan meskipun kita tidak dapat mengetahui hari mana dan jam berapa Yesus kembali, kita harus memperhatikan dan mengikuti kejadian dunia ini yang dapat menolong kita untuk melihat tanda-tanda akhir zaman.

Misalnya dalam menaati perintah Kristus yang berbunyi, “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (Lukas 21:36). 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah Elohim itu Adil?

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/life/plan-of-salvation/last-great-day/is-god-fair/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Itu suatu pertanyaan yang lumrah ditanyakan. Tetapi meskipun banyak orang yang agamis berkata Dia adil  mereka tidak bisa menjelaskan beberapa pertanyaan yang lebih sulit yang menyebabkan banyak orang berkata Dia tidak adil.  

 

 

 

 

 

 

Anda tidak perlu hidup lama di atas bumi ini untuk melihat ketidakadilan, penindasan dan kejahatan yang amat sangat.

Kita memperhatikan orang-orang kaya yang curang terhadap orang-orang miskin, kita mendengar pelatih olah raga dan pemimpin agama yang memaki atau mengumpat orang, kita menyaksikan orang-orang jahat yang melakukan trafficking [perdagangan orang].

Nampaknya terlalu sering mereka yang berlaku jahat seperti itu lepas begitu saja dari jeratan kejahatan mereka, sementara mereka yang mencoba mengadu nasib sangat menderita. Bahkan lebih memprihatinkan, ketidakadilan ini sering berkelanjutan hingga mereka yang mengalaminya mati sia-sia. Mengapa banyak di antara orang-orang jahat itu menikmati hidup, sementara mereka yang tidak berdosa mati pada usia muda atau mati karena kesakitan/penderitaan – atau mati karena keadaan kedua-duanya?

Dan kemudian ada pula dilema pekabar injil. Bagaimana dengan semua orang di dunia ini yang bahkan hingga hari ini tidak mengerti arti injil Yesus Kristus? Akankah mereka dilemparkan ke dalam api neraka? Apakah Elohim hanya memberikan keselamatan kepada segelintir minoritas dari semua orang yang pernah hidup?

Bagaimana seorang Elohim agung, yang benar dan adil membiarkan/mengizinkan semua ini?

Hidup memang tidak adil – tetapi mengapa?

Mencoba memahami dunia kita yang tidak adil ini, mari kita berbalik dan melihat ke “pada mulanya.” Elohim memberitahu kita bahwa Dia menciptakan laki-laki dan perempuan dan menempatkan mereka di dalam sebuah taman hijau – Taman Eden. Pada saat itu kehidupan masih sederhana. Elohim secara jelas menjelaskan hukum sebab akibat kepada Adam dan Hawa. Dia menghendaki mereka menikmati dunia yang indah itu yang Dia berikan kepada mereka, tetapi mereka harus menaati Dia dan menghindari buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, yang tidak baik bagi mereka (Kejadian 2:15-17).   

Akan tetapi, Setan atau Iblis dalam bentuk seekor ular segera datang dan mencoba meyakinkan mereka bahwa Elohim berbohong kepada mereka. Dengan mengambil dan memakan buah terlarang itu, bukan saja akan mendatangkan konsekuensi destruktif bagi mereka, tetapi juga mereka secara sadar menolak jalan hidup Elohim yang tadinya akan menguntungkan/membahagiakan mereka. Mereka memilih jalan Setan yang akan mendatangkan ketidakadilan, penindasan dan kejahatan.

Alkitab menjelaskan kepada kita bahwa dunia sekarang ini dimana kita berada “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Elohim dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat” (1 Yohanes 5:19). Setan terus berdusta dan membunuh dan mengembangkan gaya hidup penuh dosa dan merusak diri sendiri, dan kemudian mencoba meyakinkan kita bahwa Elohim itu tidak adil.

Perspektif dan kesabaran

Hidup tidak adil, tetapi itu adalah perbuatan Setan dan pikiran manusiawi kita. Setan telah memutarbalikkan seluruh sistem untuk, kadang-kadang, menghadiahi orang-orang jahat dan menghukum orang-orang yang tak berdosa.

Dari perspektif Elohim, hukum sebab akibatNya akan menang. Penundaan sementara akan berakhir. Mereka yang berseru kepada Elohim dalam penderitaan mereka disuruh menunggu dengan sabar untuk intervensi Elohim (Mazmur 37:7-9). Keadilan akan datang dan terlaksana.

Kecuali satu hal.

Keadilan memerlukan kematian atas penalti dosa – dan kita semua telah berdosa (Roma 3:23; 6:23). Jadi daripada memusnahkan kita semua, Elohim telah merencanakan cara lain.  

Apa yang sesungguhnya kita kehendaki: keadilan atau belas kasihan?

Secara alami kita membenci ketidakadilan. Tetapi rasa keadilan kita sangat mudah melempem. Kita merasa jauh lebih mudah melihat ketidakadilan dan perbuatan dosa pada orang lain. Kita justru cepat mencari pembenaran diri atas dosa-dosa dan ketidakadilan kita sendiri

Tetapi jika kita bisa melihat segala sesuatu dengan jelas dari perspektif Elohim, akankah kita masih mempertanyakan keadilan sempurna Elohim? Atau apakah kita memohonkan belas kasihanNya?

Ketidakadilan yang paling besar dan menghapuskan dosa

Apabila kita memahami bahwa dosa-dosa kita (ketidakpatuhan kita terhadap hukum-hukum sempurna Elohim) telah mendatangkan penalti maut, kita menyadari bahwa pilihan satu-satunya bagi kita ialah memohon belaskasihanNya. Tetapi bagaimana Elohim yang sempurna itu bisa mengampuni kita? KeadilanNya memerlukan darah – kematian – untuk membayar upah dosa kita. Jadi tidak ada manusia yang serta-merta menerima hidup kekal.

Tetapi “Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).

Yesus Kristus rela mati untuk menggantikan kematian kita sebagai upah dosa kita – untuk membayar penalti dosa bagi anda dan saya. Dia tidak berbuat apa-apa sehingga patut dihukum mati. Dia tidak pernah berdosa. Sebagai Anak Elohim, hidupNya lebih berharga daripada hidup seluruh umat manusia.

Elohim mempunyai alasan mengapa Dia menciptakan kita, dan Dia tidak ingin melihat kita mendapat apa yang patut kita dapatkan karena dosa.

Jika kita memperhatikan fakta-fakta ini, bukankah kematian Yesus yang justru paling tidak adil? Namun demikian Dia rela mengorbankan DiriNya untuk memberi jalan bagi kita untuk bertobat dan diampuni. PengorbananNya memungkinkan belas kasihanNya.

Ketika kita bertobat dari dosa-dosa kita, kita berkomitmen untuk berputar balik dari jalan dosa ke jalan kebenaran. Kita melihat perlunya untuk berhenti berdosa dan menaati hukum-hukum sempurna Elohim.

Rasul Petrus menjelaskan prosesnya: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 2:38). Elohim menghapus bersih segala dosa kita dan memberi kita, sebagai anak-anakNya, down payment of eternal life [proses awal dari hidup kekal]!

Kita hendaknya bersyukur selamanya bagi rencana Elohim bahwa  “belas kasihan akan menang atas penghakiman” (Yakobus 2:13).

Tetapi bagaimana dengan miliaran orang yang tidak percaya akan Kristus – dan miliaran orang yang telah mati yang belum pernah mendengar tentang Juruselamat kita?

Kehendak Elohim

Paulus menuliskan bahwa Elohim Juruselamat kita “yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4).

Apakah itu berarti hanya untuk orang-orang yang terlahir dalam negara-negara “Kristen”? Atau hanya mereka yang pengalaman hidupnya membuat mereka mendapat pertobatan dan perubahan hidup? Apakah itu hanya orang-orang yang hidup cukup lama untuk dipanggil datang kepada Kristus (Yohanes 6:44)?

Tidak. Ketika Elohim berkata “semua,” Dia maksudkan itu semua tanpa kecuali. Dia tidak dibatasi oleh batasan-batasan geografi, bahasa atau bahkan kematian. Dalam beberapa ayat bacaan yang sering disalahpahami Dia menunjukkan bagaimana setiap orang yang pernah hidup akan diberikan kesempatan penuh untuk keselamatan. Tidak ada kesempatan ke-2, sebagaimana banyak orang menyalahartikan itu. Alkitab menggambarkan kebangkitan ke-2 itu adalah kesempatan pertama.

Sebelum kita melihat ayat-ayat ini tentang hari penghakiman menurut Alkitab, mari kita perhatikan apa yang dimaksudkan Alkitab dengan penghakiman.

Apa yang dimaksudkan Alkitab dengan penghakiman?

Apakah anda mengetahui bahwa Gereja  saat ini menjalani penghakiman Elohim? Petrus menuliskan tentang penghakiman yang dimulai dari kita: “Sebab inilah saatnya penghakiman dimulai, pertama-tama dari Bait Elohim” (1 Petrus 4:17). Penghakiman ini bisa diartikan lebih dari hukuman – dalam hal ini, bacaan ini merujuk pada keseluruhan kehidupan Kekristenan dievaluasi oleh Elohim selama kita menghidupinya. Penghakiman, sebagaimana Elohim menyebutnya, sesungguhnya akan merupakan kesempatan untuk keselamatan.

Wahyu 20:12 berbicara tentang penghakiman di masa datang, setelah milenium, yakni pemerintahan Kristus masa 1,000 tahun, yang juga disebut “kebangkitan pertama,” dan penghakiman besar-besaran ini akan diadakan untuk “orang-orang mati” (ayat 5) yang disebut kebangkitan ke-2.

Yohanes menuliskan, “Lalu aku melihat orang-orang mati, kecil dan besar, berdiri di hadapan Elohim. Kemudian dibukalah semua kitab, juga sebuah kitab yang lain, yang adalah Kitab Kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi berdasarkan perbuatan mereka sesuai dengan apa yang tertulis dalam gulungan kitab-kitab itu.”

Akan seperti apa waktu penghakiman ini, khususnya untuk mereka yang belum pernah memahami arti dari isi-isi Alkitab yang olehnya mereka dihakimi? Bukankah Elohim yang maha pengasih itu, yang “menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran,” juga akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan selama satu periode untuk mengevaluasi mereka sebagaimana Dia sedang berikan kepada Gereja hari ini?  

Apakah anda mencari gereja yang mensponsori Life, Hope & Truth? Periksalah itu di halaman tautan  “Who We Are.”

Bagaimana hari penghakiman itu akan lebih ringan bagi Sodom?

Kita dapat mempelajari lebih dalam tentang zaman modern ini dengan perkataan Yesus sendiri. Dalam beberapa ayat bacaan Dia bicara tentang bagaimana orang-orang paganisme dan orang-orang jahat bisa mendapat penghakiman yang lebih ringan selama hari penghakiman ini daripada orang-orang yang menolak ajaran Yesus Kristus. Berikut ini satu contoh:

"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.

Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu" (Matius 11:21-24).

Orang-orang jahat dari kota-kota Tirus, Sidon dan Sodom semua telah hidup dalam kejahatan dan penalti maut menanti mereka, sama seperti semua umat manusia lainnya. Tetapi Yesus berkata karena mereka tidak mendapat kesempatan yang sama untuk bertobat dengan kesempatan yang sedang diberikan kepada orang-orang pada saat Dia mengabarkan injil, maka hukuman “akan lebih ringan” bagi mereka [Tirus, Sidon dan Sodom] nanti pada saat penghakiman. 

Kecuali jika anda berpikiran bahwa hal itu hanya candaan kejam dari Juruselamat kita – yakni Dia yang mengasihi dan mati bagi banyak orang – itu tidak berarti bahwa mereka semua dihukum mati begitu saja di dalam neraka (apa yang disebut Alkitab sebagai lake of fire (lautan api). Tetapi implikasinya di sini, seperti yang disebut di kitab Wahyu 20, ialah bahwa orang-orang akan dibangkitkan kembali, dan akan diberi kesempatan untuk memahami kebenaran Alkitab dan kesempatan bertobat dari dosa-dosa mereka, dan menurut Yehezkiel 37, untuk menerima Roh Kudus:

“Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umatKu, dari dalamnya. Aku akan memberikan RohKu ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali” (ayat 13-14).

Apabila semua sudah selesai, maka akan jelas bahwa Elohim itu sesungguhnya adil dan benar, dan bahkan lebih penting lagi bagi kita semua, belas kasihNya tetap selama-lamanya!

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Lima Kepercayaan Yang Merusak Tentang Yesus Kristus

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/god/who-is-jesus/five-damaging-beliefs-about-jesus-christ/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Bukan saja kepercayaan agama yang sudah meluas ini tidak diajarkan Alkitab, ajaran ini merusak pemahaman tentang Juruselamat dan Raja kita.

 

 

 

 

 

Saya dulu berpikiran bahwa jika sejumlah besar orang percaya akan sesuatu, maka kemungkinan besar itu yang benar. Dan jika hanya sedikit orang yang percaya akan sesuatu, maka sepertinya itu tidak benar.

Akan tetapi dalam dunia pasca-kebenaran dari berita palsu dan sosial media ini mengumandang, menentukan kebenaran melalui poling [jajak pendapat] jelas tidak sesuai.   

Dan apabila menyinggung kebenaran rohani, Alkitab menyatakan tidak ada kepalsuan dalam kebenaran. Elohim telah menetapkan prinsip dan rencana abadi yang tidak dapat diubah oleh kepercayaan atau ketidakpercayaan manusia. Elohim tidak menetapkan moralitas dengan dasar moralitas atau posisi doktrin di atas dasar popularitas.

Sumber kebenaran

Elohim menjadikan segala sesuatu, dan Dia adalah kasih dan kebenaran. Sebagai Pencipta kita, Dia tahu persis apa yang terbaik bagi kita, dan Dia memberitahukan itu di dalam buku manual, buku petunjuk bagi kita, yakni the Holy Bible [Alkitab].

Namun dengan ribuan gereja dan sebuah spektrum doktrin yang luas, banyak kepercayaan yang merusak telah bermunculan sejak Yesus melangkah di bumi ini.

Kepercayaan yang mana yang benar? Yesus bekata, “FirmanMu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Kita harus mengacu kepada Alkitab untuk kebenaran yang sesungguhnya tentang Elohim dan tentang jalan yang Dia kehendaki untuk kita jalani.

Semua gereja mendapatkan kepercayaan mereka dari Alkitab, kan? [pendapat banyak orang]. Kalau benar demikian, lalu mengapa begitu banyak di antaranya tidak seragam? Apakah semua kepercayaan semacam itu sungguh-sungguh didukung Alkitab? 

Lima kepercayaan dianut secara luas

Mari kita lihat lima kepercayaan yang begitu luas dianut and mari pahami apa yang dikatakan Alkitab. Mungkinkah banyak atau sebagian besar orang Kristen salah paham tentang Kristus? Mungkinkah tradisi yang sudah begitu lama dianut menjadi sesuatu yang salah? Mungkinkah kepercayaan yang dianut dengan tulus tetapi tidak akurat dan mungkinkah pernyataan dogmatis teologi sungguh merusak pemahaman kita dan hubungan kita dengan Tuhan dan Juruselamat kita? 

Kepercayaan yang merusak 1: Yesus berdosa

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Barna, lebih dari setengah orang Amerika (52%) setuju bahwa Yesus “berdosa sama seperti orang biasa lainnya.”

Tetapi jika seandainya mereka benar, maka Alkitab itu juga tidak benar dan Yesus pun tidak akan mungkin menjadi Juruselamat kita. Tanpa Juruselamat semua harapan manusia akan berakhir sia-sia.

Di berbagai ayat, Alkitab menjelaskannya tetapi mari kita lihat satu di antaranya. Berbicara  tentang Yesus, Ibrani 4:15 berkata, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

Jika kita tidak percaya bahwa Dia tidak berdosa sebagaimana Alkitab jelaskan, bagaimana kita percaya Dia akan mengampuni dosa kita? Yesus, Anak Elohim yang mengosongkan DiriNya dari keilahianNya yang telah Dia miliki dalam keabadianNya, tetapi Dia merendahkan DiriNya dan mengalami hidup seperti hidup kita (Filipi 2:5-8). Dia menanggung beratnya cobaan itu – tetapi Dia tidak pernah berdosa! Sementara itu, Dia memahami apa dan bagaimana kita melalui hidup ini. Dan Dia begitu mengasihi kita sehingga Dia rela mati untuk membayar penalti maut yang bukan semestinya Dia tanggung. Dia mati untuk membayar penalti dosa saya dan dosa anda!

Berpikiran bahwa Yesus sebagai seorang berdosa adalah kepercayaan yang sesat dan merusak. Jika kita tidak percaya bahwa Dia kudus sebagaimana Alkitab nyatakan, bagaimana kita dapat percaya bahwa Dia akan mengampuni dosa kita sebagaimana yang disebut di Kisah Para Rasul 2:38?

Kepercayaan yang merusak 2: Yesus begitu mengasihi kita, Dia tidak mempermasalahkan jika kita berbuat dosa

Orang Amerika ditanya dan diminta untuk merespons pernyataan ini: “Bahkan dosa yang paling kecil pun patut mendapat hukuman mati,” dan responnya sangat mengejutkan; 61% sangat tidak setuju (Ligonier Ministries and LifeWay Research).

Banyak orang berpikiran bahwa dosa itu tidak begitu buruk, atau bahwa Yesus tidak terlalu mempermasalahkan itu.

Yesus memang sangat mengasihi kita, tetapi Alkitab juga menunjukkan bahwa Dia sungguh concern jika kita berbuat dosa! Dosa itu adalah justru penyebab mengapa Dia dibunuh – ya, dosa kita!

Mengapa Dia peduli sekali tentang dosa?

Perhatikan definisinya apa itu dosa. Dosa adalah pelanggaran hukum-hukum yang dirancang Elohim untuk kebaikan kita (1 Yohanes 3:4; Ulangan 10:13). Ketika kita melanggar hukum-hukumNya, kita mendatangkan kejahatan sebagai akibatnya. Dosa adalah penyebab utama dari semua kejahatan dan penderitaan yang terjadi sekarang ini.

Selain segala penderitaan yang diakibatkan dosa terhadap seluruh kehidupan, ujung jalan dosa itu akan berakhir pada kematian. “Upah dosa adalah maut” (Roma 6:23). Setiap dosa bertentangan dengan kasih, dan bertentangan dengan karakter Elohim. Elohim sungguh membenci dosa!

Tetapi Elohim Bapa dan Yesus Kristus sungguh begitu besar mengasihi kita sehingga Yesus mati untuk menggantikan kematian kita sehingga dimungkinkan bagi kita untuk memulai hidup baru lagi setelah menerima pengampunanNya. Tetapi itu bukan berarti Dia memberi tiket kepada kita untuk terus berdosa (Roma 6:1-2)! Pesan Yesus kepada perempuan yang tertangkap basah itu juga merupakan pesan bagi kita semua: “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yohanes 8:11).  

Yesus sungguh mengasihi kita, Dia menghendaki kita untuk bertobat dari dosa (Markus 1:15) dan berjuang untuk menuruti perintah-perintah Elohim (Matius 19:17; Yohanes 15:10). – (Untuk informasi lebih lanjut tentang pertobatan, silakan membaca artikel “Apa itu Pertobatan” pada situs ini).

Kepercayaan yang merusak 3: Setan itu menang

Jika anda melihat sejumlah orang, di masa lalu dan sekarang, yang mengklaim diri mereka sebagai orang Kristen dibandingkan dengan keseluruhan populasi dunia ini, maka nampaknya Setan menang. Tetapi apakah Setan sungguh menang untuk seterusnya, dan apakah sebagian orang akan hilang selamanya?

Elohim berkata bahwa Dia, “menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4). Tetapi apakah itu hanya kehendak yang tiada berarti dari seorang Makhluk agung yang sepertinya Dia kelihatannya  kehilangan sebagian besar orang terhadap Setan?

Alkitab menunjukkan ada pertarungan (Lukas 4:1-13; Wahyu 12:7-12), tetapi Elohim mengendalikan semua itu, termasuk hasil akhirnya. Misalnya, di dalam kitab Ayub, Setan harus permisi dulu kepada Elohim untuk pencobaan dan ujian yang dia inginkan bagi Ayub (Ayub 1:11-12; 2:4-6).

Perhatikan siapa yang lebih unggul dari ayat-ayat berikut ini:

  • “Engkau percaya bahwa hanya ada satu Elohim, itu benar; setan-setan pun percaya hal itu dan mereka gemetar ketakutan” (Yakobus 2:19).
  • “Karena itu, tundukkanlah dirimu kepada Elohim, lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu” (Yakobus 4:7).
  • “Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (Wahyu 20:10).

Itulah sebutan terakhir tentang Setan di dalam Alkitab. Jelasnya, Elohim menang!

Kepercayaan yang merusak 4: Orang yang belum pernah mendengar nama Yesus akan menderita selamanya di dalam neraka

Jika dihubungkan dengan kepercayaan yang merusak 3 di atas, kita harus perhatikan: Jadi bagaimana dengan miliaran orang yang tidak pernah mendengar nama Yesus Kristus – yang merupakan satu-satunya nama yang olehNya kita dapat diselamatkan? Sebagaimana rasul Petrus berkata tentang nama Yesus Kristus: “Sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12).

Beberapa orang pegiat gereja menjawab ini tidak setuju dengan Petrus. Di dalam survei “LifeWay Research survey,” 26% setuju dengan pandangan ini: “Jika seorang yang tulus mencari Elohim, maka dia dapat memperoleh kehidupan kekal melalui agama lain selain Kekristenan.”

Tetapi sebagian besar orang-orang gereja mengenali tuntutan alkitabiah bagi orang yang ingin mengenal Yesus Kristus. Hal ini mengundang pertanyaan: Apa yang terjadi kepada mereka yang tidak pernah mendengar namaNya, mereka yang jauh lebih sedikit memahami ini dan memberikan respons? Berdasarkan ajaran gereja-gereja, jawabannya ialah bahwa mereka yang belum pernah mendengar nama Yesus Kristus itu akan menderita di neraka selamanya.

Ada banyak masalah dengan kepercayaan seperti ini. Hal itu membuat Elohim seolah-olah tidak adil dan bahkan kejam. Tetapi itu semua tidak berbasis ajaran Alkitab, semacam konsep ajaran Yunani kuno tentang jiwa kekal dan puisi Dante Alighieri yang bersifat menyindir tentang inferno [api neraka] yang menyala-nyala selamanya menyiksa jiwa-jiwa.

Tetapi Alkitab berkata bahwa “the soul who sins will die” [orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati] dan “semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam” (Yehezkiel 18:4; Maleakhi 4:1). Rasul Paulus memperjelas antara kematian dan karunia hidup kekal. Kematian ke-dua ialah kematian selamanya – perish [binasa] (Wahyu 20:14; Yohanes 3:16), artinya tidak hidup tersiksa kekal di alam lain.

Alkitab menunjukkan bahwa Setan tidak menang dan justru dia akan pada akhirnya disingkirkan, dan setiap orang yang pernah hidup di bumi ini akan pada waktunya mendapat kesempatan untuk bertobat dan diselamatkan. Telusurilah kebenaran alkitabiah yang mengugah bagaimana Elohim akan memperlihatkan kasih sayangNya dan keadilanNya kepada semua orang. Untuk itu, bacalah artikel kami yang berjudul “Is God Fair?” [Apakah Elohim itu Adil?] Pada bagian inilah orang-orang banyak salah paham akan kebenaran Alkitab, tetapi itulah benang terpenting yang mengikat pemahaman yang benar akan rencana penyelamatan Elohim.   

Kepercayaan yang merusak 5: Yesus digambarkan sebagai Raja hanya dalam kiasan saja

Banyak gereja mengajarkan bahwa pemerintahan milenium Yesus Kristus hanya digambarkan dalam kiasan. Orang-orang yang tidak percaya terhadap milenium menolak kebenaran bahwa Yesus akan menjadi Raja di bumi ini selama 1,000 tahun sebagaimana yang dijanjikan di dalam Wahyu 20:4.

Tetapi Yesus berkata kepada Pilatus, gubernur Romawi itu, bahwa Dia lahir untuk menjadi raja (Yohanes 18:37). Tetapi KerajaanNya “bukan dari dunia ini” (ayat 36) – tidak “berasal dari dunia atau alam” (Thayer’s Greek Lexicon). Itu akan berasal dari sorgawi, tetapi Alkitab jelas berkata bahwa Dia sungguh-sungguh akan datang kembali ke dunia ini (Zakharia 14:4; Kisah Para Rasul 1:11; Wahyu 1:7; 11:15; 19:11-21). Kemudian murid-muridNya juga akan duduk di atas tahta untuk menghakimi 12 suku Israel (Lukas 22:29-30). 

Yesus berkata bahwa orang yang lemah lembut akan mewarisi bumi (Matius 5:5), dan mereka akan sungguh memilikinya sebagaimana Kerajaan Elohim akan meliputi dunia ini. Pada kenyataannya, Yesus berkata bahwa kita hendaknya terus berdoa, “Datanglah kerajaanMu” (Matius 6:10).

Jika kita tidak percaya bahwa Yesus akan kembali sebagai Raja segala raja untuk memerintah di bumi ini, maka kita tidak akan mempersiapkan diri untuk membantu Dia. Yesus memperingatkan kita untuk senantiasa waspada, selalu siap, setia, bijak, melayani, memberi dan selalu dalam keadaan siap (Matius 24:42-47; 25:34-36; Lukas 21:34-36). Era milenium dan Kerajaan Elohim merupakan bagian esensi dari rencana penyelamatan Elohim – dan pengikut-pengikut Kristus harus menganut itu.

Untuk pelajaran lebih dalam, bacalah beberapa artikel kami pada situs ini tentang Kerajaan Elohim atau Kerajaan Allah. (Silakan menggunakan search dengan kata kunci “Kerajaan”).

Firman kebenaran

Kesalahpahaman tentang Yesus Kristus dan ajaran Alkitab memang sudah umum (sebagai contoh, silakan baca majalah Discern kami pada kolom “Christ vs Christianity). Jangan percaya dengan kata-kata kami, tetapi galilah lebih dalam di dalam Alkitab anda dan buktikan, sebagaimana jemaat di Berea itu lakukan, “untuk mengetahui apakah semuanya itu benar demikian” (Kisah Para Rasul 17:11).

Berdoalah memohon pertolongan Elohim untuk memahami dengan benar “firman kebenaran” dan memperoleh doktrin, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran yang Dia tawarkan (2 Timotius 2:15; 3:16). Kemudian, daripada dirusak oleh kepercayaan yang tidak alkitabiah, anda akan “diperlengkapi untuk melakukan setiap perbuatan baik” (3:17).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Bagaimana Menghormati Elohim

Oleh Becky Sweat

https://lifehopeandtruth.com/god/who-is-god/how-to-honor-god/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Apa maksudnya “lakukanlah semuanya bagi kemuliaan Elohim”? Bagaimana kita memberi kemuliaan kepada Elohim? Berikut ini 10 cara praktis untuk menunjukkan hormat kepada Elohim Sang Pencipta kita.

 

 

 

 

 

 

 

Barangkali satu dari ayat hafalan Alkitab yang terkenal sepanjang masa ialah 1 Korintus 10:31: “Karena itu, jika kamu makan atau minum, atau melakukan sesuatu apa pun, lakukanlah semuanya bagi kemuliaan Elohim.”

Kata-kata ini sudah terpampang di banyak tempat: pada plakat, kartu ucapan, T-shirt, cangkir, maknit dan stiker pada mobil. Kata-kata ini telah dibahas di dalam banyak buku, postingan pada blog dan podcast religi.

Dan memang semua ini indah. Kita hendaknya senantiasa mengingat ajaran Alkitab ini.

Tetapi ada jerat pemahaman makna dalam ayat ini yang begitu jelas bagi banyak orang. Yaitu, kita merasa sudah memahaminya secara penuh, padahal tidak. Barangkali kita hanya memahaminya samar-samar tentang pesan apa yang disampaikan di sini untuk memuliakan Elohim, dan kita tidak merenungkan apa yang hendak kita lakukan untuk mengimplementasikan perintah ini.

Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan memuliakan atau memberi kemuliaan kepada Elohim?

Kamus dan komentar Alkitab biasanya mendefinisikan glorify [memuliakan] dengan arti “to bestow high esteem [memberikan penghargaan yang tinggi], respect, or reverence” [menghormati atau memuja]. Asal perkataan yang diterjemahkan “glorify” juga diterjemahkan dengan arti “to give honor” [memberi hormat]. Kita memuliakan Elohim ketika kita mengakui, menghargai atau meninggikan atributNya dan karyaNya – kekudusanNya, kesempurnaan karakterNya, kebesaranNya, hikmatNya dan kemahakuasaanNya.

Kita juga menghormati Elohim ketika kita berpikir dan bertindak dengan cara yang merefleksikan Dia dan menunjukkan campur tanganNya bekerja di dalam hidup kita.

Untuk sungguh-sungguh dan tulus menghormati Elohim, kita perlu berpikir tentang langkah-langkah spesifik yang akan kita ambil agar benar-benar hidup menurut 1 Korintus 10:31 itu. Jika tidak, maka begitu mudah bagi kita untuk menurunkan derajat ayat ini di dalam pikiran kita untuk hanya sekedar slogan yang enak kedengarannya.

Saya telah berbicara dengan banyak minister [pelayan jemaat gereja], dan dengan beberapa individu yang saya kenal benar-benar menghormati Elohim secara serius, untuk mendapatkan pendapat dan ide mereka pada topik ini. Dari percakapan saya dengan mereka, saya telah mengumpulkan 10 cara praktis untuk memuliakan Elohim di dalam hidup anda setiap hari.

1. Sediakan waktu untuk Elohim

Apabila kita sungguh-sungguh menghormati dan memuja Elohim, kita akan terus berjuang untuk mendapatkan hubungan yang akrab dengan Dia. Ini berarti bahwa kita harus menyiapkan waktu untuk berdoa, untuk belajar Alkitab dan merenungkan firmanNya setiap hari.

Berikan waktu terbaik kepada Elohim – biasanya ketika anda memulai hari anda di pagi hari, bukan pada malam hari ketika anda sudah merasa lelah dari pekerjaan anda. Jangan biarkan jadwal kerja anda, proyek kerja rumah tangga, hiburan, rekreasi, kegiatan atau komitmen sosial atau aktivitas lainnya menyita atau menyibukkan anda dalam artian bahwa itu akan menjadikan anda lalai dalam membangun hubungan dengan Elohim.

Menyediakan waktu bagi Elohim memberitahu Dia bahwa anda menjunjung tinggi jalan hidupNya dan menginginkan bimbinganNya serta arahanNya.

2. Beri pujian kepada Elohim

Memuji Elohim berarti memuliakan Dia secara lisan. Kita melakukan ini ketika kita menyanyikan nyanyian pujian di gereja. Kita dapat menyanyikan nyanyian penyembahan pada saat-saat tertentu. Saya tahu ada keluarga yang menyanyikan lagu gereja sama-sama sebelum atau sesudah makan malam, atau bahkan ketika mereka di dalam mobil saat bepergian melakukan sesuatu.

Kita juga sebaiknya memuji Elohim di dalam doa-doa kita. Puja Dia karena kasihNya, kesabaranNya, kesetiaanNya, kebenaranNya, kemurahan hatiNya dan kasih sayangNya, dan karena telah menjadi Pencipta kita, Penopang kita dan Pemberi hidup bagi kita.

Ide lain ialah dengan memulai hari-hari kita dengan membaca Mazmur. Seorang minister menggambarkan bahwa Mazmur itu adalah seperti “ibadah yang murni.” Tujuan mengapa begitu banyak ayat-ayat Mazmur ialah karena semuanya memuji Elohim atau untuk mengekspresikan kekaguman kita akan ciptaanNya. Membaca Mazmur dapat menolong kita belajar bagaimana memuji Elohim dengan lebih baik.

3. Bersyukur kepada Elohim

Memberikan rasa terimakasih kepada Elohim adalah salah satu cara kita menghormati Dia dan memuliakan namaNya (Mazmur 50:23; 86:12). Kita hendaknya berterimakasih kepada Elohim di dalam doa-doa kita atas berkat-berkatNya kepada kita dan bagaimana Dia mengintervensi kehidupan kita, dan atas rencana penyelamatanNya melalui pengorbanan Yesus Kristus.

Ketika kita mengucap syukur kepada Elohim, kita memberitahu Dia betapa kita memerlukan Dia dan mengakui bahwa Dialah yang memberi kita kekuatan dan apa saja yang kita butuhkan untuk menjalani hidup kita. Menyatakan ucapan syukur kepada Elohim mengarahkan fokus kita kepada Dia dan bukan berfokus pada diri kita.

Berusahalah untuk senantiasa menjadikan mind-set anda untuk selalu bersyukur sepanjang hari. Renungkan selalu tentang berkat-berkat yang begitu banyak yang Elohim berikan kepada anda dan situasi-situasi dimana Dia telah menolong anda melewatinya. Jika anda telah sukses dalam suatu usaha, lihatlah bahwa itu tercapai hanya dengan campur tangan Elohim dan persembahkan kepada Dia kemuliaan dan berterimakasih kepada Dia atas apa yang telah Dia lakukan bagi anda.

4. Yakin pada Elohim

Berkeyakinan pada Elohim berarti mempercayai janji-janjiNya untuk campur tangan dan peduli dengan kita dan kita bergantung pada Dia untuk segala sesuatu. Ketika dalam kehidupan ini segalanya berjalan baik-baik saja, kita harus menaruh keyakinan utama kita pada Elohim – bukan pada rekening bank kita, bukan pada pendidikan kita, intelek kita, kemampuan kita, atau koneksi kita dengan orang-orang “penting”. Ketika kita sedang menghadapi pencobaan, kita sebaiknya tetap berpikiran, “saya tetap menaruh keyakinan pada Elohim dan saya tahu bahwa Dia tidak akan mengecewakan aku.” Kita sebaiknya menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Elohim (1 Petrus 5:7) dan tidak membiarkan diri kita dalam kekhawatiran.   

Elohim dimuliakan ketika kita tidak meragukan FirmanNya, tetapi melihat Dia sebagai Bapa pengasih dan Sang Pencipta yang setia (1 Petrus 4:19).

5. Perlakukan orang lain dengan bermartabat

Elohim mengasihi kita masing-masing – sebagai makhluk yang tidak sempurna. Kita menghormati Elohim ketika kita, juga, menunjukkan kasih, concern [kepedulian], rasa hormat dan kebaikan kepada orang lain.

Ayat Suci Alkitab mengarahkan kita untuk “ramah seorang terhadap yang lain, lembut hati, dan saling mengampuni, sebagaimana Elohim dalam Kristus juga telah mengampuni kamu,” “dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Filipi 2:3; 1 Petrus 2:17). Dalam kehidupan sehari-hari hal ini bisa kita artikan seperti menunjukkan rasa maklum terhadap seorang pelayan restoran yang memberikan pelayanan yang kurang memuaskan, tidak membuat tetangga kita terbangun dengan musik kita yang terlalu keras, untuk tetap bertindak dalam kesopanan terhadap perlakuan seseorang yang kasar terhadap kita, tidak meremehkan pemimpin di pemerintahan (atau siapa pun), atau tetap sabar menghadapi teman sekerja atau menghadapi supir yang tidak baik.

Setiap umat manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Elohim (Kejadian 1:27) dan mempunyai potensi menjadi bagian di dalam keluargaNya. Jika kita mengingat hal ini di dalam hati dan pikiran kita, itu dapat menolong kita untuk melihat orang lain sebagaimana Elohim melihat mereka dan kita akan dapat mengembangkan apresiasi yang lebih tinggi bagaimana Elohim bekerja dengan umat manusia.

6. Murah hati

Saya mengenal banyak orang yang memberi contoh yang sangat menakjubkan tentang sikap berbagi dengan orang lain dari apa yang mereka punyai sebagai berkat Elohim. Mereka memberi cuma-cuma dari hasil tani mereka, dari ladang mereka; mereka membeli sesuatu untuk pemberian kepada orang, menampung orang yang tidak punya tempat tinggal, menyumbangkan dana untuk mereka yang mengalami kesulitan keuangan, secara rutin menjamu tamu, dan lain sebagainya.  

Sungguh, mereka melakukan firman seperti yang tertulis di Amsal 3:9: “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu.” Ini adalah sesuatu yang kita semua sebaiknya berusaha lakukan, khususnya jika kita telah diberkati secara finansial.

Apabila kita murah hati, hal itu menunjukkan kepada Elohim bahwa kita menginternalisasi/menjiwai nilai-nilai ajaranNya – bahwa kita menggunakan hidup kita untuk tidak hanya mengumpulkan harta bagi diri kita sendiri, tetapi untuk mengembangkan kepedulian bagi orang lain. Berbagi itu juga merupakan ucapan terimakasih kepada Elohim atas berkat-berkat yang telah diberikan kepada kita dan untuk menunjukkan keyakinan yang berkelanjutan terhadap Elohim bahwa Dia akan menyuplai segala kebutuhan kita.

7. Gunakan talenta anda untuk melayani orang lain

Elohim telah memberkati kita masing-masing dengan kemampuan atau talenta tertentu. Di dalam 1 Petrus 4:10, Petrus mendorong kita untuk menjadi “good stewards” [pengelola yang baik] dari pemberian-pemberian Elohim. Hal ini termasuk talenta musik atau seni, kecakapan mendengar keluhan atau keramahtamahan, menjalankan tata kelola atau kemampuan mengajar, dan lain sebagainya.   

Sebagai pengurus dari karunia-karunia ini, kita sebaiknya mengembangkan dan menggunakan talenta kita untuk melayani orang lain.

Saya mengenal beberapa orang yang berbakat untuk berinteraksi dengan anak-anak yang menyumbangkan talenta mereka di dalam program anak-anak gereja mereka. Saya mengenal orang yang memiliki keterampilan dalam teknologi yang secara rutin menolong orang-orang lansia dalam komputer, melakukan instalasi serta mereparasi. Dan ini juga berarti menggunakan skil pekerjaan anda untuk melakukan yang terbaik dan melayani majikan anda.

Ketika kita menggunakan bakat kita, kita menunjukkan kepada Elohim bahwa kita mengapresiasi apa yang Dia telah berikan kepada kita sebagai berkat. Lagi pula, melayani merupakan cara lain kita untuk memberitahukan Elohim bahwa kita peduli dengan orang lain dan bukan hanya berfokus pada diri kita sendiri.

8. Urus dan rawat tubuh anda

Elohim juga mengharapkan kita untuk menjadi pengurus yang baik bagi tubuh kita yang telah Dia karuniakan. Hal ini seperti halnya Paulus menasihati jemaat di Korintus untuk  memuliakan “Elohim dengan tubuhmu” (1 Korintus 6:20).

Makan makanan yang seimbang [jangan berlebihan], hindari merokok dan narkoba, jangan menyalahgunakan minuman keras, berolah-raga setiap hari, hindari stres dan tidur yang cukup. Jika kita sehat secara jasmani, kita akan melayani dengan lebih baik dan kita akan memenuhi peran kita, yakni yang dikehendaki Elohim untuk kita lakukan.

Pilih busana yang sesuai dan yang merefleksikan nilai-nilai kesalehan. Kita sebaiknya berpakaian sopan sehingga tidak memancing perhatian yang tidak layak terhadap diri kita. Elohim adalah kudus dan suci, dan Dia menghendaki kita kudus dan suci. 

9. Pilih hiburan yang godly [saleh dan beriman]

Pilihan-pilihan media kita juga harus merefleksikan nilai-nilai Elohim. Alkitab berkata kepada kita untuk “jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik” dan “jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan” (Roma 12:9; 1 Tesalonika 5:22). Jika kita menjamu diri kita dengan program TV, film, situs, music, video game, novel, dll., yang memang banyak dibubuhi dengan kata-kata yang tidak senonoh, kekerasan, amoralitas seksual atau tema-tema hantu atau setan, maka kita memberi hormat kepada Setan, bukan kepada Elohim.  

Seorang bercerita kepada saya bahwa sebelum dia menonton sesuatu di TV, dia bertanya pada diri sendiri entah itu lolos dari tes yang terdapat di dalam Filipi 4:8 – artinya jika sesuatu terdapat di situ yang tidak benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan dan patut dipuji, dia tidak menontonnya.

Kita menghormati Elohim ketika kita memilih hiburan yang sesuai dengan standar alkitabiah.

10. Sejajarkan hasrat anda dengan kehendak Elohim

Intinya ialah kita menghormati Elohim ketika kita mengikuti apa yang Dia kehendaki dan ketika kita menilai sesuatu menurut standarNya. Kita tidak boleh membiarkan diri kita untuk mengingini sesuatu yang bertentangan dengan jalan hidup Elohim; jika tidak, hal itu akan sulit bagi kita untuk mengikuti Dia.

Seorang sahabat yang saya kenal mengatakan: “Saya mungkin ingin memenangkan $100 juta lotre, tetapi saya menyadari bahwa harta sebanyak itu akan mengganggu hubungan saya dengan Elohim, jadi saya tidak akan memfokuskan hati saya pada hal seperti itu.”

Kristus berkata di dalam Yohanes 14:15: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu.” Kita memuliakan Elohim dengan berusaha mengikuti teladan Saudara kita, Yesus Kristus, yang telah memelihara perintah-perintah Elohim. Apabila kita mengikuti teladan Kristus, kita menempatkan jalan hidup Elohim dan meninggikanNya dengan rasa hormat. Hal itu juga memperlihatkan apa yang dikerjakan Elohim di dalam hidup kita.

Tidak ada di antara kita yang memuliakan Elohim secara sempurna. Tetapi meskipun kita gagal, kita harus terus berusaha untuk terus memuliakan Dia. Kita sebaiknya tidak pernah berhenti berharap pada Elohim untuk memohon bimbinganNya.

Itulah yang Elohim ingin lihat dari kita, dan pada akhirnya, bagaimana kita sungguh-sungguh menghormati Dia. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Pilihlah Kehidupan! Ini Keputusan Anda Yang Paling Penting

oleh Don Henson

https://lifehopeandtruth.com/life/christian-living/choose-life/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Beberapa pilihan hidup dibuat setelah pertimbangan yang matang dan hati-hati. Sementara beberapa orang mengambil keputusan secara mendadak, tetapi bisa mendapat dampak selamanya. Bagaimana dengan pilihan terpenting hidup anda?

 

 

 

 

 

 

Adalah mustahil untuk menghitung berapa keputusan yang kita buat setiap hari – bisa diestimasi antara 600 hingga 35,000. Kita senantiasa menyortir dan menganalisa masalah dengan mudah, yakni semudah memilih sepasang kaos kaki setiap harinya atau rumit, serumit mengambil keputusan entah kita  harus pindah rumah ke Phoenix karena pekerjaan baru.

Kita memilih jenis mobil yang ingin kita beli, memilih perguruan tinggi yang hendak kita ikuti, memilih tempat tinggal dan tetangga kita, atau entah kita membeli jas warna biru atau abu-abu. Kita menentukan siapa yang akan kita nikahi, jenis hiburan apa yang hendak kita nikmati dan memilih menu makan siang kita.

Pada kenyataannya, kita membuat sebagian besar dari keputusan kita pada saat kita berada pada “autopilot” [serba otomatis] – sebagai kebiasaan atau dalam kesadaran yang dangkal.

Kita mendasari keputusan serius dan hati-hati kita pada pengetahuan dan hikmat yang kita peroleh melalui pengalaman, pendidikan atau melalui nasihat pribadi. Tetapi ada sebuah determinasi yang jauh lebih mendasar – yaitu yang mendirikan fondasi kokoh yang memimpin kita ke arah pilihan-pilihan yang masuk akal dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Dan, karena betapa ini sangat penting, hal itu tidak didasarkan pada pengetahuan atau hikmat yang kita peroleh sendiri.  

Pilihan yang paling penting yang dapat kita buat di dalam hidup ialah to choose life [memililh hidup]. Dengan kata lain, membuat keputusan terhadap pokok kepercayaan yang akan membentuk karakter kita dan yang mendefinisikan tujuan hidup kita – standar dan nilai-nilai yang menentukan bagaimana caranya untuk hidup hari per hari, apa yang kita yakini, ke mana kita berada pada akhir hidup kita, dan, yang paling penting, apa yang akan terjadi setelah itu.

Sebuah jalan yang kelihatannya benar

Tidak ada seorangpun yang membuat keputusan yang buruk. Tetapi kadang-kadang keputusan kita tidak berhasil baik seperti yang kita harapkan. Berapa kali kita berkata, “Ah, seandainya saja dulu saya tahu apa yang sekarang saya tahu”?

Ketika kita memperhatikan itu secara objektif, anda harus mengakui bahwa banyak orang tidak bijak untuk membuat keputusan hidup. Mereka secara konsisten memilih pola perilaku yang membahayakan dan mengakibatkan penderitaan terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.

Apa dasar utama yang mendasari keputusan yang terbaik?

Amsal 14:12 menyingkapkan sebuah prinsip yang sangat penting yang perlu kita pertimbangkan: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”

Itulah pemikiran yang mengejutkan. Barangkali kita mungkin akan menolak pendapat seperti itu, tidak rela menerima pendapat bahwa pilihan kita yang terbaik, dan yang hati-hati dan masuk akal itu ternyata akan membawa kita kepada kematian. Tetapi jika ayat Suci ini benar, maka ada sesuatu yang sangat penting yang kita perlu pelajari tentang membuat pilihan. Adakah cara yang lebih baik? Jika ternyata ada jalan menuju kepada kematian, dengan demikian, adakah jalan menuju kepada kehidupan? Dan jika ada jalan menuju kepada kehidupan, bagaimana kita mendapatkannya?

Nabi Yeremia menuliskan seperti ini: “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya. Hajarlah aku, ya TUHAN, tetapi dengan selayaknya, jangan dengan murkaMu, supaya aku jangan Kaubinasakan” (Yeremia 10:23-24). Dia juga menyimpulkan bahwa kita tidak memilikinya di dalam diri kita untuk menentukan cara hidup yang terbaik. Dan dia juga menjelaskan firman itu lebih jauh – Elohimlah yang dapat memberi kita koreksi dan arahan yang kita perlukan. 

Satu lagi Amsal yang menyatukan dua pikiran ini, yang mendorong kita untuk mengesampingkan penalaran manusia dan sebaliknya harus menggunakan ajaran Elohim: “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu” (Amsal 3:6-8).

Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa yang paling mendasar dan pilihan hidup yang paling penting kita buat ialah membuat keputusan untuk datang kepada Elohim untuk mendapatkan pengajaranNya dan didikanNya. Ketika kita membuat pilihan itu, kita dapat membangun fondasi yang solid yang di atasnya kita akan bangun hidup kita.

Titik permulaan

Kita menemukan kunci mendasar untuk membuat pilihan terbaik bagi kehidupan kita dengan mempertimbangkan definisi “wisdom” [hikmat] dan “understanding” [pengertian] sebagaimana ini digunakan di Perjanjian Lama. Amsal 3:13-14 berkata, “Berbahagialah orang yang memperoleh hikmat, dan orang yang mendapat pengertian; sebab keuntungannya lebih dari perak, dan hasilnya lebih dari emas murni.”

Satu definisi dalam bahasa Ibrani yang menerjemahkan hikmat ialah menjadi terampil dan praktis. Yaitu, seorang yang memiliki hikmat memperlihatkan keterampilan dalam pengambilan keputusan. Pengertian artinya memiliki wawasan dan daya paham.  

Mereka yang menjadi kaya dalam harta menggunakan hikmat pada level manusia – mereka membuat keputusan yang logis terhadap keuangan mereka. “Silver dan emas” juga melambangkan ukuran pencapaian, tetapi properti yang bersifat fisik tidak menjamin kebahagiaan atau keberhasilan sejati. Bacaan ini mengklaim bahwa ada harta yang lebih berharga daripada apa pun yang bersifat fisik. Hikmat dan pengertian ilahi memberi orang suatu wawasan dan daya paham untuk pengambilan keputusan yang praktis dan menjadi terampil dalam kehidupan – dengan kata lain, untuk membuat pilihan-pilihan yang baik dalam kehidupan.

Tetapi bagaimana kita bisa memperoleh jenis hikmat dan pengertian seperti itu?

Kita menghubungkan hikmat dengan usia dan pengalaman – kita bertumbuh melalui keberhasilan dan kegagalan kita – kita “hidup dan belajar.” Tetapi ada satu sumber hikmat yang bahkan lebih baik daripada sumber kita sendiri atau dari pengalaman-pengalaman orang lain, yaitu: “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN” (Mazmur 111:10). Takut akan Tuhan artinya memuja, menghormati dan mengekspresikan kekaguman akan Elohim; menghargai, mengakui dan menyembah Dia. Takut akan Tuhan adalah titik awal untuk terampil dalam kehidupan.

Ayat pertama di kitab Mazmur berikutnya menambahkan pemikiran ini: “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintahNya” (Mazmur 112:1).

Pengertian dapat juga datang melalui pengalaman praktis dengan mengaplikasikan informasi dan pengetahuan. Tetapi sama seperti hikmat yang datang melalui takut akan Elohim, yakni takut hormat, pengertian yang baik merupakan ujung dari ketaatan kepada Elohim. Mazmur 111:10 menambahkan bahwa “a good understanding have all those who do His commandments” [pengertian yang baik dimiliki orang-orang yang melakukan perintah-perintahNya]. Mereka yang menaati Elohim akan memiliki wawasan dan daya paham – kemampuan untuk mengenali, memproses atau memaknai situasi, menuju pada kesimpulan yang terbaik.

Mazmur 119:105 meyakinkan kita, “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Kadang-kadang hidup kita bisa menjadi terasa gelap dan ruwet membingungkan, penuh dengan rintangan dan bahaya. Kita sering kali tidak yakin ke arah mana kita pergi. Elohim berjanji untuk memberi kita hikmat yang akan menerangi jalan hidup kita ketika kita menghormati dan memuliakan Dia dengan mematuhi perintah-perintahNya.

Poinnya ialah bahwa pada level hikmat dan pengertian di sini merupakan hasil dari dasar dari pilihan hidup: menaati Elohim. Intinya ialah bahwa ketika kita mengikuti jalan Elohim dan tidak mengikuti jalan kita sendiri, kita akan berada pada posisi yang membuat pilihan yang berarti yang berdampak pada kehidupan kita secara menyeluruh.

Pilihan ada di tangan kita

Kita tidak memerlukan hikmat Salomo yang begitu dalam untuk memilih roti atau wallpaper untuk layar HP. Tetapi kehidupan tidak sesederhana itu. Kita seringkali menghadapi kesulitan dimana kita perlu menggunakan hikmat dan pengertian. Untuk mencapai itu, kita harus memulai dengan pilihan pertama yang merupakan yang paling dasar – pilihlah jalan yang menuju hidup.

Zaman dahulu kala, Elohim berkata kepada bangsa pilihanNya, yakni Israel, untuk membuat pilihan yang pasti di dalam kehidupan. Kita membaca firmanNya ini di kitab Ulangan 30:15-16: “Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, yang pada hari ini kuperintahkan kepadamu untuk mengasihi YAHWEH, Elohimmu, untuk hidup dalam jalan-jalanNya, dan untuk memelihara perintah-perintahNya, ketetapan-ketetapanNya, dan peraturan-peraturanNya, dan engkau akan hidup dan bertambah banyak, dan YAHWEH, Elohimmu, akan memberkati engkau di negeri yang kau masuki, untuk memilikinya.”

Dia menyimpulkan pikiran dalam dua ayat ini di ayat 19: “Pada hari ini aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu, aku telah menghadapkan kepadamu kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan supaya engkau hidup, engkau dan keturunanmu.”

Di dalam Mazmur 19:7, Raja Daud berkata, “Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.” Ayat Alkitab ini menyampaikan pesan kepada kita bahwa hukum Elohim itu lengkap dan pasti dan bahwa Dia ingin memberkati kita. Melalui hukum-hukumNya Elohim memperbaharui dan memulihkan hidup kita dan memberi hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.

Dari ribuan keputusan yang kita buat, ada satu keputusan pasti yang kita perlu buat setiap hari – memilih hidup, belajar takut akan Elohim, karena melalui Dia kita dapat memperoleh hikmat dan pengertian. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Efek Dosa

oleh Dave Johnson

https://lifehopeandtruth.com/change/sin/deadly-sins/effects-of-sin/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Penalti dosa adalah kematian kekal. Akan tetapi, Elohim menawarkan karunia hidup kekal. Elohim menyediakan sebuah jalan untuk menghapus efek dosa yang kita semua telah dapatkan.

 

 

 

 

 

 

Alkitab dengan jelas memberitahu kita bahwa efek dosa itu – semua dosa yang tidak dihentikan – akan pada akhirnya membawa kita kepada kematian (Roma 6:23).

Perhatikan Yehezkiel 18:20: “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.”

Kita masing-masing akan menanggung efek dosa kita sendiri. Kita hanya bertanggung jawab atas dosa kita sendiri. Kita semua telah berdosa dan akibatnya adalah penalti kematian (Roma 3:23; 6:23).

Yesus Kristus memberi kita harapan

Yesus Kristus datang dengan sebuah maksud dan tujuan, dan Dia menawarkan suatu harapan besar kepada umat manusia. Perhatikan pernyataanNya di dalam Yohanes 10:10: “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Jadi, meskipun semua orang berdosa dan efek dosa membawa kematian, itu bukan berarti hal atau konsekuensi yang tidak terhindarkan oleh setiap orang.

Kitab Kisah Para Rasul memberikan penjelasan: “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus” (Kisah Para Rasul 3:19-20).

Ada sebuah jalan yang menghindari kematian, dan itu berawal dari pertobatan.

Pertobatan

Ketika Yohanes Pembaptis memulai pelayanannya untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus Kristus, sebuah pesan yang disampaikan ialah pertobatan. Kita harus bertobat – tidak sekedar meminta maaf dan menyesal atas dosa-dosa kita, tetapi harus berputar balik dari jalan dosa itu.

Perhatikan pesan yang disampaikan Yohanes kepada pemimpin Yahudi pada saat itu: “Tetapi ketika melihat banyak orang Farisi dan Saduki datang pada baptisannya, ia berkata kepada mereka, "Hai keturunan ular beludak, siapakah yang telah memperingatkanmu untuk melarikan diri dari murka yang akan datang? Oleh karena itu, hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:7-8).

Orang-orang Farisi dan Saduki datang untuk maksud mengamati, bukan untuk menunjukkan perbuatan mereka yang memperlihatkan perubahan atas pertobatan mereka – dan “buah” dari pertobatan itu. 

Sebagaimana Yohanes Pembaptis secara fisik mempersiapkan jalan bagi Kristus dengan menyampaikan berita pertobatan, kita harus mempersiapkan diri kita secara rohani dengan menunjukkan pertobatan dan kerelaan untuk berbalik dari dosa di dalam kehidupan kita. Untuk informasi lebih lanjut tentang pertobatan, bacalah artikel kami pada situs ini yang berjudul “Pertobatan.” (Silakan menggunakan kolom search di pojok kanan atas).

Kasih karunia

Sebuah aspek penting untuk kita perhatikan ialah bahwa kasih karunia Elohim memimpin kita kepada pertobatan (Roma 2:4). Ketika kita sudah bertobat, dibaptis dan berjuang untuk berubah haluan hidup, pengorbanan Kristus bukan saja mengampuni dosa-dosa kita, tetapi juga menyingkirkan penalti kematian. Rasul Paulus menjelaskan bahwa kita “telah dikubur bersama Dia dalam baptisan dan bersama Dia kamu juga telah dibangkitkan oleh iman dalam kuasa Elohim, yang telah membangkitkan Dia dari kematian. Dan kamu, yang dahulu mati oleh kesalahanmu dan oleh karena tidak bersunat secara jasmani, telah dihidupkan bersama Kristus, sesudah Ia mengampuni semua kesalahanmu” (Kolose 2:12-13).

Kristus membuat pengorbanan tertinggi untuk pengampunan dosa kita. Akan tetapi, ini bukan untuk “lisensi” [kebebasan] untuk melanjutkan kehidupan berdosa. Perhatikan Roma 6:15-16: “Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?”

Bersama karunia rahmat dari Yesus Kristus adalah harapan bahwa kita akan terus berjuang melawan dosa.

Pengampunan

Setelah dosa Adam dan Hawa yang terjadi di Taman Eden itu, Elohim memberitahukan  Adam seperti apa hidup bagi umat manusia tanpa kepatuhan terhadap Elohim: “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kejadian 3:19).

Tanpa Elohim di dalam hidup kita, dan tanpa pengorbanan Kristus, maka siklus hidup  manusia yang tak terelakkan itu akan dalam kematian selama-lamanya.  

Tetapi jalan yang menuju kepada kehidupan tersedia bagi kita semua melalui pengampunan dosa kita. Perhatikan Ibrani 4:15-16: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”

Belas kasih dan pengampunan diberikan melalui pertobatan dan baptisan. Elohim selalu siap untuk memberi kita pertolongan yang kita butuhkan! “Berbahagialah orang yang sabar menanggung pencobaan, karena ketika ia diuji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang telah Tuhan janjikan kepada mereka yang mengasihi Dia” (Yakobus 1:12).

Jadi, apa keputusan anda – mengalami efek dosa dan membayar penaltinya, yakni kematian kekal? Atau bertobat dari dosa dan memperoleh hidup kekal? Pilihan ada di tangan anda!

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Baptisan?

oleh Charles Haughee

https://lifehopeandtruth.com/change/baptism/what-is-baptism/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Pembaptisan merupakan upacara simbolis dan bermakna. Apa itu baptisan, dan apa yang diajarkan Alkitab tentang aspek dari proses perubahan hidup ini? 

 

 

 

 

 

 

Baptisan, sebagaimana diajarkan di dalam Alkitab, merupakan sebuah upacara dimana seseorang secara simbolis dibersihkan dari dosanya melalui baptisan selam di dalam air dan menerima Roh Kudus setelah penumpangan tangan. Seseorang menjadi orang Kristen ketika Roh Kudus tinggal di dalam dia. Jika orang tersebut tetap setia kepada Elohim, dia akan menjadi anak Elohim yang kekal ketika Yesus Kristus datang kembali.

Baptisan dan awal Gereja

Pada Hari Pentakosta pada tahun 31 setelah Masehi, ada ribuan orang, banyak dari berbagai etnis, datang ke Jerusalem untuk melihat festival tahunan ini. Kira-kira jam 9 pagi mereka mendengar suara yang luar biasa dan beberapa di antara mereka datang melihat kejadian itu. Mereka menemukan Petrus dan anggota lainnya sedang berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Mereka itu menuduh Petrus dan yang lainnya mabuk. Tetapi Petrus berdiri dan berkata bahwa mereka tidak sedang mabuk seperti yang dituduhkan (Kisah Para Rasul 2:1-15).

Kemudian dia menyebutkan nubuat Perjanjian Lama dari kitab Yoel tentang karunia Roh Kudus dan menyatakan bahwa kejadian itu merupakan kegenapan nubuat itu! Dia juga menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan dimana Dia telah secara tragis mereka salibkan (ayat 16-36).

Perkataan Petrus itu sungguh persuasif sehingga mereka bertanya apa yang hendak mereka lakukan. “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus’” (ayat 38). Dan kira-kira 3,000 orang bertobat dan memberi diri dibaptis.

Apa itu baptisan? Kepada orang Kristen, itu lebih dari sekedar upacara ritual. Itu merupakan pengakuan dosa masa lalu bagi orang-orang bertobat dan menginginkan perubahan hidup, dan pengampunan dosa dan kesalahan masa lalu, dan menjadi seorang murid Yesus Kristus sebagai anggota Jemaat Elohim.  

Dari mana asal ritus baptisan itu?

Rasul Paulus menjelaskan bahwa orang Israel zaman dahulu kala berjalan melalui sebuah bentuk baptisan ketika mereka berjalan melintasi Laut Merah ketika itu mereka berjalan di bawah perlindungan awan (1 Korintus 10:1-2).

Di seluruh isi kitab pertama kelima Perjanjian Lama itu, Elohim mendidik bangsa Israel tentang perbedaan antara orang tahir dan tidak tahir, benda-benda atau binatang-binatang haram dan tidak haram dan dijelaskan bahwa air adalah alat pembasuh/pembersih. Imamat 15 secara khusus memberi penjelasannya tentang hal ini.

Imamat 16:4 menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas keimaman, imam-imam dari suku Lewi kadang-kadang diperintahkan untuk membasuh diri (“memandikan tubuhnya”)  sehingga bersih seluruhnya sebelum memasuki kemah (dan kemudian ke dalam bait suci); sebuah bak besar didirikan di situ untuk keperluan penyucian itu.

Musa menyatakan bahwa seorang “asing” yang ingin bergabung dengan bangsa Israel harus tunduk dan mengikuti hukum yang sama: “Satu hukum saja akan berlaku untuk orang asli dan untuk orang asing yang menetap di tengah-tengah kamu" (Keluaran 12:49. Hukum itu tidak hanya berkenan untuk masalah sunat dan makanan haram dan tidak haram, tetapi juga berlaku untuk hal-hal tentang penyucian atau membasuh diri (Imamat 17:15).

Asal kata dari bahasa asli untuk perkataan “baptize, baptism, dan baptized” mengandung arti dengan diliputi cairan atau air. Memahami arti ini, Alkitab versi Perjanjian Baru Yahudi mengidentifikasi Yohanes Pembaptis sebagai orang yang “menyelamkan” di dalam Matius 3:1 dan menyatakan bahwa dia menyelamkan mereka yang datang kepada dia (ayat 11).

Apa yang harus kita lakukan sebelum dibaptis?

Ayat Suci Alkitab mengajarkan bahwa orang harus bertobat – yaitu, harus menyesali segala dosa-dosanya, harus benar-benar berkomitmen di dalam hati untuk berhenti berdosa dan memulai hidup baru sesuai dengan ajaran Elohim – sebelum dibaptis (Kisah Para Rasul 2:38). Pertobatan adalah suatu proses dua tahap yang merupakan karunia dari Elohim. Dia membimbing kita untuk bertobat dengan membuka mata hati kita untuk berhenti melanggar perintah-perintahNya (Roma 2:4).

Sekali kita dengan rendah hati melihat dosa kita dan perlu bertobat, kita harus ikuti dengan langkah ke-2 nya, yang memerlukan kita untuk berubah dari cara hidup sebelumnya ke jalan yang diinginkan Elohim untuk kita jalani. Untuk informasi lebih detil, bacalah artikel kami pada situs ini, yakni yang berjudul “Apa itu Pertobatan.” (Silakan menggunakan kolom search).  

Apakah anda ingin mengetahui gereja di belakang Life, Hope & Truth? Anda dapat melihat halaman “Who We Are

Apa kegunaan baptisan?

Dalam menjelaskan apa baptisan untuk orang-orang yang berkumpul pada Hari Pentakosta itu, Petrus menyatakan bahwa orang sebaiknya bertobat dan dibaptis “untuk pengampunan dosa; dan anda akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 2:38). Paulus menambahkan “Sebab setiap orang yang dipimpin oleh Roh Elohim adalah anak-anak Elohim” (Roma 8:14).

Mempunyai Roh Kudus juga membiarkan kita bertumbuh di dalam buah-buah Roh, yakni “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23). Sementara kita terus bertumbuh secara rohani, Kristus terbentuk di dalam kita – dalam artian kita mengikuti pola berpikir dan bertindak seperti Yesus (Galatia 4:19). Mendapat Roh Kudus juga merupakan “jaminan” bahwa kita akan diubahkan menjadi tubuh kekal, makhluk roh pada saat Kristus kembali (2 Korintus 5:4-5; 1 Tesalonika 4:16-17; 1 Korintus 15:49-53).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Tanda dari Binatang

oleh Jim Haeffele

https://lifehopeandtruth.com/prophecy/revelation/mark-of-the-beast/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Apakah anda akan menerima tanda dari binatang itu? Tanpa tanda itu, anda tidak akan bisa lagi membeli dan menjual. Jika anda menerimanya, anda akan menderita berbagai tulah yang disebut di kitab Wahyu itu. Apa yang sebaiknya anda lakukan?

 

 

 

 

 

 

Telah banyak spekulasi tentang tanda dari binatang yang disebut di kitab Wahyu itu. Apa yang anda perlu ketahui tentang tanda misterius ini?

Nampaknya tidak ada subjek pembicaraan yang lebih menarik perhatian dan yang membingungkan orang daripada tanda misterius yang dibicarakan di kitab Wahyu ini. Banyak buku telah ditulis dan khotbah dipaparkan tentang tanda ini. Banyak teolog telah menawarkan banyak ide-ide yang berbeda tentang hal itu.

Beberapa di antaranya mengatakan itu adalah microchip yang ditanamkan di dahi orang atau suatu tanda yang tidak kelihatan atau sebuah tanda yang kelihatan. Beberapa orang bahkan mengira tanda itu dapat menjadi kartu kredit atau kartu debit bagi orang yang memilikinya.

Tetapi apa yang disingkapkan oleh Alkitab tentang tanda yang penuh teka-teki ini?

Bacaan kunci pemahaman di sini ialah: “Ia juga membuat supaya semua orang, besar dan kecil, kaya dan miskin, orang merdeka dan hamba, diberi tanda pada tangan kanan atau pada dahi mereka. Dan supaya setiap orang tidak dapat membeli atau menjual, kecuali ia yang mempunyai tanda atau nama binatang itu atau bilangan namanya” (Wahyu 13:16-17). Ayat 18 mengidentifikasi siapa binatang itu dari “bilangan namanya” yakni 666.

Jika orang tidak memiliki satu pun dari tanda-tanda identifikasi ini, maka dia tidak akan diperbolehkan melakukan transaksi bisnis secara legal. Orang ini akan mengalami kesulitan untuk mencari nafkah, untuk mendapatkan pekerjaan dan menjalankan usaha.

Apa dan siapa binatang yang di kitab Wahyu itu?

Yohanes, orang yang dipilih Elohim untuk menulis kitab Wahyu itu, mendapat suatu penglihatan yang akan terjadi di masa depan. Berikut ini adalah yang dituliskan dia tentang binatang ini:

“Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat. Binatang yang aku lihat itu serupa macan tutul, kakinya seperti kaki beruang, mulutnya seperti mulut singa; dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya dan takhtanya, serta kekuasaannya yang besar” (Wahyu 13:1-2).

Untuk memahami apa dan siapa binatang yang disebut di dalam kitab Wahyu ini, kita perlu memulainya dari Daniel 7:1-8, dimana kita menemukan deskripsi empat binatang, yang merepresentasikan empat kerajaan besar di dalam sejarah. Binatang-binatang ini ialah seekor singa (Babel), seekor beruang (Persia), seekor macan tutul (Yunani) dan seekor binatang ke-4 (Roma)

Binatang yang ke-4 yang digambarkan Daniel dan yang dicatat oleh Yohanes inilah yang mempunyai “10 tanduk” dan yang mengalami “luka mematikan” sebelum muncul lagi pada akhir zaman ini (Daniel 7:7-8; Wahyu 13:3). Kerajaan ini adalah “binatang” yang digambarkan di dalam kitab Wahyu itu.

Kita perlu perhatikan bahwa pemimpin manusia dari kerajaan yang akan muncul ini juga merujuk pada sebutan “binatang” itu (Wahyu 19:20). Tanda dari binatang itu adalah tanda atau tanda pengenal dari kerajaan ini.

Kitab Wahyu menjelaskan bahwa seekor naga memberikan kuasa dan otoritas kepada binatang itu. Naga itu adalah Setan atau Iblis (Wahyu 12:9; 20:2). Setan menggunakan binatang ini untuk memerintah dan menyesatkan dunia.

Binatang ke-dua ini menyebabkan orang-orang untuk menerima tanda dari binatang itu.

Mari sekarang kita mengarahkan perhatian kepada perkataan “dia atau ia” di Wahyu 13:16. Bacaan ini menyebutkan, “Ia juga membuat supaya semua orang, besar dan kecil, kaya dan miskin, orang merdeka dan hamba, diberi tanda.” Siapa “dia”? Dalam ayat 11 dikatakan, “Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.”

Karakteristik-karakteristik ini mengindikasikan seorang pemimpin agama palsu yang “menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama” (ayat 12). Binatang ke-2 ini disebut “nabi palsu” (Wahyu 19:20). Tanda ini merepresentasikan bangkitnya kembali Kekaisaran Romawi pada akhir zaman. Para pemimpin agama yang mendukung binatang itu “menyebabkan” orang-orang untuk menerima tanda itu.

Tanda dari binatang itu melambangkan pembangkangan terhadap Elohim

Tanda dari binatang itu akan mengkategorikan orang-orang ke dalam dua grup. Satu grup akan menerima tanda itu dan grup yang lain akan menolaknya.

Rasul Yohanes menuliskan seperti ini, “Dan malaikat yang ketiga mengikuti mereka, ia berkata dengan suara nyaring, ‘Jika seseorang menyembah binatang itu dan patungnya, serta menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, maka ia akan minum anggur murka Elohim yang telah dituang tanpa campuran ke dalam cawan murkaNya; ia akan disiksa dengan api dan belerang di hadapan malaikat-malaikat kudus dan di hadapan Anak Domba.’” (Wahyu 14:9-10).

Ini menunjukkan penderitaan hebat akan menimpa mereka yang menerima tanda binatang itu.

Di dalam ayat 12 kita melihat kelompok orang yang menolak tanda itu. “Inilah pentingnya ketabahan orang-orang kudus, yang memelihara perintah-perintah Elohim dan iman kepada Yesus.” Ayat ini berbicara tentang orang-orang kudus Elohim – yakni mereka pengikut Kristus yang taat dan setia.

Di seluruh bacaan Alkitab, menaati Elohim adalah tanda dari mereka, yakni orang-orang kepunyaanNya.

Sebagai contoh, dalam memberi pengajaran kepada bangsa Israel zaman dahulu bagaimana merayakan festival tahunanNya, yakni Hari Raya Roti Tidak Beragi, Elohim berkata bahwa ketaatan kepada hukumNya “harus menjadi tanda pada tanganmu” (Keluaran 13:9). Rasul Paulus memperkuat hal ini pada saat berbicara kepada orang Kristen di Korintus untuk terus merayakan atau “berpesta …. dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1 Korintus 5:8).

Jadi, tanda dari binatang itu melambangkan ketidaktaatan terhadap perintah-perintah Elohim dan penolakan iman Yesus Kristus.

Kitab Wahyu berkata bahwa mereka yang menerima tanda dari binatang itu akan menerima tujuh tulah terakhir, sementara orang-orang kudus yang setia digambarkan sebagai orang-orang yang “menang atas binatang itu” (Wahyu 15:2). Orang-orang yang setia ini akan diberi kehidupan kekal dan akan memerintah dengan Kristus pada kedatanganNya yang ke dua kalinya (Wahyu 20:4).

Apa tanda dari binatang itu?

Sebagaimana kita telah lihat, tanda khusus ini menentukan siapa yang boleh atau tidak boleh melakukan transaksi bisnis resmi. Tetapi siapa yang menerima tanda pengenal ini akan diperbolehkan untuk “membeli dan menjual.” Alkitab dengan terang-benderang menjelaskan baik buruk dampak keuangan yang akan terjadi atas dasar entah orang memiliki atau tidak memiliki tanda dari binatang ini.

Kita juga memperhatikan bahwa ada satu perintah Elohim yang sering berkaitan dengan kegiatan bisnis atau pekerjaan dan hal itu menandai orang-orang kepunyaan Elohim. Dari 10 perintah Elohim itu, Perintah Keempat adalah perintah yang paling berhubungan dengan pekerjaan, mencari nafkah dan menjalankan usaha. 

Perintah itu berkata, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. Enam hari lamanya engkau seharusnya bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah Sabat bagi YAHWEH, Elohimmu” (Keluaran 20:8-10).

Sebagian besar orang berpikiran bahwa hari beribadah itu hari apa saja – tidak ada bedanya, tetapi bagi Elohim itu berbeda. Pada zaman ini, kita memerlukan “iman Yesus” untuk menghindari bekerja pada hari Sabat untuk menguduskannya. Untuk informasi lebih lanjut, bacalah artikel-artikel kami tentang hari Sabat. (Silakan menggunakan kolom search pada situs ini dengan kata kunci “Sabat”)

Apa itu tanda menurut Alkitab?

Bahasa Yunani charagma di dalam Wahyu 14:9 berarti “sebuah goresan, yaitu stempel (sebagai sebuah lencana pengabdian)” (Strong’s Hebrew and Greek Dictionaries). Dengan demikian sebuah tanda adalah merek atau tanda pengenal.

Di dalam Alkitab, Hari Sabat itu disebut sebagai “tanda” antara Elohim dengan orang-orang kepunyaanNya (Keluaran 31:13, 17; Yehezkiel 20:12). Hari Sabat itu memperkenalkan orang-orang kepunyaan Elohim sebagai orang-orang yang dikuduskan atau dipisahkan oleh Elohim.

Yesus berkata, "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (Markus 2:27-28). Hingga sekarang, hari Sabat itu tetap merupakan perintah Elohim dan itu sebagai tanda yang memperkenalkan orang-orang kepunyaan Elohim. 

Kejadian lain tentang memperkenalkan orang-orang kepunyaan Elohim terdapat di kitab Yehezkiel dimana Elohim menyuruh seorang penyalin kitab menuliskan, “Berjalanlah ke tengah-tengah kota Yerusalem, dan goreskanlah sebuah tanda di dahi orang-orang yang berkeluh kesah dan bersedih karena segala kekejian yang dilakukan di antara mereka" (Yehezkiel 9:4). Tanda ini menandai mereka yang menaati Elohim dan bersedih hati atas dosa-dosa di dalam kota itu.

Lokasi tanda dari binatang itu

Bacaan di kitab Wahyu memaparkan bahwa mereka yang menerima tanda dari binatang itu akan dibubuhkan pada “tangan kanan atau pada dahi mereka” (Wahyu 13:6). Banyak orang berpendapat bahwa tanda itu akan seperti tanda fisik pada kulit mereka, dan hal ini tentu mungkin sekali.

Namun karena kitab Wahyu menggunakan banyak simbol, kita harus melihat kemungkinan bahwa referensi untuk “tangan kanan” dan “dahi” adalah simbolis. Jika demikian, apa artinya?

Di dalam Alkitab, tangan kanan dapat merepresentasikan perbuatan kita, pekerjaan kita dan usaha kita. Sedangkan dahi dapat melambangkan keyakinan batin, intelek dan apa yang terdapat di dalam pikiran kita. Dengan demikian, tanda dari binatang itu berhubungan dengan apa yang kita percayai di dalam pikiran dan apa yang kita kerjakan dengan tangan kita. 

Bandingkan ini dengan yang disebut di kitab Ulangan 6:8, dimana Elohim memerintahkan orang Israel untuk mengikatkan perintah-perintah itu “sebagai tanda pada tanganmu dan … itu menjadi lambang di dahimu.”

Hubungan antara pikiran kita dengan perbuatan kita merupakan sebuah penjelasan yang baik akan iman kita. Di dalam Alkitab “iman Yesus” yang hidup memiliki dua bagian, yakni, percaya dan tindakan kita di dalam iman sesuai dengan apa yang kita percayai. 

Bagaimana menghindari tanda dari binatang itu

Alkitab berkata bahwa tanda dari binatang itu akan dipaksakan kepada dunia yang memang tidak menaruh curiga sebelum kedatangan Yesus Kristus yang ke-dua kalinya. Mayoritas orang tidak akan menyadari bahwa dunia ini telah mengikuti sistem ajaran agama palsu.

Tetapi Elohim memberi mereka yang membaca Alkitab dan mempercayai bahwa ayat-ayat Suci adalah pilihan yang jelas. Jika kita berpegang pada atau mengimani iman Yesus Kristus dan menaati perintah-perintah Elohim, kita dapat menolak tanda dari binatang itu.

Memilih untuk mematuhi Elohim akan mengalami konsekuensi dari mereka-mereka yang menerima tanda dari binatang itu. Tetapi inilah pilihan yang harus kita buat untuk menyenangkan Elohim dan untuk menerima kehidupan kekal di dalam keluargaNya.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Pertobatan?

oleh Don Henson

https://lifehopeandtruth.com/change/repentance/what-is-repentance/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Pertobatan adalah sebuah tema besar dan penting di dalam Alkitab dan itu merupakan syarat bagi manusia berdosa untuk datang kepada Elohim yang kudus. Tetapi apa yang dimaksud dengan bertobat? Apa itu pertobatan?   

 

 

 

 

 

 

 

Pertobatan menyangkut perubahan pola pikir, sikap dan tindakan secara menyeluruh. Itu seperti membuat U-turn [putar balik] di dalam hidup.

Apa yang dimaksud dengan pertobatan?

Pertobatan adalah suatu perubahan hati dan perubahan arah hidup. Itu menyangkut sebuah tekad bulat untuk berhenti berdosa dan tidak akan melakukan perbuatan dosa sampai kapan pun. 

Definisi pertobatan

Bahasa Yunani yang menerjemahkan “repentance” [pertobatan] yang di dalam Perjanjian Baru itu berarti “mengubah cara hidup orang sebagai kelanjutan dari perubahan pikiran dan sikap secara menyeluruh dalam hubungannya dengan dosa dan kebenaran” (Greek-English Lexicon of the New Testament Based on Semantic Domains, J.P. Louw and Eugene Nida, 1988).

Vine’s Expository Dictionary of Biblical Words (W.E. Vine, 1985) menunjukkan bahwa Bahasa Yunani secara harfiah mengartikan itu “to perceive afterwards” [untuk melihat sesudahnya]. Dengan memperhatikan definisi ini, apa itu pertobatan? Untuk melihat sesuatu apa yang anda lakukan pada masa lampau, memahami bahwa itu perbuatan dosa – yang melanggar hukum-hukum Elohim, yakni hukum-hukum yang baik dan yang berfaedah – dan menyimpulkan bahwa anda memerlukan perubahan untuk hidup lebih baik.

Langkah awal untuk pertobatan

Secara alami kita tidak memiliki hasrat untuk membuat perubahan yang perlu untuk mematuhi perintah Elohim (Roma 8:7), tetapi Dia harus membimbing kita untuk memahami perlunya pertobatan (Roma 2:4), yang merupakan langkah awal dari sebuah komitmen untuk jalan hidup baru dan transformasi hati dan pikiran manusia dari badaniah ke rohaniah (Kisah Para Rasul 3:19; Roma 12:2).

Alkitab menunjukkan bahwa pertobatan awal merupakan keputusan pribadi yang mengubah hidup dan yang sangat signifikan dan terus berlanjut ke pembaptisan dan penerimaan karunia Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:37-39). Pertobatan ditandai oleh pemahaman terhadap betapa seriusnya dosa itu (Roma 6:23; Efesus 2:1-3), sebuah keinginan yang dalam untuk diampuni (Mazmur 51:1-3; Ibrani 9:14) dan sebuah komitmen atau tekad bulat untuk mengubah perilaku dan pikiran untuk berhenti berbuat dosa (Matius 3:8; Kisah Para Rasul 26:19-20).

Rasul Paulus menekankan bahwa “dukacita menurut kehendak Elohim” menghasilkan pertobatan yang sungguhan, yang akan menjadi perubahan permanen yang akan pada akhirnya membawa orang kepada keselamatan; sebaliknya “dukacita yang berasal dari  dunia” akan menghasilkan perubahan permanen yang membawa kematian (2 Korintus 7:10). Ayat 11 menekankan bahwa dukacita menurut kehendak Elohim menghasilkan usaha yang tekun dan hasrat yang sungguhan untuk berubah. 

Berita Injil Yesus termasuk panggilan untuk bertobat (Markus 1:14-15), yang memimpin ke arah perubahan – berbalik dari nilai-nilai alami kehidupan manusia berdosa kepada kepatuhan terhadap Elohim dan mencari KerajaanNya. Yesus menggunakan kejadian-kejadian pada masa Dia berada di bumi untuk menyatakan bahwa hidup manusia adalah sia-sia kecuali dia datang kepada pertobatan dan memulai perjalanan baru dan bertekun untuk Kerajaan Elohim (Lukas 13:1-5).  

Setelah kematian dan kebangkitanNya Yesus menginstruksikan murid-muridNya untuk mengajarkan kebenaran tentang pengorbananNya dan bahwa “pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Lukas 24:46-47; baca juga Matius 28:18-20).

Yesus rela dicambuk dan mati, bahkan dengan kematian yang mengerikan untuk membayar penalti dosa bagi kita. Pengorbanan yang sehebat itu memperkuat arti betapa seriusnya dosa itu dan betapa besarnya ucapan syukur yang kita perlu tunjukkan kepada Elohim yang penuh belas kasihan kepada kita. 

Apakah anda ingin mengetahui gereja di belakang Life, Hope & Truth? Anda dapat melihat halaman “Who We Are

Pertobatan adalah suatu kerangka berpikir yang terus menerus diperbaharui

Apa itu pertobatan? Apakah itu hanya keputusan sekali yang membawa kepada pembaptisan? Tidak, tetapi itu juga harus menjadi kerangka berpikir yang berkelanjutan, dengan menyadari bahwa usaha mengalahkan dosa itu adalah komitmen sepanjang hidup. Bilamana pun kita jatuh dalam dosa, kita butuh pengampunan. 

Di Kolose 3:1-10 Paulus meminta mereka, melalui pertobatan, yang telah dibaptis dan telah menerima Roh Kudus untuk “mematikan” segala perbuatan dosa dari “manusia lama” dan mengenakan “manusia baru.” Di dalam Roma 7:13-25 dia dengan jelas menggambarkan perjuangan kita untuk mengalahkan sifat alami kita sebagai manusia yang cenderung melakukan dosa – dan menjelaskan bahwa harapan kita satu-satunya ialah melalui Yesus Kristus, yang olehNya kita diampuni (ayat 24-25). Setelah pertobatan awal dan baptisan, mulailah dalam perjalanan hidup yang terus-menerus memerlukan pertobatan dan pengampunan: 

“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita” (1 Yohanes 1:8-10).

Elohim menghendaki semua orang datang kepada pertobatan

Adalah rencana Elohim bahwa setiap orang akan pada akhirnya diberi kesempatan untuk menerima karunia keselamatan, yang dimulai dengan pengalaman pertobatan pribadi. Sebagaimana Petrus menuliskan bahwa Elohim “menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Petrus 3:9).  

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Pilihan yang Salah

oleh Dave Johnson

https://lifehopeandtruth.com/change/sin/deadly-sins/wrong-choice/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Elohim berfirman, “Tetapi dari pohon pengetahuan baik dan jahat engkau tidak boleh memakannya”        

 (Kejadian 2:17). Sedihnya, Adam dan Hawa justru memilihnya. Bagaimana kita menghindari pilihan yang salah?

 

 

 

 

 

 

 

Bagaimana menghindari diri untuk tidak membuat pilihan yang salah?

Di dalam seri artikel tentang dosa maut, kita sudah membahas “Godaan” dan “Keinginan.”  Sekarang mari kita lihat tahap berikutnya untuk menghindari jalan dosa: Pilihan yang salah atau salah pilih.

Adam dan Hawa dihadapkan dengan sebuah pilihan terbaik pada saat hari-hari pertama mereka di Taman Eden. Pohon kehidupan dan semua pohon lainnya yang ada di taman itu untuk kesehatan dan kebahagiaan, tetapi Elohim melarang mereka makan dari buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat yang berujung maut itu.

Pilihan yang salah yang dibuat Adam dan Hawa itu dicatat di dalam Alkitab. Entah kita berpikir tentang hal itu atau tidak, kita juga membuat pilihan-pilihan setiap hari. Ketika dihadapkan dengan pikiran membuat pilihan yang benar atau salah, kita biasanya digoda untuk membuat pilihan yang buruk. Apa yang menjadi faktor penentu untuk pilihan yang kita akan ambil?

Kerangka untuk memilih

Pilihan-pilihan yang kita buat dan tindakan yang kita lakukan di dalam hidup merupakan akibat dari pikiran kita yang masuk ke dalam hati kita setiap hari. Perhatikan Lukas 6:45: “Orang yang baik mengeluarkan hal yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan hal yang jahat dari perbendaharaan hatinya yang jahat. Apa yang diucapkan oleh mulut meluap dari hati.”

“Hati” menyimpan pikiran dan perasaan yang menghasilkan tindakan dan pilihan-pilihan di dalam kehidupan kita.

Kitab Roma menjelaskan proses pikiran ini dan menghubungkannya ke dalam dua akibat yang digambarkan di dalam bacaan tentang Adam dan Hawa. “Sebab pikiran kedagingan adalah kematian, tetapi pikiran Roh adalah kehidupan dan damai sejahtera” (Roma 8:6).

Ada banyak bacaan ayat Alkitab yang menasihati kita tentang pentingnya apa yang harus kita isi ke dalam pikiran dan hati kita. Prinsip ini dibahas di kitab Mazmur: “Arahkanlah hatiku kepada peringatan-peringatanMu, dan bukan pada ketamakan. Palingkanlah mataku dari pandangan yang sia-sia, hidupkanlah aku di jalan yang Kautunjukkan” (Mazmur 119:36-37).

Rasul Paulus juga menekankan pentingnya membangun kesehatan batin/hati dengan pikiran yang positif: “Akhirnya saudara-saudaraku, segala yang benar, segala yang mulia, segala yang adil, segala yang murni, segala yang menyenangkan, segala yang baik untuk didengar, segala kebajikan, dan segala yang patut dipuji, pikirkanlah semua itu” (Filipi 4:8).

Pilihan-pilihan yang kita buat dan tindakan yang kita lakukan di dalam hidup merupakan hal yang timbul dalam pikiran kita yang memenuhi hati kita setiap hari. Jadi kita dapat bersiap untuk pilihan-pilihan ini dan memperlengkapi diri kita untuk membuat pilihan yang baik dengan cara memfokuskan pikiran kita pada hal-hal yang baik dan tetap berpegang pada hasil yang positif dari pilihan-pilihan yang baik. Tetapi apakah itu saja yang perlu kita lakukan untuk memilih dengan benar?

Pergumulan

Paulus menggambarkan suatu pergumulan di dalam batinnya yang dia hadapi sendiri. Dia juga melihat adanya dua pilihan di setiap situasi yang dia pergumulkan – pilihan yang dia ketahui yang seharusnya diambil, dan pilihan yang cenderung dia ambil. Dia cenderung mengambil pilihan yang seharusnya tidak.  

“Jadi, aku mendapati hukum ini: ketika aku hendak melakukan yang benar, yang jahatlah yang muncul padaku. Secara manusia batiniah, aku suka akan hukum Elohim; tetapi aku melihat sebuah hukum lain di dalam anggota tubuhku, yang berperang melawan hukum akal budiku, dan menjadikan aku tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota tubuhku. Aku manusia celaka. Siapakah yang akan membebaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:21-24).

Rasul Paulus merasakan pada dirinya suatu pergumulan di antara kedua pilihan ini! Lagipula, dia sering menemukan bahwa dia digoda membuat pilihan yang salah: “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat” (Roma 7:18-19).

Jika demikian, bagaimana dengan kita semua, jika rasul Paulus pun menghadapi kesulitan untuk menghindar dari pilihan yang salah dan supaya kita selalu memilih apa yang benar?

Dan tanpa mempersoalkan pergumulan kita di dalam batin, kita harus membuat pilihan yang benar, sebab pilihan yang salah akan berujung pada kematian. Perhatikan firman Tuhan dalam Ulangan 30:19: “Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu.”

Amsal 14:12 memberi penjelasan yang lebih luas pada pikiran ini: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”

Apakah keinginan memang seburuk itu?

Kita semua telah membuat pilihan-pilihan yang salah, dan kita bersyukur bahwa kita belum mendapat maut karena pilihan-pilihan itu. Tetapi kita harus sadar bahwa semua dosa (yang adalah pilihan yang salah – merupakan pelanggaran hukum Elohim) harus kita hentikan dalam pertobatan; dosa-dosa itu harus dihapus dan diampuni oleh darah Kristus yang tercurah. Rasul Paulus menyadari keseriusan dosa. Jadi, meskipun dia menghadapi pergumulan untuk menghindari pilihan yang salah, dia sudah pasti melakukan nasihatnya sendiri untuk tetap tinggal pada pikiran-pikiran yang bijak dan saleh untuk menolong dia memilih yang benar.

Benar bahwa semua orang akan pada akhirnya mati, tanpa mempersoalkan pilihan-pilihan yang mereka buat. Tetapi ada fakta yang lebih penting daripada kematian sebagai akhir alami hidup manusia. Pilihan-pilihan yang salah selalu mendatangkan akibat. Sejarah manusia (dari zaman Adam dan Hawa) merefleksikan serangkaian pilihan-pilihan yang salah yang mengakibatkan peperangan, kemiskinan dan kehancuran. Dan orang-orang yang belum bertobat atas pilihan-pilihan yang salah akan mengalami kematian kekal.

Lihat sisi terpenting di baliknya

Pengorbanan Yesus Kristus memberikan masa depan bagi umat manusia, yakni hidup yang jauh lebih mulia daripada hidup dalam daging dan darah. Umat manusia tidak ditakdirkan untuk siklus dosa dan kematian yang tidak terelakkan itu! Ini perkataan Yesus: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:9-10).

Yesus Kristus menghendaki kita untuk memiliki hidup; dan Dia tidak ingin melihat kita jatuh pada pilihan-pilihan yang salah. Untuk penjelasan lebih lanjut akibat pilihan-pilihan yang salah dan untuk alternatif terhadap pilihan-pilihan yang salah, bacalah artikel berikutnya pada seri ini, yang berjudul “Efek Dosa.” (Artikel ini akan dimuat segera pada situs ini).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Kesepuluh: Jangan Mengingini

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/covet-10th-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

“Jangan mengingini rumah sesamamu … istri sesamamu … ataupun segala sesuatu yang menjadi milik sesamamu” (Keluaran 20:17). Perintah Kesepuluh ini melihat motivasi kita.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perintah Kesepuluh ini merupakan perintah pertama yang secara eksplisit berfokus pada apa yang terjadi di dalam hati kita. Itu juga mengarahkan perhatian kita untuk meninjau kembali betapa pentingnya perintah pertama itu.

Apa yang dimaksud dengan mengingini?

Keserakahan ialah hasrat atau keinginan yang berlebihan terhadap sesuatu yang bukan milik kita.

Perintah Kesepuluh

Elohim mencatat Perintah Kesepuluh itu bagi kita di kitab Keluaran 20:17:

“Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

Ketika 10 Perintah itu di catat lagi di kitab Ulangan 5, urutan perintah tentang apa yang tidak boleh kita ingini sedikit berbeda (istri ditulis sebelum rumah), dengan urutan perintah yang dipercayai oleh Katolik; mereka membaginya menjadi dua urutan perintah.

Ulangan 5:21 berkata: “Jangan mengingini istri sesamamu; jangan menginginkan rumah sesamamu, atau ladangnya, atau budaknya, atau hambanya wanita, lembunya, atau keledai jantannya, ataupun segala sesuatu yang menjadi milik sesamamu."

Dalam istilah modern, mengingini sering menyangkut hal seperti mengingini mobil tetangga kita, alat-alat elektronik, uang, prestise, dll.

Apa arti mengingini?

Mengingini artinya “merasakan hasrat atau keinginan [yang berlebihan] untuk memiliki apa yang dipunyai/dimiliki orang lain” (Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary).

Itu adalah perasaan “saya harus memilikinya!” ketika kita tidak punya hak untuk memilikinya.

Inti masalah dan rohnya hukum

Yesus Kristus mengajarkan itu dengan jelas pada KhotbahNya di Bukit Zaitun dan juga di seluruh ajaranNya bahwa hukum Elohim menyangkut hal yang lebih dalam daripada sekedar perbuatan kita. Ini berarti bahwa dengan sungguh-sungguh mematuhi 10 PerintahNya, itu menyangkut pikiran, sikap dan cara pendekatan kita.

Bahkan sebelum Kristus menjelaskan hukum-hukum itu secara detil, Perintah Kesepuluh ini menambah ketajaman/kedalaman makna dari semua perintah-perintah itu dengan melibatkan  perhatian kepada hati dan motif kita. Dosa mengingini, dan semua dosa lainnya, bermula dari hati kita. 

“Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang" (Matius 15:18-20).

Mengapa Elohim peduli dengan mengingini?

Keinginan yang berlebihan sesungguhnya mendatangkan duka. Bermula dari hati dan merambat ke mana-mana, ketamakan merupakan tempat dimana dosa sering berawal.

“Ketamakan/keserakahan adalah berhala”

Elohim bahkan menghubungkan Perintah Kesepuluh ini, yakni tentang mengingini, dengan Perintah Kedua terhadap berhala. Ketika kita menempatkan ketamakan dan pementingan diri sendiri di atas kepentingan Elohim, itu bisa menjadi penyembahan berhala.

Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose: “Matikanlah dalam dirimu keinginan duniawi, yaitu: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, keinginan jahat, dan keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Hal-hal ini mendatangkan murka Elohim kepada mereka yang tidak percaya” (Kolose 3:5-6).

Paulus juga membuat kesamaan ini dalam suratnya kepada jemaat di Efesus: “Sebab, kamu tahu bahwa setiap orang cabul atau yang cemar atau orang serakah, yaitu penyembah berhala, tidak memiliki warisan dalam Kerajaan Kristus dan Elohim” (Efesus 5:5).

Yesus Kristus menjelaskan “Tidak seorang pun sanggup mengabdi kepada dua tuan, karena ia akan membenci yang satu dan mengasihi yang lain, atau ia akan mematuhi yang satu dan mengabaikan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Elohim dan kepada Mamon" (Matius 6:24). Memuja kekayaan memisahkan kita dari Elohim yang benar.

Itu sebabnya Yesus Kristus berkata kepada kita, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Matius 6:19-21).

Keserakahan di dalam Alkitab

Manusia pertama kali mengingini di Taman Eden. Setan, yang tidak puas dengan dirinya sendiri, berusaha menanamkan bibit mengingini dan keserakahan terhadap satu pohon yang dilarang oleh Elohim itu untuk jangan dimakan buahnya.

“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, [satu-satunya pohon yang Elohim firmankan untuk tidak boleh dimakan dari buahnya!] lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya” (Kejadian 3:6).

Dan sejak itu manusia telah ingin menikmati harta benda sesamanya.

Keserakahan Akhan menyebabkan penderitaan bagi seluruh bangsanya (Yosua 7:11-12, 20-21). Ketamakan Yudas berujung pada pengkhianatan Juruselamat kita (Yohanes 12:4-6; Matius 26:14-16).  

Salomo memperingatkan, “Barangsiapa yang tamak akan keuntungan mengacaukan rumahnya sendiri” (Amsal 15:27). Dia juga menuliskan, “Barangsiapa yang mencintai uang tidak akan dipuaskan oleh uang, demikian pula orang yang mencintai kekayaan tidak akan dipuaskan oleh penghasilan. Semuanya adalah kesia-siaan” (Pengkhotbah 5:10).

Apabila kita menyerah kepada ketamakan, kita tidak akan pernah puas. Akan selalu ada lagi keinginan untuk memperoleh lebih banyak.

Rasul Paulus menjelaskan, “Namun, mereka yang ingin menjadi kaya, mereka jatuh ke dalam pencobaan dan jerat dan berbagai keinginan yang bodoh dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam kehancuran dan kematian. Sebab akar segala kejahatan adalah cinta uang; beberapa orang yang mengejarnya, mereka telah disesatkan dari iman dan telah menyiksa diri sendiri dengan berbagai penderitaan” (1 Timotius 6:9-10).

Baca juga pernyataan Yakobus kepada mereka yang mendapatkan kekayaan melalui ketamakan dan ketidakadilan (Yakobus 5:1-6).

Akan tetapi Alkitab tidak mengutuk kekayaan yang didapat secara jujur dan dibarengi dengan kebijakan dan kebenaran (Amsal 3:13-16; 8:18).

Contoh buruk lainnya tentang mengingini

Alkitab memberikan banyak contoh-contoh buruk dari mengingini, misalnya ketika Daud mengingini Batsyeba, yakni istri sesamanya (2 Samuel 11:1-4) dan Ahab mengingini kebun anggur tetangganya bernama Nabot (1 Raja-raja 21:1-6).

Dalam kedua kejadian ini, dosa mental ini berkembang ke dosa-dosa lainnya, termasuk dosa pembunuhan.

Bagaimana saya menghindari dosa mengingini?

Cara terbaik untuk melawan dosa ketamakan di dalam hati kita ialah dengan cara mengambil langkah untuk menggagalkan keinginan itu – belajar merasa cukup, melatih sikap kemurahan hati dan mengembangkan/bertumbuh di dalam iman.

Penangkal keserakahan

Apabila kita mengingini, kita menyerah kepada pola pikir yang egois dan beracun yang membawa kita kepada dosa dan kematian. Syukurlah, Alkitab menyajikan obat penangkalnya dan mengenali penyakitnya. Obat penangkal ketamakan ini adalah:

  • Kepuasan/Merasa cukup. Paulus “telah belajar untuk menjadi cukup dalam segala keadaan” (Filipi 4:11). Dia menuliskan, “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (ayat 12-13).
  • Kemurahan hati. Jika kita belajar untuk “menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi,” kita akan mengumpulkan suatu harta “di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya” (1 Timotius 6:18-19).
  • Iman. Kita dapat percaya di dalam “Elohim yang hidup, yang memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati” (1 Timotius 6:17). Kita dapat mengetahui bahwa Elohim memiliki warisan yang mulia bagi mereka yang mempunyai iman di dalam Dia. “Tanpa iman, mustahil orang berkenan kepada Elohim. Sebab siapa yang datang kepada Elohim, ia harus percaya bahwa Dia ada dan Dia adalah pemberi upah kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6).

Ketika kita menyadari bahwa kita telah berdosa dan melanggar 10 Perintah Elohim itu, kita sebaiknya berbalik kepada Elohim di dalam pertobatan. Dan untuk lebih detil tentang topik yang sangat penting ini, bacalah artikel kami yang berjudul “Pertobatan.” (Akan segera dimuat pada situs ini).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Kesembilan: Jangan Mengucapkan Saksi Dusta

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/lying-ninth-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Perintah Kesembilan itu terdapat di kitab Keluaran 20:16: “Jangan mengucapkan saksi dusta terhadap sesamamu.” Prinsip ini mencakup semua bentuk-bentuk dusta.

 

 

 

 

 

Perintah Kesembilan ini berakar pada integritas dan kejujuran. Sungguh-sungguh mematuhi perintah ini untuk tidak berdusta memerlukan pengubahan pola pikir kita.

Mengapa Elohim membenci dusta?

Yesus menandai Setan, si iblis itu sebagai “bapa segala dusta.” Ketidakjujuran adalah kebalikan dari karakter dan identitas Elohim karena hal itu memelintir dan memutarbalikkan kebenaran, menghancurkan hubungan dan menciptakan ketidakpastian.

Perintah Kesembilan itu secara eksplisit melarang membuat pernyataan palsu terhadap sesama. Apa maksudnya ini, dan apa lagi yang tercakup pada perintah ini? 

Siapa sesama anda?

Yesus membentangkan arti pada ucapan “Siapakah sesamaku manusia?” Di dalam perumpamaan “the Good Samaritan” [orang Samaria yang murah hati] di dalam injil Lukas 10:25-37. Dia menunjukkan bahwa kita harus menjadi orang baik/murah hati bagi sesama kita.

Jelasnya bahwa orang yang murah hati yang dimaksudkan Yesus Kristus tidak akan berdusta kepada sesama.

Mencegah sumpah palsu, fitnah dan pemutarbalikan fakta peradilan

Hukum-hukum modern tentang sumpah palsu didasari pada konsep penguatan terhadap  pentingnya kebenaran.

Perintah Kesembilan didesain untuk mencegah fitnah dan pemutarbalikan fakta peradilan.

Sebagaimana Elohim berkata kepada Musa dan orang Israel: "Engkau tidak boleh menyebarkan kabar bohong dan bersaksi yang tidak benar untuk membantu orang yang bersalah. Engkau tidak boleh turut kebanyakan orang melakukan kejahatan dan dalam memberikan kesaksian engkau tidak boleh turut kebanyakan orang dengan membelokkan hukum. …

“Janganlah engkau berlaku tidak adil terhadap hak saudara-saudaramu yang miskin. Engkau harus menjauhkan diri dari perkara dusta dan janganlah membunuh orang yang tidak bersalah dan orang yang jujur, karena Aku tidak akan membenarkan orang yang jahat. Dan engkau tidak boleh menerima suap, sebab suap dapat membutakan orang bijak dan dapat memutarbalikkan perkataan orang yang benar” (Keluaran 23:1-2, 6-8).

Dusta dan ketidakjujuran sungguh menyesatkan dan merusak hati dan menjadi kekejian bagi Elohim.

Apakah berdusta itu dosa?

Semua dusta melanggar hukum Elohim, dan itu dosa.

Berdusta itu secara jelas dinyatakan sebagai dosa di kitab Imamat 6:2: "Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah setia terhadap TUHAN, dan memungkiri [berdusta] terhadap sesamanya …”

Hal ini diperkuat di dalam ayat Alkitab bahwa Elohim membenci dusta dan bahwa orang-orang pendusta tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Elohim:

  • “Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatiNya: … seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan” (Amsal 6:16, 19).
  • “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenanNya” (Amsal 12:22).
  • “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua” (Wahyu 21:8).
  • “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu [Yerusalem baru]. Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar” (Wahyu 22:14-15).

Syukurlah, sejak semua orang telah berdosa, Elohim membuka jalan bagi kita untuk bertobat dan mendapat pengampunan. Dosa sangatlah serius – dosa menuntut maut/kematian Sang Juruselamat kita untuk membayar penalti dosa kita! Jadi kita tidak boleh menganggap dusta itu sepele.

Maksud utama Elohim dari Perintah Kesembilan ini lebih dalam dari sekedar berdusta. Ini menekankan pentingnya kebenaran, dan mengajarkan pentingnya bertumbuh secara rohani ke arah kesempurnaan karakter Elohim Sang Pencipta yang membenci kepalsuan dan mencintai kebenaran.

Elohim kebenaran

Elohim itu adalah Elohim kebenaran. Dia menghendaki kita untuk belajar membenci dusta dan ketidakjujuran dan mencintai kebenaran. Perhatikan ayat-ayat Suci Alkitab ini tentang betapa pentingnya kebenaran itu bagi Elohim:

  • “Dialah Gunung Batu, perbuatanNya sempurna. Sebab semua jalanNya adalah keadilan, Elohim yang setia, tiada kecurangan, adil dan benar Dia” (Ulangan 32:4).
  • “Sebab TUHAN itu baik, kasih setiaNya untuk selama-lamanya, dan kesetiaanNya tetap turun-temurun” (Mazmur 100:5).
  • “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).
  • “FirmanMu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17).
  • "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu” (Yohanes 18:37).

Elohim tidak berdusta

Adakah hal yang tidak mungkin bagi Elohim? Ya!

Bilangan 23:19 berkata, “Elohim bukanlah manusia sehingga Dia berdusta.” Alkitab bahkan berkata, “Elohim tidak mungkin berdusta” (Ibrani 6:18) dan bahwa Dia “ tidak dapat berdusta” (Titus 1:2). Dia tidak akan berkata dusta.

Bapa segala dusta

Sebaliknya, Setan adalah bapa segala dusta. Yesus Kristus menjelaskan kepada mereka yang membenarkan diri dan mengejek Dia: “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yohanes 8:44).

Dusta pertama yang dicatat di dalam Alkitab ialah ketika Setan, yang datang berupa ular, berkata kepada Hawa bahwa Elohim berdusta: “Namun ular itu berkata kepada wanita itu, ‘Kamu sekali-kali tidak akan mati, karena Elohim mengetahui bahwa pada saat kamu makan buah itu, matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi seperti Elohim, yaitu mengetahui yang baik dan yang jahat’” (Kejadian 3:4-5).

Betapa itu tipuan yang kejam – dia (Setan) berdusta dengan mengatakan Elohim kebenaran itu sebagai pendusta!

Kita merindukan saat bilamana Setan itu tidak mendustai bangsa-bangsa lagi (Wahyu 20:3).

Tidak perlu bersumpah

Roh Perintah Kesembilan itu memiliki makna lebih dalam dari sekedar bersumpah palsu. Setiap perkataan kita sebaiknya bisa dipercaya – tidak perlu harus bersumpah.

Sebagaimana Yesus mengajarkannya di dalam KhotbahNya di Bukit Zaitun: "Kamu juga sudah mendengar, bahwa kepada mereka pada zaman dahulu telah dikatakan: ‘Jangan bersumpah palsu, tetapi penuhilah janjimu di hadapan TUHAN.’ Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi surga, karena itu adalah takhta Elohim; ataupun demi bumi, karena itu adalah tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena itu adalah kota Raja yang besar. Janganlah pula bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa untuk membuat sehelai rambut pun menjadi putih atau hitam. Akan tetapi biarlah perkataanmu: ‘Ya, jika ya,’ dan: ‘Tidak, jika tidak.’ Apa yang lebih daripada itu, berasal dari si jahat" ((Matius 5:33-37).

Elohim menghendaki kita untuk menggantikan dusta dengan kejujuran di dalam kata-kata kita dan hati kita serta pikiran kita.

Apakah white lies [dusta putih] itu OK? [dusta putih = dusta demi ‘kebaikan’]

Elohim menghendaki “kebenaran dalam batin” (Mazmur 51:8), dan dusta putih – tanpa mempermasalahkan maksud baik kita – tidak dalam standar kebenaran Elohim.

Bagaimana dengan “dusta putih”?

Beberapa orang penasaran apakah mungkin untuk selalu berkata benar dan menyarankan bahwa “white lies” perlu untuk menghindari dari menyinggung/menyakiti orang lain. Akan tetapi Alkitab berkata bahwa kita harus “berpegang kepada kebenaran di dalam kasih” (Efesus 4:15). “White lies” tidak perlu; tetapi kebijaksanaan atau budi bahasa, kebaikan dan kesopanan harus selalu dipraktekkan.

Rasul Paulus juga menasihati orang-orang Kristen di Efesus dan ia berkata, “Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota” (Efesus 4:25).

Perintah Kesembilan tetap berlaku dan sangat penting hari ini. Pelajarilah lebih jauh tentang apa yang dikatakan Alkitab tentang berdusta, ketidakjujuran dan pentingnya berkata benar. Bacalah artikel kami yang berjudul “Berdusta vs. Berkata Benar”. (Silakan menggunakan kolom search pada situs ini). 

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang perintah-perintah lainnya, bacalah artikel kami yang berjudul “Apa itu 10 Perintah?” (Silakan menggunakan kolom search pada situs ini).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Keinginan

oleh Dave Johnson

https://lifehopeandtruth.com/change/sin/deadly-sins/desire/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati … Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya” (Kejadian 3:6). 

 

 

 

 

 

Bacaan di kitab Kejadian tentang dosa pertama manusia sungguh tidak asing lagi. Setelah Hawa melihat buah terlarang dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu sedap kelihatannya dan memberi pengertian, dia memakannya. Ayat 6 menceritakan bahwa Adam mengikuti jejak Hawa: “Dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.”

Sementara kisah dosa pertama ini tidak asing lagi kepada banyak orang, tetapi konsekuensi akibat menyerah pada pilihan yang salah barangkali banyak yang tidak memahaminya dengan baik. Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden dan setelah itu mereka mengalami kesusahan hidup dalam bertani dan memetik hasil tanaman mereka.

Hawa juga diberitahu bahwa dia akan dibuat kesusahan waktu mengandung dan dengan kesakitan untuk melahirkan anak-anaknya. Anak pertama mereka (Kain) bertumbuh menjadi dewasa dan menjadi pembunuh pertama di dunia, dia membunuh adiknya. Siapa yang bisa tahu begitu banyak penderitaan dan dukacita sebagai akibat dari hanya satu keinginan sederhana?  

Siklus dosa

Alkitab menceritakan kepada kita serangkaian tahapan dan keputusan yang bisa berakhir pada kematian. “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut” (Yakobus 1:14-15).

Akan tetapi ada cara untuk menjauhkan diri dari keinginan yang salah sebelum hal itu membawa kita ke jalan yang di lalui oleh Adam dan Hawa.

Pertama-tama, bagaimana kita membedakan antara keinginan yang salah dengan keinginan yang benar? Kita harus membandingkan keinginan kita dengan hukum Elohim. Jika keinginan kita mengembangkan kasih kita kepada Elohim dan orang-orang sesama kita dan kepatuhan kita kepada perintah-perintah Elohim, maka itu baik. Tetapi jika keinginan-keinginan itu bertentangan dengan perintah-perintah Elohim dan tidak menunjukkan kasih bagi Elohim dan tidak merupakan hal membangun bagi orang lain, itu adalah keinginan yang salah.

Keinginan yang salah jelas menjadi tahap krusial sebelum reaksi kita berkembang ke tahap berikutnya yang dapat membawa kepada kematian. Dan ini mendorong kita untuk lebih dekat memeriksa apa yang dikatakan Alkitab tentang sifat keinginan yang salah yang kita sedang hadapi.

“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1 Yohanes 2:16). Tiga bentuk keinginan yang salah itu dijelaskan di sini: keinginan daging (lust = hawa nafsu), keinginan mata dan keangkuhan hidup.

Keinginan daging

Keinginan daging – keinginan yang salah untuk kekayaan, kenyamanan atau kesenangan duniawi – adalah keinginan yang salah yakni yang pertama di urutkan di 1 Yohanes ini. Ini bisa berupa nafsu berahi, ketamakan, kemabukan, minuman keras dan kecanduan fisik lainnya.

Ada bacaan di dalam Alkitab tentang orang yang menyerah kepada keinginan semacam ini, yang berakhir pada kehancuran.

Bacaan ini ditulis tentang seorang yang bernama Gehazi, yang telah menjadi pelayan yang setia untuk nabi Elisa selama bertahun-tahun. Sebagaimana kisah ini diceritakan lebih detil di 2 Raja-raja 5, seorang panglima tentara di Syria bernama Naaman menawarkan sejumlah uang dan pakaian kepada raja Israel dengan harapan dia mendapat kesembuhan dari penyakit kustanya (2 Raja-raja 5:1-5).

Raja itu tidak sanggup menolong dia, tetapi Elisa mendengar kabar situasi itu dan mengirimkan instruksi kepada Naaman tentang bagaimana caranya untuk disembuhkan dari kustanya (2 Raja-raja 5:6-10). Ketika Naaman mengikuti instruksi itu, dia sembuh! Kemudian Naaman menawarkan pemberian kepada Elisa, tetapi Elisa menolaknya (ayat 15-19).

Sampai di sini, “keinginan daging” Gehazi timbul dan dia ingin mengambil alih, dan memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan ini, yakni kemurahan hati Naaman. “Namun Gehazi, pelayan Elisa, abdi Elohim itu berkata, ‘Lihatlah, tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima pemberiannya. Demi TUHAN yang hidup, aku pasti akan berlari mengejarnya dan mengambil sesuatu dari padanya’” (2 Raja-raja 5:20).

Gehazi mengejar dan mendapatkan Naaman dan dia berkata dengan pesan dibuat-buat, seolah-olah itu pesan dari Elisa untuk menerima uang dan pakaian itu. Gehazi berkata kepada Naaman bahwa pemberian itu dibutuhkan dua orang muda dari kelompok nabi. Padahal itu dia terima untuk dia sendiri (2 Raja-raja 5:21-24).

Apa akibatnya bagi Gehazi karena dia telah mengikuti keinginannya yang salah dengan cara berbohong dan mencuri? Elisa berkata kepada dia: “Sesungguhnya kusta Naaman akan melekat kepadamu dan keturunanmu untuk selama-lamanya. Maka keluarlah Gehazi dari hadapan Elisa dengan penyakit kusta seputih salju” (ayat 27). Penyakit kusta merupakan penyakit yang mengerikan, menyebabkan penodaan dan pengisolasian terhadap masyarakat.

Ironisnya, Gehazi menderita kerusakan pada tubuhnya/dagingnya sendiri ketika dia menyerah kepada “keinginan daging.” Gehazi sama sekali tidak tahu akibat apa yang akan terjadi dari keinginan yang salah itu, jika seandainya dia tahu, tentu dia tidak bakal mengambil perak dan pakaian itu. Seringkali kita tidak tahu konsekuensi apa yang akan terjadi pada kita (hingga terjadi) ketika kita menyerah pada keinginan-keinginan yang salah.

Keinginan mata

Keinginan ke-2 yang diuraikan di 1 Yohanes menyangkut godaan penglihatan yang membawa kepada keinginan yang salah, atau “keinginan mata.” Ini bisa menyangkut hati yang mengingini mobil, rumah dan harta kemewahan lainnya, juga nafsu seksual.

Di dalam satu lagi contoh Alkitabiah yang terkenal, Raja Daud bangsa Israel menyerah pada keinginan mata ketika melihat Batsyeba.

“Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya” (2 Samuel 11:2).

Sebagaimana kisahnya diceritakan di 2 Samuel 11, Daud tidur dengan perempuan itu dan akhirnya mengandung. Untuk menutupi dosanya itu, dia mengirim suami Batsyeba, Uria ke medan pertempuran dengan menginstruksikan pasukan lainnya untuk menempatkan Uria pada posisi terdepan sedangkan pasukan lainnya diinstruksikan mundur ketika pertempuran itu mencapai titik puncak – tujuan utama Daud ialah supaya Uria mati – sehingga membiarkan Uria terbunuh dalam peperangan itu. Kemudian Daud mengambil Batsyeba menjadi istrinya.

Apa reaksi Elohim terhadap apa yang telah dilakukan Daud? “Beginilah firman TUHAN: ‘Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari’” (2 Samuel 12:11). Kemudian Elohim juga membuat anak yang dikandung Batsyeba dari Daud itu mati.

Daud kemudian bertobat, dan dia menjadi seorang yang berkenan di hati Elohim yang memerintah bangsa Israel dengan baik selama bertahun-tahun. Akan tetapi, dosanya – karena menyerah kepada keinginan mata – menyebabkan banyak penderitaan bagi Daud dan keluarganya sebelum hidupnya berakhir.

Keangkuhan hidup

“Keangkuhan hidup” yang disebut di 1 Yohanes 2:16 didefinisikan oleh Jamieson, Fausset dan Brown Commentary sebagai “vainglorious display” [penampilan sombong]. Ini termasuk kecongkakan, arogansi, keangkuhan, kepentingan diri sendiri, merasa benar sendiri. Definisi sederhana barangkali keinginan untuk meninggikan diri sendiri di mata orang lain.

Pada masa-masa awal jemaat Kristen berdiri, banyak yang menjual hartanya dan membawanya kepada rasul-rasul untuk digunakan Gereja. Bacaan ini terdapat di Kisah Para Rasul 4:32-37 yang menggambarkan beberapa orang menjual tanah mereka, rumah mereka dan harta mereka lainnya dan memberikan uangnya kepada rasul-rasul.

Kisah Para Rasul 5:1-2 menceritakan dua suami istri bernama Ananias dan Safira, yang menjual sebidang tanah dan menyerahkan hanya sebagian dari hasilnya kepada rasul-rasul itu tetapi mereka mengaku mereka memberikan semuanya. Di dalam ayat 3, Petrus bertanya mengapa mereka telah berdusta tentang hasil penjualan itu. Jadi masalahnya bukan karena Ananias dan Safira hanya mendonasikan sebagian dari hasil itu, tetapi karena mereka berdusta untuk mencoba membenarkan diri mereka.  

Perhatikan Kisah Para Rasul 5:4: “Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap milikmu? Dan setelah terjual, bukankah itu juga dalam wewenangmu? Apa yang mendorong hatimu melakukan hal itu? Engkau telah berdusta bukan terhadap manusia melainkan terhadap Elohim."

Begitu mudah menyerah terhadap godaan dan keinginan untuk hal-hal yang dapat merusak kita. Bagaimana kita dapat menghindari perangkap ini? Ananias dan Safira ingin menunjukkan kesan kepada orang lain sebagai orang yang murah hati – mereka ingin rasul-rasul itu dan jemaat lain mempercayai bahwa mereka telah mendonasikan semua hasil itu kepada Gereja, ketika hanya memberikan sebagiannya saja. Keinginan mengesankan ini berakibat fatal. Di dalam ayat 5-10, Petrus bertanya kepada mereka masing-masing secara terpisah tentang harga penjualan itu. Dan mereka mati pada saat berdusta kepada Petrus.

Sedikit yang mengalami akibat kematian yang seketika seperti itu akibat keinginan mengesankan orang, namun kisah Ananias dan Safira menekankan peringatan yang diuraikan di 1 Yohanes 2:16 tentang “keangkuhan hidup.”

Apa yang kita dapat lakukan tentang keinginan?

Kita semua menghadapi godaan di dalam hidup yang dapat dengan mudah menjadi keinginan yang salah sebagaimana dijelaskan tadi. Begitu mudah menyerah terhadap godaan dan keinginan untuk hal-hal yang dapat merusak kita. Bagaimana kita dapat menghindari perangkap ini?

Galatia 5:16-17 memberikan kita nasihat penangkal: “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”

Ayat-ayat berikutnya menjelaskan perlunya hidup dalam Roh, dan bukan dalam kedagingan (Galatia 5:18-26). Ini mengilustrasikan kebaikan yang jauh lebih berharga apabila kita hidup dalam Roh, sebagai kebalikan dari mengalah pada keinginan daging.

Hidup dalam Roh dimulai dari pertobatan, berbalik dari dosa dan dibaptis untuk menerima Roh Kudus Elohim. Proses ini membawa kita ke kehidupan yang berubah dan dengan setia merespons terhadap apa yang diajarkan Elohim dan bertahan sampai kesudahannya. Sangatlah penting untuk memahami ini dan mengikuti langkah-langkah ini, nantikan artikel kami yang berjudul repentance [pertobatan] dan baptism [baptisan] yang akan menolong anda untuk memulai. Perbedaan hasilnya dramatis. Pilihan ada di tangan kita. (Sementara itu bacalah artikel yang berjudul “Bertobatlah” yang sudah dimuat pada situs ini; silakan menggunakan kolom search)

Artikel berikutnya pada seri ini berjudul “Pilihan Yang Salah”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Godaan

oleh Dave Johnson

https://lifehopeandtruth.com/change/sin/deadly-sins/temptation/

“Berbeda dengan peluang, godaan akan selalu berulang memberikan anda banyak kesempatan ke-2” (Penulis Kanada yang bernama Orlando A. Battista). Bagaimana kita mengalahkan godaan?

 

 

 

 

 

 

Beberapa godaan mendatangi kita secara tiba-tiba. Sementara yang lain bisa kita hindari. Sebesar apa usaha yang kita harus lakukan untuk menghindari godaan?

Kita ambil contoh kasus Yusuf

Saat itu Yusuf berumur 17 tahun ketika dia dijual saudara-saudaranya sendiri ke tanah perbudakan! Akan tetapi, oleh belas kasihan Elohim, dia hidup pada sebuah posisi yang sangat baik dan diberkati. Di dalam Kejadian 39:5 kita membaca bahwa Elohim bahkan memberkati keluarga Potifar karena kehadiran Yusuf.

Akan tetapi istri Potifar datang menggoda dia (ayat 7). Seandainya Yusuf menyerah dengan godaan itu, maka dia akan menjadi oposisi terhadap Elohim. Yusuf sadar bahwa jika dia menerima godaan seks istri Potifar itu berarti berdosa terhadap Elohim (ayat 9). Jadi Yusuf memilih untuk menolak meskipun godaan itu terjadi berhari-hari (ayat 10).

Kemudian “pada suatu hari terjadilah, ketika ia masuk ke dalam rumah untuk mengerjakan pekerjaannya, dan tidak seorang pun dari orang-orang rumah itu ada di sana, di dalam rumah itu. Lalu wanita itu memegangnya pada bajunya sambil berkata, ‘Tidurlah denganku!’ Tetapi ia meninggalkan bajunya di tangan wanita itu dan meloloskan diri sambil berlari keluar” (ayat 11-12).

Istri Potifar berbohong atas kejadian itu (ayat 14); sementara itu Yusuf dimasukkan ke penjara selama beberapa tahun. Tetapi Elohim senang dengan sikapnya dan Dia tidak melupakan dia (ayat 21-23). Akhirnya, Yusuf diangkat ke posisi yang berkuasa di Mesir dan dia menjadi orang ke-2 yang berkuasa di Mesir setelah Firaun, dan dia mampu menyelamatkan keluarganya setelah lama bertahun-tahun kemudian ketika kelaparan terjadi di tanah mereka.

Contoh Yusuf memang sebuah kisah mendidik, sebab dia terperangkap pada sebuah situasi di luar kendali dia. Sebagai seorang budak, dia tidak bisa lari dari rumah Potifar atau mengganti pekerjaan yang dia harus kerjakan. Akan tetapi, dia menolak setiap godaan yang dia hadapi dari istri Potifar; dan ketika dia tidak mampu menghindarinya lagi, dia lari dari rumah itu. 

Bagaimana dengan kita sendiri? Adakah hal-hal yang kita dapat lakukan untuk menghindar dari godaan dan lari dari situasi seperti yang terjadi pada Yusuf?

Hindari di mana anda bisa

Kita masing-masing memiliki kemampuan untuk berpikir tentang tindakan kita dan menghindar dari situasi-situasi yang membawa kita kepada masalah. Misalnya, seseorang yang mempunyai masalah minuman keras akan selalu perlu menghindari diri dari bar dan toko-toko minuman keras. Di mana godaan muncul, sebagaimana pepatah lama berkata, “an ounce of prevention is worth a pound of cure in many cases” [satu ons pencegahan bernilai satu pon pengobatan = mencegah lebih baik daripada mengobati dalam banyak masalah].   

Raja Daud sungguh mengetahui perlunya untuk memetakan sebuah arah perjalanan yang hati-hati. Namun dia pun juga mengalah pada godaan ketika insiden yang dia alami dengan Batsyeba (2 Samuel 11). Akan tetapi, dia menunjukkan dirinya sebagai orang yang berkenan di hati Elohim melalui pertobatan dan penyesalannya dan dengan menunjukkan kesadarannya untuk menjauhkan diri dari godaan.

Perhatikan Mazmur 17:4-5: “Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan orang-orang yang melakukan kekerasan; langkahku tetap mengikuti jejakMu, kakiku tidak goyang.”

Semua aksi mempunyai konsekuensi, entah itu baik atau buruk. Dengan memperhatikan jalan yang kita lalui dapat menyelamatkan kita dari banyak duka dan penyesalan. Tetapi bagaimana dengan situasi-situasi yang tidak terprediksi, seperti apa yang dihadapi Yusuf, ketika godaan datang begitu saja meskipun kita sudah berusaha menghindarinya?

Ada pertolongan

Kita mempunyai sebuah teladan dari Yesus Kristus sewaktu Dia bersiap diri untuk menghadapi pencobaan terakhir dan penyalibanNya. Dia berdoa di Taman Getsemani, kemudian Dia kembali menemui murid-muridNya yang sudah tertidur. Dia berkata kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah" (Markus 14:38). Kristus tidak menyuruh mereka untuk “berdoa menghilangkan” godaan, tetapi Dia berkata bahwa mereka perlu bersiap lebih baik untuk menghadapi pencobaan melalui doa.

Model doa yang diajarkan Kristus di dalam Matius 6 berisi instruksi yang sama: “Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat” (ayat 13). Ayat ini tidak mengatakan kepada kita bahwa Elohim akan mencobai kita, tetapi supaya kita meminta pertolonganNya terhadap godaan si jahat, musuh kita yang sangat kuat itu. Perhatikan Yakobus 1:13: “Ketika dicobai, janganlah seorang pun berkata, ‘Aku dicobai oleh Elohim’; sebab Elohim tidak bisa dicobai oleh yang jahat, dan Dia sendiri tidak mencobai siapa pun.”

Tidak ada orang yang harus menghadapi pencobaan dan godaan sendirian! Godaan itu datang dari Setan, sebagaimana ditunjukkan di 1 Petrus 5:8: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” Ayat 9 mendorong kita untuk melawan Setan itu dan godaannya. 

Ayat 10 berisi pesan yang sama seperti yang di Matius 6:13, memberitahu kita bahwa agar berseru kepada Elohim untuk pertolonganNya dalam situasi ini: “Dan Elohim sumber segala anugerah, yang telah memanggil kita ke dalam kemuliaanNya yang kekal di dalam Kristus Yesus, kiranya memulihkan, meneguhkan, menguatkan, mengukuhkan kamu, setelah sesaat kamu menderita.”

Tidak seorang pun yang harus menghadapi cobaan dan godaan sendirian!

Tidak ada godaan atau pencobaan yang unik kepada kita

Kita dapat menemukan penghiburan dan perkataan yang menguatkan hati di dalam 1 Korintus 10:13: “Pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan biasa bagi manusia. Elohim itu setia, Dia tidak akan membiarkan kamu dicobai melebihi kekuatanmu; sebaliknya saat pencobaan itu datang, Dia akan membuatkan jalan keluar supaya kamu dapat menanggungnya.”

Perkataan ini merupakan penghiburan besar! Godaan apapun itu yang kita sedang pergumulkan, orang lain telah mengalami hal yang sama. Kita tidak sendirian! Lagipula, janji Elohim kepada kita ialah bahwa jika kita mencari pertolonganNya, sebagaimana di dalam doa yang diajarkan Kristus di Matius 6 itu, Dia akan memberi kita jalan keluar dari godaan itu.

Yakobus 1:15 menjelaskan suatu siklus kehidupan dosa, yang membawa kepada kematian. Tahapan siklus tersebut adalah: 

  1. Godaan.
  2. Keinginan.
  3. Salah pilih.
  4. Efek dosa

Sangatlah penting bagi kita untuk memutus siklus goodaan itu sebelum menjadi sebuah tumpuan! Untuk memutusnya, kita dapat menghentikannya dari awal – ketika godaan itu pertama kali muncul.

Kami mendorong anda untuk terus membaca artikel berikutnya dalam hal memutus siklus dosa maut. Artikel berikutnya berjudul “Keinginan.” (Artikel ini akan segera di muat pada situs ini).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Bagaimana Anda Tahu Bahwa Anda Mempunyai Roh Kudus?

oleh Mike Bennett and Joshua Travers

https://lifehopeandtruth.com/change/christian-conversion/how-do-you-know-you-have-the-holy-spirit/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Roh Kudus adalah salah satu karunia agung Elohim. Bagaimana anda tahu dengan yakin bahwa anda mempunyai Roh Kudus? Bagaimana anda dapat dipimpin oleh Roh Kudus itu dan anda bertumbuh secara rohani?

 

 

 

 

Daripada memadamkan api Roh itu, kobarkanlah Roh Kudus, kata Paulus mendorong kita untuk “membangkitkan karunia Elohim yang ada padamu.”

Bagaimana caranya saya menerima Roh Kudus?

Elohim mengaruniakan Roh KudusNya kepada orang-orang percaya yang bertobat setelah mereka dibaptis dan dilanjutkan dengan satu upacara yang dikenal sebagai “penumpangan tangan.”

Satu dari karunia Elohim yang paling agung ialah Roh Kudus, yang memberi akses kehidupan kepada Elohim yang melaluinya, Dia mengaruniakan karunia-karunia agung lainnya. Roh Kudus itu memberi orang Kristen kuasa dan pengertian  dan membuat hal itu mungkin bagi kita untuk menjadi serupa seperti Elohim dan pada akhirnya akan mewarisi kehidupan kekal.

Jadi sangat penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana kita bisa menerima Roh Kudus itu, bagaimana kita yakin bahwa kita memilikinya, dan bagaimana kita dapat dipimpinnya dan bagaimana membangkitkan atau “mengobarkannya.”

Bagaimana kita menerima Roh Kudus itu?

Alkitab berkata bahwa kita menerima Roh Kudus setelah bertobat dan dibaptis.

Yesus Kristus berkata kepada murid-muridNya bahwa mereka akan menerima Roh Kudus setelah kematianNya. Pada Hari Pentakosta, yakni hari berdirinya Gereja Elohim diumumkan dengan ditandai dengan keajaiban-keajaiban yang dahsyat, dan Petrus berkhotbah dan menjelaskan bagaimana kita bisa menerima Roh Kudus itu.

“Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus’” (Kisah Para Rasul 2:38).

Kemudian Petrus menjelaskan bahwa Elohim memberikan Roh Kudus “kepada semua orang  yang mentaati Dia” (Kisah Para Rasul 5:32).

Kapan kita menerima Roh Kudus?

Ayat bacaan lain menunjukkan bahwa Roh Kudus diberikan kepada orang-orang percaya yang bertobat setelah gembala atau pelayan Tuhan menumpangkan tangannya pada orang itu dan berdoa memohon Elohim untuk memberi Roh KudusNya (Kisah Para Rasul 8:14-17).

Bertobat, percaya, dibaptis dan penumpangan tangan merupakan tahapan yang dikehendaki Elohim untuk kita ikuti – sekarang ini – sebelum Dia memberi Roh KudusNya. Jika seseorang belum mengikuti tahapan ini, dia tidak mempunyai Roh Kudus di dalam dirinya.

Apakah orang-orang yang tidak percaya mempunyai Roh Kudus?

Tidak, Alkitab menyatukan dua elemen ini: percaya kepada Elohim dan menerima Roh Kudus.

  • Yesus berbicara tentang “Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya” (Yohanes 7:39).
  • Yesus juga berkata, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan” (Markus 16:16).
  • Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat di Efesus bahwa “ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu” (Efesus 1:13).

Percaya di dalam Elohim merupakan prasyarat untuk menerima Roh Kudus Elohim.

Apakah bayi yang lahir mempunyai Roh Kudus?

Tidak, Roh Kudus itu diberikan setelah pertobatan dan baptisan, sebagaimana dijelaskan  Alkitab bahwa hal itu merupakan keputusan pribadi orang yang sudah dewasa.

Beberapa orang ingin tahu tentang fakta bahwa Yohanes Pembaptis “akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya” (Lukas 1:15). Tetapi Alkitab memberi contoh Roh Kudus yang bekerja dengan [bukan di dalam] orang sebelum conversion (perubahan) mereka.

Yesus memberitahukan murid-muridNya sebelum kematianNya bahwa Roh Kudus akan “menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu” (Yohanes 14:17).

Bahkan Samson pun sudah ditetapkan sejak dalam kandungan, Alkitab berkata, “Mulailah hatinya digerakkan oleh Roh TUHAN” ketika dia masih muda (Hakim-hakim 13:25). Tetapi melihat dari cara hidupnya yang egoistis dan berdosa itu, nampaknya dia tidak converted (diubahkan) hingga akhir hidupnya.

Apakah mungkin menghindari Roh Elohim?

Ya. Rasul Paulus bahkan mengatakan bahwa Roh Elohim dapat “dipadamkan” jika kita mengabaikannya atau mendukakannya.

Apa yang dikatakan Alkitab sebaiknya kita lakukan untuk mencegah diri kita dari memadamkan Roh Kudus?

Di dalam doa Daud dalam kesungguhan pertobatannya, dia memohon Elohim, “Janganlah mengambil rohMu yang kudus dari padaku” (Mazmur 51:13). Dia sadar bahwa jika dia tidak bertobat dan mencari Elohim, dia akan berada dalam bahaya dosa yang tidak terampunkan, sebab Elohim tidak akan mengampuni kita jika kita tidak bertobat.

Paulus memberi peringatan kepada orang Kristen untuk tidak mendukakan, atau mengabaikan atau memadamkan Roh Kudus (Efesus 4:30; 1 Timotius 4:14; 1 Tesalonika 5:19).

Untuk menghindari diri dari bahaya ini, orang Kristen harus melakukan hal sebaliknya. Kita harus berdoa setiap hari untuk dipenuhi Roh Kudus Elohim, untuk “hidup oleh Roh” (artinya mengikuti atau tunduk pada pimpinan Roh Kudus), dan untuk tumbuh di dalam Roh itu – bertumbuh secara rohani (Efesus 5:18; Galatia 5:16, 25; Galatia 6:7-8).

Daripada memadamkan Roh Paulus mendorong kita, “Karena itu, aku mengingatkan engkau untuk membangkitkan karunia Elohim yang ada padamu, melalui penumpangan tanganku. Sebab Elohim tidak memberikan kepada kita roh ketakutan, melainkan kuasa dan kasih serta pengendalian diri” (2 Timotius 1:6-7).

Apakah anda mencari gereja yang mensponsori Life, Hope & Truth? Periksalah itu di halaman tautan  “Who We Are.”

Apa tanda-tanda atau bukti bahwa kita mempunyai Roh Kudus?

Bagaimana anda tahu bahwa anda mempunyai Roh Kudus? Selain mengikuti proses alkitabiah yang diuraikan di Kisah Para Rasul 2:38, kita dapat menguji hidup kita untuk tanda-tandanya memiliki Roh Kudus.

Alkitab menjelaskan bahwa Roh Kudus itu memampukan kita untuk melakukan banyak hal. Paulus menuliskan bahwa Roh Elohim memberikan pemahaman rohani yang nampaknya merupakan kebodohan bagi mereka yang tidak memahami hal-hal yang rohani (1 Korintus 2:10-14).

Melalui doa dan belajar Alkitab secara rutin, Roh itu menolong kita untuk bertumbuh dalam pemahaman akan rencana Elohim dan peranan kita di dalamnya. Proses ini menuliskan hukum-hukum Elohim di dalam hati dan pikiran kita, yang akan menolong kita untuk menginternalisasikan jalan-jalan Elohim sehingga kita akan berpikiran yang sama seperti Dia (Ibrani 8:10). Dan proses ini akan memampukan kita untuk mengalami pembaharuan  pola pikir kita (Roma 12:2).

Yesus berkata bahwa Roh itu akan memberikan pertolongan dan bimbingan kepada kita (Yohanes 14:16, 26; 16:13).

Satu dari bukti-bukti yang paling penting ialah bahwa “kasih Elohim telah dicurahkan ke dalam hati kita melalui Roh Kudus” (Roma 5:5). Kasih Elohim digambarkan secara lebih detil di dalam 1 Korintus 13:4-8. Meskipun kita semua sering gagal, seorang Kristen sebaiknya melihat buah ini bertumbuh di dalam kehidupannya.

Paulus mengurutkan buah-buah lain dari Roh itu di Galatia 5:22-23: “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” “Buah Roh” itu merujuk pada karakteristik yang kita tumbuhkembangkan sebagaimana kita mengaplikasikan Roh Elohim itu di dalam kehidupan kita.

Paulus juga menasihati anggota Jemaat di Korintus, “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? [melalui Roh Kudus] – Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji” (2 Korintus 13:5).

Orang Kristen akan menguji diri mereka sendiri untuk melihat seberapa baik mereka bertumbuh dalam buah-buah Roh dan setiap hari memohon Elohim memberikan Rohnya yang luar biasa itu untuk menolong mereka lebih bertumbuh lagi.

Elohim juga memberi karunia rohani yang berbeda-beda kepada orang yang berbeda, tetapi mereka semua diberi “untuk kepentingan bersama” (1 Korintus 12:7; perhatikan ayat 4-11). Tidak satupun dari karunia ini diberi untuk kepentingan atau kemuliaan pribadi.

Beberapa orang sekarang ini tidak paham sehingga berpikiran bahwa apa yang disebut “speaking in tongue” [bahasa lidah atau bahasa Roh] itu membuktikan entah seseorang mempunyai Roh Kudus atau tidak. Akan tetapi, bahkan pada zaman Perjanjian Baru pun karunia bahasa Roh dalam bahasa lain itu hanya diberi kepada beberapa orang, dan Paulus mengingatkan bahwa itu disalahgunakan di Korintus.

Bagaimana Roh Kudus itu bekerja?

Ada banyak kesimpangsiuran dalam pemahaman tentang Roh Kudus dan apa yang ia lakukan di dalam kehidupan orang. Beberapa orang percaya bahwa Elohim mengambil alih, atau surup ke dalam orang itu dan mengendalikan orang percaya tersebut oleh Roh Kudus, dengan memampukan dia untuk berbicara dengan bahasa Roh atau melakukan perbuatan ajaib lain.

Belajar Alkitab membiarkan Roh Kudus itu bekerja di dalam pikiran kita sebagaimana kita membiarkan Firman Elohim itu mengajar kita.

Sementara Roh Kudus itu hidup di dalam diri kita setelah kita dibaptis dan setelah penumpangan tangan, Roh kudus itu tidak merasuki dan mendominasi atau mengendalikan kita terhadap kemauan kita. Ide “dirasuki” oleh Roh Kudus lebih mengingatkan kita akan kerasukan roh jahat daripada bagaimana Elohim sesungguhnya bekerja.

Di dalam Perjanjian Lama, nabi Elia mengalami krisis iman. Setelah melihat Elohim menampakkan sebuah mujizat, dia melarikan diri untuk menyelamatkan diri karena ancaman Izebel  (1 Raja-raja 19:2-3).

Setelah dia tiba di tempat yang ia tuju (ayat 9), Elohim memberikan Elia empat keajaiban dari kuasaNya. Melalui angin ribut yang menghancurkan batu pegunungan, gempa, dan melalui api – namun penampakan Elohim tidak ada di antara keajaiban dan fenomena dahsyat ini.

Kemudian Elohim berbicara dengan suara kecil (1 Raja-raja 19:11-13). Elohim tidak selalu, atau bahkan seringkali tidak bekerja dengan keajaiban besar. Kadang-kadang Roh Elohim dengan pelan atau diam-diam memperlakukan kita dengan cara mendorong kita membuat pertimbangan dengan jelas dan memampukan kita untuk melihat hal-hal dengan kesadaran atau keinsafan yang baru.

Roh Kudus itu memberi kita kemampuan yang lebih nyata untuk melihat bagaimana kita dapat menerapkan hikmat Elohim terhadap keputusan kita sehari-hari.

Roh kekuatan

Roh Kudus itu tidak secara langsung mengendalikan kita, tetapi ia merupakan roh kekuatan. “Sebab Elohim memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (2 Timotius 1:7). Roh Kudus itu memberikan kita kekuatan dan pengertian yang dalam untuk membuat perubahan-perubahan yang perlu di dalam pikiran dan hati kita.

Hanya melalui pertolongan Roh Kudus itu kita dapat melakukan transformasi sehingga menjadi orang yang memiliki karakter yang terus bertumbuh menuju karakter Elohim. Roh Kudus itu menolong kita berubah menjadi manusia baru. 

Roh Kudus itu menuntun kita pada jalan yang benar, tetapi ia tidak mengendalikan kita. Menuntun kita sebagaimana ia menuntun Yesus Kristus (Matius 4:1). Roh Kudus itu juga dapat memberi arahan kepada kehidupan kita sebagaimana ia memberi arahan kepada Yesus Kristus (Markus 1:12). Tetapi Roh Kudus itu tidak memaksa kita untuk melakukan apa saja. Kita bebas memilih; kita membuat pilihan atau keputusan kita sendiri.

Mengikuti pimpinan Roh Kudus sangatlah penting. Alkitab dengan jelas menyatakan, “Sebab setiap orang yang dipimpin oleh Roh Elohim adalah anak-anak Elohim” (Roma 8:14). Orang-orang milik kepunyaan Elohim harus mengikuti pimpinan Roh Kudus. Kita harus hidup menurut pimpinan Roh itu – kita harus memikirkan hal-hal yang rohani dari Roh itu (Roma 8:5).

Hal ini membawa kita kepada pertanyaan yang sangat penting: Bagaimana Roh Kudus itu memimpin dan menolong kita?

Bagaimana agar kita dipimpin oleh Roh Kudus

Roh Kudus itu bekerja bersama kita dengan cara yang berbeda, semuanya tergantung pada serela apa kita mau membiarkan Roh itu memimpin kita. Alkitab menyingkapkan beberapa cara bahwa Roh Kudus itu bekerja di dalam pikiran kita untuk menolong kita.

  1. Roh Kudus itu membuka pikiran kita untuk memahami jalan Elohim

Rasul Paulus menjelaskan bahwa Roh Kudus itu memampukan kita untuk “memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus – dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan” (Efesus 3:16-19).

Roh Kudus itu juga membuka pikiran kita untuk memahami dengan benar apa yang kita baca di dalam Alkitab – “karena Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi pada Elohim” (1 Korintus 2:10).

      2. Roh Kudus itu mengubah pikiran kita menjadi pikiran yang murni

Roh Kudus menolong kita untuk “mematikan” manusia lama kita untuk “dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru” (Efesus 4:23-24). Roh Kudus itu bekerja untuk mengubah pikiran kita supaya kita bisa memiliki pikiran Kristus. Kita harus bekerja/berusaha untuk mentransformasikan pikiran kita dan bukan menyesuaikan diri kepada dunia di sekitar kita (Roma 12:2).

      3. Roh Kudus itu mengajar kita

Roh Kudus itu mengajarkan kepada kita jalan hidup Elohim, mengingatkan kita akan  perkataan Yesus Kristus di dalam pikiran kita (Yohanes 14:26). Itu digambarkan sebagai “roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan kekuatan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN.”

      4. Roh Kudus itu menghibur dan menguatkan kita

Satu di antara gambaran utama yang digunakan Yesus tentang Roh Kudus itu ialah dengan pengertian Helper [penolong] atau Comforter [penghibur] (Yohanes 14:16; 15:26). Salah satu cara Yesus menghibur kita melalui Roh Kudus ialah dengan cara memberi kita kedamaian unik yang Dia miliki itu. “Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yohanes 14:27).

      5. Roh Kudus itu membuat kita tetap berhubungan dengan Elohim

Roh Kudus itu merupakan bukti bahwa Elohim diam di dalam kita, dan bahwa kita hidup di dalam Elohim (1 Yohanes 3:24). Melalui Yesus Kristus kita “beroleh jalan masuk kepada Bapa” (Efesus 2:18). Roh Kudus itu bahkan menolong kita untuk menyampaikan hal-hal yang “tidak terucapkan” oleh kita kepada Elohim (Roma 8:26).

Membangkitkan Roh Kudus

Kita harus lakukan lebih daripada sekedar mengikuti pimpinan Roh Kudus. Kita harus mengobarkan Roh Kudus itu setiap hari di dalam hidup kita (2 Timotius 1:6).

Ada empat cara utama bahwa kita dapat mengobarkan Roh Kudus.

  1. Belajar Alkitab membiarkan Roh Kudus itu bekerja dengan lebih kuat di dalam pikiran kita sebagaimana kita menyerap Firman Elohim and membiarkan itu mengajar kita.
  2. Renungan, atau pemusatan pikiran, pada Alkitab juga akan membangkitkan Roh Kudus di dalam pikiran kita, dengan menolong kita untuk lebih fokus pada Firman Tuhan.
  3. Berdoa, atau berbicara kepada Elohim, membangkitkan Roh Kudus di dalam hidup kita sementara kita berbicara kepada Elohim dan mencari kehendakNya.
  4. Sekali-kali kita juga perlu berpuasa – tanpa makan dan minum – dalam puasa rohani untuk mendekatkan diri kepada Elohim juga akan membangkitkan Roh Kudus.

Jadi bagaimana anda tahu bahwa anda mempunyai Roh Kudus? Elohim akan memberi Roh KudusNya setelah anda bertobat, dibaptis dan menerima penumpangan tangan. Namun demikian, setelah itu peran anda tidak berhenti di situ saja meskipun sudah menerima Roh Kudus. Kita harus tunduk kepada Roh Kudus. Terserah kita entah kita mengikuti pimpinan Roh Kudus itu atau tidak dan mengobarkannya setiap hari. Jika kita mengikuti pimpinan Roh Kudus itu, maka kita akan berjalan sesuai dengan jalan hidup Elohim (1 Yohanes 2:6).

Roh Kudus bisa sangat menolong kita, tetapi hal itu terjadi jika kita membiarkan Roh Kudus itu bekerja di dalam kita. Apakah kita akan memusatkan pikiran kita kepada hal-hal yang rohani dan mengikuti pimpinan Roh Kudus itu? Apakah kita akan membiarkan Roh Kudus itu menolong kita? Untuk informasi lebih lanjut, silakan anda membaca artikel kami pada situs ini yang berjudul “Kristus di Dalam Kita: Bagaimana Dia Hidup di Dalam Anda?” (Silakan anda menggunakan kolom search).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Dosa-dosa yang Membawa Maut?

oleh Dave Johnson

https://lifehopeandtruth.com/change/sin/deadly-sins/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Urutan “tujuh dosa yang membawa maut” itu cukup akrab: kemurkaan, ketamakan, kemalasan, kesombongan, nafsu, iri hati dan kerakusan. Apakah dosa-dosa ini atau dosa-dosa lain sungguh mematikan? Apa yang dikatakan Alkitab tentang dosa-dosa yang membawa maut?   

 

 

 

 

 

 

 

Apakah ada dosa-dosa yang membawa maut? Bagaimana kita dapat bebas dari dosa-dosa itu?

Urutan tujuh dosa yang mematikan itu dipercayai berasal dari seorang biksu di abad ke-4, dia menyusun urutan delapan pikiran jahat.  Kemudian, seiring waktu, beberapa perubahan dibuat hingga Paus Gregory I menerbitkan urutan tujuh dosa mematikan yang kita kenal hari ini. Dosa-dosa ini dipercayai penyebab dosa-dosa lain sehingga dengan demikian dosa-dosa ini “mematikan.”

Urutan ketujuh dosa mematikan itu kemudian dipopulerkan oleh penyair Italia bernama Dante di acara pertunjukan The Divine Comedy.

Apa yang dikatakan Alkitab tentang dosa yang membawa maut?

Urutan spesifik “tujuh dosa mematikan” yang disebutkan di atas tidak ditemukan di dalam ayat suci. Bahwa Alkitab menyatakan itu perbuatan berdosa adalah benar, tetapi Alkitab juga menyingkapkan bahwa dosa-dosa lain juga harus dihindari.

Misalnya, di dalam Amsal 6:16-19, ada urutan tujuh hal yang dibenci Elohim. Yaitu:

  1. Mata sombong.
  2. Lidah dusta.
  3. Tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah.
  4. Hati yang membuat rencana-rancana jahat.
  5. Kaki yang segera lari menuju kejahatan.
  6. Seorang saksi dusta.
  7. Orang yang menimbulkan pertengkaran saudara.

Meskipun semua ini secara spesifik disebut sebagai hal-hal yang dibenci Elohim, hanya kesombongan yang sama/cocok dengan catatan biksu di atas yang menyebutkan “tujuh dosa yang membawa maut.”

Galatia 5:19-21 memberikan urutan perbuatan daging dan mengatakan bahwa mereka yang melakukan hal-hal seperti ini tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Elohim. Perbuatan daging ini mencakup hal-hal seperti, perzinahan, persundalan, kenajisan, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan,

Elohim memberikan definisi dosa: “Setiap orang yang berbuat dosa, ia melakukan pelanggaran hukum, karena dosa adalah pelanggaran hukum” (1 Yohanes 3:4). Versi King James menerjemahkan ini sebagai “transgression of the law” [pelanggaran hukum]. Perbuatan yang bertentangan dengan hukum Elohim adalah dosa. “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yakobus 4:17).

Dosa memiliki “siklus hidup” tertentu yang berakhir pada maut. “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut” (Yakobus 1:14-15).

Urutan perbuatan dosa yang membawa maut atau kematian tidak hanya tujuh! Semua dosa menuju pada maut, dan bahwa kematian yang dimaksudkan di sini adalah kematian kekal bagi kita semua jika pengorbanan Yesus Kristus itu tidak mendamaikan kita atas penebusannya terhadap dosa-dosa kita.

“Sebab upah dosa adalah maut, tetapi karunia Elohim adalah hidup yang kekal melalui Yesus Kristus Tuhan kita” (Roma 6:23). Bagaimana pengorbanan Kristus itu memberikan pengampunan terhadap dosa-dosa kita? Dan bolehkah kita terus melakukan perbuatan dosa karena Yesus Kristus telah membayar itu dengan harga yang lunas?

Karena dosa itu membawa maut, kita memerlukan pengorbanan Kristus

“Upah dosa” – apa yang dihasilkan dosa bagi kita – ialah maut atau kematian kekal. Maut atau kematian ini biasanya tidak datang secara instan dalam artian orang terbunuh mati seketika karena berdosa; tetapi tanpa pengorbanan Kristus, “kehidupan kekal di dalam Kristus Yesus” tidak akan dimungkinkan. 

Rasul Paulus menjelaskan lebih jauh tentang pengorbanan Kristus: “Ketika dicaci maki, Dia tidak membalas dengan caci maki; ketika menderita, Dia tidak mengancam, sebaliknya, Dia menyerahkan diriNya kepada Elohim yang menghakimi dengan adil. Dia sendiri telah menanggung segala dosa kita di dalam tubuhNya di atas kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, dapat hidup dalam kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah disembuhkan” (1 Petrus 2:23-24).

Penalti maut (upan dosa) dibayar lunas oleh Kristus saat kematianNya. Kitab Ibrani menjelaskan lebih lanjut:

“Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban” (Ibrani 7:26-27).

Menurut sistem penyajian korban di zaman Israel dulu, imam, sebagaimana digambarkan di kitab Ibrani, menyajikan korban untuk dirinya sendiri, kemudian korban sehari-hari untuk mendamaikan bangsa Israel tersebut atas dosa-dosa mereka. Yesus Kristus mengorbankan diriNya sekali, bagi umat manusia, untuk pendamaian atas dosa-dosa kita.

Apa yang diinginkan Elohim untuk kita lakukan tentang dosa maut itu?

Dosa itu – dosa apa pun – adalah kematian. Tidak ada indikasi ayat Alkitab yang mendukung bahwa hanya ada tujuh dosa maut, dan selebihnya adalah dosa yang tidak begitu serius. Dosa adalah pelanggaran hukum Elohim dan konsekuensinya adalah kematian kekal jika tidak  ditebus oleh pengorbanan Kristus.

Oleh karena itu, bagaimana sekarang? Apakah cukup hanya mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita dan hidup sama seperti kebiasaan sebelumnya, merasa aman karena kita tahu tidak akan ada lagi masalah dari sekarang? Rasul Paulus menjawab pertanyaan ini secara jelas:

“Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?” (Roma 6:1-2). Paulus melanjutkan suratnya di ayat 4: “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Pertobatan dan baptisan adalah syarat utama yang harus dipenuhi.

Setelah baptisan, kita diharapkan untuk berjalan dalam “hidup yang baru.” Kita diharapkan untuk meninggalkan dosa dan berbalik ke arah yang berlawanan. Hal ini akan menjadi sesuatu yang sulit. Dosa mengandung suatu pola atau siklus yang berulang, sebagaimana yang di jelaskan di atas pada surat Yakobus 1:14-15. 

Memutus siklus dosa maut

Bagaimana kita dapat memutus siklus dosa dan memilih arah jalan lain? Sekali lagi, pertolongan utama kita ialah dari Yesus Kristus. Dia adalah Imam Besar kita, sebagaimana dijelaskan di Ibrani 7. Dia juga adalah Perintis rohani kita – yakni Dia yang terlebih dahulu menjalani dan menunjukkan jalan yang harus kita lalui.

“Karena kita mempunyai begitu banyak saksi, seperti awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua rintangan dan dosa yang mudah menjerat, dan marilah kita berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang ada di depan kita. Hendaklah pandangan kita tertuju kepada YESUS, pencipta iman dan penyempurna iman kita sampai akhir. Dia telah mengabaikan kehinaan dan tekun memikul salib untuk menerima sukacita yang telah disediakan bagiNya, dan Dia sekarang duduk di sebelah kanan takhta Elohim” (Ibrani 12:1-2).

Itu juga menolong kita untuk melihat langkah-langkah di dalam proses yang mengarah kepada dosa. Jika kita tetap berjaga dan lebih sadar bagaimana kita dibawa ke arah dosa, setapak demi setapak, lalu kita akan lebih siap untuk memutus siklus dosa maut itu dan mengambil jalan yang benar. Langkah-langkah itu ialah sebagai berikut:

(Artikel-artikel ini akan diterjemahkan dan dimuat pada situs ini).

Kita diperintahkan oleh Elohim untuk membuang dosa jauh-jauh dari kehidupan kita; dan dengan pertolongan Elohim, kita bisa mengalahkannya. Sangatlah penting bagi kita untuk menghindar dari dosa, oleh karena itu kami mendorong anda membaca keempat artikel ini untuk mendapatkan informasi lebih lanjut/lengkap tentang empat langkah menghindari perbuatan dosa.  

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Kedelapan: Jangan Mencuri

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/stealing-eighth-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Perintah Kedelapan itu terdapat di kitab Keluaran 20:15: “Jangan mencuri.” Alkitab menggambarkan banyak bentuk-bentuk mencuri untuk kita hindari. Sebaliknya kita sebaiknya belajar memberi.

 

 

 

 

 

Perintah Kedelapan itu menolong kita untuk berfokus pada hal bagaimana kita melihat sesama kita, dan mempelajari dan menggali lebih dalam ayat-ayat Suci Alkitab akan menolong kita untuk lebih mengerti bahwa mencuri itu memerlukan pemahaman lebih daripada sekedar tidak mengambil apa yang bukan milik kita.

Banyak hukum-hukum dunia/manusia telah dibuat untuk mencoba memproteksi kepemilikan dan properti pribadi dari mereka yang mencoba mengambilnya bagi kepentingan mereka sendiri.

Ada hukum terhadap pencurian, hukum terhadap penggelapan uang, hukum terhadap pencurian besar-besaran dan kecil-kecilan, hukum terhadap perampokan dan perampokan bersenjata, hukum terhadap penggarongan, hukum terhadap hasil curian, hukum terhadap penipuan, hukum terhadap pencurian properti intelektual dan hukum terhadap pengutilan barang di toko.

Semua ini melanggar hukum Elohim, “Jangan mencuri,” dan beberapa di antaranya juga melanggar Perintah Kesembilan terhadap berdusta.

Tetapi Perintah Kedelapan itu bahkan memiliki maksud yang lebih dalam. 

Banyak bentuk-bentuk mencuri

Bentuk mencuri itu bisa bermacam-macam, termasuk main curang terhadap seseorang atau bahkan tidak menepati janji pelunasan utang kepada seseorang.  

Elohim memberikan pengajaran tambahan ini di kitab Imamat: “Janganlah kamu mencuri, dan janganlah kamu menipu dan janganlah kamu memperdaya seorang terhadap yang lain. ... Janganlah engkau memeras sesamamu dan janganlah merampas; upah seorang pekerja jangan tertahan padamu sampai esok pagi” (Imamat 19:11, 13).

Di dalam Kolose 4:1, rasul Paulus juga berbicara tentang sebuah prinsip yang berlaku untuk hubungan majikan/pekerja hari ini: “Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai Tuan di sorga.”

Rasul Yakobus secara tegas memperingatkan orang-orang kaya yang menindas para pekerja mereka dan orang-orang miskin: “Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.

“Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu. Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan” (Yakobus 5:2-5).

Usaha-usaha bisnis dapat mencoba mencuri dari orang-orang melalui iklan yang menyesatkan dan melalui produk-produk serta pelayanan-pelayanan yang tidak bermutu. Para pekerja dapat mencuri dari majikan mereka dengan korupsi waktu atau mereka mengerjakan pekerjaan pribadi pada jam-jam kerja kantor atau perusahaan.

Orang-orang malas dapat mencoba mengambil kesempatan atau memanfaatkan kebaikan orang lain, yang dalam hal ini Paulus menuliskan suratnya sbb: “Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri” (2 Tesalonika 3:10-12).

Pencuri di dalam Alkitab

Akhan mendatangkan murka Elohim terhadap orang Israel karena dia mencuri barang terkutuk dari kota Yerikho (Josua 7).

Kitab Hakim-hakim menceritakan kisah Mikha, yang mencuri uang dari ibu kandungnya sendiri sebanyak “seribu seratus uang perak” dan kemudian digunakan untuk berhala (Hakim-hakim 17:1-6).

Barangkali pencuri yang paling terkenal jahat di dalam Alkitab ialah Yudas Iskariot, seorang murid Yesus. Kepada dia dipercayakan untuk memegang kas dimana setiap donasi disimpan, tetapi “dia adalah seorang pencuri … ia sering mangambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya” (Yohanes 12:6). Dosa ini nampaknya sudah merupakan tahapan awal hingga dia mengkhianati Yesus Kristus.

Barabas adalah seorang perampok dan pelaku huru-hara dan juga pembunuh (Yohanes 18:40; Luke 23:19). Namun dia yang dipilih khalayak ramai itu untuk dibebaskan dari penjara ketika Paulus menawarkan siapa di antara Yesus dan Barabas yang harus dibebaskan; mereka memilih Barabas. 

Dan pada hari yang sama itu Yesus disalibkan di antara “dua orang penyamun, seorang di sebelah kananNya dan seorang di sebelah kiriNya. Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi, ‘Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka’” (Markus 15:27-28).

Sepertinya, awalnya kedua kriminal itu mengejek Yesus, tetapi satu di antaranya menyadari dan berkata “orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah,” dan kemudian berkata kepada Yesus, “Tuhan, ingatlah aku apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas 23:41-42).

Menerima vs memberi

Perintah Kedelapan ini melindungi properti pribadi dan mengajarkan kita untuk menghormati properti orang lain. Lebih dari itu, dari aspek rohaninya perintah ini menjelaskan secara jelas dua jalan kehidupan: menerima vs memberi.

Perhatikan bagaimana Paulus menggambarkan kebalikan mencuri: “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Efesus 4:28).

“Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima”

Alkitab berulang kali memuji kebajikan memberi. Perhatikanlah ayat-ayat bacaan ini:

  • "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian" (Lukas 3:11).
  • “Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu” (Matius 5:42).
  • “Biarlah masing-masing memberi sesuai dengan keinginan hatinya, jangan dengan dukacita atau karena terpaksa, sebab Elohim mengasihi orang yang memberi dengan senang hati” (2 Korintus 9:7).

Yesus Kristus menyimpulkan kebaikan dari jalan memberi dari Elohim sbb: “Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kisah Para Rasul 20:35).

Mencuri dari Elohim?

Elohim Mahakekal adalah Sang Pencipta dari segala sesuatu yang ada. Oleh karena itu, Dialah yang empunya seluruh alam semesta ini:

  • “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1).
  • “Siapakah telah menghadap Aku dan yang harus Kuganti kerugiannya? Semua yang berada di bawah langit adalah kepunyaanKu” (Ayub 41:11).
  • "Perak adalah milikKu dan emas adalah milikKu," demikianlah YAHWEH Semesta Alam berfirman” (Hagai 2:8)”

Adalah berkat bagi kita untuk mengingat bahwa Elohim adalah sumber segala sesuatu yang baik yang kita dapatkan (Yakobus 1:17). Jadi, Elohim mengizinkan kita untuk menikmati berkat-berkatNya, dan Dia hanya meminta agar kita mengakui Dia dengan sepersepuluh (persepuluhan) dari apa yang Dia berikan kepada kita.

“Apakah manusia merampok Elohim?

Alkitab memberi peringatan terhadap mencuri persepuluhan dan ucapan syukur [persembahan] dari Elohim yang seharusnya dibayarkan kepada Dia, tetapi janji berkat diberikan kepada mereka yang memberi persepuluhan dan ucapan syukur itu kepada Dia:

“‘Dapatkah manusia merampok Elohim? Namun kamu telah merampok Aku. Tetapi kamu mengatakan: “Bagaimanakah cara kami telah merampok Engkau?” Dalam hal persepuluhan dan memberi persembahan. Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, ‘apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan’” (Maleakhi 3:8-10).

Pelajarilah lebih dalam tentang apa yang dikatakan Alkitab tentang mencuri dan Perintah Kedelapan ini di dalam artikel – pada situs ini – yang berjudul “Persepuluhan: Apa itu?” (Silakan menggunakan kolom search)

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang perintah lainnya, bacalah artikel kami yang berjudul “Apa itu 10 Perintah” pada situs ini. (Silakan menggunakan kolom search)

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Pertanyaan-pertanyaan Tentang Seks Dijawab oleh Alkitab

oleh Cecil Maranville

https://lifehopeandtruth.com/change/sin/questions-about-sex/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Banyak orang bertanya entah perbuatan seks yang beragam itu adalah dosa, yakni, seperti masturbasi, kumpul kebo, dan homoseksual. Ajaran Alkitab tentang ciptaan seks itu menolong kita untuk menemukan jawabannya.

 

 

 

 

 

 

Kami menerima banyak pertanyaan tentang seks, antara lain:

  • Apakah melakukan seks di luar nikah itu dosa?
  • Apakah hubungan homoseksual itu dosa?
  • Apakah pernikahan sesama jenis itu dosa?
  • Apakah kumpul kebo itu dosa?
  • Apakah masturbasi itu dosa?
  • Apakah “sexting” [membagikan gambar porno lewat HP] itu dosa?
  • Apakah “Internet sex” [aktivitas virtual seks] itu dosa?

Bukan politik

Semua ini bukanlah pertanyaan-pertanyaan politik yang diinginkan dalam legislasi. Ini bukan masalah sosial yang sedang menunggu arah angin yang tak pasti dari opini publik. Pertanyaan-pertanyaan ini bukan poin hukum serampangan yang memerlukan pengujian yudisial. Ini bukan gagasan agama yang tak jelas, yang tunduk pada interpretasi kependetaan. Tetapi hanya satu penguasa yang berhak untuk menegakkan batasan-batasan perilaku moral: Elohim Sang Pencipta.

Alkitab menjelaskan banyak dosa-dosa seksual (seperti perzinahan, percabulan dan homoseksual), tetapi tidak secara spesifik menyebutkan semua pertanyaan-pertanyaan di atas. Kesederhanaan kebenaran itu ialah bahwa ia tidak harus menjabarkan satu per satu secara rinci. Orang-orang yang ingin memahami batas-batas hukum yang diajarkan Elohim sebaiknya membaca dua bab pertama Alkitab. Tetapi ini bukan berarti Alkitab senyap setelah itu, sebab apa yang dikatakan Alkitab kemudian adalah berdasarkan apa yang dicatat di dalam Kejadian 1 dan 2.

Mari kita lihat dari mulanya: “Maka Elohim menciptakan manusia dalam citraNya, dalam citra Elohim mereka telah diciptakan laki-laki dan perempuan” (Kejadian 1:27).

Manusia berbeda dari binatang

Setelah menciptakan segala jenis yang bernyawa, Elohim menciptakan satu jenis lagi – yakni, umat manusia. Bisa saja Dia membuat manusia dengan berbagai cara, tetapi Elohim memilih untuk membuat dua makhluk berbeda jenis kelamin. Yang pertama diciptakan sebagai laki-laki, yang Dia ciptakan dari tanah liat, dan dia dinamakan “Adam,” sebuah kata dalam bahasa Ibrani untuk tanah liat.

Tetapi mengapa Elohim menciptakan manusia “laki-laki dan perempuan”? Inilah pertanyaan utama.

Satu jawaban yang pasti ialah supaya mereka – sebagai laki-laki dan perempuan – dapat mereproduksi. Keturunan mereka akan menjadi umat manusia. Tetapi jika itu saja tujuan Elohim, maka Dia sudah barang tentu berhenti di situ. Spesies manusia akan berkembang banyak. Seperti hewan, jantan dan betina akan secara alami berkembang biak. 

Tetapi bacaan pada penciptaan ke-2 itu menyingkapkan bahwa Elohim mempunyai sebuah maksud dan tujuan yang lebih mendalam dengan seksualitas itu; jadi bukan sekedar alat reproduksi.

Bacalah kedua bacaan tentang ciptaannya

Hanya sedikit yang menyadari bahwa ada dua bacaan tentang penciptaan. Kitab Kejadian, bab 1:1 hingga bab 2:3 merupakan bacaan pertama. Bacaan ke-2 dimulai dari Kejadian 2:4 hingga disimpulkan pada ayat 25, yang menceritakan penciptaan itu lagi dari mulanya dan mengisi detil yang tidak disebutkan pada penciptaan pertama.

Kedua bacaan itu memberikan informasi yang unik, yang ketika kita baca bersamaan, keduanya memberikan pemahaman yang lebih baik dalam banyak hal. Untuk fokus pembahasan artikel ini, bacaan tersebut memberikan kita pemahaman yang lebih baik tentang maksud dan tujuan seksualitas. Pada kenyataannya bacaan ke-2 memusatkan perhatian kita pada jenis kelamin ke-2. Dan itu bahkan menyangkut sentuhan romantik.  

Versi penciptaan ini sesungguhnya menyatakan bahwa Elohim memberikan kepada “manusia” itu tanggung jawab, tanpa menyebutkan ciptaanNya: “Kemudian YAHWEH Elohim, mengambil manusia itu dan menempatkannya di Taman Eden untuk mengerjakan dan memeliharanya” (Kejadian 2:15). Perintah yang serius dan sangat signifikan diberikan tentang pohon yang unik di dalam Taman itu.

Elohim membentuk seorang manusia perempuan sebagai pasangan laki-laki

Tentang seksualitas, Elohim berkata, “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan seorang penolong baginya sebagai pasangannya" (Kejadian 2:18). “Penolong” yang diterjemahkan dari bahasa Inggris “helper” tidak memberikan arti yang pas dari bahasa aslinya (Ibrani). Perkataan “penolong” ini mengartikan suatu bayangan dari laki-laki itu, pelengkapnya yang sempurna, seorang pasangan yang membuat laki-laki itu komplit (lengkap). “Itu megandung sebuah pemahaman khusus untuk mengidentifikasikan rupa atau gambar Hawa kepada Adam [yang memang berbeda dari Adam]” (Spiros, Zodhiates, complete Word Study Dictionaries 2003, notes on neged).

Untuk memberikan penekanan keunikan jenis perempuan yang Dia akan ciptakan itu – betapa spesialnya dia, betapa Adam memerlukan dia – Elohim menugaskan Adam dengan sebuah tugas yang sangat penting untuk menamai setiap binatang yang Dia ciptakan. Jadi setiap spesies disuruh Adam berderet/antre untuk penamaan itu, dan itu berlangsung pada hari ke-enam. Kita tidak diberitahu apa saja nama-namanya. Tetapi penekanannya ialah ini: “Tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:20). Elohim jelas mengetahui itu, sehingga Dia mengutamakan kebutuhan itu bagi Adam.

Elohim menggunakan metode luarbiasa ini untuk menunjukkan kepada Adam bahwa dia, juga, memerlukan seorang pasangan, tetapi dia tidak akan menemukannya di antara hewan-hewan itu! Setelah membuat itu dengan sangat jelas, Elohim bisa saja menciptakan Hawa itu secara instan muncul dan diserahkan kepada Adam! Atau Dia bisa saja membentuk perempuan itu dari tanah liat, sebagaimana Dia telah membentuk Adam.

Tetapi dengan memperindah peristiwa itu, Elohim membuat Adam tertidur pulas, mengambil sebuah rusuk dari tubuhnya dan kemudian secara ajaib Dia menciptakan “perempuan” itu, yakni yang disebut di Kejadian 1:27, dari satu di antara tulang Adam!

Perempuan = “berasal dari laki-laki”

Matthew Henry memahami dalamnya makna dari pernyataan yang sering dikutip ini: “Perempuan dijadikan dari rusuk Adam; bukan dari kepala sehingga akan memerintah dia, bukan juga dari kakinya sehingga tidak untuk dipijak-pijak, tetapi dari rusuk sehingga setara dengan dia, di bawah lengannya untuk dilindungi, dan dekat hatinya sehingga dikasihi” (Matthew Henry Commentary on the Whole Bible, 1706, catatan atas Kejadian 2:21-25).

Kemudian Elohim membawa Hawa kepada Adam! Di dalam puisi pertama alkitabiah pertama, Adam berkata setelah melihat hadiah dari Elohim:

Lalu Adam berkata,

"Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.

Karena itu ia akan disebut wanita, sebab ia telah diambil dari pria” (Kejadian 2:23).

Barangkali perkataan dari laki-laki akan lebih baik untuk merefleksikan perkataan Ibrani yang diterjemahkan bagi laki-laki dan perempuan. Pertama, Elohim menciptakan laki-laki; kemudian perempuan sebagai pasangannya, yang berasal dari laki-laki itu sendiri. Perkataan ini mengilustrasikan bahwa Adam melihat betapa sempurnanya mereka dipersatukan untuk melengkapi satu sama lain. Kita kemudian belajar dari Kejadian 3:20 bahwa Adam menamakan istrinya Hawa, yang artinya adalah “kehidupan” atau “hidup.”

Jika ini kedengarannya sebuah kisah cinta, itu memang kisah cinta! Elohim membuat dua jenis kelamin makhluk – satu laki-laki atau pria dan yang lain perempuan atau wanita – keduanya menurut rupa dan gambarNya.

Elohim menunjukkan bahwa pernikahan itu perlu

Bahkan pada tahapan ini, Elohim bisa saja membiarkan laki-laki dan perempuan itu untuk belajar sendiri untuk apa seksualitas itu: yakni untuk reproduksi. Dan, sebagaimana anda akan mendengar komentar orang yang memilih untuk hidup kumpul kebo berkata, “Anda tidak memerlukan selembar kertas [dokumen pernikahan] untuk membuktikan bahwa anda berkomitmen kepada satu sama lain!” Mereka ini belum membaca, belum mengerti, belum percaya atau mereka mengabaikan apa yang dikatakan Alkitab berikut ini.

Bacaan penciptaan ke-2 diakhiri dengan: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya” (Kejadian 2:24). Bacaan Alkitab yang terjadi di hari ke-6 masa penciptaan itu diakhiri dengan perempuan yang disebut istri dari laki-laki itu bukan sekedar pasangannya. Oleh karena itu, inti dari peristiwa penciptaan makhluk manusia itu adalah penetapan perkawinan.

Ahli sejarah dan ahli antropologi yang tidak mengakui Alkitab sebagai kitab yang otoritatif terhalang dalam menjelaskan terjadinya perkawinan dalam kehidupan manusia. Laki-laki dan perempuan bisa saja berhubungan badan seumur hidup sama seperti hewan. Akan tetapi Alkitab menunjukkan bahwa laki-laki pertama dan perempuan pertama disatukan dalam perkawinan. (Bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa itu Pernikahan?”)

Batas-batas moral yang tak bisa dilanggar

Mengapa Alkitab berkata “seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya,” padahal Adam tidak memiliki ayah dan ibu untuk ditinggalkan? Jawaban yang jelas ialah untuk menyingkapkan parameter moral yang ditetapkan Elohim bagi umat manusia. Keturunan laki-laki dan perempuan Adam dan Hawa sebaiknya meninggalkan keluarganya untuk bersatu dengan pasangannya di dalam perkawinan dan memulai keluarga baru.

Elohim menghendaki keintiman seksual menjadi ekspresi cinta kasih yang agung antara suami dan istri, sebagaimana yang diimplikasikan ayat Perjanjian Baru ini: 1 Korintus 7:3-4 dan Ibrani 13:4. Dan bukan itu saja! Ayat berikut ini menyimpulkan, “sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24), inilah sebuah acuan yang jelas tentang keintiman seksual, yang terjadi setelah laki-laki dan perempuan menikah, bukan sebelum menikah.

Dua maksud tujuan seksualitas manusia

Jadi kedua maksud dan tujuan penciptaan seksualitas manusia itu adalah untuk menyatakan cinta kasih dan untuk memproduksi keturunan. Kedua tujuan seks ini untuk terpenuhi hanya di dalam konteks perkawinan.

Acuan-acuan seksual di seluruh lembaran Alkitab itu konsisten dengan maksud dan tujuan yang dijelaskan Alkitab tentang penciptaan. Dan ini termasuk 10 Perintah (yang berlaku dari mulanya); juga hukum perdata yang diberikan Elohim kepada Israel dalam ketetapan-ketetapan terdapat di kitab Bilangan dan Ulangan; dan semua acuan terhadap dosa seksual; dan doktrin dan praktek Gereja Perjanjian Baru.

Jawabannya

Memahami maksud dan tujuan Elohim menciptakan seks akan mengahiri perdebatan tentang apa yang tadinya dianggap sebagai pertanyaan-pertanyaan hot-button [hangat dan menggairahkan] di awal artikel ini, yakni:

  • Apakah melakukan seks di luar nikah itu dosa?
  • Apakah hubungan homoseksual itu dosa?
  • Apakah pernikahan sesama jenis itu dosa?
  • Apakah kumpul kebo itu dosa?
  • Apakah masturbasi itu dosa?
  • Apakah “sexting” [membagikan gambar porno lewat HP] itu dosa?
  • Apakah “Internet sex” [virtual aktivitas seks] itu dosa?

Jawaban untuk semua pertanyaan ini (termasuk pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak disebutkan di sini tetapi yang intinya sama): Ya, semuanya ini adalah dosa, karena semuanya itu menyangkut seks di luar pernikahan, dan bahwa itu semua bukan antara seorang suami dan istrinya. 

Ini secara jelas didukung oleh ayat-ayat Alkitab di dalam Perjanjian Baru. Paulus menyatakan bahwa “amoralitas seksual” sebagai suatu contoh dosa. Amoralitas seksual berarti menyalahgunakan seksualitas itu – menggunakannya secara tak bermoral. 

Contoh keempat pertama dari sifat alami manusia yang masing-masing kita harus kendalikan (yang terdapat di Galatia 5:19-21) menyangkut amoralitas seksual: “adultery [perzinahan],  fornication, [percabulan], uncleanness, [kecemaran], lewdness [hawa nafsu].” Perkataan kedua terakhir menunjukkan bahwa penyalahgunaan pikiran juga merupakan faktor di dalam perilaku amoral, yang berarti orang benar harus menghindarkan diri dari pornografi dan hiburan yang bersifat penggairahan seks.

Prinsip utama ialah bahwa jika melakukan keintiman seks, selain maksud dan tujuan serta alasan mengapa Elohim menciptakan seksualitas, adalah dosa. Itulah sebabnya mengapa seks sebelum nikah, seks di luar pernikahan, homoseksual, masturbasi dan pornografi adalah dosa.   

Anda dapat menghentikan siklus dosa seksual

Jika anda terperangkap dalam kebiasaan dosa seksual, anda dapat berhenti secara total! Tetapi anda memerlukan pertolongan Elohim.

Turutilah perintahNya yang mengatakan “Jauhkanlah dirimu dari percabulan” (1 Korintus 6:18), yang berarti kita harus menghindari diri kita dari situasi yang menggoda. Kita juga harus menghindari tampilan yang meggoda dari program TV, video, film-film, buku-buku, situs, game, dll. – terlalu banyak godaan ini yang menyajikan dosa seksual.

Ujilah gaya hidup anda untuk melihat apa yang perlu anda ubah. Jika anda seorang yang pasif, dunia lingkungan akan meredam pikiran anda setiap hari dengan gambar dan bayangan yang melanggar penggunaan seksualitas yang dikehendaki Elohim. Bahkan iklan sederhana untuk barang konsumen pun sering menyertakan gambar yang menggairahkan seks dengan pernyataan, “Produk ini akan menyenangkan anda.” Inti pesan yang disampaikan ialah suatu daya tarik untuk menyenangkan diri anda.  

Apa yang salah dengan itu? Elohim jelas menciptakan seks itu untuk kenikmatan – tetapi kenikmatan sendiri (egoistis) bukanlah maksud dan alasan utama mengapa Elohim merancang seks untuk umat manusia.

Seks bukan untuk kepentingan diri sendiri

Pada semua konteks dari 1 Korintus 6:18, dari ayat 15 hingga ayat 20, menunjukkan bahwa seksualitas tidak diciptakan untuk gratifikasi yang mementingkan diri sendiri – di dalam atau di luar pernihakan. Segala sesuatu yang menyangkut keintiman seksual harus menghormati Elohim melalui ekspresi cinta kasih kepada pasangan anda.

Pernyataan Alkitab tegas bahwa adalah dosa jika kita terlibat dalam perbuatan seks dengan maksud apapun selain dari maksud dan tujuan yang ditetapkan Elohim untuk manusia. Itulah sebabnya kita mengatakan di atas bahwa prinsip alkitabiah mengajarkan bahwa masturbasi dan aksi seksual lain yang mencari kepuasan diri sendiri adalah dosa.

Bertanding di dalam pikiran

Menang atau kalah dalam pertandingan ini terjadi di dalam pikiran. “Karena senjata perjuangan kami bukanlah bersifat jasmani, [bukan senjata berbentuk fisik] melainkan kemampuan dari Elohim [RohNya di dalam pikiran kita] yang sanggup menghancurkan benteng-benteng. Kami mematahkan tipu daya dan meruntuhkan setiap dalih keangkuhan yang melawan pengenalan akan Elohim. Kami menawan semua pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus. Kami siap untuk menyatakan keadilan atas setiap ketidaktaatan, ketika ketaatanmu telah disempurnakan” (2 Korintus 10:4-6).

Cara lain untuk memahami itu ialah bahwa kita berjuang melawan dosa di dalam pikiran kita, dengan mengurungnya di dalam “tawanan,” dengan menggunakan analogi alkitabiah, sebelum hal itu berkembang ke dalam khayalan atau perbuatan. Roh Elohim memberikan kita kekuatan untuk melakukan ini. (Jika anda adalah seorang yang percaya tetapi sadar bahwa anda tidak memiliki kuasa spiritual untuk melakukan sesuatu yang anda sebaiknya lakukan, kami sarankan anda membaca artikel kami yang berjudul “How Do You Know You Have the Holy Spirit?”[Bagaimana Anda Tahu Bahwa Anda Mempunyai Roh Kudus?]) – (artikel ini akan dimuat pada situs ini).

Inilah caranya

Kami mempunyai beberapa artikel yang dapat menolong anda untuk mengalahkan dosa dan hidup dengan gaya hidup yang menghormati Elohim. Lihatlah seri artikel kami yang membahas bagaimana mematahkan rantai dosa. Artikel utama berjudul “Deadly Sins: Are There Any?” [Dosa-dosa yang Mematikan: Apakah Ada?” – artikel ini akan dimuat pada situs ini.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Ketujuh: Jangan Berzinah

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/adultery-seventh-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Perintah Ketujuh itu dicatat di Keluaran 20:14: “Jangan berzinah.” Hukum abadi “Jangan berzinah”, yakni yang melindungi perkawinan ini selalu relevan.

 

 

 

Perintah Ketujuh mewajibkan kita untuk menjaga hati kita. Perzinahan bisa bermula dari hati jauh sebelum aksi yang sesungguhnya terjadi. Bagaimana kita melawan tantangan ini?

Apa arti perzinahan?

Perzinahan merusak komitmen pernikahan karena melalukan hubungan seks dengan orang lain.

Kamus Merriam-Webster’s Collegiate mendefinisikan perzinahan sebagai “hubungan seks yang sengaja antara seorang suami dengan orang lain yang bukan pasangan atau istrinya atau antara seorang istri dengan orang lain, yang bukan suaminya.”

Perkataan yang sama yang terdapat di banyak bagian di dalam Alkitab ialah fornication [percabulan].

Apa itu percabulan? Secara spesifik perkataan fornication yang di terjemahkan sebagai percabulan merujuk pada “hubungan seks yang didasari oleh suka sama suka antara dua orang yang bukan pasangan pernikahannya” (Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary). Perkataan “percabulan” ini sering digunakan untuk seks sebelum menikah atau seks di luar pernikahan.  

Akan tetapi, bahasa Yunani porneia, yang sering diterjemahkan fornication di dalam versi King James, memiliki arti yang lebih luas. Beberapa kali di dalam versi King James itu diterjemahkan sebagai “amoralitas seks.”

Secara prinsip Perintah Ketujuh itu meliputi seluruh bentuk masalah yang menyangkut seks diluar pernikahan. Itu dirancang untuk melindungi pernikahan.

Kesucian pernikahan

Elohim menghendaki hubungan seks antara suami dan istri sebagai sesuatu yang eksklusif atau khusus, ikatan intim untuk mempererat hubungan pernikahan.

Saat penciptaan, Elohim memberikan maksud agung tentang hubungan perkawinan antara laki-laki dan perempuan. YAHWEH Elohim berfirman, ‘Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan seorang penolong baginya sebagai pasangannya.’ …

“Dan YAHWEH Elohim membuat Adam tidur lelap. Ketika Adam tidur, YAHWEH Elohim mengambil satu dari rusuk-rusuknya, lalu Dia menutup tempat itu dengan daging. Dan YAHWEH Elohim membentuk rusuk yang telah diambilNya dari manusia itu menjadi seorang wanita, dan Dia membawanya kepada manusia itu.

“Lalu Adam berkata, ‘Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Karena itu ia akan disebut wanita, sebab ia telah diambil dari pria.’ Itulah sebabnya, seorang pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan melekat kuat bersatu dengan istrinya dan mereka menjadi satu tubuh” (Kejadian 2:18, 21-24).

Jadi larangan seks di luar nikah – perzinahan – dirancang untuk melindungi kekudusan pernikahan dan menunjukkan pentingnya kesetiaan.

Rohnya Perintah Ketujuh

Yesus Kristus memaparkan penjelasan Perintah Ketujuh itu untuk menunjukkan roh dari hukum itu. Dia berkata bahkan melihat perempuan dengan gairah pun sudah berzinah di dalam hati: “Kamu telah mendengar firman: ‘Jangan berzinah.’ Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka” (Matius 5:27-29).

Beberapa orang pada abad pertama itu, sebagaimana juga sekarang ini, merasa bahwa nafsu alami harus terpenuhi. Rasul Paulus mendeskripsikan pendekatan ini dan menentang ini di dalam surat pertamanya kepada jemaat di Korintus. “Makanan adalah untuk perut, dan perut untuk makanan, tetapi Elohim akan melenyapkan kedua-duanya. Tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh” (1 Korintus 6:13).

Paulus menjelaskan bahwa Elohim yang telah menciptakan tubuh kita dan bahwa Dia ingin hidup di dalam kita, menghendaki kita untuk tetap murni atau kudus.

Kita harus menjauhi amoralitas seks: “Jauhilah percabulan! Setiap dosa apa pun yang dilakukan seseorang, itu adalah di luar tubuhnya, tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri” (1 Korintus 6:18).

Kita tidak boleh mengalah kepada godaan seks, tetapi kita harus mengikuti contoh Yusuf yang mengindar dari godaan dan ajakan istri majikannya, yakni Potifar (Kejadian 39:6-20).

Semua bentuk seks di luar pernikahan dilarang oleh Perintah Ketujuh

Bentuk seks apapun di luar pernikahan dilarang. Perjanjian Lama memberikan banyak contoh perlakuan seks yang salah: misalnya, antara saudara, homoseksual, kebinatangan, dan lain-lain. (Bacalah Imamat 18:6, 22-23). Pada prinsipnya, hal ini juga termasuk pornografi.

Paulus berkata bahwa seks sebelum pernikahan, perzinahan, homoseksualitas dan dosa-dosa lain tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga: “Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak benar tidak akan mewarisi Kerajaan Elohim. Janganlah kamu disesatkan! Bukan orang cabul, bukan penyembah berhala, bukan pezina, bukan banci, bukan homoseks, bukan pencuri, bukan orang tamak, bukan pemabuk, bukan pemfitnah, dan bukan pula pemeras, yang akan mewarisi Kerajaan Elohim” (1 Korintus 6:9-10).

Akan tetapi Elohim memberikan jalan keluar untuk mengatasi masalah gaya hidup seks dan dosa melalui pertobatan dan perubahan perilaku: “Beberapa di antaramu dulu memang seperti itu, tetapi sekarang kamu telah dibasuh, dikuduskan, dan dibenarkan dalam Nama Tuhan YESUS dan dalam Roh Elohim kita” (1 Korintus 6:11). Elohim menawarkan pengampunan dosa kita pada masa lalu dan memberikan kita hati yang bersih, dan murni.

Seks dalam pernikahan itu kudus dan baik: “Dalam segala hal, hormatilah pernikahan, dan janganlah mencemarkan tempat tidur pernikahan, karena orang-orang sundal dan para pezina akan dihakimi oleh Elohim” (Ibrani 13:4). Jangan biarkan masyarakat membuat seks menjadi dorongan biologis murahan. Bacalah peringatan Salomo tentang pikat amoralitas dan konsekuensinya dan bandingkan dengan sukacita dari cinta kasih yang berkomitmen (Amsal 5:1-20).

Kesimpulan Salomo yang puitis itu adalah: “Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu: rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya. Hai anakku, mengapa engkau berahi akan perempuan jalang, dan mendekap dada perempuan asing?” (Amsal 5:18-20).

Dosa seks

Pelajarilah lebih lanjut apa yang dikatakan Alkitab tentang dosa seks dan mengapa, juga bagaimana mengatasinya, di artikel kami – yang akan segera dimuat pada situs ini –  yang berjudul “Questions About Sex Answered From the Bible.” [Pertanyaan-pertanyaan Tentang Sex Terjawab di dalam Alkitab].

Perzinahan rohani

Elohim melihat bahwa perzinahan itu sebagai ketidaksetiaan terhadap ikrar perkawinan, dan oleh karena itu Dia menggunakan itu sebagai suatu bentuk ketidaksetiaan rohani. Beberapa dari gambaran yang paling memilukan terhadap kasih Elohim juga menggambarkan pengkhianatan terhadap kasih Elohim dan kesetiaanNya oleh mereka yang berpaling dari Dia.

Yehezkiel 16 adalah sebuah analogi yang diperjelas tentang kasih Elohim terhadap orang-orang pilihanNya, dan perzinahan rohani mereka yang menentang Dia dan konsekuensi yang sangat serius.

Elohim membandingkan Israel dengan seorang gadis yang ditinggalkan, tetapi yang dulu Dia kasihi dan dirawat yang kemudian dinikahi dan yang sangat disayangi: ‘“Aku bersumpah kepadamu dan masuk ke dalam suatu perjanjian dengan engkau, firman Tuhan YAHWEH. ‘Dan engkau menjadi milikKu,’ …

‘“Engkau berhias dengan emas dan perak, pakaianmu adalah linen halus dan sutera serta kain bersulam. Engkau makan tepung halus, madu dan minyak. Dan engkau menjadi sangat cantik. Dan engkau layak menjadi ratu. Namamu menjadi masyhur di antara bangsa-bangsa, karena kecantikanmu yang sempurna melalui kemuliaanKu yang telah Aku taruh ke atasmu,’ firman Tuhan YAHWEH. ‘Namun engkau mengandalkan kecantikanmu, dan engkau bersundal karena engkau sudah terkenal, lalu engkau menuangkan persundalanmu kepada semua orang yang lewat, sehingga mereka pun begitu’” (ayat 8, 13-15).

Perzinahan rohani semacam itu pada zaman dulu sering disertai berhala-berhala fisik yang sesungguhnya (Yehezkiel 23:37), tetapi sekarang penyembahan berhala semacam ini adalah apa saja yang kita dahulukan di dalam hidup kita, entah itu uang, harta, hobi, hiburan atau kepercayaan agama dan adat-istiadat yang tidak diajarkan di dalam Alkitab.  

Pelajarilah lebih lanjut tentang kesetiaan rohani dalam artikel “Called and Chosen.” [Dipanggil dan Dipilih] yang akan segera dimuat pada situs ini. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Keenam: Jangan Membunuh

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/murder-sixth-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Elohim mencatat Perintah Keenam itu di kitab Keluaran 20:13: “Jangan membunuh.” Elohim sangat menghargai hidup manusia, dan Dia menghendaki kita agar kita juga  menghargai dan memilih hidup. 

 

 

 

 

 

Dapatkah anda melanggar Perintah Keenam itu tanpa membunuh seseorang? Perintah untuk tidak membunuh berfokus pada arti yang sama, baik itu di dalam hati ataupun membunuh oleh tangan kita sendiri.  

Elohim adalah Pemberi hidup. Dia menghembuskan nafas kehidupan ke dalam manusia (Kejadian 2:7), dan rencanaNya adalah untuk memberi suatu kesempatan hidup yang sesungguhnya kepada setiap manusia – kehidupan kekal sebagaimana anak-anakNya laki-laki dan perempuan di dalam kerajaanNya.

Yesus Kristus berkata, “Sebab Elohim sangat mengasihi dunia ini sehingga Dia telah mengaruniakan PutraNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal” (Yohanes 3:16). Dia menghendaki setiap orang bertobat dan mendapat keselamatan – kehidupan yang kekal (1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9). Kehidupan jasmani ini merupakan suatu tempat pelatihan untuk kehidupan di masa depan itu.

Pilihlah hidup

Elohim sangat menghargai kehidupan. Dia menyuruh kita untuk memilih hidup: “Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu” (Ulangan 30:19).

Elohim menunjukkan nilai hidup manusia dengan mengharuskan hukuman mati bagi pembunuhan orang lain (Keluaran 21:12, 14). Pembunuhan yang tak disengaja tentu diperlakukan berbeda (Keluaran 21:13; Bilangan 35:11).

Arti “Jangan membunuh”

Alkitab Versi King James, yakni versi bahasa Inggris yang paling berpengaruh selama berabad-abad menterjemahkan Perintah Keenam itu sebagai “thou shalt not kill [jangan membunuh]” (Keluaran 20:13). Terjemahan lama yang lain juga menggunakan kata kill. Tetapi sebagian besar versi Alkitab modern menggunakan kata murder.

Dalam bukunya yang berjudul New International Encyclopedia of Bible Difficulties, sarjana alkitabiah Gleason L. Archer menjelaskan masalah dengan terjemahan “kill.”

“Banyak kebingungan telah bermunculan atas terjemahan yang terdapat di Keluaran 20:13 yang terdapat pada kebanyakan versi Bahasa Inggris [sebelum waktu itu]. Bahasa aslinya, yakni Ibrani, menggunakan kata yang spesifik untuk murder (rasah) pada perintah keenam ini dan sebaiknya mengartikan ‘You shall not murder’ [Jangan membunuh] (NASB).

“Ini bukanlah larangan terhadap hukuman mati bagi kejahatan yang pantas mendapat hukuman mati, karena ini bukanlah suatu istilah umum untuk menghilangkan nyawa orang, seperti yang diartikan perkataan “kill” dalam Bahasa Inggris. Keluaran 21:12, yakni di bab berikutnya, berkata: ‘Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati.’ Hal ini sama dengan sebuah perintah ilahi yang spesifik untuk menghukum pembunuh dengan hukuman mati, dalam hubungannya dengan Kejadian 9:6: ‘Siapa saja yang membunuh manusia, ia akan dibunuh oleh manusia, karena Elohim menciptakan manusia sesuai dengan citraNya’ (NASB).”

Itulah sebabnya kita menggunakan terjemahan, “You shall not murder” (Versi New King James, New International, English Standard, World English Bible, dll.).

Makna rohani Perintah Keenam

Yesus Kristus menjelaskan Perintah Keenam itu untuk menandaskan makna rohaninya. Dia mengatakan kepada kita untuk tidak marah tanpa penyebab atau membiarkan amarah kita untuk melakukan kekerasan atau bahkan mencaci maki orang dengan ucapan kita.

“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita, ‘Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.’ Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: ‘Kafir!’ harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata, ‘Jahil!’ harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala” (Matius 5:21-22).

Ada kemarahan yang adil dan yang sesuai pada tempatnya (Elohim marah atas dosa, sebagaimana Ibrani 3:17 jelaskan), tetapi itu harus terkendali sebagaimana Elohim menunjukkan dengan kesabaran dan belas kasihan. Seperti yang ditunjukkan Yoel 2:13, dimana Yoel mendorong kita untuk berserah kepada belas kasihan Elohim: “Koyakkan hatimu, dan bukan pakaianmu, kembalilah kepada YAHWEH, Elohimmu. Sebab Dia pengasih dan penyayang, lambat untuk marah, dan berlimpah kasih setia, dan Dia berubah pikiran dari mendatangkan malapetaka.”

Kebencian adalah pembunuhan

Alkitab menunjukkan bahwa kebencian merupakan sikap membunuh. Rasul Yohanes menuliskan: “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya” (1 Yohanes 3:15).

Alkitab juga menunjukkan bahaya perkataan kita dan bahwa kita bisa membunuh dengan lidah kita (Amsal 18:21).

“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yakobus 3:5-8).

Kita harus menggantikan kebencian – sikap membunuh – dengan kasih, yang kita tunjukkan melalui perbuatan: “Kita tahu bahwa kita telah berpindah dari maut kepada hidup, sebab kita mengasihi saudara kita. Siapa yang tidak mengasihi saudaranya, ia tetap tinggal di dalam maut. … Jika seseorang memiliki harta dunia dan melihat saudaranya mempunyai kebutuhan, tetapi menutup hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Elohim tetap tinggal di dalam dia? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan ataupun dengan lidah, melainkan dengan perbuatan dan dengan kebenaran” (1 Yohanes 3:14, 17-18).

Kasihilah musuhmu

Kita tidak boleh membenci bahkan terhadap musuh kita pun, tetapi kita harus mengasihi, memberkati, melakukan yang baik dan berdoa bagi mereka.

Sebagaimana Yesus Kristus mengajarkannya di saat Khotbah di Bukit Zaitun, “Kamu telah mendengar firman: ‘Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Matius 5:43-45).

Pembunuhan pertama

Sikap kebencian dan pembunuhan sudah terjadi sejak manusia ada di bumi ini. Yesus berkata kepada orang-orang pada zamanNya, yakni mereka yang ingin membunuh Dia: “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran” (Yohanes 8:44).

Iblis telah merusak manusia dengan sikap kebencian dan pembunuhan ini dari semula ketika Kain membunuh adiknya karena kecemburuan (Kejadian 4:3-8).

Rasul Yohanes membentangkan pengaruh setan dan motivasi Kain dalam 1 Yohanes 3:10-12

“Dalam hal ini anak-anak Elohim dan anak-anak iblis menjadi nyata: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran dan yang tidak mengasihi saudaranya, ia tidak berasal dari Elohim. Sebab inilah pesan yang telah kamu dengar dari semula, bahwa kita harus saling mengasihi seorang terhadap yang lain. Tidak seperti Kain yang berasal dari yang jahat, yang telah membunuh saudaranya. Dan apa sebabnya ia membunuhnya? Sebab perbuatan-perbuatannya jahat, sedangkan perbuatan-perbuatan saudaranya benar.”

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang perintah-perintah yang lain, bacalah artikel kami – pada situs ini – yang berjudul “Apa itu 10 Perintah?” (Silakan menggunakan kolom search)

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Kelima: Hormatilah Ayahmu dan Ibumu

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/honor-fifth-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

 

 

 

 

 

 

Perintah Kelima berkata: “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di negeri yang diberikan YAHWEH, Elohimmu, kepadamu” (Keluaran 20:12).

Tanpa Perintah Kelima ini, masyarakat dapat (dan akan) runtuh sendiri. Apa yang membuat perintah menghormati ayah dan ibu anda sebagai bagian integral peradaban manusia?

Mengapa Perintah Kelima itu disebut “perintah utama yang mengandung janji”?

Dalam memberikan 10 Perintah itu, Elohim secara spesifik menyoroti bagaimana Perintah Kelima ini mendatangkan kebaikan baik bagi anda maupun bagi seluruh masyarakat.

Perintah pertama hingga keempat menjelaskan bagaimana Elohim menginginkan kita untuk menunjukkan kasih kita kepada Dia. Perintah Kelima yang menjelaskan untuk menghormati ibu dan ayah kita ini, memulai serangkaian enam perintah yang menunjukkan kepada kita bagaimana mengasihi orang lain – mulai dari usia dini di dalam keluarga kita.

Menghormati Bapa Sorgawi kita

Dengan cara tertentu, Perintah Kelima ini menghubungkan dua bagian, karena Elohim menyingkapkan DiriNya sebagai Bapa pengasih kita. Tidak ada ayah jasmani kita yang layak mendapat hormat dari kita sebanding dengan hormat kita kepada Bapa Sorgawi! Akan tetapi Alkitab menunjukkan bahwa umat manusia, dan bahkan mereka yang terpilih menjadi orang-orang kepunyaan Elohim, telah sering gagal dalam menunjukkan hormat dan kemuliaan kepada Elohim Pencipta kita.

Elohim menunjukkan masalah umum ini di Maleakhi 1:6: “Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepadaKu itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepadaKu itu?”

Perintah Kelima ini menolong kita untuk dapat melihat bagaimana belajar menghormati dan memberi respek di lingkungan keluarga sehingga mempersiapkan kita untuk menunjukkan hormat kepada Bapa utama kita.

Makna hormat alkitabiah

Di kitab Keluaran 20:12 kata kerja Ibrani yang diterjemahkan “honor” [hormatilah] adalah kabad. Menurut Zondervan Expository Dictionary of the Bible Words, ini menurut arti dasar yang “mengandung arti tambahan hormat dan kemuliaan.” Di dalam Perjanjian Baru “kata-kata yang diterjemahkan ‘honor’ adalah timao dan kata turunannya …

“Mendengarkan, menghormati, dan mematuhi tersirat di dalam konsep “honor”. Jadi itu merupakan dimensi suport bagi orangtua yang butuh bantuan, dimana Yesus sering menegur mereka yang membuat banyak aturan-aturan tentang Corban [Korban] demi menghalangi pemberian bantuan semacam itu.

Corban adalah sebuah perkataan di dalam Markus 7:11 sebagai alasan untuk tidak mensuport orangtua. Itu asal kata Ibrani yang berarti suatu pemberian yang dipersembahkan kepada Elohim. Orang saat itu mempersembahkan uang untuk diberikan kepada Elohim demi menghindari bantuan finansil bagi orangtua mereka.

Perintah pertama yang mengandung janji

Kitab Injil mencatat bahwa Yesus Kristus mengulangi Perintah Kelima beberapa kali, termasuk Matius 15:4 dan 19:19.

Rasul Paulus juga mengulangi Perintah Kelima ini, dia menekankan bahwa perintah ini adalah “perintah pertama disertai janji: ‘bahwa kamu akan menjadi baik dan berumur panjang di atas bumi’” (Efesus 6:2-3).

“Patuhilah orangtuamu”

Paulus menambahkannya di Kolose 3:20: “Anak-anak, patuhilah orang tuamu dalam segala hal, karena inilah yang berkenan kepada Tuhan.” Seluruh perintah Elohim diberikan untuk kebaikan kita, namun yang satu ini secara khusus dikatakan oleh Elohim untuk berkat yang didatangkan bagi perseorangan, keluarga dan masyarakat pada umumnya.

IVP New Testament Commentary Series mencatat: “Perkataan yang berasal dari bahasa Yunani yang diterjemahkan “anak-anak” adalah tekna, yang merujuk pada anak-anak kecil yang tinggal di rumah.  Karena biasa menemukan instruksi bagi anak-anak yang masih bergantung pada orangtua di dalam aturan keluraga kuno, versi Paulus sangat luar biasa karena dia bahkan memperlakukan anak-anak yang masih bergantung pada orangtua sebagai murid-murid Kristus. Ini jelas merupakan maksud kalimat pendorong karena hal ini menyenangkan bagi Tuhan, yang menurut saya hal ini juga berlaku bagi para ayah. Hubungan antara orangtua dengan anak berpusat pada pengabdian kepada Tuhan.”

Paulus membentangkan pembahasan tentang hubungan keluarga dengan memberi perintah baik kepada anak-anak maupun kepada orangtua: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian” (Efesus 6:1).

Apa yang dimaksud dengan patuh “di dalam Tuhan”? Matthew Henry’s Commentary memberikan tiga aspek: “Beberapa orang memahami ini sebagai sebuah batasan, dan memahami itu demikian: ‘sepanjang itu konsisten melakukan tugasmu terhadap Elohim.’ Kita tidak boleh membangkang terhadap Bapa sorgawi kita melalui ketidakpatuhan kepada orangtua kita atau siapapun di dunia; karena kewajiban kita terhadap Elohim jauh lebih tinggi daripada siapapun. Saya menjadikan itu sebagai sebuah alasan: ‘Anak-anak taatilah orangtuamu; sebab itu adalah perintah Tuhan: taati mereka demi Tuhan, dan dengan memandang kepada Dia.’ Atau hal itu merupakan spesifikasi tertentu dari tugas dan kewajiban pada umumnya: ‘Taati orangtuamu, khususnya dalam hal-hal yang demikian yang berhubungan dengan Tuhan.’”

Suatu masyarakat yang berfungsi baik dan hubungan yang bahagia didasari pada hormat dan kepatuhan terhadap pemangku wewenang (pemerintah). Ini akan jauh lebih mudah apabila kita melakukan kepatuhan ini dari sejak dini di dalam kehidupan kita – tanpa memerlukan pengawas rodi, penjara atau ditembak.

Belajar “menghormati semua orang”

Elohim menghendaki kita untuk belajar “menghormati semua orang” (1 Petrus 2:17). Kita harus tunduk kepada pemerintah, “Sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Elohim” (Roma 13:1).  Hal ini bukan berarti Elohim membenarkan kepemimpinan yang lalim dan yang represif. Dia memandang orangtua, guru, dan pemimpin lainnya sebagai orang-orang yang mendapat penghakiman yang lebih berat (Yakobus 3:1).

Rasa hormat sebaiknya jangan berakhir ketika kita meninggalkan rumah

Keluarga adalah suatu komitmen sepanjang hidup, dengan merefleksikan keabadian hubungan keluarga, kita dipanggil untuk menjadi anak-anak Elohim. Sebagaimana rasul Yohanes tuliskan, “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang telah dianugerahkan Bapa kepada kita sehingga kita disebut anak-anak Elohim!” (1 Yohanes 3:1).

Elohim menghendaki kita untuk terus menunjukkan hormat dan ketaatan kepada orangtua kita meskipun kita sudah berumah-tangga dan barangkali lebih dari itu lagi sebagaimana mereka semakin tua dan memerlukan bantuan dan perhatian.

Yesus Kristus menunjukkan kemunafikan beberapa orang yang mencoba menghindar dari menghormati dan membantu orangtua mereka:

"Mengapa pula kamu melanggar perintah Elohim karena tradisimu? Sebab Elohim telah berfirman: Hormatilah ayah dan ibumu dan siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, biarlah ia dihukum mati. Namun kamu mengajarkan: Siapa pun dapat berkata kepada ayah atau ibunya: Sesuatu yang berguna bagimu, telah aku berikan kepada Tuhan sebagai persembahan; dengan demikian menghormati ayahnya atau ibunya tidak lagi diwajibkan baginya. Maka kamu telah membatalkan perintah Elohim melalui tradisimu itu” (Matius 15:3-6).

Elohim menghendaki rasa hormat kita berlangsung sepanjang hidup orangtua kita.

Peran penting orangtua

Rasul Paulus juga memerintahkan orangtua: “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4). Kepada jemaat di Kolose Paulus menambahkan, “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya” (Kolose 3:21). Orangtua tidak boleh melalaikan peran mengajar anak-anaknya, tetapi harus melakukannya dengan membangun semangatnya dan tidak memprovokasi mereka sehingga tawar hati.

“Pengajaran dan peringatan Tuhan” dijelaskan lebih rinci di dalam kitab Ulangan.

Elohim berkata kepada para orangtua: “Kasihilah YAHWEH, Elohimmu, dengan sepenuh hatimu dan seluruh jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu! Semua perintah yang aku sampaikan kepadamu hari ini, camkanlah di dalam hatimu! Haruslah engkau terus mengajarkannya kepada anak-anakmu dan membicarakannya ketika engkau duduk di rumahmu, ketika engkau sedang dalam perjalanan, ketika engkau berbaring, dan ketika engkau bangun” (Ulangan 6:5-7).

Peran orangtua sangatlah vital, dan memang itu suatu pekerjaan yang tidak mudah tetapi layak untuk dihargai.

Untuk pelajaran lebih lanjut tentang bagaimana menerapkan Perintah Kelima ini dan memperkokoh keluarga kita sekarang ini, bacalah artikel bermanfaat, pada situs ini, yang berjudul “Pedoman Praktis Untuk Membesarkan Anak” dan “Keluarga: Pedoman Untuk Membangun Sebuah Keluarga yang Kokoh.”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah hari Sabat itu diganti ke hari Minggu?

oleh Don Henson

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/sabbath/sabbath-changed-sunday/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Tidak ada bukti bahwa hari Sabat itu berganti ke hari Minggu di dalam Perjanjian Baru. Tetapi ada bukti Alkitab yang konsisten bahwa hari Sabat, yakni, hari ke-7 itu, terus dikuduskan oleh Gereja Perjanjian Baru.

 

 

 

 

 

Sabat: Sabtu atau Minggu?

Dari hari-hari penciptaan  (Kejadian 2:1-3), Sabat, hari ke-7 itu, dikuduskan untuk kebaikan seluruh umat manusia. Elohim beristirahat pada hari ketujuh itu dan menguduskannya (memisahkannya dari hari-hari lain untuk maksud ilahi) sebagai berkat bagi seluruh umat manusia.

Sabat, hari ketujuh alkitabiah itu selalu dihitung dari hari Jumat matahari terbenam sampai hari Sabtu matahari terbenam.

Kemudian, hari Sabat hari ketujuh itu disahkan sebagai bagian hukum Elohim di dalam perjanjianNya dengan bangsa Israel (yang merupakan orang Yahudi tetapi satu bangsa) di kitab Keluaran 20:8-11 dan diulangi di Ulangan 5:12-15.

Siapa yang mengubah hari Sabat itu ke hari Minggu? Yang pasti bukan Yesus Kristus.

Yesus berkata di dalam injil Matius 5:17-18 bahwa Dia datang tidak untuk “meniadakan [membatalkan, menghancurkan] Hukum Taurat atau kitab para nabi.” Yesus berkata bahwa Dia datang untuk memenuhi maksud dan tujuanNya sebagai Juruselamat, bukan untuk mengubah atau mengeliminasi satupun dari hukum-hukum itu, yakni hukum yang mengatur hubungan kita dengan Elohim dan dengan sesama kita. Dia menyatakan dengan tegas bahwa tidak satu titik pun dari hukum taurat itu akan hilang berlalu sebelum seluruh rencanaNya digenapi.

Di dalam injil Markus 2:27 Yesus merujuk kembali kepada penciptaan hari Sabat itu ketika Dia berbicara kepada orang Farisi, "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.”

Sangat jelas bahwa hari Sabat, yakni hari ke-7 itu, dibuat (diciptakan atau ditetapkan) untuk kebaikan seluruh umat manusia, bukan hanya untuk orang Yahudi. Dan karena hari Sabat itu dibuat untuk manusia, selama ada manusia di bumi ini, Sabat itu akan terus menjadi bagian dari ciptaan dan bagian dari hubungan kita dengan Elohim.

Ayat 28 berkata, “Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." Dengan kata lain, Sabat (Sabtu) adalah “Hari Tuhan” yang benar.

Lukas 4:16 mengindikasikan bahwa adalah “kebiasaan” atau tradisi Yesus untuk merayakan/menguduskan hari Sabat. Meskipun orang-orang Farisi terus-menerus menentang Dia tentang apa yang Dia lakukan pada hari Sabat, Yesus secara konsisten menguduskan hari ke-7 itu – tidak pernah ada indikasi bahwa Dia menggantikan Sabat itu ke hari Minggu.

Siapa yang mengubah hari Sabat itu ke hari Minggu? Bukan rasul-rasul atau Jemaat Perjanjian Baru.

Gereja Perjanjian Baru itu meliputi enam dekade setelah kematian Yesus Kristus.  Tidak ada satu pun yang menyebutkan pengubahan hari beribadah [Sabat] itu ke hari pertama, yakni hari Minggu.

Manusia tidak memiliki otoritas untuk “menguduskan” atau menetapkan suatu hari menjadi kudus. Hanya Elohim yang dapat melakukan itu. Dan menurut ayat Suci, satu-satunya hari yang ditetapkan oleh Elohim untuk beribadah dalam minggu itu adalah hari ke-7 (Kejadian 2:2-3) – hari Sabtu, bukan hari Minggu. 

Teladan Paulus memberitakan injil pada hari Sabat.

Sebagaimana Paulus menjelajahi daerah-daerah bangsa lain (bukan Yahudi) untuk memberitakan injil, secara konsisten di situ dia juga bertemu dengan Yahudi dan bangsa-bangsa bukan Yahudi dan mengajar mereka tentang injil Yesus Kristus pada hari Sabat.

Kisah Para Rasul 13 merupakan contoh yang sangat tepat, “Lalu [Paulus dan kawan-kawannya, ayat 13] dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ. Setelah selesai pembacaan dari hukum Taurat dan kitab nabi-nabi, pejabat-pejabat rumah ibadat menyuruh bertanya kepada mereka: ‘Saudara-saudara, jikalau saudara-saudara ada pesan untuk membangun dan menghibur umat ini, silakanlah!’ Lalu Paulus bangkit dan memberi isyarat dengan tangannya serta berkata, ‘Hai orang-orang Israel dan kamu yang hormat akan Elohim, dengarkanlah!’” (ayat 14-16).

Kemudian Paulus menyampaikan berita injil tentang Yesus Kristus (ayat 17-41).

Perhatikan ayat 42: “Ketika Paulus dan Barnabas keluar, mereka diminta untuk berbicara tentang pokok itu pula pada hari Sabat berikutnya.”

Jadi jika seandainya Gereja Perjanjian Baru itu menguduskan hari Minggu, dan bukan Sabat, hari ke-7, mengapa Paulus tidak memberitahu mereka tidak perlu menunggu satu minggu lagi [“Sabat berikutnya”] – bahwa mereka bisa bertemu pada hari esoknya (yakni, hari Minggu, hari pertama itu)? Jelasnya, Paulus menjunjung tinggi pengudusan hari Sabat, hari ke-7 itu, baik dalam bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa bukan Yahudi.

Ayat 44 kita baca, “Ketika hari Sabat tiba, hampir seluruh penduduk kota itu berkumpul untuk mendengarkan firman TUHAN.” Tidak ada bukti di sini, atau referensi apapun, bahwa Paulus berusaha untuk mengubah hari beribadah dari hari Sabtu ke hari Minggu.

Kita menemukan referensi yang sama bahwa Paulus memberitakan injil di rumah-rumah ibadat pada hari Sabat. Silakan baca Kisah Para Rasul 14:1; 17:2, 10; dan 18:4.

Banyak orang memberi argumen bahwa Paulus pergi ke sinagoge [tempat ibadah orang Yahudi] karena itu adalah tempat dimana orang berkumpul untuk menyembah Elohim. Benar, tetapi dia melanjutkan pertemuan dengan mereka pada hari Sabat. Tidak pernah ada bukti bahwa Paulus mengatakan kepada mereka untuk tidak lagi perlu menguduskan hari Sabat, dan tidak pernah berkata mereka harus melakukan pelayanan ibadah pada hari pertama untuk selanjutnya.

Ayat-ayat Alkitab tentang ibadah hari Minggu?

Ada beberapa ayat bacaan yang sering digunakan untuk mencoba membuktikan bahwa hari ibadah diganti ke hari Minggu.

Mari kita uji bacaan-bacaan ini secara hati-hati dalam konteks memahami apa yang dimaksudkan ayat-ayat ini. Tidak satupun di antara bacaan ayat Alkitab ini yang mempromosikan ibadah hari Minggu.

Hari Sabat atau hari Minggu: Apa yang dikatakan Kisah Para Rasul 20:7?

“Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.”

Ayat ini umumnya dianggap bahwa jemaat itu berkumpul untuk kebaktian pada hari pertama minggu itu.

Arti dari “memecah-mecahkan roti”

Asumsi pertama ialah bahwa “memecah-mecahkan roti” berarti berkumpul untuk kebaktian. Memang memecahkan roti juga digunakan dalam perayaan Paskah (1 Korintus 10:16 dan 11:23-24, tetapi ketika perkataan “memecah-mecahkan roti” digunakan dalam ayat Suci, secara umum artinya adalah makan biasa.

Perhatikan Kisah Para Rasul 20:9-11 bahwa pada saat pertemuan diadakan nyawa seorang anak muda dipulihkan secara ajaib setelah pingsan karena dia terjatuh dari jendela lantai tiga.

Dalam ayat 11 dikatakan, “Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.” Dia tidak memimpin kebaktian beberapa jam kemudian. Tetapi dia makan sekali lagi setelah yang pertama yang disebutkan pada ayat 7.

Satu lagi contoh makna perkataan “memecah-mecahkan roti” terdapat di Kisah Para Rasul 27:27-37. Paulus sebagai penumpang di kapal yang sedang mengalami badai yang hebat selama dua minggu (ayat 27). Selama masa itu para pelaut itu belum makan apa-apa, karena mereka terus berjuang mempertahankan kapal itu untuk selamat. Paulus menyuruh mereka makan agar mereka pulih kekuatan mereka. Perhatikan ayat 33-36 berikut ini:

“Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: "Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya. Setelah mengatakan hal itu dan mengambil roti, Paulus mengucap syukur kepada Elohim di hadapan semua orang. Dan setelah memecah-mecahkannya, ia mulai makan. Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga.”

Istilah “memecah-mecahkan roti” itu berarti makan makanan biasa, bukan sebuah ibadah gereja. Paulus dan Lukas mungkin merupakan satu-satunya orang Kristen pada kejadian di kapal itu dan yang lainnya adalah orang yang tak beragama atau penganut paganisme. Paulus mengucap syukur atas makanan itu dan mereka makan – para pelaut, serdadu, orang-orang tahanan. Mereka makan karena lapar, itu bukan makan untuk suatu ibadah agama.

Bukan ibadah hari Minggu

Perhatikan waktu pertemuan yang terdapat di Kisah Para Rasul 20. Apakah kita harus berpikir bahwa Paulus mulai ibadah hari Minggu dan berlanjut berbicara hingga tengah malam (ayat 7)? Mari kita periksa dengan cara yang lebih logis.

Menurut bangsa Yahudi pergantian hari dimulai dari matahari terbenam. Jadi ucapan “hari pertama dalam minggu itu” yang digunakan dalam ayat ini merujuk pada saat matahari terbenam yakni menurut istilah kita sekarang itu adalah Sabtu malam. Karena saat itu sudah mulai gelap, maka “dinyalakan banyak lampu” di ruang atas (ayat 8).

Paulus bertemu dengan mereka untuk maksud makan bersama. Karena dia tahu dia akan berangkat pada hari esoknya, dia menyempatkan untuk berbicara dengan jemaat itu dan berlanjut hingga tengah malam.

Setelah anak muda  itu terjatuh dari jendela lantai tiga (ayat 9-10), mereka istirahat dan makan kemudian Paulus melanjutkan berbicara kepada mereka hingga hari Minggu pagi dan kemudian dia berangkat meneruskan perjalanannya (ayat 11).

Jelasnya, Kisah Para Rasul 20:7 menggambarkan suatu kejadian antara Sabtu malam dan Minggu pagi, bukan sebuah kebaktian Minggu.

Apakah Roma 14 itu tentang hari Sabat?

Roma 14 sering digunakan untuk membenarkan bahwa Gereja Perjanjian Baru itu mengajarkan bahwa hari Sabat tidak berbeda dengan hari-hari lain di dalam minggu itu: “Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri” (Roma 14:5).

Analisa bab ini menunjukkan bahwa Paulus tidak menurunkan status hari Sabat ke status yang sama dengan hari lain dalam minggu itu.

Ayat 1 menyatakan dasar pemikiran dari bab itu: “Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya.”

Seperti halnya dalam kongregasi manapun, jemaat di Roma merupakan jemaat campuran yang lebih berpengalaman dan lebih kuat dalam iman dan mereka yang belum berpengalaman dan lemah dalam iman. Paulus memperingatkan mereka yang lebih berpengalaman untuk sabar dan berpengertian dalam berinteraksi dengan mereka yang masih lemah dalam kehidupan rohani mereka.

Di dalam bab ini dia membicarakan tiga masalah yang merupakan potensi menjadi perbantahan, dengan menganggap mereka “bimbang.” Dalam kata lain apa yang mereka lakukan dalam hal ini adalah pilihan atau keputusan pribadi, dan dia [Paulus] memperingatkan mereka untuk tidak menghakimi satu-sama lain dengan kasar tentang masalah ini.

Perhatikan bahwa tema ini berlanjut sepanjang bab itu. Ayat 10 berkata, “Akan tetapi, mengapa engkau menghakimi saudaramu? Atau, mengapa pula engkau memandang rendah saudaramu? Sebab kita semua akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Kristus.”

Ayat 13 menjelaskan poin itu lagi, “Janganlah lagi kita menghakimi seorang terhadap yang lain. Lebih baik peganglah prinsip ini: Jangan menaruh batu sandungan atau halangan terhadap sesama saudara.” Tema ini terus berlanjut hingga pasal 15:1, “Dan kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan mereka yang tidak kuat, dan jangan hanya menyenangkan diri sendiri.”

Roma 14 membicarakan tentang vegetarian, hari-hari puasa dan daging yang dipersembahkan kepada berhala – bukan membicarakan Sabat.

Topik pertama yang dibicarakan Paulus ialah tentang jemaat yang “makan sayuran” [vegetarian] (Roma 14:2-3). Kebetulan beberapa orang, ketika mereka menjadi anggota jemaat Gereja, adalah vegetarian. Paulus dan kebanyakan anggota gereja memahami bahwa makan daging-dagingan tidaklah dosa, demikian juga orang yang tidak makan daging-dagingan bukan dosa. Jadi dia mengingatkan mereka untuk tidak menghakimi satu sama lain tentang makanan.

Topik ke-2, di dalam ayat 5-6 Paulus menyinggung hari tertentu bahwa, atas pilihan pribadi atau karena tradisi, dianggap hari berpesta atau hari puasa. Barangkali beberapa orang yang berlatar-belakang Farisi, kebiasaan mereka berpuasa sekali atau dua kali seminggu (Lukas 18:12). Saat itu ada kontroversi tentang pada hari apa yang lebih baik, entah digunakan untuk berpuasa atau berpesta. Paulus menempatkan masalah ini pada kategori pilihan pribadi, bukan sesuatu yang membuat Kristen menghakimi satu sama lain. Dia menuliskan tentang berpesta atau berpuasa – tidak ada referensi ke hari Sabat di sini atau di tempat lain dalam konteks ini.

Kontroversi subjektif ke-3 ialah tentang makan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala (ayat 14). Memahami betapa sensitifnya topik masalah ini, keprihatinan Paulus ialah bahwa anggota jemaat tidak boleh menghakimi atau menyinggung perasaan mereka yang menganggap daging yang dipersembahkan sebagai korban itu haram. Beberapa orang secara nyata percaya bahwa mereka tidak boleh minum anggur (ayat 21). Mereka yang memahami hal semacam itu Paulus ingatkan agar sebaiknya jangan menjadi masalah, agar mereka yang memahami jangan memamerkan pemahaman mereka dalam arti bahwa itu akan menyakiti hati nurani mereka yang belum memahami.

Pentingnya hati nurani dinyatakan di ayat 23, “Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.”

Sepanjang bab itu Paulus mengingatkan anggota jemaat untuk tidak bersifat kritis atau menghakimi satu sama lain tentang masalah yang sifatnya subjektif. Jadi tidak ada sebutan hari Sabat, hari ke-7 itu di sepanjang bab ini – yang mengandung perintah pengudusannya.  

Bagaimana dengan 1 Korintus 16:1-2?

“Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing--sesuai dengan apa yang kamu peroleh--menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”

Seringkali diasumsikan bahwa pernyataan ini menjelaskan saat kolekte dimana jemaat  bergilir memasukkan persembahan ke kantong persembahan pada kebaktian Minggu. Tidak ada sebutan kebaktian di dalam bacaan ini.

Yesus Kristus menguduskan hari Sabat, hari ke-7 itu. Setelah kematianNya, rasul-rasul dan Jemaat Perjanjian Baru itu terus melanjutkan pengudusan hari Sabat. Tidak ada bukti di dalam ayat Suci bahwa hari ibadah ini pernah diubah ke hari Minggu. Paulus meminta agar anggota jemaat mengumpulkan persembahan ucapan syukur pada hari pertama dalam minggu itu. Persembahan ucapan syukur itu dikumpulkan, bukan untuk anggota jemaat lokal  tetapi itu akan disumbangkan kepada “orang-orang kudus” yang membutuhkan.

Situasi itu digambarkan di Kisah Para Rasul 11:28-30: “Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius. Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea. Hal itu mereka lakukan juga dan mereka mengirimkannya kepada penatua-penatua dengan perantaraan Barnabas dan Saulus.”

Di dalam Roma 15:25-26 Paulus menyebutkan pengumpulan bantuan oleh anggota gereja di Makedonia dan Akhaya: “Tetapi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus. Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem.”

Setelah meminta bantuan khusus ini bagi anggota jemaat miskin, setahun kemudian Paulus mendorong semangat jemaat agar meneruskan janjinya untuk membantu mereka yang miskin:

“Tentang pelayanan kepada orang-orang kudus tidak perlu lagi aku menuliskannya kepada kamu. Aku telah tahu kerelaan hatimu tentang mana aku megahkan kamu kepada orang-orang Makedonia. Kataku: ‘Akhaya sudah siap sedia sejak tahun yang lampau. Dan kegiatanmu telah menjadi perangsang bagi banyak orang. Aku mengutus saudara-saudara itu, agar kemegahan kami dalam hal ini atas kamu jangan ternyata menjadi sia-sia, tetapi supaya kamu benar-benar siap sedia seperti yang telah kukatakan, supaya, apabila orang-orang Makedonia datang bersama-sama dengan aku, jangan mereka mendapati kamu belum siap sedia, sehingga kami (untuk tidak mengatakan kamu!) merasa malu atas keyakinan kami itu. Sebab itu aku merasa perlu mendorong saudara-saudara itu untuk berangkat mendahului aku, supaya mereka lebih dahulu mengurus pemberian yang telah kamu janjikan sebelumnya, agar nanti tersedia sebagai bukti kemurahan hati kamu dan bukan sebagai pemberian yang dipaksakan’” (2 Korintus 9:1-5).

Sekali lagi, Paulus mengusulkan agar mereka menyiapkan donasi mereka terlebih dahulu sehingga akan siap untuk dikirimkan.

Memahami konteks dan latar belakang 1 Korintus 16, jelas bagi kita bahwa jemaat itu tidak mengadakan kebaktian hari Minggu; mereka tidak mengambil kolekte mingguan, dan tidak ada instruksi untuk melakukan satupun dari itu.

Apakah anda mencari gereja yang mensponsori Life, Hope & Truth? Periksalah itu di halaman tautan “Who We Are

Hari Sabat tidak digantikan ke hari Minggu di dalam Alkitab

Yesus Kristus menguduskan hari Sabat, hari ke-7 itu dan setelah kematianNya, rasul-rasul dan Jemaat Perjanjian Baru itu pun terus menguduskan hari Sabat. Tidak ada bukti di dalam ayat Suci Alkitab bahwa hari ibadah itu digantikan ke hari Minggu.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Siapa yang Mengubah Hari Beribadah Dari Hari Sabtu ke Hari Minggu? Dan Mengapa?

Oleh Eddie Foster

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/sabbath/saturday-sunday/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Sebagian besar Kristen mainstream [yang mengimani ajaran Tritunggal] pergi ke gereja pada hari Minggu. Padahal Alkitab mengajarkan untuk beribadah pada hari ke-7, yakni hari Sabtu. Siapa yang mengubah hari Sabat itu ke hari Minggu? Dan mengapa?

 

 

 

 

 

 

Kristen mainstream pergi ke gereja pada hari Minggu (banyak di antara mereka pergi secara rutin, tetapi ada juga yang pergi sekali-sekali). Sementara itu banyak yang merasa sok mendengar tentang beberapa orang Kristen yang pergi ke gereja pada hari Sabtu. Tetapi Alkitab mengajarkan untuk pengudusan hari Sabat, yakni hari ke-7 itu. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sejarah memberikan fakta yang mengejutkan.

Alkitab menjelaskan bahwa Yesus Kristus menguduskan hari Sabat, yakni hari Sabtu, dan setelah kematianNya, para rasul-rasulNya pun merayakan hari Sabat.

Banyak pembela Kekristenan mainstream mencoba menghubungkan asal mula perayaan hari Minggu itu dengan para rasul. Tetapi meskipun demikian, banyak juga di antara mereka yang merayakan hari Minggu itu harus mengakui bahwa tidak ada dasar alkitabiah yang mengubah ke hari Minggu, dan juga tidak ada perintah dari rasul-rasul itu untuk tidak menguduskan hari Sabat, yakni hari Sabtu.

Siapa yang menggantikan hari Sabat itu?

Karena kebenaran hari Sabat itu tidak berubah di dalam Alkitab, siapa yang mengubah hari beribadah ini dari hari Sabtu ke hari Minggu? Kapan perubahan itu terjadi?

Setelah kematian rasul-rasul Kristus, ide-ide baru mulai bermunculan yang diperkenalkan kepada Kekristenan. Selama abad ke-2, Ignatius, Justin Martyr, Irenaeus dan Clement dari Alexandria menyerang pengudusan hari Sabat dan Tertullian meneruskan serangan itu pada abad ke-3.

Pada Konsili Nikea pada tahun 325 setelah Masehi, Constantine [Konstantinus], Kaisar Romawi dan Gereja Katolik menetapkan hari Minggu sebagai hari istirahat. Dan Konsili Laodikia sekitar tahun 365, Gereja Katolik menyatakan ilegal untuk mengikuti cara ibadah orang Yahudi, yang beristirahat pada hari Sabat, yakni hari ke-7.

Perubahan ini diterima oleh apa yang telah menjadi mayoritas Kekristenan, tetapi pada saat yang sama orang Kristen yang terpencar-pencar dan yang teraniaya itu terus menguduskan hari Sabat, hari ke-7 itu, dan mengikuti ajaran Gereja Perjanjian Baru di abad permulaan itu.

Bagaimana suatu perubahan besar seperti itu bisa terjadi? Apa yang mendasari alasan pengubahan hari Sabtu ke hari Minggu?

Mengapa hari Sabat diganti ke hari Minggu?

Jadi apa yang membuat gereja Kristen mainstream mengubah hari istirahat dan hari beribadah itu, yakni dari hari Sabtu ke hari Minggu?

Penyebab utamanya ialah karena kombinasi antara otoritas gereja yang mengesampingkan prinsip-prinsip alkitabiah dan pengaruh agama paganisme, yakni penyembah dewa matahari dan anti-Semitism [anti Yahudi].

Gereja Katolik mengklaim otoritas untuk mengubah prinsip-prinsip alkitabiah

Sekitar tahun 400 setelah Masehi, Agustinus, seorang teolog Katolik yang dihormati, mengumumkan: “para pemimpin kudus Gereja Katolik telah memutuskan bahwa segala kemuliaan hari Sabat orang Yahudi dialihkan kepada hari Minggu. Oleh karena itu, mari kita merayakan Hari Tuhan sebagaimana orang-orang pendahulu diperintahkan untuk merayakan Sabat” (dikutip oleh Robert Cox tentang Sabbath Laws and Sabbath Duties [Hukum Sabat dan Kewajiban Sabat], 1853, p. 284).

The Catholic Encyclopedia [Ensiklopedi Katolik] pada topik  “hari Minggu” menyebutkan St. Caesarius dari Arles juga memperteguh ajaran ini pada abad ke-6. Mereka ini mempercayakan perubahan hari Sabat itu di tangan para pemimpin gereja (pejabat-pejabat gereja pasca apostolik).

Pada bagian “Ten Commandments,” [Sepuluh Perintah] di dalam buku Catholic Encyclopedia itu menyatakan: “Akan tetapi, Gereja – setelah menggantikan hari Sabat, yakni hari istirahat orang Yahudi, hari ke-7 itu – mereka menjadikan Perintah Ketiga itu, [yakni, yang kita hitung sebagai Perintah Keempat] merujuk pada hari Minggu sebagai hari yang harus dirayakan kudus sebagai Hari Tuhan.”

Ini satu lagi contoh di mana ibadah hari Minggu dilaksanakan berdasarkan otoritas yang diklaim Gereja Katolik untuk mengubah sebuah prinsip alkitabiah. Lagi-lagi, para pemimpin gereja Kristen mainstream menganggap bahwa seperti itulah yang diinginkan para rasul-rasul.

Penulis lain dari Katolik menjelaskan bahwa kebaktian dan ibadah hari Minggu itu merupakan hal yang tidak di-endorse [disahkah/didukung] oleh ajaran Alkitab, tetapi hanya dengan otoritas gereja mereka sendiri.  

Buletin Katolik yang berjudul The Catholic Universe Bulletin 1942 menyatakan: “Gereja mengubah pengudusan hari Sabat itu ke hari Minggu dengan mengambil hak otoritas ilahi yang sempurna yang diberikan kepada Gereja oleh Pendirinya, yakni Yesus Kristus. Gereja protestan, yang mengklaim bahwa Alkitab merupakan satu-satunya panduan iman, tidak mempunyai jaminan untuk menguduskan hari Minggu. Dalam hal ini Gereja Advent yang menguduskan hari ke-7 itu merupakan satu-satunya gereja protestan yang konsisten.” 

The Catholic Virginian berkata pada tahun 1947: “Kita semua percaya dalam banyak hal tentang agama yang kita tidak temui di dalam Alkitab. Misalnya, tidak ada di dalam Alkitab  kita temui yang menyatakan bahwa Kristus atau para rasul-rasulNya memerintahkan hari Sabtu itu diubah ke hari Minggu. Tetapi kita mendapati perintah Elohim yang diberikan kepada Musa untuk menguduskan hari Sabat, hari ke-7, yakni hari Sabtu. Sekarang ini sebagian besar orang Kristen merayakan hari Minggu karena hal itu telah disingkapkan oleh Gereja di luar Alkitab.”

Thomas Aquinas, seorang teolog yang sangat berpengaruh, menuliskan sebagai berikut: “Di dalam Hukum Baru saat perayaan hari Tuhan itu mengambil tempat pada perayaan hari Sabat, itu bukan dari kebajikan aturan alkitabiah tetapi dari ajaran Gereja dan adat istiadat orang Kristen.”

Contoh-contoh ini membuat jelas bahwa hari Sabat itu tidak diubah oleh Yesus Kristus atau para rasul-rasulNya, tetapi oleh mereka yang merasa punya otoritas mengubah prinsip-prinsip alkitabiah. Karena Ibrani 13:8 berkata, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya,” maka sulit dipahami mengapa perubahan itu dibuat oleh mereka sedangkan Kristus tidak pernah memberi mereka otorisasi untuk itu.

Asal-usul ibadah hari Minggu: pemujaan matahari.

Konstantinus adalah orang yang pertama kali dikenal sebagai orang “Kristen” kaisar Romawi. Meskipun dia sungguh menghentikan penganiayaan orang-orang Kristen secara keseluruhan, nampaknya dia justru lebih banyak memperkenalkan ibadah pemujaan dewa matahari ke dalam Kekristenan daripada siapapun sebelum dia.

Ahli sejarah, Paul Johnson, merinci beberapa dari pengaruh ini: “Konstantinus menjadi pengikut Mithras [agama misteri yang dipraktekkan di Kekaisaran Romawi], dan gapura kemenangannya, yang dibangun setelah “pertobatannya”, memberi kesaksian terhadap dewa-Matahari, atau “matahari yang tak terkalahkan.” …. Konstantinus tidak pernah meninggalkan pemujaan dewa-matahari dan membuat gambar matahari pada lempengan koin-koin. Dia membuat Sunday [hari Minggu] menjadi hari istirahat, dengan menutup kantor-kantor pengadilan hukum pada hari Minggu dan melarang setiap pekerjaan kecuali pertanian” (A History of Christianity, 1976, pp. 67-68)

Jadi sebuah keputusan kerajaan untuk beristirahat dan beribadah pada hari Minggu, dan bukan hari Sabtu, dibuat oleh Kaisar Romawi, yakni seorang pemuja dewa matahari. Orang-orang pada saat itu bersyukur kepada Konstantinus bahwa Kristen merayakan hari yang sama dengan Mithraik yang memuja matahari. Ini suatu contoh pengaruh paganisme yang sangat mencolok di dalam praktek orang Kristen mainstream.

Menurut Johnson, orang Kristen yang mengadakan ibadah pada hari matahari, menjadi begitu bingung dalam ibadah mereka –  bahwa selama pemerintahan Kaisar Julian – “Uskup Troy menceritakan kepada Julian bahwa dia selalu berdoa secara sembunyi-sembunyi kepada matahari” (halaman. 67). Dengan demikian Kekristenan mengikuti ibadah utama agama paganisme yang menyembah matahari, yang masih terjadi hingga sekarang dan itu adalah pengaruh Konstantinus: beribadah pada hari Minggu. 

Anti-Smitism [anti-Yahudi] dan penolakan hari Sabat.

Melonjaknya anti-Yahudi pasca zaman kerasulan merupakan masa yang memainkan peran besar pada masa beralihnya ke hari Minggu. Konsili Laodikia pada tahun 365 setelah Masehi memutuskan: “Orang Kristen tidak boleh menjadi “orang Yahudi” dengan cara beristirahat pada hari Sabat, tetapi harus bekerja pada hari itu, tetapi harus menghormati Hari Tuhan, dan, jika mereka bisa, beristirahat pada hari itu sebagai orang Kristen. Tetapi jika terdapat orang menjadi orang pengikut Yahudi, hendaklah mereka terkutuk dari Kristus” (Canon XXIX).

Jadi, menguduskan hari Sabat pada hari Sabtu dianggap “menjahudikan,” sehingga hal itu dianggap sebuah kejahatan besar.

Ditulis oleh ahli sejarawan, Eusebius bahwa Konstantinus, pada Konsili Nikea pada tahun 325 setelah Masehi, mengatakan, “Nampaknya hal yang tidak guna bagi kita untuk mengikuti perayaan Paskah yang paling kudus ini, menurut praktek orang Yahudi … Dengan demikian marilah kita bertindak untuk tidak memiliki kesamaan dengan orang-orang Yahudi yang paling menjijikkan itu.”  

Dengan demikian, karena orang-orang Kristen ingin untuk tidak berurusan dengan hal-hal yang berbau Yahudi, maka mereka beristirahat dan beribadah pada hari lain, yakni hari Minggu.

Apakah anda mencari gereja yang mensponsori Life, Hope & Truth? Periksalah itu di halaman tautan “Who We Are

Apakah tradisi manusia membatalkan Firman Tuhan?

Hari Sabat itu tidak pernah diubah dari hari Sabtu ke hari Minggu oleh Yesus Kristus atau oleh rasul-rasulNya. Hari Minggu menjadi hari perhentian dan hari beribadah bagi Kristen mainstream itu diubah melalui Gereja Katolik yang mengklaim otoritas untuk menolak dan mengesampingkan ayat Suci Alkitab, di bawah pengaruh pganisme dan anti-Semitism [anti-Yahudi].

Mereka yang mencoba membangun dasar Kekristenannya pada ajaran Kristus dan para rasulNya hendaknya mengetahui sejarah tentang apa yang terjadi terhadap hari Sabtu dan kemudian menanyakan satu pertanyaan berdasarkan Injil Markus 7:8. Apakah saya sedang mengikuti Kristus atau adat istiadat manusia?

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Keempat: Ingatlah dan Kuduskanlah Hari Sabat

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/sabbath/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Elohim menjadikan hari Sabat itu pada hari ketujuh di saat penciptaan alam semesta, dan itu mengingatkan kita akan Sang Pencipta kita. Bagaimana Dia menginginkan kita untuk mengingat dan menguduskan Perintah Keempat itu hari ini?

 

 

 

 

 

Perintah Keempat itu, yakni yang sangat dilupakan orang hari ini, merupakan salah satu berkat Elohim yang terbesar kepada umat manusia. Apa maksudnya menguduskan hari Sabat?

Hari Sabat di dalam Alkitab

Elohim mencatat Perintah Keempat itu di kitab Keluaran 20:8-11 (Ini dinomor urut Perintah Ketiga menurut penomoran Gereja Katolik dan Luteran ):

“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. Enam hari lamanya engkau seharusnya bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah Sabat bagi YAHWEH, Elohimmu; janganlah melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anak laki-lakimu, atau anak perempuanmu, hambamu yang laki-laki, atau hambamu yang perempuan, atau ternakmu, ataupun orang asing yang ada di dalam tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya, YAHWEH menjadikan langit dan bumi, laut, dan segala isinya, dan beristirahat pada hari ketujuh itu. Oleh karena itu, YAHWEH memberkati hari Sabat itu dan menguduskannya.”

Hari Sabat itu dibuat pada masa penciptaan

Elohim menciptakan hari Sabat pada hari ke-7 di dalam minggu penciptaan, dan itu mengingatkan kita akan Sang Pencipta kita: “Demikianlah langit dan bumi dan segala isinya telah diselesaikan. Pada hari ketujuh Elohim menyelesaikan pekerjaanNya. Dan pada hari ketujuh Dia beristirahat dari seluruh pekerjaan yang telah Dia lakukan. Lalu Elohim memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itu Dia beristirahat dari semua pekerjaan penciptaan yang telah Dia lakukan” (Kejadian 2:1-3).

Kita mengikuti teladan dan perintah Elohim dengan mengingat dan beristirahat pada hari ke-7 [hari Sabtu] setiap minggunya. 

Bagaimana mungkin kita tahu cara beribadah kepada Elohim kalau bukan Dia sendiri yang mengatakan/mengajarkannya? Bagaimana mungkin manusia mortal [kedagingan] tahu hari yang mana yang kudus – kalau bukan Elohim sendiri yang menyingkapkannya? Syukurlah, Dia telah menyingkapkan itu kepada kita, meskipun saat ini hanya sedikit yang “mengingat” hari ke-7, yakni hari Sabat itu.

Sabat: hari Sabtu atau hari Minggu?

Para sarjana Alkitab, entah itu Yahudi atau Katolik, ataupun Protestan, mengenali bahwa hari ke-7 itu adalah hari Sabtu. Persisnya, dengan menggunakan metode alkitabiah hari Sabat itu mulai dari hari Jumat matahari terbenam hingga hari Sabtu matahari terbenam.

Jadi siapa yang menggantikan hari Sabat itu? Bukan Elohim, dan bukan juga rasul-rasul dari Gereja pada abad permulaan itu. Tidak ada di dalam Alkitab yang menyebutkan bahwa hari Sabat itu diganti ke hari Minggu. Bacalah hal ini tentang sejarah mengapa sebagian besar gereja hari ini beribadah pada hari Minggu di dalam artikel kami “When Did the Change From Saturday to Sunday Occur?” yang akan dimuat pada situs ini. 

Hari Sabat: hari istirahat yang memerdekakan

Perintah pengudusan hari Sabat itu diulangi di Ulangan 5:12-15, tetapi di sini Elohim menekankan tema kemerdekaan – yakni, bebas atau merdeka dari perbudakan.

“Peliharalah hari Sabat untuk menjaganya tetap kudus, seperti yang diperintahkan YAHWEH, Elohimmu kepadamu. Enam hari engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah Sabat bagi YAHWEH, Elohimmu; janganlah engkau melakukan pekerjaan, baik engkau, atau anak laki-lakimu, atau anak perempuanmu, atau budakmu, atau wanita pelayanmu, atau lembumu, atau keledai jantanmu, atau seluruh ternakmu, ataupun orang asing yang ada di dalam negerimu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan dapat beristirahat seperti dirimu. Dan engkau harus ingat bahwa dahulu engkau adalah budak di tanah Mesir, tetapi YAHWEH, Elohimmu, telah mengeluarkan engkau dari sana dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung. Itulah sebabnya YAHWEH, Elohimmu, memerintahkan engkau untuk memelihara dan memerhatikan hari Sabat.”

Orang Israel diberi kemerdekaan/kebebasan dari perbudakan Firaun, raja Mesir itu. Hal ini menggambarkan bentuk kemerdekaan yang kita bisa dapatkan terhadap Setan dan dosa. Sebagaimana Dia, yang telah datang sebagai Yesus Kristus, memimpin Israel keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat (1 Korintus 10:4), Yesus adalah Penebus/Pembebas dan Juruselamat kita hari ini.

Hari Sabat siapa itu? Yesus adalah “Tuhan atas hari Sabat”

“Hari ketujuh adalah Sabat bagi YAHWEH, Elohimmu” (Keluaran 20:10). Itu adalah hari Sabat Elohim. Yesus berkata bahwa Dia adalah “Tuhan atas hari Sabat” (Markus 2:28).

Hari Sabat dijadikan untuk manusia

Tetapi Yesus berkata kepada kita bahwa tujuan hari Sabat itu dibuat untuk kebaikan kita:  "Hari Sabat dijadikan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat” (Markus 2:27).

Hari Sabat bukanlah hari egois. Kita juga harus membiarkan pelayan-pelayan atau orang-orang yang bekerja bagi kita untuk beristirahat pada hari Sabat (Ulangan 5:14). Dan Yesus menjelaskan bahwa berbuat baik pada hari Sabat boleh dilakukan, misalnya, dalam keadaan darurat (emergency), merawat orang sakit atau yang terluka (Matius 12:10-13).

Hari Sabat, hari istirahat Elohim, adalah sebagai pendahulu dan juga sebagai pengingat akan masa istirahat di masa yang akan datang, yakni kebebasan dari perbudakan dosa. Mengapa orang Farisi dan pemimpin-pemimpin agama menuduh Yesus dan murid-muridNya “berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat" (Matius 12:2).

Kerena mereka dan nenek moyang mereka telah belajar dari pelajaran yang salah tentang hukuman Israel atas pelanggaran hari Sabat dan dosa-dosa lainnya. Mereka menambahkan banyak aturan dan hukum buatan manusia sebagai pagar tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan pada hari Sabat. Perintah Elohim tidak berat (1 Yohanes 5:3), tetapi aturan-aturan yang dibuat orang Yahudi telah menjadi beban (Matius 23:4).  

Sabat hari ini dan di masa datang

Bab 3 dan 4 kitab Ibrani memiliki tema yang saling berkaitan mengenai hari Sabat, yakni tentang memasuki Tanah Perjanjian dan Kerajaan Elohim. Masing-masing adalah bentuk peristirahatan, dengan menggunakan Tanah Perjanjian itu merupakan gambaran dari Kerajaan damai di masa yang akan datang.

Sabat, yakni hari istirahat Elohim, merupakan pendahulu dan pengingat istirahat mingguan dari istirahat penuh yang ajaib di masa depan, bebas dari perbudakan dosa (Ibrani 4:4, 9). "Pada hari ketujuh Elohim beristirahat dari segala pekerjaanNya. Jadi, masih tersedia perhentian Sabat untuk umat Elohim” (Ibrani 4:9).

Di masa Kerajaan yang akan datang, semua orang (Yahudi dan bukan bangsa Yahudi) akan beribadah di hadirat Elohim pada hari Sabat (Yesaya 66:23). Hari Sabat dijadikan untuk semua umat manusia, dan Elohim memuji bangsa-bangsa lain, “Juga bani lain, yang menggabungkan diri kepada YAHWEH, untuk melayani Dia, dan untuk mengasihi Nama YAHWEH, serta untuk menjadi hambaNya, yaitu setiap orang yang menjaga diri dari pencemaran Sabat, dan yang memegang perjanjianKu” (Yesaya 56:6).

Apakah anda mencari gereja yang mensponsori Life, Hope & Truth? Periksalah itu di halaman tautan “Who We Are

Perintah Sabat hari ini

Kita diwajibkan untuk bekerja keras selama enam hari untuk mencukupi kebutuhan kita dan mempersiapkan diri untuk pengudusan hari Sabat dengan baik setiap minggunya. Hal ini mengajarkan kita untuk tetap rajin, dan merencanakan prioritas. Elohim memerintahkan atau mewajibkan satu hari istirahat bukan untuk bermalas-malasan, tetapi karena kita memerlukan hari Sabat itu.

Akan tetapi selain dari pada istirahat dan tidak melakukan pekerjaan, hari Sabat adalah hari untuk melakukan sesuatu yang berbeda: berfokus pada Elohim, beribadah dan mengadakan persekutuan dengan anggota jemaat lainnya (Ibrani 10:24-25), berdoa, belajar Alkitab dan merenungkannya.

Hari Sabat adalah hari penguat ikatan keluarga, hari untuk mengapresiasi ciptaan dan melakukan pekerjaan baik, barangkali mengunjungi janda-janda dan yatim piatu (Yakobus 1:27). Hari Sabat sebaiknya merupakan hari yang mulia yang menyenangkan, hari untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan rutin atau kesenangan sendiri (hobi), tetapi menghormati Elohim dan berusaha menyenangkan Dia dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berkenan kepada Dia (Yesaya 58:13-14).

Kami memilliki banyak sumber bacaan untuk menolong anda mempelajari apa yang dikatakan Alkitab tentang hari Sabat dan mengapa berkat Elohim ini begitu diabaikan hari ini.

Silakan menghubungi kami apabila anda mempunyai pertanyaan dengan menggunakan tautan “Ask a Question” di bawah ini. Semoga anda memperolah yang terbaik melalui pelajaran Perintah Keempat ini dan hari Sabat kudus Elohim.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Ketiga: Jangan Menyebut Nama YAHWEH, Elohimmu, Dengan Sembarangan

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/profanity-third-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Perintah Ketiga itu melarang ucapan yang tak senonoh, sumpah dan kutuk: “Jangan menyebut nama YAHWEH, Elohimmu, dengan sembarangan.” Tetapi kita hendaknya menghormati namaNya.

 

 

 

 

 

 

Perintah Ketiga itu bukan saja sebagai perintah tentang bagaimana kita berucap – tetapi itu juga perintah tentang bagaimana kita bersikap. Tidak memperlakukan nama Elohim itu dengan sembarangan mewajibkan kita lebih dari sekedar menggunakan kata-kata yang benar.

Apakah salah untuk “bersumpah demi Elohim”?

Yesus Kristus menyatakan hal itu dengan jelas bahwa Elohim tidak menghendaki kita untuk bersumpah atas apapun, tetapi kita harus benar dalam segala hal dan memperbaiki reputasi kejujuran kita untuk dapat dipercaya. Untuk itu, orang Kristen sebaiknya tidak menegaskan pernyataan apapun dengan mengatakan “saya bersumpah demi Elohim,” tetapi berkata “Ya’ jika ‘Ya’” dan jika ‘”Tidak,’ ‘Tidak’” (Matius 5:37).

Perintah Ketiga ini dicatat di Keluaran 20:7: “Jangan menyebut Nama YAHWEH, Elohimmu, dengan sembarangan; karena YAHWEH akan memandang bersalah orang yang menyebut NamaNya untuk kesia-siaan.” Perintah ini juga diulangi di Ulangan 5:11.

Tidak menyebut nama Elohim sembarangan berarti tidak memandang itu rendah dan tidak pernah menggunakan nama kudus Elohim itu secara gampang atau dengan kutukan yang penuh kebencian! Barangkali inilah yang paling umum terjadi dan yang merupakan perlakuan dosa sekarang ini, sebagaimana kata-kata kotor terciprat di hampir setiap musik, televisi dan film. Tetapi Elohim menyuruh kita untuk tidak menggunakan kata-kata hujat dan bahasa kotor, tetapi hendaknya memberkati, dan tidak mengutuk.

Rasul Paulus menuliskan kepada orang Kristen di Kolose, “Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu” (Kolose 3:8). Dia juga memberikan instruksi yang mirip kepada jemaat di Roma, “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk” (Roma 12:14).

Satu lagi bentuk yang sudah umum digunakan orang untuk menyebut nama Elohim dengan sembarangan ialah dengan menggunakan eufenisme [kata-kata yang menghaluskan kata asli] terhadap namaNya.

Menghormati Elohim dan merepresentasikan Dia dengan benar

Daripada memperlakukan namaNya sembarangan, kita harus menghormati Elohim dan merepresentasikan namaNya dengan benar dan baik. 

Yesus Kristus menyuruh pengikutNya untuk memberikan teladan yang benar sehingga orang akan memuliakan nama Elohim. “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:14-16).

Yesus berkata kepada kita bahwa nama Elohim harus “dikuduskan” di dalam doa kita. Jelasnya, Paulus memperingatkan kita bahwa perbuatan salah yang kita lakukan bisa memfitnah nama Elohim: “Engkau yang bermegah di dalam hukum Taurat, mengapa engkau menghina Elohim dengan melanggar hukum Taurat? Sebab seperti ada tertulis: Nama Elohim telah dihujat di antara bangsa-bangsa oleh karena kamu” (Roma 2:23-24, menyinggung ayat bacaan di Perjanjian Lama seperti Yesaya 52:5 dan Yehezkiel 36:22).

Yesus memperingatkan kita untuk tidak menggunakan nama Elohim jika tidak menuruti perintahNya.

“Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:21-23).

Dia juga mencela kemunafikan orang-orang yang perkataannya baik-baik tetapi yang hatinya dan perbuatannya sangat berbeda:

“Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (Matius 15:8-9).

Jadi, bahkan kata-kata terhormatpun bisa digunakan dengan sia-sia oleh mereka yang kehidupan atau sikapnya tidak punya respek terhadap jalan hidup Elohim.

Doa dan pujian, bukan hujatan atau kata-kata kotor

Yesus memerintahkan kita untuk “menguduskan” nama Elohim dalam doa kita (Matius 6:9). Ini diterjamahkan “kept holy” [tetap dikuduskan] di dalam Alkitab terjemahan modern. 

Kitab Mazmur dan banyak juga pada kitab lain di dalam Alkitab memberi contoh pujian dan hormat yang dipersembahkan kepada nama Elohim. Berikut ini beberapa kutipan: 

  • “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya namaMu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan” (Mazmur 8:2).
  • “Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan namaNya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!” (Mazmur 29:1-2).
  • “Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah namaNya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” (Mazmur 103:1-5).
  • “Terpujilah Nama Elohim selama-lamanya, karena hikmat dan kuasa adalah milikNya. Dia yang mengubah waktu dan musim. Dia yang memberhentikan dan mengangkat para raja. Dia yang mengaruniakan hikmat kepada orang bijak dan pengetahuan kepada orang yang memiliki pengertian. Dia mengungkapkan hal yang mendalam dan rahasia. Dia mengetahui apa yang ada di dalam kegelapan, dan terang ada padaNya” (Daniel 2:20-22).
  • "Jiwaku mengagungkan TUHAN, dan rohku bersukaria karena Elohim Juruselamatku” (Luke 1:46-47).
  • "Ya TUHAN, Engkau layak menerima kemuliaan dan hormat dan kuasa, karena Engkau telah menciptakan segala sesuatu, dan oleh kehendak-Mu semua ada dan telah diciptakan" (Wahyu 4:11).

Memuliakan nama Elohim

Mazmur 34:3 mengatakan, “Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan namaNya!”

Ayat ini merupakan satu di antara enam yang terdapat di dalam Mazmur dan tujuh dengan  kitab lain di dalam Alkitab dimana kita disuruh untuk memuliakan Elohim, atau dimana perkataan memuliakan digunakan untuk nama Elohim. Akan tetapi apa sesungguhnya arti perkataan memuliakan itu? Bagaimana kita melakukannya?

Pernahkah anda bertanya apa maksudnya bagi kita, orang mortal [jasmani], makhluk manusia yang penuh kelemahan, untuk memuliakan nama Elohim? Untuk memuliakan Dia dan untuk memuji namaNya? Kita tidak mempunyai kemuliaan untuk kita berikan kepada Dia, dan tidak punya berkat untuk kita berikan kepada Dia.

Jadi mengapa kita harus memuliakan Elohim? Yang pasti bukan untuk membuat Elohim semakin besar! Dan bukan karena Dia membutuhkan pujian kita dan pemuliaan kita.

Tetapi semua itu untuk kebaikan kita sendiri. Kita manusia adalah orang-orang yang berpandangan dangkal dan memerlukan kemuliaan untuk menolong kita melihat dan mengingat apa yang Dia telah karuniakan dan sedang kerjakan bagi kita.

Kitab Ayub menolong kita melihat ini. Ayub 36:24-25 adalah sebuah pernyataan Elihu tentang Elohim, dan hal itu merupakan awal di mana Elohim akan berbicara kepada Ayub di bab-bab kitab Ayub berikutnya.

“Ingatlah, bahwa engkau harus menjunjung tinggi perbuatanNya, yang selalu dinyanyikan oleh manusia. Semua orang melihatnya, manusia memandangnya dari jauh”

Ini menjelaskan mengapa kita perlu memuliakan Elohim dan pekerjaanNya – sebab kita ini manusia terbatas, tidak mampu melihat apa yang bakal terjadi, kita jauh dari Dia. Sepertinya kita butuh teleskop untuk melihat apa yang jelas pada diri kita. Kita perlu melakukan pembesaran namaNya, bukan karena Elohim itu kecil, tetapi karena kacamata rohani kita begitu buruk.

Kaca mata pembesar itu juga sangat menolong kita untuk mengapresiasi ciptaan fisik Elohim. Seorang juru potret pada abad ke-20 yang bernama Roman Vishniac berkata:

“Segala sesuatu yang dibuat tangan manusia nampaknya mengerikan di bawah kaca pembesar – mentah, kasar, dan asimetris [tidak simetris]. Tetapi alam [atau saya sebut itu ciptaan Elohim] dalam setiap segi kehidupan amat indah.

Dan semakin kita memuliakan namaNya, maka semakin nyata, secara lebih jelas, seperti sederetan kotak di dalam kotak yang semakin besar dan semakin besar hingga tak terhingga.”

Dengan demikian, pada kedua level inilah – baik fisik maupun rohani – yang harus kita lakukan untuk kebaikan kita sendiri, yang dikehendakiNya bagi kita, yakni untuk memusatkan pikiran kita pada pemuliaan namaNya. Kita memerlukan itu.

Dan Dia tentu patut menerima segala pujian dan kemuliaan dan hormat serta pemuliaan namaNya!

Berdoa dalam nama Yesus

Sungguh menakjubkan bahwa Yesus Kristus memberi keistimewaan kepada para pengikutNya untuk berdoa dengan menggunakan namaNya! “Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya" (Yohanes 14:14).

Kita tidak boleh menyalahgunakan keistimewaan ini dengan menganggap itu seperti “Bim Sala Bim” seorang pesulap. Kita meminta di dalam namaNya hanya menurut kehendakNya, bukan kehendak kita sendiri.   

Sebagaimana rasul Yohanes menuliskan, “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepadaNya” (1 Yohanes 5:14-15).

Daripada menggunakan kata-kata yang tidak pantas, “Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan ataupun perbuatan, lakukanlah semuanya dalam Nama Tuhan YESUS, dan ucapkanlah syukur kepada Elohim Bapa kita, melalui Dia” (Kolose 3:17).

Janganlah bersumpah demi apapun

Di dalam pemuliaan namaNya untuk maskud rohani hukum Elohim yang diuraikan pada Khotbah di Bukit Zaitun itu, Yesus menetapkan standar untuk orang Kristen. Orang Kristen tidak boleh bersumpah; setiap perkataan mereka harus selalu benar seperti halnya mereka mengambil sumpah.

"Kamu juga sudah mendengar, bahwa kepada mereka pada zaman dahulu telah dikatakan: Jangan bersumpah palsu, tetapi penuhilah janjimu di hadapan TUHAN. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi surga, karena itu adalah takhta Elohim, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;

“Janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Matius 5:33-37).

Yakobus mengulangi pernyataannya di dalam suratnya: “Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman” (Yakobus 5:12).

Hal ini tentu saling melengkapi dengan Perintah Kesembilan terhadap “Jangan berdusta.”

Kuasa nama Elohim

Nama Elohim sendiri merepresentasikan diri Elohim Sang Pencipta yang Mahakuasa, dan ada kuasa di dalam namaNya yang kudus. Setelah Yesus mengutus 70 murid, mereka kembali dan berkata, ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu’” (Lukas 10:17).

Melihat dunia yang semakin jahat ini, nabi Yesaya berseru kepada Elohim untuk memperlihatkan kuasaNya:

“Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun, sehingga gunung-gunung goyang di hadapanMu – seperti api membuat ranggas menyala-nyala dan seperti api membuat air mendidih--untuk membuat namaMu dikenal oleh lawan-lawanMu, sehingga bangsa-bangsa gemetar di hadapanMu” (Yesaya 64:1-2).

Daniel juga berdoa untuk campur tangan kuasa Elohim:

“Ya Tuhan, dengarkanlah, ya Tuhan, ampunilah, ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah. Biarlah Engkau tidak berlama-lama, ya Elohimku; karena NamaMu disebut di atas kotaMu dan di atas umatMu” (Daniel 9:19).

Mereka yang terpanggil dengan nama Elohim diberi tanggung jawab besar untuk merepresentasikan namaNya dengan benar, tetapi mereka juga mendapat berkat besar yang menakjubkan akan perlindungan Elohim karena mereka adalah milik kepunyaanNya.

Pada akhirnya ketika kuasa Elohim dicurahkan dan Dia datang mengintervensi untuk menyelamatkan umat manusia dari kemusnahan diri sendiri, malaikatNya akan menyanyikan nyanyian nubuat ini:

"Besar dan ajaiblah karyaMu, ya TUHAN, Elohim Penguasa Semesta, adil dan benarlah segala jalanMu, ya Raja orang-orang kudus. Siapakah yang tidak hormat akan Engkau dan tidak memuliakan NamaMu, ya TUHAN? Sebab hanya Engkaulah yang kudus. Segala bangsa akan datang dan menyembah di hadapanMu, sebab kebenaranMu telah dinyatakan" (Wahyu 15:3-4).

Kemudian semua orang akan mengetahui dan memuliakan nama Elohim!

Untuk menerapkan Perintah Ketiga itu hari ini, kita perlu untuk tidak memperlakukan namaNya sembarangan atau dengan memakai kata-kata yang tidak senonoh, tetapi kita harus menghargai dan menghormatinNya.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apakah OK Memakai Tanda Salib? Mengapa? atau Mengapa Tidak?

oleh Erik Jones

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/idolatry-second-commandment/is-it-okay-to-wear-a-cross/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Mengapa kita tidak menggunakan salib – yang melambangkan penyaliban Kristus – sebagai lambang iman kita? Seharusnyakah salib itu menjadi lambang iman anda?

 

 

 

 

 

Lambang salib digunakan di seluruh dunia ini untuk merepresentasikan Kristus dan Kekristenan. Akan tetapi, apabila anda berkunjung kepada kongregasi atau jemaat Church of God, a Worldwide Association, (yang mensponsori situs ini), dan menemui anggotanya, anda akan mengetahui bahwa mereka tidak memakai atau memperlihatkan tanda salib untuk menunjukkan iman mereka. Anda juga mungkin akan memperhatikan bahwa salib tidak diperlihatkan pada situs ini atau di publikasi-publikasi lainnya – meskipun kami adalah orang Kristen. Kami percaya dalam keilahian Yesus Kristus dan menyatakan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kami dan Kepala Jemaat kami (Kolose 1:18).

Jadi mengapa kita tidak menggunakan tanda salib – sebagai sesuatu yang khas melambangkan penyaliban Yesus Kristus – sebagai lambang iman kita? Sebaiknyakah anda menggunakan salib itu sebagai tanda iman anda?

Alkitab anda dan sejarah memberikan jawaban-jawaban untuk pertanyaan ini.

Salib itu mendahului zaman Kekristenan

Penelitian tentang sejarah kuno menyingkapkan bahwa salib digunakan sebagai lambang keagamaan jauh sebelum abad pertama Masehi – ketika Yesus Kristus hidup di dunia ini, disalibkan dan bangkit kembali. Alkitab tidak mencatat penggunaan salib sebagai suatu lambang fisik keagamaan baik di dalam Perjanjian Lama ataupun di Perjanjian Baru. Tetapi catatan sejarah menunjukkan bahwa dari peradaban sungguh memberikan catatan bahwa salib itu merupakan sebuah lambang keagamaan.

Ensiklopedi Britannica, edisi ke-11, mencatat: “Dari bentuk kesederhanaannya, salib itu telah digunakan baik sebagai lambang keagamaan maupun sebagai sebuah ornamen, dari awal peradaban manusia. Berbagai objek, mulai dari periode sebelum era Kekristenan, salib itu telah ada dalam bermacam-macam model dan bentuk, di hampir setiap belahan dunia ini” (Vol.7, hal. 506).  

George Willard Benson, dalam bukunya yang berjudul The Cross: Its History and Symbolism, menuliskan: “Beberapa abad sebelum era Kristen salib-salib kuno digunakan sebagai  lambang penganut paganisme [penyembah berhala]. Salib-salib ini ditemukan terukir pada batu jauh sebelum era  Kekristenan” (hal. 16). Itu adalah fakta sejarah bahwa salib telah digunakan sebagai lambang agama penyembah berhala pada zaman kuno. Penelitian lebih lanjut menyingkapkan bahwa salib dapat ditemukan di dalam agama kuno Babelonia, India, Syria, Mesir, Roma dan budaya-budaya paganisme kuno lainnya. 

Alkitab jelas menyatakan bahwa Elohim melarang praktek-praktek sinkretisme – yakni mencampur adukkan ibadah kepada Elohim sejati dengan elemen-elemen paganisme atau kepercayaan penyembah berhala. Ulangan 12:29-32 secara tegas menyatakan bahwa penyembah-penyembah Elohim sejati harus berhati-hati untuk tidak mencoba beribadah kepadaNya dengan cara yang dilakukan oleh agama penyembah berhala itu. Itu sangat jelas, berdasarkan sejarah, bahwa banyak adat istiadat atau agama-agama yang menggunakan salib dalam beribadah kepada allah palsu mereka. 

Salib diadopsi setelah Alkitab

Salib sebagai simbol fisik juga tidak ada disebut di dalam Perjanjian Baru. Alkitab tidak mengatakan sesuatu apapun tentang rasul-rasul atau orang Kristen pada permulaan abad yang merepresentasikan iman mereka dengan memperlihatkan salib-salib. Sejarah mencatat bahwa salib tidak diadopsi sebagai lambang pengajaran di dalam Kekristenan hingga kira-kira 300 tahun setelah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Ensiklopedi Britannica mencatat: “Itu tidak terjadi hingga zaman Constantine bahwa salib itu digunakan secara publik sebagai simbol agama Kristen.  … Di bawah pemerintahan Constantine hal itu menjadi simbol Kekristenan yang diakui” (11th edition, Vol 7, p. 506). Constantine the Great memerintah dalam pemerintahan Kekaisaran Romawi lebih dari 250 tahun setelah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Tidak perlu dengan sebuah salib

Banyak orang merasa heran dalam mempelajari bahwa Alkitab sebenarnya tidak menjelaskan secara spesifik bahwa Yesus disalibkan pada kayu salib. Meskipun perkataan “salib” banyak digunakan disebagian besar terjemahan Alkitab Perjanjian Baru, penting kita ingat bahwa Perjanjian Baru itu asalnya ditulis dalam bahasa Yunani.

Kata yang umumnya diterjemahkan “cross” dalam Bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani stauros. Menurut buku Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Word, perkataan stauros ini berarti “an upright pale or stake” [sebuah tiang yang berdiri tegak]. Rujukan kuno pada perkataan alkitabiah ini juga menyatakan: “Baik kata benda maupun kata kerja stauroo, yakni mengikatkan atau memancangkan pada sebuah tiang, asal penggunaanya ialah untuk membedakannya dari bentuk kedua balok salib itu” (hal. 248). Teolog E.W. Bullinger juga mencatat perpedaan ini pada halaman lampiran 162 dari buku The Companion Bible: “Bahasa Inggris ‘cross’ adalah terjemahan dari bahasa Latin crux (kruks); tetapi bahasa Yunani stauros tidak lagi berarti sebuah crux tetapi cenderung berarti “stick’ yang artinya ‘crutch [penopang].’”

Meskipun mungkin bahwa Kristus disalibkan pada sebuah tiang balok yang tidak bersilang, kita tidak secara absolut yakin seperti apa bentuk alat itu. Orang Romawi menggunakan penyaliban dalam segala bentuk – kadang-kadang dalam bentuk tonggak berdiri, kadang-kadang pada sebuah salib bersilang dan kadang-kadang hanya menyalibkan kriminal pada pohon. Bentuk stauros [tonggak kayu] tidak penting. Apa yang penting ialah makna dan pesan dari kematian Kristus untuk membayar penalti dosa seluruh umat manusia (1 Petrus 2:24).

Menyembah Elohim dalam roh dan kebenaran

Alkitab melarang kita untuk menggunakan ikon-ikon fisik sebagai sesuatu yang merepresentasikanNya dan beribadah kepada Dia yang adalah Elohim sejati. Perintah Kedua secara jelas menyatakan: “Jangan membuat bagimu patung berhala” (Keluaran 20:4). Elohim tidak menghendaki orang-orang pilihanNya untuk menggunakan ikon-ikon, gambar atau sesuatu apapun untuk merepresentasikan Dia. Yesus Kristus mengajarkan kita bahwa, “Elohim itu Roh, dan mereka yang menyembah Dia harus menyembah dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:24).

Berdasarkan alasan-alasan di atas, anggota jemaat Church of God, a Worldwide Association, tidak menggunakan salib sebagai objek atau sebagai simbol keimanan untuk beribadah kepada Tuhan. Kami percaya bahwa kami harus menyembah Elohim “dalam roh dan kebenaran” – berfokus pada kebenaran rohani FirmanNya dan tidak mencoba merepresentasikan Dia melalui penggunaan objek fisik apapun. Kami berfokus pada kebesaran atau kemuliaan kebenaranNya yang luarbiasa akan penyaliban Yesus Kristus – bahwa karena penderitaan dan kematian Kristus kita dapat beroleh pengampunan dosa dan diperdamaikan dengan Elohim (Roma 5:8-11).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Kedua: Jangan Membuat Bagimu Patung Berhala

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/idolatry-second-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Mengapa Elohim memerintahkan kita untuk tidak membuat berhala atau apa yang menyerupai Dia pada Perintah Kedua? Bagaimana perintah penyembahan berhala ini berlaku hari ini?

 

 

 

 

Mengapa Perintah Kedua ini masih berlaku hingga hari ini di dalam masyarakat dimana patung pahatan buatan tangan ini merupakan sesuatu hal di masa lampau? Perintah ini menjaga kita untuk tetap fokus tidak hanya pada apa yang sedang kita sembah, tetapi juga bagaimana pikiran kita pada apa yang sedang kita sembah.

Perintah Kedua terhadap berhala ini terdapat di Keluaran 20:4-6

“Jangan membuat bagimu patung berhala, yang menyerupai apa pun yang ada di langit, di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Engkau tidak boleh sujud kepada mereka atau melayani mereka, karena Akulah YAHWEH, Elohimmu, adalah Elohim yang cemburu, yang memperhitungkan kesalahan bapa-bapa kepada anak-anaknya, kepada generasi ketiga dan keempat dari mereka yang membenci Aku; dan menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan kepada mereka yang menuruti perintah-perintahKu.”

Apa itu patung berhala

Alkitab versi King James menggunakan Bahasa Inggris kuno yang masih banyak digunakan orang hingga hari ini:

“Jangan membuat bagimu patung berhala, yang menyerupai apa pun yang ada di langit, di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi” (Keluaran 20:4).

Tetapi apa itu patung pahatan? Alkitab versi King James menerjemahkan itu “carved image,” [patung pahatan] dan banyak terjemahan Bahasa Inggris modern lainnya menggunakan kata idol [berhala]. Itu diterjemahkan dari bahasa Ibrani pecel. Ini berarti patung pahatan atau berhala.

Di dalam bacaan-bacaan ayat Alkitab seperti di Yesaya 44:15 itu merujuk pada sebuah patung pahatan dari kayu, tetapi hal itu juga digunakan dari bahan metal seperti di Yesaya 44:10. Bahasa Ibrani yang berbeda (maccekah) lebih spesifik digunakan untuk sebuah patung dari metal, yang disebut “molten image” [patung tuangan] (KJV) atau juga disebut “molded image” (NKJV). Ini juga memiliki arti yang cocok dengan yang disebutkan di dalam Perintah Kedua (Ulangan 27:15).

Apa arti Perintah Kedua?

Elohim memerintahkan kita untuk tidak membuat berhala atau apa pun yang menyerupai Dia. Tidak ada sesuatu apa pun yang bisa kita lakukan untuk membandingkan Elohim yang Mahakuasa – buatan tangan manusia akan hanya memberi kita sebuah karya palsu dari Elohim yang sebenarnya. Kita tidak boleh menggunakan patung, gambar, perhiasan atau apa pun untuk merepresentasikan Elohim atau sebagai sebuah alat fisik untuk menolong kita beribadah kepada Dia.

Apakah salib itu merupakan sebuah “graven image”? [patung berhala] atau “yang menyerupai”? Untuk informasi selanjutnya, artikel kami yang berjudul “Is It Okay to Wear a Cross? Why or Why Not?" [Apakah OK jika kita memakai tanda salib? Mengapa? atau Mengapa Tidak?] akan dimuat pada situs ini.

Perintah Kedua, juga tentu, melarang pemujaan berhala-berhala agama paganisme yang tidak  memiliki keilahian sama sekali. Daud memberikan perbedaan secara kontras antara Elohim Pencipta yang hakiki dengan allah palsu yang tidak memiliki kuasa apa-apa: “Sebab besarlah YAHWEH dan sangat terpuji, dan Dia ditakuti oleh semua ilah. Sebab semua ilah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi YAHWEH-lah yang telah menjadikan langit” (1 Tawarikh 16:25-26).

Rasul Paulus setuju bahwa patung-patung berhala itu tidak punya apa-apa, tetapi dia juga menunjukkan bahwa “apa yang dikurbankan bangsa-bangsa, mereka mengurbankannya kepada roh-roh jahat dan bukan kepada Elohim dan aku tidak ingin bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat” (1 Korintus 10:20).

Elohim yang cemburu

Mengapa Elohim menyebut DiriNya “Elohim yang cemburu” (Keluaran 20:5)? Elohim sungguh mengasihi kita, dan Dia tahu bahwa apabila kita memilih untuk beribadah kepada allah lain atau menolak jalan hidupNya yang Dia ajarkan kepada kita, kita akan menyakiti diri kita sendiri. Ketika kita tidak setia kepada Dia, kita menghancurkan hubungan kita dengan dia, dan ini membuat Dia cemburu. Akan tetapi kecemburuan kasihNya tidak pernah serupa dengan kecemburuan atau iri hati yang dimiliki manusia. 

Gambar dan rupa Elohim

Jelasnya kita tidak boleh menyembah pahlawan manusia atau bintang-bintang atau mengasihi diri kita sendiri dengan istilah “narcissistic self-love” [mencintai diri sendiri secara berlebihan]. Tetapi ada pengertian bahwa manusia merupakan gambar dan rupa Elohim. 

Pada saat penciptaan, Elohim berfirman: “Lalu Elohim berfirman, "Biarlah Kita menjadikan manusia dalam citra dan rupa Kita, dan biarlah mereka berkuasa atas ikan di laut, atas burung di udara, atas ternak, dan atas seluruh bumi, dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Maka Elohim menciptakan manusia dalam citraNya, dalam citra Elohim mereka telah diciptakan laki-laki dan perempuan” (Kejadian 1:26-27).

Elohim menghendaki kita menjadi sama seperti Dia dalam karakter, kasih, pilihan, sikap dan pendekatan. Kita harus membiarkan Kristus hidup di dalam kita – dan kita berjuang untuk selalu hidup sama seperti Dia (Galatia 2:20; 1 Yohanes 2:6; 1 Petrus 2:21). Kita harus menjalani hidup dengan hidup yang saleh dan merefleksikan terang Elohim “supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:16). 

Berhala dan Perintah Kedua di zaman sekarang

Bagaimana penerapan Perintah Kedua ini pada abad modern ini, yakni dunia materialistis ini? Sekarang ini orang-orang masih cenderung menyembah atau beribadah pada ciptaan atau buatan tangan sendiri (Yeremia 1:16). Penyembahan berhala sering dihubungkan dengan “coveting”  –  ketamakan atau keinginan untuk memiliki kekayaan dan ketenaran yang lebih dari pada yang di miliki orang lain.   

Ketamakan itu juga adalah penyembahan berhala

Rasul Paulus memperingatkan, “Sebab, kamu tahu bahwa setiap orang cabul atau yang cemar atau orang serakah, yaitu penyembah berhala, tidak memiliki warisan dalam Kerajaan Kristus dan Elohim” (Efesus 5:5). Dia juga menyapa jemaat-jemaat di Kolose, “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kolose 3:5).

Ketika kita menaruh hasrat dan keinginan terhadap hal-hal yang bersifat fisik – uang, rumah, mobil, kapal, apa saja – di atas kepentingan Elohim, kita menciptakan apa yang Dia sebut berhala di dalam hati kita. "Hai anak manusia, orang-orang ini sudah menaruh berhala-berhala mereka di dalam hatinya, dan menaruh batu sandungan di wajah mereka oleh karena kejahatannya. Apakah Aku sungguh-sungguh diperlukan oleh mereka?” (Yehezkiel 14:3).

Dunia modern kita saat ini sungguh lekat pada penyamaan keberhasilan dan kebahagiaan  dengan kekayaan materi, dengan demikian kita harus berjuang melawan berhala dimana kita mengingini apa yang kita tidak bisa raih atau yang kita sebaiknya tidak miliki.

Menyembah Elohim dalam roh dan kebenaran

Elohim tidak ingin Dia disembah seperti penyembahan orang-orang paganisme (Ulangan 12:29-32). Kita juga diperingatkan untuk tidak menyembah malaikat atau orang-orang suci (Kolose 2:18; Wahyu 19:10). Sebaliknya, kita harus menyembah Elohim dalam roh dan kebenaran.

Sebagaimana Yesus berbicara kepada perempuan Samaria itu: “Namun akan segera tiba waktunya, dan itu adalah sekarang, penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, karena Bapa mencari penyembah-penyembah yang demikian. Elohim itu Roh, dan mereka yang menyembah Dia harus menyembah dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23-24).

Kita tidak boleh menyembah suatu ciptaan. Sebaliknya, ciptaan itu hendaknya menolong kita untuk mengapresiasi Sang Pencipta yang maha agung.

Rasul Paulus menuliskan: “Karena apa yang tidak kelihatan sejak penciptaan dunia, yaitu kuasaNya yang kekal dan kedudukanNya sebagai Elohim, sekarang tampak jelas dan dapat dimengerti dari hasil karyaNya, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab, sekalipun telah mengenal Elohim, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Elohim atau mengucap syukur kepadaNya, sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia, dan hati mereka yang bebal telah digelapkan. Dengan mengaku diri bijak, mereka menjadi bodoh, dan menukar kemuliaan Elohim yang kekal dengan gambar manusia yang fana dan burung-burung dan binatang berkaki empat serta binatang melata” (Roma 1:20-23).

Sungguh mempesona bila kita membaca tulisan Paulus bagaimana dia menjelaskan hal ini kepada filsuf paganisme atau penyembah berhala di Atena, dengan menggunakan analogi bahwa Elohim yang hakiki itu adalah Dia yang mereka sebut Elohim yang tidak dikenal. “Elohim yang telah menjadikan dunia dan segala isinya, yaitu Tuhan atas langit dan bumi, Dia tidak tinggal di dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, tidak pula dilayani oleh tangan-tangan manusia seolah-olah Dia membutuhkan sesuatu. Sebaliknya Dialah yang memberikan kepada kita semua: kehidupan dan napas, bahkan segala sesuatu” (Kisah Para Rasul 17:24-25; bacalah seluruh bacaan yang terdapat di ayat 22-31).  

Kita tidak boleh membiarkan hal-hal yang bersifat fisik meredupkan pemahaman dan ibadah kita terhadap Elohim Sang Pencipta. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Yesus di dalam Perjanjian Lama?

oleh Erik Jones

https://lifehopeandtruth.com/god/who-is-jesus/christ-was-the-god-of-the-old-testament/

Sebagian besar orang menghubungkan Yesus dengan Perjanjian Baru, tetapi apakah Dia juga di dalam Perjanjian Lama? Apakah Yesus sungguh merupakan Elohim yang berinteraksi dengan umat manusia di dalam Perjanjian Lama itu?

 

 

 

 

 

Siapa Elohim yang berbicara di dalam Perjanjian Lama itu?

Alkitab menunjukkan bahwa Dia yang kemudian datang ke bumi ini sebagai Yesus Kristus adalah Elohim yang berinteraksi dengan orang Israel di Perjanjian Lama. (Elohim Bapa juga disebut di dalam Perjanjian Lama, tetapi tidak memperlihatkan DiriNya kepada manusia).

Ketika orang membaca ayat Kitab Suci di Perjanjian Lama, mereka mengira Elohim itu kejam dan pendendam. Pandangan ini barangkali hanya didasari pada bacaan kisah-kisah terkenal dari Perjanjian Lama itu.  

Contoh-contoh Perjanjian Lama digunakan untuk memberi gambaran bahwa Elohim itu kejam:

  • Elohim menghalau Adam dan Hawa dari Taman Eden dan membinasakan bumi ini melalui air bah.
  • Dia menulahi Mesir pada zaman dahulu.
  • Dia menyuruh orang Israel membasmi orang Kanaan melalui perang.
  • Dia menghukum Israel dan Yehuda dengan membuang mereka menjadi tawanan bangsa-bangsa lain.

Banyak orang menginterpretasikan semua ini sebagai tindakan dari seorang Elohim yang kejam untuk membalas dendam demi keadilan.

Contoh-contoh Perjanjian Baru yang digunakan untuk mendeskripsikan Yesus yang lemah lembut

Pada sisi lain, banyak yang telah melihat Yesus di dalam Perjanjian Baru sebagai sosok yang sangat berbeda. Ayat-ayat Perjanjian Baru memperkenalkan Yesus Kristus, sebagai Anak Elohim, yang mengajar tentang kasih terhadap sesama, menunjukkan belas kasihan, menyembuhkan banyak orang, dengan lemah lembut memangku anak-anak dan mengorbankan hidupNya sebagai persembahan untuk menyelamatkan orang dari penalti dosa.

Dengan membandingkan contoh-contoh ini, beberapa orang telah menyimpulkan bahwa Elohim Perjanjian Lama itu adalah Elohim Bapa – Elohim yang kejam dalam menetapkan keadilan, penghakiman dan hukuman. Dan bahwa Elohim Perjanjian Baru itu adalah Yesus, Anak – adalah Elohim yang pengasih, baik dan penuh belas kasihan.

Beberapa orang bahkan percaya bahwa Yesus datang untuk menengahi antara kita dengan Elohim Bapa – yang pada dasarnya untuk menyelamatkan kita dari larangan hukum-hukumNya dan kehendakNya untuk menghukum kita atas dosa kita!

Tetapi apakah Elohim itu berbeda di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? 

Sebenarnya, apabila kita mempelajari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru secara seksama, kita akan menemukan bahwa stereotype [prasangka subjektif] itu tidak benar dan akurat. Di dalam Perjanjian Lama, Elohim digambarkan bahwa Dia baik, pengasih dan lemah-lembut (Ulangan 10:18; Mazmur 86:5; Yesaya 40:11). Di dalam Perjanjian Baru, Yesus bisa jadi sangat tegas terhadap dosa ketika Dia harus bertindak tegas (Matius 21:12-13; 23:13; Markus 8:33).

Apakah Bapa di Perjanjian Baru adalah Elohim yang kita baca di Perjanjian Lama?

Yohanes menyingkapkan sebuah kebenaran yang mengejutkan tentang Bapa di injil Yohanes 1:18: “Tidak ada seorang pun yang pernah setiap saat melihat Elohim; Putra Tunggal yang bersama Bapa, Dialah yang telah menyatakanNya.”

Yesus juga berkata, “Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suaraNya, rupaNya pun tidak pernah kamu lihat” (Yohanes 5:37).

Dua ayat ini mengajarkan kita sebuah fakta penting: Bapa itu belum pernah secara langsung berbicara kepada siapa pun atau secara langsung dilihat oleh siapa pun.

Tetapi apabila kita membaca seluruh Perjanjian Lama itu, kita akan melihat banyak kejadian ketika Elohim itu dilihat oleh, dan berkomunikasi dengan manusia. Istilah teologi untuk ini adalah theophany. Theophany ialah ketika Elohim mengizinkan DiriNya untuk dilihat atau didengar oleh manusia.

Berikut ini adalah dua contoh theophanies di dalam Perjanjian Lama:

  • “Tetapi, YAHWEH Elohim memanggil Adam dan berfirman kepadanya, ‘Di manakah engkau?’ Adam menjawab: ‘Ketika aku mendengar suara-Mu di taman, aku merasa takut karena aku telanjang, maka aku bersembunyi’” (Kejadian 3:9-10). Adam jelas mendengar suara Elohim.
  • “Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya” (Keluaran 33:11). Musa jelas mendengar dan melihat Elohim.

Ada banyak theophanies yang menunjukkan Elohim berinteraksi secara langsung dengan orang di dalam Perjanjian Lama (Kejadian 2:16-17; 6:13-14; 12:1; 17:1; 18:1; Keluaran 3:4-6; 24:9-11; 33:22-23; Bilangan 12:6-8; Ulangan 4:33; Yeremia 1:4-10).

Kita melihat bahwa di dalam Perjanjian Lama itu satu makhluk ilahi yang menyatakan DiriNya sebagai Elohim dan TUHAN berhubungan langsung dengan orang. Namun, menurut Yesus, makhluk ilahi ini tidak mungkin itu Elohim Bapa karena Yesus secara spesifik berkata bahwa tidak seorang pun yang pernah mendengar atau melihat Bapa.

Yesus juga berkata bahwa salah satu alasan kedatanganNya ke bumi ini ialah untuk “menyatakan” BapaNya (Matius 11:27). Seandainya Bapa sudah dikenal luas oleh bangsa Israel yang telah memperlihatkan DiriNya sepanjang Perjanjian Lama itu, tidak mungkin perlu lagi untuk menyatakanNya! Yesus datang untuk menyatakan BapaNya karena orang tidak mengenal Dia.

Tetapi jika Dia yang menyatakan DiriNya kepada patriark [orang-orang sesepuh] dan Israel di dalam Perjanjian Lama itu bukanlah Elohim Bapa – lalu siapa Dia?

Yesus adalah Elohim yang di Perjanjian Lama itu

Apabila kita mempelajari Alkitab secara seksama kita akan jelas memahami bahwa Elohim yang berinteraksi dengan manusia di dalam Perjanjian Lama itu adalah Dia yang turun ke bumi dan menjadi Yesus Kristus.

Ayat Kitab Suci yang paling jelas untuk ini terdapat di Yohanes 1:1: “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama Elohim, dan Firman itu adalah Elohim.”

Di dalam ayat 14, Firman ini secara jelas disebut sebagai Yesus Kristus: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”

Yesus jelas disebut sebagai Firman. Berikut ini ada tiga hal yang dapat kita pelajari tentang Firman itu (Yesus) dari Yohanes 1:1

  • Dia telah ada dari mulanya – (arti lain, dia sudah ada sebelum segala sesuatu ada). Dia tidak berawal sebab Dia kekal.
  • Dia telah ada bersama yang lain yang kita kenal sebagai Elohim Bapa.
  • Dia sendiri adalah juga Elohim.

Jadi, sebelum Dia dilahirkan melalui Maria, Yesus adalah “Firman.” Tetapi apa yang dijelaskan titel ini kepada kita tentang Yesus sebelum kelahiranNya sebagai manusia?

“Firman” di dalam Yohanes 1:1 diterjemahkan dari bahasa Yunani Logos, yang artinya “sebuah perkataan” atau “sesuatu yang dikatakan” (Strong’s Greek Dictionary). Definisi ini mencakup kedua-duanya: pikiran dan perkataan yang diucapkan  

Titel ini memberi pengertian ketika kita menghubungkannya ke ayat-ayat Kitab Suci yang telah kita telusuri tentang Elohim Perjanjian Lama itu yang berkomunikasi dengan manusia. Dialah makhluk yang berbicara itu.

Firman itu adalah, pada dasarnya, Dia yang melayani sebagai spokesman on behalf of the Father [juru bicara atas nama Elohim Bapa]. Dia yang bertanggung jawab untuk berkomunikasi akan kehendak BapaNya kepada umat manusia – selama masa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ketika berita atau wahyu Elohim diberikan, itu diberikan melalui Firman itu – yang kemudian menjadi Yesus Kristus – atau melalui malaikat. Elohim Bapa tidak pernah berbicara langsung dengan manusia.

Yesus Kristus menyatakan identitasNya dengan sangat jelas – kadang-kadang bahkan pada situasi yang membahayakan diriNya! Di dalam Yohanes 8 Yesus berkata bahwa Dia mengenal Abraham (ayat 56).

Abraham telah hidup dan mati hampir 2,000 tahun sebelumnya dan Yesus memberikan pernyataan yang menyinggung perasaan orang-orang Yahudi saat itu. Mereka menganggap itu sebagai hujat karena meraka pikir usia Yesus “belum sampai lima puluh tahun” tetapi mengatakan telah mengenal Abraham (ayat 57).

Tetapi jawaban Yesus bahkan lebih mengejutkan mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada" (ayat 58).

Ya, Yesus Kristus menyatakan bahwa Dia telah ada sebelum Abraham. Akan tetapi, dengan mengatakan ini, Yesus juga memberi sebuah isyarat yang lebih jelas tentang DiriNya yang tentu masih dalam ingatan orang-orang Yahudi yang marah itu dan yang mengelilingi Dia. Yesus menyatakan DiriNya sebagai “I AM” [AKULAH AKU]. Ini tentu merupakan titel ilahi Elohim!

Ketika Dia menampakkan diri kepada Musa dari belukar yang sedang terbakar itu, Elohim menyatakan DiriNya sebagai “AKU ADALAH AKU” dan “AKULAH AKU”(Keluaran 3:14).

Apa makna dari nama “I AM” [AKULAH AKU]”?

Dengan mengidentifikasikan DiriNya sebagai “AKULAH AKU,” Yesus menyatakan bahwa Dia telah ada dalam kekekalan.

Yesus Kristus menyatakan DiriNya sebagai Elohim Abraham dan Musa, dan Dia yang menuntun Israel keluar dari tanah Mesir.

Ribuan tahun setelah Yesus menyebut DiriNya “AKULAH AKU,” rasul Paulus meneguhkan identitas Kristus sebagai Elohim yang memimpin Israel di padang gurun di 1 Korintus 10:1-4:

“Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari Batu Karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus”

Elohim yang memberi air minum yang keluar dari batu kepada orang Israel dan yang melindungi mereka setiap hari dan malam adalah Firman itu (yakni Dia yang kemudian menjadi manusia Yesus Kristus).

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang arti nama-nama yang dimiliki Elohim, artikel kami yang berjudul “Names of God.” menjelaskannya.

Elohim menciptakan segala sesuatu melalui Yesus

Sebelum kelahiranNya sebagai manusia, Yesus Kristus itu sendirilah Orangnya yang melaluiNya Elohim menciptakan segala sesuatu. Rasul Paulus menyingkapkan fakta ini dengan sangat jelas di dalam suratnya.

Kita membaca bahwa “Elohim [Bapa] … menciptakan segala sesuatu melalui Yesus Kristus” (Efesus 3:9). Yesus Kristus, yakni Firman itu, di bawah arahan Bapa, menciptakan “segala sesuatu” – alam malaikat, alam semesta dan semua kehidupan fisik.

Kolose 1:16-18 menyingkapkan fungsi dari Firman itu. Tidak hanya “menciptakan segala sesuatu  … yang di sorga dan di bumi ini,” melalui Dia, tetapi juga berkuasa atas seluruh pemerintah dan kekuasaan yang ada di bahwa naungan Bapa. Ini berarti bahwa Kristus memiliki kekuasaan atas seluruh dominion malaikat dan manusia. Dia telah berada “sebelum segala sesuatu” (Dia kekal), dan “segala sesuatu ada di dalam Dia” (ayat 17).

Ini ada dua lagi ayat yang memperkuat kebenaran bahwa Elohim Bapa menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu:

  • “Ada … satu Tuhan, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Korintus 8:6).
  • Elohim … pada zaman akhir ini telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya, yang Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Elohim telah menjadikan alam semesta.

Bagaimana Yesus dan Bapa itu satu

Kita telah membahas sepintas tentang topik yang sangat penting ini. Ada banyak yang kita perlu pahami tentang identitas Elohim Bapa dan Yesus Kristus. Tetapi kebenaran utama untuk memahaminya ialah bahwa Elohim Bapa dan Yesus Kristus, AnakNya, hidup dalam kesatuan harmoni seia sekata.

Itulah yang dimaksudkan Yesus ketika Dia berkata, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). Mereka berbagi dalam satu karakter kasih yang sempurna, kebenaran, belas kasihan dan karunia. Pikiran mereka sama, dan ketika Anak berbicara atas nama BapaNya sebagai Firman itu, Dia dengan sempurna mengkomunikasikan kehendak dan keinginan BapaNya (Yohanes 14:24).  

Meskipun Elohim Bapa tidak berbicara secara langsung kepada orang, Dia disebutkan di dalam Perjanjian Lama (misalnya, baik Bapa maupun Anak adalah nyata di ayat-ayat Alkitab seperti Kejadian 1:26; 11:7; dan Mazmur 110:1. Bapa telah menentukan rencanaNya untuk umat manusia melalui Yesus, dari awal sampai akhir.

Tidak hanya karakter Elohim (Bapa dan Anak) itu konsisten selamanya, ekspektasi Elohim bagi umat manusia juga tetap sama. Sangatlah penting bagi kita untuk mempelajari dan memahami baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru (1 Korintus 10:11; 2 Timotius 3:16). Hukum rohani Elohim – yang diringkaskan dalam 10 Perintah – telah tetap konsisten dan mengikat.

Untuk mempelajari tentang konsistensi karakter Elohim yang kita bisa baca di dalam Alkitab, barangkali anda tertarik melihatnya di infografis pada situs kami “The Consistent Characteristics of God From the Old to New Testament.”

Elohim Bapa dan Yesus Kristus tetap sama “baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8; Maleakhi 3:6)!

Jadi siapa Elohim di dalam Perjanjian Lama itu?

Singkatnya, di sebagian besar tempat, Elohim yang kita baca di dalam Perjanjian Lama itu adalah Dia yang kemudian datang menjadi manusia Yesus Kristus.

Yesus Kristus adalah Dia yang melaluiNya Elohim Bapa menciptakan segala sesuatu, yang berinteraksi dengan manusia seperti Adam dan Musa, dan yang memimpin Israel keluar dari tanah Mesir yang berjalan melalui padang gurun. Dia melakukan segala sesuatu atas nama BapaNya yang dikenal di Perjanjian Baru sebagai Elohim Bapa.

Elohim Bapa adalah penguasa tertinggi di dalam keluarga Elohim dan mengarahkan Firman (Kristus) dalam segala sesuatu yang Dia jadikan. Bapa dan Anak bekerja sama dalam keharmonisan yang sempurna sebagai satu tim.

12 Bukti Bahwa Yesus Kristus adalah Elohim dan Kekal

  1. Yesus adalah Firman yang dari mulanya bersama-sama dengan Elohim dan Firman itu adalah Elohim (Yohanes 1:1-3; Wahyu 19:13).
  2. Yesus telah ada sebelum Abraham dan mengatakan “Aku ada” (Yohanes 8:57-58; 17:5).
  3. Yesus disebut Elohim dan Juruselamat (Titus 2:13).
  4. Hanya Elohim dapat disebut Juruselamat kita (Yesaya 43:11; Hosea 13:4; Titus 3:4; 2 Timotius 1:10).
  5. Tomas mengatakan kepada Yesus, “Tuhanku dan Elohimku” (Yohanes 20:28).
  6. Yesaya menubuatkan bahwa satu dari sebutan Mesias adalah “Elohim Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai” (Yesaya 9:6-7).
  7. Mikha bernubuat bahwa Mesias berasal “from everlasting” [dari kekekalan] – dengan kata lain sudah ada dan selalu ada (Mikha 5:2). 
  8. Tidak ada yang pernah melihat atau mendengar suara Bapa, namun Elohim Perjanjian Lama itu telah dilihat atau didengar oleh beberapa orang, ini artinya makhluk ini adalah Dia yang kemudian telah menjadi manusia Yesus Kristus (Yohanes 1:18; 5:37; 1 Yohanes 4:12; Keluaran 24:9-11).
  9. Anak [Yesus] itu dinyatakan sebagai Elohim (Ibrani 1:8; 5; Lukas 20:41-44).
  10. Yesus adalah Tuhan yang duduk di sebelah kanan Bapa (Mazmur 110:1,5; Lukas 20:41-44).
  11. Yesus Kristus ada sebelum segala sesuatu, dan segala sesuatu ada oleh karena Dia (Kolose 1:15-17)
  12. Yesus adalah Elohim dengan “menyatakan diri dalam rupa manusia” (1 Timotius 3:16).

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa yang Dipercayai Para Rasul Tentang Elohim?

oleh Steve Moody

https://lifehopeandtruth.com/god/who-is-god/apostles-believe-about-god/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Bagaimana pendapat anda tentang Elohim? Sebagai Tritunggal? Apakah anda yakin bahwa apa yang anda percayai itu tentang Elohim sama seperti apa yang dipercayai murid-murid Yesus dan yang diajarkan tentang Elohim?

 

 

 

 

 

Selama berabad-abad setelah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, para teolog, para pendeta dan uskup berdebat tentang pertanyaan yang paling fundamental tentang sifat Elohim Bapa, Elohim Anak dan Roh Kudus.

Apa? Itu harus diperdebatkan? Apakah rasul-rasul tidak mengenal seperti apa Elohim itu dan mengajarkannya kepada orang lain tentang Elohim? Mengapa semua ini tidak mereka  pahami dari sejak awal?

Apa yang telah diteruskan kepada kita hari ini merupakan produk dari berbagai majelis gereja yang dibuat manusia selama ratusan tahun. Tetapi apakah rasul-rasul Elohim itu, yakni mereka yang berjalan dan berbicara dengan Yesus secara pribadi, mengenali “Elohim” itu yang oleh majelis-majelis gereja dideskripsikan kemudian?

Mari sekarang kita lihat surat-surat para rasul dan silakan pahami apa yang mereka sendiri percayai tentang sifat Elohim dan Godhead [Ketuhanan].

Godhead

Ketika rasul-rasul menulis tentang Godhead, apakah mereka menggabarkannya dengan memakai Trinitas? Dari surat-surat mereka kita bisa baca dengan jelas bahwa Godhead terdiri dari Elohim Bapa dan Elohim Anak. Keduanya adalah anggota dari Godhead; dan mereka memahami bahwa Elohim Bapa merupakan Supreme Head [Anggota Tertinggi] dengan kuasa di atas kuasa Anak, walaupun mereka bersatu dan sejalan dalam segala sesuatu di dalam pikiran dan maksud tujuan. Akan tetapi Roh Kudus, tidak disebut di situ sebagai anggota Godhead.

Istilah Godhead hanya disebut tiga kali di versi Authorized Bible – dari versi King James

  • Di kitab Kisah Para Rasul 17:29 Paulus menggunakan theios (Godhead) ketika berbicara tentang Elohim yang hakiki kepada orang-orang Atena. Dari Online Bible Greek Lexicon, theios digambarkan sebagai “nama umum dari ketuhanan atau keilahian sebagaimana digunakan oleh orang-orang Yunani.” Paulus menghubungkan pesannya kepada para pendengarnya (1 Korintus 9:22) dengan memilih perkataan yang akrab kepada orang-orang Yunani dan menggunakan dalam hubungannya dengan dewa-dewa mereka.  Tetapi dia menyingkapkan kebenaran yang signifikan tentang Godhead yang berbeda dengan berhala-berhala paganisme [agama penyembah berhala] yang disembah di sana – dan bahwa Dia adalah Roh dan Dia tidak tinggal di kuil-kuil tangan buatan manusia; Dia adalah pencipta segala sesuatu, yang memberikan hidup dengan kuasa atas kematian, dan bahwa Dia akan menghakimi dunia ini (Kisah Para Rasul 17:24-31). Paulus menggambarkan sifat Elohim (roh), atribut keilahianNya, kekuasaan dan otoritasNya.
  • Di dalam Roma 1:20 Paulus menggunakan perkataan theiotes, yang menggambarkan atribut keilahian Elohim yang dilihat melalui ciptaanNya. KuasaNya yang kekal itu nyata.
  • Di dalam Kolose 2:9 Paulus menggunakan theotes untuk merujuk pada sifat dasar Godhead – keilahian Elohim – ketika berbicara tentang Kristus: “Sebab seluruh kepenuhan Elohim berdiam secara jasmani di dalam Kristus [catatan pinggir lembar Alkitab, “in bodily form” – dalam bentuk tubuh jasmaniah. Itu jelas bahwa Paulus percaya bahwa Yesus Kritus adalah anggota dari Godhead, tetapi dalam cara bagaimana?

Sementara tidak ada sebutan Roh Kudus sebagai satu makluk di dalam Godhead, Paulus memberi sebuah pernyataan yang sangat jelas bagaimana Gereja pada abad permulaan itu memahami Elohim di 1 Korintus 8:5-6:

“Sebab, jika ada yang disebut ilah, baik di langit maupun di bumi, dan memang ada banyak ilah dan banyak tuhan, tetapi bagi kita hanya ada satu Elohim, yaitu Bapa, yang dari padaNya segala sesuatu ada, dan kita ada, juga bagi Dia; dan satu Tuhan, yaitu YESUS Kristus, yang melalui Dia segala sesuatu ada, dan kita ada, juga melalui Dia.”

Dalam ayat bacaan ini Paulus merujuk kepada Elohim Bapa sebagai satu Elohim. Apa yang dia maksudkan dengan frasa “hanya satu Elohim, yaitu Bapa”? Apakah para rasul itu percaya bahwa hanya ada satu anggota di dalam Godhead? Inilah pandangan orang-orang Yahudi, dan ini juga pandangan agama Muslim hari ini. Atau apakah mereka menganggap Bapa itu sebagai Kepala yang Mahatinggi dari keluarga Elohim dan juga Yesus sebagai satu anggota lain dari keluarga ilahi Elohim? Kita perlu mengizinkan Kitab Suci menjelaskan hal ini.

Firman itu yang menjadi manusia – seorang anggota dari keluarga Elohim

Jelas kita baca di Kitab Suci dimana para rasul itu memahami bahwa Yesus adalah Elohim, dan Dia bersama Elohim, sebelum kelahiranNya sebagai manusia. Rasul Yohanes menuliskannya di injil Yohanes 1:1-3, 14

”Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama Elohim, dan Firman itu adalah Elohim. Sejak semula Dia bersama Elohim. Segala sesuatu dijadikan olehNya, dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang telah jadi … Firman itu telah menjadi manusia dan berdiam di antara kita.”

Rasul Yohanes jelas berkata bahwa Firman itu adalah Elohim. Firman itu adalah anggota dari keluarga Elohim yang dikandung di dalam rahim Maria dan dilahirkan sebagai manusia, yakni menjadi manusia darah dan daging, Yesus Kristus (Lukas 1:31-35; Yohanes 1:14). Yohanes juga menjelaskan bahwa Firman itu yang adalah Elohim telah bersama Elohim – Elohim Maha Tinggi – sejak semula. Akhirnya Yohanes juga jelas berkata bahwa segala sesuatu diciptakan melalui Firman itu. Firman itu yang telah menjadi manusia adalah anggota dari keluarga Elohim yang sesungguhnya menciptakan segala sesuatunya (Yohanes 1:10).  

Adalah kebenaran bahwa Firman itu – yang telah menjadi manusia Yesus Kristus – adalah Dia yang menciptakan segala sesuatu merupakan sebuah kebenaran yang penting yang dipahami oleh Jemaat pertama di abad permulaan. Para rasul itu memahami bahwa Elohim Bapa adalah Kepala Tertinggi di dalam keluarga Elohim, dan mereka merujuk kepada Dia sebagai “satu Elohim.” Akan tetapi, mereka mengerti bahwa Firman itu – Yesus Kristus – juga adalah anggota dari Godhead.

Elohim yang Maha Tinggi itu memberi perintah untuk menciptakan, dan Firman itu melaksanakan perintah itu.

Paulus menjelaskan hal ini di Efesus 3:9: “Dan untuk memberikan pencerahan kepada setiap orang tentang tugas pelayanan rahasia yang telah tersembunyi dari masa ke masa di dalam Elohim yang menciptakan segala sesuatu melalui YESUS Kristus.”

Alkitab mengulangi pernyataan bahwa Yesus Kristus adalah Pencipta segala sesuatu di Kolose 1:15-16 dan Ibrani 1:1-2.

Di kitab Ibrani 1:5, 8 Elohim Sendiri mengatakan hal ini tentang Anak sulungNya:

“Sebab tidak pernah dikatakan oleh Elohim kepada satu pun dari antara para malaikat itu: ‘Engkaulah PutraKu, hari ini Aku telah memperanakkan Engkau,’ …  Namun kepada Putra, Dia berkata: ‘TakhtaMu, ya Elohim, tetap untuk seterusnya dan selamanya. Kebenaran akan menjadi tongkat KerajaanMu.’”

Elohim Bapa Sendiri secara jelas menegaskan kebenaran itu bahwa Anak sulungNya adalah satu anggota dari Godhead – keluarga Elohim. Tidak ada keraguan dalam hal ini!

Elohim Juruselamat kita

Firman itu adalah anggota dari keluarga Elohim yang mengosongkan DiriNya dari KeilahianNya menjadi manusia Yesus Kristus, dan mati bagi dosa-dosa kita. Paulus mencatat kebenaran yang mendalam ini di Filipi 2:5-8:

“Biarlah pikiran seperti ini ada di dalam kamu, sebagaimana yang ada di dalam Kristus YESUS. Dia yang ada dalam wujud Elohim, tidak memperhitungkan kesetaraan dengan Elohim sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Sebaliknya, Dia mengosongkan diriNya, mengambil wujud seorang hamba agar menjadi serupa dengan manusia. Ketika berada dalam rupa manusia, Dia merendahkan diri dan menjadi taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.”

Maksudnya jelas: Meskipun rasul-rasul itu dan Jemaat awal merujuk pada Elohim Bapa sebagai Elohim, mereka memahami bahwa Yesus adalah juga anggota Godhead – keluarga Elohim. Mereka memahami ada dua anggota dari Godhead. Kebenaran ini diulangi dan dibuat sangat jelas berkali-kali di dalam Kitab Suci.

Tetapi adakah tiga anggota di dalam Godhead itu? Rasul-rasul itu tidak pernah menulis demikian:

Ucapan salam para rasul dan referensi terhadap Bapa dan Anak

Kepercayaan para rasul bahwa Godhead itu terdiri dari dua terbukti dari cara mereka menyampaikan salam di dalam surat-surat mereka kepada jemaat-jemaat. Roh Kudus jarang di rujuk kecuali itu merupakan perantaraan atau kuasa yang melaluinya Elohim Bapa atau Anak mengerjakan pekerjaanNya.

Standar salam Paulus kita baca di berbagai suratnya – 1 Korintus 1:3; 2 Korintus 1:2; Galatia 1:3; Efesus 1:2; Filipi 1:2; Kolose 1:2 1Tesalonika 1:1; 2 Tesalonika 1:2; dan Filemon 1:3 semuanya dimulai dengan salam yang sama:

”Anugerah dan damai sejahtera bagimu dari Elohim Bapa, dan dari Tuhan kita YESUS Kristus.”

Di dalam 1 Timotius 1:2 dia menuliskan: “Kepada Timotius, anakku yang sah dalam iman. Anugerah, kemurahan, damai sejahtera dari Elohim, Bapa kita, dan Kristus YESUS, Tuhan kita.”

Di dalam 2 Timotius 1:2: “Kepada Timotius, anakku yang terkasih. Anugerah, kemurahan, damai sejahtera dari Elohim Bapa dan Kristus YESUS Tuhan kita.”

Di dalam Titus 1:4: “Kepada Titus, anakku yang sah berdasarkan iman kita bersama. Anugerah, kemurahan, dan damai sejahtera dari Elohim Bapa dan Tuhan YESUS Kristus, Juruselamat kita.”

Di dalam semua ucapan salam ini kita melihat bahwa Paulus hanya memberikan referensi kepada Bapa dan Anak, yang dikenal sebagai Tuhan (atau Master) Yesus Kristus. Dia tidak pernah merujuk pada Roh Kudus, jika seandainya Roh Kudus itu merupakan anggota ke-3 yang kedudukannya sama di dalam istilah Trinitas. Mungkinkah rasul Paulus membiarkan dirinya untuk mengabaikan Roh Kudus seperti itu – tidak menyebutkan –  jika Roh Kudus itu benar satu anggota dari Godhead?

Rasul-rasul lain

Paulus bukan satu-satunya rasul yang tidak menyebut Roh Kudus ketika merujuk pada Godhead. Surat-surat dari rasul-rasul lain juga terus melanjutkan pemahaman ini.

Yakobus, yang adalah saudara Yesus Kristus, menyatakannya di Yakobus 1:1: “Dari Yakobus, seorang hamba Elohim dan Tuhan YESUS Kristus. Kepada kedua belas suku Israel yang tersebar dalam perantauan. Salam.”

Rasul Petrus menulis di 1 Petrus 1:3: “Terpujilah Elohim dan Bapa Tuhan kita YESUS Kristus karena kemurahanNya yang melimpah telah melahirkan kita kembali melalui kebangkitan YESUS Kristus dari kematian ke dalam hidup yang penuh pengharapan.”

Dan di dalam 2 Petrus 1:2-3: “Anugerah dan damai sejahtera dilipatgandakan bagimu oleh pengenalan akan Elohim dan YESUS, Tuhan kita. Sebab kuasaNya yang hebat telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup dan beribadah melalui pengenalan penuh akan Dia yang telah memanggil kita ke dalam kemuliaan dan kebaikanNya.”

Yohanes menuliskan di dalam 1 Yohanes 1:3: “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya, Yesus Kristus.”

Juga, di dalam 2 Yohanes 1:3: “Anugerah, kemurahan, damai sejahtera dari Elohim Bapa, dan dari Tuhan YESUS Kristus, Putra Bapa, menyertai kamu dalam kebenaran dan kasih.”

Kemudian kita juga baca di Yudas 1:1-2: “Dari Yudas, seorang hamba YESUS Kristus dan saudara Yakobus. Kepada mereka yang terpanggil, yang telah dikuduskan dalam Elohim, Bapa, yang dipelihara dalam YESUS Kristus. Kemurahan dan damai sejahtera dan kasih, dilimpahkanNya bagimu.”

Di dalam 1 Yohanes 2:21-23, kita memiliki bacaan yang ditulis oleh rasul Yohanes yang diilhamkan oleh Elohim yang menekankan pemahaman hubungan keluarga di antara kedua anggota di dalam keluarga Elohim. “Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran. Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.”

Hubungan di dalam Godhead adalah satu dari keluarga – Bapa dan Anak. Elohim adalah roh, dan Roh Kudus adalah kuasaNya, perantara yang melaluinya Elohim bekerja di dalam kehidupan manusia, tinggal di dalam kita, menopang segala ciptaanNya. Kita harus memiliki dan rela untuk dipimpim Roh Elohim di dalam kita jika tidak, kita bukan milikNya (Roma 8:9). Tetapi rasul-rasul tidak pernah memahami Roh Kudus itu merupakan satu individu atau pribadi terpisah di dalam Godhead Trinitas!

Anak-anak Elohim

Mengagumkan bahwa rencana Elohim bagi umat manusia ialah untuk memperbanyak sons and daughters [keturunan] ke dalam keluargaNya.  Kita membaca di dalam 2 Korintus 6:17-18: ‘”Sebab itu, keluarlah kamu dari tengah-tengah mereka, dan pisahkanlah dirimu," Elohim berfirman, "janganlah menjamah yang najis, dan Aku akan menerima kamu. Aku akan menjadi Bapa bagimu, dan kamu akan menjadi anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan bagiKu," firman TUHAN Yang Mahakuasa.’”

Ini bukan bahasa kiasan! Bacalah artikel-artikel lain pada situs ini tentang rencana Elohim yang mengagumkan bagi hidup anda, tentang apa arti sesungguhnya menjadi anak-anak Elohim, tentang janji kebangkitan yang sesungguhnya, dan tentang bagaimana anda mewarisi segala sesuatu sebagai seorang anak Elohim (Wahyu 21:7) di dalam KerajaanNya.

Tentu saja bahwa manusia tidak akan pernah sama dengan Elohim Sang pencipta, yang kekal dan mahakuasa, tetapi potensi kita sebagai anak di dalam keluargaNya jauh lebih mulia daripada sekedar rasa senang. Apakah anda pernah secara sungguh-sungguh mempelajari Alkitab tentang “anak-anak Elohim”?

Ketika Paulus berkata di 1 Korintus 8:6, “tetapi bagi kita hanya ada satu Elohim, yaitu Bapa,” dia tidak berkata hanya ada satu anggota keluarga Elohim. Rasul-rasul percaya bahwa Firman yang menjadi Yesus Kristus adalah juga anggota keluarga Elohim. Firman itu adalah Elohim. Mereka memahami bahwa Firman itu adalah juga Anggota keluarga Elohim yang melaluiNya Elohim yang Maha Tinggi menciptakan segala sesuatu. Rasul-rasul itu memandang Godhead itu sebagai hubungan keluarga – Elohim Bapa dan Elohim Anak.

Dan Elohim menghendaki anda untuk mengenal Dia sebagai seorang Bapa, dalam sebuah hubungan yang mendalam dan pribadi (Roma 8:15; Galatia 4:6) dan mengenal Yesus Kristus sebagai Juruselamat, sebagai Saudara dan sebagai Sahabat (Yohanes 15:15). Jadilah orang yang mengenal Elohim sama seperti para rasulNya!

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Trinitas: Apa itu?

oleh Larry Neff

https://lifehopeandtruth.com/god/holy-spirit/the-trinity/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Apakah Alkitab mengajarkan doktrin Elohim tritunggal? Apakah Gereja awal berpegang pada Trinitas sebagai sebuah ajaran utama? Fakta-fakta menunjukkan jawaban terhadap kedua pertanyaan ini adalah tidak.

 

 

 

 

 

 

Gereja Katolik Romawi menganggap Trinitas itu menjadi suatu doktrin sentral dari agama Kristen. Begitu juga, sebagian besar denominasi Protestan mengajarkan doktrin Trinitas. Tetapi mari kita lihat fakta-fakta tentang doktrin yang mereka hormati ini. Bagi banyak orang di dunia agama Kristen, sebuah gereja tidak dapat dianggap sah tanpa mempercayai Trinitas. Tetapi apa yang ditunjukkan sejarah dan Alkitab kepada kita? Apakah gereja-gereja menawarkan penjelasan yang meyakinkan yang bisa dibuktikan oleh Kitab Suci?

Awalnya Gereja Katolik mengajarkan doktrin ini, dan dari waktu ke waktu ajaran ini masuk ke mayoritas denominasi Protestan. Perkembangannya terjadi selama ratusan tahun. Proses metamorfosis yang panjang terhadap istilah-istilah dan penjelasannya terus terjadi, dan akhirnya gereja menetapkan satu definisi dan mendapat pengakuan yang luas dan telah sedikit berubah sejak sekitar tahun 400 setelah Masehi.

Apa definisi ini sehingga telah diterima di kalangan masyarakat luas?

Definisi Trinitas

My Catholic Faith, sebuah buku yang ditulis dalam bahasa awam oleh Louis LaRayoire Morrow, menyatakan bahwa hanya ada satu Elohim (edisi 1963). Dan kemudian dia  menjelaskan lebih jauh, “Dalam Elohim terdapat tiga Pribadi Ilahi – Bapa, Anak, dan Roh Kudus. …  Bicara tentang ‘Pribadi’ di dalam Elohim, kita tidak menggunakan istilah yang sama persis ketika kita berbicara tentang orang. Kita menggunakan itu hanya karena tidak adanya bentuk kata yang pas untuk memberikan arti yang lebih baik” (p. 30).

Pada halaman berikutnya Morrow menegaskan, “Ketiga Pribadi Ilahi itu terpisah dari satu sama lain.” Kemudian di satu halaman berikutnya dia menuliskan, “Ketiga Pribadi ilahi itu sama sempurnanya dari satu dengan yang lain, sebab semuanya adalah satu dan Elohim yang sama.”

Bagaimana kita dapat memahami tiga pribadi terpisah sebagai satu Makhluk dengan satu sifat dasar? Tidak bisa! Buku My Catholic Faith itu mengatakan lebih lanjut: “Kita tidak dapat memahami sepenuhnya bagaimana tiga Pribadi ilahi itu –  walaupun sungguh terpisah dari satu sama lain – satu dan Elohim yang sama, sebab hal itu adalah misteri supernatural (p. 33). Kemudian pada halaman yang sama dia menulis, “Doktrin Trinitas yang diberkati itu adalah sebuah misteri yang sempurna; yaitu, kita tidak dapat mempelajarinya dengan akal, juga tidak memahaminya secara lengkap, walaupun itu telah disingkapkan kepada kita.”  

Tetapi bagaimana dengan Alkitab?

The Church of God, a Worldwide Association, percaya bahwa segala doktrin harus mempertahankan kebenaran Kitab Suci – bahwa kita harus menguji segala sesuatu (1 Tesalonika 5:21). Dan bukti itu terdapat di dalam Alkitab. Kita tidak menggunakan pendapat pribadi seseorang untuk pembuktian itu.

Untuk memahami apa yang disingkapkan Kitab Suci tentang Godhead [keElohiman atau Ketuhanan], silakan membaca artikel selanjutnya yang berjudul “Apa Yang Dipercayai Para Rasul Tentang Elohim?”

Tidak ada ayat di dalam Alkitab yang sungguh menopang kebenaran doktrin Trinitas ini, yang berasal dari pikiran orang dan yang telah dipengaruhi oleh berbagai ahli filsafat seperti Plato. Athanasius, yang menulis kredo (pernyataan keyakinan) yang diterima oleh gereja pada tahun 325 setelah Masehi di Council Nicaea (lihat di bawah) itu, telah dipengaruhi oleh ajaran Plato, dan juga filsuf-filsuf lain yang masuk ke dalam pengembangan doktrin.  

Meskipun kita tidak perlu begitu jauh mencari asal mula ajaran itu untuk mengatakan bahwa itu datang langsung dari para ahli filsafat Yunani atau trinitas pagan [penyembah berhala], hal ini menarik bahwa ada bentuk-bentuk paralel Trinitas yang telah terjadi dahulu sebelum gereja awal sekitar ratusan tahun sebelumnya – Brahma/Shiva/Vishnu dan Osiris/Isis/Horus, misalnya.

Silakan catat kutipan berikut ini dari Substance and Illusion in the Christian Fathers oleh Christopher Stead: “Masalah asal usul kepercayaan Trinitas ini adalah seperti masalah asal usul Gnostic [cabang aliran sesat]. Dalam setiap kasus, kita memiliki sebuah pola pikir yang muncul pada saat yang bersamaan dengan saat Kristus, tetapi memiliki kemiripan yang dekat dengan pemikiran pra Kristen atau non Kristen, supaya kita hampir tidak dapat yakin bahwa doktrin ini adalah secara eksklusif atau bahkan pada prinsipnya merupakan produk khayalan agama Kristen.”

Sejarah dan perkembangan doktrin Trinitas

Doktrin Trinitas itu tidak diajarkan di dalam Alkitab. Jadi bagaimana ceritanya itu berkembang? Mari kita lihat gambaran singkat dari beberapa tahap penting di dalam formulasi doktrin ini, yakni yang telah diterima oleh Katolik dan Protestan.

  • Pada tahun 180 setelah Masehi: Theophilus dari Antiokhia adalah orang yang mula-mula menulis tentang “doktrin penting” ini. Akan tetapi, meskipun dia menggunakan istilah ini, trinitas yang dia bicarakan adalah “tentang Elohim dan FirmanNya, dan hikmatNya.” Paling tidak, ini merupakan sebuah intro dari istilah itu, tetapi itu tidak mendekati apa yang diajarkan kemudian di dalam ajaran Trinitas klasik. Bahkan 150 tahun setelah Kristus tidak ada bukti dari satu rumusan doktrin. Mungkinkah ini sungguh dianggap sebuah ajaran inti? Yakni yang merupakan bagian “dari mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yudas 1:3)? Hampir tidak!
  • Pada awal abad ke-3, Tertullian memperkenalkan pernyataan “tiga pribadi, satu esensi.” “Pribadi” digunakan di dalam artian “wajah” atau “topeng.”
  • The Council of Nicaea [Konsili Nicea] diadakan pada tahun 325 setelah Masehi atas perintah Kaisar Romawi Konstantin. Ketidaksepakatan mewarnai dewan atau majelis ini. Arius menentang bidah yang non alkitabiah ini yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah makhluk ciptaan dan tidak berkedudukan sama dengan Elohim Bapa. Banyak yang berpegang pada pandangan ini, tetapi pandangan yang menang dikemukakan oleh Athanasius, seorang diaken dari Alexandria, Mesir. Pandangannya membentuk basis esensi ajaran Katolik dan Protestan hari ini. Hal itu sering dikenal sebagai Kredo Athanasia [kepercayaan atau keyakinan Athanasius]
  • Selama seperempat abad terakhir dari abad ke-4 itu doktrin ini mengalami sedikit perubahan-perubahan, dan itu khususnya dibuat untuk menentang ajaran Arius. Penjelasan dasar ini telah diwariskan selama berabad-abad. Variasi-variasi kecil diadakan di dalam ajaran Gereja Ortodox Timur, tetapi mereka juga berpegang pada doktrin Elohim tritunggal.

Edisi 1967 New Catholic Encyclopedia menyatakan: “Formulasi dari ‘satu Elohim dalam tiga Pribadi’ tidak secara solid diakui, tidak sepenuhnya berasimilasi dengan kehidupan Kristen dan dengan yang mengimaninya sebelum akhir abad ke-4 itu. Tetapi pada masa itulah formulasi ini yang pertama kali mengklaim pokok ajaran Tritunggal itu. Di antara rasul-rasul tidak pernah ada bahkan ajaran yang mendekati mentalitas atau perspektif semacam itu.”

Personifikasi dan terjemahan

Alkitab tidak mengajarkan Trinitas. Tetapi bagaimana tentang personifikasi Roh Kudus yang terdapat di Yohanes 14-16 dengan kata ganti “He, Him, Whom and Who” – yang merujuk kepada Dia (maskulin)?

Aturan-aturan tata bahasa Yunani memerlukan kata ganti yang gendernya cocok dengan antecedent (kata benda yang dirujuk) dalam kalimat itu. Kata-kata ganti untuk “comforter” [Penolong/Penghibur] (bahasa Yunani, parakletos) adalah maskulin bila diartikan dalam bahasa Yunani. Penggunaan kata ganti maskulin di sini dimaksudkan hanya untuk penyesuaian antara kata ganti dengan antecedentnya. Fakta tata bahasa ini tidak serta merta berarti membuktikan bahwa Comforter itu adalah satu pribadi.     

Perhatikanlah contoh lain: Amsal 8 menggunakan kata ganti “she” [dia feminin] merujuk pada kata hikmat sebagai antecedentnya. Ini tidak berarti hikmat itu satu pribadi. El libro artinya “buku” dalam bahasa Spanyol, yang juga menggunakan kata ganti maskulin atau feminin untuk kata benda (buku).

Para penerjemah, yang mempercayai penganut Trinitas, juga menempatkan dengan secara tidak akurat menggunakan kata ganti maskulin untuk satu lagi perkataan Yunani “spirit” pneuma (artinya roh, nafas atau angin). Akan tetapi, di dalam bahasa Yunani kata ini adalah neuter [bukan maskulin dan bukan feminin]. Di dalam Roma 8:16 itu diterjemahkan secara benar di dalam Alkitab versi King James, “The Spirit itself beareth witness with our spirit” [Roh itu memberi kesaksian bersama dengan roh kita]. Sementara versi The New King James menerjemahkan itu salah karena menggunakan “Himself.” (kata ganti maskulin)

Poin-poin lain

Sekarang perhatikan poin-poin dan ayat-ayat Suci berikut ini yang berhubungan dengan yang dituduhkan tentang keberadaan “pribadi” Roh Kudus. Sekali ditegakkan bahwa Roh Kudus itu bukan satu pribadi, doktrin Elohim tritunggal itu gagal.

  • 1 Yohanes 5:7: “Sebab ada tiga yang bersaksi di surga: Bapa, Firman, dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.” Ayat ini dibenarkan palsu bahkan oleh para sarjana Katolik. “Tulisan ini tidak ada di dalam manuscript [naskah] Yunani, versi apapun atau kutipan sebelum abad ke-15” (Tyndale New Testament Commentary).  Tetapi itu sungguh muncul di dalam text Latin secara tidak jelas pada abad ke-4.
  • Di dalam Injil Matius 1:20 kita melihat Kristus dikandung melalui Roh Kudus. Mengapa kemudian tidak disebut bahwa Roh Kudus adalah BapaNya?
  • Di dalam Kisah Para Rasul 2:17-18, Petrus mengutip nabi Yoel tentang Roh Kudus yang dicurahkan. Apakah satu pribadi bisa dicurahkan?
  • 1 Tesalonika 5:19: “Jangan padamkan Roh.” Apakah istilah padam ini dipakai untuk satu pribadi?
  • Yohanes 7:37-39 menggambarkan minum yang merujuk pada Roh Kudus, dan ini jelas tidak sesuai untuk mengatakan minum satu pribadi.
  • 2 Timotius 1:6: “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Elohim yang ada padamu,” ini merujuk pada Roh Kudus. Apakah kita mengobarkan pribadi dalam pengertian di sini?
  • Paulus selalu tidak mengikutsertakan Roh Kudus di setiap salam dalam suratnya, misalnya di Roma 1:7: “Kepada kamu semua yang di Roma, kekasih Elohim, yang dipanggil menjadi orang kudus. Anugerah bagimu dan damai sejahtera dari Elohim, Bapa kita, dan dari Tuhan YESUS Kristus.” Bukankah ini suatu hinaan dengan tidak mengikutkannya jika Roh Kudus  itu “Pribadi” ke-tiga yang  berkedudukan sama di dalam Godhead?
  • 1 Yohanes 1:3 menjelaskan persekutuan kita dengan Bapa dan Anak (Yesus Kristus). Di manakah Roh Kudus?
  • Matius 11:27: “Segala sesuatu sudah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu, dan tidak seorang pun mengenal Putra sepenuhnya selain Bapa, juga tidak seorang pun mengenal Bapa sepenuhnya selain Putra, dan orang yang kepadanya Putra akan menyatakan diriNya. Bagaimana mungkin pribadi dalam Godhead diabaikan? Jelasnya, Roh Kudus itu tidaklah satu pribadi! Baca juga Lukas 10:22.
  • Roh Kudus itu dikatakan berbicara, tetapi itu tidak menjadikan Roh Kudus itu satu pribadi. Kita menemukannya di 2 Petrus 1:21, “Karena nubuat tidak pernah dihasilkan oleh keinginan manusia, melainkan Roh Kudus menggerakkan orang-orang kudus milik Elohim untuk mengucapkannya.” Elohim menggunakan Roh Kudus itu untuk berbicara melalui manusia, seperti kepada Petrus dalam peristiwa tentang Ananias dan Safira di Kisah Para Rasul 5. Jadi perkataan “berbicara” hanya memaksudkan berkomunikasi. Elohim berkomunikasi melalui kuasaNya, yakni Roh Kudus, sebagaimana Dia berkomunikasi melalui Alkitab yang Dia ilhamkan – Kitab Suci. Ada banyak tempat dimana Alkitab menyatakan “the Scripture says” [Kitab suci berkata] (misalnya, Roma 9:17; 10:11). Perhatikan juga bahwa, dalam sebuah arti metaforis, jasad Abel masih berbicara (Ibrani 11:4). Ibrani 12:24 bahkan darahnya dikatakan berbicara!

Analisa yang disajikan di sini hanyalah gambaran awal dari beberapa poin penting. Masih banyak lagi yang dapat anda pelajari dari artikel-artikel kami tentang Elohim dan Yesus Kristus. Tetapi poin terpenting ialah bahwa bukan saja perkataan Trinitas itu tidak terdapat di dalam Alkitab, tetapi juga bahwa doktrin ini tidak ada di dalam Firman Elohim.

Untuk informasi lebih lanjut, bacalah artikel kami berikutnya yang berjudul “Apakah Roh Kudus itu seorang Pribadi?”

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Elohim itu Satu

oleh Larry Neff

https://lifehopeandtruth.com/god/who-is-god/god-is-one/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Banyak orang mempercayai kalimat “Elohim adalah satu” berarti Elohim itu hanya satu makhluk. Benarkah demikian? Bagaimana Elohim Bapa dan Elohim Anak itu satu? Apa yang disingkapkan Alkitab?

 

 

 

 

 

Bagaimana Elohim itu Satu?

Sebagian besar orang yang menyandang profesi Kristen tahu bahwa Kekristenan dianggap sebagai agama monoteisme (percaya hanya dalam satu Elohim), dan mereka juga tahu bahwa hampir semua gereja mengajarkan Trinitas. Akan tetapi kebanyakan orang tidak menjelaskan bagaimana Trinitas itu memiliki tiga “pribadi” ilahi yang menjadikan satu Godhead [keElohiman atau Ketuhanan]. Bahkan lebih lagi, sebagian besar dari mereka tidak memahami apa yang diajarkan Alkitab dalam hal ini.  

Gereja-gereja dan agama-agama memiliki cara yang berbeda-beda dalam menjelaskan keesaan Elohim.

Unitarian/Universalis (sebuah gerakan keagamaan) melihat Elohim itu sebagai satu makhluk pribadi (tetapi tidak terdiri dari tiga “orang”). Judaisme juga tidak mengakui ada kejamakan makhluk dalam Godhead.

Menariknya, Perjanjian Lama merujuk pada Elohim dalam arti jamak tetapi juga dalam arti tunggal. Keilahian dan pra keberadaan Yesus Kristus berhubungan secara signifikan dengan konsep keesaan Elohim. Akan tetapi, artikel ini akan berfokus – dari sudut pandang Alkitab – pada keesaan Elohim. Bagaimana Elohim itu satu?

Apa yang diajarkan Alkitab?

Kita percaya bahwa Alkitab mengajarkan bahwa ada dua individu makhluk ilahi di dalam Godhead tetapi Mereka terdiri dari satu Roh dan sepenuhnya bersatu dalam pikiran dan tujuan (Yohanes 1:1; 10:30; Efesus 4:4-6). Dalam kaitan ini, di awal kitab Kejadian, kita menemukan sebuah pernyataan yang menakjubkan: “Lalu Elohim berfirman, ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita’” (Kejadian 1:26).

Bahasa Ibrani yang artinya God di sini adalah Elohim, dalam bentuk jamak dari kata Eloah. Perlu dicatat bahwa istilah ini, yakni kejamakan ini, juga dipakai oleh agama pagan [pagan gods], penguasa manusia atau hakim, dan malaikat. Tetapi dalam konteks Kejadian 1, itu jelas merujuk pada Elohim yang hakiki [the true God]. Dan meskipun Elohim kadang-kadang digunakan dalam arti tunggal, ini tidak berarti seperti penggunaan yang di Kejadian 1:26, sebagaimana kita dapat lihat itu menggunakan bentuk kata ganti jamak. Beberapa orang mencoba menjelaskan kata ganti objek jamak “Us” dan kata ganti kepunyaan jamak “Our” yang merujuk pada perkataan “Kita”, itu mereka klaim bahwa Elohim menciptakan manusia bersama malaikat, yakni di antaranya memiliki empat wajah dan sayap (Yehezkiel 1:5-10).

Bahasa Inggris God yang di Kejadian 1:1 itu juga diterjemahkan dari asal kata Ibrani Elohim. Kemudian di Kejadian 11:7 kita menemukan bentuk kata ganti jamak “Us yang digunakan untuk merujuk pada LORD [TUHAN] (yang diterjemahkan dari asal kata Ibrani YHWH – the Eternal [yang Kekal] di ayat 6.

Jadi, dari awal kita melihat Alkitab itu menemukan kata pluralitas “Us” dan “Our” – di dalam Godhead.

Sekarang kita akan melihat beberapa ayat-ayat kitab suci yang barangkali sebelumnya mengatakan Elohim itu hanya satu makhluk.

Ulangan 6:4-6

Orang Yahudi menyebut Ulangan 6:4-6 itu Shema, bentuk kata benda dari kata kerja shama, yang artinya “mendengar” atau “mendengarkan” (mendengarkan dengan penuh perhatian dan ketaatan)” (Spiros Zodhiates, The Complete Word Study Old Testament). Shama adalah kata pertama pada bacaan ayat-ayat bacaan itu. Ayat-ayat ini membentuk centerpiece [pusat paling penting] dari agama Yahudi, yang mengekpresikan kepercayaan mereka atas keesaan absolut Elohim. Sebagai sebuah doa liturgi (doa bersama), bacaan ini disebutkan dua kali dalam satu hari di banyak sinagoge.

Ayat bacaan ini berbunyi seperti ini, “Dengarkanlah hai Israel, YAHWEH itu Elohim kita, YAHWEH itu Esa. Kasihilah YAHWEH, Elohimmu, dengan sepenuh hatimu dan seluruh jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu! Semua perintah yang aku sampaikan kepadamu hari ini, camkanlah di dalam hatimu.”

Riset menunjukkan bahwa Elohim itu tidak berarti hanya satu makhluk. Perkataan satu di sini berasal dari asal bahasa Ibrani echad atau ehad. Itu bisa juga berarti “compound unity, one made up of others” [kesatuan majemuk, satu tapi terdiri dari yang lain] (Bullinger’s companion Bible, comments on Deuteronomy 6:4)

Mounce’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words memberi definisi dengan kata “satu, pertama, yang lain.” Kemudian itu menyatakan, ‘“Satu’ dapat menjadi yang pertama dari satu rangkaian (seperti, hari pertama dari satu minggu atau bulan) atau itu dapat mengindikasikan satu orang atau benda dari satu grup (‘satu dari mereka,’ Kejadian 26:10; ‘satu dari gunung,’ Kejadian 22:2.’”  Kemudian di dalam komentarnya dikatakan: “Ehad itu tidak berarti pengisolasian atau terisolasi dan tersendiri.” Banyak ayat-ayat lain menggunakan echad dalam cara yang sama.  

Satu dari contoh-contoh terbaik untuk menolong kita memahami bahwa echad – kesatuan – dapat berarti lebih dari satu makhluk atau anggota, kita baca di Kejadian 2:24, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu [echad] daging.” Perkawinan suami dan istri menghasilkan penyatuan yang disebut satu daging. Satu daging di sini (satu unit perkawinan) terdiri dari dua individu.

Jika Elohim ingin menekankan pengertian bahwa tidak ada makhluk lain dalam kata “Elohim,” maka perkataan Ibrani lain akan digunakan untuk lebih akurat mengartikan kata “satu,” yakni, yachid atau yacheed. Yachid atau yacheed secara absolut mengartikan “kesatuan mutlak” atau “hanya satu.”  Jadi Elohim tidak mengilhamkan penggunaan yachid untuk digunakan di dalam Shema.

Menariknya, perkataan God [Elohim] di dalam bacaan ini menggunakan  bentuk jamak, sama persis seperti di awal pembahasan kita. Jadi jika Elohim itu satu-satunya makhluk tunggal, maka akan membingunkan untuk menggunakan bentuk jamak ini ketika mencoba menetapkan doktrin bahwa Elohim itu adalah satu individu.

Fokus pengertian Ulangan 6:4-6 tidak bertujuan untuk menunjukkan berapa banyak makhluk yang membentuk Godhead, tetapi hanya untuk memberi perintah orang untuk tidak menyembah berhala. Dan ada cara lain untuk menterjemahkan ayat 4 ini. Alkitab versi terjemahan Moffatt [Moffatt translation] berbunyi, “Listen Israel: ‘‘the Eternal, the Eternal alone, is our God.’” [Dengarlah, Israel: ‘Yang Kekal, Yang Kekal itu saja adalah Elohim kita.’”  Alkitab versi The Living Bible, berbunyi, “‘O Israel, listen: Jehovah is our God, Jehovah alone.’” [‘“O Israel, dengarlah” Jehovah adalah Elohim kita, ya Jehovah saja]. Edisi 1953 versi Revised Standard Version memberikan beberapa cara untuk menterjemahkan ayat ini, di antaranya ialah: the Lord is our God, the Lord alone.”  [Tuhan itu adalah Elohim kita, hanya Tuhan itu.”]

Terjemahan-terjemahan ini cocok sekali dengan konteks dari bab itu, seperti ayat 12-15, yang memperingatkan terhadap penyembahan “dewa-dewa atau ilah-ilah” lain dan menekankan hanya satu Elohim yang hakiki. Kita harus mengutamakan Elohim atau menempatkan dia di atas segalanya (satu dari definisi echad).

Banyak pihak yang mengklaim bahwa informasi yang dikutip di atas tadi mendukung ajaran Trinitas. Tetapi tidaklah demikian. Penganut ajaran Trinitas mengklaim bahwa Elohim itu terdiri dari tiga “orang,” yang berbeda, termasuk Roh Kudus, tetapi itu, menurut mereka, melalui satu kusa misteri supernatural, Elohim itu adalah satu makhluk. Trinitas tidak diajarkan di dalam Alkitab, dan echad tidak memerlukan pengertian satu dengan cara itu. Echad dapat menggambarkan lebih daripada satu makhluk in dalam Elohim (Godhead itu atau keluarga Elohim) tepatnya seperti terdapat lebih dari satu individu dalam perkawinan.

Yesaya

Beberapa ayat di kitab Yesaya 43 hingga 46 mungkin sekilas nampaknya berkata Elohim itu hanya satu makhluk. Misalnya, Yesaya 45:18 kita membaca, “Sebab beginilah YAHWEH pencipta langit berfirman, Dialah Elohim yang membentuk bumi dan yang membuatnya, Dia mengokohkannya, tidak menciptakannya kosong, Dia membentuknya untuk dihuni, Akulah YAHWEH, dan tidak ada yang lain.”

Bahasa Ibrani yang menterjemahkan God di dalam ayat ini adalah Elohim, bentuk jamak seperti pembahasan awal. Sekali lagi, ayat ini memberi arahan kepada orang untuk menyembah Sang Pencipta yang hakiki dan bukan dewa atau ilah palsu – yang sama sekali tidak memiliki keilahian. Kita tahu Elohim yang Maha Tinggi dan Firman (Yesus Kristus) bekerja bersama-sama pada penciptaan (Yohanes 1:1-3; Efesus 3:9).  

Selanjutnya, di Yesaya 46:9 kita menemukan baik Elohim (bentuk jamak) maupun El (bentuk tunggal) yang menterjemahkan God. Ayat ini berhubungan erat dengan Kolose 1:15-16: “Dialah gambar Elohim yang tidak kelihatan, yang sulung dari segala ciptaan, sebab oleh Dia segala sesuatu diciptakan, baik yang di surga dan di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, takhta-takhta atau kerajaan-kerajaan atau penguasa-penguasa atau kuasa-kuasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan bagi Dia.”

Ayat-ayat ini jelas merujuk pada Yesus Kristus juga, makhluk ke-2 bersama Bapa. Menarik untuk kita perhatikan bahwa Dia yang berbicara kepada [orang Israel kuno itu adalah juga yang menjadi Yesus Kristus (1 Korintus 10:4).

Mereka keduanya merupakan anggota dari satu keluarga Elohim. Perhatikanlah juga bahwa Sang Pencipta pada bagian ini di kitab Yesaya berbicara tentang Yakub [perkataan “Yakub” adalah bentuk tunggal] (Yesaya 43:1, 22; 44:1; dll). Tetapi Yakub terdiri dari 12 suku dan berjuta-juta individu! Inti dari bab-bab ini menjelaskan bahwa orang Israel harus menyembah Elohim yang hakiki dan bukan dewa-dewa – semua bab ini bukan membicarakan jumlah anggota atau makhluk di dalam Godhead.

Keesaan yang benar

Rasul Yohanes memberi pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana Elohim itu satu. Dia menuliskan, “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama Elohim, dan Firman itu adalah Elohim” (Yohanes 1:1).

Beberapa ayat berikutnya Yohanes menjelaskan siapa dua makhluk ini dan selanjutnya dia mendeskripsikan hubungan Mereka: “Firman itu telah menjadi manusia dan berdiam di antara kita. Kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan sebagai Putra Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran” (ayat 14). Ayat 29 dan 34 menjelaskan bahwa Firman itu menjadi Yesus, yang adalah Anak atau Putra Elohim.

Jadi baik Bapa maupun Anak adalah Elohim. Ini adalah sebuah hubungan keluarga, jadi kita bisa menyimpulkan bahwa Elohim adalah nama keluarga Mereka. Mereka keduanya merupakan anggota dari satu keluarga Elohim.

Bahasa Yunani yang diterjemahkan sebagai “only begotten” [satu-satunya yang diperanakkan] dalam ayat 14 membantu pemahaman ini bahwa Elohim itu adalah sebuah keluarga.

“Perkataan monogenees adalah sebuah kata majemuk dari kata monos, ‘sendiri,’ dan kata genos, ‘ras, keturunan, keluarga.’ Di sini kita diajarkan bahwa Dia yang datang untuk menyingkapkan Elohim – yakni, Yesus Kristus – adalah keluarga yang sama, dari keturunan yang sama, dari ras yang sama sebagai Elohim…  Sungguh banyak bukti di dalam ayat-ayat Kitab Suci yang menjelaskan bahwa Godhead itu adalah sebuah keluarga” (Spiros Zodhiates, Was Christ God?; A Defense of the Deity of Christ, 1966, p. 21).

Yohanes 17 juga menjelaskan keesaan dalam pengertian yang benar di dalam Elohim sebagai kesatuan yang sempurna, kesatuan orang Kristen yang benar (yang disebutkan Yohanes sebagai “anak-anak Elohim,” 1 Yohanes 3:1) menjadi bagiannya. Kita harus memiliki pikiran Kristus – untuk membiarkan Yesus Kristus tinggal di dalam kita (Filipi 2:5; Galatia 2:20).

Perhatikan ayat bacaan di dalam Yohanes 17:20-22: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.”

Silakan baca artikel kami yang berhubungan dengan topik besar ini termasuk “Trinitas: Apa itu?

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Perintah Pertama: Jangan ada padamu ilah lain di hadapanKu

oleh Mike Bennett

https://lifehopeandtruth.com/bible/10-commandments/god-first-first-commandment/

Ayat-ayat kutipan artikel ini umumnya diambil dari Alkitab versi: Indonesian Modern Bible, tetapi juga dari Indonesian Terjemahan Baru.

Perintah Pertama itu dicatat di kitab Keluaran 20:3: “Jangan ada padamu ilah lain di hadapanKu.” Ayat ini memberitahu kita untuk mengutamakan Elohim.

 

 

 

 

Perintah Pertama terletak pada fondasi terpenting yang di atasnya semua perintah-perintah lainnya dibangun. Bagaimana kita mengutamakan Elohim dalam sebuah dunia yang menyita kesibukan kita sehari-hari? 

“Ilah lain” apa yang diutamakan orang di hadapan Elohim? 

“Ilah lain” bisa merupakan apa saja – harta, keinginan, tujuan atau bahkan orang – yang kita perlakukan lebih istimewa dari pada Elohim.

Apa Perintah Pertama?

Elohim memulai 10 Perintah itu seperti ini: "Akulah YAHWEH, Elohimmu, yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Jangan ada padamu ilah lain di hadapanKu” (Keluaran 20:2-3).

Perintah Pertama menurut Katolik dan Yahudi

Karena Alkitab tidak menomori 10 Perintah itu, beberapa sistem penomorannya telah berkembang di kalangan agama yang berdasar Alkitab. Urutan pertama di atas tadi juga diterima oleh sebagian besar Protestan. Katolik and Luteran merentangkan Perintah Pertama ini sehingga mengikutsertakan Perintah Kedua, yang terdapat pada Keluaran 20:4-6, tentang penyembahan berhala. Kita percaya ini berpotensi untuk mengurangi konsentrasi perintah terhadap berhala-berhala.

Beberapa sumber Yahudi membuat hanya ayat 2 itu yang menjadi Perintah Pertama. Kita memahami bahwa ini bukan perintah tetapi hanyalah prolog, karena ini tidak mengandung perintah.

Bacalah artikel kami yang berjudul “10 Perintah dan Jalan Hidup Elohim” dalam situs ini untuk memahami lebih lanjut tentang sistem penomoran perintah-perintah itu. 

Apa yang dimaksud Perintah Pertama itu?

“Jangan ada padamu ilah lain di hadapanKu” artinya ialah bahwa kita harus mengutamakan  Elohim di dalam hidup kita. Dia harus lebih penting dari siapapun atau dari apa pun di dalam hidup kita.

Elohim mengasihi kita secara mendalam, sehingga dengan demikian kita harus mengasihi Dia dengan segenap hati kita.  

Perintah Pertama dan perintah yang terutama

Perintah Pertama itu mengatur irama perintah empat pertama (perintah 1 sampai 4), yang dapat disimpulkan menjadi, “Kasihilah YAHWEH, Elohimmu, dengan sepenuh hatimu dan seluruh jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:5). Yesus Kristus menyebut perintah ini sebagai perintah yang pertama dan yang paling utama (Matius 22:37-38).

Perintah Pertama dan teladan Yesus

Yesus memberikan teladan dengan mengutamakan Elohim. Bahkan setelah berpuasa selama 40 hari 40 malam, Dia merespons pencobaan Setan dengan mengatakan, “Manusia hidup bukan oleh roti saja, tetapi oleh setiap firman yang keluar dari mulut TUHAN” (Matius 4:4, dikutip dari Ulangan 8:3).

Hidup dari setiap firman Elohim mencakup suatu komitmen untuk selalu mendengar kepada apa yang diajarkan Elohim kepada kita di dalam Alkitab dan tidak bersandar pada pengertian kita sendiri (Amsal 3:5-6).

Dalam menghadapi pencobaan-pencobaan Setan, Yesus juga mengutip dua ayat lain dari kitab Ulangan.  

Ketika Setan menyalah-artikan Mazmur 91 untuk mencobai Yesus melompat dari bubungan bait suci, Yesus mengutip Ulangan 6:16: “Janganlah kamu mencobai YAHWEH, Elohimmu” (Matius 4:7). Kita tidak boleh memperlakukan Elohim seperti  jin yang memberikan tawaran kepada kita untuk melindungi kita meskipun kita melakukan sesuatu yang bodoh.

Setan kembali mencobai Yesus untuk seketika itu menerima kerajaan dunia ini tanpa harus memperjuangkannya, termasuk penyalibanNya. Setan berkata dia akan memberikan semua itu jika Yesus “sujud menyembahnya” (ayat 9).

Yesus menjawab, “Engkau harus menyembah TUHAN, Elohimmu, dan hanya kepadaNyalah engkau harus beribadah" (Matius 4:10; dikutip dari Ulangan 6:13).

Yesus menjelaskan hal ini secara rinci ketika Dia menyatakan dengan tegas bahwa kita tidak bisa melayani Elohim sementara kita melayani dewa materialisme – harta duniawi (Matius 6:24). Dia berkata bahwa fokus dan prioritas kita pertama-tama harus mencari “kerajaan Elohim dan kebenaranNya” (Matius 6:33).

Perintah Pertama mengingatkan kita akan keagungan Elohim dan bagaimana kita sebaiknya merespons

Perintah Pertama itu merupakan peringatan bagi kita untuk memusatkan pikiran pada  kuasa dan keagungan Elohim Sang Pencipta kita. Kuasa Elohim yang luar biasa itu diperlihatkan ketika Dia menggemakan perintah-perintah ini dari atas Gunung Sinai.  

“Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh” (Keluaran 20:18).

Hormat dan kekaguman terhadap kuasa Elohim yang luar biasa itu adalah hal yang baik. Musa memberitahukan bangsa Israel apa maksud tujuan Sang Pencipta kita akan hal itu: "Janganlah takut, sebab Elohim datang dengan maksud untuk mengujimu sehingga rasa takut akan Dia ada padamu, supaya kamu tidak berbuat dosa" (Keluaran 20:20).

Raja Salomo yang penuh hikmat menjelaskan, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Amsal 1:7).

Dan Yesus Kristus mengajarkannya dalam perspektif untuk dipahami murid-muridNya: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Matius 10:28). Kita manusia cenderung takut pada [orang] yang kelihatan dan mengabaikan Elohim yang Mahakuasa yang tidak kelihatan.

Dan Kristus melanjutkan ini dengan sebuah perbincangan bersama murid-muridNya tentang keagungan Elohim kita yang luar biasa itu. Elohim yang memperhatikan setiap burung pipit yang jatuh ke bumi, dan bahkan setiap rambut di kepala kita pun terhitung olehNya dan dengan kuasa yang begitu hebat ini, Yesus berkata, “Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit” (Matius 10:31).

Bentuk takut yang benar akan Elohim bukanlah takut seperti menghadapi teror, tetapi takut rasa hormat yang mendalam yang mengakui kuasa dan kemuliaan Elohim dan menempatkan Dia di atas segala-galanya di dalam hidup kita. Bentuk hormat yang sehat ini hendaknya bertumbuh sehingga kita mengapresiasi kasih Elohim dan hukum-hukumNya serta jalan hidupNya secara mendalam. Kita harus bertumbuh dari ketaatan karena takut menjadi ketaatan karena kasih kita kepada Elohim (1 Yohanes 4:18; 5:3).  

Pelanggaran Perintah Pertama karena tidak mengutamakan Elohim. 

Ada banyak lubang perangkap dan godaan yang bisa membawa kita kepada situasi dimana kita melanggar Perintah Pertama itu. Perintah ini bukan sekedar tentang ilah paganisme atau agama palsu. Segala sesuatu yang kita jadikan sebagai prioritas yang lebih tinggi daripada Elohim menyebabkan kita berdosa.

Keangkuhan, yang pada umumnya menjadi kegagalan manusia, melanggar perintah ini dengan menempatkan diri kita di atas Elohim.

Sebagaimana Yakobus menuliskan: "Elohim menentang orang yang sombong, tetapi Dia memberi anugerah kepada orang yang rendah hati. Karena itu, tundukkanlah dirimu kepada Elohim, lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu. Mendekatlah kepada Elohim dan Dia akan mendekat kepadamu. Basuhlah tanganmu, hai orang berdosa dan bersihkanlah hatimu hai orang yang mendua hati. Bersedih, meratap, dan menangislah. Biarlah tawamu menjadi ratapan dan sukacitamu menjadi dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan TUHAN, maka Dia akan meninggikan kamu” (Yakobus 4:6-10).

Kita perlu mencari pertolongan Elohim untuk melihat hal-hal dari sudut pandangNya – untuk keluar dari – pandangan dunia kita yang egois.

Alkitab juga mengingatkan kita akan kegagalan manusiawi kita, yakni kelalaian dan pengabaian kita (Ulangan 8:11-19). Baik waktu senang maupun waktu susah dapat menguji komitmen kita entah kita mengutamakan Elohim. Bagaimana kita merespons di saat pencobaan datang akan menunjukkan kepada Dia entah kita selalu menempatkan Elohim di atas segalanya.

Bacaan lain untuk mempelajari tentang Perintah Pertama di dalam Alkitab

Alkitab menegaskan Perintah Pertama itu dalam bebarapa bacaan. Berikut ini kita akan baca:

“Sebab kamu harus menghancurkan mezbah-mezbah dan merobohkan patung-patung mereka, kamu juga harus menghancurkan tiang-tiang berhala mereka. Sebab kamu tidak boleh menyembah kepada ilah lain, karena YAHWEH yang NamaNya Pencemburu, Dialah Elohim yang cemburu” (Keluaran 34:13-14).

Elohim mengasihi kita dengan kasih yang begitu besar, Dia cemburu terhadap siapapun dan apapun yang akan membodohi kita atau mengibuli kita atas hubungan yang benar dengan Dia.

Elohim juga memberitahu kita bahwa Dia mengutus nabi-nabiNya dalam rangka memperingatkan kita untuk tidak melanggar Perintah Pertama dan Kedua itu: “Janganlah mengikuti ilah-ilah lain untuk melayani mereka dan untuk menyembah mereka, serta janganlah membangkitkan amarah-Ku dengan perbuatan-perbuatan tanganmu, maka Aku tidak akan mencelakakan kamu” (Yeremia 25:6).

Tetapi seringkali orang tidak mengindahkan, dan Elohim yang panjang sabar, dan yang walaupun Dia lambat marah, memperingatkan kita akan kegeramanNya yang benar dan adil itu. Alkitab dengan tegas mengingatkan kita akan datangnya Hari Tuhan sebagai saat dimana kegeramanNya akan diperlihatkan dengan penuh kuasa untuk menggenapi maksud tujuan yang Dia telah rencanakan. Syukurlah, setelah kegeramanNya berlalu akan datang saat kedamaian yang indah dan yang hakiki.

Alkitab juga menceritakan kisah bagaimana Raja pagan Babelonia, Nebukadnezar, berkata tentang kuasa dan keajaiban dari Elohim yang benar. Dia melemparkan pengikut Elohim ke dalam perapian yang super panas karena tidak tunduk berlutut terhadap patung yang dia dirikan. Kemudian dia melihat bahwa mereka tidak terbakar! Ketika mereka keluar dari perapian itu, raja itu melihat bahkan sehelai rambutpun tidak terbakar.

Jadi Nebukadnezar berkata, “Terpujilah Elohim Sadrakh, Mesakh dan Abednego, yang telah mengirim malaikatNya dan yang telah melepaskan hamba-hambaNya yang percaya kepadaNya. Mereka telah melanggar perintahku dan lebih memilih untuk mati daripada memuja atau menyembah ilah manapun selain Elohim mereka sendiri!

“Maka aku perintahkan, bahwa setiap orang, bangsa dan bahasa yang mengucapkan penghinaan terhadap Elohim yang disembah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, akan dipotong anggota tubuhnya, dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing. Sebab tidak ada Elohim lain yang dapat melepaskan seperti ini” (Daniel 3:28-29).

“Jangan ada ilah lain di hadapanKu” dalam Perjanjian Baru

Di dalam Perjanjian Baru, Yesus juga menekankan pentingnya mengutamakan Elohim di dalam hidup kita, sebelum kita miliki apapun untuk hidup kita.  Tepatnya sebelum ayat bacaan terkenal ini yang berbunyi, “carilah dahulu kerajaan Elohim dan kebenaranNya” (Matius 6:33), Dia berkata:

“Tidak seorang pun sanggup mengabdi kepada dua tuan, karena ia akan membenci yang satu dan mengasihi yang lain, atau ia akan mematuhi yang satu dan mengabaikan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Elohim dan kepada Mamon" (Matius 6:24).

“Mamon” bukanlah sebuah perkataan yang umum di dalam Bahasa Inggris. Mamon artinya “Harta atau kekayaan terutama yang sifatnya dapat merendahkan”

Menurut Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words, mamonas” adalah sebuah perkataan yang umum dalam bahasa Aram yang diartikan sebagai ‘kekayaan.’” Yesus tidak sedang merujuk pada “uang semata, tetapi pada pemusatan perhatian terhadap uang itu sendiri sebagaimana seorang budak melayani pemiliknya. …  Kesetiaan tertinggi adalah milik Elohim” (The Interpreter’s Dictionary of the Bible, “Mommon”).

Untuk mempelajari lebih lanjut semua perintah-perintah itu, bacalah artikel kami yang berjudul “Apa itu 10 Perintah?” pada situs ini. 

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry

Apa itu Roh Kudus?

oleh David Treybig

https://lifehopeandtruth.com/god/holy-spirit/what-is-the-holy-spirit/

Persepsi tentang Roh Kudus telah berubah sejak peristiwa yang terjadi di Kisah Para Rasul 2. Bagaimana orang-orang percaya pada abad pertama itu manjawab pertanyaan, “Apa itu Roh Kudus?”

 

 

 

 

 

 

Roh Kudus Elohim yang dicurahkan pada Hari Pentakosta tahun 31 setelah Masehi itu merupakan sebuah kejadian yang membawa perubahan besar di dalam sejarah Gereja. Mujizat ini, yakni yang dicatat di kitab Kisah Para Rasul 2 akan selamanya mengubah kehidupan murid-murid Yesus yang berkumpul pada Pesta Perayaan Pentakosta – dan kehidupan orang-orang yang akan mengikuti jejak mereka.

Hal itu juga memberi para pendiri Jemaat Elohim Perjanjian Baru ini pemahaman yang lebih luas tentang Roh Kudus daripada sebagian besar orang yang pernah hidup sebelum mereka.

Definisi alkitabiah tentang Roh Kudus disingkirkan

Akan tetapi, anehnya bahwa selama berabad-abad kemudian peristiwa perubahan besar yang disampaikan orang Kristen abad pertama itu, tentang pemahaman Roh Kudus yang jelas itu, disingkirkan oleh kebanyakan orang dan menggantikannya dengan pemahaman manusiawi tentang definisi Godhead [keElohiman].   

Menurut teori baru itu, yang sekarang dikenal sebagai “Trinitas,” [Tritunggal], Roh Kudus berada pada kedudukan yang sama di dalam anggota Godhead. Dengan kata lain, Roh Kudus, Elohim Bapa, dan Yesus Kristus adalah tiga entitas berbeda yang ketiganya menjadi satu Elohim tritunggal.

Para teolog telah menciptakan ide Trinitas ini untuk melawan politeisme – yakni kepercayaan dalam banyak ilah atau dewa – dan setelah perdebatan yang panjang, akhirnya sampailah pada kesepakatan bersama bahwa penjelasan tentang Elohim sebaiknya merupakan prinsip sentral Kekristenan.  

Meskipun teori yang non-alkitabiah (perkataan Trinitas tidak ada di dalam Alkitab) dan yang misterius dan yang bertentangan dengan logika ini disepakati, filosofi buatan manusia ini ternyata telah bercokol di kalangan Kekristenan pada umumnya. Pada kenyataannya, kebanyakan gereja sekarang ini menganggap ajaran Trinitas ini sebagai tes lakmus [keputusan yang memberikan tanda] untuk menentukan entah seseorang adalah orang Kristen atau tidak!

Akan tetapi pertanyaan-pertanyaan yang menggangu bermunculan. Misalnya, apakah para teolog mempunyai hak untuk menolak pemahaman akan Roh Kudus yang dianut oleh orang-orang Kristen abad pertama itu – yakni orang-orang yang sesungguhnya mengalami mujizat khusus yang terjadi pada hari Pentakosta itu? Dan mengapa kita tidak memberikan pertimbangan atau pengakuan akan pemahaman yang dikaruniakan Elohim kepada orang-orang yang pada saat itu langsung mengalaminya?

Mengejutkan, bahwa pemahaman mereka tentang Roh Kudus tidak sekedar bertentangan dengan teologi modern, tetapi mereka juga memberikan penjelasan-penjelasan tambahan dengan aspek-aspek yang membingungkan tentang Trinitas. 

Yesus mempersiapkan pada pengikutNya untuk Pentakosta

Pada hari-hari menjelang Pentakosta, tahun 31 setelah Masehi itu, Yesus memberitahu murid-muridNya apa yang segera akan terjadi. Pada acara perayaan Paskah, yang terjadi pada hari senja sebelum hari penyalibanNya, Yesus menjelaskan bahwa Dia akan meminta Elohim Bapa untuk memberikan “Penolong yang lain” kepada pengikut-pengikutNya “yaitu Roh kebenaran,” yang akan “menyertai” mereka dan yang “akan diam di dalam” mereka (Yohanes 14:16-17).  

Setelah melewati tiga hari dan tiga malam di dalam kubur tepat seperti yang Dia katakan (Matius 12:40), Yesus bangkit dari kematianNya dan pergi menemui murid-muridNya di Yerusalem dan Galilea (Matius 26:32; 28:7). Sebelum hari Pentakosta, murid-muridNya kembali ke Yerusalem.

“Ketika berkumpul bersama, Dia [Yesus] menyuruh mereka untuk tidak meninggalkan Yerusalem, tetapi menunggu janji Bapa seperti yang dikatakanNya: ‘Kamu telah mendengar dariKu, bahwa Yohanes membaptis dalam air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dalam Roh Kudus’” (Kisah Para Rasul 1:4-5).

Dia melanjutkan perkataanNya dan menceritakan kepada murid-muridNya bahwa mereka pada saat itu belum dapat memahami secara sepenuhnya: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (ayat 8).

Sebagaimana diinstruksikan, murid-murid Yesus pergi ke Yerusalam untuk merayakan Pentakosta dan menunggu kuasa yang dijanjikan itu, yakni yang akan memberi mereka kuasa, penghiburan dan komitmen untuk memberitakan injil Kerajaan Elohim ke seluruh dunia (Matius 24:14). 

Hanya berselang beberapa hari, perayaan itu tiba; dan mereka menerima karunia Roh Kudus.

Roh Kudus datang kepada Jemaat

Datangnya Roh Kudus pada Hari Pentakosta pada tahun 31 setelah Masehi itu sangatlah spektakuler dan menakjubkan! Dengan bunyi tiupan angin keras, lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran hinggap di atas kepala semua murid-muridNya, dan yang kemudian, entah kenapa, mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain (Kisah Para Rasul 2:2-4). Kejadian yang tidak bisa dijelaskan ini membenarkan bahwa sesuatu yang luar biasa telah terjadi – sesuatu yang memerlukan kuasa yang supernatural.

Sementara sekumpulan orang-orang dari berbagai bangsa yang ada di tempat itu mulai berdatangan melihat apa yang terjadi. Mereka semua tercengang-cengang melihat mujizat itu – masing-masing orang yang mengerti bahasa asli mereka sedang diucapkan oleh murid-murid itu! Siapa yang dapat menyangkal bukti ini bahwa Roh Kudus sekarang tinggal di dalam pengikut-pengikut Kristus? Mereka sungguh-sungguh menerima kuasa yang sebelumnya mereka belum pernah miliki.

Pemahaman mereka akan Roh Kudus itu tepat seperti apa yang telah di katakan Kristus – sungguh, itu adalah kuasa Elohim.

Roh Kudus setelah Pentakosta tahun 31 setelah Masehi

Kemudian, saat menulis surat kepada jemaat di Roma, rasul Paulus merujuk pada “kuasa Roh Kudus” (Roma 15:13). Dia berkata bahwa itu adalah “kuasa Roh Elohim” yang menolong dia untuk mengerjakan tanda-tanda dan mujizat dalam pelayanannya (ayat 9). Kepada Timotius, Paulus menuliskan: “Sebab Elohim tidak memberikan kepada kita roh ketakutan, melainkan kuasa dan kasih serta pengendalian diri” (2 Timotius 1:7).

Orang-orang Kristen pada abad pertama itu jelas memahami – Roh Kudus itu adalah kuasa Elohim. Melalui kuasa RohNya, Elohim menghiburkan mereka saat menghadapi pergumulan dan kesengsaraan, Roh Kudus itu menolong mereka dalam mempelajari kebenaran, dan Roh Kudus itu menandai mereka sebagai orang Kristen dan memberi mereka janji kehidupan kekal. Tetapi kita tidak menemukan bukti bahwa orang-orang Kristen menganggap Roh Kudus itu sebagai salah satu anggota tersendiri di dalam Godhead.

Tentang Godhead, Paulus secara tegas mengikuti ajaran yang telah diberikan Elohim kepada dia dan kepada saudara seiman pada abad pertama itu: “Tetapi bagi kita hanya ada satu Elohim, yaitu Bapa, yang dari padaNya segala sesuatu ada, dan kita ada, juga bagi Dia; dan satu Tuhan, yaitu YESUS Kristus, yang melalui Dia segala sesuatu ada, dan kita ada, juga melalui Dia” (1 Korintus 8:6). Di sini tidak disebutkan Roh Kudus!

Definisi alkitabiah Roh Kudus

Trinitas itu hanyalah karangan manusia. Ajaran Alkitab cukup menunjukkan satu Godhead yang terdiri dari Elohim Bapa dan anakNya, Yesus Kristus. Sementara Roh Kudus itu dideskripsikan dan dihormati sebagai kuasa Elohim, tetapi tidak ada pengertian bahwa itu adalah satu entitas terpisah. 

Menjelang akhir abad pertama itu, Yudas menasihati Jemaat untuk “berjuang untuk iman yang pernah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yudas 1:3). Iman ini – termasuk penjelasannya tentang Roh Kudus – memberikan satu-satunya definisi yang dapat dipertahankan secara alkitabiah tentang Roh Kudus.

Untuk mempelajari lebih mendalam tentang definisi yang ditegakkan dan diajarkan kepada orang-orang kudus Elohim, bacalah artikel kami yang berhubungan dengan Roh Kudus pada situs ini.

Sidebar: Roh Kudus Didefinisikan Sebelum Pentakosta

Sebuah referensi Perjanjian Baru terawal tentang Roh Kudus ialah melalui perkataan malaikat kepada Maria: "Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; karena itulah, Anak yang akan engkau lahirkan itu kudus, dan Dia akan disebut Putra Elohim” (Lukas 1:35).

Di dalam bacaan ini malaikat Gabriel menggambarkan Roh Kudus itu sebagai “kuasa” Elohim. Sebagai makhluk yang berhubungan dekat dengan Godhead, malaikat ini tentu mengetahui korelasi antara Elohim dan Roh Kudus.

Menariknya ialah bahwa definisi Roh Kudus ini sebagai kuasa Elohim menolong kita memahami mengapa bacaan ini merujuk pada Yesus sebagai Putra Elohim dan bukan Putra Roh Kudus. Roh Kudus tidak ditunjukkan sebagai makhluk atau pribadi ilahi lainnya, melainkan itu digambarkan sebagai kuasa Elohim Bapa.

Ketika Yesus berhasil menentang balik cobaan Setan, Dia “dalam kuasa Roh kembali ke Galilea” (Lukas 4:14). Tentang penyembuhan orang sakit, Lukas 5:17 berkata, “Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit.”

Menjelang hari Pentakosta tahun 31 setelah Masehi, Elohim telah menyingkapkan bahwa Roh Kudus adalah KuasaNya – bukan pribadi ilah lain.

Sidebar: Bukti Roh Kudus

Sementara hari ini banyak di kalangan Kristen mainstream tidak merayakan hari raya kudus alkitabiah Pentakosta setiap tahun dan hampir semua telah mengadopsi ajaran Trinitas yang penjelasannya telah direvisi tentang Roh Kudus, beberapa gereja karismatik berusaha mereplika satu dari bagian pengalaman mujizat Pentakosta di kitab Kisah Para Rasul 2 itu. Mereka mengajarkan bahwa orang-orang harus berkata-kata dengan bahasa roh – bahasa yang tidak dikenal, biasanya dengan suara bergumam yang tidak bisa dimengerti – untuk menunjukkan bahwa mereka telah menerima Roh Kudus.

Mempelajarinya dengan seksama apa yang diajarkan Alkitab akan mengesampingkan persepsi ini. Meskipun orang-orang percaya yang menerima Roh Kudus pada Hari Pentakosta itu memang berkata-kata dalam bahasa-bahasa yang dikenali orang-orang luar (Kisah Para Rasul 2:4-11) dan ini juga terjadi lagi pada dua kejadian (Kisah Para Rasul 10:44-46; 19:1-6), tidak ada bukti alkitabiah bahwa mujizat ini terjadi setiap kali orang dibaptis, entah pada saat itu atau setelah itu.

Mujizat ini, yakni orang-orang berkata-kata dalam bahasa lain terjadi hanya beberapa kejadian secara khusus ketika Roh Kudus pertama kali diberikan kepada berbagai bangsa di  kalangan Jemaat, dan ini nampaknya untuk menunjukkan bahwa Elohim sungguh memberikan Roh Kudus, yakni kuasaNya dalam porsi tertentu kepada orang-orang percaya. Tetapi setelah kejadian-kejadian awal ini, peristiwa berkata-kata dalam bahasa lain secara supernatural tidak lagi diberi sebagai bukti penerimaan Roh Kudus.  

Hari ini, memahami bahwa Elohim telah menggenapi janjinya, orang-orang Kristen baru dapat merasa yakin bahwa Elohim mengaruniakan Roh KudusNya ketika mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan dibaptis (Kisah Para Rasul 2:38). 

Ketika Roh Elohim tinggal di dalam mereka, buah-buah RohNya – “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23) – menjadi bukti dalam kehidupan mereka. Buah-buah Roh ini, yang tidak berkata-kata dalam bahasa roh, adalah bukti abadi dari Roh Kudus yang tinggal di dalam orang.

Sidebar: Mengapa Kita Memerlukan Roh Kudus

Memiliki Roh Kudus di dalam kita sangatlah vital/penting sekali.  Berikut ini beberapa alasan yang tersingkap di dalam Alkitab:

  • Roh Kudus menuntun kita ke dalam kebenaran (Yohanes 16:13).
  • Roh Kudus di dalam kita memberikan penghiburan (Kisah Para Rasul 9:31).
  • Dengan dipimpin Roh Kudus, kita ditandai sebagai orang Kristen (Roma 8:14).
  • Roh Kudus memberi kita kasih Elohim, yang diperlihatkan melalui ketaatan terhadap perintah-perintahNya (Roma 5:5; 1 Yohanes 5:1-3).
  • Roh Kudus di dalam kita menjamin kita memperoleh kehidupan kekal (Roma 8:16-17).

Bacalah juga bagaimana untuk bertobat dan dibaptis – yakni, langkah selanjutnya untuk menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:38). Disamping itu, pendeta yang sudah terlatih bersedia untuk menolong anda dalam proses ini. Anda dapat menghubungi kami, dan seorang pelayan Alkitab akan senang untuk memberikan anda bimbingan (counseling) tentang langkah yang paling penting ini.

This article was translated from http://lifehopeandtruth.com

Tracker Pixel for Entry